Anda di halaman 1dari 35

Fakultas Teknik, Departemen Arsitektur

Universitas Brawijaya
Semester genap 2021/2022

Kajian Kawasan Studi


Kasus (Jl. Gajayana)
Kelompok 3:
M. Ramzi Ra'uf Shafa (205060507111045)
Lidwina Inara ( 2050605001110190)
Stefani Anastacia Sinaga (205060500111047)
Humam Aliy Hamdani ( 215060507111063)
Naufal Fadhli (195060500111057)
Putri Nivalda Maria Komber (205060520111001)

Dosen Koordinator :
Ir. Jenny Ernawati, MSP,. Ph. D
Dosen Pengampu :
Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, MT.
Subhan Ramdlani, ST., MT.

Azaz Desain Urban Kelas A (TKA 62009)


Daftar Isi
Kajian Pustaka
- Kawasan Urban (Kota)
- Cagar Budaya
- Tata Guna Lahan
- Penanda (Signage)
- Ruang Terbuka Hijau
- Aktivitas Publik
- Elemen Citra Kota
- Ruang Terbuka Publik Kota
Analisis Kawasan Studi
- Analisis Komponen dan Identitas Kawasan
- Pelestarian Kawasan Bersejarah
- Tata Guna Lahan
- Masa dan Bentuk Bangunan
- Ketentuan Standar
- Analisis Kelayakan Signage dari Aspek Warna, Material, Pencahayaan
- Street Advertising
Kesimpulan
Kawasan
Urban (Kota)
Menurut Peraturan Mendagri No.21 Tahun
1987 Pasal 1 Kota adalah pusat permukiman
dan kegiatan penduduk yang mempunyai
batasan administrasi yang diatur di dalam
perundangan, serta permukiman yang telah
memperlihatkan watak dan ciri kehidupan
perkotaan
Kawasan
Urban (Kota)
Karakteristik Kota

Menurut Amos Rapoport dalam (Zahnd, 2006), kota memiliki 10


karakteristik:
• Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap massa • Heterogenitas dan perbedaan yang bersifat
dan tempat. hirarki pada masyarakat.
• Bersifat permanen. • Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan
• Memiliki kepadatan minimum terhadap massa dan tempat. sebuah daerah pertanian di tepi kota dan
• Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan memproses bahan mentah untuk pemasaran
oleh jalur jalan dan ruang-ruang perkotaan yang nyata. yang lebih luas.
• Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja. • Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan
• Fungsi perkotaan minimum yang terperinci, yang meliputi setempat.
sebuah pasar, pusat administratif atau pemerintahan, sebuah • Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah
pusat militer, sebuah pusat keagamaan atau sebuah pusat hidup perkotaan pada masa dan tempat itu
aktivitas intelektual bersama dengan kelembagaan yang
sama.
Kawasan
Urban (Kota)
Fungsi Kota
Menurut Amos Ilhami (1990), kota berfungsi sebagai berikut:
• Pusat pemukiman penduduk yang dalam proses kehidupan
selalu berubah-ubah selaras dengan faktor perkembangannya.
• Pusat kegiatan penduduk yang berkedudukan sebagai pusat
pemasaran dan pelayanan peningkatan produksi dari kegiatan
ekonomi maupun pusat pelayanan sosial, politik dan budaya.
• Pusat penyediaan fasilitas penunjang pertumbuhannya dan
daerah belakangnya
• Pusat pendorong dalam proses pembangunan daerah dan
nasional.
Elemen Pembentuk Kawasan Bersejarah

Cagar Budaya •


Node
Edge
Path
• Karakteristik yang mirip
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat • Landamark
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
Kriteria Cagar Budaya
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
• Berusaia lebih dari 50 tahun
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan • Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu (lima puluh) tahun
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai • Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
kebudayaan
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui • Memiliki nilai budaya bagi penguatan
proses penetapan. kepribadian bangsa.
• Menyimpan informasi kegiatan manusia pada
masa lalu
• Memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu
pada proses pemanfaatan ruang berskala luas
Pelestarian Bangunan Tua
Pelestarian •

