Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTAS

I TAHAP
IDENTIFIKASI
KORUPSI
KELOMPOK 1 A1
FITRI SABILA 2110114320006
MELLY ISWANDA PUTRI 2110114220015
M DIVA ALMADANI 2110114110001
M RISKI YANOR 2110114110006
RAMADHANTI SALSABILA NADHIFA 2110114120003
RISMA 2110114220024
SAFITRI 2110114220014
RONI ANDONIA SIMANJUNTAK 2110114310011
DOSEN PENGAMPU

Ibu Sigit Ruswinarsih S.Sos., M.Pd


TAHAP IDENTIFIKASI

Masalah sosial merupakan fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan


masyarakat dalam perkembangan masyarakat. perwujudan dapat merupakan masalah
lama yang mengalami perkembangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan
tetapi dapat pula merupakan masalah baru yang muncul karena perkembangan dan
perubahan kehidupan sosial ekonomi dan kultural. Dalam studi masalah sosial
terdapat beberapa kriteria yang sering digunakan untuk melakukan identifikasi awal
guna mengetahui apakah dalam suatu masyarakat terkandung fenomena yang disebut
masalah sosial atau tidak dari beberapa kriteria yang digunakan secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua yaitu ukuran objektif dan subjektif
( Soetomo, 2013)
UKURAN OBJEKTIF
Ukuran objektif merupakan instrumen untuk mengetahui keberadaan gejala sosial dalam
masyarakat dengan menggunakan parameter yang dianggap baku dengan memanfaatkan
data yang ada termasuk angka statistik. menurut cara ini keberadaan masalah sosial
dilihat dari data tentang gejala yang ada salah satunya dari tampilan angka dalam statistik
tentang berbagai hal yang dianggap terkait dengan masalah sosial dalam
perkembangannya kemudian guna Memberikan pedoman yang lebih operasional untuk
mengetahui keberadaan masalah sosial dalam masyarakat atau lokasi tertentu dengan
menggunakan ukuran objektif ini, dikenal adanya indikator masalah sosial. beberapa
diantaranya adalah indikator sederhana indikator kependudukan indikator berganda
indikator jarak sosial dan indikator partisipasi sosial.
INDIKATOR
01. SEDERHANA

Indikator sederhana adalah identifikasi masalah sosial dengan memanfaatkan angka


statistik yang tersedia bagi daerah tertentu seperti monografi Kabupaten atau provinsi
dalam angka. Dalam rangka memanfaatkan data statistik sebut kemudian dikenal
konsep insidensi atau prevalensi. insidensi menggambarkan jumlah kejadian dalam
kurun waktu tertentu dalam suatu masyarakat atau daerah tertentu sebagai contoh
misalnya jumlah peristiwa pencurian, perampokan, pemerkosaan aborsi dan 1 tahun.
prevalensi digunakan untuk mengetahui jumlah penyandang masalah sosial di daerah
tertentu misalnya jumlah penjahat kambuhan, pecandu narkoba, wanita tuna Susila.
INDIKATOR
02. KEPENDUDUKAN

Indikator kependudukan adalah cara melakukan identifikasi masalah sosial khususnya


dengan memanfaatkan data kependudukan yang tersedia sebagai contoh adalah data
yang menggambarkan piramida penduduk. Pada umumnya dikenal tampilan piramida
yang menggambarkan komposisi yang relatif seimbang antara jumlah penduduk laki-
laki dan perempuan untuk semua golongan umur samping itu biasanya jumlah
penduduk usia muda lebih besar dan semakin lanjut usia jumlah semakin kecil.
03. INDIKATOR BERGANDA

Indikator berganda pada prinsipnya sama dengan indikator sederhana atau indikator
kependudukan yaitu memanfaatkan data statistik yang tersedia di daerah tertentu
terutama untuk hal yang diduga terkait dengan masalah sosial. perbedaan adalah
dalam indikator berganda ini dilakukan kombinasi dari beberapa indikator untuk
mengidentifikasikan keberadaan masalah sosial.
INDIKATOR JARAK
04. SOSIAL

Indikator jarak sosial merupakan instrumen identifikasi keberadaan masalah sosial


dengan memanfaatkan data-data yang lebih bersifat kualitatif. indikator ini didasarkan
pada suatu asumsi bahwa dalam masyarakat yang harmonis hubungan antara warga
dan antar kelompok berlangsung karena adanya ikatan sosial yang kokoh dalam
masyarakat, seperti hubungan antar warga cenderung bersifat kohesif dan implikasinya
dalam satu bentuk solidaritas dan ikatan saling percaya. bahkan apabila masyarakat
heterogeny sekalipun perbedaan dapat disikapi dengan penuh toleransi
05. INDIKATOR PARTISIPASI SOSIAL

Indikator partisipasi sosial memanfaatkan data yang cenderung bersifat kualitatif.


asumsi yang digunakan dalam pengembangan indikator ini adalah bahwa eksistensi
kehidupan masyarakat sangat ditentukan oleh dukungan berbagai komponen yang
ada baik tingkat individu kelompok maupun institusi sosial. dalam kehidupan
bermasyarakat unsur-unsur tersebut dibentuk untuk dapat berperan dan berfungsi
sesuai kedudukannya, dalam sistem sosial dalam konsep indikator ini berperan dan
berfungsi berbagai unsur dan komponen masyarakat sesuai kedudukan masing-
masing untuk menegakkan kehidupan masyarakat disebut sebagai partisipasi sosial
UKURAN SUBJEKTIF

