Anda di halaman 1dari 2

Arsitektur Nusantara (TKA62008)

Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
Semester Genap 2021/2022

Mitos Genesis
Suku Minangkabau
Suku Minangkabau banyak menempati wilayah Sumatera Penamaan Minangkabau
Barat dan sekitarnya. Suku Minangkabau umum dikenal Pada zaman nenek moyang Suku Minangkabau, datang
sebagai penganut sistem kekerabatan matrilineal dan pasukan dari Jawa yang diduga berasal dari kerajaan
kebanyakan masyarakatnya beragama Islam. Majapahit. Pasukan Majapahit ini datang dengan tujuan
ingin menguasai wilayah sekitar Gunung Merapi (saat ini
Asal Usul Suku Minangkabau wilayah Sumatera Barat). Kala itu nenek moyang Suku
Menurut sejarah, suku minangkabau berasal dari Minangkabau, Datuk Katumanggungan dan Datuk Perpatih
percampuran bangsa Melayu Tua yang datang pada Nan Sabatang, mengusulkan untuk berperang
Zaman Neoliticum dan bangsa Melayu Muda yang datang menggunakan kerbau atau adu kerbau, melihat pasukan
pada Zaman Perunggu. Kedua bangsa ini serumpun Majapahit yang datang dalam jumlah banyak dan kuat.
dengan bangsa Astronesia yang meninggalkan kampung Pertarungan adu kerbau itu memiliki perjanjian bahwa
halamannya di wilayah Hindia, dan menuju selatan untuk apabila Suku Minangkabau menang maka akan mendapat
mencari tempat tinggal baru. Mereka mendarat di pantai seluruh harta yang berada di kapal pasukan Majapahit.
sebelah timur Sumatera dan kemudian melakukan Sedangkan jika Suku Minangkabau kalah, maka kedua
perjalanan ke pedalaman pulau Sumatera, sampai di kerajaan datuk tersebut harus diserahkan kepada Kerajaan
sekitar Gunung Merapi. Disana mereka mendapat tanah Majapahit.
yang subur, sehingga memutuskan untuk menetap dan
membangun nagari pertama yaitu Pariangan Padang Menyetujui tawaran adu kerbau tersebut, pasukan
Panjang. Hal ini sesuai dengan pepatah adat yaitu “Dari Majapahit menyiapkan kerbau yang besar dan kuat untuk
mana titik Pelita, dari semak turun ke padi, dari mana asal memastikan mereka menang. Namun strategi Suku
nenek moyang kita, dari puncak gunung merapi”. Minangkabau tidak kalah cerdik dengan pasukan
Majapahit. Mereka menggunakan kerbau yang kecil yang
Selain sejarah dan pendapat para ilmuwan, terdapat juga masih menyusui. Kerbau kecil tersebut dipisahkan dari
mitos yang tersebar di kalangan masyarakat Suku induknya dan dipasangi senjata tajam pada bagian
Minangkabau. Mitos ini berasal dari Tambo, yang berisi tanduknya. Saat pertarungan berlangsung, kerbau kecil
bahwa nenek moyang Suku Minangkabau berasal dari yang kelaparan menganggap kerbau milik pasukan
keturunan Raja Iskandar Zulkarnain, yaitu Sri Maharaja Majapahit sebagai induknya, sehingga mereka berlarian
Diraja. Ia mendarat di puncak Gunung Merapi dan mengejar kerbau-kerbau besar tersebut. Banyak dari
kemudian menikah dengan adik dari ninik Datuk Suri kerbau pasukan Majapahit yang tertusuk dan perutnya
Dirajo, Indo Jelita. Setelah Sri Maharaja Diraja meninggal, terobek oleh senjata tajam yang diselipkan pada kerbau
Indo Jelita dinikahi oleh salah satu pengikut dan penasihat Suku Minangkabau, sehingga Suku Minangkabau menang
Sri Maharaja Diraja, Cati Bilang Pandai. Anak-anak dari dalam pertarungan tersebut. Dari kemenangan tersebut,
kedua pernikahan itu yang diyakini menjadi cikal bakal nenek moyang Suku Minangkabau mengambil kata
nenek moyang Minangkabau, dan menjadi awal mula “Manang” yang berarti menang dan “Kabau” yang berarti
dianutnya sistem matriarki. kerbau. Kedua kata tersebut digabungkan menjadi
Minangkabau, dan digunakan sampai sekarang menjadi
nama suku tersebut.
Makna Kerbau bagi Suku Minangkabau Hubungan Mitos dengan Rumah Gadang
Bagi masyarakat Minangkabau, hewan kerbau memiliki Dengan tujuan untuk mengenang peristiwa adu kerbau
posisi yang tinggi dan makna yang berarti bagi kehidupan yang memenangkan Suku Minangkabau, rumah-rumah
mereka. Salah satu alasannya adalah karena sejarah dari dari penduduk Pagaruyung memiliki atap yang bentuknya
terbentuknya nama Minangkabau yang telah dijelaskan menyerupai tanduk kerbau. Selain itu, bagian badan rumah
sebelumnya. Pada kehidupan sehari-hari, tingginya berbentuk dasar trapesium sebagai simbol kapal nenek
kedudukan hewan kerbau dapat dilihat pada saat pesta moyang Suku Minangkabau yang melakukan pelayaran
perkawinan, yaitu mengistimewakan kerbau saat acara dan sampai akhirnya menepi di daratan Sumatera Barat.
pemotongan hewan. Selain itu, kata kerbau sering dijumpai Ornamen lain yang dapat ditemukan pada rumah ini
saat acara meminang. Kala mempelai wanita mendatangi adalah ukiran Kaluak Paku atau gulungan pucuk pakis
rumah mempelai laki-laki, kata kerbau ditujukan untuk muda, yang melambangkan tanggung jawab seorang
mengilustrasikan mempelai laki-laki yang dipinang. mamak kepada kemenakan di rumah orang tua, juga
sebagai ayah di rumah istri.
Hewan kerbau juga kerap kali dikaitkan dengan filosofi
“Alam takambang jadi guru”, dimana kerbau menjadi
simbolisasinya. Filosofi ini secara harfiah memiliki arti
bahwa seluruh unsur di alam yang terbentang luas ini
dapat dijadikan ilmu. Masyarakat Minangkabau juga
meneladani kerbau dari perilakunya. Salah satunya saat
kerbau mulai memiliki mata yang merah dan suhu badan
yang tinggi, mereka akan mencari tempat untuk berteduh
atau masuk ke dalam kubangan. Kebiasaan kerbau ini
dapat diteladani pada kehidupan sehari-hari, yaitu
menenangkan diri saat emosi dan menghadapi masalah
sehingga bisa menemukan penyelesaian terbaiknya.

Disusun Oleh :

Kelompok 5 Kelas B

Rico Rizqi Syahputra Presenter


205060507111041

Putri Nivalda Maria Komber Presenter


205060520111001

Nada Atha Shahirah Penulis Naskah


205060501111050

M. Ramzi Ra'uf Shafa Editor Video


205060507111045

Anda mungkin juga menyukai