Anda di halaman 1dari 16

Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA (STUDI: EKSISTENSI


MUSEUM SEPULUH NOPEMBER DI KOTA SURABAYA)

Diasry Putri Cantika


S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
diasry.18113@mhs.unesa.ac.id

Badrudin Kurniawan
S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya
badrudinkurniawan@unesa.ac.id

Abstrak
Dengan adanya Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2005, pemerintah berupaya melestarikan
cagar budaya yang ada di Kota Surabaya salah satunya yaitu Museum Sepuluh Nopember. Namun dalam
implementasinya masih ditemukan kendala pelestarian cagar budaya seperti AC bocor, diorama yang masih
terus dalam perbaikan, keluhan masyarakat pada pencahayaan khususnya pada ruang diorama statis dan
pemanfaatan tata letak koleksi yang masih kurang mengakibatkan masyarakat enggan berkunjung dan
beranggapan bahwa pelestarian cagar budaya kurang diperhatikan sepenuhnya. Hal ini juga berpengaruh ke
eksistensi museum yang sebelumnya kurang diketahui masyarakat menjadi makin menurun terutama
setelah terdampak Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Implementasi Kebijakan
Pelestarian Cagar Budaya (Studi Eksistensi Museum Sepuluh Nopember Kota Surabaya). Metode
penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan teknik pengumpulan data
melalui observasi dengan mewawancarai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Museum
dan Gedung Seni Budaya, Dinas Kebudayaan Kota Surabaya, dan masyarakat. Hasil penelitian
menunjukan implementasi kebijakan pelestarian cagar budaya pada Museum Sepuluh Nopember di
Surabaya telah berjalan sesuai prosedur administratif yang ada, tetapi masih ditemukan hambatan seperti
kurangnya anggaran yang dialokasikan Pemerintah Kota, kurang kompetennya sumberdaya manusia dalam
melaksanakan kebijakan pelestarian, dan tidak adanya kerjasama Pemerintah Kota dengan investor
swasta. Saran yang diberikan yaitu dengan meningkatkan kompetensi Tim Cagar Budaya sesuai prinsip
good governance, mengadakan kerjasama dengan investor swasta sehingga dapat membantu kendala yang
dialami terutama sumberdaya finansial, meningkatkan promosi dan sosialiasi ke masyarakat agar untuk
meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian cagar budaya bisa berjalan dengan efektif.
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pelestarian Cagar Budaya, Museum Sepuluh Nopember.

Abstract
With the Surabaya City Regional Regulation No. 5 of 2005, the government is trying to the existence of
cultural heritage in the city of Surabaya, which is the Ten November Museum. However, in its
implementation, it is still found the preservation of cultural heritage such as air conditioning leaking,
dioramas that are still developing in repair, public complaints about lighting, and utilization of layout or
layout as well as collections that are still lacking. This also affects the museum, which was previously
known to the public to be decreasing especially after the Covid-19. The purpose of this study is to
describe the implementation of the Cultural Conservation Preservation Policy (Study of the Existence of
the Ten November Museum, Surabaya City). The management method is descriptive methods and data
collection techniques through observation by interviewing the Regional Technical Implementation Unit
(UPTD) of the Museum and Cultural Arts Building, the Surabaya City Culture Office, and the
community. Based on the observation, the cultural heritage preservation policy at the Ten November
Museum in Surabaya has been running according to existing administrative procedures, but there are still
obstacles such as the lack of budget allocated by the City Government, incompetence of resources in
carrying out conservation, and the absence of cooperation between the City Government and private
investors. The advice is to improve the competence of the Cultural Conservation Team according to the
principles of good governance, establish cooperation with private investors and increase promotion.
Keywords: Policy implementation, Cultural Conservation, Ten November Museum.

1227
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

PENDAHULUAN cagar budaya ujar Freddy Istanto selaku ketua Surabaya


Kota Surabaya telah berkembang sangat pesat karena Heritage dalam wawacaranya bersama Surabaya Metro
merupakan salah satu kota terbesar yang ada di Indonesia (Surya.co.id, 2017).
(Bahri, Syaeful, Madlazim, 2012). Dikenal dengan Selain kebijakan, bentuk pelestarian yang
citranya sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya salah satunya
pusat kegiatan perekonomian diberbagai sektor yang ada. ialah dengan dibangunnya museum yang memiliki peran
Tak hanya itu saja, di sektor pariwisata dan kesenian penting sebagai tempat dimana cagar budaya dapat
sudah berkembang sangat pesat dan kaya akan dilindungi. Museum diperuntukkan untuk kepentingan
kebudayaan bersejarah (Badan Pengembangan penelitian, pembelajaran dan hiburan (American
Infrastruktur Wilayah, 2017). Dibuktikan dengan pondasi Association of Museums, 1997). Salah satu museum yang
budaya yang kuat yang diperkuat melalui keberadaan menjadi fokus peneliti ialah Museum 10 Nopember.
karya historiografi yang meningalkan banyak Museum ini dibangun untuk mengenang peninggalan
peninggalan bersejarah (Rintahani, 2017). sejarah dalam memperingati peristiwa pertempuran 10
Hal itu yang menyebabkan Kota Surabaya adalah salah November di Surabaya dimana arek-arek Suroboyo banyak
satu kota tertua yang ada di Indonesia dan memiliki jumlah yang tewas melawan Belanda. Itulah alasan mengapa
cagar budaya yang sangat banyak (Zaenuddin. Surabaya sangat lekat dengan sebutan kota pahlawan
HM,2015:521). Berdasarkan Undang-Undang No. 11 (Pemerintah Kota Surabaya, 2016).
Tahun 2010, pengertian dari cagar budaya adalah Eksistensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
peninggalan yang memiliki sifat kebendaan yang (KBBI) memiliki makna keberadaan. Namun jika ditijau
berwujud Bangunan Cagar Budaya, Benda Cagar Budaya, dari unsur tersebut, Museum 10 Nopember masih belum
Situs Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan bisa meningkatkan eksistensinya untuk bertahan dan lebih
Kawasan Cagar Budaya di air atau darat yang dikenal masyarakat luas. Terbukti melalui wawancara
keberadaannya wajib dilestarikan sebab mempunyai yang dilakukan tim Kompas kepada salah seorang
nilai-nilai penting untuk kebudayaan, sejarah, pengunjung Museum 10 Nopember yaitu Ifan, siswa
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan agama. kelas 6 SD Muhammadiyah 10 Balong Bendo Sidoarjo
Dalam mengelola bangunan, benda dan mengatakan bahwa tidak mengetahui dimana letak
lingkungan cagar budaya, Pemerintah Kota Surabaya museum dan tidak akan berkunjung jika bukan karena
memberlakukan kebijakan seperti Peraturan Walikota adanya kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh
Surabaya No. 59 Tahun 2007 yang disempurnakan sekolahnya (Hakim, 2010).
kembali menjadi Peraturan Walikota Surabaya No. 42 Di era modernisasi yang sedang dihadapi di
Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya saat ini, keberadaan museum semakin menurun
Surabaya No. 5 Tahun 2005 Tentang Pelestarian karena hanya berfungsi sebagai penghias kota yang
Bangunan Dan/Atau Lingkungan Cagar Budaya. Dalam diabaikan karena masyarakat cenderung mengunjungi
Perwali No. 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa pelestarian mal, bioskop, dan kafe daripada ke museum.Khususnya
atau konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu dikalangan anak muda banyak yang masih beranggapan
Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya agar bahwa mengunjungi museum itu kuno dan mebosankan
makna budaya yang dikandungnya terpelihara dengan (Dewi Ayu Miftahul Jannah & Nurita Andriani, 2014).
baik dengan tujuan untuk melindungi, memelihara, dan Data pengunjung berdasarkan tabel Kunjungan Wisata
memanfaatkan, dengan cara preservasi, pemugaran atau milik Dinas Kebudayaan Kota Surabaya dari tahun
demolisi. 2016-2020 mengalami penurunan. Yang semula
Surabaya kini tengah fokus pada sektor industri, 246.4000 pengunjung di tahun 2016, mengalami
perdagangan, jasa untuk mengutamakan modernitas fisik penurunan di tahun 2020 menjadi 71.521 pengunjung.
saja. Hal itu menyebabkan pihak pengembang Jumlah ini belum memenuhi target museum untuk
mengesampingkan faktor sejarah (Idrus, 2015). Dinas menjangkau sebanyak- banyaknya wisatawan domestik
Kebudayaan Kota Surabaya menyatakan bahwa terdapat dari usia pelajar hingga lansia dan wisatawan
176 dari bangunan cagar budaya yang statusnya telah mancanegara. Menurut data (Dewantara, 2014) di
ditetapkan, 75% dalam kondisi baik. Sementara sisanya penelitannya menyebutkan bahwa kenaikan wisatawan
sebanyak 25% dalam kondisi rusak. Meskipun didominasi oleh anak sekolah TK dan SD sehingga
pemerintah kota sudah memiliki peraturan untuk angka kunjungan lebih banyak berasal dari siswa – siswi
melindungi cagar budaya tersebut, kenyataaanya masih SMP – SMA karena promosi Museum 10 Nopember
banyak cagar budaya yang terabaikan. Pemerintah Kota yang masih kurang dan terbatas. Promosi hanya
juga masih lemah dan lengah dalam memantau dan dilakukan dengan mengadakan museum keliling di
menindak lanjuti privat-privat yang memiliki bangunan sekolah-sekolah, dan menyediakan brosur dengan jumlah

