Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PENATAAN BANGUNAN PADA KAWASAN KUMUH

DI BANTARAN PARIT NANAS DALAM RANGKA


PENGEMBALIAN FUNGSI SUNGAI

Rizky Putranto 1)

Abstrak
Munculnya kantong-kantong permukiman kumuh di kawasan perkotaan merupakan tugas
berat yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Di Kota Pontianak kawasan deliniasi
kawasan kumuh diatur dalam SK Walikota yang khusus mengatur untuk menyelesaikan
kawasan kumuh tersebut. Sebagian besar kawasan kumuh di Kota Pontianak berada pada
kawasan bantaran sungai dengan segala macam permasalahannya. Posisi bangunan rumah
membelakangi sungai yang berarti berada di atas air serta jamban-jamban yang ada
mengakibatkan tercemarnya sungai di daerah permukiman tersebut. Penelitian ini diawali
dengan identifikasi kawasan kumuh di daerah bantaran Parit Nanas dan membentuk sebuah
konsep dan strategi penataan bangunan di bantaran bantaran Parit Nanas agar dapat
mengembalikan fungsi sungai yang bebas dari pencemaran. Identifikasi kawasan kumuh
dilakukan berdasarkan data sekunder dan kondisi langsung yang dilihat di lapangan
kemudian dasar-dasar konsep penataan mengacu kepada konsep penanganan kawasan
kumuh berupa strategi pencegahan dan penanganan kondisi infrastruktur yang ada pada
kawasan tersebut. Dari metode tersebut akan dihasilkan pola penataan bangunan yang
berada di atas air dan membelakangi sungai serta ketersediaan utilitas kawasan yang
mendukung untuk mengatasi kekumuhan kawasan seperti keadaan jaringan jalan, drainase,
sanitasi dan limbah, ketersediaan air bersih, persampahan, ruang terbuka pubik dan
penanganan kebakaran. Konsep kawasan Terpana (Teras Parit Nanas) merupakan suatu
hasil yang dibentuk dari analisis penelitian ini dimana kawasan tersebut ditata menjadi
sebuah kawasan dengan orientasi baru berbentuk waterfront, wisata air serta area yang
aman untuk bermain anak-anak. Dengan perubahan berdasarkan konsep yang digagaskan
diharapkan akan mengubah pola hidup masyarakat sekitar bantaran sungai untuk lebih
memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan perubahan
perilaku-perilaku menjadi hidup bersih dan sehat. Akibat perubahan perilaku masyarakat
yang lebih baik terhadap sungai, maka kondisi sungai perlahan-lahan akan semakin baik
dan mengurangi pencemaran pada sungai tersebut.

Kata kunci : kumuh, penataan bangunan, sungai, perubahan perilaku

1. PENDAHULUAN pada kemerosotan suatu lingkungan


Peningkatan jumlah permukiman, tidak efisiennya
penduduk yang tinggi dan penggunaan tanah kawasan pusat
perpindahan penduduk ke daerah kota, dan mengungkapkan bahwa
perkotaan, merupakan penyebab penurunan kualitas tersebut bisa
utama pesatnyaperkembangan terjadi di setiap bagian kota.
kegiatan suatu kota. Perkembangan Kemerosotan lingkungan seringkali
tersebut menyebabkan terjadinya dikaitkan dengan masalah sosial,
perubahan terhadap struktur kota. seperti kriminalitas, kenakalan
Perubahan tersebut akan mengarah remaja, dan prostitusi (Uar, 2016).