Preservasi
Rehabilitasi/Renovasi
• Konservasi
Menurut undang-undang No.11 tahun 2010 • Rekontruksi
tentang Benda Cagar Budaya, PP No.10
tahun 1993 tentang pelaksanaan Undang-
Manfaat Pelestarian Bangunan Kuno
undang No 5 tahun 1992, dan
• Memperkaya pengalaman visual
Kepmendikbud No.062/U/1995, • Menawarkan suasana menyegarkan
No.063/U/1995, dan No.064/U/1995). • Menghadirkan sense of place, identitas diri, dan
Macam–macam pelestarian yang mungkin suasana kontras
• Aset wisata internasional
dilakukan pada bangunan tua antara lain
• Melindungi dan menyampaikan warisan
berharga kepada generasi mendatang
• Memperleh kenyamanan psikologi
• Membantu terpeliharanya warisan arsitektur
Tata Guna
Lahan
Dalam perencanaan tataguna lahan terdapat
didalamnya dari tahap awal hingga akhir. Pada tahap awal
proses

dilakukan survey pendahuluan untuk pengambilan data dasar


yang meliputi studi pustaka, survey primer di lapangan, dan
mengkompilasi data dasar menggunakan panduan peta
tematil. Dimana studi Pustaka dipergunakan untuk
mengetahui tujuan, prinsip, dan standar minimal terkait
penggunaan suatu guna lahan. Berikutnya melakukan
penilaian kapabilitas lahan berdasarkan hasil survey dan
menganalisis kesesuaian lahan dengan aktivitas. Hal ini
dilakukan melalui analisis SKL (satuan kemampuan lahan)
yang melihat kondisi fisik dasar suatu wilayah, persebaran
sarana, dan tata guna lahan eksisting untuk mengetahui pola
aktivitas eksisting.
Paradigma Penggunaan Lahan
Dalam perencanaan penataan ruang suatu kawasan sangat perlu memperhatikan
perencanaan penggunaan lahannya, karena pada hakikatnya pada suatu lahan didalamnya
terjadi interaksi langsung dengan aktivitas manusia (biologis, sosial, budaya) dengan
lingkungannya. Paradigma yang terjadi dalam penggunaan lahan bergeser dari waktu ke
waktu karena adanya beberapa faktor, antara lain:
• Peningkatan pengetahuan dan pemahaman.
• Perkembangan kapasitas teknologi.
• Pertumbuhan kesadaran sosial
Paradigma Penggunaan Lahan
Begitu pula dalam perencanaan tata guna lahan, paradigma-paradigma yang terjadi di dalam konteks perencanaan ruang
suatu kawasan antara lain:
a. Pemujaan
Suatu penghormatan terhadap fitur-fitur alam (gunung, bukit, hutan, laut) dimana menganggap hal tersebut sesuatu yang
sakral dan dipercaya mempunyai suatu nilai adat yang dianggap baik dalam kalangan masyarakatnya.

b. Eksploitasi
Tingginya permintaan masyarakat akan kebutuhan lahan yang terus meningkat sedangkan ketersediaan lahan terbatas
yanng memaksa akan adanya perubahan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah yang ada.

c. Apresiasi
Suatu penghargaan atau penilaian terhadap suatu lahan yang ada dengan cara mengenali,menilai dan membandingkan
suatu lahan tersebut akan nilai guna lahan tersebut.
d.Konservasi
Upaya untuk mempertahankan, memelihara, memperbaiki atau merehabilitasi, dan meningkatkan jumlah daya tanah, agar
berdaya guna optimum sesuai dengan pemanfaatan atau fungsinya.
Penanda (Signage)
Signage atau penanda berarti segala macam bentuk komunikasi yang mengandung sebuah pesan. Dalam Oxfrod Advance
Learner Dictionary of Current English, signage merupakan sebuah kata atau kata-kata, desain, dan lain-lain pada sebuah
papan atau lempengan untuk memberikan peringatan atau untuk mengarahkan seseorang menuju sesuatu.