1228
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

terbatas yang hanya dapat diambil di kantor UPTD pegawai membersihkan lantai museum saja,
Museum 10 Nopember. Sehingga target sasaran untuk melihat kondisinya mungkin masih bagus namun
mengangkat eksistensi museum khususnya dikalangan tidak nampak adanya kegiatan pelestarian cagar
anak muda belum tercapai. budaya khususnya pada area museum. Saat saya
Menururt (Hidayat, 2015) dalam penelitiannya kesana untuk beberapa kali hampir tidak ada
menyebutkan bahwa Museum 10 Nopember masih belum kunjungan sama sekali karena covid jadi biaya
layak jika dijadikan sebagai objek wisata karena perawatan pastinya juga makin berkurang”. (hasil
kondisinya yang kurang baik dan nyaman untuk wawancara pada 13 November 2021).
dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara, karena Implementasi kebijakan menurut Mazmanian dan
penyampaian informasi yang masih kurang transparan Sebastier dalam (Abdul Wahab, 2012) ialah aksi dari
sehingga para pengunjung tidak dapat mengakses sebuah kebijakan diwujudkan melalui dibentuknya
informasi yang ada dengan mudah. Kebanyakan peratura undang-undang atau bisa pula berbentuk
masyarakat hanya mengetahui monumen Tugu perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting.
Pahlawannya saja terlebih letaknya yang menutupi posisi Di dalam Peraturan Walikota Surabaya No 59 Tahun
museum yang berada jauh dibelakang tugu. 2007 pasal 4 ayat 2 poin 4 mengatakan bahwa Kepala
(Ayu et al., 2014) dalam penelitiannya mengatakan Bidang Kebudayaan berkewajiban untuk “Menunaikan
bahwasanya masalah lain yang terdapat di Museum 10 koordinasi bersama Tim Cagar Budaya dalam memberi
Nopember yakni berkaitan dengan kondisi fisik seperti pertimbanga terkait hasil penelitian untuk dasar
desain atau tata letak koleksi yang masih memiliki ruang- penetapan bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya”.
ruang kosong, benda-benda koleksi museum yang masih Sementara pegawai museum mengatakan masih terdapat
rusak dan tidak lengkap sehingga menghambat pola pikir, permasalahan pada Tim Cagar Budaya yang bertugas
kreativitas dan rasa ingin tahu pengunjung. untuk melakukan konservasi karena belum
ditemukannya orang yang berkompeten di bidang
erkologi.
Hal tersebut tentu memengaruhi implementasi
kebijakan cagar budaya yang ada karena di dalam
prosesnya Kepala Bidang masih belum sepenuhnya
memenuhi kewajibannya. Dalam menetapkan bangunan,
Kepala Bidang akan mengalami kesulitan jika tanpa
bantuan Tim Cagar budaya. Sementara permasalahan ini
masih belum didiskusikan pada Pemerintah Kota untuk
dicarikan solusinya. Selain itu pihak museum juga
mengeluhkan bahwa meskipun dalam pelaksanaan
pelestarian masih bisa menunggu Tim Cagar Budaya
Gambar 1. Kondisi Diorama Statis bantuan dari daerah lain khususnya dibidang erkologi,
Sumber: Data Peneliti, 2021 namun tentunya hal ini menyita waktu yang tidak sedikit,
Ketika peneliti berkunjung ke museum masih ada satu akibatnya pelaksanaan pelestarian bisa saja tertunda dan
ruang dioroma yang sedang diperbaiki, konsep tidak terlaksana saat itu juga.
pencahayaan khususnya dilantai dua sangat redup seperti Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun
yang terlampir digambar yaitu kondisi Diorama Statis yang 2005 tentang pelestarian bangunan dan/atau lingkungan
sangat gelap dan hanya diterangi minim cahaya membuat cagar budaya terdapat poin-poin penting mengenai
tak sedikit masyarakat yang berkunjung merasa tidak pelestarian cagar budaya yang ada di Kota Surabaya
nyaman. Selain dari itu beberapa koleksi tidak nampak yang peneliti jadikan sebagai acuan untuk mengukur
sebanyak dahulu sehingga memungkinkan adanya kendala masing-masing indikator keefektifan implementasi di
pada pelaksanaan pelestarian cagar budaya. Hal yang Museum 10 Nopember. Poin-poin penting terkait tujuan
serupa dirasakan juga oleh pengunjung dengan dibuktikan dari Perda kota Surabaya No.5 Tahun 2005 yaitu:
dari hasil wawancara yang dilakukan via online. Berikut 1. Mempertahankan keaslian bangunan dan/atau
hasil wawancara dengan kikik, seorang mahasiswa: lingkungan cagar budaya yang mengandung
“Saat berkunjung kesana untuk penelitian kegiatan nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan
kuasa pembersihan sendiri tidak bisa dilihat oleh kebudayaan.
masyarakat karena museum kemungkinan ditutup 2. Melindungi dan memelihara bangunan dan/atau
sehingga saya sama sekali tidak tau bagaimana lingkungan cagar budaya dari kerusakan yang
prosesnya. Sementara ini yang terlihat hanya

1229
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

disebabkan oleh tindakan manusia penyaluran dana untuk menangani Covid-19 terlebih
maupunproses alam. dahulu sehingga mengesampingkan pelestarian cagar
3. Memanfaatkan bangunan dan/atau lingkungan budaya. Hal ini membuktikan bahwa Poin ke 2 dari
cagar budaya sebagai kekayaan budaya untuk Peraturan Daerah Kota Surabaya No 5 Tahun 2005 yang
dikelola sebaik baiknya demi kepentingan berisi tujuan pelestarian cagar budaya masih belum bisa
pembangunan dan citra kota serta tujuan wisata. terpenuhi. Begitu juga pada pasal 6 ayat 1 yang
Kendala lain yang peneliti dapatkan di lapangan menerangkan tentang tanggung jawab yang menjadi
ialah proses konservasi yang ada di Museum 10 tugas Pemerintah di poin H yaitu “melakukan
Nopember masih ditemukan kekurangan lain seperti pengawasan terhadap perlindungan, pemeliharaan,
masih ditemukannya AC bocor yang mengakibatkan pemanfaatan serta pelaksanaan pemugaran bangunan
adanya kubangan air dan mengotori tempat duduk yang dan/atau lingkungan cagar budaya.”
disediakan tepat di depan pintu masuk menuju museum Pada implementasinya Pemerintah masih belum
mengakibatkan masyarakat yang berkunjung menjadi melaksanakan dengan baik secara keseluruhan. Oleh
kurang nyaman. Permasalahan ini muncul akibat karena itu urgensi pada penelitian ini ialah implementasi
kurangnya anggaran yang diberikan pemerintah kota baik dari kebijakan Perda maupun Perwali yang belum
kepada pihak UPTD Pengelolaan Museum dan Gedung terlaksana secara efektif untuk meningkatkan eksistensi
Seni Budaya. Menurut (Kurnia et al., 2013.) DPRD Museum 10 Nopember yang sebelum terdampak
menargetkan target PAD (Pajak Asli Daerah) yang terus pandemi Covid-19 sudah menurun dan makin menurun
meningkat ditiap tahunnya khusushnya pada Tugu karena adanya pandemi.
Pahlawan dan Museum 10 Nopember agar dana tersebut Menurut (Usman, 2002) muara dari implementasi
bisa dialokasikan untuk pengelolaan. Dana PAD adalah aktivitas atau aksu yang dilakukan untuk
didapatkan Pemerintah Kota dari harga tiket yang ditarik mencapai tujuan kegiatan secara terencana. Pada
Museum untuk tiap orang yang berkunjung yaitu sebesar prinsipnya sebuah kebijakan dibuat untuk mewujudukan
Rp 5.000 per orang. Sementara dana tersebut tentunya suatu impian keadaan yang diinginkan. Model
tidak mampu mengatasi keseluruhan praktik konservasi pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan
jika tidak didukung dengan penyelenggaraan festival. Van Meter dan Van Horn disebut dengan A Model of
Menururt data yang di dapatkan dari Dinas Kebudayaan the Policy Implementation (1975) variabel-varibael
menyatakan jika tiap tahunnya angka penyelenggaraan dalam model ini:
Festival Seni dan Budaya Kota Surabaya pada tahun a) Standar dan sasaran kebijakan / ukuran dan tujuan
2016 berhasil melaksanakan 887 festival. Sementara kebijakan
ditahun 2020 terjadi pengurangan menjadi hanya 520 b) Sumber Daya
kali. c) Karakteristik organisasi pelaksana
Ditahun 2020 seluruh aspek terkenadala oleh d) Komunikasi antar organisasi
pandemi Covid-19. Pandemi ini membuat Pemerintah e) Disposisi atau sikap para pelaksana
Kota Surabaya mengeluarkan berbagai kebijakan salah f) Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi
satnya adalah Pembatasan Kegiatan Masyarakat Alasan peneliti menetapkan teori milik Van
(PPKM) level 4 yang diresmikan pada tanggal 3 Juli Meter dan Van Horn karena dari data awal yang telah
2021 dengan mengeluarkan Surat Edaran Pemberlakuan didapat di lapangan, ke-6 indikator teresbut dapat
PPKM Darurat (Pemerintah Kota Surabaya, 2021) menjawab permasalahan yang ada pada penelitian ini.
disebutkan bahwa “Fasilitas umum seperti area untuk Relevansinya terdapat pada kendala implementasi yang
publik, tempat wisata ditutup sementara. Kegiatan seni, dialami UPTD Pengelolaan Museum dan Dinas
budaya, sarana olahraga dan kegiatan sosial Kebudayaan yang bersinergi secara langsung oleh
kemasyarakatan yang dapat mennyebabkan keramaian Pemerintah Kota Surabaya. Sehingga standar/sasaran
dan kerumunan) untuk sementara ini ditutup”. kebijakan perlu lebih digali kembali, utamanya
Dengan adanya pandemi Covid-19 ini pelestarian sumberdaya karena pada observasi awal pelestarian masi
cagar budaya di Museum 10 Nopember makin mengalami masalah pada sumberdaya finansial dan
terkendala karena dampak yang ditimbulkan pandemi sumberdaya manusia. Begitu juga Karakteristik organ
berdampak signifikan ke seluruh kegiatan. Pemugaran pelaksana seperti pihak swasta, Satpol pp, DPRD dan
cagar budaya sendiri perlu waktu yang cukup lama pihak eksternal lainnya perlu dilakukan observasi lebih
dalam prosesnya, ditambah lagi kemunculan Covid-19, mengenai keterlibatan mereka dalam membantu agar
maka benda yang mengalami kerusakan tidak dapat implementasi kebijakan pelestarian ini berjalan lancar.
langsung mengalami pemugaran saat itu juga. Terlebih Bagaimana komunikasi mereka, sikap/disposisi dalam
anggaran pemerintah yang makin terbatas karena melaksanakan kebijakan dan yang terakhir adalah
harus mengutamakan lingkungan sosial politik dan
1230
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

ekonomi yang sangat berperan penting dalam menunjang Surabaya untuk mengetahui bagaimana Implementasi
keberhasilan implementasi kebijakan serta menunjang Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya yang dilaksanakan
eksistensi dari Museum 10 Nopember. oleh implmentor yang berperan di dalamnya dan siapa
Oleh karena itu peneliti merumuskan judul: saja yang terlibat. Peneliti juga mengunjungi Museum 10
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya Nopember untuk mengetahui kondisi terkini yang ada
(Studi: Eksistensi Museum Sepuluh Nopember Kota disana terutama setelah sempat ditutup diawal pandemi
Surabaya). Dengan memperhatikan bentuk-bentuk kemarin. Lalu menemui narasumber untuk mengetahui
kegiatan pelestarian seperti melindungi, memelihara dan bagaimana tata cara pelaksanaan preservasi dan
memanfaatkan dengan cara preservasi dan pemugaran. bagaimana standar kebijakan, sumber daya, karakteristik
Preservasi adalah pelestarian suatu bangunan dan/atau dari UPTD beserta kondisi eksternal memengaruhi
lingkungan cagar budaya dengan cara mempertahankan pelestarian.
keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya Untuk dokumentasi yang peneliti gunakan
mencegah penghancuran. Pemugaran adalah serangkaian untuk studi literatur berupa: Undang-undang dasar
kegiatan yang bertujuan melestarikan bangunan dan/atau Republik Indonesia No. 11 tahun 2010 tentang Cagar
lingkungan cagar budaya dengan cara restorasi Budaya, Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun
(rehabilitasi), rekonstruksi atau revitalisasi (adaptasi). 2005 tentang Pelestarian Cagar Budaya, Peraturan
Walikota Surabaya 59 Tahun 2007 Tentang
METODE Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Tahun 2005 Tentang Pelestarian Bangunan Dan/Atau
menggunakan metode kualitatif. Penelitian Deskriptif Lingkungan Cagar Budaya dan Peraturan Walikota
bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang diteliti Surabaya, Peraturan Walikota Surabaya No. 47 Tahun
apakah subah sesuai dengan dilapangan. Metode kualitatif 2006 tentang susunan organisasi Dinas Kebudayaan,
dipilih karena dianggap paling sesuai dengan topik Kepemudaan dan Olah Raga Serta Pariwisata Kota
penelitian dimana memiliki tujuan untuk mengembangkan Surabaya, SOP Perawatan sarana dan prasarana, SOP
teori yang ada, dan juga teori baru dan sejenisnya. revitalisasi obyek wisata dari UPTD Pengelolaan
Fokus penelitian berdasarkan teori yang dirumuskan Museum dan Gedung Seni Budaya, Rancangan Strategi
oleh Van Meter dan Van Horn (1975) yaitu: Standar dan 2021-2026 dari Pemerintah Kota melalui Dinas
sasaran kebijakan / ukuran dan tujuan kebijakan, Sumber Kebudayaan. Buku-buku seperti modul Potret Cagar
Daya, Karakteristik organisasi pelaksana, Komunikasi Budaya milik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
antar organisasi, Disposisi atau sikap para pelaksana, Buku Formulasi dan Implementasi Kebijakan Publik
Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. milik Prof. DR. Yulianto kadji, Buku Metode Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan Pendidikan Pendekatan Kualitatif fan Kuantitatif, dan
sumber data primer dan sumber data skunder. Dalam buku Asal-usul Kota-Kota Di Indonesia Tempo Doloe
penelitian ini, data primer berasal dari proses wawancara milik HM. Zaenuddin. Dan beberapa jurnal seperti
bersama pihak Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olah Implementasi Undang- Undang No. 11 Tahun 2010
Raga Serta Pariwisata Kota Surabaya selaku pelaksana Terhadap pelestarian Cagar Budaya Di Kec Ambarawa
kebijakan yang dkrucutkan lagi pada bagian UPTD Kab Semarang milik Herawati, jurnal Implementasi
Pengelolaan Museum dan Gedung Seni Budaya dengan Perda Kota Surabaya No. 5 tahun 2005 Tentang
mewawancarai Bapak MT. Agustiono selaku Koordinator Pelestarian Bangunan dan / atau Lingkungan cagar
Preservasi di Sub UnitPemeliharaan dan Perawatan UPTD Budaya di Kota Surabaya milik Heni Kurnia et. al,
Pengelolaan Museum dan Gedung Seni Budaya dan Sementara untuk Analisis data dalam penelitian ini
Bapak Susbandoro selaku staff bidang kebudayaan Dinas (Sugiyono, 2014)
Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga Serta 1. Pengumpulan Data
Pariwisata Kota Surabayadan, dan masyarakat sekitar 2. Reduksi Data
yang berkunjung ke museum. Sedangkan sumber data 3. Penyajian Data
sekunder berasal dari dokumen, arisp-arsip, buku-buku, 4. Kesiumpulan / verifikasi
penelitian terdahulu, dan peraturan perundangan-
undangan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik pengumpulan data digunakan teknik Dalam proses pelaksanaan kebijakan tentunya melalui
dokumentasi, observasi, wawancara yang dilakukan proses yang cukup panjang agar tercapai sesuai dengan
dengan mewawancarai pihak Dinas, UPTD, dan tujuan awal yang ditetapkan. Diperlukan adanya
masyarakat. Observasi sendiri peneliti lakukan dengan pengukuran implementasi sebuah kebijakan guna
datang secara langsung ke Dinas Kebudayaan Kota mengetahui apakah kebijakan tersebut sudah terlaksana
dengan seusai atau tidak.
1231
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota 10 bangunan cagar budaya dibagi dalam 4 (empat)
Surabaya untuk mengatur program pelestarian cagar golongan, yaitu bangunan cagar budaya Golongan A,
budaya untuk melindungi bangunan dan atau benda-benda Golongan B, Golongan C, dan Golongan D. Bangunan
cagar budaya yang ada di Surabaya ialah Peraturan Daerah cagar budaya Golongan A dipertahankan dengan cara
No. 5 Tahun 2005 dan Peraturan Walikota No. 59 Tahun preservasi, Golongan B dengan restorasi/rehabilitasi,
2007 yang disempurnakan menjadi Peraturan Walikota Golongan C dengan revitalisasi/adaptasi, dan Golongan D
No. 42 Tahun 2017. Yang membedakan kedua peraturan dengan domolisi. Museum 10 Nopember sendiri termasuk
ini yaitu isi kebijakan yang diatur didalamnya. Peraturan kedalam golongan bangunan cagar budaya A yang
Walikota No 59 Tahun 2007 dan Peraturan Walikota 42 dilestarikan dengan cara preservasi.
Tahun 2017 menjelaskan tentang pelaksanaan pelestarian Di pasal 14 dikatakan bahwa Bangunan Cagar Budaya
bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya yang mana (BCB) dengan tipe Golongan A dapat melalui pemugaran
didalamnya berisi pasal-pasal terkait kewenangan dengan ketentuan sebagai berikut:
Pemerintah Daerah dan tugas dari Kepala Bidang, a. bangunan dilarang dibongkar dan/atau
prosedur inventarisasi, prosedur penelitian dan penetapan diubah ;
dan berkas-berkas yang diperlukan. Untuk kebijakan yang b. apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh,
menerangkan secara rinci tujuan, sasaran, dan bagian- terbakar atau tidak layak berdiri, dapat
bagian terpenting dari pelestarian seperti preservasi, dilakukan pembongkaran untuk dibangun
restorasi dan revitalisasi). Pada Peraturan Walikota kembali seperti semula sesuai dengan aslinya ;
Nomor 42 Tahun 2017 terdapat pasal yang menjelaskan c. pemeliharaan dan perawatan bangunan harus
terkait prosedur pemugaran bangunan yaitu kegiatan menggunakan bahan yang sama/sejenis atau
yang ditujukan untuk melestarikan bangunan / lingkungan memiliki karakter yang sama dengan
cagar budaya melalui tahap restorasi (rehabilitasi), mempertahankan detail ornamen aslinya ;
rekonstruksi dan revitalisasi (adaptasi). Di pasal 11 d. dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya
disebutkan bahwa prosedur pemberian izin pemanfaatan penyesuaian perubahan fungsi sesuai rencana
bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya harus kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk
dilengkapi persyaratan sebagai berikut : aslinya ; dan
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon e. di dalam persil atau lahan bangunan cagar
berdomisili di Surabaya; budaya dimungkinkan adanya bangunan
b. fotokopi Kartu Keluarga (KK) pemohon tambahan yang menjadi satu kesatuan yang
berdomisili di Surabaya; utuh dengan bangunan utama.
c. Surat keterangan Lurah dengan mengetahui Perbedaan diantara kedua kebijakan tersebut adalah
Camat tempat lokasi bangunan dan/atau Perwali merupakan pelaksanaan teknis yang
lingkungan cagar budaya, apabila menjabarkan tugas dan wewenang Pemkot, Kepala
pemilik/pengelola bukan penduduk Surabaya Bagian dan kelengkapan persyaratan secara berkas
d. Fotokopi dokumen Keimigrasian dan data sementara Perda membahas lebih detail bagaimana
kepemilikan bangunan dan/atau lingkungan proses pelestarian itu diatus. Itulah mengapa peneliti
cagar budaya bagi orang asing; memfokuskan penelitian ini untuk mengacu pada
e. pas foto pemohon terbaru ukuran 4X6 cm (empat Peraturan Daerah No. 5 tahun 2005 Kota Surabaya
kali enam sentimeter) sebanyak 2 (dua) lembar; karena yang menjadi fokus peneliti ialah implementasi
f. Surat pernyataan kesanggupan untuk memelihara kebijakan dari pemerintah daerah. Perda No. 5 Tahun
bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya 2005 disini menjelaskan secara keseluruhan mengenai
sesuai ketentuan yang berlaku; peraturan apa saja yang mendasari implementasi dari
g. Surat Kuasa bermeterai jika dikuasakan; sebuah program pelestarian.
h. foto bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya Van Meter dan Van Horn (1975) berpendapat bahwa
disertai gambar denah bangunan yang akan teori implementasi kebijakan menjelaskan bahwa untuk
dimanfaatkan; dan meraih kinerja implementasi kebijakan yang tinggi
i. fotokopi Surat Keterangan Rencana Kota diperlukan berbagai variabel seperti keputusan politik,
(SKRK) pelaksana dan kinerja kebijakan publik yang berjalan
Sementara di Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2005 secara linear. Berikut adalah penjelasan dari masing-
menjelaskan lebih rinci menenai prosedur apa yang dapat masing variabel:
dilakukan jika ingin melestarikan bangunan cagar budaya. 1. Standar dan Sasaran Kebijakan / Ukuran dan
Di pasal 11 meyebutkan bahwa pelestarian dibagi menurut Tujuan Kebijakan
kualifikasi seperti yang dimaksud pada Pasal 9 dan Pasal Dalam sebuah kebijakan harus memiliki sebuah
standar (ukuran) dan tujuan kebijakan dijadikan

