Anda di halaman 1dari 166

Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Pendahuluan

1 Pendahuluan
1.1 Kota Pusaka
Kota Pusaka adalah kota yang dari sudut sosial budaya memiliki kekentalan sejarah yang besar, yang berisikan
keragaman pusaka alam, aset budaya ragawi, aset budaya tak ragawi dan saujana. Penataan kota yang
berlandaskan pada pelestarian sejarah dan sosial budaya, yang menonjolkan keberagaman pusaka alam, aset
budaya ragawi dan tak ragawi, serta saujana, menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan dalam rangka
mengembalikan identitas kota dan masyarakatnya. Desakan ini antara terjadi karena pengembangan kota yang
terjadi di Indonesia pada saat ini cenderung seragam.
Upaya untuk mengembalikan identitas kota tersebut memerlukan pendekatan-pendekatan tertentu seperti penentuan
visi yang jelas mengenai hal-hal yang ingin dicapai melalui penetapan Kota Pusaka dan kaitannya dengan
pengembangan kota di masa mendatang. Visi tersebut mencakup identifikasi identitas kota yang ingin dilestarikan,
baik secara fisik maupun non-fisik, erta strategi pengembangan kota agar perkembangan kota di masa mendatang
tetap mendukung pelestarian budaya dan tidak mengganggu nilainilai yang ingin dilestarikan. Dengan demikian,
kota pusaka akan menjadi suatu identitas kota yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakatnya.
Meskipun hingga saat ini kriteria kota pusaka Indonesia belum dirumuskan, kriteria penilaian kota pusaka dapat
merujuk kepada kriteria penilaian UNESCO untuk Kota Warisan Dunia yang disebut OUV (Outstanding Universal
Value) atau Keunggulan Nilai Sejagat. OUV merupakan keunggulan nilai budaya dan/atau alam yang penting dan
istimewa, melampaui batas-batas nasional dan memiliki nilai penting bagi umat manusia di masa kini maupun
mendatang.
Kriteria ini dijelaskan dan dirinci dalam Pedoman Operasional Pelaksanaan Konvensi Warisan Dunia . Kriteria
tersebut direvisi secara untuk mencerminkan evolusi konsep Warisan Dunia/ World Heritage itu sendiri. Pedoman
Operasional Pelaksanaan Konvensi Warisan Dunia disusun oleh World Heritage Committee. Pedoman ini diperlukan
untuk menetukan kriteria detail dari objek heritage agar dapat ditentukan sebagai bagian dari heritage yang perlu
dilindungi. Kriteria Outstanding Universal Value tersebut adalah:

|1
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

a. Merupakan mahakarya kecerdasan kreatif manusia;


b. Mengandung nilai-nilai luhur manusia, dalam rentang waktu atau dalam lingkup budaya dunia, tentang
perkembangan arsitektur, teknologi, seni monumental, perencanaan kota atau rancangan lansekap;
c. Menyandang peran sebagai jejak yang unik atau istimewa dari suatu tradisi budaya atau peradaban baik
yang sudah lenyap maupun yang masih ada;
d. Menjadi contoh utama suatu tipe bangunan, gubahan arsitektur atau teknologi, atau lansekap yang
menggambarkan abakan yang penting dalam sejarah manusia;
e. Menjadi contoh utama dari pemukiman tradisional, penggunaan lahan, atau pemanfaatan sumber daya laut
yang merupakan perwakilan dari budaya atau interaksi manusia dengan lingkungan;
f. Berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peristiwa atau tradisi yang hidup, dengan
gagasan, dengan kepercayaan, dengan karya seni dan sastra yang memiliki nilai penting universal yang
menonjol
g. Merupakan fenomena alam yang luar biasa atau kawasan dengan keindahan alam serta estetika yang luar
biasa dan penting;
h. Merupakan contoh yang luar biasa yang mewakili tahapan utama sejarah perkembangan bumi, termasuk
catatan kehidupan, proses geologi signifikan yang sedang berlangsung dalam pengembangan bentang
alam, atau geomorfik yang signifikan atau fitur fisiografi lainnya;
i. Merupakan contoh yang luar biasa mewakili proses ekologis dan biologis yang signifikan yang sedang
berlangsung dalam evolusi dan pengembangan wilayah, air tawar, ekosistem pesisir dan laut dan
komunitas tumbuhan dan hewan;
j. Mengandung habitat alam yang paling penting dan signifikan untuk konservasi in-situ keanekaragaman
hayati, termasuk spesies terancam yang mengandung nilai universal luar biasa dari sudut pandang ilmu
pengetahuan atau pelestarian.

Merujuk kepada kriteria tersebut, pantaslah Kota Bogor dijadikan sebagai salah satu Kota Pusaka Indonesia. Kota
Bogor dinilai memiliki signifikasni budaya yang tinggi dan memenuhi 7 dari 10 kriteria OUV.
Signifikansi budaya Kota Bogor meliputi aspek-aspek sejarah, estetika, pendidikan, dan budaya. Sejarah
panjangnya masih dapat terlacak dari peninggalan-peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh penjuru kota.
Artefak ini antara lain berupa batu tulis dan arca dari masa Kerajaan Pakuan-Pajajaran, Kebun Raya Bogor, dan
bangunanbangunan dengan langgam arsitektur yang beragam.

1.2 Urban Heritage


Definisi mengenai urban heritage mencakup beberapa hal mendasar, terutama mengenai ruang lingkup, skala, dan
elemen pembentuk kota. Definisi yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Daerah / Kota Historis (dari Rekomendasi 1976) "Daerah / Kota Historis (termasuk vernakular) harus
diartikan setiap kelompok bangunan, struktur dan ruang terbuka termasuk situs arkeologi dan
paleontologis, yang merupakan pemukiman manusia di lingkungan perkotaan atau pedesaan, yang
mempunyai nilai baik dari segi arkeologi, arsitektur, prasejarah, sejarah, estetika atau sosial budaya. Yang
dimaksud dengan daerah dalam pengertian ini dapat dibedakan jenisnya ; situs prasejarah, kota-kota
bersejarah, area kota tua, desa dan dusun serta kelompok monument bersejarah.
2. Daerah bersejarah kota (ICOMOS Washington Charter) Daerah bersejarah kota dapat diartikan Daerah
perkotaan yang bersejarah, baik besar atau kecil, yang berupa kota dan klaster kota yang bersejarah,
termasuk di dalamnya dengan lingkungan alam dan buatan manusia mereka. Selain peran mereka sebagai
dokumen sejarah, daerah ini mewujudkan nilai-nilai budaya perkotaan tradisional.

|2
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Urban Heritage (from European Union research report Nº 16 (2004), Sustainable development of Urban
historical areas through and active Integration within Towns – SUIT) Urban Heritage terdiri dari 3 kategori
utama:
• Monumental Heritage yang menunjukkan nilai budaya yang luar biasa;
• Heritage / warisan budaya yang tidak mempunyai nilai budaya yang luar biasa tetapi menunjukkan
nilai dalam konteksnya.
• Elemen perkotaan baru dipertimbangkan (misalnya):
o Bentuk bangunan perkotaan;
o Ruang terbuka: jalan-jalan, ruang terbuka publik;
o Infrastruktur Perkotaan: jaringan material dan peralatan.

1.3 Peraturan Pemerintah


Dalam RTRW Bogor 2013, terdapat beberapa arahan kebijakan terkait Kawasan Lindung yang di dalamnya
termasuk kawasan cagar budaya. Dalam Penetapan Kawasan strategis kota, 2 dari 3 jenis kawasan strategis
merupakan kawasan lingkungan dan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Kawasan strategis kota yang ditetapkan
dalam RTRW Kota Bogor ini didasarkan kepada kriteria sebagai berikut:
Kawasan strategis lingkungan, yaitu:
1. Kawasan Kebun Raya dan sekitarnya,
2. Kawasan Situgede dan hutan Cifor,
3. Sempadan sungai Ciliwung dan Cisadane. Kawasan strategis budaya, yaitu:
a. Kawasan perdagangan lama di Pasar Bogor, Pecinan di Suryakencana dan Kampung Arab di Empang;
b. Kawasan Istana Batu Tulis dan sekitarnya;
c. Kawasan Perumahan berarsitektur khas di taman Kencana.

|3
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 1 Peta Kawasan Strategis Kota RTRW Kota Bogor

|4
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

1.4 Sejarah Singkat Perkembangan Kota Bogor


Pembagian masa sejarah Kota Pusaka Bogor, dibagi berdasarkan adanya peritiwa-peritiwa sejarah penting yang
membawa pengaruh penting bagi perkembangan kota, terutama secara fisik. Dari beberapa kajian sejarah yang
dilakukan pembagian masa sejarah
Kota Pusaka Bogor dibagi menjadi 5 masa;
1. Bogor Sebagai Pusat Kerajaan Pakuan-Padjajaran (1482 -1677)
2. Bogor Pada Masa Kolonial I (1600-1754)
3. Bogor Pada Masa Kolonial II (1754 - 1845)
4. Bogor Pada Masa Kolonial III (1845-1904)
5. Bogor Pada Masa Kolonial IV (1917-1930

Gambar 2 Sejarah Kota Perkembangan Kota Bogor

1.4.1 Bogor Sebagai Pusat Kerajaan Pakuan-Padjajaran (1482 -1677)

Sejarah Bogor sebelum tahun 1745 disusun berdasarkan tulisan hasil perjalanan beberapa penjelajah Eropa dan
peninggalan - peninggalan prasati. Pada abad 8, wilayah Bogor diketahui sebagai Ibukota Kerajaan Pajajaran,
Pakuan. Nama wilayah Bogor pada masa Kerajaan Pakuan-Padjadjaran adalah Dayeuh yang diperintah oleh
seorang rajanya yang paling terkenal, yaitu Sri Baduga Maharaja atau yang diyakini pula sebagai Prabu Siliwangi
yang memerintah sejak tanggal 3 Juni 1482. dan masa ini dianggap sebagai tahun lahirnya Bogor. Pada tahun
1579, Yusuf penguasa Banten menyerang Pakuan pada jaman Prabu Sedah dan masa ini dianggap sebagai masa

|5
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

berakhirnya Pakuan. Akibat dari penyerangan ini tidak saja mengakibatkan kehancuran ibukota kerajaan, tetapi juga
pembunuhan masal masyarakat di sekitarnya sehingga dapat dikatakan rantai sejarah keberadaan wilayah ini dapat
dikatakan hilang sama sekali
Setelah 1579, tidak ada keterangan tertulis lagi mengenai peristiwa yang terjadi di wilayah tersebut (Missing Link)
sampai adanya ekspedisi oleh Scipio dan rombongannya pada tahun 1687 , Adolf Winkler pada tahun (1690) dan
Abrahan Van Riebeck pada tahun 1703, 1704, dan 1709. Dari laporan-laporan ekspedisi tersebut diketahui
beberapa batas kerajaan Pakuan Pajajaran, seperti bahwa wilayah alun-alun Empang ternyata merupakan alun-alun
bekas luar jaman Pakuan, dan letak- letak gerbang masuk kerajaan (Sarilestari, 2009). Sampai saat ini, batas-batas
fisik lokasi elemen-elemen peninggalan kerajaan Pakuan-Pajajaran masih sering diperbincangkan. Menurut Lestari,
2009, batas-batas fisik kerajaan adalah sebagai berikut :
• Sebelah barat : berupa benteng alam, yaitu dan puncak tebing Cipaku yang curam sampai lokasi Stasiun
Kereta Api Batutulis, dan terus membentang sepanjang jalur rel kereta api sampai tebing Cipakancilan
setelah melewati lokasi Jembatan Bondongan (di Kampung Cincaw).
• Sebelah Timur : berupa benteng yang membentang sejajar dengan Jalan Suryakancana, yaitu dari setelah
perpotongan dengan Jalan Suryakancana sampai ke Gardu Tinggi, selanjutnya benteng tersebut mengikuti
puncak Lembah Ciliwung melintasi pertemuan antara Jalan Siliwangi dengan jalan Batutulis, dan berlanjut
sepanjang puncak Lereng Ciliwung melewati Komplek Perkantoran PAM hingga memotong Jalan
Pajajaran.
• Sebelah utara : berupa tebing terjal, yaitu dar uiung Iembah Cipakancilan (Kampung Cincau) tersambung
dengan tebing gang beton sampai memotong Jalan Suryakancana .
• Sebelah Selatan : berupa benteng yang membentang dari setelah perpotongan dengan Jalan Pajajaran
menembus Jalan Siliwangi terus memanjang sampai di Kampung Lawang Gintung. (Sarilestari, 2009)

Gambar 3 Perkiraan Delinisai Pusat Kerajaan Pajajaran (P3KP, 2013)

|6
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Pintu gerbang Pakuan terletak pada bagian utara yang berlokasi di Jembatan Bondongan, dan selatan yang
berlokasi di Jalan Siiwangi, Bantar Peuteuy (depan Komplek Perumahan LIPI). Menurut Drs. Saleh Danasasmita
(dalam RAKP) disebutkan hubungan antara Pakuan, Pajajaran, Gunung Batu dan Kampung Balai (sekitar Ciampea).
Tempat tersebut erat kaitannya dengan ditemukannya pohon pakujajar. Pohon pakujajar ditengarai sebagai asal
usul nama Pakuan sebagai Ibukota Kerajaan Pajajaran. Sumber sebagai asal usul nama Pakuan dari pohon
pakujajar dapat diperiksa pada sebuah naskah Carita Waruga Guru yang ditulis sekitar tahun 1750 dan berhuruf
serta berbahasa Sunda Kuno. Naskah tersebut menyebutkan pohon pakujajar yang tumbuh di sekitar lokasi sekitar
lokasi kerajaan yaitu di sekitar lahan Makam Mbah Dalem, pintu gerbang kerajaan Pajajaran di Kampung Bantar
Peuteuy dan di Gunung Batu sendiri.

1.4.2 Bogor Pada Masa Kolonial I (1600-1754)

Pada tahun 1619, wilayah Jakarta direbut Jan Peterzoon Coen kemudian diganti menjadi Batavia. Rana Manggala
(Sultan Banten) memerintahkan rakyatnya meninggalkan Jakarta dan sekitarnya. Wilayah Bogor yang semula
menjadi pusat orientasi wilayah Jakarta (Sunda Kelapa), pada masa ini bertukar fungsi menjadi hinterland Kota
Jakarta. Pada tahun 1659, terjadi perjanjian antara VOC dengan Banten tentang Cisadane yang menjadi batas
kekuasaan antara kedua belah pihak. Pada tahun 1667, daerah sebelah barat Citarum diserahkan Mataran kepada
VOC. Dengan adanya kedua perjanjian tersebut wilayah Bogor di kuasai oleh VOC.
Pada tahun 1687, setelah mengadakan tiga kali ekspedisi, penguasa Champuijs memerintahkan Letnan Tanujiwa
untuk membuka hutan dan membuat jalan, mulai tumbuh Kampung Parung Angsana (berubah nama menjadi
Kampoeng Baroe). Kampung inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya wilayah Buitenzorg/Bogor (RAKP,
2013). Pada tahun 1744, yaitu dari tanggal 20 Agustus sampai September, Gubemur Baron Van Imhoff
mengadakan peninjauan. Beliau menaruh perhatian pada Kampung Baru (kelak menjadi Buitenzorg) yang dapat
dikembangkan menjadi daerah pertanian dan tempat peristirahatan Gubemur Jenderal.

Gambar 4 Kota Bogor Pada Masa Kolonial I (P3KP, 2013)

|7
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Selanjutnya pada tahun 1745, Baron mengajukan petisi kepada Dewan Perwakilan Resmi Pemerintahan Hindia
Belanda yang berisi:
1. Daerah Kampung Baru diubah menjadi tempat peristirahatan Gubernur Jenderal dan Staf VOC.
2. Menjadikan daerah tersebut sebagai daerah pertanian dan perkebunan, serta sebagai contoh daerah lain.
3. Merencanakan perubahan perilaku masyarakat yang dianggap malas (pada waktu itu), menjadi masyarakat yang
mempunyai kemampuan atau keahlian Seperti ambtenar (pegawai negen), ahli pertanian, ahli perkebunan dan
sebagainya.
Kampoeng Baroe terdiri dari 9 (desa) yaitu, Parakan Pandjang, Parung Koedjang, Panaragan, Bantar Djati,
Sempoer, Baranang Siang, Paroeng Banteng, and Cimahpar dan Kampoeng Baroe sebagai pusatnya. Pada tahun
1745, selain Kampoeng Baroe terdapat 9 kampung lainnya yaitu Tjisaroea, Pondok Gede, Tjiawi, Tjiomas,
Tjitdjeroek, Sindang Barang, Balaoboer, Darmaga, dan Kampoeng Baroe. Kesembilan kampoeng ini disatukan
dibawah pemerintahan administratif yang disebut Regentschap Kampoeng Baroe’ yang kemudian berubah menjadi
‘Regentshap Buitenzorg’ (Danasasmita, 1983 dalam Sarilestari, 2009).
Pada tahun 1745 dibangun bangunan militer di Jalan Sudirman, jalan yang pada masa tersebut merupakan akses
utama menuju wilayah Buitenzorg. Bangunan militer tersebut berfungsi sebagai pos penjagaan di pintu masuk
utama.

Gambar 5 Kota Bogor Pada Masa Akhir Kolonial I (P3KP, 2013)

1.4.3 Bogor Pada Masa Kolonial II (1754 - 1845)

Pada tahun 1754, Bupati Wiranata menghendaki supaya tempat tinggalnya dipindahkan ke Sukahati (Empang).
Letak rumah Bupati dipindahkan dengan surat keputusan Gubernur Jendral Mossel pada tahun 1755. Pada tanggal
28 Oktober 1763 dikeluarkan akte resmi pembetukan Kabupaten Buitenzorg dengan menyatukan kesembilan
|8
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

kampoeng tersebut (RAKP,2013). Dari lukisan-lukisan karya Johannes Rach tertanggal tahun 1772 - 1775 dapat
diperoleh beberapa simpulan sejarah, di antaranya adalah bahwa rumah Regent of Kampong Baroe (Bupati
Kampoeng Baroe) terletak kurang lebih 1 kilometer di sebelah barat daya dari Istana Buitenzorg, di antara Sungai
Cisadane dan sungai kecil Cipakancilan (Letak Empang saat ini). Soekahati saat itu digambarkan sebagai tempat
orang-orang Eropa yang sering memancing di sungai kecil Cipakancilan Soekahati juga memiliki kolam besar atau
empang dan lembah di depannya.
Wilayah Kampoeng Baroe ini terus berkembang dengan mendatangkan orang dari Jawa Tengah, termasuk orang-
orang Cina. Wilayah ini dirasa cocok sebagai tempat tinggal karena hawanya yang sejuk, sehingga penguasa VOC
saat itu Baron Van Imhoff, memutuskan wilayah tersebut sebagai tempat peristirahatan dengan mana Buitenzorg.
Pada tahun 1970-an Baron Van Imhoff memerintahkan pembangunan Vila Buitenzorg di lokasi Istana Bogor saat ini.
Pada lukisan yang lain digambarkan rombongan Gubernur Jendral dan para pengawalnya berjalan melewati sebuah
jembatan bambu di atas Sungai Sappang (Ciliwung), dari benteng Filipina menuju Kampoeng Baroe. Gambar
diambil dari bagian bawah dari halaman Istana dan suasana orang-orang Eropa di halaman Istana, yang
memperlihatkan jembatan bambu menuju Kampoeng Baroe. Selain itu lukisan tersebut juga memperlihatkan
beberapa rumah dan ladang yang sedang digarap di Kampoeng Baroe. Dari kedua lukisan tersebut dapat
disimpulkan bahwa Kampoeng Baroe yang disebut sebagai cikal bakal wilayah Bogor dihubungkan dengan Istana
dengan sebuah jembatan bambu, dan kemungkinan besar bahwa sebagian wilayah Kampoeng Baroe yang
dimaksud terletak bersebelahan dengan Istana, tepat diseberang Sungai Ciliwung.

Gambar 6 Kota Bogor Pada Masa Kolonial II (P3KP, 2013)

Benteng Philippine yang terletak di depan Istana dibangun pada tahun 1752 di sebelah utara istana., setelah adanya
serangan dari Banten yang dipimpin oleh Kyai Tapa. Benteng Philippine terdiri dari dinding tinggi berbentuk
oktagonal/segi delapan, tanpa parit di sekelilingnya. Benteng tersebut dipersenjatai dengan. Di dalam benteng
|9
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

terdapat menara dengan sebuah lonceng peringatan. Menurut catatan Gubernur Jendral Van Imhoff mengimpor
binatang ternak sejak tahun 1745. Pada tahun 1759 – 1761 Penguasa Gubernur Jenderal Jacob Mossel
membangun Istana Buitenzorg, dan pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, dengan
bantuan para ahli botani, W. Kent membuat halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik (English Garden).
Pada tahun 1808 - 1811 Daendels membangun Grote Postweg yang membelah wilayah Bogor dari Utara ke
Selatan. Jalan yang digunakan oleh Daendels adalah jalan kuda yang memang sudah digunakan penduduk pribumi
sebelumnya. Karena Istana Buitenzog dibangun dengan posisi tegak lurus terhadap jalan kuda tersebut, Grote
Postweg yang melalui wilayah bogor dibuat melingkari Istana Bogor. Grote Postweg menjadi jalur utama
transportasi, terutama untuk mengangkut hasil perkebunan.
Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi
mendirikan Kebun Raya Bogor di sekitar Istana dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pada tahun 1836,
didirikan pilar Pabaton (tugu peringatan dikembalikannya Indonesia oleh Inggris kepada Belanda).
Pada tanggal 8 Juli 1845 dikeluarkan Surat Keputusan tentang zoning kota berdasarkan Etnis (Wijk). Peraturan
tersebut dikenal dengan istilah Wijkenstelsel dan Passenstelsel. Wijkenstelsel merupakan peraturan yang
menginstruksikan bahwa orang-orang timur asing harus bertempat tinggal pada wilayah tertentu sesuai dengan ras
dan komunitasnya. Orang-orang Cina atau Arab tidak boleh tinggal dekat dengan warga pribumi. Passenstelsel
merupakan peraturan surat jalan, maksudnya adalah jika orang-orang timur asing mau keluar dari kampung tempat
tinggalnya maka harus izin dahulu untuk mendapat surat jalan. Aturan-aturan ini yang akhirnya membuat
perkampungan etnis atau ethnic quarter di kota-kota di nusantara. Karena adanya peraturan ini, maka daerah2 kota
yang berkembang hanya daerah orang Eropa (daerah sebelah barat jalan raya mulai dari Pilar Pabaton sampai
dengan Istana Bogor dan Daerah Paledang), dan daerah Orang Cina (daerah sepanjang Jl. Surya Kencana sampai
tanjakan Empang).

1.4.4 Bogor Pada Masa Kolonial III (1845-1904)

Ketika VOC bangkrut pada awal abad kesembilan belas, wilayah nusantara dikuasai oleh Inggris di bawah
kepemimpinan Gubernur Jendral Thomas Rafless yang merenovasi Istana Bogor dan membangun tanah di
sekitarnya menjadi Kebun Raya (Botanical Garden). Pada awal abad ke-18, Gubemur Jenderal Daendels
membangun jalan yang menghubungkan antara Anyer dan Panarukan yang melintasi Buitenzorg. Jalan tersebut.
dinamakan Jalan Raya Daendels (Jalan Raya Pos atau Groote Postweg). Dalam masa pemerintahan Gubemur
Jenderal Daendels (1808-1811), tempat peristirahatan (Buitenzorg) menjadi istana resmi Gubemur Jenderal. Pada
masa pemerintahan Gubemur Jenderal Inggns, Buitenzorg ditetapkan sebagai pusat administrasi keresidenan yang
membawahi Kabupaten Buitenzorg, Cianjur, dan Sukabumi.
Pada tahun 1836, wilayah nusantara dikembalikan oleh Inggris kepada Belanda, untuk memperingati peristiwa
tersebut di Buitenzorg didirikan pilar Pabaton di Jalan Sudirman, berhadap-hadapan dengan Istana Buitenzorg.

| 10
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 7 Kota Bogor Pada Masa Kolonial III

Gambar 8 Kota Bogor Tahun 1880 (P3KP, 2013)

Pada tahun 1870 munculnya Undang-undang Agraria yang berdampak pada perkembangan ekonomi di Buitenzorg.
Batas Kabupaten Buitenzorg berdasarkan Dokumen Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 1 Mei
1871 adalah :
• Sebelah Utara : Jalan dari Pilar Pabaton sampai Jembatan Cipakancilan
| 11
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

• Sebelah Barat : Jembatan Cipakancilan sampai Jembatan di Jalan Kecil Batutulis.


• Sebelah Selatan : Jalan kecil Batutulis sampai Jalan Besar (jalan dan batas-batas persilangan Sukasari
sampai Sungai Ciliwung)
• Sebelah Timur : Sungai Ciliwung sampai persilangan Pilar (Sumber : Salilestari, 2009)

Pada tahun 1872, mulai ditetapkan sistem perdagangan pasar, kawasannya dipusatkan di kompleks pecinan dan
sekitar kawasan asrama kavaleri (pasar Bogor sekarang), pada masa itu juga dibuka jalan kereta api 'Preanger Lijn'
melewati kota Bogor, dan pada tanggal 31 Januari 1873, dibuka jalur KA Jakarta-Bogor yang mempengaruhi
kegiatan arus lalu lintas penumpang dan barang di Bogor. Adanya stasiun kereta api di Bogor juga memicu
pertumbuhan kota ke arah barat.
1888 Dibangun Gedung Algemeene Secretarie sebagai kantor pusat pemerintahan umum di Buitenzorg sehingga
mempunyai fungsi sebagai kota Pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang dipindahkan dari Batavia (Ruiter, 1918
dalam Sarilestari, 2009).
Dari Morfologi dapat dilihat bahwa pada masa itu, setelah adanya jalur kereta api, pertumbuhan kota ke arah barat
mulai dibuka, misalnya dengan adanya perkebunan di sekitar Stasiun. Kemudian dengan ditetapkan adanya
kawasan pasar, kawasan pecinan yang sudah ada sejak tahun 1800-an mulai berkembang dengan pola kawasan
petokoan yang memanjang di Jalan Surya Kencana. Pada masa itu, bangunan-bangunan penting terpusat di jalan-
jalan utama, Jalan Sudirman, Jalan Kapten Muslihat dan Paledang.