Kemunculan kawasan tersebut relevan dengan struktur
permukiman kumuh diakibatkan morfologi kotanya yang terbelah oleh
karena adanya daya tarik daerah sungai-sungai besar, sehingga terjadi
perkotaan yang memiliki tingkat aglomerasi penduduk di bagian
pelayanan fasilitas kota yang tinggi, wilayah Kota yang memiliki
banyaknya lowongan pekerjaan dan morfologi datar di sepanjang pesisir,
kemudahan jangkauan. Daya tarik sepanjang daerah Aliran Sungai, dan
tersebut semakin diperkuat oleh linier mengikuti jalan. Konsentrasi
adanya pengaruh dari desa (non penduduk lebih terfokus lagi pada
urban) yaitu rendahnya fasilitas Bagian wilayah Kota dengan
tingkat pelayanan, sempitnya morfologi datar serta secara historis
lapangan pekerjaan, sulitnya telah berperan sebagai Pusat
pengembangan perekonomian dan pemerintahan dan perekonomian.
semakin berkurangnya lahan Perkembangan perumahan di
produktif. Kedua faktor tersebut kawasan bantaran Sungai tidak
mempengaruhi keinginan penduduk dibarengi dengan penyediaan sarana
desa untuk berpindah ke kota yang dan prasarana yang memadai.
menyebabkan timbulnya banyak Akibatnya pola hunian masyarakat
masalah, yang berawal dari pada kawasan bantaran Sungai
rendahnya pengetahuan, tumbuh secara tidak teratur. Pola
keterampilan, modal dan kesadaran arah hadap bangunan terhadap sungai
yang mereka miliki. Kondisi ini belum jelas. Sebagian ada yang
mendorong timbulnya kawasan menghadap sungai namun sebagian
permukiman di daerah perkotaan. lagi ada yang membelakangi sungai.
Pada tahun 2015 berdasarkan Jarak antar rumah sangat dekat,
SK Walikota Pontianak No :398/D- bahkan atap rumahnya ada yang
CKTRP/Tahun 2015 tentang saling berhimpit. Banyaknya
Penetapan Lokasi Perumahan dan masyarakat yang menjadikan sungai
Permukiman Kumuh di Kota sebagai tempat pembuangan sampah
Pontianak terdapat 18 Kelurahan membuat lingkungan bantaran sungai
dengan luasan 70,51 Ha yang menjadi tidak nyaman.
teridentifikasi dalam kriteria kawasan
kumuh sedang dan berat. Kawasan 2. TINJAUAN PUSTAKA
Parit Nenas termasuk ke dalam Pemukiman adalah produk
deliniasi kumuh yang ditetapkan budaya juga ruang tempat manusia
melalui surat keputusan tersebut berbudaya itu sendiri, yang terus
dengan kategori kumuh berat di berkembang seiring dengan
bantaran sungai. meningkatnya jumlah penduduk dan
Kota Pontianak sebagai kota berkembangnya kebudayaan.
yang relatif tua, terbentuk pada tahun Pemukiman akan dengan sendirinya
1771 merupakan salah satu kota yang berkembang secara berkelanjutan
sangat rentan terhadap pembentukan selama kehidupan manusia
kawasan-kawasan kumuh di berkembang. Pemukiman tepi sungai
beberapa bagian wilayahnya. Hal adalah pemukiman organis/spontan
meskipun pada akhirnya secara konservasi dan restorasi bangunan
spasial pemukiman tersebut sejarah yang berada di tepi
memunculkan pembentuk sungai. Konterks kesejarahan
lingkungannya sendiri (Budiharjo E., yang data dikembangkan dapat
1993). berupa dermaga tua seperti di
Klasifikasi kawasan sekitar Baltimore, Maryland dan Boston.
aliran sungai sapat dikategorikan Bendungan dan jembatan kuno
sebagai serikut (Breen dan Rigby, seperti di Pennsylvania, bangunan
1994 dalam Saptorini, 2004): tua d new Orleans, jalur
a. Cultural, mewadahi aktifitas transportasi tua sepanjang
budaya, pendidikan dan ilmu perairan Seattle dan Washington.