Ukuran subjektif merupakan instrumen identifikasi masalah sosial berdasarkan


interpretasi masyarakat pada umumnya. interpretasi tersebut menggunakan referensi
nilai norma dan standar sosial yang berlaku, Oleh sebab itu ukuran ini menjadi bersifat
relatif karena setiap masyarakat dapat memiliki nilai norma dan standar sosial yang
berbeda. dapat saja terjadi suatu gejala atau kondisi yang dalam masyarakat tertentu
Tidak Dianggap melanggar nilai dan norma Dengan demikian tidak dikreasikan sebagai
masalah sosial akan tetapi di tempat lain gejala tersebut dianggap sebagai masalah sosial
oleh karena dianggap melanggar nilai dan norma. Dari penjelasan tadi maka dapat
dikaitkan bahwa dalam penggunaan ukuran subjektif masalah sosial dilihat sebagai hasil
rekonstruksi sosial
IMPLEMENTASI
Pada tahap identifikasi bertujuan menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap suatu
masalah sosial atau menentukan masuk atau tidaknya hal yang dibahas sebagai masalah sosial
dengan studi kasus yang diangkat yaitu korupsi. Kasus yang diambil yaitu kasus korupsi yang
ada di Indonesia.
Studi kasus dalam implementasi tahap identifikasi ini diambil dengan menggunakan ukuran
objektif dengan menggunakan indikator sederhana, indikator jarak sosial dan indikator
partisipasi sosial serta ukuran subjektif dari normalisasi korupsi.
PENGUKURAN OBJEKTIF
Data yang diambil berdasarkan laporan pemantauan kasus korupsi semester 2020 oleh Wana
Alamsyah.

1. Indikator Sederhana

Indikator sederhana dalam kasus korupsi di Indonesia


diambil dari data perprovinsi di Indonesia.
2. Indikator Jarak sosial

Pada masa covid-19 kita dianjurkan untuk berdiam diri dirumah, sehingga hal ini berpengaruh
pada jarak sosial serta berpengaruh pula pada ekonomi karena tidak saling berinteraksi. Untuk
menanggulangi hal tersebut, baik pemerintah pusat hingga pemerintah daerah membuat kebijakan
dan langkah-langkah antisipatif sebagai upaya penanggulangan dampak pandemi Covid-19 di
masyarakat. Salah satu program penanggulangan dampak ekonomi dari Pandemi Covid-19 adalah
program bantuan sosial (bansos) bagi masyarakat kelas bawah yang terdampak efek Covid-19
secara langsung. Namun ternyata bentuan dari pemerintah ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak
demikeuntungan pribadi. Selain itu, yang menjadi masalah adalah sulitnya masyarakat untuk
melapor hal ini dikarenakan terbatasnya interksi, sehingga korupsi meningkat.Salah satu contoh
tercatat pada tanggal 5 Desember 2020, Menteri Sosial Juliari Peter Batubara menjadi tersangka
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas tuduhan korupsi dana bantuan Kemensos untuk
masyarakat dengan total mencapai lebih dari 20 Milyar.
3. Indikator Partispasi sosial

Dibawah ini merupakan data pemetaan ICW berdasarkan aktor yang terjerat
korupsi.
UKURAN SUBJEKTIF
Normalisasi Korupsi

Perilaku korupsi merupakan perilaku individu yang terkait dengan


orang lain. Dalam hal ini adalah organisasi tempat individu tersebut
melakukan korupsi. Perilaku korupsi dapat dipandang sebagai patologi
sosial, yaitu suatu tindakan individu atau sekelompok orang yang
menyimpang dari norma sosial. Korupsi dalam masyarakat sosial dipandang
sebagai suatu yang bertentangan dengan norma dan nilai-nilai sosial.
Individu yang dibesarkan dengan norma-norma sosial yang berlaku umum
tentunya akan memiliki sikap yang negatif terhadap tindakan korupsi.
Sikap sendiri merupakan hasil eveluasi seseorang terhadap suatu stimulus
yang memunculkan perasaan suka atau tidak suka terhadap stimulus
tersebut, dalam hal ini stimulus tersebut adalah tindakan korupsi.
Jadi, dari hasil paparan dalam implementasi tahap indentifikasi kasus diatas dapat diketahui
bahwa korupsi merupakan masalah sosial, karena kebanyakan masyarakat terugikan bahkan
masalah sosial ini terjadi pada dimensi waktu yang tidak hanya sekali . Korupsi dianggap
sebagai fenomena ketidakpatuhan terhadap aturan dan hukum yang berlaku oleh individu,
yang mengikuti, sendiri atau bekerja sama dengan pihak ketiga, mempromosikan keuntungan
mereka sendiri.

E
Referensi

Anzari, P. P., & Fariza, N. P. (2021). Analisis framing pemberitaan penangkapan juliari
batubara dalam korupsi dana bansos covid-19 pada kompas. com. Jurnal Kajian
Media, 5(1).
Manara, M. U. (2016). Normalisasi korupsi: Tinjauan psikologi. In Proceeding Seminar
Nasional dan Call For Paper (pp. 229-236).
Soetomo. (2013). Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Watch, I.C. (2020). Laporan Pemantauan Tren Penindakan Kasus Korupsi Semester | 2020
Wana Alamsyah Divisi Hukum Monitoring Peradilan.
Jurnal Pembagian Tugas

FITRI SABILA 2110114320006 (pencari materi)


MELLY ISWANDA PUTRI 2110114220015 (Pencari materi)
M DIVA ALMADANI 2110114110001 (pembuat ppt , pencari materi & perangkum materi)
M RISKI YANOR 2110114110006 (pencari materi)
RAMADHANTI SALSABILA NADHIFA 2110114120003 (pencari materi (referensi table implementasi))
RISMA 2110114220024 (pencari materi)
SAFITRI 2110114220014 (pembuat ppt , pencari materi & perangkum materi)
RONI ANDONIA SIMANJUNTAK 2110114310011 (pencari materi)

Anda mungkin juga menyukai