1232
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

sebagai landasan pelaksanaan program. (Suharno, 2. Sumber Daya


2013) standar dan sasaran kebijakan berpotensi Keberhasilan pada implementasi kebijakan bertopang
untuk menimbulkan multitafsir yang dapat penuh pada kemampuan memanfaatkan sumber daya
memperumit implementasi kebijakan. Berdasarkan yang ada (Kurniawan, 2020). Sumber daya sendiri terbagi
hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menjadi beberapa jenis yaitu sumber daya manusia,
menemukan bahwa standar kebijakan dalam sumberdaya finansial dan waktu. Sumberdaya manusia
pelestarian cagar budaya di Museum 10 Nopember yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan, kompetensi
ialah agar dapat menyampaikan pesan kepada dan kapabilitas manusia ini dapat mensukseskan
masyarakat mengenai fungsi edukasi dan kebijakan tersebut.
menumbuhkan rasanasionalisme. Seperti yang Jika ditinjau dari UPTD Pengelolaan Museum dan
disampaikan Bapak Mt. Agustiono selaku: Gedung Seni, sumberdaya manusia yang bertanggung
“Standar keberhasilan pada program pelestarian ini jawab langsung untuk melaksanakan pelestarian sudah
ketika kami sebagai pihak implementor kebijakan sangat berkompeten. Dibuktikan dengan keberadaan Tim
dapat mengkomunikasikan koleksi itu pada Cagar Budaya yang dibentuk DPRD untuk membantu
masyarakat secara nyata. Pihak UPTD juga bisa dalam pelaksanaan pelestarian. Tim tersebut
memamerkan, mengedukasikan benda-benda cagar beranggotakan tokoh-tokoh berasal dari masyarakat yang
budaya yang ada di Museum 10 Nopember ke paham dan berasal dari disiplin ilmu yang berkaitan
masyarakat.” (hasil wawancara 24 Februari dengan cagar budaya, mereka juga memiliki rasa
2021). kepedulian yang tinggi dalam melestarikan bangunan.
Sementara itu tujuan program pendapat pihak UPTD Tim ini memiliki tugas tersendiri dan disahkan melalui
terkait tujuan program pelestarian, Pak Agustiono SK Walikota, namun dalam pekerjaannya dilakukan
berpendapat bahwa: secara independen tidak bergantung pada Dinas maupun
“Tujuannya ialah untuk memenuhi UPTD. Seperti yang disampaikan oleh Pak Susbandoro,
kepentingan publik dalam mengedukasi staff Bidang Kebudayaan:
masyarakat tentang cagar budaya, sejarah “Tim Cagar Budaya itu terbentuk dari Perda yang
dan budaya. Untuk mencapai hal itu ada jadi tentunya sudah berkompetensi semua. Ada
diperlukan pelestarian cagar budaya terlebih sejarawan, arsitektur bangunan, arsitektur kota dan
dahulu agar bukti materil sebagai bahan sebagainya. Jadi sejauh ini sesuai dengan kriteria
edukasi bisa dipertahankan”. (hasil yang di tetapkan.” (hasil wawancara pada 10 Februari
wawancara pada 10 Februari 2022). 2022).
Sedangkan Dinas Kebudayaan Kota Surabaya Meski sudah kompeten dibidangnya dan juga sudah
dalam rangka mewujudkan sasaran dan tujuan mereka memenuhi tugasnya, Dinas mengatakan bahwa kendala
bertumpu pada Perda No. 5 tahun 2005. Dinas mereka terkait Tim Cagar Budaya belum adanya tim
Kebudayaan memberi arahan kepada UPTD untuk yang kompeten dibidang erkologi dan masih bergantung
mengajak masyarakat secara langsung untuk turut kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BP3) Trowulan,
menjaga benda-benda cagar budaya yang dipamerkan Mojokerto, Jawa Timur. Dinas mengatakan bahwa hal ini
di museum dengan cara mensosialisasikan ke mereka sebenarnya masih bisa diatasi dan tidak terlalu
mengenai bahaya tindak kejahatan seperti vandalisme menganggu pelaksanaan pelestarian cagar budaya namun
atau perbuatan merusak dan menghancurkan barang sebaiknya jika Kota Surabaya memiliki tim sendiri yang
berharga. Sosialisasi dilakukan dengan memasang ahli dibidang tersebut sehingga tidak perlu menunggu dan
rambu- rambu atau imbuhan secara tertulis untuk tidak bergantung pada BP3 Trowulan.
merusak / mencuri benda-benda yang dipamerkan. Hal ini tentunya bisa menghambat tercapainya sebuah
Terdapat juga imbuhan untuk menjaga kebersihan yang kebijakan seperti yang disampaikan (Asmara, 2016)
ada di lingkungan koleksi. dalam penelitiannya bahwa kesiapan dan ketanggapan
Meskipun pihak UPTD belum secara jelas dari para ahli di bidangnya menjadi dasar utama dari
menyebutkan terkait regulasi apa yang dijadikan acuan setiap kebijakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan di
untuk standar dan tujuan pelestarian yang dilakukan, negara tersebut agar bisa berhasil. Pelaksanaannya
namun secara garis besar baik ditinjau dari isi maupun menjadi terganggu karena selain konservasi yang
tindakan yang diambil oleh UPTD Pengelolaan memakan waktu dalam prosesnya, dengan adanya
Musuem dan Gedung Seni Budaya suda berjalan selaras kendala dari Tim Cagar Budaya ini menyebabkan
dengan sasaran dan tujuan yang dimiliki Dinas pelaksanaannya harus menunda dan tidak bisa segera
Kebudayaan. Maka dari itu standar/sasaran kebijakan dilaksanakan.
dan tujuan kebijakan dari kedua instansi sudah berjalan
sesuai kebijakan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2005.
1233
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

Ditinjau dari aspek sumberdaya manusia yang Selain itu juga selama pandemi kendala paling besar
ada dapat disimpulkan jika masih belum bisa dikatakan dirasakan pada anggaran yang tertahan distribusinya
efektif karena permasalahan terkait Tim Cagar Budaya disebabkan karena prioritas pemerintah yang tertuju pada
masih menjadi kendala. Belum ada langkah tegas yang pandemi Covid-19 kala itu. Ketika kondisi persebaran
dilakukan dari inisiatif Kepala Bidang yang melaporkan virus sangat parah, pemerintah daerah memtuskan
hal tersebut ke Pemerintah Kota begitupun Pemerintah mengerahkan keseluruhan anggaran untuk
Kota sendiri yang merasa tidak perlu adanya tindak lanjut penanggulangan Covid.
selama masih bisa seterusnya bergantung pada BP3 “Hampir seluruh dana diarahkan untuk
Trowulan. penangananCovid-19 terutama pada awal-awal
Sumberdaya yang kedua yaitu sumberdaya finansial. tersebarnya virus. Dampaknya pada kegiatan fisik
Selain sumberdaya manusia, sumberdaya yang perlu seperti pelaksanaan acara-acara yang biasanya rutin
diperhitungkan adalah sumberdaya finansial. Jika dilaksanakan, pembangunan penataan koleksi,
didapati kendala dalam finansial maka proses lainnya pun budget untuk rencana pengajuan peremajaan AC
akan terhambat. Dalam data realisasi anggaran, sampai saat ini juga masih terkendala.” ujar Pak
pendapatan, belanja dan pembiayaan milik Pemerintah Agus. (hasil wawancara pada 24 Februari 2022).
Kota Surabaya Tahun 2013 yang berasal dari Dinas Dapat dipastikan sumberdaya finansial yang
Kebudayaan menampilkan bahwa data jumlah pelayanan diperuntukan untuk proses konservasi di Museum 10
yang diberikan di UPTD Tugu Pahlwan sebesar 5,36%. Nopember masih menjadi masalah yang belum bisa
Dibandingkan dengan jumlah milik UPTD Kenjeran ditangani. Selain dari keluhan masyarakat kepada koleksi
yang saat ini merangkap menjadi satu yaitu UPTD museum yang dinilai kurang lengkap, dan keterbatasan
Taman Hiburan Pantai Kenjeran, Wisata Air Kalimas dan mereka untuk menikmati ruang dioarama yang masih
Wisata Religi Ampel jumlah persennya masih lebih diperbaiki hingga saat ini, kondisi AC yang rusak dan
unggul sebesar 8,35%. Itu membuktikan bahwa bocor ini juga menganggu kenyamanan publik terutama
anggaran yang diberikan dari Pemkot masih sangat yang tanpa sengaja duduk dikursi yang disediakan
kurang dibanding tempat wisata dan cagar budaya lain. museum dan terkena cipratan dari AC bocor yang asalnya
Berdasarkan data target dan realisasasi Pendapatan dari bagian atas museum. Melihat situasi yang terjadi
Daerah Kota Surabaya (PAD) di tahun 2020 milik dapat ditarik kesimpulan jika pelaksanaan implementasi
pemerintah kota menyatakan bahwa target yang di bidang sumberdaya finansial masih belum optimal.
dikeluarkan ditahun 2020 adalah 8.251.513.787.281,00. Bersama dengan itu sumberdaya waktu juga
Dana dari PAD ini nantinya akan diputar kembali menjadi memengaruhi sumberdaya manusia dan finansial pada
anggaran untuk melaksanakan pelestarian/konservasi di sebuah kebijakan. Tidak ditemukan kendala pada
Museum 10 Nopember. PAD yang pemerintah dapat dari ketepatan waktu karena proses pengambilan keputusan
pihak museum berasal dari adanya tiket masuk yang langsung turun dari Dinas ke UPTD. Sementara untuk
ditarik per orangnya sebesar Rp 5.000. Meskipun dari perawatan / konservasi koleksi tentunya akan memakan
tahun ke tahun harga tiket masuk ini terus meningkat, waktu baik dengan adanya pandemi covid ataupun tidak
target yang diberikan pemerintah belum bisa sepenuhnya ada. UPTD menyatakan bahwa proses konservasi ada
terpenuhi. Karena jika bertumpu pada tiket masuk yang yang pengerjaannya dilakukan tiap hari, tiap seminggu
ditarik per orangang saja tentunya anggaran untuk sekali, dua minggu sekali dan ada juga yang
pelestarian cagar budaya tidak bisa tercukupi. pengerjaannya isidental atau dilakukan hanya pada waktu
Selain berasal dari tiket masuk, museum memiliki tertentu saja. Tiap hari Senin biasanya museum akan
sumber pendapatan lain dengan menarik dana retribusi ditutup untuk kegiatan konservasi.
bagi persewaan lahan untuk acara-acara dan juga untuk Secara keseluruhan sumberdaya masih belum
UMKM berjualan cendra mata bertema kepahlawanan bisa berjalan dengan efektif. Berdasarkan hasil observasi
yang diperjual belikan di museum. Namun hal itu tidak peneliti masih ditemukan banyak sekali permasalahan
berjalan maksimal karena berdasarkan data dari Dinas berkaitan dengan implementasi kebijakan pelestarian
Kebudayaan menyebutkan bahwa angka cagar budaya yang terkendala sumberdaya manusia dan
penyelenggaraan festival per tahunnya mengalami sumberdaya finansial. Oleh karena itu hal ini dapat
penurunan terutama ditahun 2020. Di tahun 2016 festival menggambarkan bahwa pelaksanaan pelestarian cagar
yang terselenggara sebanyak 887 festival sementara budaya di Museum masih belum berjalan dengan baik
ditahun 2020 hanya terealisasi sebanyak 520 kali. Itulah terutama dengan adanya masalah sumberdaya yang
yang menyebabkan ketimpangan sumberdaya finansial di belum mendapat tindak lanjut serta penanganan tegas dari
UPTD Pengelolaan Museum makin memburuk. Pemerintah Kota Surabaya.
3. Karakteristik Organisasi Pelaksana

1234
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

Agen pelaksana yang dimaksud meliputi organisasi Dalam melaksanakan sebuah kebijakan tentunya
formal dan informal yang langsung terlibat dipelaksanaan ada norma-norma yang harus diperhatikan dan dijalankan
implementasi kebijakan. Kinerja dari para agen pelaksana oleh seluruh agen pelaksana kebijakan. Norma-norma itu
sangat mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan. ditentukan melalui adanya standar mekanisme atau SOP
Menurut Edward III, terdapat 2 karakteristik utama dari (Standar Operasional Prosedur). Terdapat dua SOP
struktur birokrasi yaitu Prosedur-prosedur kerja standar yang berperan penting dalam pelestarian cagar budaya,
SOP dan fragmentasi/tekanan dari luar unit birokrasi. yang pertama ialah SOP perawatan dimana di dalamnya
Dalam karakteristik organisasi pelaksana, struktur tertulis jelas dasar hukum, kualifikasi pelaksana, jadwal
organisasi menjadi unsur penting dalam kebijakan, untuk pelaksanaan, dll dan SOP revitilasisasi obyek wisata
menentukan apakah struktur organisasi tersebut berjalan dengan isi yang sama dengan SOP perawatan.
sesuai mekanisme tentu diperlukan indikator. Dinas Kebudayaan sendiri sudah sangat responsif
dalam menanggapi laporan dari UPTD. Untuk
mempermudah koordinasi pihak Dinas juga melakukan
kegiatan pengawasan yang dilakukan 2 minggu sekali
dengan mengelilingi 280 cagar budaya yang berhasil
dipreservasi/mengalami kegiatan pelestarian di Kota
Surabaya saat ini. Meskipun sudah berkoordinasi dengan
baik dan responsif Dinas mengeluhkan bahwasanya saat
ini kendala justru datang dari koordinasi dengan pihak
yang ditunjuk sebagai pengelola terkadang mendapat
Gambar.2 Struktur Organisasi UPTD respon negatif dan koordinasi masih sangat sulit terkait
Museum dan Gedung Seni Budaya pelaporan mengenai pemeliharaan bangunan.
sumber: Dokumen Peraturan Walikota Surabaya No. 47 Hasil akhir yang dapat dikonklusikan mengenai
Tahun 2006 karakteristik agen pelaksana kebijakan pelestarian
Berikut adalah gambaran dari struktur organisasi dari cagar budaya yang ada di Museum 10 Nopember telah
UPTD Museum dan Gedung Seni Budaya yang berjalan sesuai sasaran. Ditinjau dari segi struktural
merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kebudayaan yang disebutkan diatas meski masih terdapat
Kepemudaan dan Olah Raga Serta Pariwisiata Kota keambiguan pada struktur organisasi yang lama dan
Surabaya. Dari struktur organisasi diatas yang memiliki baru, hal itu tetap tidak memengaruhi kinerja dari para
peran penting dan berhubungan secara langsung dengan agen pelaksana kebijakan. Disisi lain jika dilihat dari
pelestarian cagar budaya adalah Sub Unit Pemeliharaan norma-norma atau peraturan yang digunakan sebagai
dan Perawatan. acuan agen pelaksana untuk melaksanakan tugasnya
Secara keseluruhan jika dilihat dari kualitas dan juga diatur sesuai dan sedemikian rupa agar muda
kuantitas pegawai dari kedua instansi baik UPTD dan dipahami.Ditambah juga dengan ketepatan koordinasi
Dinas sama-sama sudah dapat dikatakan baik. Karena dari UPTD dan Dinas dalam menanggapi laporan
orang-orang yang menduduki posisi ini merupakan yang terkait pelestarian cagar budaya.
ahli dibidangnya. Untuk kualitas dijelaskan oleh Pak 4. Komunikasi Antar Organisasi
Agus bahwa: Komunikasi internal dapat meningkatkan kepercayaan
“Pada museum ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu dalam organisasi karena berkaitan dengan kesuksesan
bagian administrasi dan teknis. Administrasi organisasi. Peran komunikasi internal organisasi sagat
berkaitan dengan kepegawaian, pengadaan penting karena fungsi tersebut dapat membantu atasan
anggaran, dan pengelolaan. Sementara untuk teknis untuk menyelidiki masalah. (Sadia, Aysha; Salleh,
terdapat 6 bagian yaitu registrator, konservator & Berhannudin Mohd; Kadir, Zulida Abdul ; Sanif, 2016).
preparator, edukator, curator, pentaan koleksi, dan Dari hasil lapangan yang peneliti dapatkan pihak Dinas
humas/marketing. Masing-masing pegawai sudah sudah jauh lebih baik didalam memberi respon pelaporan
kompeten menurut saya karena untuk melakukan yang dilakukan UPTD. Terkadang juga Dinas
tugasnya mereka harus melalui pelatihan dengan menanggapi laporan dari komunitas-komunitas pencinta
sertifikasi khusus dari kementrian, meskipun cagar budaya dan sejarah jika mereka merasa harus
mempunyai latar belakang pendidikan yang melaporkan kondisi dari sebuah cagar budaya. Dengan
berbeda.” (hasil wawancara pada 3 Februari 2022). adanya forum komunikasi yang anggotanya berisikan
Tiap pegawai dan pelaksana kebijakan sudah mengetahui pihak-pihak pengelola museum yang berasal dari swasta
secara jelas tugas dan fungsinya masing-masing dan maupun museum pemerintah kota. Pak MT Agustiono
dapat mengatasi pekerjaan mereka masing-masing. menyatakan dalam wawancaranya

1235
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

“Pihak swasta ini tergabung dalam 1 komunitas koleksi. Inilah yang menyebabkan sub unit pemeliharaan
dengan kami seperti Museum HOS, Museum dan perawatan berperan langsung dan sangat penting
Dinamika, Museum Blockbuster dan lain-lain. kontribusinya. Pak MT Agustiono selaku koordinator
Kami juga turut berkolaborasi membuat acara pada bagian sub unit pemeliharaan dan perawatan
contohnya kemarin itu ada acara pameran kolaborasi mengatakan:
yang kami buat.” (Hasil wawancara 3 Februari “Ada 1 tim yang terjun langsung, yaitu konservator
2022). ( yang tau betul keadaan dan progress dari sebuah
Konsistensi dan ketepatan informasi yang diberikan jika koleksi) lalu ada registrator. Dalam 1 tim terdapat 1
ditinjau dari penelitian yang telah dilekukan menunjukan orang yang bertugas sebagai konservator dan 2
bahwa komunikasi berjalan dengan efektif. Banyaknya regulator. Sejauh ini kita tidak merasa kesulitan dalam
kerjasama yang dilakukan UPTD dengan instansi melakukan konservasi khususnya di Museum 10
pemerintah lainnya, pihak swasta, Satpol PP, Linmas Nopember karena dalam prosesnya jika memerlukan
begitu juga media komunikasi yang dikerahkan tidak bantuan dari Tim Cagar Budaya masih bisa teratasi
ditemui kendala. dan jumlah tersebut sudah cukup memenuhi. Dalam
“Jika ingin membuat sebuah kegiatan pameran 1 tim ini mereka harus saling koordinasi terkait
mulai dari perencanaan tema, membuat penataan, pelaksanaannya karena penataan koleksi selalu
bagaimana bekerjasama dengan instansi lain dirotasi selama 3 bulan sekali posisi dari koleksi-
missal dengan Dinas Pendidikan untuk koleksinya. Pengerjaan rotasi dan peralatannya
mendatangkan pengunjung para pelajar, disiapkan oleh kurator.” (hasil wawancara pada 3
berkoordinasi dengan Kepala Dinas kota lain. Jika Februari 2022).
membutuhkan pihak keamanan menghubungi Tanggapan dan intensitas dalam melaksanakan
Linmas, Satpol PP, begitu juga pihak swasta kegiatan preservasi dari para pegawai yang ada di
ketika berolaborasi membuat pameran.” ujar Pak UPTD pun cukup tinggi. Terdapat jadwal tertentu yang
Agustiono. (hasil wawancara pada 3 Februari dimiliki oleh museum untuk melakukan pelestariannya.
2022). Ada yang membutuhkan waktu setiap hari, seminggu
Untuk media yang digunakan dalam menghubungi sekali diperuntukan untuk koleksi yang berupa kertas
instansi pemerintah biasanya pihak UPTD atau naskah karena memerlukan udara luar agar
mengkomunikasikan via whatsapp dan langung kertasnya tidak menjamur atau dimakan rayap,
memberitahukan keperluannya namun tetap saja akan bermacam-macam disesuaikan kebuthan koleksi yang
tetap mengirimkan surat resmi jika dirasa sudah pasti. ada dan tetapterjadwal selama 1 tahun.
Maka dari itu pada indikator komunikasi antar organisasi Sangat disayangkan intensitas dan pemahaman ini
berjalan lancar dan tidak ditemukan adanya hambatan tidak sepenuhnya dipahami oleh pelaksana/implementor
yang memengaruhi keberhasilan dari implementasi lainnya. Seperti contohnya penanganan tindakan
kebijakan pelestarian cagar budaya. kejahatan dari aparatur hukum juga masih belum bisa
5. Disposisi atau Sikap Para Pelaksana mengatasi permasalahan yang ada. Menurut Pak
Disposisi para pelaksana kebijakan sangat dipengaruhi Susbandoro dari Dinas Kebudayaan menyatakan dalam
terhadap cara pandang mereka kepada sebah kebijakan wawancaranya:
terhadap prioritas antara kepentingan organisasi atau “Hal itu masih tetap ada. Tindakan yang dilakukan
kepentingan pribadi mereka. Agar sebuah kebijakan aparat hukum masih sebatas menjaga lingkup sekitar dan
terlaksana dengan baik perlu adanya komitmen yang kuat penjagaan hanya dilaukan pada jam kerja saja sementara
untuk membentuk sikap para pelaksana yang baik. tindak vandalisme bisa terjadi kapan saja ya, bisa saja
Pentingnya komitmen adalah disorot, karena pentingnya, dilakukan jam 2 pagi karena biasanya jam jam segitu
bersama-sama dengan faktor seperti koordinasi, mereka melakukannya. Tenaga dinas tidak
seharusnya tidak diremehkan. Komitmen berkelanjutan menyanggupi dalam mengatasinya.” (hasil wawancara
dari para pelaksana untuk inisiatif kebijakan tertentu
pada 10 Februari2022).
sangat penting untuk keberhasilan implementasi
(Ismail, 2019) mengungkapkan jika disposisi
(Brynard, 2009).
akan dapat membantu implementasi kebijakan supaya
Pelestarian cagar budaya di Museum 10 Nopember
berjalan dengan lancar apabila para pelaksana kebijakan
bagian yang berperan langsung di UPTD Museum dan
mampu mengabdikan diri dengan baik terhadap kebijakan
Gedung Seni dipegang oleh Sub Unit Perawatan yang
yang telah ditetapkan. (Malkab, dkk, 2015)
mana di dalamnya dibagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu
mendefinisikan disposisi sebagai kualitas dan
bagian 1 pertama berkaitan dengan maintenance gedung
dan lingkungan sekitar sementara bagian yang ke 2
bertugas dalam penataan koleksi dan pemanfaatan
1236
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

karakteristik pribadi yang dimiliki oleh seorang individu Seperti yang telah disampaikan pada hasil awal
termasuk sikap, keyakinan, keinginan, penghargaan, observasi, UPTD mengaku sudah cukup transparan
nilai, dan kemampuan beradaptasi. dalam mengajak masyarakat untuk melihat langsung
Sementara dalam realitasnya indikator-indikator proses preservasi yang ada di museum melalui akun
yang disebutkan diatas tidak sepenuhnya dilakukan oleh Instagram @musea.surabaya. Dan cara inilah yang
keseluruhan pelaksana kebijakan. Para pelaksana dilakukan untuk memenuhi sasaran Perda No 5 Tahun
kebjakan belum bisa mengerjakan kewajiban mereka 2005 yang berfokus pasa masyarakat. Nyatanya
secara optimal terutama terkait penanganan tindak narasumber lain juga mengatakan bahwa mereka tidak
kejahatan yang sudah seharusnya sangat diperhatikan. tahu museum memiliki akun khusus untuk museum.
Walaupun sejauh ini belum ada laporan kehilangan terkait Dari hasil penelitian masih adanya ketidaksinkronan
benda-benda cagar budaya yang dipamerkan di Museum informasi yang diberikan UPTDdengan apa yang dialami
10 Nopember. Penjagaan aparat hukum juga berujuan sendiri oleh masyarakat. Salah satu pengunjung
untuk mencegah benda-benda yang dilestarikan itu rusak mengatakan bahwa:
karena ulah seseorang yang tak bertanggung jawab. Tentu “Saya tidak tahu mengenai akun museum dan kegiatan
dengan adanya permasalahan ini implementasi kebijakan pelestarian yang mereka maksudkan. Jadi menurut saya
tidak bisa terealisasikan dengan sempurna. belum cukup terbuka seperti yang dikatakan.” ujar Dahlia
6. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Fatmawati, pengunjung Museum 10 Nopember (hasil
Politik wawancara 28 februari 2022).
Untuk melengkapi kinerja dari implementasi Ketidak transparanan ini makin diperkuat oleh
kebijakan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Van pernyataan dari Dinas Kebudayaan dikarenakan
Meter dan Van Horn maka lingkungan eksternal turut pernyataan mereka yang berkata bahwa:
mendorong keberhasilan sebuah kebijakan publik yang “Sejauh ini belum ada media yang bisa diakses oleh
telah berlangsung. Faktor eksternal itu berupa lingkungan publik kecuali akun Instagram milik kami yang dijadikan
sosial, ekonomi dan politik. Jika ketiga faktor ini berjalan satu yaitu @sparklingsurabaya. Selain tidak adanya
tidak kondusif maka keseluruhan program bisa gagal. pengelola yang kami khawatirkan itu protes dari para
Lingkungan sosial yang dimaksud dalam instrument ini komunitas cagar budaya yang sangat kritis terhadap
adalah masyarakat. Dalam penelitian ini yang kegitan yang dilakukan Dinas.” (hasil wawancara pada
dimaksudkan adalah pengunjung yang datang ke 10 Februari 2022).
Museum 10 Nopember. Mengenai sosialisasi kegiatan Selanjutnya lingkup ekonomi mencakup sumberdaya
pelestarian cagar budaya yang melibatkan masyarakat, yang berasal dari lingkungan eksternal yang dapat
UPTD Pengelolaan Museum dan Gedung Seni Budaya mendukung keberhasilan implementasi. Dengan melihat
menyatakan jika sudah melibatkan masyarakat secara sejauh mana pemangku kepentingan memberikan
langsung dengan mensosialisasikan untuk menaati dukungan (Luthfia Zauma, 2014). Kelompok
peraturan, rambu dan imbuhan tertulis yang ada di berkepentingan yang dimaksud dalam program
museum. pelestarian cagar budaya di museum 10 Nopember
Berdasarkan wawancara dengan salah satu adalah investor swasta yang dapat meningkatkan
pengunjung museum, hal itu juga diakui kebenarannya. kualitas dan variasi fasilitas pada obyek museum.
Secara rambu/peraturan mengenai menjaga kebersihan Namun kurangnya investor swasta masih menjadi
disekitar wilayah museumdan juga menjaga benda-benda persoalan yang belum bisa teratasi sampai saat ini.
yang dipamerkan didalamnya memang sudah sangat jelas Belum adanya pengaruh dan dukungan dari
dan masyarakat pun sudah sangat taat untuk tidak investor swasta sampai saat ini dikarenakan tidak adanya
melanggar rambu yang ada. Tetapi tidak bisa dikatakan bentuk kerjasama pemerintah dengan pihak swasta yang
bentuk partisipasi ini sudah cukup terpenuhi. Masyarakat mendorong dan mengambil bagian dalam interaksi antara
mengaku belum tau jika proses pelestarian itu melibatkan warisan budaya dan dunia komersial. Museum dapat
masyarakat dan diatur secara jelas dalam Peraturan dikembangan terlebih untuk meningkatan eksitensinya
Daerah Kota Surabaya. Ardelia seorang pelajar yang dengan mendapatkan bantuan dari pihak swasta atau
berkunjung mengatakan bahwa: pihak lain seperti akademisi. Pihak swasta bisa dilakukan
“Setau saya sih masyarakat berperan untuk menjaga dengan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan
agar keberadaannya tidak hilang atau rusak mungkin atau Corporate Social Responsibility (CSR) dan lain
dengan menaati peraturan. Tapi untuk kejelasannya di sebagainya (Puspaningtyas, 2022). Ketidaktahuan terkait
dalam Perda saya belum tau cara lain apa yang pentingnya cagar budaya juga menjadi penyebab
masyarakat bisa lakukan.” (hasil wawancara 28 mengapa kurangnya investor swasta dalam program
Februari 2022). pelestarian ini, Mereka berpikir bahwa apapun yang

