Anda di halaman 1dari 11

FORUM BEM DIY

Divisi Kajian Strategis


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

PERPPU NOMOR 2 TAHUN 2022 TENTANG CIPTA KERJA

Siasat Oligarki dalam Membentuk Hukum di Indonesia

Ditulis oleh: Divisi Kajian Strategis FBD

A. PENGANTAR
Tepat pada tanggal 30 Desember 2022, Presiden RI Joko Widodo
menerbitkan produk hukum yang mengejutkan bagi seluruh
masyarakat Indonesia, yakni keluarnya Peraturan Pemerintah
Pengganti UU Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja (Perppu Cipta
Kerja). Dimana Perppu yang tebalnya 1117 halaman menjadi
kontroversi karena mencabut UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, sehingga tidak berlaku lagi.
Penerbitan Perppu Cipta Kerja yang mencabut UU Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menjadi kontroversial dikarenakan
sebelumnya Mahkamah Konstitusi telah memutuskan pengujian
Formil terhadap UU Cipta Kerja bahwasanya UU Cipta Kerja
Inkonstitusional bersyarat berdasarkan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020 (Putusan MK-91), yang mana
Putusan MK tersebut memberi waktu UU Nomor 11 tahun 2020
tentang Cipta kerja un tuk diperbaiki selama dua tahun. Dan jika
Pemerintah-DPR tidak memperbaiki, maka UU Cipta Kerja dibatalkan
karena tidak sesuai dengan Sistem Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (UU P3).
Dalam hal Presiden mengeluarkan Perppu harus dilandasi
dengan Pasal 22 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa:
1) Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai
pengganti undang-undang;

1
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan


Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut:
3) Jika tidak mendapat persetujuan maka peraturan
pemerintah itu harus dicabut.
Permasalahan atas terbitnya Perppu Cipta Kerja dilatarbelakangi
dengan pertanyaan besar; apakah penerbitan Perppu Cipta Kerja telah
sesuai dengan prosedural yang berlaku? Apakah negara sedang
mengalami kedaruratan sehingga frasa ihwal kegentingan yang
memaksa telah terpenuhi?
Pada faktanya perdebatan terhadap kontroversialnya penerbitan
Perppu Cipta Kerja masih saja terus berlangsung, karena terbitnya
Perppu Cipta Kerja tidak mengindahkan Keputusan MK Nomor 91 yang
memberikan waktu dua tahun untuk diperbaikinya UU Cipta Kerja.
Dalam hal ini, Perppu yang diterbitkan oleh Presiden Nomor 2 Tahun
2022 berkaitan dengan Pasal 22 UUD Tahun 1945 terkait kegentingan
yang memaksa haruslah memiliki tolak ukur yang jelas, sesuai
keadaan dan kebutuhan untuk mencegah kekosongan hukum (Recht
Vaccum), adanya unsur ancaman yang membahayakan, terkait
kebijakan serta hukum yang harus diperhatikan, dan harus dikaji
lebih mendalam sebelum peraturan diberlakukan.
Penerbitan Perppu Cipta Kerja ini diduga kuat karena adanya
keterlibatan oligarki dalam menekan Presiden untuk menerbitkan
Perppu. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan panjang UU Cipta Kerja
Omnimbus Law sampai pengesahan Perppu Cipta Kerja menjadi
Undang-Undang.
Pengertian oligarki sendiri menurut Winters yang merupakan
profesor dari Northwestern University menjelaskan tentang oligarki
yang terbagi menjadi dua pendefinisian. Definisi pertama adalah
oligarki yang dimaksud didasarkan pada kekuasaan dan kekayaan
materi yang dikatakan sulit diurai atau diseimbangkan. Definsi kedua,
oligarki memiliki jangkauan kekuasaan yang cukup luas dan sistemik,

2
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

walaupun memiliki oligarki tersebut berstatus sebagai minoritas dalam


suatu kelompok atau komunitas. Hal itulah yang menurut Winters,
pengertian oligarki adalah kekuasaan sulit dipecah-pecah dan
jangkauannya harus sistemik.1
Peran oligarki dalam proses pengesahan Perppu Cipta Kerja
sangat terasa nyata, namun keberadaan dan perwujudannya sulit
untuk diketahui karena berlindungnya oligarki dalam tatanan
pemerintahan menjadi alasan utama mengapa oligarki ini sulit untuk
diidentifikasi. Melalui analisa studi UU Cipta Kerja Omnimbus Law
hingga pengesahan Perppu Cipta Kerja kita dapat melihat dan
merasakan siasat yang dilakukan oligarki dalam mengotak-atik hukum
di Indonesia melalui Pemerintah maupun Parlemen dalam pengesahan
Perppu Cipta Kerja.