pengetahuan. Aktifitas tersebut d. Mixed-Use, Penerapan konsep
memanfaatkan sungai sebagai mixed-use merupakan salah satu
objek budaya atau ilmu upaya untuk menyatukan berbagai
pengetahuan dengan kepentingan yang pada umumnya
mengorientasikan pengembangan menjadi dilemma dalam
kawasan pada fasilitas-fasilitas megembangkan kawasan tepi
pendukung kegiatan budaya. Hal sungai perkotaan. Pegambangan
ini dapat dilhat dari beberapa mixed-use diarahkan pada
fasilitas yang ada pada kawasan penggabungan fungsi
Memorial Fountain (Detroit perdagangan, rekreasi,
Michigan), kawasan tepi sungai perumahan, perkantoran,
dengan program/event khusus transportasi wisata dan olahraha
(Ontario, Kanada), Aquarium e. Recreational, pengembangan
(Baltimore, Maryland dan kawasan tepi sungai dengan
Monterey California. fungsi aktifitas rekreasi dapat
b. Enviromental, Pengembangan didukung dengan berbagai
kawasan tepi sungai yang fasilitas antara lain: taman
bertumpu pada usaha peningkatan bermain, taman air, taman duduk,
kualitas yang mengalami taman hiburan, area untuk
degradasi, mamanfaatkan potensi memancing, riverwalk,
dari keaslian lingkungan yang amphitheatre, dam, diving,
tumbuh secara alami, seperti yang pelabuhan sungai, gardu pandang,
dilakukan pada sungai-sungai di fasilitas perkapalan, fasilitas olah
Portland, Oregon dan Maryland. raga, museum, hotel, restoran dan
Pengembangan kawasan aquarium.
diarahkan pada kegiatan Purwito (2002)
preservasi dan konservasi mengemukakan konstruksi bangunan
lingkungan alam, serta rumah pemukiman tepi air umumnya
memanfaatkannya sebagai taman menggunakan konstruksi kayu
wisata alam, rekreasi dan taman dengan tipe rumah panggung untuk
bermain. rumah yang didirikan di darat
c. Historical, Pada umumnya maupun di tepi sungai. Rumah yang
dikembangkan sebagai upaya didirikan di tepian sungai bentuknya
sangat sederhana (empat persegi serta bergandengan. Kerapatan
panjang) dengan tipe atap pelana bangunan sangat tinggi sehingga
begitu pula tata ruang (denah) batas rumah kadang-kadang tidak
rumahnya. Dari segi kenyamanan jelas karena dinding rumah
sebetulnya cukup baik karena semua langsung berbatasan dengan jalan
rumah dilengkapi dengan cukup (titian kayu). Dari sekian rumah
bukaan (jendela/pintu) hanya untuk yang dikunjungi hanya ada satu
kawasan pemukiman padat seperti rumah bertingkat ayang ditinggali
yang terletak di muara Sungai Kuin oleh dua keluarga (orang tua dan
dengan Sungai Barito karena anak mereka yang sudah
kerapatan bangunannya tinggi maka berkeluarga).
jendela rumah yang satu dengan yang Secara umum, karakteristik
lain kadang-kadang saling masyarakat yang tinggal dikawasan
berhadapan dan cahaya matahari bantaran sungai khususnya di daerah
kurang. Purwito (2002) menjelaskan perkotaan adalah:
beberapa tipe rumah yang terdapat di 1. Perumahannya tidak tertata
lokasi adalah sebagai berikut: dengan baik
a. Rumah tipe tunggal tidak 2. Ketersediaan sarana dan prasarana
bertingkat dan bertingkat yang tidak memadai.
kebanyakan didirikan di daratan 3. Sebagian besar masyarakatnya
dengan batas rumah/lahan dan bekerja pada sektor informal.
jalan cukup jelas (pagar kayu). 4. Tingkat pendapatan rendah
Lahan biasanya berupa tanah asli 5. Tingkat pendidikan rendah.
dengan tanaman bunga atau keras
seperti kelapa, jambu dll. Untuk 3. METODE PENELITIAN
rumah yang letaknya di pinggir Berdasarkan permasalahan
jalan umumnya berfungsi ganda, dan rumusan masalah maka dalam
yaitu sebagai rumah tinggal dan kajian ini dilakukan survei ke lokasi
juga sebagai tempat usaha studi untuk mengidentifikasi
(warung, toko, bengkel dll). karakteristik kawasan bantaran
b. Rumah tipe tunggal tidak sungai dan penanganan aspek
bertingkat dengan lokasi bagian kawasan permukiman kumuh.
depan di tepi jalan (daratan), Disamping itu kajian ini dilakukan
sedangkan bagian belakang sebuah konsep rancangan utilitas
ditepian sungai. Batas antara penanganan permukiman yang sesuai
rumah/lahan dengan jalan jelas untuk diterapkan di lokai kajian.
(pagar kayu). Umumnya bagian Untuk mendapatkan konsep
depan yang menghadap jalan penanganan maka dilakukan studi
berfungsi sebagai rumah tinggal literatur atau tinjauan pustaka.
sedangkan yang menghadap Rencana kajian dan studi
tepian sungai sebagai tempat literatur dan analisis model yang
usaha (toko, gudang dll). sesuai untuk diterapkan di lokasi
c. Rumah di tepian sungai umumnya kajian adalah instrumen kawasan
tidak bertingkat dan berkelompok permukinan kumuh yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jendral Cipta Karya
guna mengidentifikasi kawasan
kumuh yang terdapat di perkotaan,
terdapat 7 (tujuh) indikator kumuh,
yaitu:
(1). Kondisi Bangunan (keteraturan,
kepadatan dan persyaratan
teknis bangunan);
(2). Kondisi Jalan Lingkungan
(cakupan pelayanan, kualitas
infrastruktur);
(3). Kondisi Drainage Lingkungan
(cakupan pelayanan, kualitas
infrastruktur);
(4). Kondisi Penyediaan Air Minum
(cakupan pelayanan, kualitas
infrastruktur);
(5). Kondisi Pengelolaan Limbah Gambar 1.Diagram Alir Penelitian
(cakupan pelayanan, kualitas
infrastruktur);
(6). Kondisi Pengelolaan Sampah 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
(cakupan pelayanan, kualitas 4.1 Isu dan Permasalahan Utama
infrastruktur); di Bantaran Parit Nanas
(7). Kondisi Ruang Terbuka Hijau Isu dan permasalahan utama
(cakupan pelayanan, kualitas pada kawasan kumuh di Lokasi Parit
infrastruktur); Nanas Kelurahan Siantan Hulu Kota
(8). Kondisi Pengamanan Kebakaran Pontianak :
(cakupan pelayanan, kualitas • Merupakan kawasan permukiman
infrastruktur). di tepi air dan berada pada lahan
Berdasarkan hasil analisis pasang surut
instrumen indikator 7 + 1 tersebut • Kawasan yang strategis dengan
diatas maka dapat disusun konsep potensi ekonomi tinggi karena
infrastruktur yang merupakan suatu berada di pusat kota
rancangan program yang sesuai • Merupakan kawasan permukiman
untuk menangani permasalahan dengan kepadatan sedang-rendah
permukiman kumuh di Kota • Tipologi jenis bangunan rumah
Pontianak khususnya di wilayah kombinasi antara rumah
bantaran sungai. panggung dan rumah tapak
• Aktifitas Mandi dan cuci
3.1 Prosedur Penelitian dilakukan di sungai
Prosedur penelitian dapat • Beberapa bangunan rumah sudah
dilihat pada diagram alir (flow chart) berorientasi menghadap ke sungai
berikut ini : dan jalan
• Pengelolaan sampah dilakukan - Fungsi tempat tinggal (hunian),
dengan menumpukan pada lahan merupakan fungsi utama pada
kosong kemudian dibakar permukiman yang ada di bantaran
• Belum ada jaringan drainase di Parit Nanas ini. Redesign hunian-
samping jaringan jalan yg ada di hunian yang ada dilakukan
dalam kawasan dengan cara desain berupa bentuk
• Sumber air bersih berasal dari rumah tipikal berdasarkan
hujan yg ditampung pada banyaknya penghuni yaitu untuk
gentong-gontong 3 hingga 5 orang.
• Rendahnya kesadaran masyarakat - Gerbang selamat datang,
tentang perilaku kehidupan bersih merupakan simbol penataan
& sehat kawasan berupa icon
penyambutan bagi pengunjung
kawasan Parit Nanas.
