Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.

PENENTUAN LOKASI DAN JUMLAH LUBANG RESAPAN


BIOPORI DI KAWASAN DAS CIKAPUNDUNG
BAGIAN TENGAH
1
RIA SARAH SANITYA, 2 HANI BURHANUDIN
1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116
2
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

ABSTRAK

Semakin banyaknya lahan terbangun dan kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) maka akan
mengakibatkan berkurangnya kawasan resapan air bagi masyarakat Bandung. untuk peresapan air ke
dalam tanah diperlukan pemanfaatan lubang resapan biopori (LRB) sebagai media konservasi air
tanah juga sebagai suatu upaya pelestarian air tanah dan penanganan genangan air di kawasan
perkotaan. Metode pendekatan yang digunakan yaitu metode dengan teknik analisis kualitatif untuk
mengidentifikasi Lubang Resapan Biopori (LRB) eksisting, serta analisis kuantitatif untuk
mengidentifikasi kebutuhan Lubang Resapan Biopori yang ideal dan untuk penentuan lokasi Lubang
Resapan Biopori (LRB) yang tepat.

Keywords: Lokasi Lubang Biopori Kota bandung

Pendahuluan Fungsi dominan Sungai Cikapundung


Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2008 adalah sebagai pemenuhan kebutuhan air
Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah bersih, selain berfungsi sebagai pemenuhan
daratan yang merupakan satu kesatuan kebutuhan air bersih Sungai Cikapundung
dengan sungai dan anak-anak sungainya memiliki fungsi utama yaitu sebagai jaringan
yang berfungsi menampung, menyimpan dan drainase utama di Kota Bandung. Dalam
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan pemanfaatan air permukaan, sekitar 53%
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas pelayanan air bersih di Sungai Cikapundung
di darat merupakan pemisahan topografis dan masih diatur oleh PDAM dan 47% air bersih
batas di laut sampai dengan daerah perairan Sungai Cikapundung dikuasai oleh masyarakat
yang masih terpengaruh aktivitas daratan. yang memiliki permukiman di sekitaran
Sungai Cikapundung melintasi di Kota sempadan Sungai Cikapundung. Kondisi pada
Bandung dari bagian utara yang berada di saat ini dapat diketahui bahwa pemanfaatan
Maribaya sebagai wilayah hulu sungai ke air bersih Sungai Cikapundung belum
bagian selatan di Jalan Tol Purbaleunyi maksimal dan tidak sesuai dengan fungsi
sebagai batas kota. Panjang Sungai utama Sungai Cikapundung yaitu sebagi
Cikapundung dari ujung utara (Dago penyedia air bersih. Sistem Drainase yang
Bengkok) sampai dengan batas kota ujung berada di Kawasan Daerah Aliran Sungai
selatan (Jalan Tol Padaleunyi) adalah sekitar Cikapundung dapat dibagi kedalam dua
15,61 Km. bagian yaitu Sistem Drainase Makro dan
Mikro. Sistem Drainase Makro Sungai

Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Cikapundung, khususnya pada musim hujan sebab daerah utara adalah daerah tangkapan
bertindak sebagai pematusan yang air utama bagi sumber-sumber air Cekungan
mengalirkan air, baik dari daerah tangkapan di Bandung.
bagian Utara Kota Bandung maupun dari Peran Sungai Cikapundung yaitu sebagai
daerah Kota Bandung dan juga Sungai tempat penampungan air bagi masyarakat
Citarum. Sistem Drainase Mikro yang ada di Kota Bandung agar tidak terkena bencana
Sungai Cikapundung terdiri berbagai gorong- khususnya bencana banjir dan genangan. Salah
gorong yang tersebar di setiap daerah yang satu sebab banjir dan genangan adalah
terlewati oleh sungai Cikapundung. Gorong- penggunaan lahan yang tidak terkontrol di
gorong yang berfungsi menjadi saluran Kawasan Bandung Utara sebagai daerah
drainase dan pembuangannya bermuara resapan. Selain itu, peran Sungai Cikapundung
langsung ke Sungai Cikapundung adalah sendiri adalah menghindari terjadinya erosi
Sungai Cikapundung, Saluran Cikapayang, dan sendimentasi yang cukup tinggi serta
Sungai Cibarani, Saluran Regol dan Saluran fluktusi debit yang besar. Melihat berbagai
Ancol. fungsi lahan dan pemanfaatan aliran sungainya,
Fungsi Sungai Cikapundung sebagai maka DAS Cikapundung merupakan DAS
sistem jaringan drainase utama di Kota yang sangat penting dalam mendukung
Bandung sudah tidak sesuai, hal ini berbagai fungsi sosial dan ekonomi
dikarenakan adanya faktor perilaku masyarakat di sepanjang daerah pengaliran
masyarakat disekitaran bantaran Sungai sungainya.
Cikapundung yang tidak menjaga kelestarian Semakin banyaknya lahan terbangun dan
lingkungan disekitaran sungai yang kurangnya RTH, maka akan mengakibatkan
menyebabkan Sungai Cikapundung sebagai berkurangnya kawasan resapan air bagi
tempat penampungan limbah padat, cair dan masyarakat Bandung pada umumnya. Dampak
membuat bertambahnya endapan Sungai dari hal ini bisa dirasakan adalah kekeringan
Cikapundung sehingga kapasitas Sungai pada musim kemarau dan bencana banjir pada
Cikapundung untuk menampung air berkurang. musim hujan. Sampah rumah tangga, drainase
Hal ini menyebabkan pada saat terjadinya dan air kotor yang dibuang oleh masyarakat di
hujan air di sungai Cikapundung meluap dan pemukiman sekitar sungai menyebabkan
membanjiri lingkungan sekitar sehingga pencemaran bagi Sungai Cikapundung.
fungsi utama sungai sebagai saluran Kajian terhadap DAS Cikapundung
drainase makro tidak berfungsi dengan bagian tengah dalam Kota Bandung perlu
seharusnya. dilakukan mengingat pada bagian ini
Sejak dulu peran sungai adalah sebagai merupakan zona transisi KBU yang
pengumpul air hujan yang jatuh pada suatu merupakan zona yang dipengaruhi oleh
daerah aliran sungai dan secara bebas diubah keadaan kawasan hulu dan sekaligus dapat
dalam suatu rangkaian siklus hidrologi yang mempengaruhi kawasan hilir. Selain itu
melibatkan atmosfer, air bawah tanah, kawasan bagian tengah, merupakan kawasan
lingkungan dan manusia. Sesuai dengan fungsi dengan karakteristik permukiman kepadatan
Sungai Cikapundung, peran sungai tinggi dan merupakan kawasan perkotaan.
Cikapundung adalah sebagai tempat simpanan Kawasan ini juga merupakan kawasan yang
dan resapan air yang berasal dari berbagai memiliki berbagai aktifitas diantaranya:
sumber khususnya air hujan. Peran Sungai pendidikan yaitu kampus ITB dan kampus
Cikapundung sendiri adalah sebagai tempat UNISBA, perdagangan dan jasa yaitu
penyimpanan air apabila terjadi kelangkaan Jl.merdeka (BIP dan sekitarnya), perkantoran
air baku di Kota Bandung. Dengan adanya yaitu kantor pemerintahan, kantor kecamatan,
pertambahan penduduk memberikan efek dan kantor kelurahan.
yang sangat besar pada kebutuhan akan air Maka untuk peresapan air ke dalam tanah
bersih. Adanya kerusakan Kawasan Bandung diperlukan pemanfaatan lubang resapan
Utara sudah tentu mengurangi pasokan air biopori (LRB) sebagai media konservasi air

Page | 2
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

tanah juga sebagai suatu upaya pelestarian air


tanah dan penanganan genangan air di
kawasan perkotaan. LRB adalah berupa
pengaturan keseimbangan pada lingkungan
yang kurang daerah peresapan dan dapat
digunakan pada daerah padat bangunan,
karena LRB mempunyai diameter 10 cm
dengan kedalaman 80 cm.
Dalam rangka menerapkan lubang resapan
biopori perlu diperhatikan beberapa Gambar 1 Tampak Samping Lubang
persyaratan, meliputi : tanah harus mudah Resapan Biopori di dalam tanah
meloloskan air; dibangun tidak melebihi (Brata, 2008).
kedalaman permukaan air tanah (water table)
dalam hal perancangan pembuatan biopori, Manfaat Lubang Resapan Biopori (LRB)
agar kinetik kerja biopori lebih maksimal perlu Pertama, Mencegah Banjir
tempat-tempat yang khusus dan tepat, seperti : Banjir sendiri telah menjadi bencana yang
pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, merugikan bagi warga Jakarta.
kantor, sekolah, di sekeliling pohon, pada Keberadaan lubang biopori dapat menjadi
tanah kosong antar tanaman atau batas jawaban dari masalah tersebut.
tanaman; menggunakan sampah organik agar Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau
mudah terurai; adanya pemantauan untuk tiap bangunan di Jakarta memiliki biopori
mengisi kembali sampah, karena sampah akan berarti jumlah air yang segera masuk ke
menyusut menjadi kompos; kedalaman tanah tentu banyak pula dan dapat
dinding paralon tidak usah terlalu dalam, mencegah terjadinya banjir.
karena fungsinya hanya untuk menahan tanah Kedua, Tempat Pembuangan Sampah Organik
jatuh; untuk setiap 100 lahan idealnya Lubang Banyaknya sampah yang bertumpuk juga
Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 telah menjadi masalah tersendiri di kota
titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m. Dengan Jakarta. Kita dapat pula membantu
kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap mengurangi masalah ini dengan
lubang bisa menampung 7,8 liter sampah. memisahkan sampah rumah tangga kita
menjadi sampah organik dan non organik.
Studi Kepustakaan
Untuk sampah organik dapat kita buang
Pengertian dalam lubang biopori yang kita buat.
Lubang Resapan Biopori menurut Ketiga, Menyuburkan Tanaman
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.70/ Sampah organik yang kita buang di lubang
Menhut-II/ 2008/ Tentang Pedoman Teknis biopori merupakan makanan untuk
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, adalah lubang- organisme yang ada dalam tanah.
lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat Organisme tersebut dapat membuat
berbagai aktivitas organisme di dalamnya, sampah menjadi kompos yang merupakan
seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan pupuk bagi tanaman di sekitarnya.
fauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang Keempat, Meningkatkan Kualitas Air Tanah
terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi Organisme dalam tanah mampu membuat
tempat berlalunya air di dalam tanah. samapah menjadi mineral-mineral yang
kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya,
air tanah menjadi berkualitas karena
mengandung mineral.

