Anda di halaman 1dari 3

KESETARAAN GENDER DALAM PERADABAN KESENGSARAAN

Apakah kekerasan berbasis gender hanya berupa seksualitas saja?


Kurangnya literasi membuat masyarakat seringkali tidak memahami perbedaan
gender dengan seksualitas. Menurut Santrock (Aldianto, Jasruddin, & Quraisy,
2015), gender dan seksualitas memiliki perbedaan dimensi. Gender sendiri berada
dalam dimensi sosial-budaya. Gender pun tumbuh dari tingkah laku yang diperoleh
dengan proses yang panjang, sedangkan seksualitas berada dalam dimensi biologis.
Seksualitas ialah sebuah pemberian dari Tuhan sebagai laki-laki ataupun
perempuan.
Kesalahpahaman dalam memahami perbedaan gender dan seksualitas
berakibat terjadinya ketidakadilan gender. Implikasinya dalam bentuk stereotipe,
marginalisasi, dan bias gender. Ketiganya bermuara pada kekerasan berbasis
gender. Sterotipe gender biasa muncul dengan asumsi “laki-laki gaboleh cengeng”
dan “perempuan baperan”. Akibatnya banyak bermunculan kekerasan verbal atau
kekerasan nonverbal. Marginalisasi sendiri berarti proses peminggiran akibat
perbedaan jenis kelamin (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2021). Contoh dari marginalisasi gender
sendiri ialah perempuan dianggap sebagai pencari nafkah tambahan atau laki-laki
dianggap tidak memiliki ketelitian. Bias gender adalah kondisi yang memihak atau
merugikan salah satu gender seperti wanita diragukan sebagai pemimpin dan laki-
laki dinilai tabu melakukan pekerjaan rumah.
Menurut survei yang dilakukan secara online selama Oktober sampai
November 2020 oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia (Biro Hukum dan Humas Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, 2021), tindak kekerasan berbasis gender dikala
pandemi baik laki-laki maupun perempuan terjadi sebanyak 42 persen dari seribu
responden yang dilakukan di 8 kota berbeda. Data tersebut diperkuat dengan
maraknya begal payudara, pemerkosaan, pelecehan seksual, sampai kekerasan di
dunia maya.
Mengapa kekerasan berbasis gender semakin marak saat ini? Menurut
penulis, ada tiga alasan mendasar yang mendorong maraknya kekerasan berbasis
gender. Pertama, kesalahan konseptual dalam memahami relasi gender. Menurut
Karl Marx, kesalahan konseptual bermula dari munculnya kesadaran palsu
(ideologi) (Seputar Pengetahuan, 2017). Akibat dari menganggap relasi gender
adalah relasi ideologis maka konstruksi yang dibangun adalah konstrusi yang
mempertentangkan, mendominasi, dan mengeksploitasi. Kesalahan konseptual ini
terjadi di semua lapisan masyarakat, mulai dari rumah tangga sampai pemerintahan.
Kedua, Kesalahan pola komunikasi karena pondasi komunikasi yang
dibangun antar individu dalam masyarakat adalah komunikasi yang bersifat
komodifikasi. Seperti pandangan Marxisme bahwa kata-kata dan makna serta
sistem media dikendalikan oleh peusahaaan kapitalis (Hibatullah, 2020). Dapat
diartikan pula komunikasi baik di keluarga maupun dimasyarakat bersifat
transaksional. Ini lah yang menyebabkan tidak adanya kehangatan dan
menimbulkan kekerasan berbasis gender.
Ketiga, terjadinya disfungsi kelembagaan yang ditandai banyaknya aturan-
aturan yang dikeluarkan oleh institusi baik ditingkat keluarga sampai ditingkat
pemerintahan menggunakan pendekatan struktural, cenderung mengabaikan fungsi
dialogis. Efeknya terjadi situasi anomie disemua lapisan masyarakat. Sebagaimana
pandangan Talcott Parson yang mengkritik pemikiran ekonomi klasik di mana
individu dianggap sebagai aktor atomistic yang cenderung berlaku rasional untuk
memaksimalkan keuntungan (Zaini, t.thn.).

DAFTAR PUSTAKA
Aldianto, R., Jasruddin, & Quraisy, H. (2015). Kesetaraan Gender Masyarakat
Transmigrasi Etnis Jawa. Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, 88. Diambil
kembali dari Jurnal Equilibriium Pendidikan Sosiologi.

Biro Hukum dan Humas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan


Anak. (2021, Maret 11). TERAPKAN NILAI KESETARAAN GENDER DAN
PEMBAGIAN PERAN DALAM RUMAH TANGGA TERUTAMA SAAT PANDEMI
COVID-19. Diambil kembali dari kemenpppa.go.id:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3093/terapkan-nilai-
kesetaraan-gender-dan-pembagian-peran-dalam-rumah-tangga-terutama-saat-
pandemi-covid-19

Hibatullah, A. I. (2020). Teori Komunikasi : Power dan Ideologi. Diambil kembali dari
ResearchGate:
https://www.researchgate.net/publication/343189038_Teori_Komunikasi_Pow
er_dan_Ideologi
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
(2021). GLOSARY KETIDAK ADILAN GENDER. Diambil kembali dari
kemenpppa.go.id:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/23#:~:text=Marjinalisasi,a
dalah%20dengan%20menggunakan%20asumsi%20gender.

Seputar Pengetahuan. (2017). 33 Pengertian Ideologi Menurut Para Ahli (Pembahasan


lengkap). Diambil kembali dari https://www.seputarpengetahuan.co.id/:
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/06/pengertian-ideologi-menurut-
para-ahli-terlengkap.html#29_Karl_Marx

Zaini, A. (t.thn.). PENGARUH KONDISI S0SI0-KULTURAL. Diambil kembali dari


media.neliti.com: https://media.neliti.com/media/publications/282893-
pengaruh-kondisi-sosio-kultural-terhadap-da07c8de.pdf

Anda mungkin juga menyukai