Anda di halaman 1dari 11

PELESTARIAN DAN REVITALISASI KAWASAN

BERSEJARAH PERKOTAAN (URBAN


HERITAGE) SEBAGAI ALTERNATIF
PENGEMBANGAN WISATA PUSAKA
(SEJARAH DAN BUDAYA)
DI KOTA SURABAYA

Diah Ariani Arimbi, Ph.D


Sarkawi B. Husain, S.S., M.Hum.
La Ode Rabani, S.S., M.Hum.
Gayung Kasuma, S.S., M.Hum.
Johny Alfian Khusyairi, M.A.
Latar Belakang
 Pada awalnya Surabaya
berpusat pada sebuah
kawasan yang dikenal dengan
kota bawah (beneden staad).
 Kawasan ini merupakan pusat
kota lama sehingga masih
dijumpai berbagai bangunan
yang didirikan mulai tahun
1870an-1940-an dengan
arsitektur yang beragam
sehingga membuat kota ini
memiliki karakter yang khas.
 Akan tetapi, peninggalan
sejarah yang sangat berharga
ini juga menjadi ajang
kontestasi antara bangunan
bersejarah dengan
pembangunan bangunan baru.
 Dengan
keanekaragaman
arsitektur dan usia
yang sangat lama,
bangunan-bangunan
bersejarah di kawasan
ini menyimpan potensi
yang sangat besar,
terutama potensi
pengembangan wisata
sejarah dan budaya 
konservasi dan
revitalisasi.
 Unggulan fakultas: center for urban
studies dan Unit Kajian Kebudayaan Jawa
Timur
 Originalitas yang masih cukup tinggi
 Pemberdayaan ekonomi
 Pemberdayaan budaya
 Menuju World Heritage
Tujuan
 Dalam jangka panjang, penelitian hendak menghasilkan
model wisata pusaka yang berbasis pada sejarah dan
budaya.
 Adapun tujuan khususnya: (1) mendeskripsikan proses
terbentuknya kawasan bersejarah perkotaan (urban
heritage); (2) menentukan batas-batas kawasan kota
lama; (3) mengidentifikasi berbagai potensi dan
masalah; (4) menganalisis kebijakan yang dilakukan
pemerintah dalam melindungi kawasan bersejarah; (5)
merumuskan model manajemen pengelolaan wisata
pusaka yang bertumpu pada masyarakat; (6)
merekomendasikan sejumlah upaya sehingga kawasan
bersejarah perkotaan dapat dijadikan kawasan wisata
pusaka.
Studi Pustaka
 Pentingnya
konservasi dan
revitalisasi urban
heritage 
identitas
masyarakat dan
kebanggaan
masyarakat
 Community-based
tourism
meningkatkan
ekonomi
masyarakat sekitar
 local creative
economy
 Urban symbolism
untuk kota Surabaya
 Cultural heritage
tourism
Metodologi
 Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan
sosiologis, sedangkan data akan dianalisis dengan
mengunakan metode deskriptif dan evaluatif.
 Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan
batas-batas kota lama, bangunan, atau kawasan yang
berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata pusaka.
 Metode evaluatif digunakan untuk menilai makna kultural
yang meliputi penilaian estetika, kejamakan, kelangkaan,
keluarbiasaan, peranan sejarah, maupun hal-hal yang
memperkuat citra kawasan.
 Selain itu, metode evaluatif digunakan juga untuk menilai
kinerja pelestarian yang telah dilaksanakan di kawasan
ini.
The Map of Surabaya, 1866

Arab Settlement

Europe Local
Settlement Settlement

Chinese
Settlement

The Red
Bridge

Source: Mana Soerabaia Koe, 2006: 163


Langkah-langkah
 (I) Persiapan, perizinan, & tinjauan ulang
tulisan tentang urban heritage Surabaya
 (II) Pengumpulan data primer dan sekunder
 (III) Wawancara dan Focus Group Discussion
(FGD)
 (IV) Klasifikasi, analisis, seminar, dan
laporan
 (V) Perumusan model wisata pusaka
berbasis masyarakat

Anda mungkin juga menyukai