Teknologi lubang resapan biopori


memiliki manfaat yang sangat banyak namun
secara garis besar adalah sebagai berikut:

Page | 3
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

(Mengurangi genangan; Menambah cadangan biopori. Secara garis besar konsep analisis ini
air tanah; Mengurangi volume sampah menerapkan teknik superimpose dengan ketiga
organic) variabel analisis penentuan lokasi LRB.
Adapun ketiga variabel tersebut adalah :
Metodologi
Metode Analisis Pertama, Analisis Jenis Tanah

Guna tercapainya tujuan penelitian, maka Analisis kualitatif ini dilakukan untuk
dilakukan analisis yang berupa analisis menganalisis jenis tanah sehingga dapat
kualitatif untuk mengidentifikasi Lubang diketahui daya serap tanah terhadap air hujan
Resapan Biopori (LRB) eksisting, serta di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 1
analisis kuantitatif untuk mengidentifikasi berikut ini.
kebutuhan Lubang Resapan Biopori yang ideal Tabel 1 Jenis Tanah
dan untuk penentuan lokasi Lubang Resapan N Jenis Permeabilita Nila Bobo
Biopori (LRB) yang tepat. o Tanah s i t
1 Grumoso Lambat 1 5
Metode Analisis untuk Mengidentifikasi l
2 Aluvial Sedang 2
Lubang Resapan Biopori (LRB) 3 Andosol Cepat 3
Dalam metoda ini dilakukan analisis Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor, (disempurnakan,
kualitatif. Melalui analisis kualitatif ini 1982)
dilakukan pengolahan data sekunder dan
observasi lapangan mengenai Lubang Resapan Analisis jenis tanah ini juga dapat berguna
Biopori (LRB) untuk mengidentifikasi lubang untuk menentukan lokasi yang cocok,
resapan biopori yang sudah diterapkan di sehingga nantinya dapat dipergunakan dalam
Kawasan DAS Cikapundung tengah. Analisis superimpose menurut jumlah skor dalam
yang dilakukan dengan cara wawancara pembobotan. Permeabilitas adalah
terhadap bapak Camat yang berada di DAS kemampuan tanah dalam diresapi air.
Cikapundung Bagian Tengah serta observasi
lapangan. Kedua, Analisis Curah Hujan
Berdasarkan Ruang lingkup wilayah dari
Metode Analisis Penentuan Lokasi yang studi ini adalah Kawasan tengah Sungai
Cocok di Terapkan Lubang Resapan Biopori Cikapundung bermula dari Dago Bengkok
(LRB) hingga sekitar Jembatan Siliwangi merupakan
Kinerja Lubang Resapan Biopori (LRB) daerah perbukitan dengan kemiringan 30-
akan berfungsi dengan baik jika 50%, bagian tengah mulai dari Jembatan
pembangunannya di suatu kawasan yang Siliwangi hingga PLN merupakan daerah
memenuhi persyaratan, yaitu : tanah harus berombak dengan kemiringan 3-8%, dan pada
mudah meloloskan air; dibangun tidak beberapa lokasi memiliki kemiringan 15-30%
melebihi kedalaman permukaan air tanah bagian selatan mulai dari sekitaran PLN
(water table) dalam hal perancangan hingga Tol Padaleunyi merupakan daerah
pembuatan biopori. Maka dalam metode ini dengan kemiringan 0-3%. Dan curah hujan
perlu dilakukan penentuan lokasi kawasan yang berada di lokasi penelitian ini berkisar
yang memiliki persyaratan tersebut dengan 1500-2000 mm/ tahun. Analisis kualitatif ini
melihat jenis tanah, curah hujan, serta dilakukan untuk menentukan lokasi yang
kepadatan bangunan di wilayah DAS cocok diterapkannya lubang resapan biopori.
Cikapundung Tengah (hal ini sesuai dengan Setelah diketahui curah hujan maka dilakukan
syarat penentuan lokasi yang telah superimpose dari jumlah skor dalam
disampaikan oleh Ir.kamir R.Brata,Msc). pembobotan. Untuk lebih jelas dapat dilihat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui lokasi pada Tabel 2 berikut ini.
yang cocok diterapkannya lubang resapan

Page | 4
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Tabel 2 Curah Hujan cocok diterapkannya LRB; (2) Interval skor


