Anda di halaman 1dari 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Journals of Universitas Sangga Buana

ISSN 1979-4835

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN EMBUNG


KONSERVASI MENDEKATI ZERO RUN OFF DALAM
PENGENDALIAN BANJIR KAWASAN

Prasoni Agung, Bakhtiar AB, R. Didin Kusdian


Universitas Sangga Buana
Prasoni.agung@gmail.com

ABSTRAK
Embung adalah suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam yang digunakan untuk
menampung air hujan dan air limpasan sekitar untuk keperluan cadangan air pada saat musim kemarau.
Tetapi embung dapat juga dikembangkan sebagai sarana kolam retensi untuk pengendalian banjir dalam
skala kecil, diharapkan air hujan yang jatuh dikawasan pemukiman tersebut dapat ditampung di embung
ini, sehingga kawasan ini dapat disebut sebagai kawasan zero runoff, dimana tidak terdapat limpasan
air yang keluar ke hilir dari kawasan ini. DAS Cipamokolan bagian hulu tergolong tidak sering banjir,
tetapi kejadian luar biasa terjadi pada bulan Maret 2018, dimana pada saat itu terjadi banjir bandang
beserta lumpur yang menerjang pemukiman. DAS Cipamokolan sampai dengan titik tinjau ini luas
DASnya sebesar 6,705 km2, berdasarkan analisa frekuensi curah hujan rencana adalah 10 tahunan
sebesar 129,7 mm dengan debit puncak banjir sebesar 32,084 m3/det, Rencana pengendalian banjir
Cipamokolan ini adalah dengan membuat embung di hulu sehingga limpasan air ke arah hilir dapat
dikurangi. Dan analisa reduksi banjir dihitung dengan menggunakan penelusuran banjir melalui
embung/waduk dengan menggunakan software HECHMS 3.5. dan dapat mereduksi puncak debit banjir
sebesar 7,60% sampai 34,76% dari debit puncak kondisi eksisting. Kapasitas alur sungai Cipamokolan
di ruas ini adalah sebesar 28,681 m3/det. Dengan kapasitas sebesar ini, maka kondisi dengan adanya
embung ini akan dapat menampung debit dengan kala ulang 10 tahun, dimana dengan adanya embung
maka debit puncak banjir dari sebesar 32,084 m3/det dapat menjadi sebesar 24,441 m3/det. Sehingga
dapat dikatakan bahwa dengan adanya embung ini kondisi zero run off masih belum bisa dicapai, tetapi
debit puncak banjir dapat tereduksi, sehingga diharapkan dapat mengurangi dampak banjir yang
mungkin terjadi.

Keyword: Embung konservasi, zero run off, pengendalian banjir, Daerah Aliran Sungai

PENDAHULUAN yang berubah fungsi menjadi wilayah


pemukiman.
Latar Belakang Penelitian
Perubahan fungsi lahan ini tentu akan
Perkembangan suatu wilayah kota dalam
menimbulkan dampak perubahan
bidang ekonomi akan menyebabkan
hidrologi dan hidrogeologi pada wilayah
wilayah tersebut menyebabkan
tersebut dan juga wilayah di daerah
pertumbuhan terhadap pemukiman
upstream dan downstreamnya. Kasus yang
penduduk yang semakin besar. Kebutuhan
sering kita jumpai adalah wilayah
akan tempat tinggal ini juga telah
pemukiman ini rentan terhadap bahaya
dimanfaatkan dengan baik bagi pengusaha
banjir, baik yang berupa banjir akibat
bidang perumahan. Sehingga banyak
luapan sungai atau saluran drainase
sekali wilayah yang masih kosong atau
lainnya, maupun banjir akibat aliran air
lahan pertanian misalkan pinggiran kota
tidak dapat terbuang ke saluran drainase

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 47
ISSN 1979-4835

atau sungai, ataupun banjir kiriman dari 3. Menahan air hujan sementara waktu
wilayah di hulunya. untuk menurunkan limpasan