1.4.5 Bogor Pada Masa Kolonial IV (1904-1930)

Pada tahun 1905 Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia dan diberikan otonomi sendiri berdasarkan Keputusan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.208. Geemente Bogor tercatat memiliki luas wilayah 22 km2 yang terdiri atas
dua distrik dan tujuh desa dan diproyeksikan dapat menampung penduduk sebanyak 30.000 jiwa. Gemeente ini
sendiri dipimpin oleh seorang Burgemeenter dan corak pemerintahan ini berlangsung sampai dengan masa
Pendudukan Jepang (RAKP, 2013).
Setelah mejadi Gemeente, terjadi banyak perubahan dibidang administratif pemerintahan dan perkembangan fisik.
Perkembangan selanjutnya adalah direncanakannya daerah perumahan di sebelah utara dan timur oleh Ir.Thomas
Karsten pada tahun 1917. Perkembangan kota yang direncanakan luasnya hampir setengah dari luas kota eksisting
pada masa itu. Perkembangan ke arah timur dilakukan untuk mencegah perkembangan kota yang linear yang
terpusat di Grote Postweg. Permasalahan utama dalam perancangan perluasan kota yang dilakukan Karsten adalah
untuk merancang untuk tiga ras penghuni kota yang berbeda secara karakter, kebutuhan, dan pola hidup. Ketiga ras
tersebut juga memiliki level yang berbeda dalam tingkatan sosial (Joost Cote).

| 12
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 9 Kota Bogor Pada Masa Kolonial IV

Gambar 10 Ilustrasi Rencana Pengembangan Kota Berdasarkan Thomas Karsten

Dari data peta lama pada tahun 1920, diketahui bahwa area perluasan belum direalisasikan, dan area Kebun Raya
Bogor masih belum diperluas dan belum memiliki batas jalan sebelah timur. Sedangkan pada peta tahun 1946
terlihat bahwa perluasan Kebun Raya dan perumahan sudah selesai. Dari bukti peta kita dapat menyimpulkan,
meskipun rencana perluasan dibuat pada tahun 1917, tetapi pembangunan dilakukan setelah tahun 1920-1946.
| 13
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 11 Peta Kawasan Kebun Raya dan Perumahan Sempur Tahun 1946

Gambar 12 Peta Buitenzorg 1920

Gambar 13 Peta Buitenzorg Tahun 1923 (sumber: Arsip Nasional)

| 14
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

1.5 Delineasi Kawasan & Situs Bersejarah


Kota Bogor memiliki sejarah panjang yang terekam dalam peta, lukisan, dan foto. Penetapan delineasi kawasan dan
situs bersejarah Kota Pusaka Bogor dilakukan berdasarkan kajian sejarah yang sudah dilakukan. Hasil penelusuran
sejarah Kota Bogor menunjukkan bahwa terdapat lapisan-lapisan sejarah yang jejaknya masih dapat terlacak dan
terlihat, terutama dalam bentukan fisik di Kota Bogor saat ini. Lapis sejarah ini menunjukkan perkembangan Kota
Bogor dari sebuah daerah pertanian menjadi kawasan perkotaan dengan infrastruktur yang baik.
Selain lapis sejarah yang masih meninggalkan jejak-jejak bentukan fisik, temuan berupa fakta sejarah bahwa pada
perkembangannya, terutama pada masa kolonialisasi Belanda, Kota Bogor terbagi menjadi beberapa zona /
kawasan permukiman berdasarkan etnis penduduknya pun turut mendasari penetapan delineasi kawasan dan situs
bersejarah Kota Bogor.
Oleh karena itu, kawasan bersejarah di Kota Bogor terbagi menjadi:
1. Sub Kawasan Kebun Raya & Istana Bogor,
2. Sub Kawasan Empang,
3. Sub Kawasan Pecinan,
4. Sub Kawasan Permukiman Eropa,
5. Sub Kawasan Pemekaran Barat,
6. Sub Kawasan Plan Karsten.

Selain Kawasan Bersejarah, terdapat pula beberapa situs-situs peninggalan sejarah yang tidak kalah signifikan
seperti Waduk Katulampa, Situs Batu Tulis, Cifor, dan sebagainya. Situs yang tidak berada di dalam Kawasan
Bersejarah pun tetap menjadi bagian dari Kota Pusaka Bogor dan berada dalam Sub Kawasan Khusus, yaitu Situs
Bersejarah.

1.6 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Pusaka


Inventarisasi aset pusaka perkotaan di Kota Bogor meliputi salah satu upaya identifikasi dan inventarisasi karakter
kota melalui studi morfologi kota. Morfologi kota ini dibentuk oleh beberapa elemen, di antaranya adalah:
1. struktur kota,
2. koridor (koridor jalan, koridor sungai, dsb),
3. blok,
4. ruang terbuka dan lansekap,
5. bangunan dan kumpulan bangunan,
6. bangunan tengaran (landmark).

Untuk mempermudah identifikasi karakter kawasan, inventarisasi aset pusaka perkotaan di Kota Bogor dibuat
berdasarkan delineasi sub kawasan dan situs bersejarah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil identifikasi aset pusaka tahun 2013 oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang dalam rangka
pelaksanaan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka di Kota Bogor, terdapat 6 (enam) kawasan yang
disepakati menjadi kawasan bersejarah di Kota Bogor.

| 15
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 14 Deliniasi Kawasan Pusaka Kota Bogor

| 16
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 15 Profil Ringkas Kawasan Pusaka Kota Bogor

| 17
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Kawasan Istana dan


Kebun Raya Bogor

2 Kawasan Istana dan Kebun Raya Bogor


2.1 Sejarah
Sejarah kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor telah dimulai sejak masa Kerajaan Pakuan Pajajaran. Kawasan ini
diduga terletak di daerah pusat kerajaan Pakuan Pajajaran yang mengakhiri masa keemasannya pada akhir abad ke-
15 Masehi. Pada masa itu, kawasan Kebun Raya dikenal dengan nama “Samida” yang artinya hutan buatan. Kebun
Raya merupakan salah satu bagian dari Monumen Batu Tulis yang dibuat oleh Prabu Siliwangi.
Sejak tahun 1667, Kawasan Kebun Raya yang terletak di antara Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung ini berada di
bawah kekuasaan VOC berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh VOC dengan Kerajaan Banten dan Kerajaan
Mataram. Pada tahun 1687, setelah tiga kali ekspedisi, penguasa Champuijs menugaskan Letnan Tanujiwa untuk
membuka hutan dan jalan menuju daerah yang disebut sebagai Parung Angsana, atau kemudian dikenal sebagai
Kampung Baru. Kawasan inilah yang kelak menjadi cikal bakal perkembangan Buitenzorg.
Pada pertengahan abad ke-18, Batavia dinilai tidak lagi kondusif untuk dijadikan tempat bermukim. Oleh karena itu,
Baron van Imhoff, Gubernur Jenderal VOC pada masa itu, mengajukan petisi kepada Dewan Perwakilan Resmi
Pemerintahan Hindia Belanda terkait pembangunan di sekitar Kampung Baru. Isi petisi tersebut di antaranya adalah
permintaan untuk menjadikan Kampung Baru sebagai tempat peristirahatan Gubernur Jenderal dan staf VOC. Selain
itu, area tersebut akan dijadikan area percontohan untuk pertanian dan perkebunan dan masyarakatnya
direncanakan untuk diberi keahlian khusus untuk mengubah perilaku masyarakat yang pada saat itu dianggap
malas.
Untuk menjamin kenyamanan di tempat peristirahatan Gubernur Jendral tersebut, Baron van Imhoff membangun
sebuah istana seluas 14.892 m2 di atas lahan yang mencapai 28,4 hektar.

| 18
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 16 Area Kebun Raya Tahun 1700-an Karya Johannes Rach


(Sumber: Buku Inventarisasi Aset Pusaka Kota Bogor (P3KP, 2013))

Istana ini diberi nama Istana Buitenzorg (atau dikenal juga dengan nama Sans Souci), yang berarti bebas dari
kekhawatiran. Ia pun mengeluarkan ketentuan bahwa dalam jarak 10 jam perjalanan dari Istana Buitenzorg tidak
diperbolehkan ada ladang pertanian. Setelah serangan Banten pada tahun 1752, dibangunlah Benteng Philippine di
sebelah utara istana, untuk melindungi istana dari serangan musuh. Sedangkan taman bergaya English Garden di
depan istana dibuat oleh Sir Thomas Raffles dengan bantuan dari W. Kent pada tahun 1811.
Pada tahun 1834 terjadi letusan Gunung Salak yang menyebabkan gempa bumi di sekitar kawasan Buitenzorg. Hal
ini menyebabkan sebagian istana, yang semula berupa bangunan villa berlantai tiga, rubuh dan hancur. Sisa
bangunan lama yang terkena gempa tersebut dirubuhkan sama sekali pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal
Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851 – 1856). Bangunan baru satu lantai yang didirikan mengadaptasi bentuk
arsitektur Eropa awal abad ke-19. Perubahan fisik lainnya di antaranya adalah penambahan dua buah jembatan
penguhubung bangunan induk dan bangunanbangunan sayap. Jembatan ini terbuat dari kayu yang berbentuk
lengkung. Renovasi bangunan istana baru dirampungkan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal VOC
selanjutnya, yaitu C. F. P. De Montager, pada tahun 1856 – 1861. Istana Buitenzorg menjadi kediaman resmi bagi
Gubernur Jenderal VOC sejak tahun 1870. Sejak saat itu, istana ini telah menjadi saksi sejarah beragam peristiwa
politik. Pun pada masa setelah kemerdekaan RI, peran Istana Bogor sebagai salah satu tempat bersejarah tidak
berkurang. Istana Bogor merupakan salah satu istana kepresidenan Republik Indonesia. Pada tahun 1954, istana ini
menjadi tempat persiapan Konperensi Asia Afrika, sedangkan pada tahun 1966 istana ini menjadi tempat lahirnya
Supersemar. Sejak 1968, Istana Bogor terbuka untuk kunjungan umum.
Adapun cikal bakal Kebun Raya Bogor dirintis mulai tahun 1817 oleh Casper Georg Carl Reinwardt, yang kemudian
mendirikan ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pada masa itu Reinwardt mengumpulkan seluruh tumbuh-tumbuhan
dalam suatu kebun botani di Bogor. Kebun botani ini berisi 900 spesies tanaman yang dikumpulkan oleh Reinwardt
dari berbagai wilayah di Semenanjung Malaya. Seluruh spesies tersebut ditanam di dalam Kebun Raya Bogor
seluas 47 hektar. Katalog pertama yang berisi mengenai spesies-spesies tanaman tersebut dipublikasikan pada
tahun 1822 oleh Dr. C. L. Blume. Kebun Raya Bogor, atau ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg, mengalami
perubahan yang signifikan sejak tahun 1831 ketika Johannes Elias Teysman, seorang penata taman berkebangsaan
Belanda, menjadi curator Kebun Raya Bogor. Teysman melakukan perombakan besarbesaran, terutama dalam

| 19
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

pengaturan penanaman koleksi Kebun Raya Bogor berdasarkan familia-nya. Perombakan ini diduga berlangsung
dalam kurun waktu 50 tahun.
Pada tahun 1842, didirikanlah sebuah perpustakaan (Bibliotheca Bogoriensis) di Kebun Raya Bogor. Dua tahun
kemudian perpustakaan ini dibuat terpisah dari Herbarium Bogoriense. Kebun Raya Bogor memiliki peran yang
sangat signifikan dalam pengembangan riset mengenai tanaman obat. Pada tahun 1852 – 1854, Kebun Raya Bogor
berperan dalam memperkenalkan kina sebagai obat malaria ke seluruh Jawa. Pemisahan Kebun Raya Bogor dari
halaman Istana Buitenzorg pada tahun 1868 pun tidak menyurutkan semangat pengembangan riset ini. Pada tahun
1869 – 1889, Scheffer, direktur Kebun Raya saat itu, memutuskan untuk mengembangkan pertanian dan
menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai sarana penelitian ilmiah. Pada tahun 1892 Kebun Raya Bogor mengalami
perluasan berupa tambahan pula di antara dua bagian Sungai Ciliwung. Perluasan ini menambah luas Kebun Raya
sebanyak 13 hektar, menjadi 60 hektar. Perluasan tahap kedua dilakukan pad atahun 1927. Pada tahap ini, Kebun
Raya mengalami perluasan ke arah tenggara, menyeberangi Sungai Ciliwung.

Gambar 17 Koridor Jalan di Area Kebun Raya


(Sumber: Buku Inventarisasi Aset Pusaka Kota Bogor (P3KP, 2013))

| 20
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 18 Foto Istana Bogor 1920


(Sumber: Buku Inventarisasi Aset Pusaka Kota Bogor (P3KP, 2013))

2.2 Identifikasi Profil Kawasan

2.2.1 Struktur Kawasan

Pada tahun 1917 wilayah kebun raya digunakan sebagai halaman


Istana. Jika dilihat dari lukisan-lukisan Johannes Rach di area Istana
Bogor, maka disimpulkan bahwa area kebun raya digunakan sebagai
halaman Istana, area benteng pertahanan. Setelah Bogor berada di
bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles pada
awal 1800-an, dengan bantuan para ahli botani, W. Kent halaman
istana dirancang menjadi taman bergaya Inggris klasik (English
Garden).
English Garden pada dasarnya merancang sebuah taman dengan
menyusun unsur alam sedemikian rupa sehingga hampir seperti
lukisan (picturesque). Beberapa elemen yang ada di english garden
biasanya ada di english garden adalah danau, gazebo bergaya klasik,
dan jembatan.
Area Kebun Raya berfungsi sebagai titik dari axis formal yang
membentuk Kota Bogor, dengan Jalan Sudirman sebagai Jalur masuk
utamanya. Area Kebun Raya awalnya dibatasi Sungai Ciliwung di
sebelah timur, tetapi pada tahun 1918-an rencana perluasan kota ke arah Timur yang dibuat oleh Karsten juga
| 21
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

memperluas area Kebun Raya ke arah timur, sehingga Sungai Ciliwung saat ini melalui bagian tengah Kebun Raya
Bogor.

2.2.2 Koridor

Koridor di Sub Kawasan


Kebun Raya dan Istana
Bogor terdiri dari 2 koridor
utama, yaitu koridor jalan
yang diperuntukkan bagi
pejalan kaki, serta koridor
alami berupa koridor Sungai
Ciliwung. Fungsi dasar
koridor ini adalah sebagai
tempat pergerakan
/sirkulasi.
Koridor di sepanjang Sungai
Ciliwung merupakan koridor
alami yang menjadi habitat
sejumlah flora dan fauna. Koridor ini menjadi bagian dari Kebun
Raya Bogor sejak tahun 1892, ketika Kebun Raya Bogor
mengalami perluasan berupa tambahan pulau di antara dua bagian
Sungai Ciliwung. Bagian timur koridor ini merupakan tambahan
area bagi Kebun Raya sejak tahun 1927. Pada koridor ini, di
sepanjang tepian Sungai Ciliwung dibuat tanggul batu untuk mencegah erosi.
Selain koridor alami, terdapat pula koridor-koridor buatan di dalam kawasan Kebun Raya Bogor, di antaranya
adalah Jalan Kenari I dan Jalan Astrid. Pada koridor Jalan Kenari I merupakan jalan utama dari gerbang masuk
utama Kebun Raya yang membentang sepanjang 450 m. Karakter khas koridor ini adalah tanaman Kenari
(Canarium commune) yang tumbuh di kedua sisi jalan. Pohon kenari ini ditanam oleh Teysmann pada tahun 1932.
Koridor Jalan Astrid merupakan jalan lurus yang dibelah oleh tanaman bunga tasbih (Canna hybrid). Di sepanjang
koridor ini ditanami bunga tasbih berbunga merah dan kuning dan berbatang dan berdaun hitam sebagai lambang
bendera Belgia, serta pohon damar di kedua sisi jalan ini. Tanaman tersebut ditanam untuk menyambut Putri Astrid
dan Pangeran Leopold yang berkunjung ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1928.
Selain koridor tersebut, terdapat pula koridor-koridor lain yang umumnya berfungsi sebagai jalan akses untuk
pejalan kaki. Koridor-koridor ini masih sering digunakan oleh para pengunjung Kebun Raya Bogor hingga saat ini.

2.2.3 Blok

Blok area di dalam kebun raya Bogor dibagi menjadi 3 yaitu Blok Istana Bogor, bagian sebelah timur Sungai
Ciliwung dan di sebelah Barat sungai Ciliwung. Istana Bogor dan halaman istana menjadi bagian terpisah secara
aksesibilitas dari bagian lain Kebun raya. Bangunan- bangunan yang berada di Sebelah Barat Sungai Cilwung
dibangun pada awal-awal abad 18 dan 19. Sedangkan area kebun raya di sebelah timur sungai Ciliwung baru
ditambahkan ke dalam areakebun raya setelah tahun 1920-an sebagai bagian dari rencana perluasan kota ke arah
timur. Bangunan-bangunan yang ada di bagian timur adalah bangunan-bangunan tambahan yang baru, misalnya
Orchid garden yang baru dibangun pada tahun 2009. Blok-blok di Sub-Kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor juga

| 22
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

dapat dibagi berdasarkan lapisan sejarah dan tahapan perluasannya, yaitu seperti diilustrasikan pada gambar
berikut ini.

Gambar 19 Blok Lapisa Sejaran Kebun Raya Bogor

2.2.4 Monumen

Di Kebun Raya Bogor dapat ditemukan juga beberapa monumen dan peninggalan bersejarah lainnya, seperti tugu
peringatan, makam, serta patung-patung. Tugu peringatan yang ada di dalam kawasan Kebun Raya Bogor di
antaranya adalah tugu peringatan Lady Olivia Mariamne yang didirikan oleh Raffles untuk mengenang istrinya pada
tahun 1814. Selain itu, ditemukan juga tugu peringatan atas inisiator Kebun Raya Bogor Casper Georg Carl
Reinwardt, tugu marmer untuk mengenang Teysmann, serta monumen kenangan JJ Smith (JJ Smith Memorial).
Beberapa patung-patung yang ada di Kebun Raya Bogor merupakan koleksi Istana Bogor yang berjumlah 360
buah. Selain itu, terdapat pula patung Nandi yang diduga merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Pakuan
Pajajaran. Di kawasan ini ditemukan pula beberapa pekuburan tua Belanda yang dapat dijumpai di dalam hutan
bambu Kebun Raya Bogor. Makam ini umumnya adalah tempat peristirahatan terakhir ahli botani dan ornitologi
Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk bekerja di Kebun Raya.

2.2.5 Kegiatan

Selain memiliki banyak pusaka ragawi/fisik, Kebun Raya Bogor juga merupakan pusat dari aset pusaka non ragawi.
Kebun raya bogor sudah menjadi tempat konservasi dan penelitian berbagai tanaman nusantara sejak masa
kolonial. Budaya meneliti dan mengkonservasi tersebut masih dilakukan dan berkembang sehingga muncul
berbagai institusi pendidikan dengan Kebun Raya Bogor sebagai pusatnya, diantaranya yang paling terkenal adalah
Institut Pertanian Bogor.
Ilmu pengetahuan dan konservasi alam yang dimulai sejak masa kolonial, masih terus berlanjut hingga sekarang
dan menjadikan kota Bogor sebagai pusat pendidikan kehutanan, pertanian, dan peternakan. Hal ini terbukti dengan
dibangunnya lembaga-lembaga pendidikan dengan berpusat di Kebun Raya Bogor , termasuk diantaranya Institut
Pertanian Bogor, Museum Zoologi, Herbarium, dan Laboratorium Kimia.

| 23
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

2.2.6 Bangunan dan Kumpulan Bangunan

Berbeda dengan bangunan-bangunan yang ada di kawasan lain, bangunan-bangunan yang berada di dalam area
kebun raya berada di antara elemen-elemen lansekap. Kumpulan bangunan di area kebun raya terkumpul di pintu-
pintu masuk di sebelah barat dan pintu masuk selatan. Beberapa bangunan yang terletak di dalam kawasan kebun
raya adalah Istana Bogor, Gereja Zebaoth, Museum Zoologi, Lady Raffles Memorial, Green House, JJ. Smith
Memorial, dan Treub Laboratory. Sub Kawasan Kebun Raya & Istana Bogor Sebagai Kawasan Prioritas

Gambar 20 Sebaran Bangunan Bersejaran di Istana dan Kebun Raya Bogor


(Sumber: Buku Inventarisasi Aset Pusaka Kota Bogor (P3KP, 2013))

2.2.7 Signifikansi Kebun Raya

Usia ± 500 tahun sejak Masa Kerajaan Pakuan Pajajaran


Aspek Sejarah:
• 1474 – 1513 : Hutan Samida, bagian dari Monumen Batu Tulis Kerajaan Pakuan Pajajaran
• 1745 : Istana Buitenzorg sebagai rumah peristirahatan Gubernur Jenderal VOC
• 1811 : English Garden di depan Istana Buitenzorg
• 1817 : ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg / Kebun Botani Bogor
• 1888 : Penetapan Kota Bogor sebagai pusat penelitian tanaman tropis dan pusat kegiatan perkebunan
untuk wilayah Sukabumi, Jasinga, Semplak, Depok, dan Cianjur, terutama setelah dibuatnya Plantentuin
dan lembaga pendukungnya.
• 1954 : Istana Bogor sebagai tempat persiapan KAA
• 1966 : Istana Bogor sebagai tempat lahirnya Supersemar
| 24
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Aspek Estetika Istana Buitenzorg dibangun berdasarkan inspirasi arsitektur Eropa pada awal abad ke-19.
Pada tahun 1800-an, Thomas Stamford Raffles mengembangkan halaman istana menjadi sebuah kebun bergaya
klasik Inggris dengan bantuan ahli botani W.Kent, yang sebelumnya pernah membangun London's Kew Garden.
Aspek Pendidikan Bogor merupakan cikal bakal pendidikan untuk kehutanan, pertanian, dan peternakan dengan
Kebun Raya Bogor menjadi pusat konservasi flora dan fauna.
• Fungsi dan tugas pokok utama Kebun Raya Bogor:
1. Eksplorasi, koleksi, konversi
2. Penelitian
3. Introduksi
4. Edukasi
5. Rekreasi
Aspek Sosial Keputusan Daendels untuk menghapuskan kedudukan Bupati Bogor pada kisaran tahun 1808 diduga
menyebabkan hilangnya fungsi alun-alun Empang, yang pada masa itu menjadi pusat kegiatan dan orientasi
masyarakat, dan menjadikan Istana Buitenzorg (dan kawasan hutan di sekitarnya) sebagai pusat orientasi kota.

Gambar 21 Sebaran Bangunan Bersejarah Istana dan Kebun Raya Bogor 2


(Sumber: Buku Inventarisasi Aset Pusaka Kota Bogor (P3KP, 2013))

Analisis siginifikansi budaya (cultural significance) Kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor dilakukan terhadap
beberapa komponen utama berdasarkan Burra Charter, yaitu usia bangunan / situs, aspek sejarah, aspek estetika,

| 25
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

aspek pendidikan, serta aspek sosial budaya masyarakat. Disajikan pada tabel berikut ini adalah hal-hal yang dinilai
menjadi signifikansi budaya utama Kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor.
Dari analisis signifikansi budaya Kebun Raya Bogor dapat disimpulkan bahwa hampir setiap aspek dari sub-
kawasan Kebun Raya Bogor merupakan aset pusaka. dengan nilai sejarah dan budaya yang tidak tertandingi, begitu
pula perannya bagi warga Bogor dan Indonesia.
Sehingga jika dilihat dari skala kota, maka sub-kawasan Kebun Raya Bogor memiliki urgensi tinggi sebagai aset
pusaka dan ditetapkan sebagai kawasan prioritas Kota Pusaka Bogor. Terdapat pertimbangan terkait perlunya zona
buffer untuk delineasi kawasan prioritas Kota Pusaka Bogor. Kebun Raya Bogor dibatasi oleh beberapa jalan besar
seperti Jalan Juanda dan Jalan Pajajaran. Kedua jalan tersebut memiliki aset-aset pusaka berupa bangunan kolonial
di sepanjang ruas jalannya. Pada level kawasan, bangunan-bangunan tersebut berkontribusi untuk menciptakan
kualitas streetscape yang bagus di sekeliling kawasan prioritas Kebun Raya Bogor

Gambar 22 Sebaran Bangunan Bersejarah Istana dan Kebun Raya Bogor 3


(Sumber: Buku Inventarisasi Aset Pusaka Kota Bogor (P3KP, 2013))

| 26
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

2.3 Inventarisasi Aset Pusaka


Berikut ini adalah hasil inventarisasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kawasan Istana dan
Kebun Raya Bogor.
1. ISTANA BOGOR
Data Bangunan :
Nama : Istana Bogor
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Juanda no 1
Koordinat : 106 47' 50.49" E 6 35' 52.76" S
Luas : 14.892 m2
Fungsi Semula : rumah peristirahatan
Fungsi Saat Ini : Istana Presiden
Pemilik/Pengelola : Kepresidenan
Tahun dibangun : 1745
Arsitek/Pembangun : Gustaaf Willem Baron Van Imhoff
Sejarah : Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus
1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada
awalnya merupakan sebuah rumah
peristirahatan, ia sendiri yang membuat
sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-
1750, mencontoh arsitektur Blehheim
Palace,

2. Balai Besar Industri Agro


Data Bangunan :
Nama : Balai Besar Industri Agro (BBIA)
Nama Lain : Kantor Kimia
Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No. 11
Kel. Paledang, Kec. Bogor Tengah
Kota Bogor, 16122
Koordinat : 106 47' 51.46" E 6 36' 11.20" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah sakit
Fungsi Saat Ini : Penelitian industri pertanian
Pemilik/Pengelola : Kementerian Perindustrian
Tahun dibangun : 1909
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : BBIA berdiri tahun 1890 dengan nama
"Agricultural Chemish Laboratorium". Pada
tahun 1909 nama laboratorium diganti dengan
"Bureau Voor Landbouw en Handal Analise"
berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal
Indie. Pada jaman kedudukan jepang (1942-
1945) , balai penyelidikan kimia di bogor
diberi nama "Gunsaikabukagaku Kenkyusyu"
dengan tugas utama melakukan applied
research yang menjadi ciri balai seterusnya.
(sumber: www.bbia.co.id)

| 27
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3.Gereja Zebaoth
Data Bangunan :
Nama : Gereja Protestan Zebaoth
Nama Lain : GPIB Zebaoth, Gereja Ayam
Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No. 3 Kel. Paledang, Kec. Bogor
Tengah Kota Bogor, 16122
Koordinat : 106 47' 39.95" E 6 35' 52.05" S
Luas : 5.154 m2
Fungsi Semula : Gereja
Fungsi Saat Ini : Gereja
Pemilik/Pengelola : Yayasan Gereja Zebaoth
Tahun dibangun : 1920
Arsitek/Pembangun : J.P Graaf Van Linburg Stirum
Sejarah : Peletakan batu pertama gereja ini dilakukan pada 30
Januari 1920 oleh J.P Graaf van Limburg Stirum,
salah seorang Gubernur Jendral Belanda. Pada tahun
1948, bangunan dialihkan dari pemerintahan
kerajaan Belanda kepada pemerintahan Republik
melalui sinode GPIB (Gereja Protestan di Indonesia
Bagian Barat) dengan nama jemaat GPIB "Bogor".
Pembangunan gereja terus dilakukan hingga akhir
tahun 1950 dan pada tahun 1985, namanya berubah
menjadi jemaat GPIB "Zebaoth". Awalnya gereja
Zebaoth hanya digunakan oleh orang Eropa. Hingga
tahun 1962, kebaktian di gereja ini masih
menggunakan bahasa belanda sebagai bahasa
pengantarnya sehingga disebut Nederlansche
Spreken Gemeente (Jemaat berbahasa belanda).
Foto Bangunan dari Arah Depan (sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Zebaoth_Bogor)

4. Museum Zoologi Bogor


Data Bangunan :
Nama : Museum Zoologi Bogor
Nama Lain :
Lokasi : Jl. H. Juanda No. 9 Paledang Bogor Tengah
Koordinat : '06°30'12'LS 106 °47'48'BT
Luas : 756.90 m2 /1.500 m2 luas lahan
Fungsi Semula : Lab. Hewan Pengganggu Tanaman
Fungsi Saat Ini : Museum
Pemilik/Pengelola : tidak ada data
Tahun dibangun : 1894
Arsitek/Pembangun : dr. J. C Konyas Berger
Sejarah : Bangunan ini didirikan pada tahun 1894 oleh dr.
J.Ckoniqsberger berupa bangunan atau ruangan kecil
yang ditujukan sebagai laboratorium untuk penelitian
hewan pengganggu tanaman pertanian yang namanya
Lanbow Zoologisch Laboratorium. Tahun 1901
didirikan gedung baru yang digunakan untuk ruang
koleksi, ruang kerja, ruang pameran dan laboratorium.
Tahun 1926 dibuat sebuah ruangan beratap seng di
lantai atas untuk menyimpan koleksi serangga agar
tetap kering. (sumber: Bappeda Kota Bogor)

| 28
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5.Lady Raffles Memorial


Data Bangunan :
Nama : Lady Raffles Memorial
Nama Lain : Tugu Peringatan Lady Raffles
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Memorial
Fungsi Saat Ini : Memorial
Pemilik/Pengelola : Pengelola Kebun Raya Bogor
Tahun dibangun : 1814 (1970 direnovasi)
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Tugu Lady Raffles adalah sebuah monumen
peringatan bagi istri dari Sir Thomas Stamford
Raffles yang meninggal pada tanggal 26 November
1814. Lady Olivia Mariamne lahir di India tahun
1771, tetapi dibesarkan di Irlandia. Pada usianya
yang ke-43 ia menderita sakit malaria, sehingga
Raffles membawanya ke istana Buitenzorg untuk
beristirahat. Hanya berselang enam bulan Lady
Raffles meninggal dan dimakamkan di pemakaman
orang-orang eropa , Taman pemakaman-Umum
Kober, Tanah Abang, Jakarta. Tugu yang dibangun
di Kebun Raya Bogor merupakan sebuah cenotaph ,
sebuah tugu untuk menghormati sesorang, tetapi
jasadnya dikuburkan di tempat lain. Tugu ini
mengalami kerusakan pada tanggal 4 Januari 1970
karena angin ribut, tetapi kemudian direstorasi pada
bulan Agustur tahun 1970.