Tujuan Penanda
Penanda dibuat bertujuan untuk menghadirkan informasi kepada individu tertentu agar individu tersebut dapat
menggunakan informasi yang dihadirkan secara konsisten untuk mengenali beberapa tempat tertentu, dan dapat
mengikutinya dengan mudah dan percaya diri.
Penanda (Signage)
Fungsi Penanda
Berdasarkan fungsi yang dihadirkannya, signage dapat dibagi menjadi:
• Pemberi Orientasi
Fungsi untuk memberi informasi atas posisi individu yang melihatnya agar individu tersebut tahu arah mana yang akan
dituju selanjutnya.
• Pemberi Informasi
Fungsi untuk memberi informasi tentang lingkungan di sekitar signage berada, misalnya rute pejalan kaki di hiking spot,
dan sebagainya.
• Pemberi Identitas
Fungsi untuk memberikan dan mengenalkan identitas suatu tempat di dalam sebuah kawasan agar dapat dibedakan dari
tempat lainnya, sekaligus juga dapat menunjukkan kepemilikan tempat tersebut.
• Penunjuk arah
Fungsi untuk memberi navigasi secara eksplisit pada individu yang melihatnya. Signage dengan fungsi ini biasa dikenal
dengan sebutan Traffic Control Sign.
• Pemberi peringatan
Fungsi untuk memberi informasi atas aktivitas yang boleh atau tidak boleh dilakukan di kawasan di sekitar signage.
• Pemberi dekorasi
Fungsi untuk meningkatkan nilai estetika atau memperindah suatu kawasan atau bangunan.
Ruang Terbuka Hijau
Pengertian
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu kawasan permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk
fungsi perlindungan habitat tertentu atau sarana lingkungan, pengamanan jaringan prasarana atau budidaya pertanian.

Fungsi
a) Sebagai sarana estetika kota 66
b) Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan
c) Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara
d) Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati

Manfaat
1. Menciptakan kenyamanan, kesehatan dan keindahan lingkungan sebagai paru-paru kota.
2. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat kota
3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah
4. Sebagai tempat tumbuh tumbuhan dan hidup satwa.

Tujuan
1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air
2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
berguna untuk kepentingan masyarakat
3. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman,
segar, indah, dan bersih
Aktivitas Publik (Public Life)
Pengertian, tujuan, dan fungsi
Menurut Gehl (2013), public life adalah suatu
kehidupan publik yang secara luas dapat diamati
umumnya terjadi diantara bangunan atau dalam suatu
public space atau ruang publik. Public life bertujuan
untuk menghubungkan kegiatan antara 2 tempat atau
lebih. Public life adalah kegiatan yang mewadahi
kegiatan sehari-hari suatu individu yang menjadi
bagian dari komunitas publik. Fungsi public life
secara spesifik dapat berubah sesuai dengan kondisi,
tempat, dan waktunya.
Elemen Citra Kota
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar, gambaran; 2) gambaran yang dimiliki orang
banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; 3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan. 11
Sedang definisi kota sangat beragam berdasarkan sudut pandangnya. Namun secara umum kota adalah tempat
bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain. Dengan
demikian citra kota dapat diartikan sebagai kesan mental atau bayangan visual atau gambaran yang ditimbulkan oleh
sebuah kota.
Teori mengenai citra place sering disebut sebagai mileston, suatu teori penting dalam perancangan kota, karena sejak
tahun 1960-an, teori ‘citra kota’ mengarahkan pandangan pada perancangan kota ke arah yang memperhatikan pikiran
terhadap kota dari orang yang hidup di dalamnya. Teori-teori berikutnya sangat dipengaruhi oleh teori yang
diformulasikan oleh Kevin Lynch, seorang tokoh peneliti kota. Risetnya didasarkan pada citra mental jumlah penduduk
dari kota tersebut. Dalam risetnya, ia menemukan betapa pentingnya citra mental itu karena citra yang jelas akan
memberikan banyak hal yang sangat penting bagi masyarakatnya, seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah
dan cepat disertai perasaan nyaman karena tidak tersesat, identitas yang kuat terhadap suatu tempat, dan keselarasan
hubungan dengan tempat-tempat yang lain.disertai perasaan nyaman karena tidak tersesat, identitas yang kuat terhadap
suatu tempat, dan keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang lain.
Ruang Terbuka
Publik Kota
Ruang publik merupakan ruang yang berfungsi
menampung aktivitas masyarakat, baik individu maupun
berkelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat
bergantung pada pola dan susunan massa bangunan.
Sedangkan ruang terbuka publik (open space) adalah
ruang publik yang berada di tempat terbuka. Ruang publik
perkotaan memiliki kualitas dan potensi sebagai tempat
untuk interaksi sosial terjadi antara kaum urban. Ruang
publik kota yang paling umum biasanya berupa alun-alun
atau taman kota.
Ruang Terbuka
Publik Kota
Ruang Terbuka Publik Kota terbagi atas 2, yaitu ruang terbuka
hijau (RTH) dan ruang terbuka non hujau (RTNH)

