Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MASALAH SOSIAL BUDAYA KELOMPOK 3 (A1)

ANALISIS MASALAH PENGANGGURAN DI INDONESIA DALAM


PERSPEKTIF TEORI KONFLIK

Firdaus1 M. Riski Yanor2 Natasya Septiyani Putri3 Ari setiawan4 Musdalifah5


Risma6
21101143100141 21101141100062 21101143200093 21101142100224
21101143200045 21101142200246
Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lambung Mangkurat
Email : 2110114110011@mhs.ulm.ac.id

A. PENDAHULUAN
Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi
sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak
selalu mudah untuk dipahami. Apabila pengangguran tersebut tidak segera diatasi maka
dapat menimbulkan kerawanan sosial,dan berpotensi mengakibatkan kemiskinan.Terjadinya
pengangguran di suatu negara dapat dikarenakan jumlah lapangan pekerjaaan di suatu
wilayah tertentu tidak dapat mencukupi jumlah angkatan kerja atau jumlah permintaan akan
lapangan pekerjaan akan penawaran lapangan kerja tidak seimbang. Hal tersebut berakibat
bertambahnya jumlah pertumbuhan tenaga kerja melebihi jumlah kesempatan kerja. Oleh
karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama
semakin bertambah serius. Lebih prihatin lagi di beberapa negara miskin bukan saja jumlah
pengangguran menjadi bertambah besar, tetapi juga proporsi mereka dari keseluruhan
tenaga kerja semakin bertambah tinggi.
Dalam hal ini pemanfaatan tenaga kerja secara maksimal wajib dilakukan oleh
pemerintah, jika pemerintah ingin survive dalam pembangunan, jika tidak perlahan tapi pasti
bertambahnya jumlah angkatan kerja yang tidak terserap (pengangguran) akan menjadi
beban dan penghambat dalam dalam perekonomian dan pada akhirnya menjadi masalah.
Selain menjadi beban dan penghambat dalam pertumbuhan perekonomian suatu
negara,pengangguran juga digunakan menjadi salah satu indikator dari pasar tenaga kerja
yang ada. Rendahnya pengangguran sering dianggap menjadi suatu prestasi dalam suatu
negara demikian juga sebaliknya.Pemerintah harus segera mengangani permasalahan ini
karena dengan tingkat pengganguran yang dapat berdampak terhadap meningkatnya
tindakan kriminalitas,seperti pencurian,perampokan,pembegalan dan lain-lain.
Pengangguran menjadi beban psikis dan psikologis seperti tekanan emosi dan pikiran
yang tidak stabil bagi yang menganggur dan keluarganya .Para penganggur akan memiliki
perasaan tidak enak dengan keluarga dan lingkungannya, ada perasaan malu, serba salah,
beban moral, merasa tidak berguna, kurang percaya diri, mudah tersinggung, dan tertekan
karena tuntutan orang tua dan keluarga. Para penganggur akan melakukan berbagai cara
untuk mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, tidak sedikit dari
para pengangguran yang akhirnya melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma dan
hukum demi memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti tindakan kejahatan atau kriminalitas.
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari pengangguran dan penyebab
tindakan kriminal. Artikel ini juga ditujukan untuk mengidentifikasi bagaimana pengangguran
dapat memicu tindakan kriminal ditinjau dari perspektif konflik yang diharapkan dapat
menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dan memberikan edukasi kepada masyarakat

1
khususnya para pekerja sosial untuk dapat melaksanakan perannya dalam mengatasi
masalah ini dan melakukan pemerataan sumber daya.