B. PEMBAHASAN
1. Metode Omnimbus Law dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Masa pengesahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (UU Ciptaker) dipenuhi kontroversial di
tengah masyarakat. Hal itu dikarenakan masih banyak pasal-
pasal bermasalah yang belum kunjung direvisi. Terlebih lagi UU
Ciptaker menggunakan metode pembentukan perundang-
undangan omnimbus law, yang mana metode tersebut asing
dalam sistem perundang-undangan di Indonesia.
Istilah omnibus law mulai diagungkan pada masa
pelantikan Presiden Joko Widodo periode 2019-2024, yang
disampaikan pada saat pidato pelantikan Presiden Joko Widodo
dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

1Nirwana Br Bangun, Pengaruh Oligarki Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia The Effect of
Oligarchy on Indonesia's Economic Growth, Jurnal Penelitian , Vol. 2 Nomor 2, 15 Juni 2022, hlm.
339.

3
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

(disingkat MPR RI). Pada saat itu Presiden Joko Widodo


menyatakan bahwa salah satu program kerja yang akan
dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan penyederhanaan
regulasi. Dalam hal ini, penyederhanaan regulasi yang dimaksud
adalah memangkas regulasi yang berlebih dengan menggunakan
metode sapu jagat atau omnimbus law.
Pengertian Omnibus Law diawali dengan kata Omnibus,
yang mana kata Omnibus berasal dari bahasa Latin dan artinya
untuk segalanya. Dalam Black Law Dictionary Edisi Kesembilan
oleh Bryan A. Garner disebutkan bahwa ‘omnibus’ berkaitan
dengan atau berurusan dengan banyak objek atau item
sekaligus; mencakup banyak hal atau mempunyai banyak
tujuan, yang berarti berkaitan atau berkaitan dengan berbagai
benda atau benda sekaligus; mencakup banyak hal atau
memiliki banyak tujuan. Ketika digabungkan dengan kata
hukum, itu dapat didefinisikan sebagai hukum untuk semua.2
Berdasarkan teori perundang-undangan yang dianut di
Indonesia, kedudukan hukum konsep omnibus law belum
diatur. Jika melihat sistem hukum di Indonesia, hukum yang
dihasilkan dari konsep omnibus law bisa menjadi sapu jagat
hukum karena mengatur secara menyeluruh dan kemudian
memiliki kekuatan atas peraturan lainnya. Namun pada
dasarnya Indonesia sebenarnya tidak menganut UU sapu jagat
karena kedudukan semua undang-undang adalah sama. Dalam
hal ini kedudukan harus diberi legitimasi dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Dalam upaya membentuk UU Cipta Kerja menggunakan
metode omnibus law, muncul klaster atau kumpulan undang-
undang yang rencananya akan digantikan dengan omnibus law.