4.2 Konsep Penataan Bangunan - Pos keamanan, bangunan yang
di Bantaran Parit Nanas ada untuk satuan skala
Rencana penanganan Parit permukiman yang lebih kecil
Nanas dengan konsep penataan pada kawasan yaitu biasanya pada
bertemakan “Kawasan Terpana lingkup RT, yang berfungsi untuk
(Teras Parit Nanas)” ini diturunkan menunjang keamanan tiap bagian-
dari konsep dan strategi yang sudah bagian pada lokasi.
dirumuskan sebelumnya, hanya - Communal space dan tempat
ditambah dengan pendetailan bermain, merupakan fungsi baru
kawasan. Dengan konsep “Museum yang ada oleh karena padatnya
Parit” yang berarti sebuah tempat permukiman oleh bangunan
yang mampu menyimpan, merawat, membuat kurangnya ruang
dan melestarikan kondisi alami Parit bermain dan geliat interaksi dan
Nanas. kegiatan sosial. Fungsi tersebut
Penataan permukiman kemudian dapat diusahakan dari
dilakukan terhadap bentukan fisik kompensasi lahan untuk bangunan
dari fungsi yang ada pada batasan yang dilegitimasi menjadi area-
lokasi. Dengan urgensi utama yaitu area terbuka yang kemudian dapat
persoalan banjir, penataan juga dimanfaatkan tanpa mengurangi
termasuk redesign bangunan dengan fungsinya sebagai ruang terbuka
penerapan flood proofing termasuk hijau untuk resapan. Adanya
kemudian menatanya kembali dalam penataan kawasan membuat
susunan baru, selain juga penataan lokasi berpotensi untuk hal
lanskap sebagai pendukung fungsi tersebut, sehingga ruang komunal
utama pada permukiman itu sendiri. tidak hanya dapat dimanfaatkan
Adapun fungsi-fungsi yang dalam lingkup permukiman pada
ada pada tatanan permukiman di lokasi saja, namun juga pada
segmen bantaran Parit Nanas yang lingkup permukiman yang lebih
direncanakan yaitu antara lain: luas, misalnya kelompok hunian
sekitar lokasi yang juga padat.
Gambar 3. PenataanWaterfront Parit
Nanas

Kawasan tepian Parit Nanas


dibangung berdasarkan konsep
Development, dimana pada mulanya
Gambar 2.Konsep Penataan Bantaran kawasan ini merupakan area kawasan
Parit Nanas kumuh. Jalan lingkungan berupa
gertak kayu yang tidak dirawat
4.3 Penataan Area Waterfront sehingga beberapa bagian sudah
Dalam proses pengembangan miring dan hampir rusak. Melihat
suatu kawasan waterfront pada potensi area sungai pada kawasan
dasarnya dibagi atas tiga jenis tersebut, maka penataan sebuah
pengelompokkan (Masrul 2007). konsep waterfront pada kawasan
1. Konservasi, merupakan penataan tersebut akan meningkatkan kualitas
waterfront kuno/lama yang masih lingkungan sekitarnya dan
ada sampai sekarang dan diharapkan dapat merubah pola hidup
menjaganya agar tetap dapat masyarakatnya.
dinikmati oleh masyarakat. Dasar dari pengembangan
2. Redevelopment, suatu usaha untuk waterfront adalah menyatukan antara
menghidupkan atau perairan dan daratan sehingga
membangkitkan kembali fungsi- terdapat interaksi di dalamnya. Hal
fungsi yang ada dengan tujuan terpenting dalam keberhasilan
sebagai suatu kawasan penting pengembangan urbanwaterfront
bagi kehidupan masyarakat kota adalah akses publik dan ruang publik.
dengan mengubah fasilitas yang Akses terhadap air dapat dibagi
ada pada kawasan tersebut dan menjadi tiga, yakni konektivitas
digunakan sebagai kapasitas yang daratan dan waterfront, konetivitas di
berbeda. dalam waterfront, dan konektivitas
3. Development, perencanaan yang air dan waterfront. Habitable dalam
sengaja dibentuk dengan waterfront adalah bagaimana tepi
menciptakan sebuah kawasan tepi tersebut dapat cocok dengan tempat
air dengan melihat kebutuhan tinggal masyarakat. Zona antara
masyarakat terhadap ruang muka perairan dan daratan dapat
diperkotaan dengan cara penataan dihuni dengan sederhana dan
kawasan tepi air. membangun hubungan antara
manusia, perairan, dan daratan
(Tracy 2010 dalam Puspita 2017).
Bagaimana manusianya dapat Gambar 4. Penataan Gerbang Parit
berhubungan dekat dengan air dan Nanas
melakukan kegiatan terkait seperti
memancing, berperahu, berbisnis, Tujuan yang pokok dari
dan sebagainya. dibuatnya pintu gerbang pada area
masuk Parit Nanas antara lain
4.4 Penataan Gerbang Masuk sebagai identitas, pintu gerbang
Kawasan biasanya dibuat di depan atau di jalan
Pintu gerbang atau gapura masuk, disana tertera identitas tempat
pada kawasan bantaran Parit Nanas atau wilayah. Sebagai visualisasi
mengangkat konsep dasar sebuah keindahan adalah wujud pentaan
kawasan yang akan mengubah sudut lingkungan, agar tercipta kesan
pandang masyarakat terhadap positif dari tempat/wilayah yang ada
kawasan tersebut. Parit Nanas yang pintu gerbang.
sebelumnya dikenal kumuh
kemudian ditata dengan baik akan 4.5 Penataan Area Dermaga
difungsikan sebagai ruang publik. Sungai pada kawasan
Kawasan lain di Kota Pontianak bantaran Parit Nanas memiliki peran
seperti Beting dan Tambelan Sampit penting bagi kehidupan sehari-hari
sudah ditata oleh Pemerintah Kota masyarakat. Dalam konsep penataan
Pontianak sebagai ruang publik ini memperhatikan fungsi sungai
karena berada di pinggiran Sungai tersebut bagi masyarakat agar dalam
Kapuas. Parit Nanas yang merupakan penataan tidak menghilangkan hak-
saluran sekunder menuju kapuas hak masyarakat sebelumnya yang
memiliki potensi wisata sebagai area dapat dengan mudah mengakses
wisata air yang aman dan nyaman sungai. Disepanjang jalur waterfront
dilihat dari keadaan sungainya. akan didesain beberapa titik dermaga
Kawasan Parit Nanas mengangkat atau tangga susun langsung ke area
konsep Kawasan Terpana (Teras sungai yang berfungsi sebagai tempat
Parit Nanas) yang akan ditulis di tambatan sampan atau akses
gerbang masuk kawasan. Tulisan ini masyarakat ke pinggir sungai untuk
diharapkan menjadi sugesti bagi mengambil air.
masyarakat dan mereka akan terpana
melihat perubahan yang dilakukan
terhadap kawasan tersebut.

Gambar 5.Penataan Area Dermaga

Seperti pada Gambar 5


terdapat tangga susun langsung ke
sungai, masyarakat dapat mengakses
langsung ke area tersebut. Penataan
area dermaga ini merupakan suatu berbentuk mainan tradisional yang
area multifungsi, beberapa fungsi dapat dimanfaatkan bagi anak-anak
yang dapat diterapkan pada area sekitar. Kemudian dinding-dinding
dermaga selain akses mengambil air rumah dengan konstruksi beton
adalah sebagai area tambatan sampan dikonsepkan sebuah grafiti yang
apabila sungai telah kembali ke berisikan kampanye-kampanye
fungsi semula sebagai transportasi pentingnya menjaga lingkungan
air, disamping itu wisata bermain air untuk meningkatkan kualitas
berupa kano dapat dilakukan pada lingkungan masyarakat.
area tersebut sehingga menambah
daya tarik bagi masyarakat luas. 4.7 Pengembalian Fungsi Hijau
Bantaran Sungai
4.6 Penataan Area Jalan Keberadaan bantaran sungai
Penghubung secara primer adalah untuk
Kawasan bantaran Parit kepentingan sungai, kepentingan air.
Nanas terhubung oleh beberapa jalan Konsep keberlanjutan pada penataan
alternatif dari jalan lingkungan di lingkungan bantaran sungai tidak
sebelahnya (gg. Wartawan). Karena lepas dari tujuan konservasi sumber
merupakan jalan alternatif yang daya air. Hal itu terkait beberapa
terbentuk dari celah antar rumah ke persoalan lingkungan yang berujung
rumah, maka permasalahan pada tiga permasalahan klasik air
tumpukan sampah terjadi di beberapa yaitu 3T, toolittle (kekeringan), too
titik pada area tersebut. much (banjir), dan too dirty
(ketersediaan air bersih)
sebagaiindikasi
ketidakseimbanganperedaran air
(siklus hidologi) terutama di ruang
darat.
Untuk memenuhi aspek
konservasi sumber daya air,
Gambar 6. Penataan Area Jalan prinsipnya yaitu bagaimana bisa
Penghubung menahan aliran permukaan (run-off)
sebesar-besarnya dan memberi
Penataan pada area jalan kesempatan selama-lamanya untuk
penghubung terlihat pada Gambar 6. meresap ke dalam tanah (menjaga
dititik beratkan pada area bermain keseimbangannya). Konsep ini
dan berkumpul anak-anak. Bagian aktual, terkait dengan isu banyak
yang tidak terbangun yang berada di berubahnya area konservasi, lahan-
samping dinding rumah lahan hijau menjadi area budidaya
dimanfaatkan sebagai area untuk terbangun. Pemanfaatan bantaran
tanaman atau kebun vertikal untuk sungai adalah salah satu contohnya.
menambah kesan asri area tersebut. Adapun manfaat penting
Area penghubung dengan konstruksi mempertahankan bantaran sungai
beton dikonsepkan sebuah grafiti
sebagaimana mestinya antara lain menghindari penutupan bantaran
sebagai berikut. oleh bangunan.
- Dapat memberikan naungan dan
keteduhan oleh vegetasi peneduh.
- Bantaran sungai menjadi
pengontrol sistem drainese alami
sebagai area infiltrasi air ke dalam
tanah. Adanya vegetasi alami di
bantaran sungai menghambat arus
Gambar 7. Ilustrasi 3D Pembangunan
air permukaan dan tanahnya
Gerbang Sebelum dan Sesudah
menyerap sebagian air. Perakaran
Penataan
vegetasi meningkatkan
kemampuan tanah untuk
Bantaran sungai dalam
menyerap air. Melalui proses
landscape ekologi perkotaan
transpirasi, mendukung pula
merupakan elemen struktur
siklus hidrologi.
landscape dalam bentuk koridor
- Vegetasi yang ada pada bantaran
hijau, selain memberikan manfaat
berfungsi menyaring air dari
kesejukan dan keindahan,21 juga
limbah sebelum masuk ke aquifer,
berfungsi sebagai jasa bio-eko-
pencemaran air dari limbah
hidrologis di wilayah perkotaan
berkurang, sebagai tindakan
(Forman dan Gordon, 1986 dalam
preventif dari permasalahan air,
Rahardi, 2011). Berubahnya fungsi
too dirty.
bantaran sungai dari yang semestinya
- Bantaran sungai juga sebagai
sebagai area terbuka hijau menjadi
cagar keanekaragaman hayati,
area terbangun mengakibatkan
baik digambarkan oleh varian
beberapa hal.
vegetasi yang ada tapi juga
- Menghilangkan kemampuan
bantaran sungai yang hijau
mengendalikan banjir. Adanya
sebagai habitat hewan, serangga,
pepohonan dapat menghalangi
burung, mamalia.
kecepatan arus limpahan sungai
- Area bantaran sungai sendiri
yang terjadi sebelum mencapai
secara otomatis berperan sebagai
area daratan sehingga kekuatan
pengendali banjir (untuk ruang di
destruktifnya berkurang.
luar bantaran). Hal ini sesuai
- Meningkatkan kepadatan tanah
dengan fungsi bantaran sebagai
yang mengakibatkan porositas
ruang toleransi limpasan air
tanah berkurang. Sesuai prinsip
sungai. Sederhananya,
konservasi air, air permukaan
memperbaiki daerah bantaran
seharusnya terkonversi menjadi
sungai sebagai kawasan
air tanah sehingga menjaga
bervegetasi alami, membiarkan
keseimbangan siklus hidrologi,
sungai mengaliri dan
peredaran air permukaan
menggenangi tempat yang
berkurang.
diinginkannya sendiri, serta
- Sedimentasi sungai karena dalam kawasan dengan
kurangnya vegetasi. Adanya kategori kumuh berat dengan
vegetasi sendiri dapat sebagai luas deliniasi kumuh sebesar
pengikat tanah oleh akar-akarnya. 1,92 Ha.
b. Bangunan rumah di kawasan
bantaran Parit Nanas 82%
tidak memiliki izin hunian
dalam bentuk IMB dan
termasuk dalam permukiman
ilegal atau liar.
c. Bangunan rumah yang
membelakangi sungai
Gambar 8.Ilustrasi 3D Penataan sedemikian rupa didesain dan
Tepian Sungai Sebelum dan Sesudah dilakukan penataan kembali
Penataan dengan mendesain fasad
rumah di permukimat tersebut
Secara keseluruhan, peran menghadap ke sungai.
bantaran sebagai penjaga d. Jalan gertak eksisting
kesinambungan siklus air tanah dan dimanfaatkan sebagai fasilitas
air permukaan sangatlah penting. multifungsi seperti waterfront,
Pemanfaatan bantaran lebih pedestrian dan area bersepeda.
fungsional harus berdasarkan prinsip 2. Konsep dan strategi penataan
konservasi air yang dapat ditempuh Bantaran Parit Nanas adalah :
melalui berbagai cara yang a. Ruang terbuka publik ditata
disampaikan di atas. Outputnya dengan tema ruang bermain
berupa aplikasi bantaran sebagai dan berkumpul anak dengan
koridor hijau dengan sendirinya sedikit vegetasi yang
menunjang nilai ekologis bantaran menambah kesan asri di
sungai dan juga berperan sebagai bantaran Parit Nanas.
ruang hijau kota. b. Strategi penataan bangunan
melalui konsep Kawasan
5. KESIMPULAN TERPANA (Teras Parit
Berdasarkan hasil penelitian Nanas) menjadi tema untuk
konsep penataan bangunan bantaran konsep penanganan dan
Parit Nanas terhadap pola hunian penataan bangunan secara
masyarakatnya pada kawasan menyeluruh agar dapat
deliniasi kumuh perkotaan. Secara membentuk kawasan yang
rinci hasil kesimpulan yang didapat produktif dan berjati diri serta
adalah sebagai berikut: merevitalisasi bangunan agar
1. Hasil identifikasi bentuk dan memberikan nilai tambah fisik,
kondisi kawasan kumuh Bantran sosial dan ekonomi.
Parit Nanas adalah :
a. Kawasan permukiman DAFTAR PUSTAKA
bantaran Parit Nanas termasuk
Budihardjo, E dan Sudanti H (1993),
Kota Bewawasan Lingkungan, Saptorini H (2004), Studi Tipologi
Penerbit Alumni, Bandung dan Morfologi Karakter
Permukiman Tepian Sungai,
Masrul W. 2007. Perancangan Jurnal Teknisi Vol. 34 No. 1
kawasan waterfront dumai April 2004, hal 32 - 39 Jurusan
sebagai pengembangan Teknik Arsitektur, Fakultas
kawasan perdagangan dan Teknik Sipil dan Perencanaan-
wisata [tesis]. Bandung (ID): Universitas Kristen Petra.
Institut Teknologi Bandung.
Uar, E.D. 2016. Strategi dan
Purwito (2002), Perumahan Pinggir Tantangan Penanganan
Sungai di Banjarmasin Akibat Kawasan Kumuh di Kota
Perilaku Pasang Surut Sungai Ambon. Jurnal Fikratuna Vol.
Barito, download 8 No. 2. Ambon : IAIN
www.google.com, 13 Ambon.
Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai