Anda di halaman 1dari 9

ISBN 978-979-3793-70-2

KAJIAN PENGGUNAAN LAHAN SEMPADAN SUNGAI LUNTO


DI KAWASAN PUSAT KOTA SAWAHLUNTO

Muhammad Hasbi, Mardianto, Puji Astuti


Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Riau
E-mail: pujiastutiafrinal@eng.uir.ac.id

Abstrak

Sungai sebagai salah satu kondisi fisik dasar yang terdapat pada suatu daerah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan untuk tumbuh berkembangnya suatu kota. Penggunaan
lahan pada sempadan sungai yang tidak terarah akan membawa dampak munculnya
permasalahan perkotaaan. Pusat Kota Sawahlunto dilalui oleh Sungai Lunto yang
kondisinya perlu diperhatikan karena pemanfaatan lahan pada kawasan sempadan Sungai
Lunto saat ini dipenuhi bangunan-bangunan yang didirikan oleh masyarakat dan tidak
tertata. Hal ini merupakan suatu masalah yang cukup serius bagi Kota Sawahlunto karena
kawasan sempadan sungai Lunto ditetapkan sebagai kawasan lindung. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengkaji penggunaan lahan di kawasan sempadan Sungai Lunto. Metode
penelitian deskriptif kualitatif, dianalisis dengan software Arc Gis 10, diperkuat
wawancara terstruktur kepada masyarakat. Kawasan lindung di sempadan Sungai Lunto
adalah RTH dan kawasan cagar budaya seluas 10,06 Ha (28%). Kawasan budidaya yaitu
permukiman dan perdagangan dan jasa terdiri dari usaha perdagangan, rumah makan, dan
pasar tradisional, sebesar 82%. Penggunaan lahan di sempadan Sungai Lunto yaitu RTH
795,17 m2 (7,5%), Permukiman 8.922,40 m2 (83,6%), Cagar budaya 141,38 m2
(1,3%), perdagangan dan jasa 814,36 m2 (7,6%). Terdapat penggunaan lahan yang
tidak sesuai di sempadan Sungai Lunto yaitu kawasan budidaya yang terdiri dari
permukiman dan perdagangan dan jasa dengan total luas 9.736,76 m2 atau 91% dari luas
buffer sempadan sungai.

Kata Kunci: Kawasan Lindung, Sempadan Sungai, Penggunaan Lahan, Kawasan


Budidaya

I. PENDAHULUAN sungai dengan timbulnya bangunan-bangunan


di daerah sempadan sungai. Pemanfaatan lahan
Sungai sebagai salah satu kondisi fisik
yang tidak terkoordinasi dan lepas dari
dasar yang terdapat pada suatu daerah menjadi
pengawasan pemerintah memacu semakin tidak
suatu bagian yang tidak terpisahkan untuk
terkendalinya alih fungsi lahan menjadi
tumbuh dan berkembangnya suatu kota.
kawasan terbangun, yang membuat kawasan
Sempadan sungai yang cukup lebar dengan
sempadan sungai mengalami pemanfaatan
banyak kehidupan tumbuhan (flora) dan
lahan yang tidak sesuai, dengan adanya
binatang (fauna) di dalamnya merupakan
bangunan di sepanjang bagian tepi kanan dan
cerminan tata guna lahan yang sehat pada suatu
kiri sungai, padahal peraturan kawasan
wilayah. Keberadaan banyak jenis spesies flora
bantaran sungai menempati batas lahan yang
dan fauna merupakan aset keanekaragaman
semestinya tidak boleh didirikan bangunan.
hayati yang penting bagi keberlangsungan
Pemanfaatan ruang pada kawasan
kehidupan manusia dan alam dalam jangka
sempadan sungai, umumnya mengalami
panjang.
kecenderungan tidak terkontrolnya persebaran
Penggunaan lahan pada sempadan sungai
bangunan pada daerah aliran sungai yang
akan membawa dampak tidak sedikit bagi
berdampak pada penurunan kualitas sungai.
munculnya permasalahan perkotaaan.
Selain itu masyarakat yang menempati
Persebaran bangunan yang tidak terkendali
sempadan sungai, umumnya membuang
memberi dampak pada kawasan sempadan

Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

139
ISBN 978-979-3793-70-2

sampah dan limbah rumah tangga langsung ke demikian ditambah lagi dengan laju
badan air sungai. Padahal, sungai merupakan pertumbuhan penduduk perkotaan yang
salah satu sumber air bersih yang penting demikian pesatnya menyebabkan timbulnya
dalam kehidupan. Manfaat sungai antara lain berbagai permasalahan perkotaaan, seperti
adalah sebagai tempat budidaya ikan, drainase masalah kebutuhan akan ruang, penurunan
makro kota, tempat rekreasi, pengairan, sumber kualitas lingkungan, penyediaan perumahan,
air baku bagi PDAM, dan lain lain. Akan tetapi serta konsekuensi peningkatan kebutuhan
keberadaan sungai tersebut akan sangat sarana-prasarana perkotaaan hal ini akan
berbahaya jika tidak dilakukan pengendalian semakin memperparah kondisi fisik sempadan
serta pengawasan pembangunan pada sungai jika tidak segera cepat diantisipasi oleh
sempadan sungai dan badan sungai karena para penentu kebijakan Kota Sawahlunto.
dapat menyebabkan terjadinya penyempitan
badan sungai, bahkan bisa menimbulkan II. METODE PENELITIAN
bahaya-bahaya lain seperti banjir, erosi,
Tujuan penelitian ini adalah untuk
sedimentasi, dan lain-lain.
mengetahui karakteristik masyarakat yang
Sebagai upaya untuk mengembalikan
tinggal di kawasan sempadan Sungai Lunto,
fungsi kawasan sempadan sungai sebagai
untuk mengidentifikasi penggunaan lahan di
kawasan lindung namun tetap dapat
kawasan sempadan Sungai Lunto, dan
dimanfaatkan oleh warga kota sebagai suatu
mengetahui implementasi peraturan terhadap
kawasan yang berfungsi sosial maka dibuat
kondisi penggunaan lahan di kawasan
konsep penataan pada sempadan sungai.
sempadan Sungai Lunto. dalam upaya
Tingginya kebutuhan ruang aktifitas serta
penggunaan lahan yang efektif dan efisien
adanya kompetisi dalam pemanfaatan lahan di
untuk menjaga keseimbangan ekosistem Sungai
perkotaan mengakibatkan naiknya nilai
Lunto dan menghindari terjadinya berbagai
ekonomis lahan, terutama pada kawasan-
bencana alam seperti banjir bandang.
kawasan yang memiliki nilai komersial
Adapun sasaran dari penelitian ini adalah
maupun strategis, yang pada akhirnya
:Teridentifikasinya karakteristik masyarakat
menyebabkan tekanan dan penghancuran
yang tinggal di kawasan sempadan Sungai
terhadap kawasan yang berkaitan dengan
Lunto, Teridentifikasinya penggunaan lahan di
keberadaan ruang-ruang terbuka publik yang
kawasan sempadan Sungai Lunto, Mengetahui
ada di perkotaan. Ruang-ruang terbuka publik
implementasi peraturan terhadap kondisi
seperti alun-alun, taman, tempat bermain,
eksisting di sempadan Sungai Lunto.
lapangan olahraga, lenyap satu per satu
Ruang Lingkup wilayah dalam penelitian
berganti dengan bangunan dan perkerasan yang
ini ada di pusat Kota Sawahlunto, yang masuk
tidak manusiawi (Eko, 2000).
kedalam dua wilayah kecamatan yaitu
Pusat Kota Sawahlunto dilalui oleh dua
Kecamatan Lembah Segar dan sebagian kecil
sungai yaitu Sungai Lunto dan Sungai
di Kecamatan Barangin dengan luas wilayah
Sumpahan, diantara dua sungai tersebut sungai
perkotaan Sawahlunto lebih kurang 2.845,01
yang kondisinya perlu diperhatikan yaitu
Ha, lebih spesifik terletak pada daerah yang
Sungai Lunto. Sungai Lunto mengalir melewati
dilewati oleh aliran Sungai Lunto di kawasan
empat kelurahan di kawasan Kota Sawahlunto
perkotaan Sawahlunto, panjang sungai yang
yaitu Kelurahan Pasar, Tanah Lapang,
diteliti yaitu 1,7 Km dengan radius 100 meter
Saringan, dan Air Dingin pemanfaatan lahan
dari Sungai Lunto, dan luas deliniasi kawasan
pada kawasan sempadan Sungai Lunto saat ini,
penelitian seluas 35,51 Ha.
dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang
Peneliti menentukan kawasan penelitian
didirikan oleh masyarakat di sepanjang tepi
ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
sungai di Kawasan Kota Sawahlunto.
1. Lokasi kawasan sempadan sungai yang
Hal-hal tersebut secara keseluruhan akan
memiliki kecenderungan pembangunan fisik
membawa pengaruh yang buruk bagi daerah
bangunan yang cukup berkembang,
aliran sungai itu sendiri dan juga akan
terutama pada area pasar dan banyak
memberikan pengaruh yang tidak baik bagi
terdapat bangunan di sempadan sungai.
kualitas air sungai yang nantinya akan
dimanfaatkan oleh segenap masyarakat kota
untuk kebutuhan mereka sendiri. Kondisi yang
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

140
ISBN 978-979-3793-70-2

2. Lokasi berada pada area rawan bencana III. KAJIAN TEORI


banjir karena pada pertemuan antara sungai Pada umumnya masyarakat memandang
Lunto dan Sungai Sumpahan. sungai sebagai tempat buangan. Masyarakat
3. Lokasi berada pada kawasan Pusat Kota menjadikan sungai sebagai tempat buangan
Sawahlunto yang merupakan kawasan barang-barang yang tidak berguna, tempat
wisata cagar budaya, sehingga mampu buang air, termasuk membuang bangkai
menjadi penunjang kawasan wisata. binatang. Karena itulah maka rumah-rumah
Ruang lingkup pembahasan yang diteliti penduduk pada umumnya letaknya
dalam penelitian ini yaitu mengkaji tentang membelakangi sungai. (Hadi dalam Tony
karakteristik masyarakat, penggunaan lahan Karim, 2010).
kawasan sempadan Sungai Lunto, dan Berdasarkan kajian Direktorat Jenderal
implementasi peraturan tentang sempadan Perumahan dan Permukiman, Departemen
sungai di kawasan Kota Sawahlunto yang Pekerjaan Umum bahwa sebagian kota-kota
merupakan pusat perdagangan dan jasa di Kota besar di Indonesia tumbuh dan berkembang
Sawahlunto. Dalam Penelitian ini peneliti berawal dari bantaran sungai, seperti Jakarta,
menggunakan metode deskriptif, kualitatif dan Surabaya dan Palembang. Seperti juga
untuk analisis data menggunakan software permukiman di perkotaan, pertumbuhan
Sistem Informasi Geografis (SIG) Arc Gis 10. penduduk yang cepat di kawasan sempadan
Metode penelitian kualitatif digunakan sungai sedangkan kapasitas ruang yang terbatas
untuk mengetahui sejumlah pendapat dari akan menimbulkan permasalahan, seperti
beberapa tokoh masyarakat yang berhubungan (Syafri, 2007) :
dengan perkembangan Kota Sawahlunto untuk 1. Pertumbuhan penduduk yang cepat
mengetahui penggunaan lahan serta sedangkan ketersediaan ruang terbatas
penyimpangan penggunaan lahan di kawasan membuat kepadatan perumahan menjadi
penelitian (wawancara semi terstruktur). Waktu tinggi sehingga akan menciptakan
penelitian dilaksanakan selama waktu 3 (Tiga) kekumuhan pada kawasan tersebut.
bulan dimulai pada tanggal 7 Desember 2014. 2. Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai dan
Teknik untuk pengambilan sampel digunakan sempadan sungi sebagai tempat hunian
teknik Probability sampling (pengambilan disamping melanggar aturan perundangan
sampling berdasarkan peluang) dengan cara juga akan mengurangi debit air sungai
Random Sampling (teknik acak sederhana). sehingga potensi banjir semakin besar.
Semua anggota masyarakat akan mempunyai 3. Ketidakmampuan pemerintah dalam
peluang yang sama untuk terpilih sebagai mengendalikan pertumbuhan hunian dan
sampel. Hal ini dapat dilakukan karena menyediakan prasarana yang memadai.
populasi masyarakat pada kawasan bantaran 4. Perumahan penduduk yang tidak tertata dan
Sungai Lunto relatif homogen. menjadikan sungai sebagai tempat
Nilai d diambil = 10%, dengan pembuangan sampah dan kotoran akan
pertimbangan karena penelitian ini tidak menyebabkan menurunnya kualitas air dan
membahayakan nyawa manusia serta terbentuknya sedimentasi dengan cepat pada
keterbatasan waktu serta biaya. Salah satu yang sungai.
harus diperhatikan dalam metode pengambilan
sampel adalah penelitian harus memperhatikan Secara umum, karakteristik masyarakat
hubungan antara biaya, tenaga dan waktu. yang tinggal dikawasan bantaran sungai
Ukuran populasi yang digunakan dalam khususnya di daerah perkotaan adalah:
penelitian ini yaitu jumlah KK, yaitu jumlah Perumahannya tidak tertata dengan baik,
penduduk Kelurahan Pasar, Tanah Lapang, Ketersediaan sarana dan prasarana yang tidak
Saringan, dan Air Dingin. Jumlah keseluruhan memadai, Sebagian besar masyarakatnya
dari empat kelurahan di kawasan penelitian ini bekerja pada sektor informal, Tingkat
berjumlah 1.663 KK.Sehingga jumlah sampel pendapatan rendah, Tingkat pendidikan rendah.
yang akan di teliti berdasarkan rumus : Menurut Keputusan Presiden Nomor 32
N = N/(1+Nd2) Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan
= 1.663/ (1+1.663 x (0.1)2 Lindung bahwa kawasan lindung adalah
= 1.663/16,64 kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
= 99,92 ≈ 100 sampel melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

141
ISBN 978-979-3793-70-2

mencakup sumber alam, sumber daya buatan ekosistem daratan. Banjir di sempadan sungai
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pada musim hujan adalah peristiwa alamiah
kepentingan pembangunan berkelanjutan. yang mempunyai fungsi ekologis penting
Kawasan lindung terdiri dari : dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan
a. Kawasan yang memberikan pelindungan kesuburan tanah. Bantaran ditentukan
kawasan bawahannya, antara lain, kawasan berdasarkan hubungan antara aliran banjir dan
hutan lindung, kawasan bergambut, dan luas profil alur bawah, biasanya 1,0 m - 1,5 m
kawasan resapan air; diatas elevasi muka air rendah rata-rata.
b. Kawasan perlindungan setempat, antara Berdasarkan Surat Edaran Menteri
lain, sempadan pantai, sempadan sungai, Pekerjaan Umum Tahun 2012 Tentang
kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan Petunjuk Teknis Kajian Penetapan Sempadan
sekitar mata air; Sungai, sempadan sungai mempunyai beberapa
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, fungsi dan manfaat penting, antara lain:
antara lain, kawasan suaka alam, kawasan a. Karena dekat dengan air, kawasan ini sangat
suaka alam laut dan perairan lainnya, kaya dengan keaneka-ragaman hayati (flora
kawasan pantai berhutan bakau, taman dan fauna). Keaneka-ragaman hayati adalah
nasional, taman hutan raya, taman wisata aset lingkungan yang sangat penting bagi
alam, cagar alam, suaka margasatwa, serta keberlanjutan kehidupan manusia dan alam
kawasan cagar budaya dan ilmu dalam jangka panjang.
pengetahuan; b. Semak dan rerumputan yang tumbuh di
d. Kawasan rawan bencana alam, antara lain, sempadan sungai berfungsi sebagai filter
kawasan rawan letusan gunung berapi, yang sangat efektif menangkap sedimen dan
kawasan rawan gempa bumi, kawasan polutan sehingga kualitas air sungai terjaga
rawan tanah longsor, kawasan rawan dari kekeruhan dan pencemaran. Air sungai
gelombang pasang, dan kawasan rawan kembali menjadi jernih dan sehat. Manfaat
banjir; dan utama sempadan sungai adalah melindungi
e. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman sungai sehingga fungsinya dapat
buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan berlangsung secara berkelanjutan. Salah
plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, satu yang terpenting adalah melindungi
dan terumbu karang. sungai dari pencemaran ‘non-point source’,
Berdasarkan surat edaran Menteri yang berasal dari sisa pupuk pertanian dan
Pekerjaan Umum Tahun 2012 Sempadan perkotaan. Sempadan yang didominasi
sungai (riparian zone) adalah zona penyangga tetumbuhan berfungsi sebagai filter
antara ekosistem perairan (sungai) dan daratan. menahan sedimen, nutrien dan zat pencemar
Zona ini umumnya didominasi oleh lain agar tidak masuk mencemari sungai.
tetumbuhan dan/atau lahan basah. Tetumbuhan c. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di
tersebut berupa rumput, semak ataupun sempadan sungai dapat menahan erosi,
pepohonan sepanjang tepi kiri dan/atau kanan karena sistem perakarannya yang masuk ke
sungai. Sempadan sungai yang demikian itu dalam tanah memperkuat struktur tanah
sesungguhnya secara alami akan terbentuk sehingga tidak mudah tererosi dan tergerus
sendiri, sebagai zona transisi antara ekosistem aliran air. Dengan sempadan sungai yang
daratan dan ekosistem perairan (sungai). berfungsi baik palung sungai menjadi lebih
Namun karena ketidak pahaman tentang stabil terhindar dari gerusan tebing yang
fungsinya yang sangat penting, umumnya di berkepanjangan.
perkotaan, sempadan tersebut menjadi hilang d. Rimbunnya dedaunan menyediakan tempat
didesak oleh peruntukan lain. berlindung dan berteduh, sementara sisa
Daerah sempadan mencakup daerah tumbuh-tumbuhan yang mati merupakan
bantaran sungai yaitu bagian dari badan sungai sumber makanan bagi berbagai jenis spesies
yang hanya tergenang air pada musim hujan binatang akuatik dan satwa liar lainnya.
dan daerah sempadan yang berada di luar Dengan berfungsinya sempadan sungai
bantaran yaitu daerah yang menampung luapan maka jumlah spesies flora dan fauna akan
air sungai di musim hujan dan memiliki meningkat.
kelembaban tanah yang lebih tinggi e. Kawasan tepi sungai yang sempadannya
dibandingkan kelembaban tanah pada tertata asri menjadikan properti bernilai
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

142
ISBN 978-979-3793-70-2

tinggi karena terjalin keharmonisan hidup sekitarnya hingga hilir yang berbatasan dengan
antara manusia dan alam. Lingkungan yang batas Kecamatan Lembah Segar dengan
teduh dengan tumbuh-tumbuhan, ada kabupaten di sekitarnya adalah 14,6 km.
burung berkicau di dekat air jernih yang Secara geografis dan fisik alam, Sungai
mengalir menciptakan rasa nyaman dan Lunto pada bagian hulu memiliki ketinggian
tenteram tersendiri. Kawasan sempadan hingga 900 m dan pada bagian hilir dengan
sungai dapat dikembangkan menyatu ketinggian hingga 180 m. Tingkat kelerengan
dengan ruang terbuka hijau (ruang publik) pada bagian hulu Sungai Lunto memiliki
sebagai kawasan rekreasi (taman kota) dan kelerengan antara 25 hingga lebih dari 40 %,
olah raga bagi warga masyarakat. sedangkan pada bagian yang dekat dengan
kawasan permukiman memiliki kelerengan
antara 8 hingga 20 %. Sungai Lunto pada
beberapa bagian wilayah berdekatan dan linier
dengan jaringan jalan yang melintasi
Kecamatan Lembah Segar. Terkait dengan
kondisi geologi, Sungai Lunto melalui formasi
ombilin, formasi intrusi, dan formasi
silungkang. Sedangkan terkait dengan
penggunaan lahan, Sungai Lunto melintasi
kawasan permukiman/perkampungan,
pertambangan batubara, kebun campuran,
tegalan/perladangan, hingga semak belukar.
Secara umum karakteristik bentuk Sungai
Lunto merupakan sungai memanjang dengan
kerapatan saluran rendah.

Sumber: PP No.38 Tahun 2001

Gambar 1. Garis Sempadan Sungai Bertanggul


dan Sungai Tidak Bertanggul

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Wilayah
Sungai Lunto merupakan sungai yang Sumber: RTRW Sawahlunto, 2012
terdapat pada Sub-sub DAS Sungai Ombilin,
sub DAS Sungai Selo, DAS Sungai Kuantan. Gambar 2: Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Posisi Sungai Lunto merupakan sub DAS dari
Sungai Ombilin. Secara administrative, Deliniasi kawasan penelitian terdapat
sebagian besar lokasi Sungai Lunto terdapat kawasan Pusat Kota Sawahlunto yang masuk
pada Kecamatan Lembah Segar dan sebagian ke wilayah Kecamatan Lembah Segar dan
kecilnya berada di Kecamatan Barangin. sebagian kecil di bagian wilayah Kecamatan
Panjang Sungai Lunto dari hulu yang Barangin. Lokasi penelitian terletak di
berbatasan dengan batas administrasi 100°46'50.273"E dan 0°40'38.632"S, kawasan
Kecamatan Barangin dengan kabupaten di penelitian ini terletak di Pusat Kota Sawahlunto
sekitarnya hingga hilir yang bermuara di yang padat pemukiman, dan masuk ke dalam
Sungai Ombilin (pada wilayah Kabupaten Koto beberapa wilayah kelurahan yaitu Kelurahan
Tujuh) memiliki panjang kurang lebih 18 km. Pasar, Tanah Lapang, Saringan dan Air Dingin.
Sedangkan panjang Sungai Lunto dari hulu
yang berbatasan dengan batas administrasi
Kecamatan Barangin dengan kabupaten di

Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

143
ISBN 978-979-3793-70-2

42%, SLTP 31%, lulus perguruan tinggi 15%,


dan yang paling sedikit SD 12 %. Berdasarkan
hasil kuisioner bahwa lama domisili
masyarakat sempadan Sungai Lunto terdiri dari
5 sampai 30 tahun.
Berdasarkan tabel analisa diatas bahwa
46% masyarakat telah berdomilisi di kawasan
sempadan Sungai Lunto lebih dari 30 tahun,
dengan demikian berarti sebagian besar
masyarakat telah menghuni dan membangun di
kawasan sempadan Sungai Lunto sebelum
diberlakukan peraturan-peraturan tentang
sungai yaitu seperti Peraturan Pemerintah No
35 Tahun 1991, Peraturan Menteri PU No 63
Tahun 1993, dan Peraturan Pemerintah No 38
Tahun 2011. Jenis bangunan rumah masyarakat
du kawasan sempadan Sungai Lunto sebagian
besar permanen dengan jumlah 54 %, sisanya
bangunan semi permanen 43% dan hanya 3 %
banngunan rumah masyarakat yang tidak
permanen.

4.3. Identifikasi Karakteristik Masyarakat


di Sekitar Sempadan Sungai Lunto
Sumber: Bakosurtanal, 2012 Pertanyaan yang diajukan antara lain
yaitu menyangkut pendapatan rata-rata
Gambar 3: Dimensi Topografi masyarakat, pekerjaan, tingkat pendidikan,
Kawasan Penelitian lama berdomisili, jenis bangunan, alasan
bermukim dan pertanyaan-pertanyaan lainnya
4.2. Identifikasi Karakteristik Masyarakat yang menyangkut keadaan masyarakat di
di Sekitar Sempadan Sungai Lunto sempadan Sungai Lunto. Berdasarkan tabel
Pertanyaan yang diajukan antara lain diatas dapat diketahui masyarakat sekitar
yaitu menyangkut pendapatan rata-rata sempadan sungai Lunto berpenghasilan paling
masyarakat, pekerjaan, tingkat pendidikan, banyak 1-2 juta Rupiah yaitu 70%, masyarakat
lama berdomisili, jenis bangunan, alasan yang berpenghasilan > 2 Juta Rupiah
bermukim dan pertanyaan-pertanyaan lainnya sebanyak 20% , sedangkan masyarakat yang
yang menyangkut keadaan masyarakat di berpenghasilan < 1 Juta Rupiah diketahui
sempadan Sungai Lunto. Berdasarkan tabel sebanyak 10%.
diatas dapat diketahui masyarakat sekitar Berdasarkan data kuisioner yang
sempadan sungai Lunto berpenghasilan paling diberikan kepada 100 responden diketahui
banyak 1-2 juta Rupiah yaitu 70%, masyarakat bahwa masyarakat kawasan sempadan Sungai
yang berpenghasilan > 2 Juta Rupiah Lunto bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak
sebanyak 20% , sedangkan masyarakat yang 60%, sisanya bekerja sebagai PNS 15%,
berpenghasilan < 1 Juta Rupiah diketahui Pegawai PT.BA 20%, Polri 10%, dan Petani
sebanyak 10%. 10%. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar
Berdasarkan data kuisioner yang sempadan Sungai sebagian besar yaitu SLTA
diberikan kepada 100 responden diketahui sebanyak 42%, SLTP 31%, lulus perguruan
bahwa masyarakat kawasan sempadan Sungai tinggi 15%, dan yang paling sedikit SD 12 %.
Lunto bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak Berdasarkan hasil kuisioner bahwa lama
60%, sisanya bekerja sebagai PNS 15%, domisili masyarakat sempadan Sungai Lunto
Pegawai PT.BA 20%, Polri 10%, dan Petani terdiri dari 5 sampai 30 tahun.
10%. Berdarkan tabel diatas diketahui Tingkat Berdasarkan analisa 46% masyarakat
pendidikan masyarakat di sekitar sempadan telah berdomilisi di kawasan sempadan Sungai
Sungai sebagian besar yaitu SLTA sebanyak Lunto lebih dari 30 tahun, dengan demikian
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

144
ISBN 978-979-3793-70-2

berarti sebagian besar masyarakat telah m2 atau 91% dari luas wilayah buffer
menghuni dan membangun di kawasan sempadan sungai.
sempadan Sungai Lunto sebelum diberlakukan
peraturan-peraturan tentang sungai yaitu seperti
Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1991,
Peraturan Menteri PU No 63 Tahun 1993, dan
Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2011. Jenis
bangunan rumah masyarakat du kawasan
sempadan Sungai Lunto sebagian besar
permanen dengan jumlah 54 %, sisanya
bangunan semi permanen 43% dan hanya 3 %
banngunan rumah masyarakat yang tidak
permanen.
Sumber: Survey Lapangan, 2014
4.4. Identifikasi Penggunaan Lahan Gambar 4. Kondisi Eksisting Pemanfaatan
Kawasan Sempadan Sungai Lunto Lahan Sempadan Sungai Lunto
Dari analisis penutupan lahan dan
penafsiran citra satelit dapat diketahui Kawasan lindung di sempadan Sungai
penggunaan lahan sempadan Sungai Lunto Lunto teridentifikasi terdapat RTH kawasan
terdiri dari penggunaan lahan untuk RTH, cagar budaya dan hutan penyangga dengan
Permukiman, Cagar Budaya, dan Perdagangan total luas 10,03 Ha, atau 29% dari luas kawasan
dan Jasa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat penelitian. Sedangkan kawasan budidaya yang
pada tabel dibawah ini. teridentifikasi di kawasan sempadan Sungai
Lunto yaitu Kawasan permukiman,
Tabel 1. Kondisi Penggunaan Lahan Eksisting perdagangan dan jasa dengan karakteristik yang
Kawasan Sempadan Sungai Lunto. terdiri atas tempat usaha berupa (Rumah
No Penggunaan Lahan Luas(Ha) % Toko/Ruko), rumah makan, dan pasar
1 RTH 5,3 15 tradisional, Ha, atau 82% dari luas kawasan
2 Hutan Penyangga 3,72 10 penelitian.
3 Permukiman 22,22 63 Berdasarkan Peraturan Menteri PU No.
4 Peragangan dan Jasa 2,75 8 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
5 Sosial 1,51 4 Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Budaya/CagarBudaya bahwa luas ideal RTH suatu Kota yaitu
Total 35,51 100 minimal 30 % dari luas kawasan perkotaan
Sumber : Hasil Analisa, 2015 namun yang dijumpai hanya 5,30 Ha RTH atau
15 saja, hal ini tentu akan dapat mengganggu
Berdasarkan Peraturan Menteri keseimbangan lingkungan.
Pekerjaan Umum 5 Tahun 2009 tentang Berdasarkan analisa dan survey lapangan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi bahwa survey lapangan ditemukan 16 cagar budaya
sempadan sungai, ruang terbuka hijau dan yang terletak di kawasan sempadan Sungai
cagar budaya termasuk kawasan lindung dan Lunto dengan total penggunaan lahan 1,51 Ha,
dengan demikian kawasan budidaya tidak mengacu kepada Undang-Undang No 11 Tahun
diperbolehkan di kawasan tersebut. 2010 Tentang Cagar budaya bahwa kawasan
Berdasarkan analisa ditemukan di cagar budaya perlu dilestarikan keberadaannya.
kawasan garis sempadan sungai penggunaan Penggunaan lahan di dalam batas garis
lahan sebagian besar adalah kawasan budidaya sempadan Sungai Lunto yaitu 7,5% atau RTH
yang terdiri dari 8.922,4 m2 kawasan 795,17 m2, Permukiman 83,6% atau 8.922,40
permukiman dan 814,36 kawasan perdagangan m2, cagar budaya 1,3% atau 141,38 m2 dan
dan jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan perdagangan dan jasa 7,6% dengan luas 814,36
penggunaan lahan tidak sesuai di garis m2.
sempadan Sungai Luntoyang berjarak 3 meter Berdasarkan Peraturan Menteri
yaitu kawasan budidaya dengan luas 9.736,76 Pekerjaan Umum 5 Tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi bahwa
sempadan sungai, ruang terbuka hijau dan
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

145
ISBN 978-979-3793-70-2

cagar budaya termasuk kawasan lindung dan cagar budaya perlu dilestarikan
dengan demikian kawasan budidaya tidak keberadaannya
diperbolehkan di kawasan tersebut. 3. .Kawasan lindung di sempadan Sungai
Berdasarkan analisa ditemukan di kawasan Lunto teridentifikasi terdapat RTH kawasan
garis sempadan sungai penggunaan lahan cagar budaya dan hutan penyangga dengan
sebagian besar adalah kawasan budidaya yang total luas 10,03 Ha, atau 29% dari luas
terdiri dari 8.922,4 m2 kawasan permukiman kawasan penelitian.
dan 814,36 kawasan perdagangan dan jasa. 4. Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Dengan demikian dapat disimpulkan Perkotaan bahwa luas ideal RTH suatu Kota
penggunaan lahan tidak sesuai di garis yaitu minimal 30 % dari luas kawasan
sempadan Sungai Luntoyang berjarak 3 meter perkotaan namun yang dijumpai hanya 5,30
yaitu kawasan budidaya dengan luas 9.736,76 Ha RTH atau 15% saja, hal ini tentu akan
m2 atau 91% dari luas wilayah buffer dapat mengganggu keseimbangan
sempadan sungai. lingkungan.
5. Penggunaan lahan di dalam batas garis
4.5. Hubungan Karakteristik Masyarakat sempadan Sungai Lunto yaitu 7,5% atau
dengan Perilaku Bermukim RTH 795,17 m2, Permukiman 83,6% atau
Tingkat pendapatan tidak berpengaruh 8.922,40 m2, cagar budaya 1,3% atau
terhadap kegiatan bermukim mereka saat ini, 141,38 m2 dan perdagangan dan jasa 7,6%
sebanyak 59 % masyarakat mengatakan tingkat dengan luas 814,36 m2.
pendapatan tidak berpengaruh terhadap
kegiatan bermukim mereka saat ini. VI. DAFTAR PUSTAKA
Hanya 13%, kesimpulan bahwa
[1] Bintarto. Interaksi Desa-Kota dan
karakteristik masyarakat berdasarkan tingkat
Permasalahannya. Ghalis Indonesia,
pendapatan tidak mempengaruhi perilaku
Jakarta, 1989.
bermukim di kawasan sempadan Sungai Lunto.
Berdasarkan hasil penelitian 29% masyarakat [2] Dinas Pekerjaan Umum Kota
mengatakan pekerjaan mempengaruhi kegiatan Sawahlunto. 2013. Rencana Detail Tata
bermukim, dan 28 % mengatakan sangat Ruang Kota Pusaka Sawahlunto.
mempengaruhi, hanya 19% mengatakan kurang Sawahlunto.
mempengaruhi dan 24% mengatakan tidak [3] Departemen Pekerjaan Umum Republik
mempengaruhi, dan disimpulkan karakteristik Indonesia. Draf Surat Edaran Menteri
masyarakat berdasarkan pekerjaan berkaitan Pekerjaan Umum Tahun 2012 Tentang
dan mempengaruhi perilaku bermukim Petunjuk Teknis Kajian Penetapan
masyarakat di kawasan sempadan Sungai Sempadan Sungai. Jakarta.
Lunto.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa 58% [4] Food and Agriculture Organization. A
responden mengatakan tingkat pendidikan tidak framework for land evaluation. FAO.
mempengaruhi kegiatan bermukim masyarakat, Roma. 1976
hanya 3% responden mengatakan [5] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
mempengaruhi, dan tingkat pendidikan tidak 32 Tahun 1990 Tentang Kawasan
mempengaruihi perilaku bermukim di kawasan Lindung.
sempadan Sungai Lunto.
[6] Peraturan Menteri PU No.
V. KESIMPULAN 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di
Dari penelitian didapatkan: Kawasan Perkotaan
1. Sebagian besar masyarakat telah menghuni
dan membangun di kawasan sempadan [7] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No
Sungai Lunto sebelum diberlakukan 63 Tahun 1993 Tentang Garis Sempadan
peraturan-peraturan tentang sungai. Sungai
2. Ditemukan 16 cagar budaya yang terletak di [8] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
kawasan sempadan Sungai Lunto dengan No.5 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata
total penggunaan lahan 1,51 H, kawasan Ruang Wilayah Provinsi

Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

146
ISBN 978-979-3793-70-2

[9] Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 38 Tahun 2011
Tentang Sungai.
[10] Prahasta, Edi. Sistem Informasi
Geografis. Informatika. Bandung, 2007.
[11] Raco. J.R. Metode Penelitian Kualitatif .
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta, 2010.
[12] Undang-Undang Republik Indonesia No
11 Tahun 2010 Tentang Cagar budaya
[13] Undang-Undang Republik Indonesia No.
26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
[14] Widiatmaka, Sarwono Harjowigeno.
Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Lahan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta,
2007.

Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

147

Anda mungkin juga menyukai