N Curah Klasifikas Nila Bobo
35-40, merupakan lahan yang kurang cocok
o Hujan i Curah i t diterapkannya LRB; (3) Interval skor 10-30,
(mm/tahu Hujan merupakan lahan yang tidak cocok
) diterapkannya LRB. Sumber : klasifikasi
1 1.000± Rendah 1 5
1.500
kemampuan lahan fakultas geografi
2 1.500± Sedang 2 UGM,1991
3.000
3 3.000± Tinggi 3
4.000 Metode Analisis Jumlah Kebutuhan Lubang
Sumber: Soenarto Goenadi,2009 Resapan Biopori (LRB) yang Ideal di Wilayah
DAS Cikapundung Bagian Tengah
Ketiga, Analisis Kepadatan Bangunan Untuk mengetahui kebutuhan Jumlah
Analisis kualitatif dan kuantitatif ini Lubang Resapan Biopori (LRB) , perlu
dilakukan untuk menentukan lokasi yang diketahui intensitas curah hujan terlebih
cocok diterapkannya lubang resapan biopori. dahulu, debit limpasan curah hujan, serta laju
Analisis yang dipakai untuk mengetahui peresapan infiltrasi. Analisis ini dilakukan
kepadatan bangunan di wilayah penelitian setelah diketahui kawasan yang cocok
adalah analisis KWT (Koefisien Wilayah diterapkannya bagi penempatan LRB. Berikut
Terbangun). KWT (Koefisien Wilayah beberapa perhitungannya :
Terbangun) adalah angka prosentase luas
kawasan atau blok peruntukan yang terbangun Pertama, Analisis Intensitas Curah Hujan
terhadap luas kawasan atau luas blok Intensitas hujan adalah tinggi hujan atau
peruntukan yang direncanakan. Untuk volume hujan tiap satuan waktu. Sifat umum
mempermudah menganalisis KWT (koefisien hujan adalah makin singkat hujan berlangsung
Wilayah Terbangun) dilakukan pembagian intensitasnya cenderung makin tinggi dan
blok berdasarkan jalan, fungsi dominan, semakin besar periode ulangnya makin tinggi
kepadatan bangunan. Setelah diketahui nilai pula intensitasnya. Tujuan analisis ini adalah
KWT nya maka dilakukan perhitungan dalam untuk mengetahui nilai intensitas hujan yang
pembobotan. Untuk lebih jelas dapat dilihat akan digunakan untuk perhitungan jumlah
pada Tabel 3 berikut ini. lubang resapan biopori di wilayah studi.
Tabel 3 Pembobotan KWT Perhitungan intensitas curah hujan di wilayah
(Koefisien Wilayah Terbangun) studi dilakukan dengan menggunakan rumus
Mononobe.
N Koefisien Klasifikasi Nila Bobo
o Wilayah Koefisien i t Talbot
Terbangu Wilayah
n Terbangu
n
1 10 ± 20 % Rendah 1 10

2 30 ± 60 % Sedang 2
Mononobe

3 70 ± 90 % Tinggi 3

6XPEHU /XWKIL 0XWD¶DOL


Ishiguro
Maka dari perhitungan pembobotan
tersebut diketahui interval dengan tiga kelas
lahan yang cocok diterapkannya LRB
sebagaimana terdapat dalam kelas berikut ini : dengan:
(1) Interval skor > 50, merupakan lahan yang I = Intensitas hujan (mm/jam)

Page | 5
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

t = Durasi hujan dalam menit C = Koefisien air larian


(persamaan Talbot, Sherman, I = Intensitas hujan (m3/hari hujan)
Ishiguro); jam Mononobe). A = Luas area larian
D¶ D E Q P 7HWDSDQ
R24 = Curah hujan maksimum dalam a) Analisis Infiltrasi
24 jam (mm); dalam kaitan dengan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
kajian ini dimodifikasi menjadi laju infiltrasi air daerah penelitian, untuk itu
curah hujan harian (mm) dibutuhkan data hasil pengukuran laju
infiltrasi dilapangan dengan mengunakan ring
Kedua, Analisis Debit limpasan air hujan
infiltrometer. Analisa infiltrasi pada penelitian
Air Limpasan/larian (run off) adalah ini menggunakan metode Horton. Rumus
bagian dari curah hujan yang mengalir di atas perhitungan infiltrasi model Horton sebagai
permukaan tanah menuju ke sungai, danau, berikut (dalam Ilyas, 1993) :
dan lautan. Air hujan yang tidak sempat masuk
ke dalam tanah dan oleh karenanya mengalir F Fc t 1 / k ( f o >
fc ) 1 e kt
@
di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih
rendah. Air larian berlangsung ketika jumlah Dimana:
curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke F = tingkat infiltrasi (cm/menit)
dalam tanah. Analisis ini dilakukan untuk fc = tingkat infiltrasi setelah konstan
mendapatkan debit limpasan (run off) sebagai (cm/menit)
masukan untuk penentuan jumlah lubang fo = tingkat infiltrasi awal (cm/menit)
resapan biopori di wilayah studi. e = 2,78
t = waktu konsta (jam)
Tabel 4 Koefisien Aliran Permukaan k = 1/m log
(C) untuk Daerah Urban
Macam-macam Daerah Koefisien b) Analisis Penentuan Jumlah Lubang
(C) Resapan Biopori (LRB)
1. Daerah Perdagangan:
x Pertokoan (down town) 0,70 ± 0,90
Titik A = Q limpasan titik A
x Pinggiran 0,50 ± 0,70 Jumlah air yang Terinfiltrasi
2. Permukiman:
x Perumahan satu keluarga 0,30 ± 0,50 Titik B = Q limpasan titik B
x Perumahan berkelompok,
terpisah-pisah 0,45 ± 0,60 Jumlah air yang Terinfiltrasi
x Perumahan berkelompok, Titik C = Q limpasan titik C
bersinambungan 0,60 ± 0,75 Jumlah air yang Terinfiltrasi
x Sub Urban 0,25 ± 0,40
x Daerah apartemen 0,50 ± 0,70
3. Industri: Jumlah air yang terinfiltrasi = F(t) = fc t +
x Daerah industri ringan 0,50 ± 0,80 1/k (fo- fc) (1-e-kt)
x Daerah industri berat 0,60 ± 0,90
4. Taman, perkuburan 0,10 ± 0,25
Keterangan :
1. Tempat bermain 0,20 ± 0,35
2. Derah stasiun kereta api 0,20 ± 0,40 F(t) : Jumlah air yang terinfiltrasi
3. Daerah belum diperbaiki 0,10 ± 0,30
4. Jalan 0,70 ± 0,95
fc = tingkat infiltrasi setelah konstan
5. Bata: (cm/menit)
x Jalan, hamparan 0,75 ± 0,85 fo = tingkat infiltrasi awal (cm/menit)
x Atap 0,75 ± 0,95 e = 2,78
Sumber: Schwab,et ol., 1981
t = waktu konsta (jam)
k = 1/m log
Q=0,278 x C x I x A
Keterangan 0,278 sebagai ketetapan Pembahasan
Q = Debit air larian m3/hari hujan

Page | 6
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Menentukan Jumlah Lubang Resapan Biopori jumlah LRB setidaknya dapat menampung air
yang Ideal di wilayah Cikapundung Bagian yang tidak terserap oleh tanah yang
Tengah dikarenakan banyaknya lahan kedap air, yang
pada akhirnya dapat berfungsi sebagai media
Berdasarkan hasil pengamatan dan
konservasi air tanah juga sebagai suatu upaya
analisis, Cikapundung Bagian Tengah Kota
pelestarian air tanah dan penanganan genangan
Bandung merupakan zona transisi KBU yang
air di kawasan perkotaan.
merupakan zona yang dipengaruhi oleh
keadaan kawasan hulu dan sekaligus dapat Sedangkan penentuan lokasi yang tepat
mempengaruhi kawasan hilir. Selain itu dalam penerapan Lubang Resapan Biopori
kawasan bagian tengah, merupakan kawasan (LRB) adalah mengidentifikasi kawasan-
dengan karakteristik permukiman kepadatan kawasan yang memenuhi persyaratan bagi
tinggi dan merupakan kawasan perkotaan. penerapan Lubang Resapan Biopori (LRB).
Kawasan ini juga merupakan kawasan yang (Hal ini sesuai dengan syarat penentuan lokasi
memiliki berbagai aktifitas diantaranya: yang telah disampaikan oleh Ir.kamir
pendidikan yaitu kampus ITB dan kampus R.Brata,Msc). Analisis ini dilakukan untuk
UNISBA, perdagangan dan jasa yaitu mengetahui lokasi yang cocok diterapkannya
Jl.merdeka (BIP dan sekitarnya), perkantoran lubang resapan biopori. Secara garis besar
yaitu kantor pemerintahan, kantor kecamatan, konsep analisis ini menerapkan teknik
dan kantor kelurahan. wilayah ini sering terjadi superimpose dengan ketiga variabel analisis
banjir akibat kurangnya daerah peresapan air penentuan lokasi LRB. Adapun ketiga variabel
yang di karenakan perkembangan kegiatan tersebut adalah : Jenis Tanah; Curah Hujan ;
perkotaan. Kepadatan Bangunan
Untuk menentukan LRB maka langkah
Dengan kondisi perkembangan Kota
perhitungan yang dilakukan yaitu sebagai
Bandung yang semakin pesat dalam setiap
berikut :
tahunnya, terjadi perubahan yang signifikan
pada penggunaan lahan permukiman, Pertama, Analisis Intensitas Curah Hujan
perdagangan dan jasa, sehingga terjadi alih Untuk menghitung intensitas curah hujan
fungsi, terutama terhadap lahan-lahan di wilayah studi ini diperlukan perhitungan
persawahan, perkebunan dan lahan kering, curah hujan maksimum harian, sebelum
serta lokasi penelitian ini cocok mendapatkan curah hujan harian terlebih
diterapkanLubang Resapan Biopori (LRB) dahulu melihat data curah hujan maksimum
karena dilihat dari karakteristik LRB yang bulanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
ukurannya kecil, yaitu mempunyai diameter 10
pada Gambar 2 Grafik Curah Hujan
cm dengan kedalaman 80 cm, dapat Maksimum Bulanan.
ditempatkan pada kawasan permukiman padat,
sehingga diharapkan dengan adanya beberapa

Page | 7
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

450.00

400.00
381.50
350.00
321.40
300.00

250.00 259.00

200.00
187.50
150.00
117.60
100.00 102.80 103.60
89.40
76.20 77.20
63.00
50.00

0.00 1.90
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Gambar 2 Grafik Curah Hujan Maksimum bulanan


Sumber: BMKG Kota Bandung 2011

Berdasarkan hasil analisis intensitas hujan


dengan durasi dan periode ulang tertentu, data Kedua, Analisa Debit Limpasan
periode ulang hujan 10 tahun dapat digunakan
Berdasarkan hasil perhitungan debit
untuk menghitung debit limpasan, karena hal
limpasan dengan durasi dan periode ulang
ini sesuai dengan pernyataan
tertentu, data periode ulang hujan 10 tahun
Ir.Suwanto.M.MS (2011) yang menyatakan
dapat digunakan untuk menghitung debit
bahwa untuk jenis bangunan air seperti
limpasan, karena hal ini sesuai dengan
drainase saluran di sawah/permukiman
pernyataan Ir.Suwanto.M.MS (2011) yang
digunakan kala ulang banjir (tahun) antara 5-
menyatakan bahwa untuk jenis bangunan air
10 tahun. Sedangkan durasi 2 jam digunakan
seperti drainase saluran di sawah/permukiman
untuk menghitung debit limpasan, karena hal
digunakan kala ulang banjir (tahun) antara 5-
ini sesuai dengan pernyataan Suroso (2006)
10 tahun. Maka debit limpasan yang dipakai
yang menyatakan bahwa durasi hujan yang
seluruh kawasan terpilih adalah 368. mm/jam.
biasa terjadi 1-6 jam. Maka intensitas hujan
yang dipakai seluruh kawasan terpilih adalah
31,91 mm/jam.

Tabel 5 Data Luas Daerah Tangkapan dan Koefisien Limpasan


Kecamatan Kelurahan Blok Luas Koefisien Alasan Menggunakan C
Terbangun Limpasan
(m2) (C)
Coblong Lebak C 69.300 0,60 Untuk permukiman diambil Nilai C =
Siliwangi 0,60 dengan mempertimbangkan
beragam jenis rumah yang ada di
DAS Cikapundung Bagian Tengah
Bandung Tamansari F 14.700 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
Wetan perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Tamansari G 66.900 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis

Page | 8
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Kecamatan Kelurahan Blok Luas Koefisien Alasan Menggunakan C


Terbangun Limpasan
(m2) (C)
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Tamansari H 67.800 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Tamansari I 63.700 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Tamansari J 83.800 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Tamansari K 95.100 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Tamansari L 89.600 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Tamansari M 93.200 0,58 diambil Nilai C = 0,58 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C

Sumur Babakan N 66.500 0,68 diambil Nilai C = 0,68 berdasarkan


Bandung Ciamis perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang di dominasi
perkantoran yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Babakan O 25.100 0,68 diambil Nilai C = 0,68 berdasarkan
Ciamis perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang di dominasi
perkantoran yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Babakan P 58.100 0,68 diambil Nilai C = 0,68 berdasarkan
Ciamis perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang di dominasi
perkantoran yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Braga Q 38.100 0,68 diambil Nilai C = 0,68 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang di dominasi
perkantoran yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Braga R 152.600 0,68 diambil Nilai C = 0,68 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis

Page | 9
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Kecamatan Kelurahan Blok Luas Koefisien Alasan Menggunakan C


Terbangun Limpasan
(m2) (C)
penggunaan lahan yang di dominasi
perkantoran yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C
Braga S 67.000 0,68 diambil Nilai C = 0,68 berdasarkan
perhitungan Cr dari beragam jenis
penggunaan lahan yang di dominasi
perkantoran yang ada di DAS
Cikapundung Bagian Tengah maka
diambil nilai rata-rata C

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 6 Perhitungan Debit Limpasan menggunakan ring infiltrometer yang


dengan PUH 2, 5 dan 10 tahun dengan dilakukan pada 3 titik dengan biopori yang
durasi 1 hari WHUVHEDU GHQJDQ SHUWLPEDQJDQ GLPDQD WLWLN(
Kawasa Q limpasan (m3/hari)
titik tersebut dapat mewakili laju infiltrasi pada
n daerah aliran sungai Cikapundung Tengah
Periode Ulang Hujan yang akan dianalisis menggunakan metode
2 5 10 Horton.
C 369.433 362.96 368.855
0
Dalam perhitungan analisis jumlah lubang
F 349,389 343,26 resapan biopori digunakan tiap-tiap laju
7 348,842 infiltrasi berdasarkan titik lokasi pengujian.
G 328,261 322,50 Setelah diketahui laju infiltrasi maka dengan
9 327,747
H 446,732 424,27 persamaan yang ada pada bab 2, hitung jumlah
4 431,165 air yang terinfiltrasi kedalam tanah selama satu
I 490,072 481,48 hari. Hasil dari jumlah air yang terinfiltrasi
5 489,306 kedalam tanah selama 1 hari adalah 6,61
J 461,729 453,63
9 461,007 mm/mnt.
K 480,281 471,86
6 479,530
L 342,690 336,68
5 342,154
M 129,346 127,08
0 129,144
N 37,453
351,024 350,475
O 226,15
230,189 6 229,829
P 905,81
921,966 2 920,524
Q 397,70
404,795 2 404,162
R 585,86
596,318 9 595,385
S 353,77
360,086 7 359,523