Fungsi Sosial Fungsi Ekologi


• Tempat Berinteraksi sosial • Menyerap air hujan
masyarakat • Memperbaiki, mempengaruhi
• Tempat berolahraga kualitas udara
• Tempat bermain terutama bagi • Menambah nilai arsitektur
anak-anak bangunan
• Ruang untuk mendapatkan udara • Memelihara ekosistem tertentu
segar atau bersantai
• Sebagai pembatas di antara massa
bangunan
Ruang Terbuka
Publik Kota
Ruang Terbuka Publik Kota terbagi atas 2, yaitu ruang terbuka
hijau (RTH) dan ruang terbuka non hujau (RTNH)

Jenis RTH Jenis RTNH


• Ruang Terbuka Hijau Lindung • Plaza
(RTHL) • Parkir
• Ruang Terbuka Hijau Binaan • Lapangan olahraga
(RTHB) • Tempat bermain dan rekreasi
• Koridor Hijau • Koridor
• Koridor Hijau Sungai • Pembatas (Buffer)
• Taman
Ruang Terbuka
Publik Kota
Ruang Terbuka Publik Non Hijau

Ruang yang secara fisik bukan berbentuk bangunan gedung dan tidak dominan ditumbuhi tanaman ataupun
permukaan berpori, dapat berupa perkerasan, badan air ataupun kondisi tertentu lainnya (misalnya badan
lumpur, pasir, gurun, cadas, kapur, dan lain sebagainya).

Fungsi
• Ekologis Menciptakan sirkulasi udara dan air
Penyerapan air hujan dengan bantuan utilitas
• Ekonomis Memiliki nilai jual lahan, cth: lahan parkir, sarana olahraga, dsb
Pemberdayaan usaha kecil
• Arsitektural Meningkatkan kenyamanan
Menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga
Faktor keindahan
• Darurat Jalur evakuasi
Lokasi penyelamatan & assembly point
Ruang Terbuka
Publik Kota
Ruang Terbuka Publik Non Hijau
Manfaat
• Secara langsung Berlangsungnya aktivitas masyarakat (olahraga, rekreasi, parkir, dsb)
Keindahan dan kenyamanan
Keuntungan ekonomis

• Tidak langsung Mereduksi permasalahan dan konflik sosial


Meningkatkan produktivitas masyarakat
Pelestarian lingkungan
Meningkatkan nilai ekonomis lahan di sekitarnya
Analisis Komponen dan
Identitas Kawasan
Boundary (Batas)

Jalan Gajayana didominasi oleh pertokoan


elektronik, hotel, dan toko souvenir, serta
perdagangan dan jasa. Jalan Gajayana
bersinggungan dengan Jalan Joyo
Tambaksari, berbeda dengan Jalan
Gajayana, Jalan Joyo Tambaksari lebih
didominasi dengan pemukiman warga.
Jalan Gajayana sendiri juga memiliki
kelebaran sekitar 7-8 meter. Keterangan :
Warna Merah = Jalan Gajayana
Warna Hijau = Jalan Joyo Tambaksari
Analisis Komponen dan
Identitas Kawasan
Substansi (Substance)

Substansi pada kawasan studi Jalan Gajayana berupa elemen bangunan yang didominasi oleh
pertokoan elektronik dan ATK. Beberapa bangunan lain yang berada di Jalan Wilis merupakan jasa,
klinik kecantikan, perkantoran, pemukiman warga . Sedangkan pada Jalan Joyo Tambaksari
didominasi oleh pemukiman warga ataupun rumah usaha. Pada kawasan studi baik Jalan Gajayana
maupun Jalan Joyo Tambaksari tidak terdapat ruang terbuka hijau yang spesifik ditujukan sebagai
public space, melainkan hanya ada pepohonan rindang yang berjajar di sepanjang koridor jalan.
Pelestarian Kawasan
Bersejarah
Arahan Pelestarian Kawasan

Arahan pelestarian kawasan yang terjadi pada Jalan Gajayana lebih mengarah pada
menjaga dan mempertahankan elemen-elemen pada bangunan dan karakter kawasan
khususnya pada bangunan-bangunan yang berbentuk ruko. Perubahan fungsi bangunan
yang terjadi tidak dipermasalahkan.
Tata Guna Lahan
Kota malang terletak pada posisi 112,06-112,07 Bujur Timur dan 7,06°-8,02° Lintang Selatan dan
membentuk wilayah seluas 11.006 ha atau 110,06 km. kemudian kota Malang terbagi menjadi 5
kecamatan yaitu kecamatan Kedungkandang, kecamatan Lowokwaru, kecamatan Klojen, kecamatan
Sukun, dan kecamatan Blimbing. Dari kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 57 kelurahan dengan
544 Rukun Warga dan 4071 Rukun Tetangga.

kota Malang mengalami pertumbuhan dan


perkembangan akibat perkembangan beberapa aspek,
antara lain jumlah penduduk, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kemajuan ekonomi dan
perkembangan jalur transportasi. Pada kota Malang
pemerintah cenderung menitikberatkan penggunaan
lahan pada sektor perekonomian.
Masa dan Bentuk Bangunan
Ketinggian Bangunan
Segmen 1
Rata-rata bangunan memiliki tinggi yang
sama, yaitu sekitar 7 meter sehingga skyline
terlihat berulang.

Segmen 2

Bangunan di kawasan ini memiliki tinggi


yang berbeda-beda. Bangunan berlantai dua
memiliki tinggi sekitar 6-8 meter dan
bangunan berlantai satu sekitar 4 meter.
Segmen 3
Skyline yang terbentuk terlihat tidak
beraturan.
Masa dan Bentuk Bangunan
Kepejalan Bangunan

Sesuai dengan teorinya, kepejalan adalah penampilan gedung dalam konteks kota yang
ditentukan oleh perbandingan tinggi:luas: lebar : panjang. Bangunan pada kawasan studi
memiliki kepejalan yang relatif sama. Didominasi oleh bangunan 1 - 2 lantai dengan
ketinggian maksimal kurang lebih 9 meter. Bangunan-bangunan di kawasan ini memiliki
perbandingan tinggi: luas: lebar: panjang yang ideal dan tidak mengganggu visual secara
tingkat kawasan dan juga tidak menimbulkan kepadatan karena pada setiap beberapa massa
terdapat sekat. Berdasarkan analisis ini sesuai dengan teori dari Tri Wahyu Handayani “
dibutuhkan pengurangan kepejalan yang lebih untuk mencapai kesan kontekstual yang
disepakati, dengan cara membelah menjadi beberapa bagian sehingga memberi kesan yang
ringan”
Masa dan Bentuk Bangunan
Segmen 1 Gaya Arsitektur
Gaya Arsitektur bangunan pada Jalan Gajayana didominasi oleh bangunan bergaya kolonial Belanda
yang sudah mengalami renovasi dengan tambahan aspek modern. Terlihat dari bentuk atap yang rata-
rata menggunakan atap datar. Namun beberapa bagunan hunian masih mempertahankan gaya
kolonial Belanda, seperti bentuk atap serta penempatan jendela dan pintu. Bangunan dengan aspek
modern rata-rata adalah bangunan komersial. Sedangkan bangunan bergaya kolonial Belanda adalah
bangunan hunian/residential.

Segmen 2
Untuk gaya arsitektur yang digunakan pada bangunan segmen 2 ini hampir seluruhnya
menggunakan gaya modern. Terlihat dari bentuk atap yang rata-rata menggunakan atap datar.
Bentuk-bentuk bangunan nya pun rata-rata mirip, yaitu berbentuk persegi atau persegi
panjang. Bangunan ruko bertingkat 2 mendominasi pada segmen 2 ini.