2 Satjipto Rahardjo, 1981, Hukum, Masyarakat& Pembangunan, Bandung: Alumni, hlm. 29.

4
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

Klaster-klaster yang akan digabungkan dalam UU Cipta Kerja


omnibus law terdiri dari: (1) klaster penataan kewenangan; (2)
kelompok kebutuhan investasi; (3) klaster aktivitas berbasis
risiko; (4) klaster pendukung ekosistem investasi; (5) kelompok
pembinaan dan pengawasan; (6) kelompok sanksi.
UU Cipta Kerja penuh kontroversial karena cepanta proses
pembentukannya dan kurangnya partisipasi rakyat dalam
perumusan undang-undang tersebut. Dalam hal ini sudah
seharusnya publik mencurigai pembentukan UU Cipta Kerja
omnimbus law karena sangat potensial memiliki masalah secara
prosedural dan substansial. Bila dilihat lebih jauh RUU ini hanya
dibahas sebanyak 64 rapat sejak 20 April hingga 3 Oktober 2020
pada masa pandemi Covid-19. Proses pembentukan yang sangat
cepat, kurang melibatkan partisipasi rakyat, dan kurangnya
transparansi melatarbelakangi timbulnya kecurigaan terhadap
produk hukum ini. Dimana proses legislasi terkesan dilakukan
secara tergesa-gesa dan kurang peduli dalam pelibatan
masyarakat menimbulkan kecurigaan besar terhadap
Pemerintah saat itu.
Dengan banyaknya aspek dan klaster yang diatur dalam
satu produk UU Ciptaker, seharusnya Pemerintah dan DPR RI
berhati-hati dalam mengesahkan UU tersebut. Cepatnya proses
legislasi dan kurang melibatkan partisipasi rakyat dalam
pembentukan UU Cipta Kerja diduga kuat karena adanya
tekanan oligarki yang memaksa penguasa untuk terburu-buru
mengesahkan UU Cipta Kerja.
Disahkannya UU Cipta Kerja pada saat itu menambah
kecurigaan dan interpretasi lain dari masyarakat, yang mana
pada saat itu naskah asli UU Cipta Kerja tidak bisa diakses
langsung oleh sebagian besar anggota DPR dan masyarakat.
Setidaknya ada lima perubahan draf RUU Cipta Kerja. Dari

5
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

naskah asli yang diunggah di situs resmi DPR, naskah tersebut


kemudian masih diubah saat pengesahan di rapat paripurna
DPR, kemudian diubah lagi sebanyak lima kali. Pertama,
halaman Versi 1.028 (versi pertama diunggah ke situs resmi
DPR, judul file: BALEG-RJ-20200605-100224-2372); kedua,
versi setebal 905 halaman (judul berkas: 5 Oktober 2020 RUU
Cipta Kerja - Paripurna); Ketiga; Versi 1.052 halaman (judul file:
9 Oktober) menyelesaikan tagihan penciptaan lapangan kerja
pada 8,32; Keempat. versi 1.035 halaman (judul file: COPY
TAGIHAN TAGIHAN - KIRIM KE PRESIDEN); Kelima, versi 812
halaman (judul file: RUU CREASI KERJA - PENJELASAN).
Pimpinan Baleg DPR mengakui telah terjadi perubahan isi dan
format undang-undang versi 812 halaman dari versi 1028
halaman.3
Terlalu banyak intrik dan siasat dalam proses pengesahan
UU Cipta Kerja sehingga menimbulkan krisis kepercayaan
terhadap Pemerintah dan DPR. Hal itu dikarenakan masyarakat
menduga ada kepentingan dari kelompok tertentu yang
menyebabkan terburu-burunya proses legislasi UU Cipta Kerja
dan tidak sesuai dengan prosedur pengesahan undang-undang
ini.
Pada subtansi materiil UU Cipta Kerja sendiri dianggap
mengeyampingkan kesejahteraan buruh melalui revisi kebijakan
yang lebih condong keberpihakannya kepada pemilik modal dan
Oligarki elit. Salah satu contohnya ialah dengan adanya
kebijakan yang memperkuat sistem outsourcing, sistem
pengupahan yang hanya akan ditentukan oleh Upah Minimum
Provinsi (UMP) dimana tidak memikirkan pada nasib buruh yang
provinsinya memiliki pertumbuhan ekonomi yang rendah, selain

3Munadhil Abdul Muqsith, UU Omnimbus Law yang Kontroversial, ADALAH, Vol. 4 Nomor 3, 2020,
hlm. 110-111.

6
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

itu pengurangan waktu libur bagi para pekerja menjadi satu hari
dalam seminggu berpotensi meimbulkan pekerja asing masuk
dan bersaing dengan buruh, dan berbagai kerugian lainnya.4
2. Putusan Inkonstitusional Bersyarat dan Revisi UU P3
Setelah dilakukan pengesahan dan pengundangan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
elemen masyarakat mengajukan permohonan uji formil UU Cipta
Kerja ke Mahkamah Konstitusi. Pengujian formil dilakukan
karena pemohon merasa bahwa proses pembentukan UU Cipta
Kerja tidak sesuai dengan sistem pembentukan peraturan
perundang-undangan. Dan benar, pada Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020 menyatakan bahwa
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
bertentangan dengan konstitusi dan harus diperbaiki dalam
jangka waktu 2 tahun.
Menurut pertimbangan hakim Suhartoyo, 5dalam

persidangan proses persidangan judicial review UU Cipta Kerja


terungkap fakta pembentuk undang-undang tidak memberikan
wadah kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
perancangan UU Cipta Kerja secara maksimal. Walaupun pada
faktanya telah dilaksanakan berbagai pertemuan dengan
berbagai kelompok masyarakat, namun pertemuan dimaksud
belum membahas naskah akademik dan materi perubahan UU
Cipta Kerja.
Kemudian Ketua Majelis Hakim MK Anwar Usman
memutuskan bahwa pembentukan UU Cipta Kerja bertentangan
dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai ‘tidak

4Ibid, hlm 112.


5Mahkamah Konstitusi, MK: Inkonstitusional Bersyarat, UU Cipta Kerja Harus Diperbaiki dalam
Jangka Waktu Dua Tahun, https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=17816.

7
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

dilakukan perbaikan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak putusan


ini diucapkan.’6
Menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
91/PUU-XVIII/2020, Pemerintah dan DPR RI memutuskan
untuk merevisi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU P3). Rapat
Paripurna DPR yang digelar Selasa (24/05/2022) sepakat
mengesahkan revisi itu menjadi UU. Perevisian UU P3
dilatarbelakangi agar UU Cipta Kerja yang dinyatakan
konstitusional bersyarat dapat diperbaiki secara formilnya
sehingga dapat diberlakukan kembali seperti awal mulanya.
Perlu kita ketahui bahwasanya UU P3 merupakan pedoman
untuk merancang, merumuskan, mengesahkan, dan
mengundangan suatu peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Oleh karena itu, UU P3 memiliki peran penting bagi
oligarki untuk memuluskan produk hukum pesanan mereka.
Siasat Pemerintah dan DPR RI dalam merevisi UU P3 tidak
lepas dari peranan oligarki agar produk hukum yang berpihak
kepadanya dapat diberlakukan tanpa gangguan apapun.
Bahwasanya UU P3 yang lama tidak memungkinkan DPR dan
pemerintah untuk membentuk peraturan perundang-undangan
dengan metode omnibus. Hal inilah yang menjadi faktor utama
mengapa UU Cipta Kerja belum bisa diterapkan karena putusan
MK menganggap UU Cipta Kerja bertentangan dengan konstitusi
walau sudah disahkan sejak awal November 2020. Kemudian,
dengan masuknya opsi metode pembentukan perundang-
undangan dengan omnibus melalui revisi UU P3, merupakan
jalan pintas DPR dan pemerintah untuk melegalisasikan UU
Cipta Kerja.
3. Terbitnya Perppu Nomor 22 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja

6 Ibid.

8
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

Siasat Oligarki dalam memuluskan produk hukum


pesanan mereka tidak berhenti sampai perevisian Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (UU P3), namun sampai dapat menekan
Presiden untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
(Perppu Cipta Kerja).
Pengesahan Perppu Cipta Kerja menjadi paripurna ketika
DPR RI melakukan persetujuan untuk mengesahkan Perppu
Cipta Kerja menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna ke-
19 masa sidang IV tahun sidang 2022-2023 di kompleks
parlemen, Selasa (21/3). Rapat pengesahan Perppu Ciptaker
turut dihadiri pemerintah yang diwakili Menko Perekonomian
Airlangga Hartarto.7
Alasan Pemerintah untuk menebitkan Perppu Cipta Kerja
dilatarbelakangi oleh antisipasi ancaman kondisi ekonomi
global, dimana menurut Airlangga Hartanto Indonesia
menghadapi resesi global peningkatan inflasi, ancaman stagflasi,
dan juga beberapa negara sedang berkembang yang sudah
masuk jadi pasien IMF.8 Namun, alasan kegentingan memaksa
yang melatarbelakangi Pemerintah dan DPR RI untuk
mengesahkan Perppu Cipta Kerja menjadi Undang-Undang tidak
memiliki alasan yang cukup.
Pengesahan Perppu Cipta Kerja menjadi Undang-Undang
merupakan tamparan yang cukup keras bagi Mahkamah
Konstitusi yang bermarwah sebagai The Guardian Constitution.
Implikasinya adalah hubungan antara Presiden, DPR, dan MK