Ketiga, Analisis Infiltrasi Gambar 3 Proses Penetrasi ( a ) Proses


Data yang diperoleh melalui hasil Penetrasi Ring Infiltrometer, ( b ) Ring
pengukuran laju infiltrasi dengan Infiltrometer Setelah Terpenetrasi, ( c )
Biopori

Page | 10
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Besarnya laju Infiltrasi dapat diperoleh dari


pengukuran dilapangan dengan menggunakan
alat infiltrometer, adapun data hasil
pengukuran laju infiltrasi selama interval t = 5
menit dari 7 titik penelitian dengan biopori dan
tanpa biopori di daerah aliran sungai
Cikapundung yang dilakukan seperti bab
sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 7 Hasil
Pengukuran infiltrasi berikut ini.

Tabel 7 Hasil Pengukuran infiltrasi pada titik C,F,N Dengan Biopori


Penurunan Flap (mm/menit)
Durasi Biopori Tanpa Biopori Biopori Tanpa Biopori
C F N C F N C F N C F N
5 140 160 200 90 70 100 28 32 40 18 14 20
5 130 140 140 60 60 90 26 28 28 12 12 18
5 120 120 130 30 55 80 24 24 26 6 11 16
5 110 120 100 30 45 80 22 24 20 6 9 16
5 110 120 100 30 45 80 22 24 20 6 9 16
5 110 120 100 30 45 80 22 24 20 6 9 16
5 110 120 100 30 45 80 22 24 20 6 9 16

Sumber: Data Primer yang di Olah, 2012

Page | 11
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Total Lubang Resapan Biopori Sumber : Hasil analisis


Hasil dari data debit limpasan bersama
Kesimpulan
dengan kapasitas infiltrasi pada lubang biopori
digunakan untuk menghitung jumlah LRB Merujuk dari rumusan masalah dan
(Lubang Resapan Biopori) seperti pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
persamaan berikut ini. ini, maka kesimpulan yang dihasilkan
adalah bahwa hampir seluruh kawasan
Jumlah LRB = Qlimpasan /F(t)
yang berada di DAS Cikapundung Tengah
Dengan menggunakan Qlimpasan periode dalam koefisien wilayah terbangun (KWT)
ulang hujan 10 tahun dan durasi 2 jam maka menunjukkan padat bangunan dengan
dihitung berapa jumlah lubang biopori yang KWT 60-90 %. Kesesuaian dengan
dibutuhkan untuk mencegah adanya genangan, pemanfaatan lahan Sungai Cikapundung
periode ulang hujan 10 tahun dan durasi 2 jam secara eksisting, dan diuraikan berdasarkan
digunakan karena data pada titik ini hasil analisis sebagai berikut:
merupakan standar yang paling cukup untuk Pertama, Penggunaan lahan di sekitaran
mengatasi genangan yang ada di wilayah Sungai Cikapundung pada saat ini sudah
penelitian (berdasarkan pernyataan banyak digunakan sebagai permukiman,
Ir.Suwanto.M.MS (2011) dan Suroso (2006)). sehingga fungsi utama dari Sungai
Cikapundung ini sudah bergeser, dengan
Tabel 8 Perhitungan Jumlah LRB berubahnya fungsi utama Sungai Cikapundung
Blo Q Jumlah Jumla Luas berpengaruh besar pula terhadap Sungai
k limpas air yang h LRB Kawas Citarum, seperti semakin berkurangnya
an terinfiltr an volume air di Sungai Cikapundung yang
1 hari asi
1 hari
disebabkan oleh semakin banyaknya endapan
C 368.85 6,61 55.80 69.300 yang ada di Sungai Cikapundung akibat
5 2 perilaku masyarakat di sekitaran bantaran
F 270.65 6,61 52.77 67.800 Sungai Cikapundung.
4 5
G 339.04 6,61 49.58 63.700
Kedua, Masih kurangnya tingkat kesadaran
9 3 masyarakat terhadap lingkungan dilihat dari
H 446.03 6,61 65.22 83.800 masih sedikitnya jumlah lubang resapan
3 9 biopori yang ada saat ini, dan sangat jauh
I 506.17 6,61 74.02 95.100
8 5
dari jumlah yang ideal.
J 476.90 6,61 69.74 89.600 Ketiga, Lokasi yang tepat diterapkannya
4 3 lubang resapan biopori adalah Kelurahan
K 496.06 6,61 72.54 93.200 Lebak Siliwangi, Kelurahan Tamansari,
5 6
L 353.95 6,61 53.54 66.500 Kelurahan Babakan Ciamis, Kelurahan Braga
2 7 dilihat dari variabel yang sangat menentukan
M 133.59 6,61 19.53 25.100 yaitu kepadatan bangunannya.
7 7
N 231.93 6,61 53.02 58.100 Jumlah lubang resapan biopori yang tepat
2 1 untuk lokasi di Das Cikapundung Bagian
O 152.09 6,61 34.76 38.100
3 9
Tengah berjumlah 945.446, berdasarkan hasil
P 947.59 6,61 139.2 152.60 perhitungan
8 62 0
Q 416.04 6,61 61.14 67.000 Rekomendasi
9 4
R 612.89 6,61 90.07 98.700 Rekomendasi pada studi ini terbagi
6 3 menjadi 2 jenis, yaitu: (1) rekomendasi untuk
S 370.09 6,61 54.39 59.600 DAS Cikapundung Bagian Tengah, dan; (2)
7 0
Jumlah 945.44 rekomendasi untuk masyarakat umum.
6