Segmen 3
Hampir sama dengan segmen 2, gaya arsitektur yang digunakan pada bangunan segmen 3 ini hampir
seluruhnya menggunakan gaya modern. Terlihat dari bentuk atap yang rata-rata menggunakan atap datar.
Bentuk-bentuk bangunan nya pun rata-rata mirip, yaitu berbentuk persegi atau persegi panjang. Namun
terdapat satu bangunan besar mencolok yang menggunakan gaya arsitektur kolonial Belanda, yaitu UIN.
Masa dan Bentuk Bangunan
Warna dan Material
SEGMEN 1

Material yang digunakan pada bangunan hunian dengan gaya kolonial di sekitar jalan Gajayana menggunakan Kayu, Beton,
dan metal. Material yang digunakan pada Bangunan dengan gaya modern di sekitar jalan merbabu selain menggunakan
kayu,beton, dan metal. Beberapa bangunan tersebut juga sudah menggunakan material polycarbonat.

Dominasi Warna :
Masa dan Bentuk Bangunan
Warna dan Material
SEGMEN 2

Material yang digunakan pada Bangunan dengan gaya modern di sekitar jalan merbabu selain menggunakan kayu,beton, dan
metal. Beberapa bangunan tersebut juga sudah menggunakan material polycarbonat. Untuk warna bangunan jauh lebih
bervariasi, kemungkinan disebabkan oleh dominan fungsi bangunan adalah ruko.

Dominasi Warna :
Masa dan Bentuk Bangunan
Warna dan Material
SEGMEN 3

Material yang digunakan pada bangunan hunian dengan gaya kolonial di sekitar jalan Gajayana menggunakan Kayu, Beton,
dan metal. Material yang digunakan pada Bangunan dengan gaya modern di sekitar jalan merbabu selain menggunakan
kayu,beton, dan metal. Beberapa bangunan tersebut juga sudah menggunakan material polycarbonat.

Dominasi Warna :
Signage
Ketentuan Standar
Sesuai dengan Peraturan Walikota (perwali) Kota Malang No. 22 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perijinan, Pemasangan
dan Pencabutan Izin Reklame, signage pada Jalan Gajayana telah memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• Standar etik yaitu isinya tidak mempertentangkan unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) dan menjaga
norma kesopanan;
• Standar estetis yaitu bentuk dan penampilannya memperhatikan aspek keindahan;
• Standar teknis yaitu reklame yang dipasang memenuhi ketentuan standar konstruksi;
• Standar fiskal yaitu reklame yang dipasang telah melunasi seluruh kewajiban perpajakan dan/atau retribusi;
• Standar administrasi yaitu reklame yang dipasang memenuhi perizinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
• Standar keselamatan yaitu reklame yang dipasang tidak mengganggu lalu lintas dan tidak membahayakan masyarakat
disekitarnya.
Analisis Kelayakan Signage dari Aspek Warna,
Material, Pencahayaan
Kawasan Jalan Gajayana merupakan area permukiman padat penduduk serta memiliki deretan pertokoan (bisnis).
Sehingga, sebagian besar signage yang terdapat merupakan signage yang diperuntukkan untuk bisnis. Sedangkan signage
berupa peraturan setempat, selain tanda nama jalan, cukup minim terlihat. Secara umum, signage di Jalan Gajayana cukup
baik dari segi kualitas dan peraturan, namun terdapat beberapa signage yang terlihat sudah pudar, material rusak
(berkarat, bengkok, dan sebagainya), serta terdapat di area kurang pencahayaan sehingga kurang mencolok dan sulit
terlihat.

Plat nama jalan yang berdekatan dengan Papan nama bisnis hotel dalam kondisi baik
signage pohon dan papan nama bisnis dan dapat terlihat dengan mudah
setempat
Street Advertising
Tidak terlalu banyak terdapat street advertising selain papan nama dan promosi bisnis setempat. Beberapa
Street advertising berupa banner kecil yang digantung di pohon atau tiang listrik atau iklan yang
disisipkan bersama dengan banner nama bisnis setempat.

Street advertising yang disisipkan di banner nama bisnis Street advertising yang digantungkan di pohon
Kesimpulan Keadaan Signage di Jalan
Gajayana
Secara umum, signage pada Jalan Gajayana memenuhi standar. Namun, tetap terdapat
beberapa signage yang kurang memenuhi standar dan/atau sudah rusak. Signage untuk
komersial juga memenuhi standar, namun beberapa penempatannya masih kurang tepat serta
terkadang bertumpang tindih sehingga penggunaannya menjadi kurang efektif. Signage-
signage tersebut baiknya diganti, atau dipindahkan agar dapat lebih mudah terlihat dan tidak
membingungkan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai