Pendahuluan
1 Pendahuluan
1.1 Kota Pusaka
Kota Pusaka adalah kota yang dari sudut sosial budaya memiliki kekentalan sejarah yang besar, yang berisikan
keragaman pusaka alam, aset budaya ragawi, aset budaya tak ragawi dan saujana. Penataan kota yang
berlandaskan pada pelestarian sejarah dan sosial budaya, yang menonjolkan keberagaman pusaka alam, aset
budaya ragawi dan tak ragawi, serta saujana, menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan dalam rangka
mengembalikan identitas kota dan masyarakatnya. Desakan ini antara terjadi karena pengembangan kota yang
terjadi di Indonesia pada saat ini cenderung seragam.
Upaya untuk mengembalikan identitas kota tersebut memerlukan pendekatan-pendekatan tertentu seperti penentuan
visi yang jelas mengenai hal-hal yang ingin dicapai melalui penetapan Kota Pusaka dan kaitannya dengan
pengembangan kota di masa mendatang. Visi tersebut mencakup identifikasi identitas kota yang ingin dilestarikan,
baik secara fisik maupun non-fisik, erta strategi pengembangan kota agar perkembangan kota di masa mendatang
tetap mendukung pelestarian budaya dan tidak mengganggu nilainilai yang ingin dilestarikan. Dengan demikian,
kota pusaka akan menjadi suatu identitas kota yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakatnya.
Meskipun hingga saat ini kriteria kota pusaka Indonesia belum dirumuskan, kriteria penilaian kota pusaka dapat
merujuk kepada kriteria penilaian UNESCO untuk Kota Warisan Dunia yang disebut OUV (Outstanding Universal
Value) atau Keunggulan Nilai Sejagat. OUV merupakan keunggulan nilai budaya dan/atau alam yang penting dan
istimewa, melampaui batas-batas nasional dan memiliki nilai penting bagi umat manusia di masa kini maupun
mendatang.
Kriteria ini dijelaskan dan dirinci dalam Pedoman Operasional Pelaksanaan Konvensi Warisan Dunia . Kriteria
tersebut direvisi secara untuk mencerminkan evolusi konsep Warisan Dunia/ World Heritage itu sendiri. Pedoman
Operasional Pelaksanaan Konvensi Warisan Dunia disusun oleh World Heritage Committee. Pedoman ini diperlukan
untuk menetukan kriteria detail dari objek heritage agar dapat ditentukan sebagai bagian dari heritage yang perlu
dilindungi. Kriteria Outstanding Universal Value tersebut adalah:
|1
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Merujuk kepada kriteria tersebut, pantaslah Kota Bogor dijadikan sebagai salah satu Kota Pusaka Indonesia. Kota
Bogor dinilai memiliki signifikasni budaya yang tinggi dan memenuhi 7 dari 10 kriteria OUV.
Signifikansi budaya Kota Bogor meliputi aspek-aspek sejarah, estetika, pendidikan, dan budaya. Sejarah
panjangnya masih dapat terlacak dari peninggalan-peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh penjuru kota.
Artefak ini antara lain berupa batu tulis dan arca dari masa Kerajaan Pakuan-Pajajaran, Kebun Raya Bogor, dan
bangunanbangunan dengan langgam arsitektur yang beragam.
|2
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3. Urban Heritage (from European Union research report Nº 16 (2004), Sustainable development of Urban
historical areas through and active Integration within Towns – SUIT) Urban Heritage terdiri dari 3 kategori
utama:
• Monumental Heritage yang menunjukkan nilai budaya yang luar biasa;
• Heritage / warisan budaya yang tidak mempunyai nilai budaya yang luar biasa tetapi menunjukkan
nilai dalam konteksnya.
• Elemen perkotaan baru dipertimbangkan (misalnya):
o Bentuk bangunan perkotaan;
o Ruang terbuka: jalan-jalan, ruang terbuka publik;
o Infrastruktur Perkotaan: jaringan material dan peralatan.
|3
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
|4
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Sejarah Bogor sebelum tahun 1745 disusun berdasarkan tulisan hasil perjalanan beberapa penjelajah Eropa dan
peninggalan - peninggalan prasati. Pada abad 8, wilayah Bogor diketahui sebagai Ibukota Kerajaan Pajajaran,
Pakuan. Nama wilayah Bogor pada masa Kerajaan Pakuan-Padjadjaran adalah Dayeuh yang diperintah oleh
seorang rajanya yang paling terkenal, yaitu Sri Baduga Maharaja atau yang diyakini pula sebagai Prabu Siliwangi
yang memerintah sejak tanggal 3 Juni 1482. dan masa ini dianggap sebagai tahun lahirnya Bogor. Pada tahun
1579, Yusuf penguasa Banten menyerang Pakuan pada jaman Prabu Sedah dan masa ini dianggap sebagai masa
|5
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
berakhirnya Pakuan. Akibat dari penyerangan ini tidak saja mengakibatkan kehancuran ibukota kerajaan, tetapi juga
pembunuhan masal masyarakat di sekitarnya sehingga dapat dikatakan rantai sejarah keberadaan wilayah ini dapat
dikatakan hilang sama sekali
Setelah 1579, tidak ada keterangan tertulis lagi mengenai peristiwa yang terjadi di wilayah tersebut (Missing Link)
sampai adanya ekspedisi oleh Scipio dan rombongannya pada tahun 1687 , Adolf Winkler pada tahun (1690) dan
Abrahan Van Riebeck pada tahun 1703, 1704, dan 1709. Dari laporan-laporan ekspedisi tersebut diketahui
beberapa batas kerajaan Pakuan Pajajaran, seperti bahwa wilayah alun-alun Empang ternyata merupakan alun-alun
bekas luar jaman Pakuan, dan letak- letak gerbang masuk kerajaan (Sarilestari, 2009). Sampai saat ini, batas-batas
fisik lokasi elemen-elemen peninggalan kerajaan Pakuan-Pajajaran masih sering diperbincangkan. Menurut Lestari,
2009, batas-batas fisik kerajaan adalah sebagai berikut :
• Sebelah barat : berupa benteng alam, yaitu dan puncak tebing Cipaku yang curam sampai lokasi Stasiun
Kereta Api Batutulis, dan terus membentang sepanjang jalur rel kereta api sampai tebing Cipakancilan
setelah melewati lokasi Jembatan Bondongan (di Kampung Cincaw).
• Sebelah Timur : berupa benteng yang membentang sejajar dengan Jalan Suryakancana, yaitu dari setelah
perpotongan dengan Jalan Suryakancana sampai ke Gardu Tinggi, selanjutnya benteng tersebut mengikuti
puncak Lembah Ciliwung melintasi pertemuan antara Jalan Siliwangi dengan jalan Batutulis, dan berlanjut
sepanjang puncak Lereng Ciliwung melewati Komplek Perkantoran PAM hingga memotong Jalan
Pajajaran.
• Sebelah utara : berupa tebing terjal, yaitu dar uiung Iembah Cipakancilan (Kampung Cincau) tersambung
dengan tebing gang beton sampai memotong Jalan Suryakancana .
• Sebelah Selatan : berupa benteng yang membentang dari setelah perpotongan dengan Jalan Pajajaran
menembus Jalan Siliwangi terus memanjang sampai di Kampung Lawang Gintung. (Sarilestari, 2009)
|6
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Pintu gerbang Pakuan terletak pada bagian utara yang berlokasi di Jembatan Bondongan, dan selatan yang
berlokasi di Jalan Siiwangi, Bantar Peuteuy (depan Komplek Perumahan LIPI). Menurut Drs. Saleh Danasasmita
(dalam RAKP) disebutkan hubungan antara Pakuan, Pajajaran, Gunung Batu dan Kampung Balai (sekitar Ciampea).
Tempat tersebut erat kaitannya dengan ditemukannya pohon pakujajar. Pohon pakujajar ditengarai sebagai asal
usul nama Pakuan sebagai Ibukota Kerajaan Pajajaran. Sumber sebagai asal usul nama Pakuan dari pohon
pakujajar dapat diperiksa pada sebuah naskah Carita Waruga Guru yang ditulis sekitar tahun 1750 dan berhuruf
serta berbahasa Sunda Kuno. Naskah tersebut menyebutkan pohon pakujajar yang tumbuh di sekitar lokasi sekitar
lokasi kerajaan yaitu di sekitar lahan Makam Mbah Dalem, pintu gerbang kerajaan Pajajaran di Kampung Bantar
Peuteuy dan di Gunung Batu sendiri.
Pada tahun 1619, wilayah Jakarta direbut Jan Peterzoon Coen kemudian diganti menjadi Batavia. Rana Manggala
(Sultan Banten) memerintahkan rakyatnya meninggalkan Jakarta dan sekitarnya. Wilayah Bogor yang semula
menjadi pusat orientasi wilayah Jakarta (Sunda Kelapa), pada masa ini bertukar fungsi menjadi hinterland Kota
Jakarta. Pada tahun 1659, terjadi perjanjian antara VOC dengan Banten tentang Cisadane yang menjadi batas
kekuasaan antara kedua belah pihak. Pada tahun 1667, daerah sebelah barat Citarum diserahkan Mataran kepada
VOC. Dengan adanya kedua perjanjian tersebut wilayah Bogor di kuasai oleh VOC.
Pada tahun 1687, setelah mengadakan tiga kali ekspedisi, penguasa Champuijs memerintahkan Letnan Tanujiwa
untuk membuka hutan dan membuat jalan, mulai tumbuh Kampung Parung Angsana (berubah nama menjadi
Kampoeng Baroe). Kampung inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya wilayah Buitenzorg/Bogor (RAKP,
2013). Pada tahun 1744, yaitu dari tanggal 20 Agustus sampai September, Gubemur Baron Van Imhoff
mengadakan peninjauan. Beliau menaruh perhatian pada Kampung Baru (kelak menjadi Buitenzorg) yang dapat
dikembangkan menjadi daerah pertanian dan tempat peristirahatan Gubemur Jenderal.
|7
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Selanjutnya pada tahun 1745, Baron mengajukan petisi kepada Dewan Perwakilan Resmi Pemerintahan Hindia
Belanda yang berisi:
1. Daerah Kampung Baru diubah menjadi tempat peristirahatan Gubernur Jenderal dan Staf VOC.
2. Menjadikan daerah tersebut sebagai daerah pertanian dan perkebunan, serta sebagai contoh daerah lain.
3. Merencanakan perubahan perilaku masyarakat yang dianggap malas (pada waktu itu), menjadi masyarakat yang
mempunyai kemampuan atau keahlian Seperti ambtenar (pegawai negen), ahli pertanian, ahli perkebunan dan
sebagainya.
Kampoeng Baroe terdiri dari 9 (desa) yaitu, Parakan Pandjang, Parung Koedjang, Panaragan, Bantar Djati,
Sempoer, Baranang Siang, Paroeng Banteng, and Cimahpar dan Kampoeng Baroe sebagai pusatnya. Pada tahun
1745, selain Kampoeng Baroe terdapat 9 kampung lainnya yaitu Tjisaroea, Pondok Gede, Tjiawi, Tjiomas,
Tjitdjeroek, Sindang Barang, Balaoboer, Darmaga, dan Kampoeng Baroe. Kesembilan kampoeng ini disatukan
dibawah pemerintahan administratif yang disebut Regentschap Kampoeng Baroe’ yang kemudian berubah menjadi
‘Regentshap Buitenzorg’ (Danasasmita, 1983 dalam Sarilestari, 2009).
Pada tahun 1745 dibangun bangunan militer di Jalan Sudirman, jalan yang pada masa tersebut merupakan akses
utama menuju wilayah Buitenzorg. Bangunan militer tersebut berfungsi sebagai pos penjagaan di pintu masuk
utama.
Pada tahun 1754, Bupati Wiranata menghendaki supaya tempat tinggalnya dipindahkan ke Sukahati (Empang).
Letak rumah Bupati dipindahkan dengan surat keputusan Gubernur Jendral Mossel pada tahun 1755. Pada tanggal
28 Oktober 1763 dikeluarkan akte resmi pembetukan Kabupaten Buitenzorg dengan menyatukan kesembilan
|8
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
kampoeng tersebut (RAKP,2013). Dari lukisan-lukisan karya Johannes Rach tertanggal tahun 1772 - 1775 dapat
diperoleh beberapa simpulan sejarah, di antaranya adalah bahwa rumah Regent of Kampong Baroe (Bupati
Kampoeng Baroe) terletak kurang lebih 1 kilometer di sebelah barat daya dari Istana Buitenzorg, di antara Sungai
Cisadane dan sungai kecil Cipakancilan (Letak Empang saat ini). Soekahati saat itu digambarkan sebagai tempat
orang-orang Eropa yang sering memancing di sungai kecil Cipakancilan Soekahati juga memiliki kolam besar atau
empang dan lembah di depannya.