6. Treub Laboratory
Data Bangunan :
Nama : Laboratorium Treub
Nama Lain :
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Laboratorium
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola : LIPI
Tahun dibangun : 1984 (mengalami perluasan tahun 1914)
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Laboratorium Treub merupakan Laboratorium yang
dibangun pada tahun 1894, masa penelitian
Melchior Treub seorang botanis Belanda yang
bekerja di Kebun Raya Bogor sejak tahun 1880
sampai tahun 1909. Melchior Treub lahir di
Voorschoten, Belanda pada tanggal 26 Desember
1851, dan menempuh pendidikan di Universitas
Leiden. Pada tahun 1880 Treun ditugaskan di
Kebun Raya Bogor. Karyanya yang dikenal adalah
hasil penelitiannya mengenai tropical flora of Java.
Pada tahun 1909 Treub kembali ke Belanda karena
sakit, dan pada tanggal 3 Oktober meninggal karena
malaria.

| 29
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7. J.J. Smith Memorial


Data Bangunan :
Nama : Monumen J.J. Smith
Nama Lain :
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Monumen
Fungsi Saat Ini : Monumen
Pemilik/Pengelola : Pengelola Kebun Raya Bogor
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Monumen J.J Smith dibangun sebagai peringatan kepada
salah seorang kepala Kebun Raya Bogor. Johann Jacob
Smith adalah seorang ahli flora yang berasal dari Belgia.
Smith lahir pada tanggal 29 Juli 1867. Sejak kecil Smith
sangat gemar mengoleksi tanaman khususnya anggrek dan
membuat sketsa-sketsanya. Pada tahun 1891 Smith datang
ke Hindia Belanda sebagai inspektur perkebunan kopi.
Kemudian Profesor Treub yang saat itu bekerja di Kebun
Raya meminta Smith untuk bekerja sementara di Kebun
Raya sebagai hortikulturis kurator. Setelah dari Kebun Raya
Bogor, Smith bekerja di Cibodas. Pada masa itu Smith terus
membuat dokumentasi berbagai jenis tanaman anggrek.
Hasil dokumentasi tersebut membuatnya mendapat gelas
Ph.D dari Universitas Utrectht pada tahun 1910. J.J. Smith
juga sempat memimpin Kebun Raya Bogor sampai tahun
1924, dan meninggal di Belanda pada tahun 1947.

8. Monumen C.G.K Reindwart


Data Bangunan :
Nama : Monumen C.G.K Reindwart
Nama Lain :
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Monumen
Fungsi Saat Ini : Monumen
Pemilik/Pengelola : Pengelola Kebun Raya Bogor
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Monumen C.G.K Reindwart dibangun sebagi peringatan untuk
pendiri Kebun Raya Bogor. Prof. Caspar Georg Karl
Reinwardt adalah pendiri dan pemimpin pertama Kebun Raya
Bogor. Reinwardt lahir pada tanggal 3 Juni 1773 di
Lüttringshausen, Bergisches Land, Prusia. Reindwardt
mendalami ilmu kedokteran dan tumbuh-tumbuhan di
Amsterdam, dan pada usia 27 tahun diangkat sebagai
profesor di Universitas Harderwijk, Belanda. Tahun 1816,
Pemerintah Belanda mengangkatnya menjadi Direktur
Pertanian, Seni, dan Pendidikan untuk Pulau Jawa. Dan pada
tahun 1817 membangun sebuah kebun botani di sekeliling
kediaman Gubernur Jendral Belanda di Bogor yang saat ini
menjadi Kebun Raya Bogor.

| 30
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

9. Dutch Graveyard
Data Bangunan :
Nama : Dutch Graveyard
Nama Lain :
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Kompleks Pemakaman
Fungsi Saat Ini : Kompleks Pemakaman
Pemilik/Pengelola : Dinas Pertanian
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Dutch Graveyard adalah kompleks pemakaman Belanda
yang terletak di dalam Kebun Raya Bogor. Di kompleks ini
terdapat 42 nisan dengan bentuk –bentuk yang unik. Dari
42 nisan tersebut 38 diantaranya mempunyai identitas
sisanya tidak. Tidak diketahui pasti sejak kapan area
tersebut dijadikan sebagai kompleks pemakaman, tetapi
beberapa sumber mengatakan bahwa kompleks tersebut
didirikan oleh C.G.K Reindwart ada tahun 1817
bersamaan dengan dibangunnya Lands Plantentuin te
Bogor. Tetapi dari beberapa keterangan pada nisan-nisan
di makam diketahui bahwa usia makam sudah jauh lebih
tua. Yang paling tua adalah makam Gubernur Jendral
Belanda CornelisPotman yang tertanggal 2 Mei 1784.

10.Patung Lembu Nandi, Dewa Siwa dan Prasasti


Data Bangunan :
Nama : Patung Lembu Nandi, Dewa Siwa dan Prasasti
Nama Lain :
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Patung
Fungsi Saat Ini : Patung
Pemilik/Pengelola : Pengelola Kebun Raya Bogor
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Tidak banyak keterangan dan bukti otentik yang
didapatkan sehubungan dengan patung Nandi dan Dewa
Syiwa yang ada di Kebun Raya Bogor. Beberapa sumber
menyebutkan bahwa kedua patung ini tidak berasal dari
Kebun Raya Bogor, dan kemudian dipindahkan ke dalam
kawasan Kebun Raya Bogor pada tahun 1800-an oleh
pihak pengelola Lands Platentuin te Buitenzorg masa itu,
dan sejak saat itu sudah berada di tempatnya sekarang.
Patung Siwa dan Patung lembu yang disebut lembu Nandi
yang dalam legenda disebutkan sebagai kendaraan Dewa
Siwa, seperti patung-patung yang ada di Candi
Prambanan, Jawa Tengah.

| 31
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

2.4 Permasalahan Kawasan


Kawasan Kebun Raya Bogor saat ini merupakan kawasan tertutup, rasa kepemilikan masyarakat terhadap kawasan
ini pun kurang. Kawasan di sekitar kebun raya mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat sehingga
mempengaruhi cadangan air tanah yang mengairi Kebun raya Bogor. Hal ini kemudian berpengaruh kepada sistem
hidup sebagian tanaman di Kebun Raya Bogor. Permasalahan tidak terjadi di dalam kawasan kebun raya, namun
lebih kepada masalah yang ditimbulkan oleh intensitas pembangunan di kawasan sekitarnya yang sedikit banyak
mempengaruhi kinerja dan kualitas tanah, air dan sistem ekologi secara luas. Hal ini harus menjadi perhatian.
Keberadaan Kebun Raya Bogor ini harus dijaga keberadaannya.

| 32
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Kawasan Permukiman Eropa

3 Kawasan Permukiman Eropa


3.1 Sejarah
Sub Kawasan Permukiman Eropa terdiri dari: Kawasan
Militer, Stasiun Kereta Api, Kawasan Bangunan Publik
(Single Detached Building ) dan Area Permukiman.
Kawasan Militer/Kawasan Permukiman Eropa terletak di
sepanjang Jalan Bataviaweg atau Jalan Sudirman.
Kawasan militer ini ditandai dengan dibangunnya kamp
militer pada tahun 1745. Bangunan militer saat ini masih
digunakan sebagai kompleks Museum PETA. Kamp
Militer ini berperan sebagai penjaga perbatasan,
mengingat Jalan Sudirman atau Batavia weg merupakan
pintu masuk menuju kota. Di sepanjang jalan Sudirman
juga dibangun Rumah Sakit Militer, yang sekarang
menjadi R.S Salak. Selain kedua bangunan tersebut, di
ujung Jalan Sudirman, berhadapan dengan Palbaton,
tepatnya di depan Istana Bogor, pernah dibangun sebuah
Benteng pertahanan.

| 33
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 23 Sebaran Bangunan Bersejarah di Kawasan Permukiman Eropa (P3KP, 2013)

3.2 Identifikasi Profil Kawasan


3.2.1 Struktur Kawasan

Struktur sub kawasan permukiman Eropa ditandai dengan Jalan Grotepostweg/ Bataviaweg (Jalan Sudirman)
sebagai axis utama Kota Bogor. Permukiman Eropa terletak di sebalah barat Jalan Sudirman dan Jalan Juanda
sampai di pertemuan dengan Jalan Otto Iskandar Dinata.
Area permukiman Eropa juga memiliki struktur khusus. Jika dilihat dari peta-peta lama, diketahui bahwa area
permukiman terseut berbentuk cluster/blok dengan rumah-rumah warga Eropa di lapisan luar Blok/ Cluster dan
rumah-rumah kampung atau pribumi di bagian dalam cluster.

3.2.2 Koridor

Terdapat 3 level koridor Jalan pada sub Kawasan Permukiman Eropa. Koridor utama yaitu Jalan Sudirman dan
Jalan Juanda sebagai jalan utama Kota Bogor.
Koridor Sekunder terdapat di Jalan-jalan masuk ke area permukiman Eropa. Di sepanjang koridor Jalan ini, berjejer
rumah-rumah yang dibangun untuk warga Eropa. Kavling-kavling yang ada di jalan ini relatif lebih kecil, dengan
garis sempadan bangunan relatif kecil.

| 34
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Di level terakhir terdapat koridor jalan masuk yang lebih kecil sebagai akses untuk menuju perumahan pribumi yang
terletak di tengah cluster perumahan warga Eropa. koridor jalan ini lebh kecil , dengan kavling-kavling rumah yang
berhimpitan.

Gambar 24 Koridor Jalan Sudirman (P3KP, 2013)

Gambar 25 Koridor Jalan Ahmad Yani (P3KP, 2013)

| 35
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3.2.3 Blok

Terdapat 4 Blok bangunan di sub kawasan permukiman Eropa yaitu, 1 Blok Kawasan Militer, Blok Stasiun Bogor,
Blok Bangunan Umum, Blok Permukiman di Utara Jalan Kapten Muslihat dan Blok Permukiman di sebelah selatan
Jalan Kapten Muslihat.

3.2.4 Ruang Terbuka

Salah satu ruang terbuka di sub kawasan ini yang dirancang secara terdefinisi adalah Taman Topi yang berada di
pelataran Stasiun Bogor. Saat ini Taman ini digunakan sebagai tempat parkir dan PKL.

Gambar 26 Ilustrasi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Permukiman Eropa

| 36
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 27 Peta Sebaran Pusaka Kawasan Permukiman Eropa

| 37
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3.3 Inventarisasi Aset Pusaka


Berikut ini adalah hasil inventarisasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kawasan Permukiman
Eropa.
1. Gedung Karesidenan Bogor
Data Bangunan :

Nama : Gedung Karesidenan Bogor

Nama Lain :

Lokasi : Jl. H. Juanda No. 4 Pabaton Bogor Tengah 16122

Koordinat : 06°35'37 LS 106°37'42 BT

Luas : 808 m2/ 25.120 m2 luas lahan

Fungsi Semula : Kantor Pembantu Gubernur

Fungsi Saat Ini : Kantor Koordinasi Wilayah Bogor

Pemilik/Pengelola : tidak ada data

Tahun dibangun : 1908

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Gedung ini berdiri pada tahun 1908. Pada tahun 1928
diubah menjadi kantor pembantu gubernur sampai
tahun 1976. Pada tahun 2002 diambil oleh
Pemerintah Daerah Bogor sebagai Kantor Koordinasi
Wilayah Bogor. (sumber: Bappeda Kota Bogor)

2. Hotel Salak
Data Bangunan :

Nama : Hotel Salak

Nama Lain :

Lokasi : Jl. H. Juanda No. 8 Kel. Pabaton Kec. Bogor Tengah


Bogor, 16122

Koordinat : 106°47'40BT , '06°35'40LS

Luas : 1205 m2/ 8.227 m2

Fungsi Semula : Hotel Binnenhof

Fungsi Saat Ini : Hotel

Pemilik/Pengelola : PT Anugrah Jaya Agung

Tahun dibangun : 1868

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Inilah hotel tertua di kota hujan, Bogor. Berdiri sejak


tahun 1856, awalnya bernama Binnenhof Hotel ini
dimiliki seorang keluarga Gubernur Hindia Belanda.
Ketika jaman penjajahan Jepang,hotel yang dibangun
di area 8.227 m2 dijadikan Markas Militer Jepang
(Kampeitai). Baru pada tahun 1948, kepemilikan hotel
ini sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah
Indonesia. Karena letaknya di kaki Gunung Salak,
namanya pun diubah menjadi Hotel Salak

| 38
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Balai Kota Bogor


Data Bangunan :

Nama : Balai Kota Bogor

Nama Lain :

Lokasi : Jl. H. Juanda No. 10 Pabaton Bogor Tengah 16122

Koordinat : 106 47' 37.23" E 6 35' 42.35" S

Luas : 2.639 m2 / 9.060 m2 luas lahan

Fungsi Semula : Societeit

Fungsi Saat Ini : Balai Kota Bogor

Pemilik/Pengelola : Pemerintah Kota Bogor

Tahun dibangun : 1868

Arsitek/Pembangun :

Sejarah : Gedung Balaikota Bogor berdiri dengan nama


Societeit dengan bentuk bangunan gaya Kolonial
Belanda. Dahulu, Balaikota digunakan sebagai markas
Korem Surya Kencana. Pada tahun 1975, Korem
Surya Kencana pindah ke Jalan Merdeka dan
bangunannya sekarang digunakan sebagai pusat
pemerintahan di kota Bogor. Balaikota dikelilingi
bangunan yang dijaga keasliannya oleh pemerintah
pusat dan disebut kompleks atau bangunan cagar
budaya (sumber: Bappeda Kota Bogor)

4. SMAN 1 Bogor
Data Bangunan :

Nama : SMA Negeri 1 Bogor

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No. 16 Kel. Paledang, Kec. Bogor


Tengah Kota Bogor, 16122

Koordinat : 106 47' 36.43" E 6 35' 51.45" S

Luas : tidak ada data

Fungsi Semula : Sekolah

Fungsi Saat Ini : Sekolah

Pemilik/Pengelola : Dinas Pendidikan Kota Bogor

Tahun dibangun : 1946

Arsitek/Pembangun : Prof. Gamadi Prawiro Sudirjo

Sejarah : SMAN 1 Bogor didirikan pada tahun 1946 dengan


nama Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) oleh
Prof. Gamadi Prawira Sudirja. Lokasi SMAN 1 bogor
terletak di dekat Istana Bogor ( depan Gereja Zeboath).
Sekolah yang semula berlokasi di Jl. Paledang No. 17
ini pindah ke bangunan di Jl. Ir. H. Juanda ini pada 2
April 1950. (sumber: sman1bogor.sch.id)

| 39
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5. Gereja Katedral Bogor BMU


Data Bangunan :

Nama : Gereja Katedral Bogor BMU

Nama Lain : Santa Maria Bogor

Lokasi : Jl. Kapten Muslihat No.2 Kel. Paledang Kec. Bogor


Tengah Kota Bogor, 16122

Koordinat : 106 47' 29.01" E 6 35' 47.88" S

Luas : Tidak ada data m2

Fungsi Semula : Gereja

Fungsi Saat Ini : Gereja

Pemilik/Pengelola : Keuskupan Bogor

Tahun dibangun : 1889

Arsitek/Pembangun : Claessens

Sejarah : Pada awalnya merupakan tempat peristirahatan para


tamu misa kudus. Kemudian tahun 1886 menjadi panti
asuhan. Tahun 1889 Pemerintah Hindia Belanda
melanjutkan pembangunan menjadi gereja katedral
katolik. (sumber:www.indonesian.travel,
anyerpanarukan.blogspot.com, 50 tahun keuskupan
bogor dalam lintasan sejarah, grafikamardiyuana.
bogor)

6. Seminaris Stella Maris


Data Bangunan :

Nama : Seminaris Stella Maris

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Kapten Muslihat No.22 Kel. Paledang Kec. Bogor


Tengah Kota Bogor, 16122

Koordinat : 106 47' 31.79" E 6 35' 48.17" S

Luas : tidak ada data

Fungsi Semula : Asrama panti asuhan

Fungsi Saat Ini : Seminaris

Pemilik/Pengelola : Kebugonal

Tahun dibangun : 1886

Arsitek/Pembangun : MYD. Claessens

Sejarah : Awal mulanya bangunan ini adalah panti asuhan.


Setelah asrama panti asuhan St. Vincentius berakhir
tahun 1964,Gedung di jalan kapten muslihat No.22
yang dipakai oleh Bruderan untuk asrama panti
asuhan tersebut diusulkan untuk dipakai oleh seminari
agar seminari dapat berkembang. (sumber:
www.keuskupanbogor.org)

| 40
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7. Jl. Paledang No.51


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Paledang No.51 Kel. Paledang Kec. Bogor Tengah


Bogor

Koordinat : 106 47' 27.32" E 6 35' 58.27" S

Luas : 136 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Boy (Pemilik Rumah)

Tahun dibangun : 1852

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah :

8. Paledang 43
Data Bangunan :

Nama : Kantor Dinas Kebersihan

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Paledang No.43

Paledang, Bondongan

Bogor 16122

Koordinat : 106 47' 29.46" E 6 35' 59.77" S

Luas : 1400 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Kantor Dinas Kebersihan

Pemilik/Pengelola : Pemkot

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

| 41
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

9.Rumah Tinggal
Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Paledang No.41

Paledang, Bogor Tengah

16112

Koordinat : 106 47' 31.75" E 6 36' 2.62" S

Luas : 100 m2

Fungsi Semula : Rumah Sakit ( PMI )

Fungsi Saat Ini : Bangunan kosong dan kantor pengacara

Pemilik/Pengelola : Hj. Purnala

Tahun dibangun : tidak ada data

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

10. Rumah Tinggal Paledang 6


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Paledang No.6

Paledang, Bondongan

Bogor 16122

Koordinat : 106 47' 36.15" E 6 36' 3.96" S

Luas : 230 m2

Fungsi Semula : tidak ada data

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Herman

Tahun dibangun : 1900

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

| 42
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

11. Rumah Tinggal Paledang 19


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal Paledang 19

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Paledang No.19

Paledang, Bondongan

Bogor 16122

Koordinat : 106 47' 33.53" E 6 36' 4.94" S

Luas : 300 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Hendri

Tahun dibangun : tidak ada data

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

12. Jl. Paledang No. 22


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Paledang No.22

Kel. Paledang

Kec. Bogor Utara

Bogor

Koordinat : 106 47' 24.40" E 6 35' 54.40" S

Luas : 1404 m2 (setelah pelebaran jalan)

Fungsi Semula : Rumah Tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Muhammad

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Dr. Sanusi ( ernis tionghoa)

Sejarah :

| 43
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

13. Lembaga Permasyarakatan Bogor


Data Bangunan :

Nama : Lembaga Permasyarakatan Bogor

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Paledang No.2

Kel. Paledang

Kec. Bogor Tengah

Bogor

Koordinat : 106°47'26'BT, 06°35'45'LS

Luas : 8.185 m2

Fungsi Semula : Rumah Penjara

Fungsi Saat Ini : Lapas Kelas IIA Bogor

Pemilik/Pengelola : Negara

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : LP ini didirikan pada asa pendudukan belanda tahun


1906. semula bernama rumah penjara pada tahun 1964
dengan berlakunya sistem pemasyarakatan bangunan
ini un berubah menjadi lembaga pemasyarakatan kelas
II bogor

4. Jl. Gereja No.6


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Gereja No.6

Kel. Paledang

Kec. Bogor Tengah

Bogor. 16122

Koordinat : 106 47' 37.02" E 6 35' 58.50" S

Luas : Tidak ada data

Fungsi Semula : Rumah Tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Tidak ada data

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Tidak ada data

| 44
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

15. Jl. Gereja No.13


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Gereja No.13

Kel. Paledang

Kec. Bogor Tengah

Bogor. 16122

Koordinat : 106 47' 36.03" E 6 35' 59.85" S

Luas : Tidak ada data

Fungsi Semula : Tidak ada data

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Tidak ada data

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Tidak ada data

16. Jl. Selot No.21


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Selot No.21

Kel. Paledang

Kec. Bogor Tengah

Bogor, 16122

Koordinat : 106 47' 35.82" E 6 35' 52.67" S

Luas : Tidak ada data

Fungsi Semula : Tidak ada data

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Tidak ada data

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Tidak ada data

| 45
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

17. Jl. Selot No.32


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Selot No.32

Kel. Paledang

Kec. Bogor tengah

Bogor, 16122

Koordinat : 106 47' 30.02" E 6 35' 53.34" S

Luas : Tidak ada data

Fungsi Semula : Tidak ada data

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Tidak ada data

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Tidak ada data

18. Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman


Data Bangunan :

Nama : Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Pengadilan No.8

Kel. Pabaton

Kec. Bogor Tengah

Bogor

Koordinat : 106 48' 9.91" E 6 35' 9.74" S

Luas : Tidak ada data

Fungsi Semula : Jawatan Gedung-gedung Belanda

Fungsi Saat Ini : Kantor Dinas Pengawasan Bangunan dan

Pemukiman

Pemilik/Pengelola : Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman

Tahun dibangun : 1930an

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

| 46
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

19.Gedung Telkom
Data Bangunan :

Nama : Gedung Telkom

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Pengadilan No.14 Pabaton Bogor Tengah 16121

Koordinat :

Luas : 500 m2

Fungsi Semula : Perkantoran Belanda

Fungsi Saat Ini : Tempat Ibadah, Rapat dan Olahraga pegawai

Telkom

Pemilik/Pengelola : Telkom

Tahun dibangun : tidak ada data

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

20.Rumah Tinggal dan Lahan Usaha


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal dan Lahan Usaha

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Pengadilan No.51

Pabaton

Bogor Tengah 16121

Koordinat : 106 47' 35.97" E 6 35' 31.72" S

Luas : 700 m2

Fungsi Semula : Rumah Tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal dan Lahan Usaha

Pemilik/Pengelola : Bapak Masdi dan Bapak Mustafa

Tahun dibangun : 1935

Arsitek/Pembangun :

Sejarah : Rumah ini dibangun pada tahun 1935 dan tidak


diketahui siapa yang membangunnya. Pernah dihuni
oleh pria warga negara Indonesia keturunan Belanda
yang bernama Jan Van De Rooy. Beliau pernah
bekerja sebagai pegawai lapas di Paledang. Pada
saat Belanda angkat kaki dari Indonesia dan
mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia
secara de facto, istri dan anaknya kembali ke
Belanda. (Narasumber : Bapak Mustafa / Mantan
pembangtu Jan Van de Rooy)

| 47
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

21. SMPN 2 Bogor


Data Bangunan :

Nama : SMPN 2 Bogor

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Gedong Sawah 4 Pabaton Bogor Tengah 16121

Koordinat : 06°35'34'LS 106°47'38'BT

Luas : 62,256 m2

Fungsi Semula : Sekolah zaman belanda

Fungsi Saat Ini : SMPN 2 Bogor

Pemilik/Pengelola : Diknas Kota Bogor

Tahun dibangun : 1918

Arsitek/Pembangun :

Sejarah : Bangunan didirikan pada tahun 1918 oleh


pemerintah belanda sebagai sekolah HIS. Setelah
indonesia merdeka sekolah HIS tahun 1950 oleh
Pemerintah Republik Indonesia gedung digunakan
sebagai SMP Negeri 2 Bogor.

(http://www.kotabogor.go.id/pariwisata/nilai-
tradisional/4161-gedung-smpnegeri-2-bogor)

22. Markas KODIM O606 BOGOR


Data Bangunan :

Nama : Markas Korem O61 Suryakencana

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Jendral Sudirman no 33 Pabaton

Kota Bogor

Koordinat : 106 47' 47.31" E 6 35' 6.57" S

Luas : 108,18/ 3182,55 m2 luas lahan

Fungsi Semula : Kantin Batalyon 10 Belanda

Fungsi Saat Ini : Markas Kodim 0606 Bogor

Pemilik/Pengelola : TNI Angkatan Darat

Tahun dibangun : tidak ada data

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Dahulu digunakan sebagai kantin batalyon 10


belanda, kemudian pada tahun 1950 diambil alih
oleh pemerintah RI dan digunakan sebagai balai
prajurit, kemudian ajudan jendral korem surya
kencana dan pada tahun 1981 digunakan sebagai
markas kodim 0606

| 48
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

23. Jl. Jenderal Sudirman No.7


Data Bangunan :

Nama : Panti Asuhan Bina Harapan

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Jenderal Sudirman No.7 Kel. Pabaton Kec.