Page | 12
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Pertama, Rekomendasi Untuk DAS Untuk mengetahui kebutuhan Jumlah


Cikapundung Bagian Tengah Lubang Resapan Biopori (LRB), perlu
diketahui intensitas curah hujan terlebih
Berdasarkan hasil analisis, diketahui
dahulu, debit limpasan curah hujan, serta laju
bahwa terdapat 3 (tiga) indikator dalam
peresapan infiltrasi.
penentuan lokasi dan jumlah lubang resapan
biopori, maka rekomendasi yang diberikan Rekomendasi Untuk Masyarakat Umum
untuk penentuan lokasi dan jumlah lubang
Adapun rekomendasi yang diberikan
resapan biopori antara lain:
untuk masyarakat secara umum antara lain
Kondisi Eksisting Penerapan Lubang adalah:
Resapan Biopori di Bandung : 1) Perlu diadakannya penyuluhan/ pengarahan
Jumlah lubang resapan biopori yang ada saat dari pemerintah kepada masyarakat
ini masih sangat sedikit, dan sangat jauh menyangkut pentingnya lubang resapan
dari jumlah yang ideal. Sehingga haruslah biopori (LRB) yang mempunyai manfaat
untuk mempercepat peresapan air hujan dan
ada penelitian yang lebih lanjut dari
berbagai disiplin ilmu mengenai jumlah mengatasi sampah organik sehingga mencegah
lubang resapan biopori yang ideal untuk Kota timbulnya genangan air dan banjir, serta
Bandung. menjauhkan diri dari bencana erosi dan
longsor; 2) Perlu adanya suatu kegiatan
sosialisasi tentang teknologi peresapan air
Menentukan Lokasi Lubang Resapan
melalui alternatif teknologi peresapan air yang
Biopori di wilayah Cikapundung Bagian
lebih tepat guna seperti lubang resapan biopori
Tengah:
LRB sebaiknya dibuat dalam alur karena (LRB) dalam pengertian lebih mudah dibuat,
di lokasi tersebut biasanya air berkumpul. Air dipelihara dengan biaya murah, dan lebih
akan mengalir dari tempat yang tinggi ke ramah lingkungan dibandingkan dengan
tempat yang lebih rendah. Dengan mengacu beberapa teknologi peresapan air ke dalam
pada prinsip ini, dapat diketahui ke mana arah tanah seperti kolam resapan, parit resapan, dan
aliran air dan menentukan lokasi LRB agar air sumur resapan yang belum dapat diterapkan
masuk ke dalamnya. Tempat-tempat yang berbagai alasan, antara lain memerlukan
disarankan untuk di buat LRB antara lain tempat yang relatif luas, waktu yang relatif
saluran pembuangan air, sekeliling pohon, lama, dan biaya yang relatif mahal.
kontur taman, tepi taman dengan bidang kedap,
Daftar Pustaka
dan sisi pagar.
Jenis dan kondisi tanah sangat berperan Arief. A. 1994. Hutan: Hakikat dan
dalam upaya peresapan air hujan. Oleh Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Penerbit
karenanya, sebelum membuat LRB perlu Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
diketahui terlebih dahulu mengenai kondisi Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan.
tanahnya. Kondisi yang berpengaruh terhadap Kanisius.Yogyakarta
laju peresapan air adalah tekstur tanah. Pada
tekstur tanah yang lepas, terdapat lebih banyak Basuki, dkk. 2004. Hutan Tanaman. Pustaka
pori daripada tekstur tanah liat. Tekstur tanah Buana. Bandung.
pasir akan cepat meresapkan air dibandingkan Bonanza, Occy. 2011. Tesis. Prinsip
pada tanah liat. Pembentukan kompos dan Perancangan Hutan Kota kawasan Pusat
biopori pada LRB akan mempercepat laju Primer Gedebage Kota Bandung. Departemen
peresapan air pada semua tekstur tanah. Teknik Planologi ITB. Bandung
Menentukan Jumlah Lubang Resapan
Biopori yang Ideal di wilayah
Cikapundung Bagian Tengah :

Page | 13
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

Page | 14

Anda mungkin juga menyukai