Wilayah Kampoeng Baroe ini terus berkembang dengan mendatangkan orang dari Jawa Tengah, termasuk orang-
orang Cina. Wilayah ini dirasa cocok sebagai tempat tinggal karena hawanya yang sejuk, sehingga penguasa VOC
saat itu Baron Van Imhoff, memutuskan wilayah tersebut sebagai tempat peristirahatan dengan mana Buitenzorg.
Pada tahun 1970-an Baron Van Imhoff memerintahkan pembangunan Vila Buitenzorg di lokasi Istana Bogor saat ini.
Pada lukisan yang lain digambarkan rombongan Gubernur Jendral dan para pengawalnya berjalan melewati sebuah
jembatan bambu di atas Sungai Sappang (Ciliwung), dari benteng Filipina menuju Kampoeng Baroe. Gambar
diambil dari bagian bawah dari halaman Istana dan suasana orang-orang Eropa di halaman Istana, yang
memperlihatkan jembatan bambu menuju Kampoeng Baroe. Selain itu lukisan tersebut juga memperlihatkan
beberapa rumah dan ladang yang sedang digarap di Kampoeng Baroe. Dari kedua lukisan tersebut dapat
disimpulkan bahwa Kampoeng Baroe yang disebut sebagai cikal bakal wilayah Bogor dihubungkan dengan Istana
dengan sebuah jembatan bambu, dan kemungkinan besar bahwa sebagian wilayah Kampoeng Baroe yang
dimaksud terletak bersebelahan dengan Istana, tepat diseberang Sungai Ciliwung.
Benteng Philippine yang terletak di depan Istana dibangun pada tahun 1752 di sebelah utara istana., setelah adanya
serangan dari Banten yang dipimpin oleh Kyai Tapa. Benteng Philippine terdiri dari dinding tinggi berbentuk
oktagonal/segi delapan, tanpa parit di sekelilingnya. Benteng tersebut dipersenjatai dengan. Di dalam benteng
|9
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
terdapat menara dengan sebuah lonceng peringatan. Menurut catatan Gubernur Jendral Van Imhoff mengimpor
binatang ternak sejak tahun 1745. Pada tahun 1759 – 1761 Penguasa Gubernur Jenderal Jacob Mossel
membangun Istana Buitenzorg, dan pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, dengan
bantuan para ahli botani, W. Kent membuat halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik (English Garden).
Pada tahun 1808 - 1811 Daendels membangun Grote Postweg yang membelah wilayah Bogor dari Utara ke
Selatan. Jalan yang digunakan oleh Daendels adalah jalan kuda yang memang sudah digunakan penduduk pribumi
sebelumnya. Karena Istana Buitenzog dibangun dengan posisi tegak lurus terhadap jalan kuda tersebut, Grote
Postweg yang melalui wilayah bogor dibuat melingkari Istana Bogor. Grote Postweg menjadi jalur utama
transportasi, terutama untuk mengangkut hasil perkebunan.
Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi
mendirikan Kebun Raya Bogor di sekitar Istana dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pada tahun 1836,
didirikan pilar Pabaton (tugu peringatan dikembalikannya Indonesia oleh Inggris kepada Belanda).
Pada tanggal 8 Juli 1845 dikeluarkan Surat Keputusan tentang zoning kota berdasarkan Etnis (Wijk). Peraturan
tersebut dikenal dengan istilah Wijkenstelsel dan Passenstelsel. Wijkenstelsel merupakan peraturan yang
menginstruksikan bahwa orang-orang timur asing harus bertempat tinggal pada wilayah tertentu sesuai dengan ras
dan komunitasnya. Orang-orang Cina atau Arab tidak boleh tinggal dekat dengan warga pribumi. Passenstelsel
merupakan peraturan surat jalan, maksudnya adalah jika orang-orang timur asing mau keluar dari kampung tempat
tinggalnya maka harus izin dahulu untuk mendapat surat jalan. Aturan-aturan ini yang akhirnya membuat
perkampungan etnis atau ethnic quarter di kota-kota di nusantara. Karena adanya peraturan ini, maka daerah2 kota
yang berkembang hanya daerah orang Eropa (daerah sebelah barat jalan raya mulai dari Pilar Pabaton sampai
dengan Istana Bogor dan Daerah Paledang), dan daerah Orang Cina (daerah sepanjang Jl. Surya Kencana sampai
tanjakan Empang).
Ketika VOC bangkrut pada awal abad kesembilan belas, wilayah nusantara dikuasai oleh Inggris di bawah
kepemimpinan Gubernur Jendral Thomas Rafless yang merenovasi Istana Bogor dan membangun tanah di
sekitarnya menjadi Kebun Raya (Botanical Garden). Pada awal abad ke-18, Gubemur Jenderal Daendels
membangun jalan yang menghubungkan antara Anyer dan Panarukan yang melintasi Buitenzorg. Jalan tersebut.
dinamakan Jalan Raya Daendels (Jalan Raya Pos atau Groote Postweg). Dalam masa pemerintahan Gubemur
Jenderal Daendels (1808-1811), tempat peristirahatan (Buitenzorg) menjadi istana resmi Gubemur Jenderal. Pada
masa pemerintahan Gubemur Jenderal Inggns, Buitenzorg ditetapkan sebagai pusat administrasi keresidenan yang
membawahi Kabupaten Buitenzorg, Cianjur, dan Sukabumi.
Pada tahun 1836, wilayah nusantara dikembalikan oleh Inggris kepada Belanda, untuk memperingati peristiwa
tersebut di Buitenzorg didirikan pilar Pabaton di Jalan Sudirman, berhadap-hadapan dengan Istana Buitenzorg.
| 10
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Pada tahun 1870 munculnya Undang-undang Agraria yang berdampak pada perkembangan ekonomi di Buitenzorg.
Batas Kabupaten Buitenzorg berdasarkan Dokumen Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda tanggal 1 Mei
1871 adalah :
• Sebelah Utara : Jalan dari Pilar Pabaton sampai Jembatan Cipakancilan
| 11
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Pada tahun 1872, mulai ditetapkan sistem perdagangan pasar, kawasannya dipusatkan di kompleks pecinan dan
sekitar kawasan asrama kavaleri (pasar Bogor sekarang), pada masa itu juga dibuka jalan kereta api 'Preanger Lijn'
melewati kota Bogor, dan pada tanggal 31 Januari 1873, dibuka jalur KA Jakarta-Bogor yang mempengaruhi
kegiatan arus lalu lintas penumpang dan barang di Bogor. Adanya stasiun kereta api di Bogor juga memicu
pertumbuhan kota ke arah barat.
1888 Dibangun Gedung Algemeene Secretarie sebagai kantor pusat pemerintahan umum di Buitenzorg sehingga
mempunyai fungsi sebagai kota Pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang dipindahkan dari Batavia (Ruiter, 1918
dalam Sarilestari, 2009).
Dari Morfologi dapat dilihat bahwa pada masa itu, setelah adanya jalur kereta api, pertumbuhan kota ke arah barat
mulai dibuka, misalnya dengan adanya perkebunan di sekitar Stasiun. Kemudian dengan ditetapkan adanya
kawasan pasar, kawasan pecinan yang sudah ada sejak tahun 1800-an mulai berkembang dengan pola kawasan
petokoan yang memanjang di Jalan Surya Kencana. Pada masa itu, bangunan-bangunan penting terpusat di jalan-
jalan utama, Jalan Sudirman, Jalan Kapten Muslihat dan Paledang.
Pada tahun 1905 Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia dan diberikan otonomi sendiri berdasarkan Keputusan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.208. Geemente Bogor tercatat memiliki luas wilayah 22 km2 yang terdiri atas
dua distrik dan tujuh desa dan diproyeksikan dapat menampung penduduk sebanyak 30.000 jiwa. Gemeente ini
sendiri dipimpin oleh seorang Burgemeenter dan corak pemerintahan ini berlangsung sampai dengan masa
Pendudukan Jepang (RAKP, 2013).
Setelah mejadi Gemeente, terjadi banyak perubahan dibidang administratif pemerintahan dan perkembangan fisik.
Perkembangan selanjutnya adalah direncanakannya daerah perumahan di sebelah utara dan timur oleh Ir.Thomas
Karsten pada tahun 1917. Perkembangan kota yang direncanakan luasnya hampir setengah dari luas kota eksisting
pada masa itu. Perkembangan ke arah timur dilakukan untuk mencegah perkembangan kota yang linear yang
terpusat di Grote Postweg. Permasalahan utama dalam perancangan perluasan kota yang dilakukan Karsten adalah
untuk merancang untuk tiga ras penghuni kota yang berbeda secara karakter, kebutuhan, dan pola hidup. Ketiga ras
tersebut juga memiliki level yang berbeda dalam tingkatan sosial (Joost Cote).
| 12
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Dari data peta lama pada tahun 1920, diketahui bahwa area perluasan belum direalisasikan, dan area Kebun Raya
Bogor masih belum diperluas dan belum memiliki batas jalan sebelah timur. Sedangkan pada peta tahun 1946
terlihat bahwa perluasan Kebun Raya dan perumahan sudah selesai. Dari bukti peta kita dapat menyimpulkan,
meskipun rencana perluasan dibuat pada tahun 1917, tetapi pembangunan dilakukan setelah tahun 1920-1946.
| 13
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 11 Peta Kawasan Kebun Raya dan Perumahan Sempur Tahun 1946
| 14
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Selain Kawasan Bersejarah, terdapat pula beberapa situs-situs peninggalan sejarah yang tidak kalah signifikan
seperti Waduk Katulampa, Situs Batu Tulis, Cifor, dan sebagainya. Situs yang tidak berada di dalam Kawasan
Bersejarah pun tetap menjadi bagian dari Kota Pusaka Bogor dan berada dalam Sub Kawasan Khusus, yaitu Situs
Bersejarah.
Untuk mempermudah identifikasi karakter kawasan, inventarisasi aset pusaka perkotaan di Kota Bogor dibuat
berdasarkan delineasi sub kawasan dan situs bersejarah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil identifikasi aset pusaka tahun 2013 oleh Direktorat Jenderal Penataan Ruang dalam rangka
pelaksanaan Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka di Kota Bogor, terdapat 6 (enam) kawasan yang
disepakati menjadi kawasan bersejarah di Kota Bogor.
| 15
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 16
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 17
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 18
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Istana ini diberi nama Istana Buitenzorg (atau dikenal juga dengan nama Sans Souci), yang berarti bebas dari
kekhawatiran. Ia pun mengeluarkan ketentuan bahwa dalam jarak 10 jam perjalanan dari Istana Buitenzorg tidak
diperbolehkan ada ladang pertanian. Setelah serangan Banten pada tahun 1752, dibangunlah Benteng Philippine di
sebelah utara istana, untuk melindungi istana dari serangan musuh. Sedangkan taman bergaya English Garden di
depan istana dibuat oleh Sir Thomas Raffles dengan bantuan dari W. Kent pada tahun 1811.
Pada tahun 1834 terjadi letusan Gunung Salak yang menyebabkan gempa bumi di sekitar kawasan Buitenzorg. Hal
ini menyebabkan sebagian istana, yang semula berupa bangunan villa berlantai tiga, rubuh dan hancur. Sisa
bangunan lama yang terkena gempa tersebut dirubuhkan sama sekali pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal
Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851 – 1856). Bangunan baru satu lantai yang didirikan mengadaptasi bentuk
arsitektur Eropa awal abad ke-19. Perubahan fisik lainnya di antaranya adalah penambahan dua buah jembatan
penguhubung bangunan induk dan bangunanbangunan sayap. Jembatan ini terbuat dari kayu yang berbentuk
lengkung. Renovasi bangunan istana baru dirampungkan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal VOC
selanjutnya, yaitu C. F. P. De Montager, pada tahun 1856 – 1861. Istana Buitenzorg menjadi kediaman resmi bagi
Gubernur Jenderal VOC sejak tahun 1870. Sejak saat itu, istana ini telah menjadi saksi sejarah beragam peristiwa
politik. Pun pada masa setelah kemerdekaan RI, peran Istana Bogor sebagai salah satu tempat bersejarah tidak
berkurang. Istana Bogor merupakan salah satu istana kepresidenan Republik Indonesia. Pada tahun 1954, istana ini
menjadi tempat persiapan Konperensi Asia Afrika, sedangkan pada tahun 1966 istana ini menjadi tempat lahirnya
Supersemar. Sejak 1968, Istana Bogor terbuka untuk kunjungan umum.