Bogor Tengah Bogor, 16121

Koordinat : 106 47' 47.76" E 6 35' 24.28" S

Luas : 2.849,75 m2

Fungsi Semula : Asrama / Mess orang belanda

Fungsi Saat Ini : Panti Asuhan

Pemilik/Pengelola : Tidak ada data

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Tidak ada data

24. Rumah Sakit Salak


Data Bangunan :

Nama : Markas Kodim 0606

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Jenderal Sudirman No.8 Kel. Sempur Kec. Bogor


Tengah Bogor, 16129

Koordinat : 106 47' 50.01" E 6 35' 15.10" S

Luas : 9000 m2

Fungsi Semula : Asrama Tentara Belanda/ Pengawal Peleis

(Istana Bogor)

Fungsi Saat Ini : Rumah Sakit

Pemilik/Pengelola : Tidak ada data

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Rumah sakit ini didirikan pada abad 18. Semula


merupakan sebagian asrama belanda yang bertugas
mengawal peleis (istana bogor) . Selain itu asrama
tersebut dilengkapi fasilitas lainnya berupa kantin.
Setelah indonesia merdeka kemudian dijadikan unit
kesehatan tentara ( DKT) . Di bawah pengelola
sebuah yayasan kemudian dijadikan rumah sakit
dengan nama rumah sakit salak yang juga melayani
masyarakat lainnya. (sumber: Bappeda)

| 49
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

25. Museum PETA


Data Bangunan :

Nama : Museum PETA

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Jenderal Sudirman No.35 Kel. Cibogor Kec. Bogor


Tengah Bogor, 16124

Koordinat : 106 47' 47.29" E 6 35' 8.87" S

Luas : 9400 m2

Fungsi Semula : Tempat Tinggal Gubernur Jenderal Belanda

Fungsi Saat Ini : Museum PETA

Pemilik/Pengelola : Pemerintah / Dinas Sejarah Angkatan Darat

Tahun dibangun : 1745

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Gedung yang difungsikan sebagai museum ini


dibangun pada tahun 1745 oleh tentara KNIL dengan
gaya bangunan eropa (inggris). Pada saat pertama
dibangun, bangunan merupaka tempat persinggahan
para Jenderal dari Belanda. Kemudian berkembang
sampai sekarang dijadikan Museum (Sumber:
Suroso, Kepala Museum PETA)

26. Rumah Tinggal Martadinata 38


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Martadinata No.38 Ciwaringin Bogor Tengah


16114

Koordinat : 106 47' 43.47" E 6 34' 52.31" S

Luas : 900 m2 (luas tanah)

Fungsi Semula : Rumah tinggal milik dinas pertanian

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Ibu Asri

Tahun dibangun : tidak ada data

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Bangunan didirikan pada zaman Belanda. Kemudian


bangunan ditempati oleh pegawai yang bekerja pada
Dinas Pertanian di Cimanggi. Sekarang bangunan
ditempati oleh Ibu Asri sejak tahun 1980.
(Narasumber : Ibu Asri / Pemilik Rumah.)

| 50
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

27. Jl. Martadinata No.41


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Martadinata No.41

Kel. Ciwaringin

Kec. Bogor Tengah

Bogor, 16114

Koordinat : 106 47' 39.54" E 6 34' 53.23" S

Luas : 420 m2

Fungsi Semula : Rumah Tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Harry Syamsudin

Tahun dibangun : 1930

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Tidak ada data

28. Gedung Pertemuan


Data Bangunan :

Nama : Gedung Pertemuan

Nama Lain :

Lokasi : JL. Sawo jajar 38

Kel. Pabaton

Kec. Bogor tengah

Bogor, 16121

Koordinat : 106 47' 42.79" E 6 35' 19.85" S

Luas : 400 m2

Fungsi Semula : Tidak ada data

Fungsi Saat Ini : Gedung Pertemuan

Pemilik/Pengelola : Ibu Susanti Purboyo

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Tidak ada data

Sejarah : Tidak ada data

| 51
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

29. Jembatan Merah


Data Bangunan :

Nama : Jembatan Merah

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Kapitan Muslihat

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Jembatan

Fungsi Saat Ini : Jembatan

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

30. Jalan Paledang 53 Tidak ada foto

Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal Jalan Paledang no. 53

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Paledang no. 53

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggall

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggall

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

| 52
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

31. Jalan Paledang 29


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Jalan Paledang no. 29

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Paledang no. 29

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggall

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggall

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

32. Jalan Kantor Batu


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Jalan Kantor Batu no. 3

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Kantor Batu no.3

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggall

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggall

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

| 53
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

33. SD Pengadilan 1 Tidak ada foto

Data Bangunan :

Nama : SD Pengadilan 1

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Pengadilan no. 4

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Sekolah

Fungsi Saat Ini :

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

34. Gardu PLN - Air Mancur


Data Bangunan :

Nama : Gardu PLN

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Jendral Sudirman

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula :

Fungsi Saat Ini :

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

| 54
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

35. Jalan Martadinata no. 31


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal Jalan


Martadinata no. 31

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Martadinata no. 31

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

36. Kantor Besar Dinas Kehutanan


Data Bangunan :

Nama : Kantor Besar Dinas Kehutanan

Nama Lain :

Lokasi : Jalan Juanda

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun :

Arsitek/Pembangun :

Sejarah :

3.4 Permasalahan Kawasan


Kawasan Militer terletak di sepanjang Jalan Sudirman menuju Kebun Raya Bogor. Jalan tersebut awalnya dirancang
sebagai jalan utama istana yang memberikan kesan formal dan megah dengan axis jalan yang jelas.

| 55
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 28 Permasalahan Sub-kawasan Permukiman Eropa


((Sumber: RAKP ,2013))

Gambar 29 Witte Pal (Palbaton) dilihat dari arah istana melalui Grote Postweg, 1870
(Sumber : Tropenmuseum)

| 56
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Saat ini, Jalan Sudirman kehilangan kesan fromal dan megahnya karena banyaknya bangunan baru dengan style
arsitektur yang beragam. Sepanjang Jalan Sudirman berderet bangunan-bangunan komersial dengan berbagai
atribut seperti neon box, baligo, spanduk dengan penempatan yang serampangan. Dapat dilihat dari banyaknya
bangunan komersial bahwa kawasan tersebut rentan perubahan dan perobakan. Jalan Sudirman juga menjadi
kawasan utama dengan volume kendaraan tinggi sehingga seringkali menimbulkan kemacetan.

Gambar 30 Jalan Sudirman dengan berbagai Bangunan Komersial


((Sumber: RAKP ,2013))

Gambar 31 Jalan Sudirman dengan Bangunan lama yang tidak terawat.


((Sumber: RAKP ,2013))

| 57
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 32 Permasalahan Sub-kawasan Permukiman Eropa


((Sumber: RAKP ,2013))

| 58
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 33 Area sekitar stasiun Bogor yang dipenuhi PKL


((Sumber: RAKP, 2013))

| 59
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Kawasan Karsten Plan

4 Kawasan Karsten Plan


4.1 Sejarah
Sub Kawasan Area Plan Karsten dirancang dan direncanakan oleh Ir. Thomas Karsten berdasarkan konsep "garden
city" pada tahun 1917. Konsep "garden city" merupakan salah satu metoda yang digunakan dalam perencanaan
kota untuk merancang suatu area perkotaan mandiri yang dikelilingi oleh sabuk hijau (green belts). Area ini terdiri
dari kawasan permukiman, industri, dan pertanian yang proporsional. Jumlah populasi maksimum yang dapat
ditampung di dalam suatu "garden city" diproyeksikan berdasarkan daya dukung lingkungannya. Ketika area ini
telah mencapai jumlah populasi maksimum, dikembangkanlah "garden city" yang baru.
Elemen perancangan kawasan dengan konsep "garden city" umumnya berupa struktur ruang dengan bentuk-bentuk
organik, batas wilayah berupa sabuk hijau, serta pemanfaatan ruang terbuka hijau untuk menandai area gerbang,
simpul, dan tepian kawasan. Sub kawasan Area Plan Karsten diperkirakan berkembang dalam beberapa tahap. Dari
data peta lama tahun 1920 diketahui bahwa area perluasan belum direalisasikan, area Kebun Raya Bogor masih
belum diperluas dan belum memiliki batas jalan sebelah timur. Sedangkan pada peta tahun 1946 terlihat bahwa
perluasan Kebun Raya dan perumahan sudah selesai. Dari peta-peta tersebut, disimpulkan bahwa pembangunan di
sub kawasan ini dilakukan pada rentang masa tahun 1920-1946.
Area yang termasuk ke dalam sub kawasan ini meliputi area di sekitar Sempur, Taman Kencana, Jalan Pajajaran,
dan Kampus IPB (dulu rumah sakit hewan). Karakter khas dan inventarisasi aset pusaka di sub kawasan ini akan
dibahas secara lebih terperinci pada bagian berikutnya.

| 60
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 34 Konsep Kota Taman di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

4.2 Identifikasi Profil Kawasan


4.2.1 Struktur Kawasan

Elemen perancangan kawasan dengan konsep "garden city" umumnya berupa struktur ruang dengan bentuk-bentuk
organik serta pemanfaatan ruang terbuka hijau untuk menandai area gerbang, simpul, dan tepian kawasan. Bentuk-
bentuk organik pada kawasan dapat terlihat terutama pada bentuk jalan-jalan utama yang tidak menyerupai grid
sehingga memberi kesan yang lebih tidak formal. Meskipun demikian, sumbusumbu utama kawasan masih dapat
terlihat dengan cukup jelas.
Struktur jalan ini membentuk blok dan sub-blok dengan bentuk yang organik dan relatif tidak berbentuk grid. Pada
sub kawasan ini dapat ditemukan blok-blok yang terdiri dari kumpulan bangunan perumahan, bangunan tengaran,
dan ruang terbuka hijau. Bangunan rumah yang ada umumnya berupa bangunan bermassa tunggal atau kopel di
atas kavling yang relatif besar, dengan sempadan depan yang cukup besar. Koridor jalan di sub kawasan ini
umumnya dinaungi pohon-pohon yang rindang dan turut menjadi elemen pembentuk ruang.

| 61
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 35 Struktur Ruang Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

4.2.2 Koridor

Koridor di Sub Kawasan Area Plan Karsten dapat dibedakan menjadi koridor utama dan koridor sekunder. Koridor
utama merupakan koridor yang membentuk struktur ruang utama pada sub kawasan ini, seperti koridor Jl.
Pajajaran, koridor Jl. Ciremai, koridor Jl. Pangrango, koridor Jl. Salak, dan koridor Jl. Burangrang. Sedangkan
koridor sekunder adalah koridor-koridor dengan hierarki jalan yang lebih kecil dan bersifat mengisi struktur ruang
dalam skala yang lebih kecil pula.
Koridor Jl. Pajajaran dan penggal koridor Jl. Jalak Harupat berfungsi sebagai tepian atau batas kawasan dalam
perencanaan yang dibuat oleh Ir. Thomas Karsten. Adapun koridor Jl. Ciremai menjadi tepian / batas area
perencanaan yang berkontur relatif datar dengan area perencanaan di sekitar Sungai Ciliwung yang relatif lebih
berkontur. Koridor ini menjadi batas fisik dua area perencanaan yang perbedaan konturnya cukup signifikan.

| 62
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 36 Koridor di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

Koridor sekunder merupakan koridor dengan hierarki jalan yang lebih kecil dan bersifat mengisi struktur ruang
dalam skala yang lebih kecil. Koridor ini dibentuk oleh beberapa elemen, yaitu:
1. badan jalan,
2. berm / jalur hijau di tepi badan jalan,
3. pohon peneduh yang ditanam di berm,
4. pagar persil (pagar tanaman),
5. sempadan bangunan, dan
6. bangunan (rumah).

Pohon peneduh yang ditanam di sepanjang tepi jalan merupakan salah satu pembentuk koridor yang paling penting.
Selain berfungsi untuk meneduhi jalan, pohon ini pun berfungsi sebagai pembentuk ruang dalam koridor.
Unsur penting lainnya adalah pagar persil yang relatif pendek atau berupa pagar tanaman. Pagar ini memberi batas
yang jelas antara persil / kavling dengan badan jalan tanpa menghalangi arah pandang dari jalan ke dalam kavling.
Tidak seperti halnya pagar tinggi yang relatif menghilangkan hubungan ruang antara jalan dan persil, pagar tanaman
pendek ini menciptakan kesan ruang yang luas dan terbuka dan memungkinkan terjadinya interaksi dan kontrol
sosial dari dalam ke luar persil dan sebaliknya.

| 63
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 37 Suasana Koridor Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

| 64
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 38 Perubahan Bentuk Fisik Jalur Hijau Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

Perubahan bentuk fisik elemen pembentuk koridor akan mempengaruhi karakter koridor tersebut. Contohnya,
perubahan jalur hijau / berm menjadi "perpanjangan" halaman atau tempat parkir akan mengubah karakter koridor
secara keseluruhan. Demikian pula halnya dengan ketidakadaan pohon peneduh yang menjadi salah satu karakter
koridor di Sub Kawasan Area Plan Karsten ini.

Gambar 39 Suasana Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

4.2.3 Blok

Blok merupakan ruang-ruang di antara struktur jalan di suatu kawasan yang diperuntukkan bagi bangunan. Di Sub
Kawasan Area Plan Karsten terdapat 8 (delapan) blok utama dan sub-blok di dalamnya (lihat peta). Kedelapan blok
ini merupakan blok yang diduga termasuk ke dalam perencanaan Ir. Thomas Karsten. Pada perkembangannya,
terdapat blok-blok lain yang berkembang setelah masa kemerdekaan RI yang mencoba melanjutkan pola-pola

| 65
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

eksisting. Mayoritas blok di sub kawasan ini diisi oleh bangunan perumaha, kecuali Blok H yang merupakan blok
kampus IPB. Selain itu, beberaapa bangunan penting non-permukiman juga terdapat di Blok E (Taman Kencana).
Pola struktur jalan yang organik turut mempengaruhi bentuk masingmasing blok. Pada kawasan "garden city",
jarang ditemukan dua blok atau lebih yang tipikal atau persis sama. Setiap blok memiliki bentuk khas yang
umumnya juga organik. Bentuk-bentuk segi empat dengan sisi yang melengkung, segi tiga, trapesium, dan bentuk-
bentuk yang mengikuti bentukan alam relatif lebih sering ditemukan pada area yang dirancang dengan mengikuti
konsep "garden city".

Gambar 40 Ilustrasi Blok Karsten Plan (P3KP, 2013)

| 66
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

4.2.4 Ruang Terbuka

Ruang terbuka merupakan salah satu elemen penting dalam struktur ruang Sub Kawasan Area Plan Karsten.
Ruang-ruang terbuka dalam sub kawasan ini memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah sebagai gerbang,
simpul, dan tepian (edges).
Ruang-ruang terbuka yang berfungsi sebagai gerbang umumnya terletak di area tepi blok dan dekat dengan jalan
utama, seperti ruang terbuka di area persimpangan Jl. Pajajaran menuju Jl. Pangrango, di area Jl. Jalak Harupat
menuju Jl. Salak, dan pada persimpangan Jl. Pajajaran dan Jl. Jalak Harupat. Selain sebagai gerbang, ruang
terbuka di kawasan ini juga berfungsi sebagai simpul kawasan, seperti ruang terbuka di Taman Kencana, Taman
Malabar, dan ruang terbuka di daerah Sempur Kaler. Dalam skala yang lebih kecil, ruang terbuka di Jl. Pangrango
berfungsi sebagai gerbang dan simpul blok.
Ruang terbuka sebagai daerah tepian (edges) dapat ditemukan di sepanjang Jl. Ciremai. Ruang terbuka ini berupa
sabuk hijau yang menjadi pembatas antara area tepi sungai dan area di timurnya yang relatif lebih datar dan
memiliki perbedaan kontur yang cukup signifikan.

| 67
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 41 Ilustrasi Peta RTH Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

Taman Kencana merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai simpul kawasan. Taman ini
terletak di antara Jl. Ciremai dan Jl. Salak. Selain sebagai simpul kawasan, taman ini juga berfungsi sebagai
gerbang menuju blok Jl. Burangrang dan sekitarnya. Bangunan-bangunan penting di sekitar ruang terbuka ini ditata
sedemikian rupa sehingga memiliki tampak ke arah taman.
Pohon peneduh di Taman Kencana tidak serindang di sepanjang Jl. Salak atau Jl. Ciremai. Selain sebagai gerbang,
taman ini mungkin dibuat untuk memberikan jarak pandang terhadap bangunanbangunan tengaran yang
mengelilinginya.

| 68
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 42 Suasana Taman Kencana (P3KP, 2013)

| 69
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

4.2.5 Bangunan & Kumpulan Bangunan

Bangunan dan kumpulan bangunan merupakan salah satu elemen pembentuk struktur ruang yang mengisi blok dan
subblok. Bangunan di Sub Kawasan Area Plan Karsten umumnya berupa bangunan tunggal (detached) atau
bangunan kopel (coupled). Mayoritas bangunan di sub kawasan ini adalah rumah tinggal. satu lantai dengan bentuk
atap perisai atau limasan.
Bangunan-bangunan ini ditata sedemikian rupa sehingga berorientasi pada jalan, kecuali bangunan-bangunan di
area gerbang yang umumnya berorientasi pada ruang terbuka / gerbang sub kawasan / gerbang blok.

Gambar 43 Peta Sebaran Bangunan Bersejarah di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

| 70
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 44 Peta Bangunan dan Kumpulan Bangunan di Sub Kawasan Area Plan Karsten (P3KP, 2013)

| 71
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

4.2.6 Bangunan Tengaran

Bangunan tengaran (landmark) merupakan bangunan khas yang berbeda dari bangunan di sub kawasan pada
umumnya. Bangunan tengaran umumnya beruapa bangunan publik atau kompleks bangunan. Bangunan tengaran
di Sub Kawasan Area Plan Karsten terdiri dari Taman Kencana, Rumah Bupati, dan Kompleks Kampus IPB.

Gambar 45 Sebaran Bangunan Landmark di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

| 72
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 46 Sebaran Aset Pusaka Ragawi Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)

| 73
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

4.3 Inventarisasi Aset Pusaka


Berikut ini adalah hasil inventarisasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kawasan Karsten Plan.
1. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Data Bangunan :
Nama : Balai Penelitian Bioteknologi dan Perkebunan
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Taman Kencana No. 1a
Sempur
Bogor Tengah 16151
Koordinat : 106 48' 8.39" E 6 35' 18.00" S
Luas :
Fungsi Semula : Balai Penelitian
Fungsi Saat Ini : Balai Penelitian
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1926
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Balai Penelitian Bioteknoligi Perkebunan atau The
Indonesian Biotechnology Research Institute for estate
Crops (IBRIEC) didirikan pada februari 1993.
Sebelumnya bali ini dikenal dengan nama Pusat
Penelitian Perkebunan sejak 1989. Pada tahun 1968,
balai ini bernama Balai Penelitian Perkebunan, yang
merupakan gabungan dari Balai Penelitian Perkebunan
Besar dan Balai Penelitian dan Pemakaian Karet.
Kedua balai ini dibangun pada tahun 1926 dan
memiliki sejarah masing-masing sejak 1901.
(Sumber: Katalog Indonesian Biotechnology Research
Institute for Estate Crops.)

2. Pusat Studi Biofarmaka


Data Bangunan :
Nama : Pusat Studi Biofarmaka
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Taman Kencana No.3
Sempur
Bogor Tengah 16128
Koordinat : 106 48' 10.62" E 6 35' 17.22" S
Luas : 300 m2
Fungsi Semula : Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Fungsi Saat Ini : Pusat Studi Biofarmaka ( Laboratorium
Pemilik/Pengelola : tidak ada data
Tahun dibangun : 1926
Arsitek/Pembangun : Belanda
Sejarah : Bangunan dibangun pada masa pemerintahan belanda.
Setelah itu digunakan sebagai pusat studi di bawah
Universitas Indonesia. Setelai UI berpisah, bangunan ini
diambil alih oleh Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pada
tahun 1999, bangunan ini digunakan atau dikelola oleh
Pusat Studi Biofarmaka IPB.

| 74
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Cafe OISHI
Data Bangunan :
Nama : Rumah tinggal
Nama Lain : Cafe OISHI
Lokasi : Jl. Halimun No. 8
Babakan
Bogor Tengah 16151
Koordinat : 106 48' 10.79" E 6 35' 33.16" S
Luas : 100 m2
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Cafe OISHI
Pemilik/Pengelola : Grae Inkiriawan dan Martin Simon
Tahun dibangun : 1960
Arsitek/Pembangun : M. Daeng Manaba
Sejarah : Bangunan dibangun oleh Bapak M. Daeng Manaba
kemudian ditempati pada tahun 1960 sebagai rumah
tinggal. Rumah saat ini di telah diwariskan kepada
cucu dari Bapak M. Daeng Manaba juga sebagai
pengelola bangunan saat ini. (Sumber: Bapak Martin
Simon, pewaris bangunan)

4. Rumah Tinggal
Data Bangunan :
Nama : Rumah tinggal
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Halimun No.4
Babakan
Bogor Tengah
Koordinat : 106 48' 12.54" E 6 35' 33.57" S
Luas : 1000 m2
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Tempat penjualan ikan koi
Pemilik/Pengelola : Bapak Adit
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :

| 75
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5. Rumah Dinas Direktur PMI


Data Bangunan :
Nama : Rumah Dinas Direktur PMI
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Malabar
Babakan
Bogor Tengah
Koordinat : 106 48' 25.61" E 6 35' 47.67" S
Luas : 2000 m2
Fungsi Semula : Rumah Dinas
Fungsi Saat Ini : Sekretariat PMI
Pemilik/Pengelola : PMI
Tahun dibangun : 1931
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Bangunan ini dibangun pada tahun 1931. Bangunan
ini dengan gaya kebaratbaratan. Hal ini dikarenakan
yang membangun adalah orang arsitek dari
belanda. Fungsi bangunan ini dari dulu adalah
Rumah Dinas Direktur Palang Merah Indonesia
(PMI) Akan tetapi bangunan ini fugsinya telah
berganti menjadi sekretariat dan pengadaan PMI.

6. Jl. Pangrango No.12


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Pangrango No.12
Kel. Babakan
Kec. Bogot Utara
Bogor
Koordinat : 106 48' 12.99" E 6 35' 28.98" S
Luas : 402 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman
Tahun dibangun : 1930
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Bangunan ini didirikan oleh pengajar atau dosen
belanda pada tahun 1930an. Bangunan ini
dijadikan tempat hunian oleh dosen tersebut.
Setelah dosen tersebut meninggal,
bangunan ini ditempati oleh dosen IPB yakni
Prof.Dr.Joko Darmo. Kemudian ditempati oleh
Bapak Anggoro kemudian sampai saat ini
bangunan ditempati oleh istri dari almarhum
Prof.Dr. DR.H. Sutodo (sumber: Istri dari Prof.
Sutodo)

| 76
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7. Rumah Tinggal Pangrango 17


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Pangrango No.17
Babakan
Bogor Tengah 16128
Koordinat : 106 48' 9.50" E 6 35' 26.50" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : tidak ada data
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

8. Kembang Desa Resto


Data Bangunan :
Nama : Kembang Desa Resto
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Pangrango No.30
Kel. Babakan
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16128
Koordinat : 106 48' 9.14" E 6 35' 22.54" S
Luas : 90 m2
Fungsi Semula : Rumah tinggal ( pernah ditempati Ir. Soekarno)
Fungsi Saat Ini : Restoran
Pemilik/Pengelola : Kembang Desa Corp
Tahun dibangun : 1905
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Pertama kali didirikan , bangunan digunakan
sebagai rumah tinggal. Kemudian bangunan
menjadi tempat kosong. Lalu bangunan
digunakan sebagai tempat camp parpol.
Dua tahun yang lalu, bangunan baru digunakan
sebagai Kembang Desa Resto. (sumber: Ita / PR
Kembang Desa Resto

| 77
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

9. Café Apple Pie


Data Bangunan :
Nama : Café Apple Pie
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Pangrango No.8 Rt 04 Rw 04
Kel. Babakan
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16128
Koordinat : 106 48' 7.89" E 6 35' 23.39" S
Luas : 70 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Cafe
Pemilik/Pengelola : Apple Pie Management / Baby Anand : Pemilik
Tahun dibangun : 1916
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

Jl. Papandayan No.5


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Papandayan No.5
Kel. Babakan
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16128
Koordinat : 106 48' 16.76" E 6 35' 11.77" S
Luas : 165 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Ibu Lia / Pemilik Rumah
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 78
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

11. Jl. Sempur 18


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Sempur 18 Kel. Sempur
Kec. Bogor Tengah Bogor, 16129
Koordinat : 106 48' 2.49" E 6 35' 23.84" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

12. Balai Riset Perikanan Budi Daya Air Tawar


Data Bangunan :
Nama : Balai Riset Perikanan Budi Daya Air Tawar
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Sempur 1 Kel. Sempur
Kec. Bogor Tengah Bogor, 16154
Koordinat : 106 48' 2.85" E 6 35' 30.01" S
Luas : 4215 m2/ 3000 m
Fungsi Semula : Biologi Perikanan
Fungsi Saat Ini : Balai Penelitian dan pengembangan budi daya
air tawar
Pemilik/Pengelola : Badan Litbang Perikanan
Tahun dibangun : 1927
Arsitek/Pembangun : F. Silaban
Sejarah : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar mulai
didirikan pada tanggal 26 Juni 1927 dengan
nama “Laboratorium Voor de Binnenvisserij”
yang berkedudukan di Bogor. Pada tanggal 16
Agustus 1984, secara resmi berubah nama
menjadi Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
(Balitkanwar), dan pada tahun 1991
Balitkanwar pindah lokasi kedudukannya di
Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Selanjutnya
sejak tahun 2002, berubah nama menjadi Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT)
yang bertempat di Bogor, Jawa Barat hingga
sekarang.

| 79
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

13. Sekolah Musik


Data Bangunan :
Nama : sekolah musik
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Sempur 34
Kel. Sempur
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16129
Koordinat : 106 47' 54.07" E 6 35' 19.71" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Tidak ada data
Fungsi Saat Ini : sekolah musik
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

14. Gedung Blenong / BPN


Data Bangunan :
Nama : Gedung Blenong / BPN
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Salak No.2 Babakan Bogor Tengah
Koordinat : 06°35'34'LS 106°47'07'BT
Luas : 807.5 m2 / 31.744.20 m2 luas tanah
Fungsi Semula : tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Kantor BPN
Pemilik/Pengelola : tidak ada data
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Mengingat kota Bogor pada masa pemerintahan Belanda
sekitar abad ke 17 dinamakan kota Buitenzorg yang
dapat diartikan sebagai kota istirahat sehingga banyak
berdirinya bangunan kolonial yang digunakan untuk
pemukiman orangorang Belanda yang salah satunya
adalah Gedung Blenong. (sumber:
http://www.kotabogor.go.id/
component/content/article/135-bendacagar-
budaya/4145-gedung-blenongbadan-pertanahan-
nasional-bogor)

| 80
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

15. Jl. Ciremei No.4


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Ciremei No.4
Kel. Bantarjati
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16153
Koordinat : 106 48' 0.14" E 6 35' 8.77" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

16. Jl. Ciremei No.6


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Ciremei No.6
Kel. Bantarjati
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16153
Koordinat : 106 48' 0.20" E 6 35' 7.12" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 81
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

17. Taman Kencana


Data Bangunan :
Nama : Taman Kencana
Nama Lain :
Lokasi : Taman Kencana
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

18. Jalan Halimun 4


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Halimun no.4
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Halimun no. 4
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

19. Jalan Halimun no. 6


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Halimun no. 6
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Halimun no. 6
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

| 82
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

20. Jalan Halimun no. 10 Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Halimun no. 10
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Halimun no. 10
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

21. Taman Malabar


Data Bangunan :
Nama : Taman Malabar
Nama Lain :
Lokasi : Taman Malabar
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

22. Jalan Pangrango 14 Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Pangrango no.14
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Pangrango no.14
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

| 83
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

23. Jalan Papandayan no. 15


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Papandayan no.15
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Papandayan no. 15
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

24. Jalan Papandayan no. 17 Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Papandayan no. 17
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Papandayan no. 17
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

25. Lapangan Sempur


Data Bangunan :
Nama : Taman Kencana
Nama Lain :
Lokasi : Taman Kencana
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

| 84
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

26.Gedung Pasca Sarjana IPB


Data Bangunan :
Nama : Gedung Pasca Sarjana IPB
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Pajajaran
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Gedung Pasca Sarjana IPB
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

27. Rumah Dinas Walikota


Data Bangunan :
Nama : Rumah Dinas Walikota
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Pajajaran no. 42
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

28. Jalan Pajajaran no. 14


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Pajajaran no. 14
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Pajajaran no. 14
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

| 85
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

29. Jalan Gunung Batu no. 54


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Gunung Batu no. 54
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Gunung Batu no. 54
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

30. Jalan Halimun 37 Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Halimun no. 37
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Halimun no. 37
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

31. RRI
Data Bangunan :
Nama : RRI
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Pangrango no. 34
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

| 86
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

4.4 Permasalahan Kawasan


Kawasan Karsten Plan berpusat di area perumahan sempur. Saat ini perumahan sempur terletak sangat strategis,
dekat dengan akses menuju ke luar kota, oleh karena itu kawaan ini juga sangat rawan dengan perubahan. Belum
ada kebijakan yang mencegah pemilik kavling untuk mengubah atau menghancurkan bangunannya meskipun
termasuk ke dalam aset pusaka.

