Anda di halaman 1dari 4

Orang Minangkabau

Minangkabau atau disingkat Minang (Jawi: ‫ )ميناڠكاب او‬merujuk pada entitas kultural dan


geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem
kekerabatan matrilineal dan identitas agama Islam. Secara geografis, Minangkabau
meliputi daratan Sumatra Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian
barat Jambi, pantai barat Sumatra Utara, barat daya Aceh dan Negeri
Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang sering kali disamakan
sebagai orang Padang. Hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatra Barat,
yaitu Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan
sebutan urang awak. Awak itu sendiri berarti saya, aku atau kita dalam percakapan
keseharian orang Minang.  Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan urang
awak itu adalah orang Minang itu sendiri.

Etimologi

Nama Minangkabau berasal dari dua kata yaitu, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan
dengan suatu legenda yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo tersebut, konon pada
suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang
dari laut dan akan melakukan penaklukkan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat
setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan
menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat
menyediakan seekor anak kerbau yang masih menyusui. Dalam pertempuran, anak
kerbau yang masih menyusui tersebut menyangka kerbau besar tersebut adalah
induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga
mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan
masyarakat setempat memakai nama Minangkabau,[17] yang berasal dari ucapan
"Manang kabau" (artinya menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam Hikayat
Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang
sebelumnya bernama Pariangan menggunakan nama tersebut.[18] Selanjutnya
penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu
Nagari Minangkabau, yang terletak di Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah
Datar, Sumatra Barat.
Agama
Masyarakat Minang saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya
keluar dari agama Islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap
keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang sepanjang adat".
Agama Islam diperkirakan masuk melalui kawasan pesisir timur, walaupun ada
anggapan dari pesisir barat, terutama pada kawasan Pariaman, namun
kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang berada pada pesisir timur juga
telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau, dan Sungai Kampar maupun Batang
Kuantan berhulu pada kawasan pedalaman Minangkabau. Sebagaimana pepatah yang
ada di masyarakat, Adat manurun, Syarak mandaki (Adat diturunkan dari pedalaman ke
pesisir, sementara agama (Islam) datang dari pesisir ke pedalaman), [28] serta hal ini juga
dikaitkan dengan penyebutan Orang Siak merujuk kepada orang-orang yang soleh, ahli
dan tekun dalam agama Islam,[29] masih tetap digunakan di dataran tinggi Minangkabau.

Bahasa

Artikel utama: Bahasa Minangkabau

Bahasa Minangkabau termasuk salah satu anak cabang rumpun bahasa Austronesia.


Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau
dengan bahasa Melayu. Namun, juga terdapat anggapan yang meyakini bahwa bahasa
yang dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena banyaknya
kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya. Sementara itu, yang lain justru
beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu serta
ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan bahasa Proto-Melayu. [37]
[38] Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri juga sudah terdapat
berbagai macam dialek bergantung kepada daerahnya masing-masing. [39][40]
Kesenian Tari

Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-
tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Di antara tari-tarian
tersebut misalnya tari pasambahan.

Alat Musik Tradisional


Kesenian atau musik Sumatera Barat berasal dari masyarakat Minangkabau yang
mendapat pengaruh dari musik Melayu. Umumnya musik Sumatera Barat
dimainkan dengan alat-alat musik seperti talempong
Lagu daerah
Kampuang Nan Jauh di Mato merupakan salah satu lagu yang diciptakan
oleh Oslan Husein, seorang darah kelahiran Padang, 8 April 1931.  Lagu ini
merupakan salah satu lagu Minang, atau lagu daerah Sumatera Barat.

Kampuang Nan Jauh di Mato

Kampuang nan jauah di mato Takana jo kawan-kawan Den lamo


Gunuang sansai ba kuliliang Sangkek den basuliang-suliang
Den takana jo kawan-kawan lamo
Panduduaknyo nan elok
Sangkek den basuliang-suliang Nan suko bagotong royong
Panduduaknyo nan elok Kok susah samo-samo di raso
Nan suko bagotong royong Den takana jo kampuang
Kok susah samo-samo di raso Takana jo kampuang
Den takana jo kampuang
Induak, Ayah, Adiak sadonyo
Takana jo kampuang Raso maimbau-imbau Den pulang
Induak, Ayah, Adiak sadonyo Den takana jo kampuang
Raso maimbau-imbau Den pulang
Takana.. jo kampuang..
Den takana jo kampuang Takana.. jo kampuang..
Kampuang Den jauah di mato Takana.. jo kampuang..
Gunuang sansai ba kuliliang Takana..

Anda mungkin juga menyukai