Adapun cikal bakal Kebun Raya Bogor dirintis mulai tahun 1817 oleh Casper Georg Carl Reinwardt, yang kemudian
mendirikan ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pada masa itu Reinwardt mengumpulkan seluruh tumbuh-tumbuhan
dalam suatu kebun botani di Bogor. Kebun botani ini berisi 900 spesies tanaman yang dikumpulkan oleh Reinwardt
dari berbagai wilayah di Semenanjung Malaya. Seluruh spesies tersebut ditanam di dalam Kebun Raya Bogor
seluas 47 hektar. Katalog pertama yang berisi mengenai spesies-spesies tanaman tersebut dipublikasikan pada
tahun 1822 oleh Dr. C. L. Blume. Kebun Raya Bogor, atau ‘s Lands Plantentuin te Buitenzorg, mengalami
perubahan yang signifikan sejak tahun 1831 ketika Johannes Elias Teysman, seorang penata taman berkebangsaan
Belanda, menjadi curator Kebun Raya Bogor. Teysman melakukan perombakan besarbesaran, terutama dalam
| 19
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
pengaturan penanaman koleksi Kebun Raya Bogor berdasarkan familia-nya. Perombakan ini diduga berlangsung
dalam kurun waktu 50 tahun.
Pada tahun 1842, didirikanlah sebuah perpustakaan (Bibliotheca Bogoriensis) di Kebun Raya Bogor. Dua tahun
kemudian perpustakaan ini dibuat terpisah dari Herbarium Bogoriense. Kebun Raya Bogor memiliki peran yang
sangat signifikan dalam pengembangan riset mengenai tanaman obat. Pada tahun 1852 – 1854, Kebun Raya Bogor
berperan dalam memperkenalkan kina sebagai obat malaria ke seluruh Jawa. Pemisahan Kebun Raya Bogor dari
halaman Istana Buitenzorg pada tahun 1868 pun tidak menyurutkan semangat pengembangan riset ini. Pada tahun
1869 – 1889, Scheffer, direktur Kebun Raya saat itu, memutuskan untuk mengembangkan pertanian dan
menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai sarana penelitian ilmiah. Pada tahun 1892 Kebun Raya Bogor mengalami
perluasan berupa tambahan pula di antara dua bagian Sungai Ciliwung. Perluasan ini menambah luas Kebun Raya
sebanyak 13 hektar, menjadi 60 hektar. Perluasan tahap kedua dilakukan pad atahun 1927. Pada tahap ini, Kebun
Raya mengalami perluasan ke arah tenggara, menyeberangi Sungai Ciliwung.
| 20
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
memperluas area Kebun Raya ke arah timur, sehingga Sungai Ciliwung saat ini melalui bagian tengah Kebun Raya
Bogor.
2.2.2 Koridor
2.2.3 Blok
Blok area di dalam kebun raya Bogor dibagi menjadi 3 yaitu Blok Istana Bogor, bagian sebelah timur Sungai
Ciliwung dan di sebelah Barat sungai Ciliwung. Istana Bogor dan halaman istana menjadi bagian terpisah secara
aksesibilitas dari bagian lain Kebun raya. Bangunan- bangunan yang berada di Sebelah Barat Sungai Cilwung
dibangun pada awal-awal abad 18 dan 19. Sedangkan area kebun raya di sebelah timur sungai Ciliwung baru
ditambahkan ke dalam areakebun raya setelah tahun 1920-an sebagai bagian dari rencana perluasan kota ke arah
timur. Bangunan-bangunan yang ada di bagian timur adalah bangunan-bangunan tambahan yang baru, misalnya
Orchid garden yang baru dibangun pada tahun 2009. Blok-blok di Sub-Kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor juga
| 22
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
dapat dibagi berdasarkan lapisan sejarah dan tahapan perluasannya, yaitu seperti diilustrasikan pada gambar
berikut ini.
2.2.4 Monumen
Di Kebun Raya Bogor dapat ditemukan juga beberapa monumen dan peninggalan bersejarah lainnya, seperti tugu
peringatan, makam, serta patung-patung. Tugu peringatan yang ada di dalam kawasan Kebun Raya Bogor di
antaranya adalah tugu peringatan Lady Olivia Mariamne yang didirikan oleh Raffles untuk mengenang istrinya pada
tahun 1814. Selain itu, ditemukan juga tugu peringatan atas inisiator Kebun Raya Bogor Casper Georg Carl
Reinwardt, tugu marmer untuk mengenang Teysmann, serta monumen kenangan JJ Smith (JJ Smith Memorial).
Beberapa patung-patung yang ada di Kebun Raya Bogor merupakan koleksi Istana Bogor yang berjumlah 360
buah. Selain itu, terdapat pula patung Nandi yang diduga merupakan peninggalan dari masa Kerajaan Pakuan
Pajajaran. Di kawasan ini ditemukan pula beberapa pekuburan tua Belanda yang dapat dijumpai di dalam hutan
bambu Kebun Raya Bogor. Makam ini umumnya adalah tempat peristirahatan terakhir ahli botani dan ornitologi
Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk bekerja di Kebun Raya.
2.2.5 Kegiatan
Selain memiliki banyak pusaka ragawi/fisik, Kebun Raya Bogor juga merupakan pusat dari aset pusaka non ragawi.
Kebun raya bogor sudah menjadi tempat konservasi dan penelitian berbagai tanaman nusantara sejak masa
kolonial. Budaya meneliti dan mengkonservasi tersebut masih dilakukan dan berkembang sehingga muncul
berbagai institusi pendidikan dengan Kebun Raya Bogor sebagai pusatnya, diantaranya yang paling terkenal adalah
Institut Pertanian Bogor.
Ilmu pengetahuan dan konservasi alam yang dimulai sejak masa kolonial, masih terus berlanjut hingga sekarang
dan menjadikan kota Bogor sebagai pusat pendidikan kehutanan, pertanian, dan peternakan. Hal ini terbukti dengan
dibangunnya lembaga-lembaga pendidikan dengan berpusat di Kebun Raya Bogor , termasuk diantaranya Institut
Pertanian Bogor, Museum Zoologi, Herbarium, dan Laboratorium Kimia.
| 23
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Berbeda dengan bangunan-bangunan yang ada di kawasan lain, bangunan-bangunan yang berada di dalam area
kebun raya berada di antara elemen-elemen lansekap. Kumpulan bangunan di area kebun raya terkumpul di pintu-
pintu masuk di sebelah barat dan pintu masuk selatan. Beberapa bangunan yang terletak di dalam kawasan kebun
raya adalah Istana Bogor, Gereja Zebaoth, Museum Zoologi, Lady Raffles Memorial, Green House, JJ. Smith
Memorial, dan Treub Laboratory. Sub Kawasan Kebun Raya & Istana Bogor Sebagai Kawasan Prioritas
Aspek Estetika Istana Buitenzorg dibangun berdasarkan inspirasi arsitektur Eropa pada awal abad ke-19.
Pada tahun 1800-an, Thomas Stamford Raffles mengembangkan halaman istana menjadi sebuah kebun bergaya
klasik Inggris dengan bantuan ahli botani W.Kent, yang sebelumnya pernah membangun London's Kew Garden.
Aspek Pendidikan Bogor merupakan cikal bakal pendidikan untuk kehutanan, pertanian, dan peternakan dengan
Kebun Raya Bogor menjadi pusat konservasi flora dan fauna.
• Fungsi dan tugas pokok utama Kebun Raya Bogor:
1. Eksplorasi, koleksi, konversi
2. Penelitian
3. Introduksi
4. Edukasi
5. Rekreasi
Aspek Sosial Keputusan Daendels untuk menghapuskan kedudukan Bupati Bogor pada kisaran tahun 1808 diduga
menyebabkan hilangnya fungsi alun-alun Empang, yang pada masa itu menjadi pusat kegiatan dan orientasi
masyarakat, dan menjadikan Istana Buitenzorg (dan kawasan hutan di sekitarnya) sebagai pusat orientasi kota.
Analisis siginifikansi budaya (cultural significance) Kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor dilakukan terhadap
beberapa komponen utama berdasarkan Burra Charter, yaitu usia bangunan / situs, aspek sejarah, aspek estetika,
| 25
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
aspek pendidikan, serta aspek sosial budaya masyarakat. Disajikan pada tabel berikut ini adalah hal-hal yang dinilai
menjadi signifikansi budaya utama Kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor.
Dari analisis signifikansi budaya Kebun Raya Bogor dapat disimpulkan bahwa hampir setiap aspek dari sub-
kawasan Kebun Raya Bogor merupakan aset pusaka. dengan nilai sejarah dan budaya yang tidak tertandingi, begitu
pula perannya bagi warga Bogor dan Indonesia.
Sehingga jika dilihat dari skala kota, maka sub-kawasan Kebun Raya Bogor memiliki urgensi tinggi sebagai aset
pusaka dan ditetapkan sebagai kawasan prioritas Kota Pusaka Bogor. Terdapat pertimbangan terkait perlunya zona
buffer untuk delineasi kawasan prioritas Kota Pusaka Bogor. Kebun Raya Bogor dibatasi oleh beberapa jalan besar
seperti Jalan Juanda dan Jalan Pajajaran. Kedua jalan tersebut memiliki aset-aset pusaka berupa bangunan kolonial
di sepanjang ruas jalannya. Pada level kawasan, bangunan-bangunan tersebut berkontribusi untuk menciptakan
kualitas streetscape yang bagus di sekeliling kawasan prioritas Kebun Raya Bogor
| 26
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 27
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3.Gereja Zebaoth
Data Bangunan :
Nama : Gereja Protestan Zebaoth
Nama Lain : GPIB Zebaoth, Gereja Ayam
Lokasi : Jl. Ir. H. Juanda No. 3 Kel. Paledang, Kec. Bogor
Tengah Kota Bogor, 16122
Koordinat : 106 47' 39.95" E 6 35' 52.05" S
Luas : 5.154 m2
Fungsi Semula : Gereja
Fungsi Saat Ini : Gereja
Pemilik/Pengelola : Yayasan Gereja Zebaoth
Tahun dibangun : 1920
Arsitek/Pembangun : J.P Graaf Van Linburg Stirum
Sejarah : Peletakan batu pertama gereja ini dilakukan pada 30
Januari 1920 oleh J.P Graaf van Limburg Stirum,
salah seorang Gubernur Jendral Belanda. Pada tahun
1948, bangunan dialihkan dari pemerintahan
kerajaan Belanda kepada pemerintahan Republik
melalui sinode GPIB (Gereja Protestan di Indonesia
Bagian Barat) dengan nama jemaat GPIB "Bogor".
Pembangunan gereja terus dilakukan hingga akhir
tahun 1950 dan pada tahun 1985, namanya berubah
menjadi jemaat GPIB "Zebaoth". Awalnya gereja
Zebaoth hanya digunakan oleh orang Eropa. Hingga
tahun 1962, kebaktian di gereja ini masih
menggunakan bahasa belanda sebagai bahasa
pengantarnya sehingga disebut Nederlansche
Spreken Gemeente (Jemaat berbahasa belanda).
Foto Bangunan dari Arah Depan (sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Zebaoth_Bogor)
| 28
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
6. Treub Laboratory
Data Bangunan :
Nama : Laboratorium Treub
Nama Lain :
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Laboratorium
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola : LIPI
Tahun dibangun : 1984 (mengalami perluasan tahun 1914)
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Laboratorium Treub merupakan Laboratorium yang
dibangun pada tahun 1894, masa penelitian
Melchior Treub seorang botanis Belanda yang
bekerja di Kebun Raya Bogor sejak tahun 1880
sampai tahun 1909. Melchior Treub lahir di
Voorschoten, Belanda pada tanggal 26 Desember
1851, dan menempuh pendidikan di Universitas
Leiden. Pada tahun 1880 Treun ditugaskan di
Kebun Raya Bogor. Karyanya yang dikenal adalah
hasil penelitiannya mengenai tropical flora of Java.
Pada tahun 1909 Treub kembali ke Belanda karena
sakit, dan pada tanggal 3 Oktober meninggal karena
malaria.
| 29
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 30
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
9. Dutch Graveyard
Data Bangunan :
Nama : Dutch Graveyard
Nama Lain :
Lokasi : Kebun Raya Bogor
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Kompleks Pemakaman
Fungsi Saat Ini : Kompleks Pemakaman
Pemilik/Pengelola : Dinas Pertanian
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : Dutch Graveyard adalah kompleks pemakaman Belanda
yang terletak di dalam Kebun Raya Bogor. Di kompleks ini
terdapat 42 nisan dengan bentuk –bentuk yang unik. Dari
42 nisan tersebut 38 diantaranya mempunyai identitas
sisanya tidak. Tidak diketahui pasti sejak kapan area
tersebut dijadikan sebagai kompleks pemakaman, tetapi
beberapa sumber mengatakan bahwa kompleks tersebut
didirikan oleh C.G.K Reindwart ada tahun 1817
bersamaan dengan dibangunnya Lands Plantentuin te
Bogor. Tetapi dari beberapa keterangan pada nisan-nisan
di makam diketahui bahwa usia makam sudah jauh lebih
tua. Yang paling tua adalah makam Gubernur Jendral
Belanda CornelisPotman yang tertanggal 2 Mei 1784.
| 31
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 32
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 33
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Struktur sub kawasan permukiman Eropa ditandai dengan Jalan Grotepostweg/ Bataviaweg (Jalan Sudirman)
sebagai axis utama Kota Bogor. Permukiman Eropa terletak di sebalah barat Jalan Sudirman dan Jalan Juanda
sampai di pertemuan dengan Jalan Otto Iskandar Dinata.
Area permukiman Eropa juga memiliki struktur khusus. Jika dilihat dari peta-peta lama, diketahui bahwa area
permukiman terseut berbentuk cluster/blok dengan rumah-rumah warga Eropa di lapisan luar Blok/ Cluster dan
rumah-rumah kampung atau pribumi di bagian dalam cluster.
3.2.2 Koridor
Terdapat 3 level koridor Jalan pada sub Kawasan Permukiman Eropa. Koridor utama yaitu Jalan Sudirman dan
Jalan Juanda sebagai jalan utama Kota Bogor.
Koridor Sekunder terdapat di Jalan-jalan masuk ke area permukiman Eropa. Di sepanjang koridor Jalan ini, berjejer
rumah-rumah yang dibangun untuk warga Eropa. Kavling-kavling yang ada di jalan ini relatif lebih kecil, dengan
garis sempadan bangunan relatif kecil.
| 34
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Di level terakhir terdapat koridor jalan masuk yang lebih kecil sebagai akses untuk menuju perumahan pribumi yang
terletak di tengah cluster perumahan warga Eropa. koridor jalan ini lebh kecil , dengan kavling-kavling rumah yang
berhimpitan.
| 35
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3.2.3 Blok
Terdapat 4 Blok bangunan di sub kawasan permukiman Eropa yaitu, 1 Blok Kawasan Militer, Blok Stasiun Bogor,
Blok Bangunan Umum, Blok Permukiman di Utara Jalan Kapten Muslihat dan Blok Permukiman di sebelah selatan
Jalan Kapten Muslihat.
Salah satu ruang terbuka di sub kawasan ini yang dirancang secara terdefinisi adalah Taman Topi yang berada di
pelataran Stasiun Bogor. Saat ini Taman ini digunakan sebagai tempat parkir dan PKL.
| 36
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 37
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Sejarah : Gedung ini berdiri pada tahun 1908. Pada tahun 1928
diubah menjadi kantor pembantu gubernur sampai
tahun 1976. Pada tahun 2002 diambil oleh
Pemerintah Daerah Bogor sebagai Kantor Koordinasi
Wilayah Bogor. (sumber: Bappeda Kota Bogor)
2. Hotel Salak
Data Bangunan :
Nama Lain :
| 38
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Arsitek/Pembangun :
4. SMAN 1 Bogor
Data Bangunan :
Nama Lain :
| 39
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Arsitek/Pembangun : Claessens
Nama Lain :
Pemilik/Pengelola : Kebugonal
| 40
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama :
Nama Lain :
Luas : 136 m2
Sejarah :
8. Paledang 43
Data Bangunan :
Nama Lain :
Paledang, Bondongan
Bogor 16122
Luas : 1400 m2
Pemilik/Pengelola : Pemkot
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 41
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
9.Rumah Tinggal
Data Bangunan :
Nama Lain :
16112
Luas : 100 m2
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
Nama Lain :
Paledang, Bondongan
Bogor 16122
Luas : 230 m2
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 42
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Paledang, Bondongan
Bogor 16122
Luas : 300 m2
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
Nama :
Nama Lain :
Kel. Paledang
Bogor
Sejarah :
| 43
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Kel. Paledang
Bogor
Luas : 8.185 m2
Pemilik/Pengelola : Negara
Nama :
Nama Lain :
Kel. Paledang
Bogor. 16122
| 44
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama :
Nama Lain :
Kel. Paledang
Bogor. 16122
Nama :
Nama Lain :
Kel. Paledang
Bogor, 16122
| 45
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama :
Nama Lain :
Kel. Paledang
Bogor, 16122
Nama Lain :
Kel. Pabaton
Bogor
Pemukiman
| 46
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
19.Gedung Telkom
Data Bangunan :
Nama Lain :
Koordinat :
Luas : 500 m2
Telkom
Pemilik/Pengelola : Telkom
Nama Lain :
Pabaton
Luas : 700 m2
Arsitek/Pembangun :
| 47
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Luas : 62,256 m2
Arsitek/Pembangun :
(http://www.kotabogor.go.id/pariwisata/nilai-
tradisional/4161-gedung-smpnegeri-2-bogor)
Nama Lain :
Kota Bogor
| 48
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Luas : 2.849,75 m2
Nama Lain :
Luas : 9000 m2
(Istana Bogor)
| 49
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Luas : 9400 m2
Nama Lain :
| 50
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama :
Nama Lain :
Kel. Ciwaringin
Bogor, 16114
Luas : 420 m2
Nama Lain :
Kel. Pabaton
Bogor, 16121
Luas : 400 m2
| 51
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
Data Bangunan :
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 52
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 53
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama : SD Pengadilan 1
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 54
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
Nama Lain :
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 55
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 29 Witte Pal (Palbaton) dilihat dari arah istana melalui Grote Postweg, 1870
(Sumber : Tropenmuseum)
| 56
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Saat ini, Jalan Sudirman kehilangan kesan fromal dan megahnya karena banyaknya bangunan baru dengan style
arsitektur yang beragam. Sepanjang Jalan Sudirman berderet bangunan-bangunan komersial dengan berbagai
atribut seperti neon box, baligo, spanduk dengan penempatan yang serampangan. Dapat dilihat dari banyaknya
bangunan komersial bahwa kawasan tersebut rentan perubahan dan perobakan. Jalan Sudirman juga menjadi
kawasan utama dengan volume kendaraan tinggi sehingga seringkali menimbulkan kemacetan.
| 57
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 58
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 59
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 60
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Elemen perancangan kawasan dengan konsep "garden city" umumnya berupa struktur ruang dengan bentuk-bentuk
organik serta pemanfaatan ruang terbuka hijau untuk menandai area gerbang, simpul, dan tepian kawasan. Bentuk-
bentuk organik pada kawasan dapat terlihat terutama pada bentuk jalan-jalan utama yang tidak menyerupai grid
sehingga memberi kesan yang lebih tidak formal. Meskipun demikian, sumbusumbu utama kawasan masih dapat
terlihat dengan cukup jelas.
Struktur jalan ini membentuk blok dan sub-blok dengan bentuk yang organik dan relatif tidak berbentuk grid. Pada
sub kawasan ini dapat ditemukan blok-blok yang terdiri dari kumpulan bangunan perumahan, bangunan tengaran,
dan ruang terbuka hijau. Bangunan rumah yang ada umumnya berupa bangunan bermassa tunggal atau kopel di
atas kavling yang relatif besar, dengan sempadan depan yang cukup besar. Koridor jalan di sub kawasan ini
umumnya dinaungi pohon-pohon yang rindang dan turut menjadi elemen pembentuk ruang.
| 61
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
4.2.2 Koridor
Koridor di Sub Kawasan Area Plan Karsten dapat dibedakan menjadi koridor utama dan koridor sekunder. Koridor
utama merupakan koridor yang membentuk struktur ruang utama pada sub kawasan ini, seperti koridor Jl.
Pajajaran, koridor Jl. Ciremai, koridor Jl. Pangrango, koridor Jl. Salak, dan koridor Jl. Burangrang. Sedangkan
koridor sekunder adalah koridor-koridor dengan hierarki jalan yang lebih kecil dan bersifat mengisi struktur ruang
dalam skala yang lebih kecil pula.
Koridor Jl. Pajajaran dan penggal koridor Jl. Jalak Harupat berfungsi sebagai tepian atau batas kawasan dalam
perencanaan yang dibuat oleh Ir. Thomas Karsten. Adapun koridor Jl. Ciremai menjadi tepian / batas area
perencanaan yang berkontur relatif datar dengan area perencanaan di sekitar Sungai Ciliwung yang relatif lebih
berkontur. Koridor ini menjadi batas fisik dua area perencanaan yang perbedaan konturnya cukup signifikan.
| 62
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Koridor sekunder merupakan koridor dengan hierarki jalan yang lebih kecil dan bersifat mengisi struktur ruang
dalam skala yang lebih kecil. Koridor ini dibentuk oleh beberapa elemen, yaitu:
1. badan jalan,
2. berm / jalur hijau di tepi badan jalan,
3. pohon peneduh yang ditanam di berm,
4. pagar persil (pagar tanaman),
5. sempadan bangunan, dan
6. bangunan (rumah).
Pohon peneduh yang ditanam di sepanjang tepi jalan merupakan salah satu pembentuk koridor yang paling penting.
Selain berfungsi untuk meneduhi jalan, pohon ini pun berfungsi sebagai pembentuk ruang dalam koridor.
Unsur penting lainnya adalah pagar persil yang relatif pendek atau berupa pagar tanaman. Pagar ini memberi batas
yang jelas antara persil / kavling dengan badan jalan tanpa menghalangi arah pandang dari jalan ke dalam kavling.
Tidak seperti halnya pagar tinggi yang relatif menghilangkan hubungan ruang antara jalan dan persil, pagar tanaman
pendek ini menciptakan kesan ruang yang luas dan terbuka dan memungkinkan terjadinya interaksi dan kontrol
sosial dari dalam ke luar persil dan sebaliknya.
| 63
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 64
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 38 Perubahan Bentuk Fisik Jalur Hijau Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)
Perubahan bentuk fisik elemen pembentuk koridor akan mempengaruhi karakter koridor tersebut. Contohnya,
perubahan jalur hijau / berm menjadi "perpanjangan" halaman atau tempat parkir akan mengubah karakter koridor
secara keseluruhan. Demikian pula halnya dengan ketidakadaan pohon peneduh yang menjadi salah satu karakter
koridor di Sub Kawasan Area Plan Karsten ini.
4.2.3 Blok
Blok merupakan ruang-ruang di antara struktur jalan di suatu kawasan yang diperuntukkan bagi bangunan. Di Sub
Kawasan Area Plan Karsten terdapat 8 (delapan) blok utama dan sub-blok di dalamnya (lihat peta). Kedelapan blok
ini merupakan blok yang diduga termasuk ke dalam perencanaan Ir. Thomas Karsten. Pada perkembangannya,
terdapat blok-blok lain yang berkembang setelah masa kemerdekaan RI yang mencoba melanjutkan pola-pola
| 65
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
eksisting. Mayoritas blok di sub kawasan ini diisi oleh bangunan perumaha, kecuali Blok H yang merupakan blok
kampus IPB. Selain itu, beberaapa bangunan penting non-permukiman juga terdapat di Blok E (Taman Kencana).
Pola struktur jalan yang organik turut mempengaruhi bentuk masingmasing blok. Pada kawasan "garden city",
jarang ditemukan dua blok atau lebih yang tipikal atau persis sama. Setiap blok memiliki bentuk khas yang
umumnya juga organik. Bentuk-bentuk segi empat dengan sisi yang melengkung, segi tiga, trapesium, dan bentuk-
bentuk yang mengikuti bentukan alam relatif lebih sering ditemukan pada area yang dirancang dengan mengikuti
konsep "garden city".
| 66
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Ruang terbuka merupakan salah satu elemen penting dalam struktur ruang Sub Kawasan Area Plan Karsten.
Ruang-ruang terbuka dalam sub kawasan ini memiliki beberapa fungsi, di antaranya adalah sebagai gerbang,
simpul, dan tepian (edges).
Ruang-ruang terbuka yang berfungsi sebagai gerbang umumnya terletak di area tepi blok dan dekat dengan jalan
utama, seperti ruang terbuka di area persimpangan Jl. Pajajaran menuju Jl. Pangrango, di area Jl. Jalak Harupat
menuju Jl. Salak, dan pada persimpangan Jl. Pajajaran dan Jl. Jalak Harupat. Selain sebagai gerbang, ruang
terbuka di kawasan ini juga berfungsi sebagai simpul kawasan, seperti ruang terbuka di Taman Kencana, Taman
Malabar, dan ruang terbuka di daerah Sempur Kaler. Dalam skala yang lebih kecil, ruang terbuka di Jl. Pangrango
berfungsi sebagai gerbang dan simpul blok.
Ruang terbuka sebagai daerah tepian (edges) dapat ditemukan di sepanjang Jl. Ciremai. Ruang terbuka ini berupa
sabuk hijau yang menjadi pembatas antara area tepi sungai dan area di timurnya yang relatif lebih datar dan
memiliki perbedaan kontur yang cukup signifikan.
| 67
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Taman Kencana merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai simpul kawasan. Taman ini
terletak di antara Jl. Ciremai dan Jl. Salak. Selain sebagai simpul kawasan, taman ini juga berfungsi sebagai
gerbang menuju blok Jl. Burangrang dan sekitarnya. Bangunan-bangunan penting di sekitar ruang terbuka ini ditata
sedemikian rupa sehingga memiliki tampak ke arah taman.
Pohon peneduh di Taman Kencana tidak serindang di sepanjang Jl. Salak atau Jl. Ciremai. Selain sebagai gerbang,
taman ini mungkin dibuat untuk memberikan jarak pandang terhadap bangunanbangunan tengaran yang
mengelilinginya.
| 68
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 69
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Bangunan dan kumpulan bangunan merupakan salah satu elemen pembentuk struktur ruang yang mengisi blok dan
subblok. Bangunan di Sub Kawasan Area Plan Karsten umumnya berupa bangunan tunggal (detached) atau
bangunan kopel (coupled). Mayoritas bangunan di sub kawasan ini adalah rumah tinggal. satu lantai dengan bentuk
atap perisai atau limasan.
Bangunan-bangunan ini ditata sedemikian rupa sehingga berorientasi pada jalan, kecuali bangunan-bangunan di
area gerbang yang umumnya berorientasi pada ruang terbuka / gerbang sub kawasan / gerbang blok.
Gambar 43 Peta Sebaran Bangunan Bersejarah di Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)
| 70
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 44 Peta Bangunan dan Kumpulan Bangunan di Sub Kawasan Area Plan Karsten (P3KP, 2013)
| 71
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Bangunan tengaran (landmark) merupakan bangunan khas yang berbeda dari bangunan di sub kawasan pada
umumnya. Bangunan tengaran umumnya beruapa bangunan publik atau kompleks bangunan. Bangunan tengaran
di Sub Kawasan Area Plan Karsten terdiri dari Taman Kencana, Rumah Bupati, dan Kompleks Kampus IPB.
| 72
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 46 Sebaran Aset Pusaka Ragawi Kawasan Karsten Plan (P3KP, 2013)
| 73
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 74
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3. Cafe OISHI
Data Bangunan :
Nama : Rumah tinggal
Nama Lain : Cafe OISHI
Lokasi : Jl. Halimun No. 8
Babakan
Bogor Tengah 16151
Koordinat : 106 48' 10.79" E 6 35' 33.16" S
Luas : 100 m2
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Cafe OISHI
Pemilik/Pengelola : Grae Inkiriawan dan Martin Simon
Tahun dibangun : 1960
Arsitek/Pembangun : M. Daeng Manaba
Sejarah : Bangunan dibangun oleh Bapak M. Daeng Manaba
kemudian ditempati pada tahun 1960 sebagai rumah
tinggal. Rumah saat ini di telah diwariskan kepada
cucu dari Bapak M. Daeng Manaba juga sebagai
pengelola bangunan saat ini. (Sumber: Bapak Martin
Simon, pewaris bangunan)
4. Rumah Tinggal
Data Bangunan :
Nama : Rumah tinggal
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Halimun No.4
Babakan
Bogor Tengah
Koordinat : 106 48' 12.54" E 6 35' 33.57" S
Luas : 1000 m2
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Tempat penjualan ikan koi
Pemilik/Pengelola : Bapak Adit
Tahun dibangun : tidak ada data
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :
| 75
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 76
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 77
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 78
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 79
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 80
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 81
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 82
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Halimun no. 10
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Halimun no. 10
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Pangrango no.14
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Pangrango no.14
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 83
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Papandayan no. 17
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Papandayan no. 17
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 84
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 85
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Halimun no. 37
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Halimun no. 37
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
31. RRI
Data Bangunan :
Nama : RRI
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Pangrango no. 34
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 86
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 87
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 49 Perubahan Fungsi dan Bentuk Bangunan di Sepanjang Jalan Utama (Sumber: Dokumentasi, 2013)
| 88
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 89
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 51 Peta Sebaran aset Pusaka Kawasan Pecinan Suryakencana (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)
Rumah-rumah yang berderet di sepanjang Jalan Suryakencana merupakan rumah-rumah toko yang memiliki muka
rumah relatif sempit, tetapi memanjang ke bagian belakang. Arsitektur Cina yang banyak terdapat di seanjang Jalan
Suryakencana masih dapat terihat jelas, meskipun sudah banyak pula yang rusak dan tidak terawat.
| 90
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 52 Peta aset Pusaka Kawasan Pecinan Suryakencana (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)
| 91
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Sub-Kawasan Pecinan terletak di bagian Selatan Kebun Raya Bogor,di sepanjang Jalan Surya Kencana. Sub-
Kawasan ini dibatasi oleh dua sungai yaitu, Sungai Ciliwung di sebelah timur dan Sungai Cipakancilan di sebelah
Barat. Dalam penelitiannya, Setidi Sopandi menyatakan bahwa Jalan surya kencana di analogikan sebagai dragon
spine atau tulang punggung naga sebagai stuktur utama sub kawasan pecinan.
5.2.2 Koridor
Koridor di Sub Kawasan Pecinan ini dapat dibagi menjadi koridor utama dan koridor sekunder. Koridor Utama
adalah Koridor di sepanjang Jalan Surya Kencana. Koridor ini menjadi signifikan karena adanya deretan
shophouses/ruko 2 sampai 3 lantai.
Kavling bangunan di sepanjang Surya Kencana beragam tergantung dari jenis bangunan, misalnya ruko atau rumah
tinggal. Meskipun begitu. Hampir semua bangunan di sepanjang jalan Surya Kencana memiliki garis sempadan
bangunan yang sangat kecil, sehingga bangunan hampir berhimpitan dengan jalan, hanya dibatasi dengan jalur
pejalan kaki.
| 92
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
5.2.3 Blok
Menurut (Sopandi, 2002) terdapat 6 Blok tipologi di dalam sub kawasan Pecinan yang dibedakan berdasarkan
fungsinya.. Bangunan tersebut adalah Blok tipe bangunan Cina, Blok tipe rumah mansion/villa, blok bangunan
ibadah, blok bangunan retail dan housing, blok bangunan warehouse, dan blok pasar.
Ada beberapa tipe bangunan yang ddapat diidentifikasi di sepanjang Jalan Surya Kencana. Yang pertama adalah
Shophouses/ruko dengan detail arsitektur khas Cina. Ruko adalah bangunan yang digunakan oleh warga etnis Cina
untuk tinggal dan berdagang. Ruko-ruko ini terletak berderet dan berhimpitan dengan ruko lainnya, dengan lebar
tampak muka bangunan yang relatif sempit, tetapi memanjang ke belakang. Bangunan ruko biasanya terdiri dari 2
atau 3 lantai.
Selain Shophouses/ruko, di sepanjang Jalan Surya Kencana juga ditemukan bangunan-bangunan rumah tinggal
dengan gaya arsitektur campuran Eropa dan Cina. Bangunan-bangunan tersebut biasanya memiliki lebar tampak
muka yang lebih lebar dibandingan ruko atau shohouses.
| 93
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Sejarah :
| 94
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3. Vihara Dharmakaya
Data Bangunan :
Nama : Vihara Dharmakaya
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Surya Kencana No. 21 Kel. Babakan Pasar, Kec. Bondongan
Kota Bogor, 16126
Koordinat : 106 48' 24.94" E 6 36' 42.08" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Sarana Peribadatan
Fungsi Saat Ini : Sarana Peribadatan
Pemilik/Pengelola : Bapak Ishak
Tahun dibangun : 1940
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah :
| 95
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 96
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
9.Jl. Siliwangi 27
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwangi No. 27 Kel. Sukasari, Kec. Bogor Selatan Kota Bogor,
16142
Koordinat : 106 48' 51.30" E 6 37' 10.24" S
Luas : tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1913
Arsitek/Pembangun : tidak ada data
Sejarah : tidak ada
10.Jl. Siliwangi 39
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwangi No. 39 Kel. Sukasari, Kec. Bogor SelatanKota Bogor,
16142
Koordinat : 106 48' 38.84" E 6 36' 59.07" S
Luas : 380 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Rudi
Tahun dibangun : 1940
Arsitek/Pembangun : Tan dek Cyoe
Sejarah :
| 97
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 98
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 221
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 221
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 6
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 6
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Surya Kencana 132
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 132
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
| 99
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
19.Jalan Siliwangi 46
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 46
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Surya Kencana no. 132
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 60
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi no. 60
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 1
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi no. 102
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
| 100
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
23.Jalan Siliwangi 37
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Siliwangi no. 37
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi no. 37
Koordinat :
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah tinggal
Pemilik/Pengelola :
Data Bangunan :
Nama : Toko Roti Tan Ek Tjoan
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Siliwamgi
Koordinat :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
25.Vihara Panko
Data Bangunan :
Nama : Vihara Pank
Nama Lain : -
Lokasi : Pulau Geulis
Koordinat :
Fungsi Semula : Vihara
Fungsi Saat Ini : Vihara
Pemilik/Pengelola :
Data Bangunan :
Nama : Nari Wijaya
Nama Lain : -
Lokasi : Jalan Surya Kencana no.134
Koordinat :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
| 101
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 102
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 57 PKL yang menutupi bagian depan ruko-ruko di Jalan Suryakencana (Sumber: Dokumentasi,2013)
Sejak dahulu Jalan Suryakencana dikenal sebagai daerah perdagangan, tetapi saat ini tidak terkontrol. Banyak
rumah-rumah lama baik tipe rumah kolonial maupun tipe rumah ruko yang sudah rusak, tidak ditinggali lagi dan
diabaikan pemiliknya. Rumah-rumah lama tersebut sangat rawan berubah, mengingat bahwa Jalan Suryakencana
adalah kawasan strategis untuk perdagangan, dan berada di jalan utama menuju luar kota. Para pemilik bangunan
lebih memilih menjual bangunannya dikarenakan pajak yang tinggi dan mereka sudah tidak memiliki motivasi untuk
mengelola toko miliknya.
Gambar 58 Bangunan-bangunan rusak di sepanjang Jalan Surya Kencana ((Sumber: RAKP ,2013))
| 103
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Kawasan Empang
6 Kawasan Empang
6.1 Sejarah
Kawasan Empang/ Soekahati pertama kali disebutkan sebagai
alunalun luar kerajaan Pakuan-Pajajaran. Kemudian, pada masa
colonial awal, wilayah ini menjadi rumah dari Demang
kabupaten Kampung Baru.
Warga keturunan arab mulai menempati empang sejak tahun
1800-an. Mesjid An-Nur atau mesjid keramat Empang dibangun
pada tahun1815, kemudian setelah adanya Wijkenstelsel, yaitu
pembagian zona sesuai dengan rasnya, wilayah Empang
banyak ditempati oleh warga etnis Arab
Warga Arab yang datang ke Buitenzorg adalah keturunan Arab
yang berasal dari Yamman, Hadhramaut. Habib Abdullah bin
Mukhsin Alathas adalah tokoh Arab besar yang menjadi
panutan dalam ilmu agama. Beliau tercatat sebagi keturunan Nabi yang ke-36. Setelah beliau meninggal , beliau
dimakamkan di Mesjid Empang beserta ke-4 putranya. Sampai saat ini pun masih banyak orang yang berziarah ke
makam beliau.
| 104
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 59 Peta sebaran aset Pusaka Kawasan Empang (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)
Gambar 60 Peta aset Pusaka Kawasan Empang (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)
| 105
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Kawasan empang dibatasi Sungai Cisadane di bagian barat. Struktur utama sub kawasan Empang yaitu Jalan
Empang yang menerus dari Jalan Juanda, di sebelah utara dan Jalan Pahlawan di sebelah timurnya. Hampir semua
bangunan penting sub kawasan empang berada di sepanjang Jalan Empang dan Jalan Pahlawan. Jalan lainnya
yang berada di dalam sub- kawasan merupakan Jalan perumahan.
Struktur utama dari sub-awasan empang adalah formasi jalan tanajakan empang yang bertemu dengan alun-alun
empang, dan Mesjdd At-Thohiriyah dan Mesjid Nur Alathas.
6.2.2 Koridor
Koridor utama sub kawasan Empang berada di Jalan Empang dan Jalan Pahlawan. Di Jalan tersebut terdapat
banyak fasilitas umum penunjang kawasan, seperti Sekolah, toko-toko, mesjid, kantor. Jalan lainnya yang berada di
dalam sub- kawasan merupakan Jalan perumahan. Koridor yang lebih kecil merupakan jalan perumahan padat, dan
gang-gang antar rumah penduduk
Sub kawasan Empang memiliki alun-alun yang memang sudah menjadi ruang terbuka untuk berbagai kegiatan
masyarakat sejak zaman kerajaan Pakuan Pajajaran. Dari laporan-laporan ekspedisi Bogor diketahui bahwa wilayah
alun-alun Empang ternyata merupakan alun-alun bekas luar jaman Pakuan, dan letak gerbang masuk kerajaan
(Sarilestari, 2009).
| 106
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Alun-alun Empang terletak di Jalan utama sub kawasan yaitu Jalan pahlawan. Alun-alun ini juga diapit oleh 2 mesjid
terkenal Empang yaitu Mesjid keramat Empang dan Mesjid At-Thohiriyah. Sampai saat ini Alunalun Empang masih
digunakan untuk berbagai kegiatan masyarakat.
Dua buah bangunan yang menjadi simbol sub kawasan Empang adalah Mesjid Keramat Empang dan Mesjdi At-
Thohiriyah. Mesjid Empang merupakan lambang keberadaan masyarakat etnis Arab di Bogor, yang dibangun pada
tahun 1800-an. Habib Abdullah bin Mukhsin Alathas, seorang tokoh Arab besar yang menjadi panutan dimakamkan
di Mesjid Empang beserta ke-4 putranya. Sampai saat ini pun masih banyak orang yang berziarah ke makam
beliau.
| 107
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 108
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 109
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Lolongok No. 5 Kel. Empang, Kec. Bogor Selatan Kota Bogor,
16132
Luas : 500 m2
Sejarah : Rumah dibeli oleh pemilik sekarang pada tahun 1938. Terdapat
sertifikat Malaysia bahwasanya sebelum tahun 1938, bangunan
sudah dibangun. Bapak Muhammad Ahmad Basened menempati
bangunan ini semenjak tahun 1938 sampai sekarang. (sumber:
Muhammad Ahmad Batened, Pemilik Rumah)
Data Bangunan :
Luas : 1600 m2
Sejarah: Masjid Noer Alatas merupakan salah satu masjid tertua di Bogor. Di sisi sebelah barat
majid terdapat makam seorang habib sebut saja Waliyullah Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al
Athas, sosok mulia dari Hadramaut, Yaman Selatan, sehingga membuat orang sering berkunjung
untuk berziarah. Selain Masjid dan makam, terdapat juga ruangan peninggalan beliau yang masih
utuh dan lengkap hingga saat ini. Ruangan ini dijaga oleh pewarisnya, tidak sembarangan orang
bisa masuk. Bentuk masjid dan menara Noer Al Athas pun dibuat dan terinspirasi dari menara
masjid Nur di Tarim, Yaman. Foto Bangunan dari Arah Depan Peta
| 110
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3. Jl. Lolongok 13
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Luas : 200 m2
Nama Lain : -
Empang
Luas : 400 m2
Pemilik/Pengelola :
| 111
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
5. Jl. Lolongok 20
Data Bangunan :
Nama : -`
Nama Lain : -
Luas : 300 m
6. Jl. Lolongok 14
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Luas : 250 m2
| 112
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain : -
Bondongan
Luas : 920 m2
Pemilik/Pengelola : Masyarakat
Arsitek/Pembangun : Pemerintah RI
Sejarah: Bangunan makam beserta bangunan lainnya ddirikan pada tahun 1955 atas prakarsa
presiden soekarno beberapa waktu setelah beliau berkunjung ke tempat itu. Arsitek yang
merencakan bangunan makam ini adalah Ir. Silaban. Sedangkan ukiran-ukiran pada makam itu
dibuat oleh Rd. Galuh. Raden saleh meninggal di bogor tahun 1880 dan dimakamkan di lahan
yang sebenarnya semula diperuntukkan bagi makam istrinya yang saat itu sedang sakit. Dua
tahun kemudian yaitu tahun 1882, istrinya meninggal dan dikubur di samping makam suaminya.
Nama Lain : -
Bondongan
Luas : 350m2
Sejarah : Sejarah bangunan ini tidak diketahui oleh pemiliknya yaitu Ibu
Ina yang mewarisi bangunan ini dari kakek buyutnya pada
waktu pendudukan zaman jepang (sumber: Ibu Ina / pemilik
Rumah)
| 113
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
9. Rumah Tinggal
Data Bangunan :
Nama Lain : -
Bondongan
Luas : 500 m2
Nama Lain : -
Kel. Bondongan
Bogor, 16151
Luas : 430 m2
| 114
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain : -
Bondongan
Luas : 400 m2
Nama Lain : -
Bogor, 16132
Luas : 1200 m2
| 115
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama :
Nama Lain : -
Kel. Empang
Bogor
Nama :
Nama Lain : -
Kec. Ciomas
Bogor, 16119
Luas : 400 m2
| 116
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama Lain : -
Pasiraya
Ciomas, Bogor
Luas : 200 m2
Nama :
Nama Lain : -
Kec. Ciomas
Bogor
| 117
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Nama :
Nama Lain : -
Kec. Ciomas
Bogor
Nama :
Nama Lain : -
Kec. Ciomas
Bogor
Luas : 250 m2
| 118
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama Lain : -
Bogor
Koordinat :
Luas :
20.Alun-Alun
Data Bangunan :
Nama Lain : -
Koordinat :
Luas :
Data Bangunan :
Nama Lain : -
Kec. Ciomas
Bogor
Koordinat :
Luas :
| 119
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.186 Kel. Pasir kuda Kec. Ciomas Bogor
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
Data Bangunan :
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Pasir Kuda No.184 Kel. Pasir kuda Kec. Ciomas Bogor
Koordinat :
Luas :
Pemilik/Pengelola :
| 120
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 121
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 122
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 66 Peta sebaran aset Pusaka Kawasan Perluasan Barat (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)
Perluasan area permukiman di sebelah barat bernama de Staate Van Paris atau Kota Paris, karena area
perancangannya mengambil lokasi dengan struktur pemandangan alam yang indah, berkiblat pada pembangunan
kota di Perancis. Awal pembangunanya hanya 48 rumah untuk pegawai dan militer Eropa. Kemudian berkembang
untuk semua pegawai bangsa Eropa. Pada masa pendudukan Jepang (1942) kawasan Kota Paris menjadi lokasi
tahanan (Rumah Tahanan) tawanan jepang, khususnya wanita dan anak-anak.
| 123
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 67 Peta aset Pusaka Kawasan Perluaan Barat (Sumber: P3KP Kota Bogor 2013)
| 124
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Sub kawasan Perluasan ke arah Barat dibatasi oleh Sungai Cisadane di Bagian Barat dan Selatan. Struktur utama
kawasan Jalan Kapten Muslihat yang bercabang 3 yaitu, Jalan Veteran, Jalan Semeru dan Jalan Merdeka.
7.2.2 Koridor
Koridor utama sub kawasan perluasan ke arah Barat adalah Jalan Kapten Muslihat yang bercabang 3 yaitu, Jalan
Veteran, Jalan Semeru dan Jalan Merdeka. Kemudian koridor sekunder adalah Jalan- Jalan perumahan. Khususnya
jalan-jalan yang berada di Perumahan Kota Paris.
Sub kawasan Perkembangan ke Arah Barat awalnya digunakan sebagai wilayah perkebunan. Tetapi saat ini wilayah
tersebut sudah padat dengan permukiman penduduk. Tidak diketahi adanya ruang terbuka yang cukup terdefinisi.
| 125
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 126
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
2. Jl.Dr.Sumeru No.37
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl.Dr.Sumeru No.37
Kel. Menteng
Kec. Bogor Barat
Bogor, 16111
Koordinat : 6°35'18.31'S 106°47'05.55'E
Luas : 2000 m2
Fungsi Semula : Tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Dr. Andi Rizal
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data
| 127
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3. Jl.Dr.Sumeru No.45
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl.Dr.Sumeru No.45
Kel. Menteng
Kec. Bogor Barat
Bogor, 16111
Koordinat : 6°35'16.59'S 106°47'04.76'E
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Tidak ada data
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Tidak ada data
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data
| 128
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
5. Jl.Dr.Sumeru No.86
Data Bangunan :
Nama : -
Nama Lain : -
Lokasi : Jl.Dr.Sumeru No.86 Kel. Kebon Kelapa Kec. Bogor Tengah
Bogor 16125
Koordinat : 6°35'12.35'S , 106°47'00.80'E
Luas : 330 m2
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Rumah Tinggal
Pemilik/Pengelola : Bapak Mulyadi Pranoto
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data
| 129
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
7. Puskesmas Merdeka
Data Bangunan :
Nama : Puskesmas Merdeka
Nama Lain : -
Lokasi : Jl. Merdeka No. 114 Kel. Ciwaringin Bogor
Koordinat : 106 47' 15.22" E 6 35' 29.85" S
Luas : Tidak ada data
Fungsi Semula : Rumah Tinggal
Fungsi Saat Ini : Puskesmas
Pemilik/Pengelola : Manajemen Puskesmas
Tahun dibangun : Tidak ada data
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Tidak ada data
| 130
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 131
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 132
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 133
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 134
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
18.SDN 1 Panaragan
Data Bangunan :
Nama : SDN 1 Panaragan
Nama Lain :
Lokasi : Jl. Veteran No.37
Kel. Panaragan
Kec. Bogor Tengah
Bogor
Koordinat : 106 47' 11.52" E 6 35' 44.90" S
Luas : 900 m2
Fungsi Semula : Sekolah dan Rumah Sakit
Fungsi Saat Ini : SDN 1 Panaragan
Pemilik/Pengelola : Pemda Kota Bogor
Tahun dibangun : 1925
Arsitek/Pembangun : Tidak ada data
Sejarah : Pada saat berdirinya bangunan digunakan sebagai sekolah.
Setelah jepang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1942,
bangunan digunakan sebagai rumah sakit. Setelah revolusi,
bangunan digunakan sebagai sekolah gadis sampai tahun
1973. Dari tahun 1973 sampai sekarang, bangunan
digunakan sebagai SDN 1 Panaragan.
| 135
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 136
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 137
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 138
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 139
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Data Bangunan :
Nama : Rumah Tinggal Jalan Cempaka 6
Nama Lain :
Lokasi : Jalan Cempaka no. 6
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula :
Fungsi Saat Ini :
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun :
Arsitek/Pembangun :
Sejarah :
| 140
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Gambar 69 Permasalahan Sub-kawasan Perluasan Kota ke Arah Barat (Sumber: RAKP ,2013)
| 141
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 142
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Situs Bersejarah
8 Situs Bersejarah
Sebuah situs bersejarah adalah lokasi di mana benda-benda peninggalan sejarah dijaga keberadaannya. Sejak awal
masa sejarahnya, Bogor merupakan wilayah penting yang selalu digunakan sebagai pusat pemerintahan. Kondisi
alam yang sejuk, dan lokasi yang strategis, diasumsikan sebagai faktor yang menjadikan Bogor dianggap cocok
menjadi kota pusat pemerintahan, oleh karena itu banyak peninggalan sejarah dan kebudayaan berterbaran di Kota
Bogor.
Situs Sejarah dalan buku inventaris ini dijelaskan sebagai bagian dari Aset Ragawi Bogor yang berada di luar
delineasi kawasan pusaka bogor, tetapi mempunyai signifikansi budaya dan sejarah dan berperan penting bagi
perkembangan Kota Bogor.
Situs-situs bersejarah yang ada di Bogor berasal dari berbagi lapisan sejarah yang pernah terjadi di Bogor, baik
yang berasal dari periode Pakuan Pajajaran, periode masa pendudukan Inggris, maupun masa pendudukan
Belanda, maupun periode sejarah yang terjadi di masyarakat Bogor hingga saat ini. Masyarakat Sunda di Bogor,
memiliki budaya dan kepercayaan yang beragam. Beberapa Situs Bersejarah terbentuk karena nilai budaya yang
dimiliki oleh tempat tersebut . Nilai penghormatan dan kepercayaan terhadap leluhur juga seringkali menjadi poin
penting dari nilai budaya sebuah situs bersejarah. Peninggalan fisik dari masa Kerajaan Pajajaran umumnya hanya
berupa artefak batu tulis. Meskipun demikian, Bogor masih memiliki budaya agraris, budaya sastra, dan budaya
kesenian yang kuat dan mencirikan masyarakat Sunda.
| 143
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Bendungan Katulampa
Data Bangunan :
Nama : Bendungan Katulampa
Nama Lain :
Lokasi : Kelurahan Katulampa Bogor
Koordinat : 106 50' 12.83" E 6 37' 59.27" S
Luas : 200 m2
Fungsi Semula : Irigasi
Fungsi Saat Ini : Bendungan
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1889
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Pada tahun 1739, pemerintah kolonial mengeluarkan izin
pembuatan Oosterslokkan, saluran air yang mencakup
pengairan di Ciawi dan Onderdistrik Kedung Halang.
Oosterslokkan ini berfungsi untuk pengairan dan
pengangkutan barang, tetapi karena pada akhirnya
Oosterslokkan ini hanya digunakan sebagai sarana
pengairan karena untuk pengangkutan barang diperlukan
pembangunan lebih banyak pintu air. Akhirnya pada tahun
1749 dibangun bendungan Katulampa yang digunakan
untuk mengairi sawah seluas 9.705 bahu di tanah partikelir
sebelah timur Sungai Ciliwung, area Meester Cornelis dan
Batavia. Pada tahun 1753 saluran Oosterselokan
diperpanjang sampai ke kanal timur Weltevredden
bergabung dengan kanal prapatan dengan nama kali baru.
Bendungan yang dibangun dengan material sementara
hancur diterjang banjir, dan setiap tahunnya menghabiskan
dana banyak untuk perbaikan dan pembuatan bendungan
yang hancur, oleh karena itu dengan surat B.O.W
didirikanlah bendungan permanen Katulampa pada tanggal
13 April 1911, dan masih digunakan sampai saat ini.
| 144
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Astana Gede
Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi : Kampung Bantar Jati Kaum,
Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Bogor Utara
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Makam
Fungsi Saat Ini : Makam
Pemilik/Pengelola : Aliran Pencak Silat Cimande
Sejarah : Makam di Astana Gede merupakan Makam Embah
Dato, salah seorang leluhur dari aliran pencak silat
Cimande. Embah Dato merupakan murid utama Mbah
Khair, istilah dato ialah ajudan terkemuka Embah Khair.
Aliran Pencak Silat Cimande dikembangkan kepelosok
tanah Jawa oleh Embah Khair pada tahun 1835 .
| 145
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 146
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Bendungan Cipakancilan
Data Bangunan :
Nama :
Nama Lain :
Lokasi :
Koordinat :
Luas :
Fungsi Semula : Bendungan
Fungsi Saat Ini : Bendungan
Pemilik/Pengelola :
Tahun dibangun : 1929
Arsitek/Pembangun :
Sejarah : Pintu Air Sungai Cipakancilan dibangun pada tahun
1929, dan masih digunakan sampai saat ini.
| 147
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 148
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
Kesulitan yang paling utama dalam inventaris Aset Pusaka Non Ragawi adalah kurangnya bukti otentik atau dan
data tertulis mengenai signifikansi budaya dan sejarah dari tiap-tiap aset budaya non-ragawi yang terdaftar.
Informasi mengenai Aset Pusaka Non-Ragawi Kota Bogor sebagian besar didapatkan dari diskusi dari para tokoh
budaya dan sejarah Kota Bogor. Setiap budayawan dan tokoh mengusulkan banyak aset pusat ragawi dan
signifikansinya, tetapi aset pusaka tersebut masih dapat dipertanyakan signifikansinya sebagai sebuah aset pusaka
Kota Bogor. Meskipun begitu aset-aset pusaka yang diusulkan pada diskusi-diskusi yang sudah dilakukan akan
diakomodasi, dan tetap didaftarkan sebagai aset pusaka Non-Ragawi Kota Bogor.
Aset Pusaka Non-Ragawi Bogor yang terdaftar sebagian besar berasal dari masa kolonial, karena pada masa
tersebut lebih banyak ditemukan okumentasi foto dan tertulis, sehingga signifikansi sejarah aset pusaka tersebut
dapat dibuktikan. Sebaliknya meskipun aset pusaka Sunda dalam kenyataannya lebih banyak, tetapi lebih sulit
untuk mendapatkan bukti tertulis untuk membuktikan signifikansinya. Oleh karena itu diperlukan kajian lebih
mendalam lagi untuk melengkapi daftar inventaris aset pusaka non-ragawi Bogor ini.
Aset Pusaka Non Ragawi Kota Bogor akan dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu (1) Bahasa dan Sastra, (2) Seni
Musik dan Pertunjukkan, (3) Kuliner, (4) Kerjinan, (5) Permainan Rakyat/Olahraga, dan (6) Upacara Adat
bohong, ulah maling, jeung pamali. Selain naskah ini belum ditemukan lagi naskah yang lebih tua yang sudah
diterjemahkan, oleh karena itu naskah ini oleh warga Sunda dianggap sebagai panduan hidup oleh masyarakat
Sunda saat ini.
2. Pantun Sunda
Pantun Sunda merupakan tradisi bercerita atau bertutur. Ada dua bentuk seni Pantun Sunda; Pantun untuk hiburan
dan Pantun untuk ritual. Pantun menceritakan berbagai lakon yang diambil dari kalangan istana sambil menyelipkan
bojegan atau sisindiran. Dahulu, seni Pantun Sunda berkembang di kalangan istana, diceritakan dengan latar alunan
kecapi. Pantun Sunda merupakan salah satu kesenian Sunda yang paling tua, hal ini dibuktikan dengan adanya
naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian tahun 1518.
Dalam setiap pementasan pantun, disertakan sesajian. Rangkaian acara pembacaan pantun adalah sebagai berikut
: (1) nyadiakeun sasajén, (2) ngukus menyan, (3) “rajah pamunah”, (4) carita ti bubuka nepi ka panutup, sarta (5)
ditutup ku “rajah pamungkas”. Sesajen ini dijadikan sebagai simbol bakti kepada para karuhun/nenek moyang ,
terutama pada guru. Empat carita pantun yang bisa jadi paling masyhur adalah Siliwangi, Haturwangi, Banyakcatra,
dan Langgalarang.
Setelah kerajaan-kerajaan bertumbangan, kesenian tersebut pun kemudian menyebar di khalayak masyarakat.
Selain pantun Sunda, ada juga Pantun khas Bogor. Pantun Bogor ini sampai akhir abad ke- 19 hanya dikenal oleh
warga masyarakat Bogor marginal (pinggiran), yaitu masyarakat pedesaan. Mulai dikenalnya di kalangan
intelektual, setelah tahun 1906, Pleyte menulis buku berjudul Moending Laja Di Koesoemah, yang merupakan
catatan pribadinya menuliskan tuturan juru pantun di daerah Bogor sebelah Barat dan sekitarnya.
Ia lebih menaruh perhatian besar kepada Pantun Bogor,karena menurut penelitiannya Pantun Bogor termasuk yang
paling utuh jika dibandingkan dengan pantun-pantun daerah Jawa Barat sebelah Timur, baik dalam cara memainkan
pantunnya, bahasa Sundanya, juga termasuk sumber sejarah yang dikisahkannya. Sedangkan pantunpantun daerah
Jawa Barat sebelah Timur, kala itu katanya sudah tidak utuh lagi.
3. Cador
Cador adalah salah satu jenis Teater Komedi Rakyat di Tatar Sunda. Teater ini disajikan sebagai selingan pada
pagelaran Pencak Silat. Agar penonton tidak merasa tegang ketika menyaksikan Pencak Silat, maka disuguhkanlah
Bodoran-bodoran. Dengan demikian, lahirlah jenis teater yang disebut dengan Cador (kepanjangan dari Pencak dan
Bodor). Waditra yang dipergunakan dalam kesenian ini merupakan perkembangan dari Seni Pencak Silat yang ada.
Selain seperangkat tabuhan yang biasa digunakan pada Kendang Penca, yaitu Kendang Indung dengan dua
Kulanter atau lebih, Kendang Anak dengan dua Kulanter atau Iebih, Tarompet dan Kempul Penca. Selain itu
ditambah pula Accordion atau Keyboard dan Bedug.
Adapun Goong dan Kendang berfungsi sebagai pemberi aksentuasi (penekanan) pada adegan-adegan yang
menonjol, terutama bila pemain Bodor menunjukkan gerakan yang menonjol, seperti memukul, berlarian, jatuh dan
sebagainya. Apabila ada adegan yang jenaka maka Tarompet Penca juga mengiringinya. (Sumber
:http://www.disparbud. jabarprov.go.id/)
| 150
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
2. Wayang Bambu
Wayang bambu merupakan
budaya kerajinan yang relatif
baru. Pada dasarnya wayang
bambu bentuk pengembangan
dari wayang golek. Tokoh serta
karakteristik yang dibuat pada
wayang bambu sama seperti
yang diperankan wayang golek
kayu termasuk ornamaen yang
dikenakannya.
Wayang bambu diperkenalkan
oleh Bapak Drajat Iskandar, di
Cijahe, Kelurahan Curug Mekar,
Bogor, sejak tahun 2007.
Kerajinan pembuatan wayang bambu ini saat ini menjadi wirausaha yang mulai berkembang. Selain membuat
Wayang Bambu Bapak Drajat juga mengadakan pertujukan wayang di berbagai acara di Bogor untuk
mensosilasikan salah satu seni budaya sunda
Cara pembuatan wayang bambu pertama-tama mencari bambu yang sudah agak tua. Setelah didapat dan dipilih,
bambu dibelah. Belahan bambu kemudian dikeringkan. Selanjutnya bambu-bambu pilihan tersebut yang dianyam
dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan karakter-karakter wayang terkenal.Proses selanjutnya
memberi warna dan meletakan pernak-pernik agar terlihat indah.
| 151
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3. Tari Tayub
Tayub Tari adalah seni tari tradisional yang
ditemukan tahun 1920- an. Tari ini ditemukan
di hampir setiap daerah Jawa Barat. Gerakan
tarian ini tidak berpola, sehingga penari bebas
bergerak sesuai irama lagu pengiringnya.
Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri
dari sinden, penata gamelan serta penari
khususnya wanita. Tari tayub merupakan
tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin
hubungan sosial masyarakat.
Tarian ini sering dibarengi dengan minum
minuman keras. Pada saat menarikan tari
tayub sang penari wanita yang disebut ledek
mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak
menari tersebut. Awalnya tarian ini hanya dilakukan oleh para bangsawan Sunda, dan orang-orang berpengaruh di
lingkungan perkebunan. Tetapi tarian ini Tari Tayub akhirnya berkembang di kalangan masyarakat luas.
5. Lodong Bogoran
Lodong Bogoran merupakan salah satu karya seni pertunjukkan yang
relatif baru yang menggunakan alat musik dari alat lodong.. Lodong
Bogoran adalah kreasi dari Ade Suarsa pada tahun 2003. Lodong
Bogoran merupakan pengembangan dari alat lodong yang sebetulnya
biasa digunakan untuk menyadap pohon enau. Kesenian pada dasarnya
ini bermaksud untuk tetap melestarikan kebiasaan petani Bogor di zaman
dahulu yang sering menyadap aren. Saat ini pertunjukkan Lodong
Bogoran semakin berkembang dan menjadi salah sat pertunjukkan seni
khas Bogor dan sering dimainkan pada acara-acara penting di Bogor.
| 152
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
6. Rampak Kendang
Rampak Kendang adalah salah satu seni musik tradional Sunda
yang dimainkan bersama-sama oleh sekitar dua sampai puluhan
pemain. Ditabuh secara bersamaan sesuai musik yang
dilantunkan. Tabuhannya memiliki efek suara yang keras sehingga
menimbulkan perhatian para penonton. Dalam Rampak Kendang,
instrumennya tidak hanya kendang saja, tapi dapat divariasikan
dengan alat-alat lainnya, seperti : alat gamelan, Rebab, gitar,dan
sebagainya. Rampak kendang sampai saat ini masih sering
dimainkan dan dipelajari oleh masyarakat Sunda pada umumnya.
9.3 Kerajinan
1. Kerajinan Pembuatan Kujang
Kujang adalah sejenis senjata
tradisional masyarakat
Sunda.Menurut naskah-
naskah Sunda kuno dan
lakon-lakon pantun
(Sanghyang siksakanda ng
karesian pupuh XVII), kujang
pada awalnya adalah senjata
kaum petani pada abad 8 atau
9, yang terbuat dari besi, baja
dan bahan pamor dengan
panjang 20 sampai 25 cm.
Dengan perkembangan
kemajuan, teknologi, budaya,
sosial dan ekonomi
masyarakat Sunda, kujang
pun mengalami
perkembangan dan
pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Kujang awalnya digunakan oleh kaum bangsawan dengan bentuk yang
berbeda - beda sesuai dengan kedudukannya. Pada masa kepercayaan Hindu, bentuk kujang disesuaikan dengan
filosofi dan kepercayaan masyarakat dan dipercaya memiliki kekuatan, sehingga banyak aturan dan pantangan
yang mengikat dalam menggunakan kujang. Begitu pula ketika agama Islam datang, bentuk kujang pun mengalami
penyesuaian bentuk sesuai dengan kepercayaan masyarakat.
Saat ini kujang tidak lagi digunakan sebagai senjata. Beberapa kalangan masyarakat menyimpan kujang sebagai
pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya, beberapa hanya menggunakan kujang sebagai
pajangan. Kerajinan membuat kujang saat ini jarang ditemukan, hanya beberapa pengrajin saja yang masih
membuat kujang dengan waktu pembuatan sekitar 10 buah kujang per bulan.
Meskipun begitu bagi masyarakat Sunda secara umum, , kujang tetap memiliki makna tinggi di kalangan
masyarakat Sunda , terbukti bahwa kujang dipakai sebagai lambang dari berbagai organisasi, kesatuan dan
tentunya dipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat.
| 153
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 154
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
9.5 Kuliner
1. Asinan Bogor
Asinan Bogor menduduki peringkat pertama sebagai
makanan yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota
Bogor, Jawa Barat. Asinan bogor sebetulnya merupakan
hasil percampuran budaya yang diunduh dari kultur kuliner
masyarakat Tionghoa yang sudah ratusan tahun bermukim
di daerah tersebut.
Ada tiga jenis asinan bogor, yaitu asinan buah, asinan
sayur, serta asinan campuran buah dan sayur. sampai
sekarang ini memiliki berbagai macam variasi pilihan buah
dan sayuran seperti tauge, wortel, sawi asin, Mangga,
Bengkuang Ubi, Pepaya, Nanas, Taoge, dan kol. Di bogor
ada juga yang menggunakan jagung bakar. Campuran buah
dan sayur disiram dengan kuah. Kuah tersebut dibuat dari
campuran cabai merah, Cabai rawit ebi atau udang kering ,
terasi yang sudah di bakar, cuka, garam, dan gula pasir.
Buah dan sayur direndam dalam kuah kurang lebih 2 jam
sampai bumbu meresap kemudian hidangkan dengan
menambahkan kacang tanah goreng yang sudah
dihaluskan dimakan bersama kerupuk mi yang berwarna
agak putih dan diberi tambahan irisan mentimun.
dengan merebus air, secang, cengkeh, kapulaga, jahe, dan kayumanis sampai harum dengan api kecil saja.
Kemudian ditambahkan gula merah dan dimasak dengan api kecil sampai gula nya sudah larut.
Setelah semua bahan dasar direbus, kemudian disaring dan ditempatkan di botol-botol. Dahulu para penjual awal
bir kotjok menggunakan bambu sebagai tempat penyimpanan minuman. Ketika ada pesanan, larutan minuman
dicampur dengan es batu kemudian dikocok sampai berbuih baru kemudian disajikan.
2. Rengkong Hatongan
Rengkong merupakan salah satu kesenian tradisional Sunda sebagai
tata cara menanam padi sampai dengan menuainya. Rengkong
digunakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan Dewi Sri
Pohaci (Dewi Kesuburan). Para petani menggunakan bambu sebagai
alat pikul padi. Setiap berjalan, pikulan ini menghasilkan bunyi, yang
dihasilkan dari pergesekan tali ijuk dengan pikulan. Rengkong
dipertunjukkan saat hari besar nasional, upacara keagamaan,
upacara perkawinan, bahkan menyambut tamu istimewa
| 156
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
4. Tajur
Pusat penjualan tas Tajur lokasinya tidak jauh dari terminal Bis
Baranangsiang Bogor, ke arah Ciawi. Dalam waktu sekitar tiga tahun area ini
berkembang menjadi pusat penjualan tas dan sepatu yang namanya mulai
dikenal masyarakat. Saat ini di penggal Jalan Raya Tajur terdapat sekitar 50
toko yang menjual tas berbagai harga merk dan kualitas.
Saat ini, Tajur merupakan salah satu area penting perekonomian Kota Bogor.
Hampir setiap pengunjung luar kota Bogor merasa perlu untuk mengunjungi
Tajur jika berkunjung ke Bogor. Area Tajur dapat disejajarkan dengan wilayah
Cibaduyut Bandung atau Tanggulangin Sidorejo Surabaya.
| 157
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
1. Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung adalah Sungai Utama yang membelah Kota Bogor menjadi 2. Sungai Ciliwung bermata air di
Telaga Warna Puncak Pas di gunung Pangranggo, dan bermuara di Banjir Kanal Barat dan Drainase Gunung Sahari
| 158
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
(Pintu Air Kapitol). Panjang Sungai dari hulu sampai dengan Pintu Air
Manggarai +115,00 km, dan daerah pengaliran seluas + 337 km2,
dengan topografi di hulu daerah pegunungan/berbukit dan dihilirnya
merupakan daerah datar.
Dari beberapa sungai yg melewati kota bogor, sungai ciliwung adalah
salah satunya. Sungai ini membelah Kebun Raya Bogor, dengan
alirannya yg tidak terlalu deras, dan dengan aliran air yang melewati
jeram2 dari bebatuan kecil, membuat sungai ini jadi salah satu spot
yang menarik untuk dinikmati.
Sungai Ciliwung sejak awal merupakan batas alam bagi kawasan
Bogor sejak masa Kerajaan Pakuan Pajajaran. Kemudian, pada masa
kolonial, Sungai Ciliwung juga menjadi batas alam area pemukiman
bagi warga Eropa dan penduduk lokal. Pada tahun 1930-an ketika
Karsten merancang perluasan area Buitenzorg, area Kebun raya
Bogor mengalami perluasan ke sebelah timur Sungai Ciliwung
sehingga sebagian penggal aliran Sungai Ciliwung menjadi bagian
dari Kebun Raya Bogor.
2. Sungai Cisadane
Sungai Cisadane adalah salah satu dari
dua sungai besar yang melalui Kota
Bogor. Hulu sungai ini berada di lereng
Gunung Pangrango , dengan beberapa
anak sungai yang berawal di G. Salak,
melintas di sisi barat Kabupaten Bogor,
terus ke arah Kabupaten Tangerang dan
bermuara di sekitar Tanjung Burung.
Dengan panjang keseluruhan sekitar
126 km, sungai ini pada bagian hilirnya
cukup lebar dan dapat dilayari oleh
kapal kecil. Sungai Cisadane, seperti
halnya Sungai Ciliwung merupakan
batas alam wilayah Bogor sejak masa
Kerajaan Pakuan Pajajaran. Di
sepanjang aliran Sungai Cisadane banyak ditemukan prasasti peninggalan kerajaan, misalnya; Prasasti Ciaruteun,
Prasasti kebon kopi (Tapak Gajah), Prasasti Muara dan salah satu yang paling terkenal adalah Prasati Batu Tulis.
Sungai Cisadane mengalir dekat dengan Empang sebagai alun-alun luar Ibukota Pakuan Pajajaran.
Aliran Sungai Cisadane juga banyak digambarkan sebagai salah satu tempat kegiatan masyarakat. Misalnya
sebagai tempat memancing ikan sebagaimana digambarkan oleh Johannes Rach pada tahun 1700-an. Sejak
dahulu sungai Cisadane telah dimanfaatkan sebagai pengairan. Banyak orang melalui Sungai Cisadane dengan
menggunakan rakit bambu/ perahu menuju Batavia. Kepercayaan masyarakat juga melekat erat pada aliran Sungai
Cisadane ini yang dipercaya adanya siluman buaya putih di Sungai Cisadane.
| 159
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
3. Gunung Salak
Gunung Salak adalah gunung di selatan Kota Bogor, nama Salak diambil dari bahasa sansekerta “Salaka” yang
berart perak. Gunung ini mempunyai beberapa puncak dengan ketinggian yang beragam, karena jaraknya relatif
dekat dari Kota Bogor, menjadikan gunung ini pemandangan yang memikat , yang dapat dinikmati dari berbagai
sudut Kota Bogor.
Gunung Salak bagi warga Bogor mempunyai arti penting sejak masa kerajaan Pakuan Pajajaran. Beberapa legenda
mengenai Gunung Salak juga masi dipercaya, misalnya legenda mengenai Prabu Siliwangi yang menghilang di
Gunung Salak untuk menghindari kejaran Kian Santang, kemudian meloloskan diri dengan mengapung ke udara.
Tempat menghilangnya Prabu Siliwangi tersebut kemudian dinamakan ‘pengapungan’ yang berlokasi tidak jauh dari
Kawah Ratu di Gunung Salak. Di Gunung Salak terdapat banyak makam para raja yang berusia ratusan tahun, oleh
karena itu banyak tempat di Gunung Salak yang dianggap keramat dan banyak pantangan bagi yang ingin mendaki
Gunung Salak.
Gunung Salak merupakan kompleks gunung berapi yang terletak di selatan Jakarta, di Pulau Jawa. Kawasan
rangkaian gunung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gunung
Salak sendiri tidak terletak di dalam kawasan Kota Bogor, tetapi adanya Gunung Salak selalu menjadi titik penting
bagi perkembangan Kota Bogor, karena pemandangan Gunung Salak yang indah seringkali menjadi orientasi bagi
rancangan bangunan – bangunan yang dibangun di Kota Bogor. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di
bawah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, tetapi sejak 2003 menjadi wilayah perluasan
Taman Nasional Gunung Halimun, dan dikelola sebagai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
dan dirawat sejak Hutan Penelitian Dramaga ini dipatenkan. Orang-orang lebih sering menyebutnya Hutan Cifor. Di
Hutan tersebut juga dipelihara puluhan rusa dan trenggiling. Air situ berasal dari Sungai Cisindangbarang yang
kemudian ditampung di bendung Cibanten dan Cibenda. Air situ yang keluar digunakan sebagai pasokan air untuk
pertanian di sekitarnya. Sehari-hari situ digunakan untuk wisata air dengan menggunakan perahu.
Saat ini Hutan Dramaga dan Situ Gede dijadikan kawasan resmi bagi warga kota Bogor untuk berwisata dan sering
dikunjungi orang dengan tujuan berwisata atau sekedar datang menikmati Hutan Dramaga dan Situ Gede . Di Site
Gede dan Hutan Dramaga sering diadakan kegiatan bertema kerakyatan dan hal-hal lain dimana bertujuan
memperkenalkan kepada masyarakat akan budaya.
Salah satu budaya yang diadakan kembali adalah Ngubek Setu. ngubek situ merupakan budaya warga Situ Gede
dan sekitarnya saat munggah (penyambutan datangnya bulan puasa). Ngubek Setu terakhir dilakukan tahun 2004
sebelum diadakan kembali di tahun 2013. Kegiatan Ngubek Setu pada dasarnya adalah kegiatan menangkap ikan
beramai-ramai di Situ Gede. Warga masuk ke dalam Situ dengan menggunakan rakit atau ban bekas untuk
menangkap ikan. Ratusan warga berpartisipasi dalam acara ini.
| 161
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
1 Pendahuluan ............................................................................................................................. 1
| 164
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 165
Album Inventarisasi | Aset Pusaka Kota Bogor
| 166