Alih fungsi lahan yang semakin meningkat Kajian pembangunan embung sebagai
menyebabkan semakin berkurangnya sarana untuk retensi air ataupun detensi
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan dapat dipertimbangkan dalam
berkurangnya area resapan air khususnya pengembangan kawasan permukiman ini.
di daerah perkotaan. Hal ini disebabkan Sehingga diharapkan dalam suatu wilayah
oleh pesatnya peningkatan jumlah pemukiman tidak akan terjadi aliran
penduduk di perkotaan yang limpasan yang besar pada saat hujan yang
mengakibatkan semakin meningkatnya dapat membahayakan daerah di hilirnya.
kebutuhan ruang dan sumberdaya.
Rumusan Masalah
Berkurangnya area resapan air akan
mempercepat terjadinya aliran permukaan Permasalahan yang akan ditinjau dalam

(run-off) dan memicu terjadinya banjir kajian ini adalah sebagai berikut:

(Kodoatie, 2002). 1. Apakah zero run off itu dan bagaimana


untuk dapat mencapai kondisi zero run
Identifikasi Masalah
off ini pada suatu wilayah
Zero runoff atau dapat diartikan bahwa
perumahan/pemukiman?
pada suatu wilayah/kawasan, maka air
2. Bagaimanakah dapat disusun suatu
hujan yang jatuh di wilayah tersebut akan
pedoman praktis dalam
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
pengembangan embung konservasi
keperluan wilayah atau kawasan itu.
suatu pemukiman agar dapat mencapai
Konsep ini merupakan salah satu aspek
kondisi zero run off?
dalam Program Pengembangan Kota
Hijau. Maksud dan Tujuan Penelitian

Untuk mencapai zero run off ini, maka air Maksud penelitian ini adalah dalam rangka
hujan dalam wilayah pengembangan ini mengkaji pembangunan embung
harus dikelola. Prinsip pengelolaan air konservasi sebagai salah satu solusi
hujan pada suatu wilayah pengembangan pengendalian banjir dalam kawasan
perumahan diharapkan dapat dilakukan pemukiman.
dengan: Tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Memaksimalkan pemanfaatan air mendapatkan pedoman praktis dalam
hujan pembangunan embung konservasi

2. Memaksimalkan infiltrasi air hujan, Manfaat Penelitian

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 48
ISSN 1979-4835

Manfaat Ditinjau Akademik 1. Studi pustaka


2. Pengumpulan data sekunder, meliputi
Manfaat penelitian ini secara akademik
Peta DAS, data curah hujan, data
adalah dapat memberikan kajian yang
topografi, dan data sosial ekonomi
terpadu dalam rangka mengurangi dampak
3. Pengumpulan data primer meliputi
banjir terutama dalam suatu kawasan
data aspirasi masyarakat mengenai
perumahan dengan menerapkan konsep
pembangunan embung, data banjir dan
zero run off salah satunya dengan
data kerugian banjir
pengembangan embung konservasi.
4. Analisa data meliputi perhitungan
Manfaat Ditinjau Terhadap Praktisi curah hujan dan debit banjir rencana
Manfaat penelitian ini adalah dapat 5. Perencanaan embung konservasi,
memberikan gambaran mengenai analisa hubungan curah hujan dan
pembuatan embung konservasi dalam dimensi/kapasitas embung yang
rangka menuju zero run off dalam suatu dibutuhkan
lingkup perumahan, serta dapat 6. Penulisan laporan hasil penelitian
memberikan pedoman praktis pembuatan KAJIAN PUSTAKA
embung konservasi untuk wilayah
perumahan lainnya.
Tinjauan Umum

Embung adalah suatu bangunan konservasi


Hipotesis
air yang berbentuk kolam yang digunakan
Debit limpasan yang terjadi dalam suatu
untuk menampung air hujan dan air
DAS merupakan fungsi dari besarnya
limpasan sekitar untuk keperluan cadangan
hujan yang terjadi dan kondisi DAS
air pada saat musim kemarau. Tetapi
dimana hujan tersebut jatuh. Semakin
embung dapat juga dikembangkan sebagai
tinggi hujan maka debit debit limpasan
sarana kolam retensi untuk pengendalian
semakin tinggi. Dan semakin jelek kondisi
banjir dalam skala kecil, misalnya dalam
DAS dimana kondsi tanah tidak dapat
suatu kawasan pemukiman.
menginfiltrasi air hujan, maka debit
Analisa Hidrologi
limpasan akan semakin besar. Sehingga
diperlukan suatu bentuk penampungan air Pemeriksaan Konsistensi Data
sementara/retensi yang salah satunya Hujan
adalah bentuk embung konservasi.
Pengujian konsistensi dengan metode
Ruang Lingkup RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)