7 CNN, Perppu Cipta Kerja Resmi Disahkan Jadi Undang-Undang,


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230321104533-32-927642/perppu-cipta-kerja-resmi-
disahkan-jadi-undang-undang.
8 Tempo.co, Sederet Kontroversi Perpu Cipta Kerja yang Akan Disahkan DPR Hari Ini,

https://nasional.tempo.co/read/1705122/sederet-kontroversi-perpu-cipta-kerja-yang-akan-disahkan-
dpr-hari-ini.

9
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

menjadi tidak baik. Hal itu dikarenakan Presiden dan DPR RI


Bersama-sama tidak menghormati putusan MK untuk
memperbaiki UU Cipta Kerja dengan cara yang semestinya.
Perppu Cipta Kerja sebagai produk hukum pesanan
oligarki merupakan penghinaan terbesar bagi kedaulatan rakyat
dalam membentuk suatu hukum. Dalam negara hukum
demokrasi di Indonesia, pembentukan undang-undang haruslah
melibatkan partisipasi rakyat karena yang menjadi subjek dan
objek dalam hukum tersebut ialah rakyat itu sendiri. Pelibatan
rakyat dalam proses legislasi ditujukan agar produk hukum yang
dibuat tidak merugikan dan mencelakai rakyat itu sendiri.
Namun, dengan hadirnya UU Cipta Kerja yang banyak
merugikan masyarakat baik dalam konteks perburuhan,
lingkungan, dan penanaman modal, menjadi suatu ancaman
terhadap demokrasi itu sendiri. Tidak diragukan lagi, UU Cipta
Kerja dinyatakan inkonstitusional bersyarat dalam segi formil
yang mana kurangnya meaningfull participation/partisipasi
publik dalam proses perancangannya dan menggunakan metode
pembentukan perundang-undangan yang tidak diatur dalam
undang-undang. Kemudian untuk mensiasati tegaknya kembali
UU Cipta Kerja, oligarki melalui Pemerintah dan DPR melakukan
revisi terhadap UU P3 agar dapat selaras dengan UU Cipta Kerja
yang dinyatakan cacat formil. Tidak habis sampai itu, oligarki
yang merasa tidak puas karena harus menunggu lama untuk
memperbaiki produk hukum pesanan mereka mampu memaksa
Presiden untuk mengeluarkan Perppu Cipta Kerja, yang mana
kita ketahui Perppu tidak perlu melibatkan partisipasi rakyat
dalam proses pembentukannya sehingga tidak memakan waktu
yang lama. Terakhir, oligarki mampu mengendalikan DPR RI
untuk menyetujui Perppu Cipta Kerja menjadi Undang-Undang

10
FORUM BEM DIY
Divisi Kajian Strategis
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

sehingga produk hukum pesanan oligarki paripurna menjadi


hukum yang sah di Indonesia.

C. PENUTUP
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya melalui proses pembentukan UU Cipta Kerja, perevisian
UU P3, dan pengesahan Perppu Cipta Kerja kita dapat melihat
kejanggalan yang mengidentifikasikan permainan kelompok-kelompok
tertentu atau oligarki dalam mengatur hukum di Indonesia.
Paripurnanya Perppu Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
menjadi tamparan keras bagi kedaulatan rakyat yang seharusnya
memegang kekuasaan tertinggi dalam bernegara. Oleh karena itu,
peran oligarki yang hanya menguntungkan kelompok-kelompok
tertentu harus dihindarkan dalam proses pembentukan hukum di
Indonesia agar tidak menciderai marwah Indonesia sebagai negara
hukum.

11

Anda mungkin juga menyukai