B. ANALISIS ISI ARTIKEL


1. Perspektif Sosiologis (Berdasarkan Teori Konflik)
Secara sosiologis, Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena
mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti
pola yang tidak selalu mudah untuk dipahami. Apabila pengangguran tersebut tidak segera
diatasi maka dapat menimbulkan kerawanan sosial,dan berpotensi mengakibatkan
kemiskinan.Terjadinya pengangguran di suatu negara dapat dikarenakan jumlah lapangan
pekerjaaan di suatu wilayah tertentu tidak dapat mencukupi jumlah angkatan kerja atau
jumlah permintaan akan lapangan pekerjaan akan penawaran lapangan kerja tidak
seimbang. Hal tersebut berakibat bertambahnya jumlah pertumbuhan tenaga kerja melebihi
jumlah kesempatan kerja. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari
tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius. Menurut Sadono Sukirno
(1994),pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja inginmendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Penganguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak mendapat pekerjaan.
Analisis ini menggunakan perspektif sosiologi yaitu perspektif konflik. Perfektif ini
berfokus pada kesenjangan dan akibat dari adanya kelas dalam struktur masyarakat (kelas
atas dan kelas bawah) (Tualeka, 2017). Penyebab terjadinya pengangguran tidak lepas dari
adanya tindakan dari masyarakat kelas atas yang akhirnya membuat masyarakat kelas
bawah tidak memperoleh pekerjaan dan menganggur.
Dampak dari pengangguran terhadap tindakan kriminal juga dapat ditinjau lebih lanjut
menggunakan fokus-fokus dari perspektif konflik. Fokus dari perspektif konflik adalah
membahas tentang adanya kekuatan, dominasi, dan ketidaksetaraan yang terjadi dalam
masyarakat (Tualeka, 2017). Konflik yang terjadi sampai saat ini adalah masyarakat yang
memiliki kekuatan dan kekuasaan yang tinggi dapat berbuat semaunya dalam menentukan
hal-hal penting seperti undang-undang, kebijakan, menentukan siapa yang layak mendapat
pekerjaan, dan lainnya (Basrowi, 2018). Hal ini tentu menjadi pertentangan karena dapat
membuat banyak masyarakat kehilangan atau tidak mendapat pekerjaan. Contohnya seperti
suatu perusahaan yang mengganti tenaga manusia dengan tenaga mesin. Para pekerja
terpaksa kehilangan pekerjaannya karena telah digantikan oleh mesin-mesin yang dinilai
efektif dan efisien. Hal ini sering terjadi dalam dunia pekerjaan karena perkembangan
teknologi yang membuat keahlian manusia sudah tidak dibutuhkan lagi. Mereka yang
kehilangan pekerjaannya akan sulit mencari pekerjaan baru karena perusahaan yang lain
melakukan hal yang sama. Hal ini dapat memicu para penganggur melakukan tindakan
kriminal karena kesulitan dalam mencari pekerjaan baru.
Kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki sebagian masyarakat tersebut akhirnya
menimbulkan proses dominasi dalam kehidupan masyarakat. Dominasi merupakan proses
pengendalian kekuasaan pihak besar (dominan) kepada pihak yang lemah. Dominasi
dilakukan untuk tujuan tertentu, sebagian besar karena ekonomi dan kekuasaan (Tumengkol,
2012). Dominasi ini dapat menyebabkan suatu kekerasan dan perpecahan dalam
masyarakat. Dominasi ini juga terjadi dalam dunia pekerjaan, seperti perusahaan-
perusahaan modern yang muncul menggantikan perusahaan-perusahaan tradisional.
Perusahaan tradisional akan mengalami kemunduran karena kalah dalam persaingan
dengan perusahaan- perusahaan baru yang lebih modern. Akhirnya perusahaan-
perusahaan tradisional ini bangkrut dan para pekerja di dalamnya kehilangan mata
pencahariannya (Hia, 2013). Para pekerja ini akan menganggur sampai mereka mendapat

2
pekerjaan baru. Kemampuan mereka dalam perusahaan tradisional tidak sesuai dengan
perusahaan modern dan menyebabkan mereka kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan
baru. Seiring berjalannya waktu, kemampuan mereka akhirnya hilang karena tidak digunakan
namun mereka masih belum juga mendapatkan pekerjaan baru (Probosiwi, 2016). Akhirnya
mereka memilih jalan pintas yang termudah yaitu melakukan tindakan kriminal sebagai
pekerjaannya yang baru.
Kekuatan dan dominasi dalam masyarakat secara jelas menunjukkan adanya
ketidaksetaraan dalam kehidupan masyarakat. Ketidaksetaraan memiliki tiga gagasan utama
yang terpisah namun saling berkaitan (Fauziah, 2017). Pertama, gagasan bahwa setiap
masyarakat harus memiliki kesempatan yang sama terlepas dari latar belakang, ras,
seksualitas, jenis kelamin, dan sebagainya. Kedua adalah pembagian yang adil, bahwa
manfaat harus tersebar secara adil dan merata. Ketiga, tentang persamaan hasil yang sama
setiap masyarakat tanpa memperdulikan keadaan. Ketidaksetaraan ini juga dapat terlihat
dalam dunia pekerjaan. Contohnya seperti kesempatan kerja yang terbatas hanya untuk
sebagian masyarakat, pembagian lapangan pekerjaan dan kemajuan peradaban teknologi
yang tidak merata. Hal ini menyebabkan masyarakat yang tidak berkesempatan untuk
mendapat pekerjaan menjadi menganggur dan mencari jalan lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi yang tidak merata juga
menyebabkan beberapa daerah kekurangan lapangan pekerjaan dan pengangguran
semakin bertambah. Bertambahnya pengangguran tersebut seiring dengan bertambahnya
tindakan kriminal yang terjadi karena kurangnya lapangan pekerjaan.
Tualeka (2017) mengatakan bahwa teori utama mengenai sebab-sebab konflik sebagai
berikut:
Teori Kebutuhan Manusia
Teori ini beranggapan bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh kebutuhan dasar
setiap manusia yang tidak terpenuhi atau terhalangi. Kebutuhan tersebut dapat berupa
kebutuhan fisik, kebutuhan mental, dan kebutuhan sosial. Teori ini sering membicarakan
tentang keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi dalam masyarakat.
Sasaran dari teori ini adalah mengidentifikasi dan mengupayakan secara bersama apa saja
kebutuhan masyarakat yang tidak terpenuhi agar menghasilkan pilihan dan solusi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Penanganan Masalah Pengangguran