Gambar 47 Permasalahan Sub Kawasan Karsten Plan ((Sumber: RAKP,2013))

Gambar 48 Papan Reklame yang menutupi Bangunan ((Sumber: RAKP ,2013))

| 87
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 49 Perubahan Fungsi dan Bentuk Bangunan di Sepanjang Jalan Utama (Sumber: Dokumentasi, 2013)

Gambar 50 RTH Berubah fungsi menjadi Mall ((Sumber: RAKP ,2013))

| 88
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Kawasan Pecinan Suryakencana

5 Kawasan Pecinan Suryakencana


5.1 Sejarah
Kawasan Pecinan , terletak tegak lurus dengan Kebun Raya Bogor, bersimpangan dengan Jalan Otto Iskandardinata
dan Jalan Ir H Juanda di sepanjang jalan Grote Postweg. Rumahrumah pemukiman etnis Tionghoa, berfungsi
sebagai pusat perekonomian Buitenzorg/Bogor. Jalan ini dibuat oleh Gubernur Jendral Daendels pada tahun 1808
terkenal dengan Post Weg atau Jalan Pos. Jalan Pos dimulai dari Anyer jaraknya 1.000 kilometer dan berakhir di
Panarukan. Kemudian pada tahun 1905 Pemerintah Kota Bogor mengubah nama jalan ini menjadi Jalan
Handelstraat, pada zaman kemerdekaan diubah menjadi Jalan Perniagaan. Kemudian, Jalan Suryakencana
diresmikan pemerintah Bogor pada tahun 1970-an. Ruas jalan dan wilayah Jalan Suryakencana/ "Handel Straat"
sekitarnya merupakan basis kegiatan Etnis Tionghoa yang juga menjadi pusat kegiatan ekonomi di Bogor sejak
awal tahun 1800

| 89
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 51 Peta Sebaran aset Pusaka Kawasan Pecinan Suryakencana (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)

Rumah-rumah yang berderet di sepanjang Jalan Suryakencana merupakan rumah-rumah toko yang memiliki muka
rumah relatif sempit, tetapi memanjang ke bagian belakang. Arsitektur Cina yang banyak terdapat di seanjang Jalan
Suryakencana masih dapat terihat jelas, meskipun sudah banyak pula yang rusak dan tidak terawat.

| 90
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 52 Peta aset Pusaka Kawasan Pecinan Suryakencana (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)

Gambar 53 Koridor Jalan SuryaKencana 1880

| 91
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5.2 Identifikasi Profil Kawasan

5.2.1 Struktur Kawasan

Sub-Kawasan Pecinan terletak di bagian Selatan Kebun Raya Bogor,di sepanjang Jalan Surya Kencana. Sub-
Kawasan ini dibatasi oleh dua sungai yaitu, Sungai Ciliwung di sebelah timur dan Sungai Cipakancilan di sebelah
Barat. Dalam penelitiannya, Setidi Sopandi menyatakan bahwa Jalan surya kencana di analogikan sebagai dragon
spine atau tulang punggung naga sebagai stuktur utama sub kawasan pecinan.

5.2.2 Koridor

Koridor di Sub Kawasan Pecinan ini dapat dibagi menjadi koridor utama dan koridor sekunder. Koridor Utama
adalah Koridor di sepanjang Jalan Surya Kencana. Koridor ini menjadi signifikan karena adanya deretan
shophouses/ruko 2 sampai 3 lantai.
Kavling bangunan di sepanjang Surya Kencana beragam tergantung dari jenis bangunan, misalnya ruko atau rumah
tinggal. Meskipun begitu. Hampir semua bangunan di sepanjang jalan Surya Kencana memiliki garis sempadan
bangunan yang sangat kecil, sehingga bangunan hampir berhimpitan dengan jalan, hanya dibatasi dengan jalur
pejalan kaki.

Gambar 54 Koridor di Kawasan Pecinan Suryakencana

| 92
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5.2.3 Blok

Menurut (Sopandi, 2002) terdapat 6 Blok tipologi di dalam sub kawasan Pecinan yang dibedakan berdasarkan
fungsinya.. Bangunan tersebut adalah Blok tipe bangunan Cina, Blok tipe rumah mansion/villa, blok bangunan
ibadah, blok bangunan retail dan housing, blok bangunan warehouse, dan blok pasar.

5.2.4 Bangunan dan Kelompok Bangunan

Ada beberapa tipe bangunan yang ddapat diidentifikasi di sepanjang Jalan Surya Kencana. Yang pertama adalah
Shophouses/ruko dengan detail arsitektur khas Cina. Ruko adalah bangunan yang digunakan oleh warga etnis Cina
untuk tinggal dan berdagang. Ruko-ruko ini terletak berderet dan berhimpitan dengan ruko lainnya, dengan lebar
tampak muka bangunan yang relatif sempit, tetapi memanjang ke belakang. Bangunan ruko biasanya terdiri dari 2
atau 3 lantai.
Selain Shophouses/ruko, di sepanjang Jalan Surya Kencana juga ditemukan bangunan-bangunan rumah tinggal
dengan gaya arsitektur campuran Eropa dan Cina. Bangunan-bangunan tersebut biasanya memiliki lebar tampak
muka yang lebih lebar dibandingan ruko atau shohouses.

Gambar 55 Sebaran Aset Pusaka Ragawi Kawasan Pecinan (P3KP, 2013)

5.2.5 Bangunan Tengaran

Bangunan yang menjadi tengaran untk sub-kawasan Pecinan adalah


Vihara atau Klenteng. Ada dua Vihara di sub kawasan ini, yaitu Vihara
Dhanagun atau Klenteng Hong Tek Bio yang terletak di Ujung Jalan
Surya Kencana dan Vihara Pan Ko, yang berada di Pulau Geulis, delta
Sungai Ciliwung. Kedua Vihara ini sudah berdiri sejak abad ke-18,
dan sampai saat ini masih menjadi pusat kegiatan masyarakat etnis
Cina yang tinggal di sub-kawasan ini.

| 93
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5.3 Inventarisasi Aset Pusaka


Berikut ini adalah hasil inventarisasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kawasan Pecinan Surya
Kencana.
1. Balai Penelitian Tanah
Data Bangunan :
Nama : Balai Penelitian Tanah
Nama Lain : Lab Voor Agrogeologie En Ground Onderzoek
Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No. 98
Kel. Gudang, Kec. Bogor Tengah
Kota Bogor, 16122
Koordinat : 106 47' 52.64" E 6 36' 13.64" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Laboratorium
Fungsi Saat Ini : Balai Penelitian
Pemilik/Pengelola : Dinas Pertanian
Tahun dibangun : 1905
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :

2. Kantor Direktorat Jenderal PHKA

Data Bangunan :

Nama : Kantor Direktorat Jenderal PHKA

Nama Lain : Lab Voor Agrogeologie En Ground Onderzoek

Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No. 98

Kel. Gudang, Kec. Bogor Tengah

Kota Bogor, 16122

Koordinat : 106 47' 52.66" E 6 36' 9.99" S

Luas : 1.057 m2 / 3.985 m2

Fungsi Semula : Hoofdkantoor van het Boswezen te Buitenzorg

Fungsi Saat Ini : Kantor Direktorat Jenderal PHKA Kementrian Kehutanan

Pemilik/Pengelola : Direktorat Jenderal PHKA

Tahun dibangun : sebelum 1913

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah :

| 94
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Vihara Dharmakaya
Data Bangunan :
Nama : Vihara Dharmakaya
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Surya Kencana No. 21 Kel. Babakan Pasar, Kec. Bondongan
Kota Bogor, 16126
Koordinat : 106 48' 24.94" E 6 36' 42.08" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Sarana Peribadatan
Fungsi Saat Ini : Sarana Peribadatan
Pemilik/Pengelola : Bapak Ishak
Tahun dibangun : 1940
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :

4. Kantor Cabang Bank Mandiri


Data Bangunan :
Nama : Kantor Cabang Bank Mandiri
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwangi No.303 Gudang Bogor Tengah
Koordinat : 106 47' 52.64" E 6 36' 13.64" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Kantor Cabang Bank Mandiri
Pemilik/Pengelola : tidak ada data
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :

5. Jl. Surya kencana No.170


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya kencana No.170 Kel. Babakan Pasar
Kec. Bondongan Bogor, 16126
Koordinat : 106 47' 58.67" E 6 36' 15.99" S
Luas : 325 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Toko
Pemilik/Pengelola : Iswan Wahyudi
Tahun dibangun : 1887
Arsitek/Pembangun : Pang Yung Tai
Sejarah :

| 95
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

6. Klenteng Hok Tek Bio


Data Bangunan :
Nama : Klenteng Hok Tek Bio
Nama Lain : Vihara Dhanagun
Lokasi : Jl. Surya Kencana No. 1 Kel. Babakan Pasar, Kec. Bogor Tengah Kota
Bogor, 16126
Koordinat : 106 47' 57.07" E 6 36' 11.36" S
Luas : 1000 m2
Fungsi Semula : Sarana Peribadatan
Fungsi Saat Ini : Sarana Peribadatan
Pemilik/Pengelola : Yayasan Vihara Dhanagun
Tahun dibangun : 1672
Arsitek/Pembangun : Komunitas orang Hok Kyan
Sejarah : Bangunan ini dibangun pada tahun 1672 oleh keluarga Hok Kyan
sebagai pusat peribadatan untuk pemujaan Dewa Bumi. (sumber: Bapak
Kusuma, Pengurus Klenteng) Foto Bangunan dari Arah Depan Peta
Lokasi Bangunan 6.Klenteng Hok Tek Bio (SK-1

7. Jl. Surya Kencana 12


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana No. 12 Kel. Babakan Pasar, Kec. Bondongan Kota
Bogor, 16126
Koordinat : 106 47' 59.44" E 6 36' 20.32" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1945
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :

8.Jl. Suryakencana No.192


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Suryakencana No.192 Kel. Gudang Kec. Bogor Tengah Bogor,
16123
Koordinat : 6°36'28.48'S , 106°48'07.79'E
Luas : 450 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Ibu Sarifa
Tahun dibangun : 1945
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : tidak ada data

| 96
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

9.Jl. Siliwangi 27
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwangi No. 27 Kel. Sukasari, Kec. Bogor Selatan Kota Bogor,
16142
Koordinat : 106 48' 51.30" E 6 37' 10.24" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1913
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : tidak ada

10.Jl. Siliwangi 39
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwangi No. 39 Kel. Sukasari, Kec. Bogor SelatanKota Bogor,
16142
Koordinat : 106 48' 38.84" E 6 36' 59.07" S
Luas : 380 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Rudi
Tahun dibangun : 1940
Arsitek/Pembangun : Tan dek Cyoe
Sejarah :

11. Sekolah Mardi Yuana


Data Bangunan :
Nama : Sekolah Mardi Yuana
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwangi No.50 Bondongan Bogor Selatan 16131
Koordinat : 106 48' 32.68" E 6 36' 56.27" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Sekolah
Pemilik/Pengelola : Keuskupan Kota Bogor
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : -
Sejarah : Bangunan sekolah mardi waluya bergaya arsitektur masa kolonial. Pada tahun 1963 bernama
santa maria. Bangunan paling depan dahulunya biara S.F.S ( Sulter Fransiskan Sukabumi), yang pada
tahun 1972 menjadi mardi yuana. Luas lahan 3000m dan luas bangunan 2000m. Bangunannya bergaya
modernis / tropis berdinding bata dan berlantai tegel.

| 97
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

12. Asrama Sukasari IPB


Data Bangunan :
Nama : Asrama Sukasari IPB
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwangi No. 43
Kel. Sukasari, Kec. Bogor Timur
Kota Bogor, 16151
Koordinat : 106 48' 30.10" E 6 36' 48.90" S
Luas : 1.500 m2
Fungsi Semula : Rumah sakit
Fungsi Saat Ini : Asrama mahasiswa
Pemilik/Pengelola : Pengurus Asrama IPB
Tahun dibangun : sebelum 1950
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : tidak ada data

13. Jalan Surya Kencana 184


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 184
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 184
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

14. Jalan Surya Kencana 210


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 210
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 210
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

| 98
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

15. Jalan Surya Kencana 221 Tidak ada Foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 221
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 221
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

16.Jalan Surya Kencana 6 Tidak ada Foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 6
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 6
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

17.Jalan Surya Kencana 132 Tidak ada Foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 132
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 132
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

18.Jalan Surya Kencana 156


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 156
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 156
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

| 99
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

19.Jalan Siliwangi 46
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 46
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 132
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

20.Gereja Sidang Kristus


Data Bangunan :
Nama : Gereja Sidang Kristus
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi no. 57
Koordinat :
Fungsi Semula : Gereja
Fungsi Saat Ini : Gereja
Pemilik/Pengelola :

21. Jalan Siliwangi 60 Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 60
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi no. 60
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

22.Jalan Siliwangi 102 Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 1
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi no. 102
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

| 100
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

23.Jalan Siliwangi 37
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 37
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi no. 37
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :

24.Toko Roti Tan Ek Tjoan Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Toko Roti Tan Ek Tjoan
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi
Koordinat :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :

25.Vihara Panko
Data Bangunan :
Nama : Vihara Pank
Nama Lain : -
Lokasi : Pulau Geulis
Koordinat :
Fungsi Semula : Vihara
Fungsi Saat Ini : Vihara
Pemilik/Pengelola :

26.Nari Wijaya Tidak ada foto

Data Bangunan :
Nama : Nari Wijaya
Nama Lain : -
Lokasi : Jalan Surya Kencana no.134
Koordinat :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :

| 101
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5.4 Permasalahan Kawasan


Di kawasan pecinaan saat ini yang menjadi kendala utama adalah banyaknya PKL di sepanjang Jalan
Suryakencana. Secara umum kawasan terlihat kumuh karena penempatan pasar serta pedagang kaki lima yang
mendominasi di muka toko. Keberadaan PKL ilegal di sepanjang jalan juga akan menjadi kendala besar untuk
melakukan pelestarian kawasan di kemudian hari jika tidak dapat dipindahkan. Selain PKL, adanya angkutan kota
yang memenuhi jalan, terutama di jalur-jalur sekunder seperti jln roda, lawang saketeng menimbulkan kemacetan,
sehingga secara fisik kawasan Pecinan saat ini terlihat tidak rapih.

Gambar 56 Permasalahan Sub kawasan Pecinaan (Sumber: RAKP, 2013)

| 102
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 57 PKL yang menutupi bagian depan ruko-ruko di Jalan Suryakencana (Sumber: Dokumentasi,2013)

Sejak dahulu Jalan Suryakencana dikenal sebagai daerah perdagangan, tetapi saat ini tidak terkontrol. Banyak
rumah-rumah lama baik tipe rumah kolonial maupun tipe rumah ruko yang sudah rusak, tidak ditinggali lagi dan
diabaikan pemiliknya. Rumah-rumah lama tersebut sangat rawan berubah, mengingat bahwa Jalan Suryakencana
adalah kawasan strategis untuk perdagangan, dan berada di jalan utama menuju luar kota. Para pemilik bangunan
lebih memilih menjual bangunannya dikarenakan pajak yang tinggi dan mereka sudah tidak memiliki motivasi untuk
mengelola toko miliknya.

Gambar 58 Bangunan-bangunan rusak di sepanjang Jalan Surya Kencana ((Sumber: RAKP ,2013))

| 103
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Kawasan Empang

6 Kawasan Empang
6.1 Sejarah
Kawasan Empang/ Soekahati pertama kali disebutkan sebagai
alunalun luar kerajaan Pakuan-Pajajaran. Kemudian, pada masa
colonial awal, wilayah ini menjadi rumah dari Demang
kabupaten Kampung Baru.
Warga keturunan arab mulai menempati empang sejak tahun
1800-an. Mesjid An-Nur atau mesjid keramat Empang dibangun
pada tahun1815, kemudian setelah adanya Wijkenstelsel, yaitu
pembagian zona sesuai dengan rasnya, wilayah Empang
banyak ditempati oleh warga etnis Arab
Warga Arab yang datang ke Buitenzorg adalah keturunan Arab
yang berasal dari Yamman, Hadhramaut. Habib Abdullah bin
Mukhsin Alathas adalah tokoh Arab besar yang menjadi
panutan dalam ilmu agama. Beliau tercatat sebagi keturunan Nabi yang ke-36. Setelah beliau meninggal , beliau
dimakamkan di Mesjid Empang beserta ke-4 putranya. Sampai saat ini pun masih banyak orang yang berziarah ke
makam beliau.

| 104
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 59 Peta sebaran aset Pusaka Kawasan Empang (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)

Gambar 60 Peta aset Pusaka Kawasan Empang (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)

| 105
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

6.2 Identifikasi Profil Kawasan

6.2.1 Struktur Kawasan

Kawasan empang dibatasi Sungai Cisadane di bagian barat. Struktur utama sub kawasan Empang yaitu Jalan
Empang yang menerus dari Jalan Juanda, di sebelah utara dan Jalan Pahlawan di sebelah timurnya. Hampir semua
bangunan penting sub kawasan empang berada di sepanjang Jalan Empang dan Jalan Pahlawan. Jalan lainnya
yang berada di dalam sub- kawasan merupakan Jalan perumahan.
Struktur utama dari sub-awasan empang adalah formasi jalan tanajakan empang yang bertemu dengan alun-alun
empang, dan Mesjdd At-Thohiriyah dan Mesjid Nur Alathas.

6.2.2 Koridor

Koridor utama sub kawasan Empang berada di Jalan Empang dan Jalan Pahlawan. Di Jalan tersebut terdapat
banyak fasilitas umum penunjang kawasan, seperti Sekolah, toko-toko, mesjid, kantor. Jalan lainnya yang berada di
dalam sub- kawasan merupakan Jalan perumahan. Koridor yang lebih kecil merupakan jalan perumahan padat, dan
gang-gang antar rumah penduduk

Gambar 61 Koridor Kawasan Empang (P3KP, 2013)

6.2.3 Ruang Terbuka

Sub kawasan Empang memiliki alun-alun yang memang sudah menjadi ruang terbuka untuk berbagai kegiatan
masyarakat sejak zaman kerajaan Pakuan Pajajaran. Dari laporan-laporan ekspedisi Bogor diketahui bahwa wilayah
alun-alun Empang ternyata merupakan alun-alun bekas luar jaman Pakuan, dan letak gerbang masuk kerajaan
(Sarilestari, 2009).

| 106
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Alun-alun Empang terletak di Jalan utama sub kawasan yaitu Jalan pahlawan. Alun-alun ini juga diapit oleh 2 mesjid
terkenal Empang yaitu Mesjid keramat Empang dan Mesjid At-Thohiriyah. Sampai saat ini Alunalun Empang masih
digunakan untuk berbagai kegiatan masyarakat.

Gambar 62 Suasana RTH di Kawasan Empang (P3KP, 2013)

6.2.4 Bangunan Tengaran

Dua buah bangunan yang menjadi simbol sub kawasan Empang adalah Mesjid Keramat Empang dan Mesjdi At-
Thohiriyah. Mesjid Empang merupakan lambang keberadaan masyarakat etnis Arab di Bogor, yang dibangun pada
tahun 1800-an. Habib Abdullah bin Mukhsin Alathas, seorang tokoh Arab besar yang menjadi panutan dimakamkan
di Mesjid Empang beserta ke-4 putranya. Sampai saat ini pun masih banyak orang yang berziarah ke makam
beliau.

| 107
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 63 Bangunan Landmark di Kawasan Empang (P3KP, 2013)

| 108
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 64 Sebaran Aset Pusaka Ragawi di Kawasan Empang (P3KP, 2013)

| 109
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

6.3 Inventarisasi Aset Pusaka


Berikut ini adalah hasil inventarisasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kawasan Empang.
1. Jl. Lolongok 5
Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain :

Lokasi : Jl. Lolongok No. 5 Kel. Empang, Kec. Bogor Selatan Kota Bogor,
16132

Koordinat : 106 47' 46.40" E 6 36' 32.18" S

Luas : 500 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Yayasan Masjid Noer Alatas

Tahun dibangun : sebelum 1938

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Rumah dibeli oleh pemilik sekarang pada tahun 1938. Terdapat
sertifikat Malaysia bahwasanya sebelum tahun 1938, bangunan
sudah dibangun. Bapak Muhammad Ahmad Basened menempati
bangunan ini semenjak tahun 1938 sampai sekarang. (sumber:
Muhammad Ahmad Batened, Pemilik Rumah)

2. Masjid Nur Alatas Tidak ada foto

Data Bangunan :

Nama : Masjid Nur Alatas

Nama Lain : Masjid Keramat Empang

Lokasi : Jl Masjid II no 16 Empang Bogor Selatan 16132

Koordinat : 106 47' 44.83" E 6 36' 31.60" S

Luas : 1600 m2

Fungsi Semula : Masjid

Fungsi Saat Ini : Masjid

Pemilik/Pengelola : Yayasan Masjid Noer Alatas ( Bapak Muhammad)

Tahun dibangun : 1815

Arsitek/Pembangun : Habib Abdullah Bin Mukhsin Alatas

Sejarah: Masjid Noer Alatas merupakan salah satu masjid tertua di Bogor. Di sisi sebelah barat
majid terdapat makam seorang habib sebut saja Waliyullah Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al
Athas, sosok mulia dari Hadramaut, Yaman Selatan, sehingga membuat orang sering berkunjung
untuk berziarah. Selain Masjid dan makam, terdapat juga ruangan peninggalan beliau yang masih
utuh dan lengkap hingga saat ini. Ruangan ini dijaga oleh pewarisnya, tidak sembarangan orang
bisa masuk. Bentuk masjid dan menara Noer Al Athas pun dibuat dan terinspirasi dari menara
masjid Nur di Tarim, Yaman. Foto Bangunan dari Arah Depan Peta

| 110
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Jl. Lolongok 13
Data Bangunan :

Nama : -

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Lolongok No. 13

Kel. Empang, Kec. Bogor Selatan

Kota Bogor, 16132

Koordinat : 106 47' 45.70" E 6 36' 35.21" S

Luas : 200 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Nanang

Tahun dibangun : 1932

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

4. Rumah Tinggal Lolongok 22


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Lolongok No.22

Empang

Bogor Selatan 16132

Koordinat : 106 47' 46.75" E 6 36' 36.05" S

Luas : 400 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola :

Tahun dibangun : 1930

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

| 111
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5. Jl. Lolongok 20
Data Bangunan :

Nama : -`

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Lolongok No. 20

Kel. Empang, Kec. Bogor Selatan

Kota Bogor, 16132

Koordinat : 106 47' 46.71" E 6 36' 36.50" S

Luas : 300 m

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Nurabasteti

Tahun dibangun : 1928

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

6. Jl. Lolongok 14
Data Bangunan :

Nama : -

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Lolongok No. 14

Kel. Empang, Kec. Bogor Selatan

Kota Bogor, 16132

Koordinat : 106 47' 46.66" E 6 36' 35.21" S

Luas : 250 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Ridwan

Tahun dibangun : 1930

Arsitek/Pembangun : S.A. Umar Thalib

Sejarah : tidak ada data

| 112
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7. Makam Raden Saleh


Data Bangunan :

Nama : Makam Raden Saleh

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pahlawan No.149

Bondongan

Bogor Selatan 16131

Koordinat : 06°35'27LS 106°47'49BT

Luas : 920 m2

Fungsi Semula : tidak ada data

Fungsi Saat Ini : Makam Raden Saleh Syarif Bustaman

Pemilik/Pengelola : Masyarakat

Tahun dibangun : 7 September 1953

Arsitek/Pembangun : Pemerintah RI

Sejarah: Bangunan makam beserta bangunan lainnya ddirikan pada tahun 1955 atas prakarsa
presiden soekarno beberapa waktu setelah beliau berkunjung ke tempat itu. Arsitek yang
merencakan bangunan makam ini adalah Ir. Silaban. Sedangkan ukiran-ukiran pada makam itu
dibuat oleh Rd. Galuh. Raden saleh meninggal di bogor tahun 1880 dan dimakamkan di lahan
yang sebenarnya semula diperuntukkan bagi makam istrinya yang saat itu sedang sakit. Dua
tahun kemudian yaitu tahun 1882, istrinya meninggal dan dikubur di samping makam suaminya.

8. Rumah Tinggal Pahlawan 149


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pahlawan No.149

Bondongan

Bogor Selatan 16131

Koordinat : 106 47' 52.34" E 6 36' 33.23" S

Luas : 350m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Ibu Ina

Tahun dibangun : sebelum 1950

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Sejarah bangunan ini tidak diketahui oleh pemiliknya yaitu Ibu
Ina yang mewarisi bangunan ini dari kakek buyutnya pada
waktu pendudukan zaman jepang (sumber: Ibu Ina / pemilik
Rumah)

| 113
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

9. Rumah Tinggal
Data Bangunan :

Nama : Rumah tinggal

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Kompleks Kehutanan Utara No.30

Bondongan

Bogor Selatan 16151

Koordinat : 106 48' 3.98" E 6 36' 37.18"

Luas : 500 m2

Fungsi Semula : Rumah Dinas Kehutanan

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Ibu Enna

Tahun dibangun : sebelum 1950

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Bangunan ini dibangun pada tahun 1950an dan merupakan


rumah Dinas Kehutanan pada waktu itu.