Ruang lingkup penelitian ini adalah menggunakan data dari stasiun itu sendiri,

meliputi hal hal berikut ini : yaitu pengujian dengan komulatif

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 49
ISSN 1979-4835

penyimpangan terhadap nilai rata-rata Pengujian Kolmogorov - Smirnov


dibagi dengan akar komulatif rerata dilaksanakan dengan cara menggambarkan
penyimpangan kuadrat terhadap nilai distribusi empiris maupun distribusi
reratanya. teoritis pada kertas grafik probabilitas
sesuai dengan distribusi probabilitas
Analisis Distribusi Frekuensi
teoritisnya.
Mengingat bahwa banjir merupakan salah
Curah Hujan Wilayah
satu kejadian ekstrem yang berhubungan
erat dengan suatu sistem hidrologi, untuk Secara hidrologi, jenis curah hujan yang
mengetahui hubungan antara besaran diperlukan untuk perencanaan
kejadian ekstrem tersebut dan frekuensi pemanfaatan sumberdaya air dan
kejadiannya diperlukan analisis frekuensi. pengendalian banjir adalah curah hujan
rata-rata wilayah yang dinyatakan dalam
Uji Kesesuaian Distribusi
mm.
Untuk menentukan kecocokan (the
Distribusi Hujan Jam Jaman
goodness of fit) distribusi frekuensi
empiris dari sampel data terhadap fungsi Pada studi ini, metode yang akan
distribusi frekuensi yang diperkirakan digunakan adalah Metode Mononobe.
dapat menggambarkan/ mewakili Metode Mononobe pada dasarnya
distribusi empiris tersebut, diperlukan dikembangkan di Jepang oleh Dr.
pengujian secara statistik. Terdapat dua Mononobe. Intensitas hujan rata-rata
cara pengujian yaitu uji Chi Kuadrat (Chi- dalam suatu waktu tertentu dihitung
Square Test) dan uji Smirnov- berdasarkan persamaan:
Kolomogorov. 2
𝑅24 24 ⁄3
I= (
24 𝑡
)
Uji Chi Square
dimana:
Uji Chi-Kuadrat hanya efektif bila jumlah
I : intensitas curah hujan (mm/jam)
data pengamatan besar, karena sebelum
t : lamanya hujan (jam)
dilakukan pengujian, data pengamatan
𝑅24 : curah hujan harian (mm)
akan dikelompokkan terlebih dahulu.
Penelusuran Banjir dan Debit
Uji ini dimaksudkan untuk melihat
distribusi amatan apakah dapat dihampiri Banjir Rencana

dengan baik oleh distribusi teoritis. Piranti lunak Hydrologic Modeling System

Uji Smirnov-Kolmogorov (HMS) dikembangkan oleh Hydrologic


Engineering Center, United States Army
Corps of Engineers. Model merupakan

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 50
ISSN 1979-4835

hasil penyempurnaan model matematik Kota Hijau juga merupakan kota yang
HEC-1 yang dirilis pertama kali pada melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap
tahun 1967. Dengan menggunakan perubahan iklim. Pengembangan Kota
bantuan HEC-HMS, pengguna diberikan Hijau1 juga berarti pembangunan manusia
kemudahan dalam melakukan permodelan kota yang berinisiatif dan bekerjasama
analisis debit banjir berbasis Hidrograf dalam melakukan perubahan dan prakarsa
Satuan (HS) pada suatu DAS, penelusuran bersama seluruh pemangku kepentingan.
banjir sepanjang saluran/sungai, kalibrasi
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007
dan verifikasi parameter kalibrasi. Selain
tentang Penataan Ruang telah secara tegas
HEC-HMS juga menawarkan kemampuan
mengamanatkan 30% dari wilayah kota
untuk melakukan simulasi perhitungan
berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH),
debit banjir multiplan-multiflood serta
yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10%
menginvestigasi suatu seri hasil analisis
RTH privat. Pengalokasian 30% RTH ini
banjir untuk beberapa sub-area atau sub-
ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda)
DAS dengan karakteristik dan permodelan
tentang RTRW Kota dan RTRW
yang tersedia.
Kabupaten.
Adapun komponen model HEC-HMS
Untuk mewujudkan kota hijau, P2KH
yang digunakan untuk mensimulasikan
menerapkan sub-sistem lingkungan kota
respon hidrologi pada suatu DAS terdiri
yang diistilahkan dengan 8 (delapan)
atas Basin Model, Meteorologic Model dan
atribut Kota Hijau, yaitu perencanaan dan
Control Specifications. Melalui Basin
perancangan kota yang ramah lingkungan;
Model, pengguna mensimulasikan kondisi
ketersediaan ruang terbuka hijau;
fisik DAS beserta elemen-elemen
peningkatan peran masyarakat sebagai
hidrologi terkait yang disajikan dalam
komunitas hijau; pengelolaan sampah
Meteorologic Model. Sedangkan Control
ramah lingkungan; pengelolaan air yang
Specifications digunakan untuk mengatur
efektif; penerapan sistem transportasi yang
data baik periode waktu (time period) dan
berkelanjutan; konsumsi energi yang
interval waktu (time step) dari suatu
efisien; dan bangunan hijau.
simulasi.
Konsep Water Sensitive Urban
Konsep Pengembangan Kota Hijau
Design (WSUD)

1 Panduan Penyelenggaraan Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat


Pengembangan Kota Hijau, Kementerian Bina Penataan Bangunan, Jakarta, 2017
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 51
ISSN 1979-4835

Water Sensitive Urban Design (WSUD)2 Cipamokolan ini terletak di wilayah


merupakan salah satu bagian dari konsep Kecamatan Cimenyan Kabupaten
pendekatan infrastruktur hijau. Tujuan dari Bandung dan Kelurahan Jatihandap
pendekatan konsep ini untuk melakukan Kecamatan Mandalajati Kota Bandung.
pendekatan perencanaan dan perancangan
Metode penelitian ini adalah pengumpulan
kota yang berhubungan dengan sumber air
data primer melalui survei ke lokasi dan
dan manajemen lingkungan serta
pengumpulan data sekunder untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan
mendukung perencanaan embung
oleh keberadaan air di permukaan
konservasi.
perkotaan.
Penelitian dilakukan di daerah DAS
Manfaat dari penerapan konsep Water
Cipamokolan hulu, dimana pada Maret
Sensitive Urban Design dalam
tahun 2018 terjadi banjir bandang yang
pengembangan suatu kawasan.
menyebabkan kerugian secara material
Konsep ini memiliki beberapa elemen yang cukup besar.
penting, elemen paling penting tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu pemanfaatan air kembali (water
reuse) dan pengolahan air (water Kondisi Umum
treatment). Air hujan dan air buangan Wilayah Administrasi
merupakan salah satu air yang diperhatikan
pada konsep ini. Pada praktiknya, konsep
ini melihat pengelolaan air hujan dan air
buangan sebagai suatu peluang dalam
merancang suatu kota, bukan sebagai
limbah. Elemen tersebut diturunkan
kepada elemen rancang kota yang perlu
diperhatikan dalam penerapan WSUD

OBJEK DAN METODE


PENELITIAN

Objek penelitian adalah Sungai


Cipamokolan bagian hulu yang terletak di
6o50’20”LS sampai 6o54’08” LS dan
107o39’55” BT 107o40’24” BT. Sungai

2 Water Sensitive Urban Design in the UK -


Ideas Book, CIRIA. 2013. London

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 52
ISSN 1979-4835

Gambar 4-1 Peta Wilayah Administrasi DAS permasalahan seperti lingkungan,


Cipamokolan Hulu transportasi, energi (listrik, air, dan lain-
Adapun wilayah administrasi yang lain), perumahan, dan lainnya.
melingkupi lokasi penelitian di DAS Permasalahan tersebut juga terjadi pada
Cipamokolan bagian hulu ini adalah daerah bantaran beberapa sungai dan anak
berada di Desa Ciburial, Desa sungainya yang melalui Kota Bandung,
Mekarsaluyu, Desa Cimenyan, Desa termasuk diantaranya adalah DAS
Mandalamekar, Kecamatan Cimenyan Cipamokolan.
Kabupaten Bandung dan Kelurahan Data Teknis DAS Cipamokolan
Pasirlayung Kecamatan Cibeunying Kulon
Sungai Cipamokolan termasuk salah satu
di Kota Bandung, seperti tampak pada
anak sungai Sungai Citarum. Sungai
Gambar IV.1.
Citarum bagian hulu mempunyai 12 (dua
Kondisi Kependudukan belas) anak sungai yang bermuara di badan
Penduduk di DAS Cipamokolan bagian Sungai Citarum secara keseluruhan,
hulu adalah menurut data tahun 2018 diantaranya Sungai Cihaur, Sungai
sekitar 66.327 jiwa. Dimana pertambahan Cikapundung, Sungai Cipamokolan,
jumlah ini dari tahun ke tahun semakin Sungai Cikeruh, Sungai Ciminyak, Sungai
besar. Cirasea, Sungai Cisangkuy, Sungai
Citarik, dan Sungai Ciwidey.
Kondisi Iklim dan Curah Hujan

Kondisi iklim di lokasi pekerjaan


berdasarkan data tahun 2018, suhu rata-
rata tahunan adalah 23,5oC, Curah hujan
bulanan tertinggi terjadi pada bulan
Februari tahun 2008 sebesar 416,7 mm.
Rata-rata kelembaban relatif yaitu 79,6%.

Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di DAS Cipamokolan


ini adalah sebagai lahan pertanian dan
permukiman, dan sudah tidak terdapat
hutan. Tingkat urbanisasi di Kota dan
Kabupaten Bandung sangat tinggi
terutama beberapa tahun terakhir ini yang
menyebabkan munculnya berbagai

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 53
ISSN 1979-4835

Gambar 4-2 Sungai Cipamokolan sampai 0,825 dan 1,167, dmana masih lebih kecil
dengan Titik Tinjau di Jalan AH Nasution dari nilai ambang batas untuk Q/√n dan
Sungai Cipamokolan ini bermuarakan di R/√n dengan nilai data n = 12, yaitu masing
Sungai Citarum, dengan jarak dari titik masing 1,086 dan 1,298.
tinjau di Jalan AH Nasution bekisar antara Untuk menentukan tingkat kecocokan
11,915 km, dengan kemiringan dasar distirbusi frekuensi yang digunakan maka
sungai rata rata sekitar 0,00193. dilakukan uji Chi square dan Smirnov

Kejadian Banjir di DAS Kolmogorov untuk ketiga metode diatas,

Cipamokolan Hulu Berdasarkan hasil uji kesesuaian distribusi


frekuensi ini, maka akan dipilih metode
Kejadian luar biasa terjadi pada Bulan
Log Pearson Type III dimana nilai Chi
Maret 2018, dimana pada saat itu terjadi
Square 1,416 dan Smirnov
banjir bandang beserta lumpur yang
Kolmogorovnya 0,1209 paling kecil
menerjang pemukiman dan jalan yang
diantara metode lainnya.
berada di sepanjang Sungai Cipamokolan
hulu ini terutama di daerah Jatihandap dan Analisa Pengukuran Debit
Cicaheum.
Untuk mengetahui kapasitas tampung
Analisa Hidrologi debit Banjir Sungai Cipamokolan di titik tinjau Jl AH
Rencana Nasution ini, maka dilakukan kajian bank
full capacity, dengan data penampang
Ketersediaan Data Hidrologi
sungai Cipamokolan di titik ini.
Data curah hujan yang mewakili adalah
Lebar sungai = 3,5 m,Kedalaman palung =
data-data dari stasiun terdekat dengan
3m
lokasi, yaitu Data curah hujan Stasiun
Dago Pakar yang terletak pada 1070 Kemiringan rata rata dasar sungai = 0,008

37’28,236” BT 60 51’42,552” LS untuk Asumsi Koefisien Manning sungai = 0,035


periode data tahun 2006-2018.
Dengan persamaan Manning diperoleh
Analisa Curah Hujan Rencana besarnya debit alur penuh adalah sebesar

Sebelum dipakai untuk analisa, maka 28,68 m3/det.

dilakukan uji kekonsistensian data untuk Rencana Pengendalian Banjir


stasiun hujan Dago Pakar ini. Dari hasil uji
Dalam merumuskan alternatif solusi
konsistensi data dengan menggunakan
terpilih pada lokasi/wilayah genangan
metode RAPS diperoleh nilai parameter
banjir, harus mempertimbangkan faktor-
Q/√n dan R/√n sebesar masing masing

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 54
ISSN 1979-4835

faktor yaitu Topografi, Hidrologi, Adapun rencana lokasi embung ini adalah
Sosekpol dan Pendanaan seperti Tabel 4-1.

Rencana pengendalian banjir


Cipamokolan ini adalah dengan membuat
tampungan di hulu sehingga limpasan air
ke arah hilir dapat dikurangi. Salah satu
cara yang dilakukan adalah dengan
membangun beberapa series embung.
Dimana embung ini didesain untuk dapat
menampung air pada saat banjir dan dapat
mengalirkan secara teratur ke arah hilirnya

Tabel 4-1 Rencana Lokasi Embung


Konservasi

Embung
Tinggi,
Di Desa,
Koordinat Luas
No Elv
Geografis Genang Gambar 4-3 Rencana Lokasi Embung
A
an,Vol Konservasi
Genangan
11 m
Mandala 6° 52' 1,188
Embung yang direncanakan ini tidak
1. Mekar 58,88" LS Ha dimaksudkan untuk menyimpan air,
+787 107° 40' 48.750
4,302 Ha 05,13" BT m3 tetapi untuk keperluan pengendalian
7m
6° 52' 0,460 banjir, sehingga untuk pengaliran air
2. Cimenyan 58,65" LS Ha
+786 107° 39' 13.172 sehari hari dilakukan dengan membuat
1,116 Ha 58,25"BT m3
lubang outlet di badan embung.
8m
Pasir 6° 53' 1,063
3. Luyung 24,63" LS Ha PELIMPAH TUBUH EMBUNG
+723 107° 39' 48.175
6,049 Ha 41,15 BT" m3 CREST EMBUNG

8m
Pasir 6° 53' 4,815
4. Luyung 39,46" LS Ha
+698 107° 39' 209.68
6,313 Ha 30,10"BT 7 m3 OUTLET

Sumber: Hasil Analisa, 2019


Gambar 4-4 Sketsa Penampang Melintang
Pemilihan rencana lokasi embung Rencana Embung
konservasi ini cukup mengalami kesulitan Berikut ini adalah rencana dimensi outlet,
akibat sudah padatnya pemukiman pelimpah dan embung yang paling
penduduk di sekitar Sungai Cipamokolan. optimal, yaitu dengan kriteria desain yang
ada.

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 55
ISSN 1979-4835

Tabel 4-2 Rencana Dimensi Outlet, Pelimpah dan Embung

Embung 1 Embung 2 Embung 3 Embung 4


Elevasi dasar (m) 787,00 786,00 723,00 710,00
Elevasi tebing max (m) 800,00 793,00 731,00 718,00
Bangunan Outlet
• Jumlah 1 1 2 2
• Elevasi (m) 788,00 787,00 724,00 711,00
• Luas penampang outlet (m2) 0,25 0,16 0.25 0,25
Spillway
• Lebar (m) 2,00 1,00 2,00 3,00
• Koef Debit 2,20 2,20 2,2 2,2
• El. Crest Pelimpah (m) 795,00 790,00 728,00 715,00
El. Crest embung (m) 798,00 793,00 731,00 718,00
Tinggi Embung (m) 11,00 7,00 8,00 8,00,
Volume embung total
( x 1000 m3) 48,75 13,17 48,18 209,69
Area (ha) 1,19 0,46 1,06 4,81

Sumber : Hasil Analisa, 2019

Analisa Potensi Pengurangan Debit banjir


Dalam analisa potensi pengurangan debit dengan menggunakan software HECHMS
banjir dengan adanya embung ini akan 3.5
dihitung dengen penelusuran banjir Skematik penyusunan model sungai
melalui waduk/embung yang dihitung Cipamokolan ini dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Embung 1
14B
Luas DAS=4,302 km2
Penelusuran Banjir Penelusuran Banjir
Debit dari DAS Penelusuran Banjir
Melalui Embung Melalui Embung
luas 4,302 km2 Melalui Embung
Embung 3 Embung 4 Titik Tinjau Jl AH Nasution
Luas DAS = 6,0487 km2 Luas DAS = 6,3126 km2 A = 6,7041 km2

Embung 2 15B 16B


13B 16B
Luas DAS=1,116 km2
Debit dari DAS Debit dari DAS Debit dari DAS
Debit dari DAS Penelusuran Banjir luas 0,629 km2 luas 0,2638 km2 luas 0,3915 km2
luas 1,116 km2 Melalui Embung

Gambar 4-5 Skematik Pemodelan Penelusuran Banjir dengan HECHMS 3.5

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 56
ISSN 1979-4835

Adapun besarnya debit untuk masing dengan menggunakan software HECHMS


masing titik tinjau dan untuk masing 3.5 adalah sebagai berikut:
masing besaran curah hujan yang dihitung

Tabel 4-3 Besarnya Debit pada Masing masing Titik Tinjau Embung untuk Kondisi Existing / Belum
ada Embung

Kala
Jl AH
Ulang Tinggi Hujan Embung 1 Embung 2 Embung 3 Embung 4
Nasution
Debit
5 0,198 0,160 0,536 0,695 0,861
10 0,419 0,215 0,822 0,989 1,163
20 1,379 0,433 2,071 2,264 2,477
40 4,445 1,085 6,018 6,289 6,612
50 6,269 1,466 8,366 8,706 9,087
Q2 77,92 11,883 2,630 15,614 16,067 16,691
Q5 106,96 18,293 3,900 23,683 24,377 25,117
Q10 129,7 23,451 4,926 30,159 31,054 32,084
Q25 163,07 31,139 6,466 39,797 40,999 42,476
Q50 190,89 37,612 7,761 47,906 49,371 51,237
Q100 229,09 46,560 9,549 59,194 60,940 63,350
Q1000 355,08 76,299 15,483 97,635 99,381 103,637
Sumber : Hasil Analisa, 2019

Hidrograf Banjir Rencana Debit Kala Ulang 10 tahun


35

30

25
Debit (m3/det)

Embung 1
20
Embung 2
15 Embung 3
Embung 4
10
Jl AH Nasution
5

0
0:00 6:00 12:00 18:00 0:00
Waktu (jam)

Gambar 4-6 Hidrograf Banjir Kondisi Eksisting

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 57
ISSN 1979-4835

Hubungan Tinggi Hujan dan Debit


120
Embung 1
100
Embung 2

Debit (m3/det)
80
Embung 3

60 Embung 4
Jl AH Nasution
40

20

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Hujan (mm)

Gambar 4-7 Grafik Hubungan Besarnya Tinggi Hujan dan Debit Limpasan

Pemodelan untuk rencana embung dengan menggunakan HECHMS dapat


digambarkan sebagai berikut:

Embung 1
14B Qin Qo
Tampungan

Penelusuran Banjir
Melalui Embung

Embung 3 Embung 4
Qin Qo Qin Qo
Tampungan Tampungan

Penelusuran Banjir
Penelusuran Banjir Melalui Embung
Melalui Embung

Q Qin

Q Q

Embung 2
13B Qin Qo
Tampungan
12B
Penelusuran Banjir 15B 16B
Melalui Embung

Titik Tinjau Jl AH Nasution


A = 6,7041 km2

Gambar4-8 Skematik Debit Penelusuran Banjir dengan HECHMS 3.5

Dengan menggunakan software HECHMS


maka dilakukan penelusuran banjir melalui
embung ini. Dengan sebelumnya
memasukkan data data teknis rencana
embung seperti pada Tabel di atas. Kondisi
yang disebutkan dalam tabel tersebut
berdasarkan kondisi fisik di lokasi
embung. Adapun hasil penelusuran banjir
embung 1,2,3,4 dan kami tampilkan
embung 4
Gambar 4-9 Skematik Pemodelan Sungai
Cipamokolan dengan adanya Embung

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 58
ISSN 1979-4835

Hidrograf Penelusuran Banjir Melalui Embung 4


16 798

Inflow (m3/det)
14
outflow (m3/det) 796
12 Elevasi Muka Air Embung (m)

10 794

Debit (m3/det)

Elevasi (m)
8
792
6

4 790

2
788
0
0:00 6:00 12:00 18:00 0:00
-2 786
Waktu (jam)

Gambar 4-10 Hidrograf Banjir Penelusuran Banjir Melalui Embung 4

Dari hasil penelusuran banjir ini tampak sehingga bisa mereduksi debit banjir Dan
bahwa debit yang keluar melalui embung dengan kondisi ini diperoleh pengurangan
mengalami reduksi atau pengurangan, reduksi debit banjir sebagai berikut

Tabel 4-4 Persentase Reduksi Debit Banjir di Titik Jalan AH Nasuiton

Tinggi Hujan Debit Banjir Maksimum (m3/det) Reduksi Debit Banjir


Kala Ulang
(mm) Exisiting Rencana Embung m3 %
5 0,861 0,836 0,025 2,90%
10 1,163 1,122 0,041 3,53%
20 2,477 1,833 0,644 26,00%
40 6,612 2,789 3,823 57,82%
50 9,087 3,252 5,835 64,21%
Q2 77,92 16,691 10,889 5,802 34,76%
Q5 106,96 25,117 18,617 6,500 25,88%
Q10 129,70 32,084 24,441 7,643 23,82%
Q25 163,07 42,476 33,294 9,182 21,62%
Q50 190,89 51,237 42,423 8,814 17,20%
Sumber : Hasil Analisa, 2019

18
16
14
12
Debit (m3/det)

10
Eksisting
8
Desain Embung
6
4
2
0
0:00 6:00 12:00 18:00 0:00
Waktu (jam)
Gambar 4-11 Hidrograf Banjir di Titik Tinjau Jalan AH Nasution untuk Kondisi Debit Banjir kala
Ulang 2 tahun

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 59
ISSN 1979-4835

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan Kays, Barrett L. 2015. “Beyond Green
LID Zero Runoff Strategies for Our
Untuk mengurangi debit puncak banjir Cities”, Paper to International Low
Sungai Cipamokolan, maka dibuat embung Impact Design Conference,
American Society of Civil
konservasi sebanyak 4 buah. Engineers, Houston, TX
Dari hasil analisa penelusuran banjir ini, Kodoatie, R.J., dan Sugiyanto (2002)
dapat disimpulkan bahwa kondisi Banjir Beberapa Penyebab dan
Metode Pengendaliannya Dalam
maksimal yang dapat dikurangi dampak Perspektif Lingkungan. Semarang:
banjirnya adalah sampai dengan debit Pustaka Pelajar.
banjir dengan kala ulang 10 tahun, dimana Kodoatie, Robert J., dan R. Sjarief (2010)
Tata Ruang Air. Yogyakarta:
dengan adanya embung maka debit puncak Penerbit Andi.
banjir dari sebesar 32,084 m3/det menjadi Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan
sebesar 24,441 m3/det. Sehingga masih Umum Nomor 11 /PRT/M/2014
Tentang Pengelolaan Air Hujan
dapat ditampung oleh kapasitas tampung Pada Bangunan Gedung Dan
maksimum alur sungai Cipamokolan di Persilnya, Kementerian Pekerjaan
Umum, 2014
titik tinjau Jl. AH Nasution yang sebesar
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui
28,681 m3/det. Pembangunan Embung, dalam
Saran https://bebasbanjir2025.wordpress.c
om/teknologi-pengendalian-
Penelitian ini dilakukan sebagai gambaran banjir/embung/, download 2018
bahwa embung dapat digunakan sebagai Panduan Penyelenggaraan Program
Pengembangan Kota Hijau,
sarana pengendali debit banjir untuk Kementerian Pekerjaan Umum Dan
mereduksi dan meyarankan untuk dibuat Perumahan Rakyat Direktorat
Jenderal Cipta Karya Direktorat
embung lebih banyak lagi supaya bisa
Bina Penataan Bangunan, Jakarta,
mereduksi banjir lebih banyak 2017
Water Sensitive Urban Design in the UK -
Ideas Book, CIRIA. 2013. London

Jurnal Techno-Socio Ekonomika, Volume 12 No.1 April 2019


Universitas Sangga Buana YPKP 60

Anda mungkin juga menyukai