Permasalahan Pengganguran merupakan permasalahan yang sangat serius dan
perlu ditangani karena akan menimbulkan kerawanan sosial,berpotensi mengakibatkan
kemiskinan dan tingginya kriminalitas.
Berikut beberapa tahapan dalam upaya penanganan masalah pengangguran, yakni
sebagai berikut.
a. Tahapan Identifikasi
Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan
masyarakat dalam perkembangan masyarakat. perwujudan dapat merupakan masalah lama
yang mengalami perkembangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan tetapi dapat
pula merupakan masalah baru yang muncul karena perkembangan dan perubahan
kehidupan sosial ekonomi dan kultural. Dalam studi masalah sosial terdapat beberapa
kriteria yang sering digunakan untuk melakukan identifikasi awal guna mengetahui apakah
dalam suatu masyarakat terkandung fenomena yang disebut masalah sosial atau tidak dari
beberapa kriteria yang digunakan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu
ukuran objektif dan subjektif ( Soetomo, 2013).Disini masalah sosial pengganguran perlu
ditangani dengan serius,karena dapat menimbulkan permasalahan baru .

3
Tahap indentifikasi masalah pengganguran menggunakan ukuran objektif instrumen
untuk mengetahui keberadaan gejala sosial dalam masyarakat dengan menggunakan
parameter yang dianggap baku dengan memanfaatkan data yang ada termasuk angka
statistik. Berikut data

Tabel 1. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan


TPT Tahun 2008– 2013
Tingkat
Partisipasi Tingkat
Angkatan Angkatan
Bekerja Pengangguran Pengangguran
Kerja Kerja
Tahun Terbuka (TPT)
(TPAK)

(Juta (Juta
Orang) Orang) (Juta Orang) (%)
(%)
2008 111.95 102.55 9.39 67.18 8.39
2009 113.83 104.87 8.96 67.23 7.87
2010 116.53 108.21 8.32 67.72 7.14
2011 117.37 109.67 7.70 68.34 6.56
2012 118.05 110.81 7.24 67.88 6.14
2013 118.19 110.80 7.39 66.90 6.25

Sumber : BPS Indonesia, 2014


Dapat dilihat dari tabel satu diatas, bahwa tingkat pengangguran di
Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya.

Sumber : BPS Indonesia,2017

Tingkat kriminlitas paling tinggi terjadi di Metro Jaya dari tahun 2011 hingga 2016. Untuk
tahun 2011 tingkat kejahatan terendah ditempati oleh provinsi Kalimantan Selatan, kemudian
di tahun 2012 hingga 2016 tingkat kriminalitas terendah ditempati oleh provinsi Maluku Utara.
Selanjutanya indentifikasi melalui ukuran subjektif merupakan instrumen identifikasi
masalah sosial berdasarkan interpretasi masyarakat pada umumnya. interpretasi tersebut

4
menggunakan referensi nilai norma dan standar sosial yang berlaku, Oleh sebab itu ukuran
ini menjadi bersifat relatif karena setiap masyarakat dapat memiliki nilai norma dan standar
sosial yang berbeda. Dapat saja terjadi suatu gejala atau kondisi yang dalam masyarakat
tertentu Tidak Dianggap melanggar nilai dan norma Dengan demikian tidak dikreasikan
sebagai masalah sosial akan tetapi di tempat lain gejala tersebut dianggap sebagai masalah
sosial oleh karena dianggap melanggar nilai dan norma. Meningkatnya kriminalitas ini
disebabkan karena adanya pengaruh langsung dari jumlah penduduk, pengangguran dan
kemiskinan yang tidak mendapatkan pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan sehingga
memaksa mereka untuk melakukan kriminalitas untuk memenuhi kebutuhan hidup.Dalam hal
implementasi terhadap pengganguran menyebabkan tekanan psikis untuk mendapatkan
uang sehingga melakukan tindakan kriminalitas seperti mencuri,merampok,membegal dan
lain-lain yang tentu dalam masyarakat sangat melanggar norma.
b. Tahapan Diagnosis
Diagnosis masalah dimaksudkan sebagai kegiatan mengkaji, menelaah secara mendalam
faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masalah.Dalam kasus seperti telah disebutkan
di muka tampak bahwa faktor penyebab timbulnya masalah kriminalitas berawal dari
tingginya pengganguran disuatu tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pengangguran pada tahapan diagnosis ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
yakni personal blame approach dan system blame approach. Pendekatan personal blame
approach merupakan pendekatan yang masalah sosialnya berada pada level individu,
sedangkan pendekatan system blame approach merupakan pendekatan yang masalah
sosialnya bersumber dari label system.
Sukirno (dalam Qadrunnada, 2017) menyebutkan bahwa terdapat dua bagian dalam
mengidentifikasi jenis-jenis pengangguran, yaitu pengangguran berdasarkan penyebabnya
dan pengangguran berdasarkan cirinya. Kedua bagian tersebut masing-masing terbagi
kembali menjadi 4 kelompok.
Pengangguran berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi normal atau friksional,
siklikal, struktural, dan teknologi. Pengangguran normal atau friksional hanya sebesar dua
atau tiga persen dalam suatu ekonomi, karena ekonomi tersebut dipandang sudah mencapai
kesempatan kerja penuh. Pengangguran jenis ini biasanya menganggur karena sedang
mencari pekerjaan lain yang dianggap lebih baik. Hal ini terjadi karena pekerjaan yang
mudah diperoleh membuat pengusaha sulit mendapatkan pekerja. Dengan begitu,
pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi untuk mendorong para pekerja meninggalkan
pekerjaannya yang lama dan mencari pekerjaan baru yang memiliki gaji lebih tinggi atau
lebih sesuai dengan keahliannya.
Berbeda dengan pengangguran friksional, pengangguran siklikal terjadi karena
penurunan agregat yang cukup pesat. Penurunan ini dapat disebabkan oleh merosotnya
harga-harga komoditas. Kemerosotan ini menyebabkan permintaan produksi pada
perusahaan-perusahaan yang bersangkutan mengalami kemerosotan pula. Akhirnya
perusahaan-perusahaan mengurangi pekerjanya bahkan menutup perusahaannya karena
turunnya permintaan produksi. Mereka yang kehilangan pekerjaannya terpaksa menjadi
seorang penganggur.
Mirip dengan pengangguran friksional, pengangguran struktural terjadi karena
perusahaan dan industri yang mengalami kemunduran karena tidak dapat terus berkembang
maju. Kemunduran ini biasanya terjadi karena kemajuan teknologi yang mengurangi
permintaan terhadap suatu barang dan munculnya barang baru yang lebih baik. Biaya yang
tinggi membuat perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
Kemunduran ini menyebabkan kegiatan produksi menurun dan sebagian pekerja terpaksa
harus diberhentikan. Oleh karena itu, pengangguran ini disebut struktural karena adanya
perubahan struktur kegiatan ekonomi.

5
Pengangguran berdasarkan penyebabnya yang terakhir adalah pengangguran
teknologi. Pengangguran ini disebabkan oleh penggantian tenaga manusia dengan mesin
atau teknologi dan bahan kimia lainnya. Kemajuan teknologi membuat kebutuhan akan
pekerja dan tenaga manusia semakin berkurang. Dengan begitu, pengangguran semakin
bertambah karena tenaga manusia telah tergantikan oleh mesin dan teknologi lainnya.
Pengangguran berdasarkan cirinya terbagi menjadi empat bagian pula, yaitu
pengangguran terbuka, tersembunyi, musiman, dan setengah menganggur. Pengangguran
terbuka adalah pengangguran yang paling umum terjadi karena lowongan pekerjaan yang
tersedia lebih rendah dari banyaknya tenaga kerja yang tersedia. Pengangguran ini juga
dapat disebabkan oleh kegiatan ekonomi yang menurun, kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja manusia, dan terjadinya kemunduran dalam
perkembangan suatu industri. Para penganggur jenis ini menganggur secara nyata dan
separuh waktu, oleh karena itu dinamakan dengan pengangguran terbuka.
Pengangguran jenis kedua adalah pengangguran tersembunyi. Pengangguran ini
umumnya terjadi pada sektor pertanian atau jasa. Pengangguran ini berupa kelebihan tenaga
kerja pada suatu kegiatan ekonomi. Contohnya seperti pelayanan restoran yang lebih banyak
dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar mengerjakan
suatu lahan dengan luas tanah yang sangat kecil.
Pengangguran musiman juga umumnya terjadi pada sektor pertanian atau perikanan.
Pengangguran ini bergantung pada musim dan kondisi alam yang terjadi. Contohnya seperti
petani yang tidak dapat mengelola tanahnya karena musim kemarau yang menyebabkan
kekeringan. Musim hujan juga membuat para nelayan tidak dapat bekerja karena curah hujan
yang tinggi dan ombak laut yang ekstrim. Para petani dan nelayan ini akhirnya terpaksa
menganggur selama musim-musim tertentu.
Pengangguran terakhir adalah setengah menganggur. Pengangguran ini biasanya
terjadi pada pekerja yang tidak bekerja sepenuh waktu atau jam kerja mereka jauh lebih
rendah dari jam kerja normal. Bisa jadi jam kerja yang mereka miliki hanya satu hingga empat
jam per harinya atau satu hingga dua hari dalam satu minggu. Mereka inilah yang disebut
dengan setengah menganggur atau underemployed. Sedangkan jenis pengangguran ini
disebut dengan underemployment.
Dampak Pengangguran yang Memicu Tindakan Kriminal
Beberapa dampak dari pengangguran yang dapat memicu terjadinya tindakan
kriminal dapat dikaji berdasarkan segi-segi tertentu, seperti dalam segi ekonomi, segi sosial,
segi politik, segi keamanan, dan segi individu (Basrowi, et.al, 2018). Dalam segi ekonomi.
Pengangguran akan berpengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan. Karena pendapatan
yang diperoleh seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya. Hal
ini disebabkan karena mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan atau sedang tidak
melakukan pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan sehingga mereka menganggur.
Karena kebutuhan yang terus berjalan tidak sebanding dengan pendapatan, tidak sedikit dari
mereka yang menganggur lebih memilih jalan pintas untuk menghasilkan pendapatan.
Dalam segi sosial, pengangguran dapat menyebabkan seseorang kehilangan aktifitas
sehari-harinya. Waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja menjadi terbuang sia-sia
karena tidak memiliki pekerjaan. Hal ini membuat mereka tidak percaya diri, putus asa,
bahkan depresi. Beberapa penganggur mencari alternatif untuk mengisi waktu luangnya
dengan kegiatan yang dapat menghasilkan uang. Mereka bisa saja menjadi pengemis,
gelandangan, atau pengamen. Namun terdapat juga sebagian dari mereka yang memilih
melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, merampok, dan lainnya demi menghasilkan
uang yang lebih banyak (Ichsan, 2016).

6
Dalam segi politik, pengangguran mempengaruhi dunia politik karena dapat
menyebabkan maraknya demonstrasi yang terjadi dan membuat dunia politik menjadi tidak
stabil (Hia, 2013). Para demonstran tersebut tidak lain adalah para serikat kerja yang tidak
mendapatkan dan kehilangan pekerjaannya. Demonstrasi sangat merugikan karena banyak
dari demonstran yang melakukan tindakan vandalisme dengan merusak berbagai fasilitas
umum (Aminah, 2012). Tindakan vandalisme tersebut termasuk ke dalam tindakan kriminal
karena mengganggu ketertiban lingkungan dan merusak fasilitas umum.
Dalam segi keamanan, pengangguran membuat para penganggur melakukan
tindakan kriminal demi menghidupi perekonomiannya. Tindakan tersebut seperti merampok,
mencuri, perdagangan narkoba, tindakan penipuan, dan lain sebagainya (Basrowi, 2018).
Tindakantindakan kriminal tersebut sangat mengancam tingkat keamanan suatu negara dan
mengganggu ketenangan masyarakat karena merasa terancam oleh lingkungan tempat
tinggalnya sendiri.
Dalam segi individu, menurut Ikawati (2019) pengangguran sangat mengganggu
keadaan psikis seseorang. Pengangguran dapat membuat seseorang menjadi kehilangan
minat, keterampilan, lebih sensitif (mudah marah, bingung, dan perasaan cemas), depresi,
apatis, adanya konsep negatif tentang dirinya sendiri, menarik diri dari lingkungan sosialnya,
kehilangan nafsu makan, sulit tidur, mengganggu mobilitas, kreativitas dan produktivitas para
penganggur. Dengan segala tekanan yang dialami para penganggur tersebut, mereka
menjadi sulit berpikir jernih dalam mencari solusi untuk mendapatkan pekerjaan. Karena
kesulitan berpikir tersebut, akhirnya mereka memilih jalan pintas dengan melakukan tindakan
kriminal.
Akibat dan dampak dari pengangguran Adanya pengangguran akan berdampak pada
berbagai sektor. Diantaranya adalah Pada sektor perekonomian negara dan masyarakat.
a. Dampak Bagi perekonomian negara

1) Penurunan pendapatan perkapita


2) Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3) Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
4) Dapat menambah hutang negara.

b. Dampak Bagi masyarakat

1) Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.


2) Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan Apabila
tidak bekerja.
3) Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Pengaruh pengangguran Terhadap Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi

1. Menurunkan Pendapatan Masyarakat


Pengangguran artinya orang yang tidak bekerja atau tidak memiliki pendapatan, Dan
ini menyebabkan pendapatan masyarakat secara umum turun. Turunnya Pendapatan
menurunkan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat yang turun menyebabkan turunnya
permintaan terhadap Barang dan jasa. Komponen konsumsi (C) dari Gross Domestic
Product (GDP) juga Turun. Ini artinya perekonomian negara turun.

2. Menurunkan Tingkat Investasi Modal

7
Karena pengangguran tidak mempunyai pendapatan, maka mereka tidak memiliki
Kesempatan untuk menabung. Padahal tabungan merupakan salah satu komponen dari
Investasi. Dengan demikian orang yang tidak bekerja atau menganggur dapat Menurunkan
investasi.
Investasi (I) merupakan komponen dari Gross Domestic Product (GDP). Investasi
Berkorelasi positif dengan GDP. Sehingga pengangguran dapat menurunkan GDP. Itu
Berarti semakin banyak orang yang menganggur maka GDP (Produk Domestik Bruto) Yang
dihasulkan akan turun.

3. Menurunkan Penerimaan Pemerintahan


Selain konsumsi yang turun, pengangguran juga menurunkan jumlah transaksi Ekonomi.
Dengan demikian, pengangguran menurunkan pajak pendapatan dan pajak Dari transaksi
ekonomi. Salah stau penerimaan pemerintah adalah sektor pajak dari Masyarakat.
Penerimaan pajak merupakan bagian dari Gross Domestic Product (G), jadi, Semakin
tinggi jumlah pengangguran, maka pajak dari masyarakat juga turun. Penerimaan
pemerintah turun, sehingga pengeluaran pemerintah (G) turun, maka GDP Juga turun. Ini
Artinya Perekonomian turun.

4. Menurunkan keterampilan masyarakat


Secara tidak langsung menganggur merupakan kondisi tidak terpakainya sumber Daya
yang dimiliki oleh masyarakat. Dilain sisi, tenaga kerja akan menjadi lebih Terampil dan
memiliki pengalaman yang luas ketika mereka bekerja.Keadaan menganggur dapat
menyebabkan para tenaga kerja kehilangan Pengalaman atau penurunan keterampilan yang
dimilikinya. Semakin lama menganggur, Maka semakin banyak kehilangan pengalaman dan
keterampilannya. 5. Meningkatkan Biaya Sosial
Pengangguran menimbulkan beban terhadap masyarakat akibat biaya-biaya sosial
Yang harus dikeluarkan, seperti biaya perawatan pasien yang stres (depresi) karena
Menganggur, biaya keamanan dan biaya pengobatan akibat meningkatnya tindak
Kriminalitas yang dilakukan oleh penganggur, serta biaya pemulihan dan renovasi Beberapa
tempat akibat demonstrasi dan kerusuhan yang dipicu oleh ketidakpuasan dan Kecemburuan
sosial para penganggur.
Menurut Wulansari (2017) dalam analisa yang bersifat makro, bahwa penyebab
terjadinya kejahtan disebkan oleh meningkatnya angka pengangguran. Tinggiya jumlah
pengangguran di Indonesia dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi masyrakat
maupun bagi negara. Angka kriminalitas (kejahatan) meningkat, misalnya pencurian,
penjambretan, dan penodongan.
Berdasarkan asumsi orang yang menganggur mengalami pengurangan atau
kehilangan pendapatan sehingga akan menyebabkan ekspektasi utilitas tindak kejahatan
lebih besar dari utilitas pendapatan legalnya. Biaya pemenjaraan berupa opportunity cost
pendapatan legal yang hilang juga sangat kecil bagi seorang pengangguran. Hal ini
menimbulkan insentif bagi orang tersebut untuk melakukan tindak kejahatan.
c. Tahapan Treatment
Setelah dilakukannya tahapan diagnosis tersebut kita menjadi dapat mengetahui
bahwa masalah sosial pengangguran ini lebih mengarah pada permasalahan individu bukan
sistem. Tindakan treatment atau upaya pemecahan masalah yang ideal adalah apabila dapat
menghapus atau menghilangkan masalahnya dari realitas kehidupan sosial. Walaupun
demikian, untuk penanganan masalah sosial, harapan ideal tersebut jarang atau sulit untuk
dapat diwujudkan.Oleh karena perlu adanya usaha-usaha seseorang untuk mendapatkan
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

8
Penganggur itu berpotensi menimbulkan kerawanan berbagai kriminal dan gejolak
sosial, Politik dan kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang
luar biasa. orang harus mengkonsumsi beras, gula, minyak, pakaian, listrik, air bersih dan
sebagainya Setiap hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Oleh karena itu, apa pun
alasan dan Bagaimanapun kondisi Indonesia saat ini masalah pengangguran harus dapat
diatasi dengan Berbagai upaya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi Kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai
solusi pengangguran berbagai strategi Dan kebijakan dapat ditempuh, untuk itu diperlukan
kebijakan yaitu :
Usaha pertama Pemerintah dalam rehabilatif yaitu memberikan bantuan wawasan,
pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan Kepada Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen Memberikan bantuan modal lunak jangka
panjang, perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas Khusus agar dapat tumbuh secara
mandiri dan andal bersaing di bidangnya. Mendorong Terbentuknya kelompok usaha
bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan Mendorong terwujudnya pengusaha
kecil dan menengah yang mampu mengembangkan Usaha, menguasai teknologi dan
informasi pasar dan peningkatan pola kemitraan UKM Dengan BUMN, BUMD, BUMS dan
pihak lainnya.Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan
kawasan-kawasan, Khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan
membangun fasilitas Transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi
para penganggur di Berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia.Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan
penganggur. Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun
lembaga itu, ssetia Penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat
perhatian khusus. Secara Teknis dan rinci.Segera menyederhanakan perizinan dan
peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis Perizinan yang menghambat investasi
baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu
segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang Pertumbuhan iklim investasi
yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
Usaha berikutnya Preventif yaitu usaha penanganan masalah sosial dengan fokus
perhatian pada kondisi masalah sosial sudah terjadi, dengan demikian merupakan usaha
perubahan, perbaikan agar masalah sosial terpecahkan atau terselesaikan. Sementara itu
usaha preventif mempunyai fokus perhatian pada kondisi masalah sosial terjadi, walaupun
mungkin saja di dalamnya terkandung potensi munculnya masalah sosial.Dalam
pengganguran ini pemerintah dapat mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan
Indonesia (khususnya daerah-daerah yang Belum tergali potensinya) dengan melakukan
promosi-promosi keberbagai negara untuk Menarik para wisatawan asing, mengundang para
investor untuk ikut berpartisipasi dalam Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan
dan kebudayaan yang nantinya akan banyak Menyerap tenaga kerja daerah
setempat.Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah
pada usia Dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru
aata Melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah
yang Jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan
oleh Pemerintah.
Dan yang terakhir usaha developmental dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan atau kapasitas seorang atau sekelompok orang agar dapat memenuhi
kehidupan yang lebih baik. Dengan peningkatan kemampuan tersebut, maka akan tercipta
iklim yang kondusif bagi masyarakat untuk menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan
kebutuhan dalam kehidupannya. Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim
ke luar negeri. Perlu seleksi Secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya
diupayakan tenaga-tenaga Terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh
Pemerintah Pusat dan Daerah.Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem
9
pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem Pendidikan dan kurikulum sangat menentukan
kualitas pendidikan yang berorientasi Kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur
adalah para lulusan perguruan tinggi Yang tidak siap menghadapi dunia kerja.Segera
mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia mempunyai letak
Geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat
Potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian Indonesia
perlu Dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang
produktif.

C. SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai masalah pengangguran yang terjadi di
Indonesia, dapat kita simpulkan bersama bahwa pengangguran ini memanglah dapat
dinyatakan sebagai sebuah masalah sosial.Karena pengangguran dapat memicu terjadinya
tindakan kriminal. Dampak dari pengangguran dapat ditinjau dalam berbagai segi yang
berujung pada tindakan kriminal. Dalam segi ekonomi, pengangguran berdampak langsung
pada kemiskinan yang membuat masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
sehingga perlu mencari alternatif lain agar kebutuhannya tetap terpenuhi. Dalam segi sosial,
pengangguran membuat masyarakat kehilangan aktifitas sehari-harinya dan membuang
waktunya dengan sia-sia tanpa menghasilkan apapun. Dalam segi politik, pengangguran
menjadi penyebab maraknya demonstrasi yang diiringi dengan kerusakan-kerusakan dan
tindakan kriminal lainnya yang merugikan banyak pihak. Dalam segi keamanan,
pengangguran membuat suatu negara menjadi tidak aman karena maraknya tindakan
kriminal yang dilakukan masyarakat demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam segi
individu, pengangguran memberikan tekanan berat bagi para penganggur yang membuatnya
kehilangan keterampilan, percaya diri, depresi, dan lainnya. Dalam segala segi,
pengangguran dapat berujung pada tindakan kriminal karena situasi dan kondisi yang
membuat seseorang tidak dapat berpikir jernih dan menekan seseorang untuk mencari jalan
keluar demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dampak dari pengangguran terhadap tindakan kriminal juga dapat ditinjau lebih lanjut
menggunakan teori-teori dan fokus dari perspektif konflik. Teori kebutuhan manusia
menjelaskan bahwa tindakan kriminal dapat terjadi karena kebutuhan manusia yang tidak
terpenuhi. Kebutuhan yang tidak terpenuhi ini salah satunya disebabkan oleh pengangguran.
Seperti yang sudah dipaparkan diatas beberapa usaha pemerintah dalam mengtasi
masalah pengganguran perlu ditangani melalui tahapan Indentifikasi,Diagnosis dan
treatment.Dengan usaha-usaha tersebut bisa berdampak terhadap berkurangnya tingkat
pengganguran dan kriminalitas di indonesia.

D. DAFTAR PUSTAKA
Devit Prasetyo Sejati, 2020, PENGANGGURAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PEMBANGUNAN EKONOMI.
Sabiq, R. M., & Apsari, N. C. (2021). Dampak pengangguran terhadap tindakan kriminal ditinjau dari perspektif
konflik. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 3(1), 51-64.
Sri Maryati, Journal of Economic and Economic Education Vol.3 No.2 (124 - 136), DINAMIKA PENGANGGURAN
TERDIDIK: TANTANGAN MENUJU BONUS DEMOGRAFI DI INDONESIA.

Yulna Dewita Hia, Economica, Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Vol. 1
No. 2, April 2013, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI
PENGANGGURAN.

10
LAPORAN DIKUSI

1. Bertanya: Safitri (A1)


Penagangguran adalah suatu maslaah sosial yang membudaya, mereka dapat dijumpai dimanamana
termasuk yang paling dominan adalah dikota besar , pengangguran dapat diartikan sebagai orang
yang tidak memiliki pekerjaan, pertanyaan saya adalah seorang pengemis yang suka minta-minta
apakah termasuk kedalam pengangguran?

Jawab: Musdalifah 2110114320004


Pengemis bukanlah seseorang yang di anggap sebagai pengangguran, apabila dia merupakan
seseorang yang berpenghasilan, dan dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, maka dia tidak
bisa di kategorikan sebagai pengangguran, jadi dapat disimpulkan bahwasanya seorang pengemis itu
bukanlah seorang pengangguran

2. Bertanya: Naira Nurul Asyifa (A1)


Mengapa ada istilah pengangguran berkualitas dalam masyarakat ?

Jawab: Natasya Septiyati Putri 2110114320009


Setidaknya ada dua arti istilah ini, yang pertama orang yang dianggap pengangguran oleh masyarakat
dan orang orang sekitarnya, padahal ia sebenarnya bekerja dan menghasilkan uang, seperti youtuber
dan blogger. Satu lagi adalah pengangguran yang tamat dari universitas dan sekolah ternama, bahkan
luar negeri, tetapi memang belum mendapatkan pekerjaan yang cocok baginya.

3. Bertanya: Sofiya Nurriyati Salma (A2)


Apakah ada tindakan dari pemerintah terutama di kota Banjarmasin ini untuk menanggulangi masalah
pengangguran, jika ada apa tindakan yang dilakukan pemerintah?

Jawab: Firdaus 2110114310014


Ada, upaya tindakan pemerintah Banjarmasin antara lain :
1. Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa
kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan
manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar.
2. Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan,
khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi.
3. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti
PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap
penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus.

4. Bertanya: Norkamaliah (A2)


Mengapa angka pengangguran di Indonesia semakin tinggi dan meningkat? Apakah ada usaha
pemerintah untuk mengatasi hal tersebut ?

Jawab: Ari setiawan 2110114210022


Penyebab tinggi nya tingkat pengangguran di Indonesia dan alasannya yang pertama adalah adanya
ketidakseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang meningkat setiap tahunnya.
Ledakan penduduk di Indonesia juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu adanya pengangguran
di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan banyaknya lulusan muda yang menganggur untuk menunggu
pekerjaan. Kemajuan Teknologi Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang
selanjutnya adalah kemajuan teknologi. Memang kemajuan teknologi merupakan suatu kebanggaan
karena kinerja manusia pastinya akan lebih cepat dan mudah.

Namun hal tersebut juga harus diwaspadai karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara
pekerja yang telah digantikan posisinya oleh robot. Biasanya alasan utamanya adalah karena
biayanya jauh lebih murah dengan kerja cepat dan akurat.
Kemampuan Para Pencari Kerja yang Tidak Sesuai
Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang selanjutnya adalah banyaknya kriteria para
pencari kerja yang tidak sesuai dengan permintaan perusahaan. Perusahaan akan membutuhkan

11
karyawan yang sesuai dengan kriteria kebutuhan pada posisi yang akan ditempati oleh para calon
karyawan.
Kurangnya Pendidikan dan Keterampilan Penyebab pengangguran di Indonesia dan alasannya yang
berikutnya adalah adanya masalah pada keterampilan dan pendidikan para pelamar. Kurangnya
tingkatan pendidikan akan menyebabkan seseorang menjadi sulit untuk dijadikan sebagai tenaga
kerja.

Lalu upaya dari Pemerintah untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah harus dapat memberikan
berbagai solusi dan berupaya untuk menurunkan atau mengatasi masalah pengangguran yang ada.
beberapa upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran
yaitu sebagai berikut:
1) Menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya , sehingga para pencari kerja mendapatkan
pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah.
2) Meningkatkan kualitas tenaga kerja dengan meningkatnya SDM pekerja akan mudah mencari
kerja, semakin tinggi kualitas tenaga kerja akan mengurangi pengangguran di Indonesia.
3) Mengadakan proyek magang bagi calon tenaga kerja, dalam hal ini Pemerintah menyediakan
fasilitas yang membantu usaha para calon tenaga kerja guna mengurangi penganguran.
4) Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
akan membantu mengurangi penganguran karena, tidak lagi mencari pekerjaan yang
dibutuhkan.
5) Pengembangan program transmigrasi dalam hal ini pemerataan lowongan kerja , tidak hanya
di kota tetapi di desa-desa.
6) Meningkatkan investasi dengan datangnya investasi akan menyerap banyak tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam perusahaan.
7) Mungkin itulah beberapa upaya yang dapat dilakukan Pemerintah guna mengurangi tingginya
tingkat penganguran di Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai