Bayu Aryanto
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
E-mail: bayuaryanto3@gmail.com
Mei Susanto
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
E-mail: m.susanto@unpad.ac.id
Abstrak
-
Ada yang butuh waktu yang lama, namun ada juga yang dilakukan dengan cara cepat, tanpa kriteria yang jelas. Melalui
ini berkesimpulan bahwa masih terdapat permasalahan dalam pembentukan undang-undang di Indonesia khususnya
berkaitan dengan permasalahan waktu. Dengan begitu, untuk memperjelas status proses pembentukan undang-undang
Abstract
Keywords
187
Volume 10 Nomor 2, Agustus 2021
4
Cantika Adinda Putri, ”1.200 Pasal Omnibus Law Selesai Lewat 64 Kali Rapat” https://www.cnbcindonesia.com/
Maret 2021).
Deliberasi yang cukup ialah berkaitan dengan proses pembahasan yang proper atau layak, guna memenuhi hal
tersebut tentunya diperlukan waktu yang tidak sedikit.
6
Haryanti Puspa Sari, ”Revisi UU MK Diajukan Ketua Baleg DPR sebagai Pengusul Tunggal” https://nasional.
kompas.com/read/2020/04/13/15433351/revisi-uu-mk-diajukan-ketua-baleg-dpr-sebagai-pengusul-tunggal
7
Haryanti Puspa Sari, ”Revisi UU MK Diajukan Ketua Baleg DPR sebagai Pengusul Tunggal” https://nasional.
kompas.com/read/2020/04/13/15433351/revisi-uu-mk-diajukan-ketua-baleg-dpr-sebagai-pengusul-tunggal
9
rapid
legislation, accelerated procedure, instant legislation, expedited legislation, urgency motions. Lihat House of Lords
Select Committee on the Constitution, ”Fast-track Legislation: Constitutional Implications and Safeguards—
Volume I: Report
189
Volume 10 Nomor 2, Agustus 2021
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2007), hlm. 93.
11
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hlm.
306.
12
Peter de Cruz, Comparative Law in A Changing World, (London: Cavendish Publishing Limited, 1999), hlm. 18..
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum
14
16
dan Prinsip Negara Hukum”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, 4:2, (2017), hlm. 238.
17
Nur Rohim, ”Kontroversi Pembentukan Perppu Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Mahkamah Konstitusi Dalam
Ranah Kegentingan Yang Memaksa”, Jurnal Cita Hukum, 2:1, (2014), hlm. 124.
18
Perppu Covid cukup menuai polemik dibuktikan dengan sedikitnya ada tiga permohonan uji materi (Lihat
yang berasal dari Perppu ini pun tetap mendapatkan permohonan pengujian di Mahkamah Konstitusi (Lihat
Perppu tersebut dianggap mencampuri fungsi kekuasaan lain yakni kekuasaan yudikatif. Hal itu bertentangan
dengan prinsip negara hukum yaitu perlunya pemisahan kekuasaan. Hal tersebut diungkapkan oleh Susi Dwi
Harijanti bahwa Perppu seharusnya tidak mengatur kompetensi cabang kekuasaan kehakiman. Dalam Hukum
191
representasi lembaga perwakilan rakyat. Oleh dan Korban (UU PSK) juga dibentuk dalam
karenanya, Perppu tidak dapat dikualifikasikan proses pembahasan yang cukup cepat21
sebagai mekanisme FTL sebagaimana yang namun mendapatkan respon yang cukup baik
telah disinggung di awal karena bergantung sebagai pemenuhan atas hak asasi manusia.
pada subjektivitas presiden walaupun pada DPR seharusnya juga fokus dalam
akhirnya akan mendapat objektivitas oleh mengatasi pandemi Covid-19, namun DPR
DPR dengan pengujian pada rapat berikutnya. justru memberikan perhatian terhadap RUU
Di sisi lain, sebenarnya para pembentuk yang ada kaitannya dengan pandemi. DPR
undang-undang yakni DPR dan Presiden bahkan memberikan persetujuan terkait
beberapa kali telah memperlihatkan praktik Perppu Covid yang dianggap kontroversi
pembentukan undang-undang yang cukup menjadi undang-undang.22 Dengan begitu,
cepat sebagaimana telah disampaikan DPR tidak memberikan pembatasan kekuasaan
di awal yakni terhadap UU KPK19, UU MK yang baik dalam mengawasi pemerintah,
dan UU Cipta Kerja. Ketiga produk hukum sehingga seakan-akan DPR hanya pemberi
tersebut dianggap tidak membutuhkan ”stempel” terhadap kekuasaan eksekutif.
waktu yang cepat namun memerlukan waktu Langkah-langkah strategis yang diambil DPR
yang lebih lama. Hal tersebut didasari atas seharusnya hanya yang berkaitan langsung
pentingnya produk hukum tersebut dalam dengan pandemi.23 Hal itu didasari atas
penyelenggaraan negara. Khusus UU Ciptaker besarnya dampak yang terjadi akibat wabah
yang dibentuk dengan metode mematikan tersebut, baik dalam ekonomi,
seharusnya diperlukan pembahasan serta pendidikan, kesehatan, maupun sosial. Oleh
pengkajian yang tidak sebentar. Bahkan suatu karenanya, beberapa aspirasi yang seharusnya
produk hukum yang dibentuk melalui metode dapat dipenuhi oleh pembentuk undang-
lebih tepat jika tidak dibentuk dengan undang yakni berkaitan dengan penanganan
waktu yang cepat.20 Hal tersebut berkaitan Covid-19, tidak dapat dipenuhi sehingga DPR
dengan banyaknya produk hukum yang perlu seolah berjalan sendiri tidak kontekstual
diharmonisasikan antara satu dengan lainnya. dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat,
Berbeda dengan lainnya, Undang-Undang No. muncul kesan bahwa DPR sengaja mengambil
31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi
19
yang disepakati. Pada tanggal 12 September 2019 DPR dan Presiden melakukan pembahasan dan diakhiri.
20
Ibnu Sina, Op. Cit., hlm. 137.
21
Laporan akhir Panja pada tanggal 23 September 2014, dan pada akhirnya disetujui bersama pada tanggal 24
September 2014. Sehingga, dapat dikatakan UU PSK dibentuk dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Artikel
2021).
22
Konstitusi.
23
Fitria Chusna Farisa, ”DPR Diminta Tak Ambil Keputusan Strategis Selama Pandemi Covid-19” https://nasional.
192
kesempatan dalam keterbatasan situasi kebutuhan untuk mengakomodasi
pandemi.24 pembentukan undang-undang secara cepat di
Praktik membentuk undang-undang Indonesia.
dalam waktu singkat oleh DPR dan Presiden
seharusnya dapat juga dilakukan untuk Sebagai Solusi
membentuk peraturan yang berkaitan dengan Pembentukan Undang-Undang Di
penanganan maupun dampak dari pandemi
Indonesia
Covid-19. Namun, hal tersebut tidak dapat Beragam istilah disematkan dalam
dipenuhi, justru menggunakan Perppu yang menamai suatu mekanisme membentuk
menimbulkan beragam kontroversi dan hukum secara cepat, mulai dari FTL hingga
membentuk undang-undang yang dianggap yang merupakan prosedur
tidak memiliki alasan untuk dibentuk secara membentuk hukum dengan waktu yang
cepat sebagaimana telah diuraikan di atas. cukup singkat.26 Beragam istilah tersebut juga
Permasalahan tersebut menjadi bukti didampingi dengan beragam pengaturan dan
adanya perbedaan keinginan antara publik praktik yang dilakukan oleh berbagai negara.
dan pembentuk undang-undang dalam Mekanisme menghasilkan produk hukum
menentukan cepat tidaknya suatu produk dalam waktu singkat ini menjadi sebuah cara
hukum dibuat. Beberapa hal yang seharusnya maupun prosedur yang diatur sesuai dengan
dapat menjadi prioritas dalam membentuk kebutuhan suatu negara guna mengatasi
undang-undang namun tidak dilakukan. sebuah permasalahan atau menciptakan
Hal menarik lainnya dalam praktik efisiensi waktu. Penggunaan prosedur kilat
pembentukan undang-undang di Indonesia dalam membentuk undang-undang dilakukan
ialah terkait pengesahan perjanjian dengan berbagai pertimbangan dan dasar
internasional menjadi undang-undang. hukum yang jelas. Oleh karenanya, perlu
Wicipto Setiadi dalam diskusi terbuka melihat berbagai negara mengatur dan
memaparkan bahwa dalam satu tahun mempraktikan prosedur tersebut sebagai
rata-rata lebih dari satu RUU Pengesahan khazanah keilmuan dalam ikhtiar memperbaiki
Perjanjian Internasional tertentu disahkan dan menata legislasi.
menjadi undang-undang. Lebih lanjut, Beberapa negara yang layak
Wicipto memberikan contoh pada tahun 2019 diperbandingkan yakni United Kingdom,
terdapat delapan RUU Perjanjian Internasional Selandia Baru, dan Ekuador telah mengatur
yang dilegitimasi menjadi undang-undang.25 dan mempraktikan mekanisme khusus
Oleh karenanya, secara tidak langsung para tersebut. Berdasarkan pengertian dan
pembentuk undang-undang dalam momen pengaturan beberapa negara diatas memiliki
tertentu telah mempraktikan pembentukan definisi yang berbeda-beda namun memiliki
dengan waktu yang cukup cepat. Realitas esensi yang sama.
di atas telah menunjukan bahwa terdapat United Kingdom
24
Ibid.
Wicipto Setiadi, ”Fast-Track Legislation sebagai Bentuk Peningkatan Supremasi Hukum” (materi disampaikan
dalam diskusi terbuka FH Unpad, 17 Desember 2020), hlm. 11.
26
House of Lords Select Committee on the Constitution, Op. Cit., hlm. 7.
193
Volume 10 Nomor 2, Agustus 2021
(untuk memastikan
undang-undang berlaku terhadap momen
tertentu);
. (Pentingnya
27
Ibid., hlm. 11.
28
Ibid., hlm. 7.
29
Ibid., hlm. 10.
30
Ibid., hlm. 8.
31
Ibid
32
kepada pemerintah agar memperlambat penyebaran virus, mengurangi sumber daya dan beban administrasi
pada badan publik, untuk membatasi dampak potensi kekurangan staf pada penyediaan layanan publik, artikel
33
Urgency motions merupakan mekanisme yang memperpanjang jam duduk Parlemen Selandia Baru untuk
mempercepat RUU tertentu dari urusan legislatif, mekanisme ini menjadi alat yang sering dipraktikan Parlemen
Selandia Baru. Mekanisme urgency motion telah diterapkan selama lebih dari satu abad. Lihat Claudia Geiringer,
(et.al), ”What’s the hurry? Urgency in the New Zealand Legislative Process 1987–2010”, (Wellington: Victoria
University Press, 2011), hlm. 22.
34
Ibid.
Ibid., hlm. 1.
36
Ibid
195
Volume 10 Nomor 2, Agustus 2021
37
Ibid., hlm. 32.
38
Ibid.
39
Hal tersebut dimaksudkan untuk segera mendorong pertumbuhan lapangan kerja, artikel dalam https://www.
40
Lihat Pasal 10 Ecuador’s Constitution of 2008.
41
RUU tersebut bermaksud untuk meningkatkan pendapatan lebih dari US $ 700 juta pada tahun 2020, http://
country.eiu.com/article.aspx?articleid=398612423&Country=Ecuador&topic=Economy&subtopic=Forecastsub
subtopic=Policy+trends (diakses 14 April 2021).
42
2021).
43
Ratno Lukito, ”Perbandingan Hukum: Perdebatan antara Teori dan Metode”, (Yogyakarta: UGM Press, 2016) hlm.
44
Penelaahan berkaitan dengan mekanisme fast track legislation
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3), ataupun Peraturan Tata Tertib DPR.
Wicipto Setiadi, Op. Cit., hlm. 2.
46
47
Wicipto Setiadi, Op
197
Volume 10 Nomor 2, Agustus 2021
dibentuk tidak lebih dari 30 hari. Meskipun hukum dalam pembentukan undang-undang
terdapat kesamaan antara FTL dan Perppu di Indonesia. DPR dan Presiden beberapa kali
terkait adanya kriteria kemendesakan dan telah mempraktikan pembentukan undang-
pembentukan yang cepat, namun keduanya undang dalam tempo waktu yang cukup cepat.
adalah hal yang berbeda. Dengan begitu, Tindakan tersebut tidak memiliki dasar hukum
saat ini belum ada pengaturan pembentukan sedangkan Simorangkir mengatakan bahwa
undang-undang secara cepat di Indonesia negara hukum diartikan sebagai suatu negara
layaknya FTL di beberapa negara di atas. yang menerapkan prinsip legalitas, yakni
Pada bagian sebelumnya, telah diuraikan segala tindakan negara melalui, berdasarkan
bahwa FTL merupakan mekanisme yang cukup dan sesuai dengan hukum.48 Dengan begitu,
baik dalam merespon cepat suatu kondisi. Saat asas kepastian hukum merupakan bagian yang
ini di Indonesia dalam membentuk undang- tidak terpisahkan dari sistem negara hukum.
undang tidak ada batas waktu terkait dengan Mengatur secara komprehensif mekanisme
cepat atau tidaknya sehingga pembentukan pembentukan secara cepat menjadi momen
undang-undang terkesan selera penguasa saja. penting saat ini guna mewujudkan kepastian
Tidak adanya pengaturan terkait pembentukan hukum dalam penyelenggaraan negara.
hukum secara cepat di Indonesia pada Selain itu, dengan diaturnya mekanisme
praktiknya menghasilkan kesempatan bagi khusus dalam membentuk undang-undang
para pembentuk hukum untuk membentuk cepat dapat menjadi kontrol kepatuhan
hukum dengan dasar keinginannya saja. Hal penyelenggara negara dalam menjalankan
tersebut berpeluang melanggar hak atas fungsi legislasinya. Hal tersebut tidak terlepas
kepastian hukum dalam proses legislasi. Oleh dari ketiadaan pengaturan jangka waktu yang
karena itu, untuk memperjelas status proses jelas kapan suatu pembentukan undang-
pembentukan undang-undang yang dilakukan undang dapat dikatakan cepat atau lambat.
dengan cepat, maka model FTL perlu diatur Menyediakan pengaturan mekanisme
dan diterapkan, yakni model yang tidak FTL merupakan cara mewujudkan kepastian
mengurangi setiap proses legislasi, melainkan hukum untuk melepaskan kepentingan
hanya mempercepat setiap proses legislasi subjektif yang tidak memihak kepada
tersebut. Hal itu agar membentuk undang- kepentingan rakyat. Hal tersebut dikarenakan
undang tetap memenuhi seluruh prinsip- kepastian hukum berpedoman kepada
prinsip pembentukan undang-undang yang pemberlakuan hukum yang jelas, tetap dan
baik. konsisten yakni pelaksanaannya tidak dapat
Setidaknya ada lima alasan yang membuat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang
pengaturan model FTL tersebut layak bersifat subjektif.49 Sudikno Mertokusumo
untuk dipertimbangkan sebagai alternatif juga memperjelas bahwa kepastian hukum
permasalahan legislasi akhir-akhir ini. merupakan hal yang penting, bahkan menjadi
Pertama, guna menjamin asas kepastian salah satu syarat yang wajib dipenuhi dalam
48
R. Tony Prayogo, ”Penerapan Asas Kepastian Hukum dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011
Ibid.
Claudia Geiringer, (et.al), Op. Cit., hlm. 19.
199
Volume 10 Nomor 2, Agustus 2021
orang dalam hal ini ialah pembentuk undang- dengan kebutuhan rakyat. Hal itu dikarenakan
undang. Pedoman dalam proses pembentukan arah dan tujuan pembentukan undang-undang
undang-undang secara cepat akan menjadi secara cepat telah sesuai dengan pedoman
pemahaman yang baru bagi para legislator, yang ada dan bukan sekedar kehendak bebas
melihat hingga saat ini tidak ada dasar acuan para penguasa.
yang jelas dalam membentuk undang-undang Keempat, guna mengurangi penggunaan
dengan cepat. Pembentukan hukum cepat Perppu oleh Presiden. Sebelumnya, telah
yang dipraktikkan terkesan hanya sebatas diuraikan beberapa permasahan Perppu yang
mengejar kepentingan tertentu karena tidak hingga saat ini masih menjadi perdebatan
adanya pedoman yang jelas. terkait praktik penggunaannya. Bagir Manan
Jika dianalogikan, pada suatu jalan raya menyatakan bahwa kriteria diterbitkannya
maka tidak semua orang dapat mengendarai Perppu melalui presiden yaitu dikeluarkan
kendaraannya dengan kecepatan tinggi di dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa,
jalan raya tersebut, kecuali orang-orang tidak mengatur mengenai hal-hal yang diatur
tertentu yang telah diatur dalam peraturan dalam UUD 1945, tidak mengatur mengenai
perundang-undangan. Jika kita pahami hal keberadaan dan tugas wewenang lembaga
tersebut, dengan mengatur mekanisme FTL negara, dan juga tidak dibenarkan ada Perppu
dalam hukum positif di Indonesia maka secara yang dapat menunda dan menghapuskan
jelas akan memberikan terhadap kewenangan lembaga negara, hanya dapat
hal mana saja dan apa saja yang dapat mengatur ketentuan undang-undang
dikehendaki untuk dilakukan mekanisme FTL. yang berkaitan dengan penyelenggaraan
Bahkan, orang-orang tertentu sesuai aturan pemerintahan.52 Selaras dengan pendapat
dapat menerobos peraturan lalu lintas, maka tersebut, bahwa konsep Perppu yang dapat
53
dalam konteks ini, boleh ada terobosan membatasi menghasilkan
terhadap prosedur yang ada. Dengan kontradiksi dengan jaminan yang diatur
begitu, penggunaan mekanisme FTL dan konstitusi. Meskipun terdapat kesamaan
tindakan pembentuk undang-undang yang adanya kriteria kemendesakan antara FTL dan
menghendaki percepatan dalam membentuk Perppu, namun keduanya adalah hal yang
hukum tetap berada pada pedoman yang jelas berbeda sebagaiman yang telah dijelaskan
serta tidak menyampingkan prinsip-prinsip sebelumnya. Dengan demikian, penggunaan
konstitusionalitas yang ada. Jika pembentuk Perppu diusahakan untuk dikurangi apalagi
undang-undang telah melakukan tugasnya melihat beberapa praktik penggunaannya
dengan pedoman yang baik maka bukanlah yang menimbulkan kontroversi karena
hal yang tidak mungkin untuk menghasilkan dianggap tidak tepat dan inkonsitusional.
produk hukum yang berkualitas dan sesuai
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, ”Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia”, (Bandung: Alumni, 1997),
menyebutkan Perppu sebagai instrumen yang membatasi derogable rights. Dengan begitu, Perppu memiliki
kelemahan sebagai alat membatasi derogable rights karena Perppu dibentuk tanpa melalui prosedur parlemen
dalam Victor Imanuel, ”Asas Contarius Actus pada Perpu Ormas: Kritik dalam Perspektif Hukum Administrasi
Negara dan Hak Asasi Manusi”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum
Violla Reininda, ”PR Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi”, (Jakarta: KoDe Inisiatif 18 April 2021),
hlm. 2.
Ibid., hlm. 4.
Bivitri Susanti dan Nurul Fazrie, ”Tantangan Pengujian Proses Legislasi di Mahkamah Konstitusi” STH Indonesia
201
Volume 10 Nomor 2, Agustus 2021
hukum untuk menjaga agar pembentukan undang secara cepat yang dibentuk dan
undang-undangan tidak dilakukan dengan dikonsepsikan secara komprehensif serta
semaunya oleh pembentuknya, sehingga menutup celah agar tidak digunakan sebagai
uji formil perlu diperkuat dengan berbagai alat yang merusak sistem demokrasi. Dian Kus
cara salah satunya ialah dengan pengaturan Pratiwi menjelaskan beberapa isu yang perlu
pembentukan undang-undang secara cepat di diperhatikan dan dipertimbangkan jika ingin
Indonesia. mengatur mekanisme FTL di Indonesia, isu-
Kelima alasan tersebut menjadi dasar isu tersebut antara lain ialah: 59
perlunya mengadopsi FTL sehingga a. Syarat ataupun alasan pengunaan FTL;
memungkinkan pembentukan undang- b. Prosedur, yakni berkaitan dengan timeline,
undang yang lebih pasti dan berkualitas mekanisme pembicaraan/pembahasan
serta dapat memberikan kemanfaatan bagi RUU;
masyarakat. Perlu diakui bahwa keadaan c. Partisipasi publik dan transparansi;
kemendesakan tertentu harus direspon d. Memperhatikan hak asasi manusia dan
dan diatasi secara cepat oleh pemerintah, hak konstitusional;
namun hal itu sering menimbulkan dampak e. Penyesuaian dengan sistem pembentukan
bagi publik, seperti undang-undang yang peraturan perundang-undangan;
dibentuk tidak mendapatkan pengawasan f. Memperhatikan perlu tidaknya
maupun kajian yang baik.57 Lebih lanjut keberlakuan dari undang-undang yang
Ibnu sina memaparkan setidaknya ada dibentuk melalui FTL;
tiga kemungkinan dampak buruk dalam g. Jalur pengawasan undang-undang yang
penggunaan mekanisme FTL yakni58 , dibentuk dengan mekanisme FTL.
terbatasinya pengawasan legislatif. Hal itu
Wicipto menambahkan hal yang perlu
tidak terlepas dari berkurangnya kelonggaran
disepakati dan diperhatikan jika ingin
untuk mengawasi dan membahas secara
mengatur mekanisme FTL, yakni berkaitan
mendalam suatu rancangan undang-undang
dengan materi muatan undang-undang apa
karena terbatasnya waktu. , proses
saja yang prosesnya ditempuh melalui FTL,
FTL akan memberikan tekanan ( )
selain itu juga berkaitan dengan prosedur
yang berlebih dalam proses pembahasannya,
dan lamanya waktu yang diperlukan.60 Oleh
sehingga menghasilkan asumsi proses karenanya penting untuk memperbanyak
pembahasan menjadi tersandera oleh kajian serta penelitian terkait dengan gagasan
prosedur. penggunaan mekanisme pengaturan FTL di Indonesia. Hal itu agar
FTL untuk rancangan undang-undang yang pengapdopsiannya ke dalam sistem hukum
kriteria tidak mendesak ( ). Indonesia tidak serampangan.
Kekhawatiran di atas dapat diakomodasi Tawaran solusi ini bukan berarti
melalui pengaturan pembentukan undang- memberikan jaminan bahwa setiap RUU
Ibid., hlm. 1.
Ibnu Sina, Op. Cit
Dian Kus Pratiwi, Fast Track Legislation dan Tantangan Pembentukan Undang-Undang di Indonesia, (materi
60
Wicipto Setiadi, Op. Cit., hlm. 13.
61
Bagir Manan, ”Komentar terhadap Gagasan Pengaturan Fast Track Legislation di Indonesia”, (nasihat dalam
diskusi terbuka FH Unpad, 17 Desember 2020).
62
Ibid.
203
memiliki ukuran serta syarat-syarat yang jelas Presiden, ,
dan tepat sehingga mematuhi prinsip-prinsip 21:1, (2021).
Anjarsari, Lulu, ”
pembentukan undang-undang yang baik. ” (Majalah Konstitusi,
No 160, edisi Juni 2020).
Daftar Pustaka Rohim, Nur, ”Kontroversi Pembentukan Perppu
Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Mahkamah
Buku Konstitusi Dalam Ranah Kegentingan Yang
Manan, Bagir dan Kuntana Magnar, Memaksa”, , 2:1, (2014).
, Prayogo, R. Tony, ”Penerapan Asas Kepastian
(Bandung: Alumni, 1997). Hukum dalam Peraturan Mahkamah Agung
Geiringer, Claudia, (et.al), Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil
dan Dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi
, (Wellington: Victoria Nomor 06/PMK/2005 tentang Pedoman
University Press, 2011). Beracara dalam Pengujian Undang-Undang”,
House of Lords Select Committee on the , 13:02 (2016).
Constitution, Imanuel, Victor, ”Asas Contarius Actus pada
, Perpu Ormas: Kritik dalam Perspektif Hukum
(United Kingdom: The Stationery Office Ltd., Administrasi Negara dan Hak Asasi Manusi”,
2009). , 4:2, (2017).
Ibrahim, Johnny, Reininda, Violla, ”
, (Malang: Bayumedia ”, (Jakarta: KoDe Inisiatif
Publishing, 2007). 18 April 2021).
Peter de Cruz, Setiadi, Wicipto, ”
, (London: Cavendish Publishing Limited, ”
1999). (materi disampaikan dalam diskusi terbuka FH
Marzuki, Peter Mahmud, , Unpad, 17 Desember 2020).
(Jakarta: Penerbit Kencana, 2005). Ahmad Zein, Yahya, ”
Lukito, Ratno,
, (Yogyakarta: UGM
Press, 2016).
Soekanto, Soerjono, , ” (Prosiding
(Jakarta: UI Press, 2007). Forum Akademik Kebijakan Reformasi
Regulasi, Jakarta, 2019).
Internet
Manan, Bagir dan Susi Dwi Harijanti, ”Peraturan
Adinda Putri, Cantika, ”
Pemerintah Pengganti Undang-Undang dalam
” https://www.
Ajaran Konstitusi dan Prinsip Negara Hukum”,
cnbcindonesia.com/news/20201006154706-
, 4:2, (2017).
4-192288/dpr-top-1200-pasal-omnibus-law-
Manan, Bagir ”
selesai-lewat-64-kali-rapat (diakses 25 Maret
2021).
”, (nasihat dalam diskusi terbuka FH
Chusna Farisa, Fitria, ”
Unpad, 17 Desember 2020)
Pratiwi, Dian Kus,
” https://nasional.kompas.com/
read/2020/04/13/14274261/dpr-diminta-tak-
, (materi dalam diskusi terbuka FH
ambil-keputusan-strategis-selama-pandemi-
Unpad, 17 Desember 2020).
covid-19 (diakses 27 April 2021)
Chandranegara, Ibnu Sina, Pengadopsian
Ekuador dalam https://pubkgroup.
Mekanisme Fast-Track Legislation dalam
com/cyber/ecuador-fast-tracks-data-
Pengusulan Rancangan Undang-Undang oleh
204
protection-law-in-wake-of-massive-breach/ www.jentera.ac.id/publikasi/tantangan-
(diakses 15 April 2021). pengujian-proses-legislasi-di-mahkamah-
Hukum Online, https://www.hukumonline.com/ konstitusi/. (diakses 20 April 2021).
berita/baca/lt5ea53f38e7f9a/komentar-dua- TheEconomist,http://country.eiu.com/article.asp
guru-besar-atas-perppu-penanganancovid- x?articleid=398612423&Country=Ecuador&to
19?page=3, (diakses 16 April 2021). pic=Economy&subtopic=Forecastsubsubtopic
ICJR http://icjr.or.id/kpsk-apresiasi-disahkannya- =Policy+trends (diakses 14 April 2021).
revisi-uu-perlindungan-saksi-dan-korban/
(diakses 17 April 2021). Peraturan
IFG UK dalam https://www.
instituteforgovernment.org.uk/explainers/ Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
coronavirusact (diakses 05 April 2021]. Tahun 1945
Parliament New Zealand https://www.parliament. Undang-Undang No 15 tahun 2019 tentang
nz/en/pb/bills-and-laws/bills-proposed-laws/ Perubahan Atas Undang-Undang N0. 12
document/BILL_99143/covid-19-recovery- Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
fast-track-consenting-bill (diakses 10 April Perundang-Undangan
2021). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Parliament UK https://services.parliament.uk/ Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
bills/2019-21/coronavirus.html (diakses 05 Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
April 2021). Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Puspa Sari, Haryanti, ”Revisi UU MK Diajukan Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang
Ketua Baleg DPR sebagai Pengusul Peraturan Pembentukan Perundang-
Tunggal” Undangan.
Peraturan DPR No. 1 Tahun 2020 tentang Tata
Tertib
(diakses 25 Maret 2021). 2008
Susanti, Bivitri, dan Nurul Fazrie, ”
205