1237
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

berhubungan dengan cagar budaya tidak memiliki nilai bersama DPRD sedang yang membahas penyempurnaan
dan tidak bisa dijual belikan. peraturan daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2005 ini.
Dan yang terakhir yaitu lingkungan politik berasal Kedua instansi tidak mengetahui isi draf Raperda
dari campur tangan pemerintah yang memberikan resiko tersebut, begitupun pasal pasal apa yang mengalami
dan pengaruhi politik terhadap keberlangsungan sebuah perubahan. Namun dilansir dari kanal berita, Wakil Ketua
kebijakan. Dinas Kebudayaan dan UPTD Pengelolaan DPRD Kota Surabaya AH Thony mengatakan bentuk
museum menyatakan bahwa dukungan politik dari perubahan terletak pada muatan isi Perda yang
pemerintah sudah sangat besar dilandasi dengan adanya didalamnya ada 10 objek kebudayaan yang damanatkan
regulasi yang dibuat untuk mengatur pelaksanaannya untuk dimajukan berdasarkan Undang-undang No. 5
yaitu Peraturan Daerah Kota Surabaya No 5 tahun 2005 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan dalam rangka
yang mengatur tentang pelestarian bangunan dan/atau melindungi, memanfaatkan dan megembangkan
lingkungan cagar budaya yang ada di Kota Surabaya. kebudayaan Indonesia. Di dalam perda cagar budaya
Pemerintah juga turut membantu Museum 10 November hasil Raperda ini juga akan digagas badan yang
Surabaya untuk berhasil mendapat penghargaan sebagai bertanggung jawab penuh terhadap cagar budaya karena
Museum Kabupaten/Kota terbaik tingkat nasional pada dinilai Tim Cagar Budaya hanya sebatas kajian yang
tahun 2015 yang lalu. tidak jelastindak lajutnya (Yaqin, 2022).
Selain itu bentuk bahwa pemerintah telah
memerhatikan pelestarian cagar budaya ialah dengan PENUTUP
meneribtkan Peraturan Walikota No 59 tahun 2007 yang Simpulan
saat ini telah diperbarui menjadi Peraturan Walikota 42 Berdasarkan penjabaran yang telah ditulis diatas
tahun 2017 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota peneliti menyimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan
Surabaya No. 5 Tahun 2005. Dengan adanya kebijakan Pelestarian Cagar Budaya (Studi Eksistensi Museum
Perwali ini pelaksanaan pelestarian cagar budaya Sepuluh Nopember Selama Pandemi Di Kota
menjadi jauh lebih mudah terutama di bidang Surabaya), dari keenam indikator teori yang diajadikan
penyelenggaraan pelayanan perizinan di bidang acuan peneliti yaitu standar dan tujuan kebijakan,
pelestarian Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar karakteristik organisasi pelaksana, komunikasi antar
Budaya di Kota Surabaya. organisasi, disposisi atau sikap para pelaksana, dan
Namun jika ditinjau ulang dari seluruh persoalan yang terakhir lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.
yang ditemukan dilapangan hasil observasi peneliti, Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, ketepatan
masih ditemukan berbagai hambatan yang belum dapat dari kebijakan implementasi pelestarian cagar budaya
diatasi oleh Pemerintah Kota Surabaya. Seperti hambatan (Perda No. 5 Tahun 2005 dan Perwali No. 59 Tahun
pada sumberdaya Tim Cagar budaya yang masih 2007 begitu juga pembaharuannya yaitu Perwali No. 42
bergantung kepada BP3 Trowulan, sumberdaya finansial Tahun 2017) di Museum 10 Nopember masih menemui
terkait dengan anggaran yang masuk untuk melaksanakan banyak kekurangan dan belum memenuhi kebijakan
proses implementasi pelestarian cagar budaya, masih yang ada. Terutama jika dikaitkan dengan eksistensi
ditemukannya dukungan pemerintah terhadap penyediaan Museum 10 Nopember yang masih sangat kurang di
tenaga aparat hukum yang siap menjaga kemanan baik mata masyarakat permasalahan yang ada justru
museum dan juga bangunan cagar budaya lain, dan memperburuk.
kurangnya usaha pemerintah dalam membentuk Pada faktor standar dan tujuan kebijakan pihak
kerjasama dengan pihak swasta untuk mendorong UPTD belum menyebutkan standar dan tujuan yang
program pelestarian baik secara finansial maupun secara selama ini diterapkan mengacu pada sebuah kebijakan,
teknis. ditinjau dari tindakan dalam melakukan pelestarian
Sementara dari pihak DPRD Kota Surabaya sendiri tidak menjadi kendala bagi kedua instansi. Maka dari
menurut (Diky Ritiduian, 2021) dipenelitiannya DPRD itu standar/sasaran kebijakan dan tujuan kebijakan
sudah menampilka kinerja yang baik terutama dalam dari kedua instansi sudah berjalan sesuai kebijakan
pengawalan kebijakan pelestarian. Upaya untuk menjaga Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2005
bangunan/lingkungan cagar budaya agar tetap Dari sisi indikator sumberdaya banyak sekali
kelestariannya telah terlaksana sesuai dengan arahan dan hambatan yang peneliti temukan dilapangan seperti
acuan yang tepat berdasarkan dari Undang-Undang dan aspek sumberdaya manusia yang masih belum efektif
Peraturan Daerah Kota Surabaya. Saat ini Pemerintah karena adanya permasalahan pada Tim Cagar Budaya
menggagas rancangan Perda terhadap Perda Kota yang belum teratasi karena belum adanya langkah tegas
Surabaya No 5 tahun 2005 agar lebih sempurna dan lebih dari Kepala Bidang untuk mendiskusikan hal ini kepada
menyesuaikan dengan UUD No 11 Tahun 2010 mengatur Pemerintah Kota agar dalam melaksanakan pelestarian,
mengenai cagar budaya. Walikota Surabaya Eri Cahyadi
1238
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

Tim Cagar Budaya yang ada di Kota Surabaya masih Surabaya dengan menegaskan peraturan guna
bergantung pada Balai Pelestarian Cagar Budaya (BP3) memajukan seni dan budaya dengan tujuan unuk
Trowulan. melindungi, memanfaatkan dan megembangkan
Begitu juga pada sumberdaya finansial. kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya Kota
Anggaran yang diberikan oleh pemerintah jika Surabaya.
dibanding wisata atau cagar budaya lainnya masih
sangat kurang. Ditambah dengan pengurangan Saran
anggaran makin diperketat karena adanya Covid-19 Berdasarkan kesimpulan yang peneliti jelaskan,
sehingga salah satu dampaknya ialah pelestarian cagar peneliti memiliki sejumlah yang nantinya dapat
budaya yang terganggu seperti kebocoran AC karena diangkat menjadi masukan agar implementasi kebijakan
pelestarian cagar budaya di Museum 10 Nopember
kurangnya budget. Sementara sumberdaya waktu
lebih baik lagi kedepannya. Saran-saran tersebut yaitu:
sejauh ini belum terkendala. Faktor ketiga yaitu 1. Dari segi sumberdaya, yang pertama dari
karakteristik agen pelaksana kebijakan pelestarian sumberdaya manusia pemerintah bisa
cagar budaya yang ada di Museum 10 Nopember telah ditingkatkan kompetensinya dengan
berjalan sesuai sasaran jika ditinjau dari norma-norma menerapkan prinsip good governance untuk
dalam bentuk SOP yang sudah dilaksanakan dengan mengisi posisi bidang erkologi pada Tim
baik begitu juga ketapatan kooridnasi antara Dinas Cagar Budaya yang belum terpenuhi. Agar
Tim Cagar Budaya bisa melakukan
Kebudayaan dan UPTD. Sama halnya dengan faktor
pekerjaan mereka secara maksimal alangkah
ketiga, faktor berikutnya yaitu komunikasi antar baiknya Pemerintah Kota dan DPRD dapat
organisasi juga telah berjalan dengan lancar dan tidak bersinergi dalam mewujudkan wacana untuk
ada halangan yang memengaruhi kinerja implementasi membuatkan kantor khusus bagi Tim Cagar
kebijakan pelestarian. Budaya ini agar lebih fokus dalam bekerja.
Untuk faktor disposisi / sikap dari para Berikutnya sumberdaya finansial
Pemerintah Kota bisa lebih mengutamakan
pelaksana masih belum optimal terutama dalam
konservasi / pelestarian pada cagar budaya
penanganan tindak kejahatan. Pemerintah Kota yang sudah ada terlebih dulu daripada
Surabaya sendiri belum menyediakan aparat yang siap memperbaiki kualitas obyek wisata /
sedia menjaga dan mengatasi jika suatu saat tindak bangunan cagar budaya baru sehingga
kejahatan seperti vandalisme bisa terjadi terutama hal persoalan anggaran tidak tumpang tindih.
tersebut biasa dilakukan oknum tak bertanggung jawab Dikondisi new normal ini dapat
dimalam hari dimana pengawasan sangat minim. memperbanyak penyelenggaraan acara di
wilayah Museum 10 Nopember dan Tugu
Walaupun sejauh ini belum ada laporan kehilangan
Pahlawan supaya ada dana retribusi yang
pada benda-benda cagar budaya di Museum 10 bisa diputarkan pihak UPTD untuk program
Nopember namun tentu masalah ini dapat memengaruhi pelestarian pelestarian. Selain itu pihak
pelaksanaan program pelestarian cagar budaya. UPTD bisa lebih terperinci dalam mengelola
Pada faktor lingkungan sosial yaitu masyarakat prioritas untuk budget perawatan teknis
sejauh ini belum mengetahui urgensi pelestarian cagar seperti peremajaan AC dan
budaya, keluhan juga datang terkait transparansi dari mengesampingkan keperluan yang tidak
mendesak.
pihak Museum 10 Nopember dalam mensosialisasikan
2. Pada faktor Disposisi / sikap para pelaksana
kegiatan pelestarian agar masyarakat paham peran serta bisa ditingkatkan dengan menambahkan
mereka dan apa yang bisa mereka lakukan. Hal ini apartur yang dapat menindaklanjuti tindak
dinilai masyarakat juga semakin meyakinkan bahwa kejatan dengan menggunakan sistem shift
eksistensi dari Museum masih perlu ditingkatkan lagi. dalam menjaga cagar budaya di Surabaya.
Di lingkup politik Pemerintah Kota Surabaya masih Selain itu Pemerintah Kota Surabaya bisa
menambah kebijakan yang mengatur secara
belum memiliki inisiatif untuk lebih memerhatikan
jelas perlindungan benda-benda / bangunan
kerjasama dengan investor swasta yang sampai saat ini cagar budaya agar terlindungi dan memberi
masih susah untuk ditembus. sanksi tegas kepada siapa yang melanggar
Pemerintah Kota Surabaya dan DPRD dalam 3. Aspek Lingkungan sosial dapat
mengawasi pelestarian cagar budaya menggagaskan dioptimalkan dengan sosialisasi lebih
untuk rancangan Perda terhadap Perda Kota Surabaya mendalam ke masyarakat tentang Perda No.
No 5 tahun 2005 agar lebih sempurna dan lebih 5 tahun 2005 seperti sasaran dan tujuannya,
mengapa masyarakat menjadi salah satu
menyesuaikan dengan UUD No 11 Tahun 2010
tokoh penting dalam program pelestarian
mengatur mengenai cagar budaya. Isi dari draft Raperda agar mereka paham pentingnya melestarikan
ini disesuaikan dengan kondisi terkini yang ada di Kota

1239
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

cagar budaya. Pihak UPTD bisa lebih Implementasi Kebijakan Publik. In Pt Bumi
transparan terhadap masyarakat. Akun
Aksara.
media sosial yang UPTD miliki bisa lebih
ditingkatkan lagi promosinya seperti dengan American Association of Museums. 1997. Official
memanfaatkan akun resmi milik Dinas
Museum Directory 1998 (28th ed)(2 Vol Set). Natl
Kebudayaan untuk mempromosikan akun
Instagram, siaran langsung pada saat Register Pub; 28th edition (December 1, 1997).
konservasi sedang dilakukan dan kegiatan-
Asmara, A. Y. 2016. Pentingnya Riset Kebijakan Dalam
kegiatan pelestarian yang sedang dilakukan.
Eksistensi Museum 10 Nopember juga bisa Pembuatan Kebijakan Pembuatan Kebijakan Publik
ditingkatkan dengan menyebar brosur di
Unggul Di Indonesia. Journal of Public Sector
kantor Dinas kebudayaan, pengoptimalan
media sosial seperti membuat reels Innovation, 1(1), 10.
Instagram, kontek video tiktok dan nantinya
Ayu, D., Jannah, M., Andriani, N., Arief, M.,
pihak UPTD bisa mensosialisasikan akun
Ekonomi,
media sosial ini agar diikuti oleh
masyarakat. A. F., Bisnis, D., Trunojoyo, U., Manajemen, J., &
4. Aspek lingkungan ekonomi ditingkatkan
Ekonomi, F. 2014. Pengaruh Strategi Experiential
lagi dengan mengajukan kolaborasi dengan
investor swasta lewat sosialisasi kepada Marketing Terhadap Kepuasan Pengunjung
pihak mereka betapa potensialnya untuk
Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Jurnal
mengembangkan cagar budaya untuk
dilindungi bersama dan dijadikan sebagai Studi Manajemen Dan Bisnis, 1(1), 53–64.
sektor pariwisata. Lalu pemerintah juga bisa
https://doi.org/10.21107/JSMB.V1I1.1515
bekerja sama dengan perusahaan untuk
mengagas program corporate social Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah.
responsibility (CSR) agar tidak bergantung (2017).
pada anggaran dari pemerintah kota saja.
Profil Kota Surabaya.
Ucapan Terima Kasih http://perkotaan.bpiw.pu.go.id/v2/kota-besar/39
Melalui ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih Bahri, Syaeful , Madlazim, M. (2012). Pemetaan
kepada pihak-pihak yang telah membantu serta
membimbing dalam menyelesaikan penulisan artikel Topografi, Geofisika Dan Geologi Kota Surabaya.
ilmiah ini, diantaranya: Jurnal Penelitian Fisika Dan Aplikasinya (JPFA),
1. Allah Subhanahu Wa Ta' ala
2. Ibu dan Bapak serta keluarga besar yang selalu 2(No. 2).
memberikan mendoakan dan mendukung. Dewantara, P. 2014. Kampanye Museum 10 Nopember
3. Bapak Badrudin Kurniawan, S.AP., M.AP.
selaku dosen pembimbing Surabaya Dengan Target Audiens Remaja Usia 15-
4. Ibu Dr. Suci Megawati, S.IP., M.Si. selaku 22 Tahun. Sains D& Seni ITS.
dosen penguji.
5. Ibu Dr. Tjitjik Rahaju, M.Si. sebagai dosen Dewi Ayu Miftahul Jannah, Nurita Andriani, M. A.
penguji. 2014. Pengaruh Strategi Experiential Marketing
6. Semua Pegawai/Staf Dinas Kebudayaan
Kepemudaan dan Olah Raga Serta Pariwisata Terhadap Kepuasan Pengunjung Museum Sepuluh
Kota Surabaya dan Unit Pelaksana Teknis Nopember Surabaya. Studi Manajemen Dan Bisnis,
Daerah Pengelolaan Museum dan Gedung Seni
Budaya selaku pelaksana kebijakan yang 1.
menjadi narasumber. Diky Ritiduian, S. M. 2021. Implementasi Kebijakan
7. Semua Dosen S1 Ilmu Administrasi Negara
UNESA. Pelestarian Bangunan Cagar Budaya (Studi Pada
8. Teman-teman yang memberi semangat dan Bangunan Bekas Penjara Koblen Menjadi Pasar
membantu dalam proses penelitian hingga
artikel ini bisa selesai. Buah Di Kota Surabaya). Jurnal Administrasi
Publik Unesa, Article in press.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, So. 2012. Analisis Kebijakan Dari Hakim, A. 2010. Museum 10 Nopember Nasibmu
Kini.
Formulasi ke Penyusunan Model Model
Kompas.Com.
Implementasi Kebijakan Publik Analisis Kebijakan
Hidayat, R. 2015. Perancangan Environmental Graphic
Dari Formulasi ke Penyusunan Model Model
Design Museum Sepuluh Nopember Surabaya
Sebagai Pendukung Program Wisata Surabaya City
1240
Implementasi Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya….

Tour. In Repository Universitas Dinamika. Productivity with New Dimensions of Effective


Universitas Dinamika. Communication Flow. Journal of Business and
Idrus, K. 2015. Kebijakan Manajemen Aset Daerah Social Review in Emerging Economies.
Dalam Upaya Pelestarian Bangunan Cagar https://doi.org/10.26710/jbsee.v2i2.35
Budaya Di Kota Surabaya [Universitas Airlangga]. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan
http://lib.unair.ac.id Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. R&D.
Ismail. 2019. Implementation of Village Financial Suharno. (2013). Dasar-Dasar Kebijakan Publik: Kajian
System Policy in Requiring Village Financial Proses dan Analisa Kebijakan. Penerbit Ombal.
Administration in Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial, Surabaya, P. K. 2021. Surat Edaran PPKM Darurat
2(2), 37–48. Kota Surabaya (p. 6).
Kurnia, H., Suryono, A., & Hadi, M. (n.d.). Surya.co.id. 2017. Pemkot Surabaya Wajib Ambil
Impelementasi Perda Kota Surabaya No. 5 Tahun Tindakan Tegas Bila Bangunan Cagar Budaya Tak
2005 Tentang Pelestarian bangunan Dan/atau Dirawat Pemilik. Surabaya Metro.
Lingkungan Cagar Budaya Di Kota Surabaya https://surabaya.tribunnews.com/2017/07/23/pemk
(Suatu Studi Pada Dinas Kebudayaan dan ot-surabaya-wajib-ambil-tindakan-tegas-bila-
Pariwisata Kota Surabaya). JAP), 1(5), 1058–1067. bangunan-cagar-budaya-tak-dirawat-pemilik
Kurniawan, W. 2020. Implementasi Kebijakan Usman, N. 2002. Konteks Implementasi Berbasis
Pembangunan Infrastruktur Jalan Di Kecamatan Kurikulum. CV Sinar Baru.
Tabir Selatan Kabupaten Merangin Dengan Yaqin, N. 2022. DPRD Surabaya Minta Pemkot Buat
Menggunakan Model Donald Van Metter dan Van Kanal Khusus Cagar Budaya. Faktualnews.Co.
Horn. Jurnal Manajemen Dan Ilmu Administrasi https://faktualnews.co/2022/03/25/dprd-surabaya-
Publik, 1(4). minta-pemkot-buat-kanal-khusus-cagar-
Luthfia Zauma. 2014. Implementasi Kebijakan Tentang budaya/309886/
Yodisasi Terhadap Mutu Garam Pada Industri
Garam Skala Kecil Di Kecamatan Kaliori
Kabupaten Rembang.Universitas Negeri Semarang.
Malkab, Marnih; Nawawi, Juanda; Mahmud, Alimuddin;
Sujiono, E. H. 2015. The Implementer Disposition
of Teacher Certification Policy in Indonesia.
International Education Studies, 8.
Pemerintah Kota Surabaya. 2016. Profil Kota Surabaya
2016. Cities, 1, 1–146.
https://www.globalcovenantofmayors.org/cities/sur
abaya/
Puspaningtyas, A. 2022. Pengembangan Ekonomi
Daerah melalui Sektor Unggulan Kota Surabaya
dalam Masa Pandemi Covid-19. JPSI (Journal of
Public Sector Innovations), 06 (2), 84–90.
Sadia, Aysha; Salleh, Berhannudin Mohd; Kadir, Zulida
Abdul ; Sanif, S. 2016. The Relationship between
Organizational Communication and Employees

1241
Publika. Volume 10 Nomor 4, Tahun 2022, 1227-1242.

1242

Anda mungkin juga menyukai