10. Jl. Kompleks Kehutanan Utara No.32


Data Bangunan :

Nama : Asrama Sukasari IPB

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Kompleks Kehutanan Utara No.32

Kel. Bondongan

Kec. Bogor Selatan

Bogor, 16151

Koordinat : 106 48' 3.04" E 6 36' 37.18" S

Luas : 430 m2

Fungsi Semula : Rumah Tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Ibu Tati

Tahun dibangun : 1950

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

| 114
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

11. Rumah Tinggal


Data Bangunan :

Nama : Rumah tinggal

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Kompleks Kehutanan Utara No.34

Bondongan

Bogor Selatan 16151

Koordinat : 06 48' 1.97" E 6 36' 36.41" S

Luas : 400 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Agis

Tahun dibangun : 1950

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : Bangunan ini dibangun pada tahun 1950an dan merupakan


rumah dinas tetapi sekarang sudah dibeli oleh pengelola
sekarang. (Sumber: Bapak Agis)

12. Masjid At- Thohiriyah


Data Bangunan :

Nama : Masjid Atthohiriah

Nama Lain : -

Lokasi : Kel. Empang

Kec. Bogor Selatan

Bogor, 16132

Koordinat : 106 47' 39.24" E 6 36' 29.18" S

Luas : 1200 m2

Fungsi Semula : Masjid

Fungsi Saat Ini : Masjid

Pemilik/Pengelola : Tidak ada data

Tahun dibangun : 184

Arsitek/Pembangun : Rh Moehammad Thohir

Sejarah : tidak ada data

| 115
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

13. JL. Sedane 32


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain : -

Lokasi : JL. Sedane 32

Kel. Empang

Kec. Bogor selatan

Bogor

Koordinat : 106 47' 36.56" E 6 36' 28.91" S

Luas : 200 m2 / 400 m2

Fungsi Semula : Rumah Tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Ali Farad

Tahun dibangun : 1918

Arsitek/Pembangun : Nyai Naiah

Sejarah : tidak ada data

14. Jl. Pasir Kuda No. 27


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No. 27

Kel. Pasir Jaya

Kec. Ciomas

Bogor, 16119

Koordinat : 106 47' 7.05" E 6 36' 9.52" S

Luas : 400 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Yayasan Masjid Noer Alatas

Tahun dibangun : sebelum 1945

Arsitek/Pembangun : Bapak Bustary

Sejarah : tidak ada data

| 116
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

15. Rumah Tinggal


Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No. 172/23

Pasiraya

Ciomas, Bogor

Koordinat : 106 47' 6.54" E 6 36' 7.27" S

Luas : 200 m2

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Ibu Ipah Syarifah

Tahun dibangun : tidak ada data

Arsitek/Pembangun : Bapak Bustary

Sejarah : Bangunan ini pada awalnya dimiliki oleh Bapak Bustary


kemudian dijual kepada Bapak Yahya, lalu diberikan kepada
kang Oasim yang merupakan keluarga dari Ibu Ipah sebagai
pemilik rumah saat ini.

(Sumber: Ibu Ipah Syarifah, pemilik rumah)

16. Jl. Pasir Kuda No.2/8/173


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.2/8/173

Kel. Pasir kuda

Kec. Ciomas

Bogor

Koordinat : 106 47' 2.10" E 6 36' 4.93" S

Luas : Tidak ada data

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola : Ditipo B. Hutajolo

Tahun dibangun : Tidak ada data

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

| 117
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

17. Jl. Pasir Kuda No.171


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.171

Kel. Pasir Kuda

Kec. Ciomas

Bogor

Koordinat : 106 47' 5.99" E 6 36' 8.39" S

Luas : tidak ada data

Fungsi Semula : tidak ada data

Fungsi Saat Ini : tidak ada data

Pemilik/Pengelola : tidak ada data

Tahun dibangun : tidak ada data

Arsitek/Pembangun : tidak ada data

Sejarah : tidak ada data

18. Jl. Pasir Kuda No.22/159


Data Bangunan :

Nama :

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.22/159

Kel. Pasir Kuda

Kec. Ciomas

Bogor

Koordinat : 106 47' 3.18" E 6 36' 6.61" S

Luas : 250 m2

Fungsi Semula : Rumah Tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal

Pemilik/Pengelola : Bapak Rohman

Tahun dibangun : 1960

Arsitek/Pembangun : Ibu Yoenarwati Madluli

Sejarah : tidak ada data

| 118
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

19. Sekolah Mardi Tidak ada Foto

Data Bangunan :

Nama : Sekolah Mardi

Nama Lain : -

Lokasi : Jalan Pahlawan no. 60

Bogor

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

20.Alun-Alun
Data Bangunan :

Nama : Alun - Alun Empang

Nama Lain : -

Lokasi : Jalan Empang Bogor

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Ruang Terbuka/ Ruang Publik

Fungsi Saat Ini : Ruang Terbuka/ Ruang Publik

21. Jalan Pasir Kuda 182 Tidak ada Foto

Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal Pasir Kuda 182

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.182

Kel. Pasir kuda

Kec. Ciomas

Bogor

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

| 119
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

22. Jalan Pasir Kuda 186 Tidak ada Foto

Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal Pasir Kuda 186

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.186 Kel. Pasir kuda Kec. Ciomas Bogor

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola :

23. Jalan Pasir Kuda 184 Tidak ada Foto

Data Bangunan :

Nama : Rumah Tinggal Pasir Kuda 184

Nama Lain : -

Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.184 Kel. Pasir kuda Kec. Ciomas Bogor

Koordinat :

Luas :

Fungsi Semula : Rumah tinggal

Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal

Pemilik/Pengelola :

24.Jalan Kompleks Kehutanan no.3


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Kehutanan no. 3
Nama Lain : -
Lokasi : Jalan Kompleks Kehutanan no. 3
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

| 120
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

6.4 Permasalahan Kawasan


Permukiman Arab Empang mempunyai nilai sejarah panjang, meskipun begitu, saat ini keadaannya tidak begitu
terlihat sebagai kawasan pusaka. Kendala terbesar pelestarian wilayah ini adalah kawasan pusaka alun-alun
Empang bukan milik pemerintah, sehingga sangat rawan untuk berubah.
Permasalahan umum: Peninggalan sejarah di sub kawasan ini umumnya berupa warisan sejarah yang intangible
(budaya, dsb) dan Tidak memiliki bentukan arsitektur kawasan yang khas

Gambar 65 Permasalahan umum Kawasan Arab Empang (Sumber: RAKP ,2013)

| 121
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Kawasan Perluasan Barat

7 Kawasan Perluasan Barat


7.1 Sejarah
Perluasan Buitenzorg ke arah Barat, dimulai sejak tahun 1800-an. Meskipun begitu, setelah Jalur kereta api dibuka
pada tahun 1873, perluasan area kota ke arah Barat menjadi lebih terlihat. Fasilitas Publik dibangun di sepanjang
Jalan utama seperti Jalan kapten Muslihat, Paledang. Perkembangan ke arah barat daya adalah pembukaan lahan
untuk perkebunan.
Pada tahun 1845, pemukiman di jalan Tjikemeh Kota Paris diketahui sudah berdiri, meskipun begitu, perluasan
permukiman di sebelah barat hampir bersamaaan dengan perluasan permukiman di sebelah timur (kedoeng
halang/sempur). Inisiasi kawasan ini kemudian diperluas pada tahun 1918 yang diperuntukan bagi kaum Eropa.

| 122
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 66 Peta sebaran aset Pusaka Kawasan Perluasan Barat (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)

Perluasan area permukiman di sebelah barat bernama de Staate Van Paris atau Kota Paris, karena area
perancangannya mengambil lokasi dengan struktur pemandangan alam yang indah, berkiblat pada pembangunan
kota di Perancis. Awal pembangunanya hanya 48 rumah untuk pegawai dan militer Eropa. Kemudian berkembang
untuk semua pegawai bangsa Eropa. Pada masa pendudukan Jepang (1942) kawasan Kota Paris menjadi lokasi
tahanan (Rumah Tahanan) tawanan jepang, khususnya wanita dan anak-anak.

| 123
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 67 Peta aset Pusaka Kawasan Perluaan Barat (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)

| 124
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7.2 Identifikasi Profil Kawasan

7.2.1 Struktur Kawasan

Sub kawasan Perluasan ke arah Barat dibatasi oleh Sungai Cisadane di Bagian Barat dan Selatan. Struktur utama
kawasan Jalan Kapten Muslihat yang bercabang 3 yaitu, Jalan Veteran, Jalan Semeru dan Jalan Merdeka.

7.2.2 Koridor

Koridor utama sub kawasan perluasan ke arah Barat adalah Jalan Kapten Muslihat yang bercabang 3 yaitu, Jalan
Veteran, Jalan Semeru dan Jalan Merdeka. Kemudian koridor sekunder adalah Jalan- Jalan perumahan. Khususnya
jalan-jalan yang berada di Perumahan Kota Paris.

7.2.3 Ruang Terbuka

Sub kawasan Perkembangan ke Arah Barat awalnya digunakan sebagai wilayah perkebunan. Tetapi saat ini wilayah
tersebut sudah padat dengan permukiman penduduk. Tidak diketahi adanya ruang terbuka yang cukup terdefinisi.

| 125
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 68 Koridor Jalan Kota Paris tahun 1920-an (Sumber : http://www.hoogeduinpostcards.com)

| 126
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7.3 Inventarisasi Aset Pusaka


Berikut ini adalah hasil inventarisasi terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kawasan Perluasan
Barat.
1. SMP YZA 2 Bogor
Data Bangunan :
Nama : SMP YZA Bogor
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Semeru No.41
Kebon Kelapa
Bogor Tengah 16310
Koordinat : 106 47' 1.38" E 6 35' 14.22" S
Luas : 2500
Fungsi Semula : Pos pertahanan
Fungsi Saat Ini : Sekolah SMP
Pemilik/Pengelola : Yayasan Jaelani Al Mansur
Tahun dibangun : 1906
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Bangunan didirikan pada tahun 1906 oleh pemerintah kolonial
Belanda. Pada saat awal berdirinya bangunan, tempat ini
digunakan sebagai pos pertahanan tentara Belanda. Setelah
digunakan sebagai pos pertahanan, bangunan ini digunakan
sebagai tempat tinggal beberapa prajurit dan orang yang
berjasa untuk kota Bogor. Pada tahun 1996 sampai sekarang
bangunan digunakan sebagai lembaga pendidikan dengan
nama SMP YZA 2 Bogor. (Sumber: Bapak Asep, Kepala
Sekolah SMP YZA 2 Bogor)

2. Jl.Dr.Sumeru No.37
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl.Dr.Sumeru No.37
Kel. Menteng
Kec. Bogor Barat
Bogor, 16111
Koordinat : 6°35'18.31'S 106°47'05.55'E
Luas : 2000 m2
Fungsi Semula : Tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Dr. Andi Rizal
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 127
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Jl.Dr.Sumeru No.45
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl.Dr.Sumeru No.45
Kel. Menteng
Kec. Bogor Barat
Bogor, 16111
Koordinat : 6°35'16.59'S 106°47'04.76'E
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

4. Jl. Semeru No.90


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Semeru No.90
Kel. Menteng
Kec. Bogor Barat
Bogor, 16111
Koordinat : 106 47' 5.95" E 6 35' 16.15" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 128
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

5. Jl.Dr.Sumeru No.86
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl.Dr.Sumeru No.86 Kel. Kebon Kelapa Kec. Bogor Tengah
Bogor 16125
Koordinat : 6°35'12.35'S , 106°47'00.80'E
Luas : 330 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Mulyadi Pranoto
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

6. Markas Korem O61 Suryakencana


Data Bangunan :
Nama : Markas Korem O61 Suryakencana
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Merdeka No.6
Ciwaringin
Bogor Tengah 16124
Koordinat : 6°35'14'LS 106°47'18BT
Luas : 1.490,75 m2 / 3.870 m2 luas lahan
Fungsi Semula : Sekolah Teknik
Fungsi Saat Ini : Korem 061 Suryakencana
Pemilik/Pengelola : TNI Angkatan Darat
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah:
Tahun 1940-1942 digunakan sebagai Sekolah Teknik. Tahun 1942-1945 digunakan tempat
Residen ( Shecokang ). Pada tahun 1950 digunakan Kantor Kotamadya Bogor, kemudian terjadi
ruislag dengan kantor KOREM yang berada di jalan Ir. H. Juanda pada tahun 1971.
(sumber: http://www.kotabogor.go.id/component/content/article/135-bendacagar-budaya/4152-
markas-korem-061suryakencana)

| 129
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7. Puskesmas Merdeka
Data Bangunan :
Nama : Puskesmas Merdeka
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Merdeka No. 114 Kel. Ciwaringin Bogor
Koordinat : 106 47' 15.22" E 6 35' 29.85" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Puskesmas
Pemilik/Pengelola : Manajemen Puskesmas
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

8. Jl. Merdeka No. 132


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Merdeka No. 132 Kel. Ciwaringin Kec. Bogor tengah
Bogor, 16114
Koordinat : 106 47' 17.12" E 6 35' 19.07" S
Luas : 200 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal, Penjualan Tiket
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

9. Jl. Merdeka No. 140


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Merdeka No. 140 Kel. Ciwaringin Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16114
Koordinat : 106 47' 17.05" E 6 35' 20.93" S
Luas : 500 m2
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 130
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

10.Museum Perjuangan Bogor


Data Bangunan :
Nama : Museum Perjuangan Bogor
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Merdeka No. 56
Ciwaringin
Bogor Selatan 16124
Koordinat : 6°35'35.19'S 106°47'16.52'E
Luas : 650 m2
Fungsi Semula : Gudang rempah-rempah
Fungsi Saat Ini : Museum Perjuangan Bogor
Pemilik/Pengelola : Yayasan Museum Perjuangan Bogor
Tahun dibangun : 1879
Arsitek/Pembangun : Bapak William Gustav Wiesner
Sejarah : Gedung ini dulunya adalah milik seorang pengusaha Belanda yang bernama Wilhelm
Gustaf Wissner yang digunakan sebagai gudang ekspor komoditas pertanian. Pada masa
pergerakan digunakan oleh PARINDRA pada tahun 1935 dengan nama gedung PERSAUDARAAN.
Pada tahun 1942 digunakan sebagai gudang tentaravv Jepang untuk menyimpan barang – barang
milik interniran Belanda, kemudian digunakan untuk menyambut dan mempertahankan
kemerdekaan RI pada tahun 1945. Baru pada tanggal 20 Mei 1958 gedung ini dihibahkan dari
pemiliknya yang terakhir yaitu Umar BinUsman Albawahab menjadi Museum Perjuangan Bogor.

11. Jl. Merdeka No. 108


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Merdeka No. 108
Kel. Ciwaringin
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16114
Koordinat : 106 47' 17.12" E 6 35' 37.52" S
Luas : 1000 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Adi / Pemilik Rumah
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 131
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

12. Ibu Anna Hutabarat


Data Bangunan :
Nama : Ibu Anna Hutabarat
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Kartini no. 12
Ciwaringin
Bogor Tengah
Koordinat : 106 47' 20.15" E 6 35' 31.54" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Ibu Anna Hutabarat
Tahun dibangun : 1930an
Arsitek/Pembangun : -
Sejarah : -

13. SMAN 9 Bogor


Data Bangunan :
Nama : SMAN 9 Bogor
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Kartini No.1
Ciwarignin
Bogor Tengah
Koordinat : 106 47' 18.42" E 6 35' 33.76" S
Luas : 1475 m2 / 2255 m2 luas tanah
Fungsi Semula : Sekolah
Fungsi Saat Ini : Sekolah Kartini
Pemilik/Pengelola : Dinas Pendidikan
Tahun dibangun : 1920
Arsitek/Pembangun : -
Sejarah : Gedung itu merupakan bekas sekolah Kartini Hoege Inlander
School (HIS) atau kini dikenal dengan nama sekolah dasar
pada 1920-an. Kartini pada masa itu merupakan sekolah
khusus, yang diperuntukkan bagi anak dari kalangan
bangsawan pribumi. “Mayoritas dari anak pejabat setingkat
demang,”

| 132
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

14. SMA Kristen Jpk. Satu Bakti


Data Bangunan :
Nama : SMA Kristen Jpk. Satu Bakti
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Kartini No.3
Ciwaringin
Bogor Tengah
Koordinat : 106 47' 18.66" E 6 35' 31.35" S
Luas : 1974 / 876 sertifikat m2
Fungsi Semula : Sekolah Belanda
Fungsi Saat Ini : Lembaga pendidikan (SMA)
Pemilik/Pengelola : Yayasan Satu Bakti
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Bangunan ini didirikan sebelum tahun 1945. Pada saat
pertama didirikan, bangunan adalah sekolah dasar. Tetapi
sekarang bangunan digunakan sebagai Sekolah SMAK Satu
Bakti. (Narasumber : Ibu Sri / Bagian Tata Usaha)

15. SMP 4 Bogor


Data Bangunan :
Nama : SMP 4 Bogor
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Kartini No.16
Ciwaringin
Bogor Tengah
Koordinat : 106 47' 19.66" E 6 35' 29.59" S
Luas : 765 m2
Fungsi Semula : Sekolah Belanda
Fungsi Saat Ini : Lembaga Pendidikan ( SMP 4 Bogor)
Pemilik/Pengelola : Dinas Pendidikan Kota Bogor (PEMDA)
Tahun dibangun : 1920an
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Pada jaman pemerintah Belanda, bangunan ini disebut HIS
(Hollands Inlandse School), yaitu sekolah berbahasa
Belanda setingkat SD. Setelah kemerdekaan, sekolah
tersebut diubah menjadi SMP Negeri 3 Bogor, selanjutnya
pada tanggal 22 September 1959, berdasarkan SK
62/SK/B/3/1959 nama itu diubah menjadi SMP Negeri 4
Bogor hingga sekarang.

| 133
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

16. Rumah Tinggal


Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Kenanga No.2
Kebon Kelapa
Bogor Tengah
Koordinat : 106 47' 2.18" E 6 35' 22.49" S
Luas : luas tanah 535 m2
Fungsi Semula : Rumah Dinas Pejabat Belanda
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal dan Pos Pembinaan Terpadu
(Lansia)
Pemilik/Pengelola : Bapak Rio
Tahun dibangun : 1800an
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

17. Jl. Kenanga No.5


Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Kenanga No.5
Kel. Kebon Kelapa
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16112
Koordinat : 106 47' 3.35" E 6 35' 22.47" S
Luas : 100 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Ibu Hj. Emy Muhaerny Ilyas
Tahun dibangun : 1910
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Tidak ada data

| 134
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

18.SDN 1 Panaragan
Data Bangunan :
Nama : SDN 1 Panaragan
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Veteran No.37
Kel. Panaragan
Kec. Bogor Tengah
Bogor
Koordinat : 106 47' 11.52" E 6 35' 44.90" S
Luas : 900 m2
Fungsi Semula : Sekolah dan Rumah Sakit
Fungsi Saat Ini : SDN 1 Panaragan
Pemilik/Pengelola : Pemda Kota Bogor
Tahun dibangun : 1925
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Pada saat berdirinya bangunan digunakan sebagai sekolah.
Setelah jepang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1942,
bangunan digunakan sebagai rumah sakit. Setelah revolusi,
bangunan digunakan sebagai sekolah gadis sampai tahun
1973. Dari tahun 1973 sampai sekarang, bangunan
digunakan sebagai SDN 1 Panaragan.

19. Jl. Cempaka No.5


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Cempaka No.5
Kel. Kebon Kelapa
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16112
Koordinat : 106 47' 6.85" E 6 35' 24.40" S
Luas : 165 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Yayat
Tahun dibangun : 1918
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah:
Bangunan didirikan pada tahun 1918 oleh tentara kolonial belanda. Pada saat didirikan
bangunan digunakan sebagai rumah tinggal bagi warga belanda. Kemudian setelah
kemerdekaan , bangunan menjadi milik PEMDA kota Bogor dan digunakan sebagai rumah
tinggal pejabat PEMDA. Tahun 1963, bangunan ditempati oleh Pak Yayat yaitu pemilik bangunan
sekarang. Pada tahun 1990-an bangunan dijual PEMDA ke pak Yayat. (sumber: Pak Yayat (
Pemilik Rumah))

| 135
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

20. Jl. Cempaka No.2


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Cempaka No.2
Kel. Kebon Kelapa
Kec. Cilendek
Bogor, 16125
Koordinat : 106 47' 4.10" E 6 35' 23.29" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Ir. Irawan
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

21. Jl. Cempaka No.10


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Cempaka No.10
Kel. Kebon Kelapa
Kec. Cilendek
Bogor, 16125
Koordinat : 106 47' 5.85" E 6 35' 25.36" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 136
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

22. Jl. Cempaka No.15


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Cempaka No.15
Kebon Kelapa
Bogor Tengah
Bogor, 16112
Koordinat : 106 47' 4.37" E 6 35' 24.90" S
Luas : 200 m2
Fungsi Semula : Kamp Belanda
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Ibu Paula Yohana Gerung / Pemilik rumah
Tahun dibangun : 1853
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

23. Jl. Cempaka No.7


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Cempaka No.7
Kel. Kebon Kelapa
Kec. Bogor Tengah
Bogor
Koordinat : 106 47' 4.87" E 6 35' 25.08" S
Luas : 560 m2
Fungsi Semula : Kamp Belanda
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Ibu Syarif
Tahun dibangun : 1908
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : tidak ada data

| 137
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

24. Jl. Semboja No.20


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Semboja No.20
Kel. Kebon Kelapa
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16112
Koordinat : 106 47' 4.59" E 6 35' 26.34" S
Luas : 543 m2
Fungsi Semula : Rumah tinggal pegawai belanda
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Suryono
Tahun dibangun : 1916
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Dahulu bangunan ini digunakan sebagai tempat tinggal
pegawai belanda. Pada tahun 1980, Bapak Suryono
mulai menempati bangunan. Pada masa kolonial
belanda, bangunan digunakan untuk golongan kelas
menengah. (sumber:Bapak Suryono)

25. Jl. Semboja No.8


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Semboja No.8
Kel. Semboja
Kec. Bogor Tengah
Bogor, 16112
Koordinat : 106 47' 6.26" E 6 35' 27.15" S
Luas : 280 m2
Fungsi Semula : Kantor dan Rumah Dinas Camat
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Tasbihadi
Tahun dibangun : 1918
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data

| 138
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

26. Toko Roti Delicious


Data Bangunan :
Nama : Toko Roti Delicious
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Mawar No.22
Menteng
Bogor 16111
Koordinat : 106 47' 11.65" E 6 35' 23.37" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Toko Roti
Fungsi Saat Ini : Toko Roti
Pemilik/Pengelola : Bapak Kaman / Pemilik
Tahun dibangun : 1940
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :

27. Stasiun Kereta Api Bogor


Data Bangunan :
Nama : Stasiun Kereta Api Bogor
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Nyai Raja Permas No.1
Cibogor
Bogor Tengah 16124
Koordinat : 06°35'37'LS 106°47'27'BT
Luas : 43,267 m2
Fungsi Semula : Stasiun Kereta Api
Fungsi Saat Ini : Stasiun Kereta Api
Pemilik/Pengelola : tidak ada data
Tahun dibangun : 1872
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah: Stasiun Bogor dibangun oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Belanda
1872 sebagai stasiun terakhir untuk jalur Jakarta-Bogor dan mulai dibuka pada 1873
sebagai pengganti kereta kuda. Pada 1881 dibangun stasiun baru agar dapat menampung
orang lebih banyak. Salah satu ruangan di stasiun ini terdapat prasasti yang didirikan pada
1881 sebagai persembahan karyawan sebagai ucapan selamat pagi terhadap D Marschalk
yang memasuki masa pensiun. Sampai saat ini, Kusen pintu masuk dan jendelanya masih
dalam kondisi utuh dengan gaya khas. Lapangan yang ada didepannya yang konon
bernama Wilhemina Park. (sumber: http://sharingdisini.com/)

| 139
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

28. Marzuki Mahdi


Data Bangunan :
Nama : Marzuki Mahdi
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Semeru 114
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

29. Perguruan Taman Siswa


Data Bangunan :
Nama : Perguruan Taman Siswa
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Merdeka no. 172
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

30. Rumah Tinggal Jalan Cempaka no. 6 Tidak ada Foto

Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Cempaka 6
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Cempaka no. 6
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :

| 140
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

7.4 Permasalahan Kawasan


Kawasan Perluasan ke Arah Barat didefinisikan dengan adanya Stasiun Kereta Api Bogor, perumahan Eropa Kota
Paris, Rumah Sakit Jiwa dan bangunan lainnya. Saat ini banyak bangunan-bangunan tersebut sudah hilang, dan
sisanya sulit untuk diidentifikasi sebagai aset pusaka, karena banyaknya perubahan/perombakan yang dilakukan
pemiliknya. Misalnya Rumah Sakit Jiwa Marzuki Mahdi tidak diangkat aspek sejarahnya.

Gambar 69 Permasalahan Sub-kawasan Perluasan Kota ke Arah Barat (Sumber: RAKP ,2013)

| 141
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 70 Rangkamun Permasalahan Kawasan Pusaka Kota Bogor

| 142
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Situs Bersejarah

8 Situs Bersejarah
Sebuah situs bersejarah adalah lokasi di mana benda-benda peninggalan sejarah dijaga keberadaannya. Sejak awal
masa sejarahnya, Bogor merupakan wilayah penting yang selalu digunakan sebagai pusat pemerintahan. Kondisi
alam yang sejuk, dan lokasi yang strategis, diasumsikan sebagai faktor yang menjadikan Bogor dianggap cocok
menjadi kota pusat pemerintahan, oleh karena itu banyak peninggalan sejarah dan kebudayaan berterbaran di Kota
Bogor.
Situs Sejarah dalan buku inventaris ini dijelaskan sebagai bagian dari Aset Ragawi Bogor yang berada di luar
delineasi kawasan pusaka bogor, tetapi mempunyai signifikansi budaya dan sejarah dan berperan penting bagi
perkembangan Kota Bogor.
Situs-situs bersejarah yang ada di Bogor berasal dari berbagi lapisan sejarah yang pernah terjadi di Bogor, baik
yang berasal dari periode Pakuan Pajajaran, periode masa pendudukan Inggris, maupun masa pendudukan
Belanda, maupun periode sejarah yang terjadi di masyarakat Bogor hingga saat ini. Masyarakat Sunda di Bogor,
memiliki budaya dan kepercayaan yang beragam. Beberapa Situs Bersejarah terbentuk karena nilai budaya yang
dimiliki oleh tempat tersebut . Nilai penghormatan dan kepercayaan terhadap leluhur juga seringkali menjadi poin
penting dari nilai budaya sebuah situs bersejarah. Peninggalan fisik dari masa Kerajaan Pajajaran umumnya hanya
berupa artefak batu tulis. Meskipun demikian, Bogor masih memiliki budaya agraris, budaya sastra, dan budaya
kesenian yang kuat dan mencirikan masyarakat Sunda.

| 143
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Prasasti batu tulis


Data Bangunan :
Nama : Prasasti batu tulis
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Batu tulis Kel. Batu Tulis Kec. Bogor Selatan
Bogor, 16122
Koordinat : 106 48' 32.12" E 6 37' 20.83" S
Luas : 1000 m2
Fungsi Semula : Prasasti
Fungsi Saat Ini : Prasasti
Pemilik/Pengelola : Disparbud
Tahun dibangun : 1533
Arsitek/Pembangun : Raja Pajajaran
Sejarah : Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota
Pajajaran, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi
nama desa lokasi situs ini.Batu Prasasti dan benda-benda
lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini.
Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan
aksara Sunda Kuno.

Bendungan Katulampa
Data Bangunan :
Nama : Bendungan Katulampa
Nama Lain :
Lokasi : Kelurahan Katulampa Bogor
Koordinat : 106 50' 12.83" E 6 37' 59.27" S
Luas : 200 m2
Fungsi Semula : Irigasi
Fungsi Saat Ini : Bendungan
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1889
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Pada tahun 1739, pemerintah kolonial mengeluarkan izin
pembuatan Oosterslokkan, saluran air yang mencakup
pengairan di Ciawi dan Onderdistrik Kedung Halang.
Oosterslokkan ini berfungsi untuk pengairan dan
pengangkutan barang, tetapi karena pada akhirnya
Oosterslokkan ini hanya digunakan sebagai sarana
pengairan karena untuk pengangkutan barang diperlukan
pembangunan lebih banyak pintu air. Akhirnya pada tahun
1749 dibangun bendungan Katulampa yang digunakan
untuk mengairi sawah seluas 9.705 bahu di tanah partikelir
sebelah timur Sungai Ciliwung, area Meester Cornelis dan
Batavia. Pada tahun 1753 saluran Oosterselokan
diperpanjang sampai ke kanal timur Weltevredden
bergabung dengan kanal prapatan dengan nama kali baru.
Bendungan yang dibangun dengan material sementara
hancur diterjang banjir, dan setiap tahunnya menghabiskan
dana banyak untuk perbaikan dan pembuatan bendungan
yang hancur, oleh karena itu dengan surat B.O.W
didirikanlah bendungan permanen Katulampa pada tanggal
13 April 1911, dan masih digunakan sampai saat ini.

| 144
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Makam di Kampung Kawung Luwuk


Data Bangunan :
Nama : Makam di Kampung Kawung Luwuk
Nama Lain :
Lokasi : Jalur Pendakian Gunung Salak
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Makam
Fungsi Saat Ini : Makam
Pemilik/Pengelola : Juru kunci/tetua desa
Sejarah : Makam di Kampung Luwuk, merupakan makam keramat
dari Eyang Santri Girijaya. Makam ini dijaga oleh
seorang juru kunci yang merangkap sebagai tetua desa.
Makam ini terletak di jalur pendakian Gunung Salak.
Biasanya para pendaki yang akan memulai
pendakiannya akan datang untuk meminta restu
sebelum mulai mendaki. Makam

Astana Gede
Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Kampung Bantar Jati Kaum,
Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Bogor Utara
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Makam
Fungsi Saat Ini : Makam
Pemilik/Pengelola : Aliran Pencak Silat Cimande
Sejarah : Makam di Astana Gede merupakan Makam Embah
Dato, salah seorang leluhur dari aliran pencak silat
Cimande. Embah Dato merupakan murid utama Mbah
Khair, istilah dato ialah ajudan terkemuka Embah Khair.
Aliran Pencak Silat Cimande dikembangkan kepelosok
tanah Jawa oleh Embah Khair pada tahun 1835 .

Rumah Tertua di Empang


Data Bangunan :
Nama : Makam di Kampung Kawung Luwuk
Nama Lain :
Lokasi :
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Sejarah : Dekat Masjid Al Irsyad, Jl. Raden Saleh (Tanjakan
Empang) belakang BTM. Sekitara awal 1900-an,
menurut pemilik tahun 1910, namun bisa lebih tua

| 145
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Rumah di Jalan A. Yani


Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi :
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Sejarah : Sebelah jembatan satu duit, belakang jambu dua
plaza 1880-an

Jembatan Pengaduan / Jembatan Bubulak


Data Bangunan :
Nama : Jembatan Pengaduan/ Jembatan Bubulak
Nama Lain :
Lokasi : Di atas Kali Cipakancilan, Jl. Martadinata
Kelurahan Cibogo, Kecamatan Tanah Sareal
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Jembatan
Fungsi Saat Ini : Jembatan
Pemilik/Pengelola :
Sejarah : Jembatan Bubulak terletak di atas Kali Cipakancilan,
Jl. Martadinata Kelurahan Cibogo, Kecamatan Tanah
Sareal

Jembatan Rel Kereta Bogor


Data Bangunan :
Nama : Jembatan Rek Kereta Bogor.
Nama Lain :
Lokasi : Bojong Neros, nelakang Hotel Royal Juanda
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Terowongan - Jembatan
Fungsi Saat Ini : Terowongan - Jembatan
Pemilik/Pengelola :
Sejarah : Jembatan Rel kereta api ini dibangun bersamaan
dengan dibangunnya jalur
kereta antara kota Bogor dan Sukabumi pada tahun
1870.

| 146
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Bendungan Cipakancilan
Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi :
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Bendungan
Fungsi Saat Ini : Bendungan
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1929
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Pintu Air Sungai Cipakancilan dibangun pada tahun
1929, dan masih digunakan sampai saat ini.

| 147
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Aset Pusaka Non Ragawi

9 Aset Pusaka Non Ragawi Bogor


Menurut definisi UNESCO, warisan budaya lisan dan tak benda adalah : "keseluruhan dari kreasi berdasar kan
tradisi dari sebuah komunitas kultural yang dinyatakan oleh suatu kelompok atau individu-individu dan diakui
sebagai mencerminkan harapan-harapan dari suatu komunitas sedemikian rupa sehingga mencerminkan
indentitas sosial dan budaya mereka.“
Bahasa, sastra, musik, dan tari, serta permainan dan olahraga, tradisi kuliner, ritual dan mitologi, pengetahuan dan
praktikpraktik sehubungan dengan jagat raya, teknik tradisional dalam pembuatan kerajinan tangan, ruang-ruang
budaya termasuk di antara banyak bentuk warisan tak benda.

Telaah Kritis Kriteria Aset Pusaka Kota Bogor


Pengakuan sebuah Aset budaya masyarakat tidak dapat ditentukan hanya dari aspek sejarahnya. Sebuah budaya
harus diakui oleh masyarakat yang memiliki aset budaya tersebut. Oleh karena itu diperlukan sebuah telaah lebih
mendalam mengenai batasan dari aset budaya Intangible yang dapat disebut sebuah aset pusaka.
Dari hasil telaah maka ditentukan bahwa yang termasuk ke dalam kriteria Aset Pusaka Non-Ragawi adalah :
bentukan budaya berupa ; Bahasa, sastra, musik, dan tari, serta permainan dan olahraga, tradisi kuliner, ritual dan
mitologi, pengetahuan yang memenuhi salah satu kriteria berikut:
1. Diakui oleh komunitas bahwa dapat mencerminkan indentitas sosial dan budaya mereka.
2. Terbukti memiliki sejarah yang kuat dalam kehidupan kota.
3. Meskipun tidak diketahui asal – usulnya, masih dilakukan hingga saat ini.
4. Merupakan budaya baru yang dengan cepat mengakar dalam kehidupan kota.

| 148
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Kesulitan yang paling utama dalam inventaris Aset Pusaka Non Ragawi adalah kurangnya bukti otentik atau dan
data tertulis mengenai signifikansi budaya dan sejarah dari tiap-tiap aset budaya non-ragawi yang terdaftar.
Informasi mengenai Aset Pusaka Non-Ragawi Kota Bogor sebagian besar didapatkan dari diskusi dari para tokoh
budaya dan sejarah Kota Bogor. Setiap budayawan dan tokoh mengusulkan banyak aset pusat ragawi dan
signifikansinya, tetapi aset pusaka tersebut masih dapat dipertanyakan signifikansinya sebagai sebuah aset pusaka
Kota Bogor. Meskipun begitu aset-aset pusaka yang diusulkan pada diskusi-diskusi yang sudah dilakukan akan
diakomodasi, dan tetap didaftarkan sebagai aset pusaka Non-Ragawi Kota Bogor.
Aset Pusaka Non-Ragawi Bogor yang terdaftar sebagian besar berasal dari masa kolonial, karena pada masa
tersebut lebih banyak ditemukan okumentasi foto dan tertulis, sehingga signifikansi sejarah aset pusaka tersebut
dapat dibuktikan. Sebaliknya meskipun aset pusaka Sunda dalam kenyataannya lebih banyak, tetapi lebih sulit
untuk mendapatkan bukti tertulis untuk membuktikan signifikansinya. Oleh karena itu diperlukan kajian lebih
mendalam lagi untuk melengkapi daftar inventaris aset pusaka non-ragawi Bogor ini.
Aset Pusaka Non Ragawi Kota Bogor akan dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu (1) Bahasa dan Sastra, (2) Seni
Musik dan Pertunjukkan, (3) Kuliner, (4) Kerjinan, (5) Permainan Rakyat/Olahraga, dan (6) Upacara Adat

9.1 Bahasa & Sastra


Dalam kategori Bahasa dan Sastra , yang menjadi aset pusaka utama adalah naskah-naskah Sunda Kuno. Diketahui
bahwa terdapat 95 naskah yang ditulis dalah huruf Sunda Kuno, 438 dalam huruf Sunda-Jawa, dan kurang lebih
1000 naskah ditulis dalam huruf Arab.
Naskah-naskah tersebut tersebar di berbagai belahan dunia, baik di museum nasional, di luar negri dan beberapa
masih disimpan secara personal karena dianggap sebagai benda leluhur yang mempunyai nilai keramat. Dari
naskah-naskah tersebut hanya sedikit yang sudah diterjemahkan dan dimengerti oleh warga Sunda saat ini. Selain
itu sulit untuk menentukan yang mana dari semua naskah tersebut yang dapat dimasukkan ke dalam aset pusaka
Bogor saja bukan budaya Sunda secara umum. Dari beberapa Naskah Sunda yang sudah diterjemahkan yang
berhubungan langsung dengan Kota Bogor adalah Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian yang ditulis pada masa
Kerajaan Pakuan-Pajajaran.

1. Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian


Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian merupakan salah satu naskah Sunda paling kuno yang pernah ditemukan.
Naskah ini ditulis dalam bahasa dan aksara pada daun lontar dan nipah dan diperkirakan ditulis sekitar abad 15.
Cara menulisnya dikerat/digores dengan menggunakan alat yang disebut peso pagot, sejenis pisau yang ujungnya
runcing. Naskah ini adalah salah satu dari beberapa naskah Sunda Kuno yang sudah diterjemahkan, dan saat ini
dianggap sebagai salah satu panduan hidup oleh masyarakat Sunda saat ini. Menurut Saleh Danasasmita, SSKK
ditulis pada masa Pemerintahan Sri Baduga Maharaja (1482-1521), pada zaman Kerajaan Sunda-Pajajaran masih
ada dan berkembang. Naskah ini berisi nasihat mengenai etika dan budi pekerti Sunda, yang disampaikan Rakyan
Darmasiksa (Prabu Resi Guru Darmasiksa), Raja Sunda Galuh Pakuan ke-25, memerintah selama 122 tahun (12
tahun di Saunggalah Kuningan dan sisanya Pakuan Bogor), Penguasa Galunggung, kepada puteranya Ragasuci
(Sang Lumahing Taman). Dari naskah ini juga diketahui bahwa, Sri Baduga Maharaja, dalam cerita rakyat
diidentikkan dengan Prabu Siliwangi.
Menurut Saleh Danasasmita, bahwa dalam keropak 630 SSKK tersebut terdapat Nilai-nilai dan pandangan Hidup
manusia Jawa Barat, yaitu : Mahayu dora sapuluh, Mikukuh desa pribakti, Pancaaksara guruning janma, Mikukuh
darma pitutur, Ngawakan tapa di nagara, Tri tangtu di nu reya, Hirup cukup teu kaleuleuwihi, Ulah pupujieun,Ulah
| 149
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

bohong, ulah maling, jeung pamali. Selain naskah ini belum ditemukan lagi naskah yang lebih tua yang sudah
diterjemahkan, oleh karena itu naskah ini oleh warga Sunda dianggap sebagai panduan hidup oleh masyarakat
Sunda saat ini.

2. Pantun Sunda
Pantun Sunda merupakan tradisi bercerita atau bertutur. Ada dua bentuk seni Pantun Sunda; Pantun untuk hiburan
dan Pantun untuk ritual. Pantun menceritakan berbagai lakon yang diambil dari kalangan istana sambil menyelipkan
bojegan atau sisindiran. Dahulu, seni Pantun Sunda berkembang di kalangan istana, diceritakan dengan latar alunan
kecapi. Pantun Sunda merupakan salah satu kesenian Sunda yang paling tua, hal ini dibuktikan dengan adanya
naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian tahun 1518.
Dalam setiap pementasan pantun, disertakan sesajian. Rangkaian acara pembacaan pantun adalah sebagai berikut
: (1) nyadiakeun sasajén, (2) ngukus menyan, (3) “rajah pamunah”, (4) carita ti bubuka nepi ka panutup, sarta (5)
ditutup ku “rajah pamungkas”. Sesajen ini dijadikan sebagai simbol bakti kepada para karuhun/nenek moyang ,
terutama pada guru. Empat carita pantun yang bisa jadi paling masyhur adalah Siliwangi, Haturwangi, Banyakcatra,
dan Langgalarang.
Setelah kerajaan-kerajaan bertumbangan, kesenian tersebut pun kemudian menyebar di khalayak masyarakat.
Selain pantun Sunda, ada juga Pantun khas Bogor. Pantun Bogor ini sampai akhir abad ke- 19 hanya dikenal oleh
warga masyarakat Bogor marginal (pinggiran), yaitu masyarakat pedesaan. Mulai dikenalnya di kalangan
intelektual, setelah tahun 1906, Pleyte menulis buku berjudul Moending Laja Di Koesoemah, yang merupakan
catatan pribadinya menuliskan tuturan juru pantun di daerah Bogor sebelah Barat dan sekitarnya.
Ia lebih menaruh perhatian besar kepada Pantun Bogor,karena menurut penelitiannya Pantun Bogor termasuk yang
paling utuh jika dibandingkan dengan pantun-pantun daerah Jawa Barat sebelah Timur, baik dalam cara memainkan
pantunnya, bahasa Sundanya, juga termasuk sumber sejarah yang dikisahkannya. Sedangkan pantunpantun daerah
Jawa Barat sebelah Timur, kala itu katanya sudah tidak utuh lagi.

3. Cador
Cador adalah salah satu jenis Teater Komedi Rakyat di Tatar Sunda. Teater ini disajikan sebagai selingan pada
pagelaran Pencak Silat. Agar penonton tidak merasa tegang ketika menyaksikan Pencak Silat, maka disuguhkanlah
Bodoran-bodoran. Dengan demikian, lahirlah jenis teater yang disebut dengan Cador (kepanjangan dari Pencak dan
Bodor). Waditra yang dipergunakan dalam kesenian ini merupakan perkembangan dari Seni Pencak Silat yang ada.
Selain seperangkat tabuhan yang biasa digunakan pada Kendang Penca, yaitu Kendang Indung dengan dua
Kulanter atau lebih, Kendang Anak dengan dua Kulanter atau Iebih, Tarompet dan Kempul Penca. Selain itu
ditambah pula Accordion atau Keyboard dan Bedug.
Adapun Goong dan Kendang berfungsi sebagai pemberi aksentuasi (penekanan) pada adegan-adegan yang
menonjol, terutama bila pemain Bodor menunjukkan gerakan yang menonjol, seperti memukul, berlarian, jatuh dan
sebagainya. Apabila ada adegan yang jenaka maka Tarompet Penca juga mengiringinya. (Sumber
:http://www.disparbud. jabarprov.go.id/)

9.2 Seni Musik & Pertunjukkan


1. Wayang Golek

| 150
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer. Bentuknya


menyerupai boneka yang terbuat dari kayu, dimainkan oleh seorang
dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk,
menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-
lain. Pada zaman dulu, wayang biasanya digelar pada acaraacara khusus,
seperti kelahiran bayi, khitanan, pernikahan, bersih desa, dan upacara
untuk melepas nasib buruk. Sekarang, wayang juga digelar pada acara
ulang tahun atau hari-hari penting.
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai
estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat pendukungnya. Lakon dan cerita yang dibawakan dalam
pertunjukkan bertujuan untuk mendidik masyarakat, mempelihatkan
contoh baik dan menebarkan cita-cita bangsa.
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji
dan wayangnya disebut wayang golek menak (tahun 1540- 1650), Pada
tahun 1650an cerita yang dilakonkan diambil dari babad dan sejarah tanah
Jawa, berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek
dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) mulai dibawakan pada tahun 1840 (Somantri,
1988 dalam Yanti,2005).

2. Wayang Bambu
Wayang bambu merupakan
budaya kerajinan yang relatif
baru. Pada dasarnya wayang
bambu bentuk pengembangan
dari wayang golek. Tokoh serta
karakteristik yang dibuat pada
wayang bambu sama seperti
yang diperankan wayang golek
kayu termasuk ornamaen yang
dikenakannya.
Wayang bambu diperkenalkan
oleh Bapak Drajat Iskandar, di
Cijahe, Kelurahan Curug Mekar,
Bogor, sejak tahun 2007.
Kerajinan pembuatan wayang bambu ini saat ini menjadi wirausaha yang mulai berkembang. Selain membuat
Wayang Bambu Bapak Drajat juga mengadakan pertujukan wayang di berbagai acara di Bogor untuk
mensosilasikan salah satu seni budaya sunda
Cara pembuatan wayang bambu pertama-tama mencari bambu yang sudah agak tua. Setelah didapat dan dipilih,
bambu dibelah. Belahan bambu kemudian dikeringkan. Selanjutnya bambu-bambu pilihan tersebut yang dianyam
dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan karakter-karakter wayang terkenal.Proses selanjutnya
memberi warna dan meletakan pernak-pernik agar terlihat indah.

| 151
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Tari Tayub
Tayub Tari adalah seni tari tradisional yang
ditemukan tahun 1920- an. Tari ini ditemukan
di hampir setiap daerah Jawa Barat. Gerakan
tarian ini tidak berpola, sehingga penari bebas
bergerak sesuai irama lagu pengiringnya.
Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri
dari sinden, penata gamelan serta penari
khususnya wanita. Tari tayub merupakan
tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin
hubungan sosial masyarakat.
Tarian ini sering dibarengi dengan minum
minuman keras. Pada saat menarikan tari
tayub sang penari wanita yang disebut ledek
mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak
menari tersebut. Awalnya tarian ini hanya dilakukan oleh para bangsawan Sunda, dan orang-orang berpengaruh di
lingkungan perkebunan. Tetapi tarian ini Tari Tayub akhirnya berkembang di kalangan masyarakat luas.

4. Gambus Empang Bogor


Orken Gambus adalah bentuk seni musik yang berasal dari komunitas
etnis Arab. Orkes gambus sudah ada di Betawi awal abad ke-19. Ketika
itu banyak imigran dari Hadramaut (Yaman selatan) dan Gujarat datang ke
Betawi dan menggunakan gambus sebagai sarana dakwah. Orkes
gambus dulu dikenal dengan sebutan irama Padang Pasir. Pada tahun
1940-an orkes gambus menjadi tontonan populer dan sering diundang
dalam pesta perkawinan atau khitanan. Awalnya orkes gambus
membawakan lagu dengan syair bahasa Arab. Syair itu berisi ajakan
beriman dan bertakwa kepada Allah dan mengikuti teladan rasulullah.
Perkembangan berikutnya gambus menjadi sarana hiburan. Di Bogor,
Orker Gambus sering dimainkan oleh komunitas Arab di Kawasan
Empang

5. Lodong Bogoran
Lodong Bogoran merupakan salah satu karya seni pertunjukkan yang
relatif baru yang menggunakan alat musik dari alat lodong.. Lodong
Bogoran adalah kreasi dari Ade Suarsa pada tahun 2003. Lodong
Bogoran merupakan pengembangan dari alat lodong yang sebetulnya
biasa digunakan untuk menyadap pohon enau. Kesenian pada dasarnya
ini bermaksud untuk tetap melestarikan kebiasaan petani Bogor di zaman
dahulu yang sering menyadap aren. Saat ini pertunjukkan Lodong
Bogoran semakin berkembang dan menjadi salah sat pertunjukkan seni
khas Bogor dan sering dimainkan pada acara-acara penting di Bogor.

| 152
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

6. Rampak Kendang
Rampak Kendang adalah salah satu seni musik tradional Sunda
yang dimainkan bersama-sama oleh sekitar dua sampai puluhan
pemain. Ditabuh secara bersamaan sesuai musik yang
dilantunkan. Tabuhannya memiliki efek suara yang keras sehingga
menimbulkan perhatian para penonton. Dalam Rampak Kendang,
instrumennya tidak hanya kendang saja, tapi dapat divariasikan
dengan alat-alat lainnya, seperti : alat gamelan, Rebab, gitar,dan
sebagainya. Rampak kendang sampai saat ini masih sering
dimainkan dan dipelajari oleh masyarakat Sunda pada umumnya.

9.3 Kerajinan
1. Kerajinan Pembuatan Kujang
Kujang adalah sejenis senjata
tradisional masyarakat
Sunda.Menurut naskah-
naskah Sunda kuno dan
lakon-lakon pantun
(Sanghyang siksakanda ng
karesian pupuh XVII), kujang
pada awalnya adalah senjata
kaum petani pada abad 8 atau
9, yang terbuat dari besi, baja
dan bahan pamor dengan
panjang 20 sampai 25 cm.
Dengan perkembangan
kemajuan, teknologi, budaya,
sosial dan ekonomi
masyarakat Sunda, kujang
pun mengalami
perkembangan dan
pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Kujang awalnya digunakan oleh kaum bangsawan dengan bentuk yang
berbeda - beda sesuai dengan kedudukannya. Pada masa kepercayaan Hindu, bentuk kujang disesuaikan dengan
filosofi dan kepercayaan masyarakat dan dipercaya memiliki kekuatan, sehingga banyak aturan dan pantangan
yang mengikat dalam menggunakan kujang. Begitu pula ketika agama Islam datang, bentuk kujang pun mengalami
penyesuaian bentuk sesuai dengan kepercayaan masyarakat.
Saat ini kujang tidak lagi digunakan sebagai senjata. Beberapa kalangan masyarakat menyimpan kujang sebagai
pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya, beberapa hanya menggunakan kujang sebagai
pajangan. Kerajinan membuat kujang saat ini jarang ditemukan, hanya beberapa pengrajin saja yang masih
membuat kujang dengan waktu pembuatan sekitar 10 buah kujang per bulan.
Meskipun begitu bagi masyarakat Sunda secara umum, , kujang tetap memiliki makna tinggi di kalangan
masyarakat Sunda , terbukti bahwa kujang dipakai sebagai lambang dari berbagai organisasi, kesatuan dan
tentunya dipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat.

| 153
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

2. Kerajinan Pembuatan Gong Tradisional


Gong adalah satu alat musik khas Sunda, yang merupakan
bagian dari seni pertunjukkan rampak kendang. Pabrik
Gong Pancasan atau dikenal dengan Gonghom,
merupakan pabrik gong yang sudah berusia 300 tahun.
Saat ini pengelolanya merupakan generasi ke-6 pembuat
gong di pabrik ini. Pabrik Gong ini masih membuat gong
dengan teknik tradisional
Pembuatan Gong dimulai dengan mencampurkan timah
dan tembaga sebagai bahan dasarnya, kemudian
mencetaknya dengan bantuan cetakan tanah liat yang
disebut kenyi, yaitu cetakan dari tanah liat untuk membuat
gong, bonang, dan saron, jenis-jenis perkusi dari satu set
gamelan.
Hasil cetakan kemudian dibakar dan ditempa dengan suhu
400 derajat celcius, dan menjadi batu hitam yang disebut
karawa. Karawa tersebut dibersihkan dari kerak oksidasi,
dengan alat serutan yang sudah berusia lebih dari dua
ratus lima puluh tahun. Kegiatan pembersihan ini dilakukan
hingga muncul warna keemasan gong dan warna hitam
hilang semua. Gong yang baru ditempa belum dapat
ditentukan nadanya. Nada gong baru dapat dibentuk setelah dikerok dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum
sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.

9.4 Permainan/ Olahraga


1. Pencak Silat Tjimande
Cimande adalah jenis pencak silat yang mengandalkan tangan kosong untuk
membela diri. Pencipta Pencak Silat Cimande , Mbah Khair tinggal di kampung
Cogreg, dan tinggal di tepian sungai Cimande, Bogor. Mbah Khair menjadi
pendekar yang disegani kira-kira pada tahun 1760 pertama kali
memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus mempo' Cimande.
Pada tahun 1825 Khair meninggal dunia sedangkan buah karyanya terus
berkembang dan diterim secara luas oleh masyarakat Jawa Barat. Pola
pendidikannya dikembangkan oleh anak didiknya seperti Sera' dan aliran
Ciwaringin yang dalam perkembangannya mengadakan perubahan jurus
seperti yang dilakukan Haji Abdul Rosid. Akan tetapi berubahan itu tidak jauh
berubah dari pakem mempo'Cimande. Sampai saat ini Pencak Silat Cimande
masih dipelajari bahkan samapi ke tingkat Internasional.

| 154
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

9.5 Kuliner
1. Asinan Bogor
Asinan Bogor menduduki peringkat pertama sebagai
makanan yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota
Bogor, Jawa Barat. Asinan bogor sebetulnya merupakan
hasil percampuran budaya yang diunduh dari kultur kuliner
masyarakat Tionghoa yang sudah ratusan tahun bermukim
di daerah tersebut.
Ada tiga jenis asinan bogor, yaitu asinan buah, asinan
sayur, serta asinan campuran buah dan sayur. sampai
sekarang ini memiliki berbagai macam variasi pilihan buah
dan sayuran seperti tauge, wortel, sawi asin, Mangga,
Bengkuang Ubi, Pepaya, Nanas, Taoge, dan kol. Di bogor
ada juga yang menggunakan jagung bakar. Campuran buah
dan sayur disiram dengan kuah. Kuah tersebut dibuat dari
campuran cabai merah, Cabai rawit ebi atau udang kering ,
terasi yang sudah di bakar, cuka, garam, dan gula pasir.
Buah dan sayur direndam dalam kuah kurang lebih 2 jam
sampai bumbu meresap kemudian hidangkan dengan
menambahkan kacang tanah goreng yang sudah
dihaluskan dimakan bersama kerupuk mi yang berwarna
agak putih dan diberi tambahan irisan mentimun.

2. Tauge Goreng Bogor


Tauge Goreng adalah salah satu Makanan khas Bogor. Meskipun
bernama tauge goreng tetapi proses pembuatan makanan ini tidak
melibatkan proses penggorengan dengan minyak, sebaliknya
tauge tersebut diolah dengan cara direbus. Tauge rebus tersebut
dicampur dengan mie kuning, kemudian ditambahkan dengan tahu
goreng yang dipotong kotak-kotak dan ketupat. Kemudian bahan-
bahan tersebut disiram dengan saus tauco, oncom, dan ditaburi
kerupuk. Rasanya sedikit manis dan pedas dipadu segarnya
tauco. Yang memegang peranan dalam rasa tauge goreng adalah
olahan bumbu tauco dan oncom. Bahan yang digunakan adalah
kedelai.Tauge goreng samapi saat ini masih menjadi salah satu jenis makanan yang banyak dicari oleh wisatawan
dalam dan luar negeri maupun warga Bogor. Banyak penjual Tauge Goreng yang tersebar di Kota Bogor dengan
olahan rasa bumbu tauge dan tauco khasnya.

3. Bir Kotjok Bogor


Bir Kocok adalah minuman khas bogor yang sering dicari wisatawan dan
warga bogor. Menurut cerita, bir kocok ini di sebut minuman pengantin
dan wajib diminum pasangan sebelum dan sesudah acara pernikahan.
Minuman ini berbahan dasar jahe yang penyajiannya dilakukan dengan
mengocok minuman sehingga berbusa seperti bir. Bir Kocok dibuat
| 155
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

dengan merebus air, secang, cengkeh, kapulaga, jahe, dan kayumanis sampai harum dengan api kecil saja.
Kemudian ditambahkan gula merah dan dimasak dengan api kecil sampai gula nya sudah larut.
Setelah semua bahan dasar direbus, kemudian disaring dan ditempatkan di botol-botol. Dahulu para penjual awal
bir kotjok menggunakan bambu sebagai tempat penyimpanan minuman. Ketika ada pesanan, larutan minuman
dicampur dengan es batu kemudian dikocok sampai berbuih baru kemudian disajikan.

9.6 Upacara Adat


1. Mapag Panganten & Lengser
Upacara Adat Mapag Panganten merupakan salah satu ritual yang
menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan
dalam masyarakat Sunda. Ditandai dengan iring-iringan rombongan
penganten, dengan Lengser (penari dalam rombongan). Lengser
merupakan salah satu tokoh dalam cerita Padjadjaran atau
Mundinglaya Di Kusumah. Dalam Mapag Panganten,Lengser terdiri
dari; Lengser sendiri, Panayagan (pemainmusik), Pamaya (penari),
Punggawa (prajurit penjaga). Eksistensi Lengser dalam upacara
adat Mapag Panganten sudah tidak diragukan lagi, karena dalam
setiap upacara pernikahan kita sering menjumpai Lengser dalam
acara Upacara Pernikahan Buitenzorg tahun 1904 tersebut.

2. Rengkong Hatongan
Rengkong merupakan salah satu kesenian tradisional Sunda sebagai
tata cara menanam padi sampai dengan menuainya. Rengkong
digunakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan Dewi Sri
Pohaci (Dewi Kesuburan). Para petani menggunakan bambu sebagai
alat pikul padi. Setiap berjalan, pikulan ini menghasilkan bunyi, yang
dihasilkan dari pergesekan tali ijuk dengan pikulan. Rengkong
dipertunjukkan saat hari besar nasional, upacara keagamaan,
upacara perkawinan, bahkan menyambut tamu istimewa

| 156
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Ritual Budaya Warga Etnis Cina


Ritual budaya warga etnis Cina yang menganut agama
Kong Hu Chu dan Buddha selalu merayakan hari-hari besar
agamanya seperti Imlek / Cap Go Meh dengan
mengadakan upacara besar. Cap Go Meh melambangkan
hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru
Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini
berarti hari kelima belas bulan pertama (Cap = Sepuluh,
Go = Lima, Meh = Malam). Perayaan Cap Go Meh di
Bogor berlokasi di antara Vihara Dhanagun dan Vihara
Mahabrahma (Pankho). Perayaan ini biasanya berlangsung
seharian dari pagi hingga sore.
Dalam perayaan tersebut terdapat ritual-ritual pemindahan
patung dewa dari Vihara Dhanagun ke Vihara Pankho dan
sebaliknya, kemudian dalam perayaan tersebut juga
terdapat iring-iringan kendaraan hias, barongsai khas
budaya Cina. Untuk perayaan Cap Go Meh yang ada di
Bogor di dalam iring-iringan tersebut juga terdapat atraksi
kesenian sunda seperti calung, dan reog.Cap Go Meh
melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa
perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di
seluruh dunia. Istilah ini berarti hari kelima belas bulan
pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam).
Perayaan Cap Go Meh di Bogor berlokasi di antara Vihara
Dhanagun dan Vihara Mahabrahma (Pankho). Perayaan ini
biasanya berlangsung seharian dari pagi hingga sore. Dalam perayaan tersebut terdapat ritual-ritual pemindahan
patung dewa dari Vihara Dhanagun ke Vihara Pankho dan sebaliknya, kemudian dalam perayaan tersebut juga
terdapat iring-iringan kendaraan hias, barongsai khas budaya Cina. Untuk perayaan Cap Go Meh yang ada di Bogor
di dalam iringiringan tersebut juga terdapat atraksi kesenian sunda seperti calung, dan reog.

4. Tajur
Pusat penjualan tas Tajur lokasinya tidak jauh dari terminal Bis
Baranangsiang Bogor, ke arah Ciawi. Dalam waktu sekitar tiga tahun area ini
berkembang menjadi pusat penjualan tas dan sepatu yang namanya mulai
dikenal masyarakat. Saat ini di penggal Jalan Raya Tajur terdapat sekitar 50
toko yang menjual tas berbagai harga merk dan kualitas.
Saat ini, Tajur merupakan salah satu area penting perekonomian Kota Bogor.
Hampir setiap pengunjung luar kota Bogor merasa perlu untuk mengunjungi
Tajur jika berkunjung ke Bogor. Area Tajur dapat disejajarkan dengan wilayah
Cibaduyut Bandung atau Tanggulangin Sidorejo Surabaya.

| 157
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Aset Pusaka Saujana

10 Aset Pusaka Saujana Bogor


Pusaka saujana pada dasarnya dapat dipahami sebagai harmonisasi yang ada pada sebuah tempat (place) yang
merupakan gabungan dari elemen-elemen ragawi, elemen alam di sekitarnya dan tradisi budaya kehidupan manusia
yang pernah dan mungkin sedang terjadi di tempat tersebut. Ketiga elemen ini harus saling melengkapi dan
memiliki keunikan dalam tingkat yang luar biasa. Sebagai contoh, Pusaka Saujana dari Candi Borobudur dapat
dipahami sebagai Candi Borobudur dan kawasan di sekitarnya, termasuk di dalamnya hutan-hutan, taman-taman,
dan upacara keagamaan yang sering diadakan di kawasan tersebut. Pusaka Saujana dari sebuah desa tradisional
termasuk di dalamnya adalah sawah, gunung dan sungai di sekitarnya, dan kehidupan masyarakat yang ada di
desa tersebut.
Aset Pusaka Saujana Kota Bogor, tidak terpusat di dalam kota, tetapi beberapa aset pusaka berlokasi di luar batas
administratif kota, meskipun begitu beberapa aset pusaka saujana yang masuk ke dalam daftar inventaris
mempunyai hubungan langsung dengan kehidupan warga Bogor sejak masa Kerajaan Pakuan Pajajaran. Banyak
unsur alam menjadi pusat perkembangan kehidupan masyarakat dan ketika kota Bogor berkembang tetap menjadi
pusat kegiatan masyarakat. Saat ini beberapa Pusaka Saujana tersebut sudah mengalami banyak perubahan fungsi
dan makna bagi masyarakat, meskipun begitu pusaka-pusaka tersebut dirasa penting untuk masuk dalam inventaris
mengingat peran dari pusaka-pusaka tersebut dalam perkembangan Kota Bogor. Aset pusaka yang disebutkan
dalan Sub-bab Aset Pusaka Saujana Bogor merupakan aset-aset pusaka saujana yang lokasinya tidak masuk
kedalam delineasi kawasan kota pusaka.

1. Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung adalah Sungai Utama yang membelah Kota Bogor menjadi 2. Sungai Ciliwung bermata air di
Telaga Warna Puncak Pas di gunung Pangranggo, dan bermuara di Banjir Kanal Barat dan Drainase Gunung Sahari
| 158
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

(Pintu Air Kapitol). Panjang Sungai dari hulu sampai dengan Pintu Air
Manggarai +115,00 km, dan daerah pengaliran seluas + 337 km2,
dengan topografi di hulu daerah pegunungan/berbukit dan dihilirnya
merupakan daerah datar.
Dari beberapa sungai yg melewati kota bogor, sungai ciliwung adalah
salah satunya. Sungai ini membelah Kebun Raya Bogor, dengan
alirannya yg tidak terlalu deras, dan dengan aliran air yang melewati
jeram2 dari bebatuan kecil, membuat sungai ini jadi salah satu spot
yang menarik untuk dinikmati.
Sungai Ciliwung sejak awal merupakan batas alam bagi kawasan
Bogor sejak masa Kerajaan Pakuan Pajajaran. Kemudian, pada masa
kolonial, Sungai Ciliwung juga menjadi batas alam area pemukiman
bagi warga Eropa dan penduduk lokal. Pada tahun 1930-an ketika
Karsten merancang perluasan area Buitenzorg, area Kebun raya
Bogor mengalami perluasan ke sebelah timur Sungai Ciliwung
sehingga sebagian penggal aliran Sungai Ciliwung menjadi bagian
dari Kebun Raya Bogor.

2. Sungai Cisadane
Sungai Cisadane adalah salah satu dari
dua sungai besar yang melalui Kota
Bogor. Hulu sungai ini berada di lereng
Gunung Pangrango , dengan beberapa
anak sungai yang berawal di G. Salak,
melintas di sisi barat Kabupaten Bogor,
terus ke arah Kabupaten Tangerang dan
bermuara di sekitar Tanjung Burung.
Dengan panjang keseluruhan sekitar
126 km, sungai ini pada bagian hilirnya
cukup lebar dan dapat dilayari oleh
kapal kecil. Sungai Cisadane, seperti
halnya Sungai Ciliwung merupakan
batas alam wilayah Bogor sejak masa
Kerajaan Pakuan Pajajaran. Di
sepanjang aliran Sungai Cisadane banyak ditemukan prasasti peninggalan kerajaan, misalnya; Prasasti Ciaruteun,
Prasasti kebon kopi (Tapak Gajah), Prasasti Muara dan salah satu yang paling terkenal adalah Prasati Batu Tulis.
Sungai Cisadane mengalir dekat dengan Empang sebagai alun-alun luar Ibukota Pakuan Pajajaran.
Aliran Sungai Cisadane juga banyak digambarkan sebagai salah satu tempat kegiatan masyarakat. Misalnya
sebagai tempat memancing ikan sebagaimana digambarkan oleh Johannes Rach pada tahun 1700-an. Sejak
dahulu sungai Cisadane telah dimanfaatkan sebagai pengairan. Banyak orang melalui Sungai Cisadane dengan
menggunakan rakit bambu/ perahu menuju Batavia. Kepercayaan masyarakat juga melekat erat pada aliran Sungai
Cisadane ini yang dipercaya adanya siluman buaya putih di Sungai Cisadane.

| 159
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3. Gunung Salak
Gunung Salak adalah gunung di selatan Kota Bogor, nama Salak diambil dari bahasa sansekerta “Salaka” yang
berart perak. Gunung ini mempunyai beberapa puncak dengan ketinggian yang beragam, karena jaraknya relatif
dekat dari Kota Bogor, menjadikan gunung ini pemandangan yang memikat , yang dapat dinikmati dari berbagai
sudut Kota Bogor.
Gunung Salak bagi warga Bogor mempunyai arti penting sejak masa kerajaan Pakuan Pajajaran. Beberapa legenda
mengenai Gunung Salak juga masi dipercaya, misalnya legenda mengenai Prabu Siliwangi yang menghilang di
Gunung Salak untuk menghindari kejaran Kian Santang, kemudian meloloskan diri dengan mengapung ke udara.
Tempat menghilangnya Prabu Siliwangi tersebut kemudian dinamakan ‘pengapungan’ yang berlokasi tidak jauh dari
Kawah Ratu di Gunung Salak. Di Gunung Salak terdapat banyak makam para raja yang berusia ratusan tahun, oleh
karena itu banyak tempat di Gunung Salak yang dianggap keramat dan banyak pantangan bagi yang ingin mendaki
Gunung Salak.
Gunung Salak merupakan kompleks gunung berapi yang terletak di selatan Jakarta, di Pulau Jawa. Kawasan
rangkaian gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gunung
Salak sendiri tidak terletak di dalam kawasan Kota Bogor, tetapi adanya Gunung Salak selalu menjadi titik penting
bagi perkembangan Kota Bogor, karena pemandangan Gunung Salak yang indah seringkali menjadi orientasi bagi
rancangan bangunan – bangunan yang dibangun di Kota Bogor. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di
bawah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, tetapi sejak 2003 menjadi wilayah perluasan
Taman Nasional Gunung Halimun, dan dikelola sebagai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

4. Situ Gede dan Hutan Dramaga


GSitu Gede adalah nama sebuah danau kecil (situ atau setu berarti telaga) yang terletak di Kelurahan Situgede,
Bogor Barat, Kota Bogor. Situ Gede memiliki luas sekitar 6 hektar, dan terletakdi tepi Hutan Dramaga, hutan
penelitian milik Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Sejak tahun 1956 puluhan ribu pohon ditanam
| 160
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

dan dirawat sejak Hutan Penelitian Dramaga ini dipatenkan. Orang-orang lebih sering menyebutnya Hutan Cifor. Di
Hutan tersebut juga dipelihara puluhan rusa dan trenggiling. Air situ berasal dari Sungai Cisindangbarang yang
kemudian ditampung di bendung Cibanten dan Cibenda. Air situ yang keluar digunakan sebagai pasokan air untuk
pertanian di sekitarnya. Sehari-hari situ digunakan untuk wisata air dengan menggunakan perahu.
Saat ini Hutan Dramaga dan Situ Gede dijadikan kawasan resmi bagi warga kota Bogor untuk berwisata dan sering
dikunjungi orang dengan tujuan berwisata atau sekedar datang menikmati Hutan Dramaga dan Situ Gede . Di Site
Gede dan Hutan Dramaga sering diadakan kegiatan bertema kerakyatan dan hal-hal lain dimana bertujuan
memperkenalkan kepada masyarakat akan budaya.
Salah satu budaya yang diadakan kembali adalah Ngubek Setu. ngubek situ merupakan budaya warga Situ Gede
dan sekitarnya saat munggah (penyambutan datangnya bulan puasa). Ngubek Setu terakhir dilakukan tahun 2004
sebelum diadakan kembali di tahun 2013. Kegiatan Ngubek Setu pada dasarnya adalah kegiatan menangkap ikan
beramai-ramai di Situ Gede. Warga masuk ke dalam Situ dengan menggunakan rakit atau ban bekas untuk
menangkap ikan. Ratusan warga berpartisipasi dalam acara ini.

| 161
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

1 Pendahuluan ............................................................................................................................. 1

1.1 Kota Pusaka ....................................................................................................................... 1

1.2 Urban Heritage .................................................................................................................. 2

1.3 Peraturan Pemerintah ......................................................................................................3

1.4 Sejarah Singkat Perkembangan Kota Bogor ...................................................................5

1.4.1 Bogor Sebagai Pusat Kerajaan Pakuan-Padjajaran (1482 -1677) ...........................................5


1.4.2 Bogor Pada Masa Kolonial I (1600-1754) ...............................................................................7
1.4.3 Bogor Pada Masa Kolonial II (1754 - 1845) ............................................................................8
1.4.4 Bogor Pada Masa Kolonial III (1845-1904) ...........................................................................10
1.4.5 Bogor Pada Masa Kolonial IV (1904-1930) ...........................................................................12
1.5 Delineasi Kawasan & Situs Bersejarah ........................................................................... 15

1.6 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Pusaka ............................................................. 15

2 Kawasan Istana dan Kebun Raya Bogor ............................................................................... 18

2.1 Sejarah ............................................................................................................................. 18

2.2 Identifikasi Profil Kawasan ............................................................................................. 21

2.2.1 Struktur Kawasan .................................................................................................................21


2.2.2 Koridor .......................................................................................................................................22
2.2.3 Blok .......................................................................................................................................22
2.2.4 Monumen .............................................................................................................................23
2.2.5 Kegiatan ................................................................................................................................23
2.2.6 Bangunan dan Kumpulan Bangunan ....................................................................................24
2.2.7 Signifikansi Kebun Raya ........................................................................................................24
2.3 Inventarisasi Aset Pusaka ............................................................................................... 27

2.4 Permasalahan Kawasan .................................................................................................. 32

3 Kawasan Permukiman Eropa ................................................................................................. 33

3.1 Sejarah ............................................................................................................................. 33

3.2 Identifikasi Profil Kawasan .............................................................................................34

3.2.1 Struktur Kawasan .......................................................................................................................34


3.2.2 Koridor .......................................................................................................................................34
3.2.3 Blok .......................................................................................................................................36
| 162
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

3.2.4 Ruang Terbuka......................................................................................................................36


3.3 Inventarisasi Aset Pusaka .............................................................................................. 38

3.4 Permasalahan Kawasan .................................................................................................. 55

4 Kawasan Karsten Plan ........................................................................................................... 60

4.1 Sejarah ............................................................................................................................ 60

4.2 Identifikasi Profil Kawasan ............................................................................................. 61

4.2.1 Struktur Kawasan .......................................................................................................................61


4.2.2 Koridor .......................................................................................................................................62
4.2.3 Blok .......................................................................................................................................65
4.2.4 Ruang Terbuka......................................................................................................................67
4.2.5 Bangunan & Kumpulan Bangunan........................................................................................70
4.2.6 Bangunan Tengaran..............................................................................................................72
4.3 Inventarisasi Aset Pusaka ..............................................................................................74

4.4 Permasalahan Kawasan ..................................................................................................87

5 Kawasan Pecinan Suryakencana .......................................................................................... 89

5.1 Sejarah ............................................................................................................................ 89

5.2 Identifikasi Profil Kawasan .............................................................................................92

5.2.1 Struktur Kawasan .................................................................................................................92


5.2.2 Koridor ..................................................................................................................................92
5.2.3 Blok .......................................................................................................................................93
5.2.4 Bangunan dan Kelompok Bangunan ....................................................................................93
5.2.5 Bangunan Tengaran..............................................................................................................93
5.3 Inventarisasi Aset Pusaka .............................................................................................. 94

5.4 Permasalahan Kawasan ................................................................................................ 102

6 Kawasan Empang ................................................................................................................. 104

6.1 Sejarah ........................................................................................................................... 104

6.2 Identifikasi Profil Kawasan ........................................................................................... 106

6.2.1 Struktur Kawasan ...............................................................................................................106


6.2.2 Koridor ................................................................................................................................106
6.2.3 Ruang Terbuka....................................................................................................................106
| 163
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

6.2.4 Bangunan Tengaran............................................................................................................107


6.3 Inventarisasi Aset Pusaka ..............................................................................................110

6.4 Permasalahan Kawasan ................................................................................................. 121

7 Kawasan Perluasan Barat .....................................................................................................122

7.1 Sejarah ............................................................................................................................122

7.2 Identifikasi Profil Kawasan ........................................................................................... 125

7.2.1 Struktur Kawasan ...............................................................................................................125


7.2.2 Koridor ................................................................................................................................125
7.2.3 Ruang Terbuka....................................................................................................................125
7.3 Inventarisasi Aset Pusaka ............................................................................................. 127

7.4 Permasalahan Kawasan ................................................................................................. 141

8 Situs Bersejarah ...................................................................................................................... 143

9 Aset Pusaka Non Ragawi Bogor ............................................................................................... 148

9.1 Bahasa & Sastra............................................................................................................. 149

9.2 Seni Musik & Pertunjukkan........................................................................................... 150

9.3 Kerajinan ........................................................................................................................ 153

9.4 Permainan/ Olahraga .................................................................................................... 154

9.5 Kuliner............................................................................................................................ 155

9.6 Upacara Adat................................................................................................................. 156

10 Aset Pusaka Saujana Bogor ..................................................................................................... 158

Gambar 1 Peta Kawasan Strategis Kota RTRW Kota Bogor ............................................................4


Gambar 2 Sejarah Kota Perkembangan Kota Bogor .......................................................................5
Gambar 3 Perkiraan Delinisai Pusat Kerajaan Pajajaran (P3KP, 2013) ...........................................6
Gambar 4 Kota Bogor Pada Masa Kolonial I (P3KP, 2013) ..............................................................7
Gambar 5 Kota Bogor Pada Masa Akhir Kolonial I (P3KP, 2013) ....................................................8
Gambar 6 Kota Bogor Pada Masa Kolonial II (P3KP, 2013) .............................................................9
Gambar 7 Kota Bogor Pada Masa Kolonial III ...............................................................................11
Gambar 8 Kota Bogor Tahun 1880 (P3KP, 2013) ..........................................................................11

| 164
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 9 Kota Bogor Pada Masa Kolonial IV ...............................................................................13


Gambar 10 Ilustrasi Rencana Pengembangan Kota Berdasarkan Thomas Karsten ......................13
Gambar 11 Peta Kawasan Kebun Raya dan Perumahan Sempur Tahun 1946 .............................14
Gambar 12 Peta Buitenzorg 1920 .................................................................................................14
Gambar 13 Peta Buitenzorg Tahun 1923 (sumber: Arsip Nasional) .............................................14
Gambar 14 Deliniasi Kawasan Pusaka Kota Bogor ........................................................................16
Gambar 15 Profil Ringkas Kawasan Pusaka Kota Bogor................................................................17
Gambar 16 Area Kebun Raya Tahun 1700-an Karya Johannes Rach ............................................19
Gambar 17 Koridor Jalan di Area Kebun Raya ..............................................................................20
Gambar 18 Foto Istana Bogor 1920 ..............................................................................................21
Gambar 19 Blok Lapisa Sejaran Kebun Raya Bogor ......................................................................23
Gambar 20 Sebaran Bangunan Bersejaran di Istana dan Kebun Raya Bogor ...............................24
Gambar 21 Sebaran Bangunan Bersejarah Istana dan Kebun Raya Bogor 2 ................................25
Gambar 22 Sebaran Bangunan Bersejarah Istana dan Kebun Raya Bogor 3 ................................26
Gambar 23 Sebaran Bangunan Bersejarah di Kawasan Permukiman Eropa (P3KP, 2013)...........34
Gambar 24 Koridor Jalan Sudirman (P3KP, 2013) .........................................................................35
Gambar 25 Koridor Jalan Ahmad Yani (P3KP, 2013) .....................................................................35
Gambar 26 Ilustrasi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Permukiman Eropa......................................36
Gambar 27 Peta Sebaran Pusaka Kawasan Permukiman Eropa ...................................................37
Gambar 28 Permasalahan Sub-kawasan Permukiman Eropa .......................................................56
Gambar 29 Witte Pal (Palbaton) dilihat dari arah istana melalui Grote Postweg, 1870 ..............56
Gambar 30 Jalan Sudirman dengan berbagai Bangunan Komersial .............................................57
Gambar 31 Jalan Sudirman dengan Bangunan lama yang tidak terawat. ....................................57
Gambar 32 Permasalahan Sub-kawasan Permukiman Eropa .......................................................58
Gambar 33 Area sekitar stasiun Bogor yang dipenuhi PKL ...........................................................59
Gambar 34 Konsep Kota Taman di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013) ......................................61
Gambar 35 Struktur Ruang Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)..................................................62
Gambar 36 Koridor di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013) ..........................................................63
Gambar 37 Suasana Koridor Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)................................................64
Gambar 38 Perubahan Bentuk Fisik Jalur Hijau Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013) ..................65
Gambar 39 Suasana Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013).............................................................65
Gambar 40 Ilustrasi Blok Karsten Plan (P3KP, 2013) ....................................................................66
Gambar 41 Ilustrasi Peta RTH Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013) .............................................68
Gambar 42 Suasana Taman Kencana (P3KP, 2013) ......................................................................69
Gambar 43 Peta Sebaran Bangunan Bersejarah di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013) .............70
Gambar 44 Peta Bangunan dan Kumpulan Bangunan di Sub Kawasan Area Plan Karsten (P3KP,
2013) 71

| 165
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor

Gambar 45 Sebaran Bangunan Landmark di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013).......................72


Gambar 46 Sebaran Aset Pusaka Ragawi Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013) ............................73
Gambar 47 Permasalahan Sub Kawasan Karsten Plan ((Sumber: RAKP,2013))............................87
Gambar 48 Papan Reklame yang menutupi Bangunan ((Sumber: RAKP ,2013))..........................87
Gambar 49 Perubahan Fungsi dan Bentuk Bangunan di Sepanjang Jalan Utama (Sumber:
Dokumentasi, 2013) .........................................................................................................................88
Gambar 50 RTH Berubah fungsi menjadi Mall ((Sumber: RAKP ,2013)) .......................................88
Gambar 51 Peta Sebaran aset Pusaka Kawasan Pecinan Suryakencana (Sumber: P3KP Kota
Bogor 2013) 90
Gambar 52 Peta aset Pusaka Kawasan Pecinan Suryakencana (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)
91
Gambar 53 Koridor Jalan SuryaKencana 1880 ..............................................................................91
Gambar 54 Koridor di Kawasan Pecinan Suryakencana ...............................................................92
Gambar 55 Sebaran Aset Pusaka Ragawi Kawasan Pecinan (P3KP, 2013) ...................................93
Gambar 56 Permasalahan Sub kawasan Pecinaan (Sumber: RAKP, 2013) .................................102
Gambar 57 PKL yang menutupi bagian depan ruko-ruko di Jalan Suryakencana (Sumber:
Dokumentasi,2013) ........................................................................................................................103
Gambar 58 Bangunan-bangunan rusak di sepanjang Jalan Surya Kencana ((Sumber: RAKP
,2013)) 103
Gambar 59 Peta sebaran aset Pusaka Kawasan Empang (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013) .....105
Gambar 60 Peta aset Pusaka Kawasan Empang (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013) ..................105
Gambar 61 Koridor Kawasan Empang (P3KP, 2013) ...................................................................106
Gambar 62 Suasana RTH di Kawasan Empang (P3KP, 2013) ......................................................107
Gambar 63 Bangunan Landmark di Kawasan Empang (P3KP, 2013) ..........................................108
Gambar 64 Sebaran Aset Pusaka Ragawi di Kawasan Empang (P3KP, 2013) .............................109
Gambar 65 Permasalahan umum Kawasan Arab Empang (Sumber: RAKP ,2013) .....................121
Gambar 66 Peta sebaran aset Pusaka Kawasan Perluasan Barat (Sumber: P3KP Kota Bogor
2013) 123
Gambar 67 Peta aset Pusaka Kawasan Perluaan Barat (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)........124
Gambar 68 Koridor Jalan Kota Paris tahun 1920-an (Sumber :
http://www.hoogeduinpostcards.com) .........................................................................................126
Gambar 69 Permasalahan Sub-kawasan Perluasan Kota ke Arah Barat (Sumber: RAKP ,2013) 141
Gambar 70 Rangkamun Permasalahan Kawasan Pusaka Kota Bogor ........................................142

| 166

Anda mungkin juga menyukai