Anda di halaman 1dari 8

Perencanaan Pola Aliran Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar

PERENCANAAN POLA ALIRAN SALURAN DRAINASE SEKUNDER


PADA SISTEM I DI KOTA DENPASAR

Siti Nur Indah Sari¹, I Gusti Ngurah Kerta Arsana2, I Pt. Gustave Suryantara P.²
1
Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
E-mail: iinnairasari@gmail.com

Abstrak: Banjir merupakan salah satu problema yang sering terjadi di kota-kota besar. Masalah
banjir juga tidak lepas dari Kota Denpasar akibat pertambahan penduduk yang meningkat setiap tahun.
Berdasarkan data dari BPS kepadatan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2012 telah mencapai 6.526
jiwa per-km2. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2013 mencapai 2,09%. Dari tahun
ke tahun luas lahan pertanian di Kota Denpasar terus mengalami penurunan. Sebagai sebuah kota besar
dengan perkembangan ekonomi yang sudah maju, sebagian besar lahan di Kota Denpasar tidak
diperuntukkan sebagai lahan pertanian. Pada tahun 2012, lahan pertanian di Denpasar hanya meliputi 19,71
persen dari total wilayah Denpasar. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 total industri yang ada di Denpasar meningkat dari 1.337
menjadi 1.563 atau meningkat sebesar 16,90 persen. Akibatnya daerah resapan berkurang dan pada saat
musim hujan tiba banjir melanda.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu solusi yang ditawarkan adalah perencanaan pola
aliran saluran drinase sekunder. Perencanaan dilakukan dengan melakukan penataan pola aliran saluran
drainase sekunder baru, analisis hidrologi dan analisis hidrolika. Analisis hidrologi digunakan untuk
menghitung debit banjir rencana dengan menggunakan metode rasional, dimana debit rencana yang
digunakan adalah periode ulang 10 tahun. Analisis hidrolika diperlukan untuk mengetahui kapasitas eksisting
sudah mampu menampung debit banjir rencana atau tidak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas eksisting tidak mampu menampung debit banjir rencana
periode ulang 10 tahun, sehingga perlu perencanaan dimensi saluran. Berdasarkan kondisi wilayah studi,
maka direncanakan saluran drainase sekunder dengan menggunakan box culvert.

Kata kunci : sistem drainase, drainase sekunder, banjir, pola aliran

PLANNING SECONDARY DRAINAGE CHANNELS FLOW PATTERN


ON SYSTEM I IN DENPASAR

Abstract: Flood is one of the problems that often occur in large cities. Flooding problems are also
not free from Denpasar due to population growth increasing every year. Based on data from BPS population
density in Denpasar in 2012 has reached 6,526 people per km2. The rate of population growth in Denpasar in
2013 reached 2.09%. From year to year the agricultural land area in Denpasar continue to decline. As a large
city with economic development that have been developed, most of the land in Denpasar are not designated
as agricultural land. In 2012, agricultural land in Denpasar only covers 19.71 percent of the total area of
Denpasar. Conversion of agricultural land into non-agricultural land each year has increased. In 2013 the
total industry in Denpasar increased from 1,337 becomes 1,563 or an increase of 16.90 percent. Catchment
areas and consequently reduced during the rainy season flooding.
To overcome these problems, one solution offered is planning a secondary flow pattern drinase
channel. Planning is done by making the arrangement pattern of the new secondary drainage channel flow,
analysis of hydrologic and hydraulic analysis. Hydrological analysis is used to calculate the flood discharge
plan using the rational method, where the discharge plan used was 10-year return period. Hydraulics analysis
is needed to determine the existing capacity has been able to accommodate the flood discharge plan or not.
The analysis shows that the existing capacity can not accommodate the flood discharge plans return
period of 10 years, so it needs planning channel dimensions. Under the conditions of the study area, it is
planned to use a secondary drainage box culvert.

Keywords: drainage system, secondary drainage, flood, flow pattern


Perencanaan Pola Aliran Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar

PENDAHULUAN Dalam perencanaan ini dilakukan penataan


ulang pola aliran saluran drainase sekunder.
Pada dasarnya sistem drainase dalam suatu Perencanaan berdasarkan pada kondisi aliran di
wilayah sudah tersedia di alam atau disediakan oleh lapangan dan analisis hidrologi. Kapasitas eksisiting
alam berupa sungai beserta saluran alami lainnya dihitung dengan menggunakan analisis hidrolika.
yang mengarah ke sungai induk. Peningkatan
pertambahan penduduk yang membutuhkan Tujuan
permukiman sebagai tempat tinggal maka Tujuan dari penelitian ini adalah :
penggunaan lahan semakin meningkat pula. Sehingga 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir
mengakibatkan terganggunya aliran air yang berlebih pada tingkat saluran drainase sekunder pada sistem
dan bertambahnya air yang harus dibuang melalui I (Tukad Badung).
saluran pembuang. Saluran yang telah adapun sudah 2. Untuk merencanakan pola aliran saluran drainase
tidak memadai lagi untuk menampung buangan air sekunder pada sistem I (Tukad Badung) dengan
berlebih, maka perlu memperbesar dimensi atau analisis hidrologi dan hidrolika.
menambah saluran drainase. Hal ini untuk
menghindari terjadinya genangan-genangan air yang MATERI DAN METODE
dapat mengganggu aktifitas manusia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sistem Drainase
(BPS) Denpasar, penduduk Kota Denpasar pada tahun Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar
2013 berjumlah 846.200 jiwa yang terdiri dari yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi
432.000 penduduk laki-laki (51,05%) dan 414.200 kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen
penduduk perempuan (48,95%). Kepadatan penduduk penting dalam perencanaan kota (perencanaan
pada tahun 2012 telah mencapai 6.526 jiwa per-km2. infrastruktur khususnya).
Angka ini merupakan angka tertinggi di Propinsi Bali. Menurut Suripin (2004), drainase mempunyai
Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2013 arti mengalirkan, menguras, membuang atau
mencapai 2,09%. Dari tahun ke tahun luas lahan mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan
pertanian terus mengalami penurunan. Sebagai sebuah sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
kota besar dengan perkembangan ekonomi yang untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
sudah maju, sebagian besar lahan di Kota Denpasar dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
tidak diperuntukkan sebagai lahan pertanian. Pada difungsikan secara optimal.
tahun 2012, lahan pertanian hanya meliputi 19,71 Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan
persen dari total wilayah Denpasar yang meliputi saluran) sistem drainase diklasifikasikan atas saluran
sawah, tegalan, dan perkebunan. Alih fungsi lahan drainase primer, saluran drainase sekunder, saluran
pertanian menjadi lahan bukan pertanian setiap drainase tersier dan saluran drainase kwarter.
tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2013
total industri yang ada di Denpasar meningkat dari Analisis Hidrologi
1.337 menjadi 1.563 atau meningkat sebesar 16,90 Untuk menyelesaikan persoalan drainase
persen. sangat berhubungan dengan aspek hidrologi
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang
Kota Denpasar juga tidak terlepas dari masalah akan dialirkan pada sistem drainase dan limpasan
kelebihan air atau banjir. Salah satunya yang terjadi di sebagai akibat tidak mempunyai sistem drainase
daerah tangkapan sistem I di bagian kanan dan kiri mengalirkan ke tempat pembuangan akhir. Desain
sempadan sungai banyak terdapat permukiman hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit
penduduk yang cukup padat. Pada saat musim hujan pengaliran.
tiba aliran di saluran sekunder mengalami luapan
yang mengkhawatirkan. Secara umum faktor Analisis Curah Hujan Daerah
penyebab banjir pada saluran drainase sekunder di Curah hujan yang diperlukan untuk
Denpasar adalah sebagai berikut : penyusunan suatu rencangan pemanfaatan air dan
a. Adanya sedimen dan sampah sehingga rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan
menyumbat saluran dan air tidak dapat mengalir rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Curah
dengan lancar. hujan ini disebut curah hujan daerah (areal rainfall)
b. Kurangnya pemeliharaan sehingga beberapa dan dinyatakan dalam mm. Ada 3 macam cara yang
saluran rusak dan tidak berfungsi dengan baik. berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-
c. Adanya perubahan tata guna lahan sehingga rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan
berkurangnya daerah resapan. di beberapa titik pos penakar atau pencatat (Soemarto,
d. Dimensi saluran yang tidak mencukupi sehingga 1999).
tidak mampu menampung debit air berlebih saat
hujan. Uji Konsistensi Data
Sebelum data hujan digunakan terlebih dahulu
harus diuji untuk konsistensi data tersebut, karena hal
Perencanaan Pola Aliran Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar

ini dapat mempengaruhi ketelitian hasil analisis. Cara rencana metode rasional adalah sebagai berikut
pengujian sederhana dapat dilakukan untuk (suripin, 2004).
mendeteksi penyimpangan ini adalah dengan Q = 0,278.C.I.A
menggunkan metode Rescaled Adjuster Partial Sums dimana, Q adalah debit rencana dengan periode
(RAPS) yaitu pengujian dengan menggunakan data ulang T tahun (m3/dtk), C adalah koefisien aliran
hujan tahunan rata-rata dari stasiun itu sendiri yaitu permukaan, I adalah intensitas hujan selama waktu
dengan pengujian kumulatif penyimpangan kuadrat konsentrasi (mm/jam), A adalah luas daerah
terhadar nilai reratanya (Sri Harto, 1993). pengaliran (km2).

Analisis Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan Koefisien Pengaliran (C)


Distribusi frekuensi digunakan untuk Koefisien pengaliran (runoff coefficien) adalah
memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir
dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan atau melimpas di atas permukaan tanah (surface run-
distribusi frekuensi adalah parameter yang berkaitan off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir
dengan analisis data yang meliputi rata-rata, (hujan total yang terjadi).
simpangan baku, koefisien variasi dan koefisien
skewness (kecondongan atau kemencengan). Waktu Konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu
Analisis Intensitas Hujan yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran
air hujan per satuan waktu. Hubungan antara DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan
intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan biasanya depresi-depresi kecil terpenuhi. Salah satu metode
dinyatakan dalam lengkung Intensitas – Durasi – untuk memperkirakan konsentrasi adalah rumus yang
Frekuensi (IDF). Diperlukan data hujan jangka dikembangkan oleh Hathway.
pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 (5)
menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung
IDF. Untuk menghitung intensitas curah hujan
tersebut maka digunakan rumus Mononobe yaitu : dimana, tc adalah waktu konsentrasi, L adalah
2 panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik
24 24 3
(8)
= yang ditinjau, S adalah kemiringan rata-rata
24
saluran utama dalam m/m.
dimana I adalah Intensitas hujan (mm/jam),t adalah
Analisis Hidrolika
lamanya hujan (jam) dan R24 adalah curah hujan
Penentuan dimensi saluran baik eksisting atau
maksimum harian (selama 24 jam)(mm).
yang direncanakan, berdasarkan debit maksimum
Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka
yang akan dialirkan. Rumus yang digunakan adalah :
pendek tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan
Qs=As.V (6)
salah satu dari persamaan empiris berikut :
1. Menurut Sherman
Dimana, Qs adalah debit maksimum yang dialirkan
(1)
(m3/dt), As adalah luas penampang saluran (m2), V
2. Menurut Talbot adalah kecepatanrata-rata alirandi dalam saluran
(2) (m/det).
=
( + )
3. Menurut Ishiguro HASIL DAN PEMBAHASAN
(3)
Hasil Survey Lapangan
dimana, I adalah intensitas curah hujan (mm/jam), t
Survey dilakukan dengan melakukan
adalah lamanya curah hujan (jam) dan a,b adalah
pengamatan di lapangan dan karena pada saat survey
konstanta yang tergantung pada lama curah hujan
kondisi cuaca cerah maka untuk mengetahui daerah-
yang terjadi di daerah aliran.
daerah genangan dilakukan dengan interview kepada
penduduk sekitar. Berdasarkan hasil survey,
Analisis Debit Banjir Rencana (Q)
didapatkan beberapa daerah genangan di sekitar
Debit rencana adalah debit maksimum yang
wilayah studi seperti di bawah ini.
akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah
1. Jl. Gatot Subroto VI (di depan perum Graha
terjadinya genangan. Umumnya untuk menentukan
Mulia)
debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan
rasional antara air hujan dengan limpasannya (Metode  Saluran tersumbat oleh sampah dan sedimen
Rasional). Metode rasional dapat dipakai apabila  Saluran hanya ada di sisi kiri
wilayah < 500 ha. Adapun rumusan perhitungan debit  Tinggi genangan 20-40 cm
2. Jl. Sutomo & sekitarnya

(4)
Perencanaan Pola Aliran Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar

Penyumbatan saluran akibat sampah dan


saluran rusak Tabel 2. Hasil analisis curah hujan rancangan metode
 Tinggi genangan 10-20 cm Log Pearson Type III
3. Jl. Gajah Mada Period Design Rainfall (mm)
No
 Tidak adanya daerah resapan Tr Log Pearson Type III
(Tahun) Method
 Tinggi genangan 10-20 cm 1 1.01 77.253
2 2 135.025
Analisis Hidrologi 3 5 163.432
Data curah hujan yang digunakan untuk 4 10 180.109
perhitungan adalah curah hujan harian maksimum 5 25 199.410
6 50 212.777
yang diperoleh dari BMKG selama 20 tahun dengan
7 100 225.311
metode rata-rata aljabar. 8 200 237.440
9 500 247.002
Tabel 1. Analisis hujan harian maksimum 10 1000 263.801
Hujan Maksimum (mm) Hujan Harian Sumber : Hasil Analisis (2014)
No. Tahun Sta. Sta. Max Rata-rata
Sumerta Sanglah (mm) Analisis Intensitas Hujan
1 1994 154.00 60.00 107.00 Untuk mendapatkan grafik IDF, maka perlu
2 1995 150.00 176.90 163.45 dilakukan perbandingan hasil dari rumus-rumus yang
3 1996 137.00 159.60 148.30 digunakan dalam mencari intensitas curah hujan
4 1997 148.00 155.00 151.50 untuk mendapatkan perbandingan paling kecil.
5 1998 93.00 77.50 85.25 Berikut ini hasil analisis perbandingan rumus-rumus
6 1999 145.00 147.50 146.25 intensitas curah hujan.
7 2000 110.00 227.80 168.90
8 2001 175.00 135.70 155.35 Tabel 3. Perbandingan kecocokan rumus-rumus
9 2002 129.00 80.00 104.50 intensitas curah hujan 10 tahun
10 2003 169.50 123.70 146.60 Intensitas hujan (I) Deviasi M (s
No. t I
11 2004 163.00 112.10 137.55 Talbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro
1 5 327.28 258.2914 325.53 391.28 68.99 1.75 64.00
12 2005 152.00 147.80 149.90 2 10 206.173 212.3712 204.60 198.77 6.20 1.58 7.41
3 15 157.34 180.3141 155.93 144.29 22.97 1.41 13.05
13 2006 131.00 106.00 118.50
4 20 129.881 156.6657 128.59 117.21 26.78 1.29 12.67
14 2007 200.00 189.70 194.85 5 30 99.1178 124.1111 98.00 89.15 24.99 1.12 9.97
6 45 75.6411 94.61883 74.69 68.93 18.98 0.95 6.71
15 2008 130.00 106.00 118.00 7 60 62.4403 76.45176 61.59 57.87 14.01 0.85 4.57
8 120 39.3349 43.24169 38.71 38.68 3.91 0.62 0.66
16 2009 219.50 189.60 204.55 9 180 30.0182 30.14635 29.50 30.83 0.13 0.52 0.81
17 2010 134.70 89.00 111.85 10 240 24.7795 23.13893 24.33 26.33 1.64 0.45 1.55
11 360 18.9103 15.79565 18.54 21.15 3.11 0.37 2.24
18 2011 122.50 106.30 114.40 12 720 11.9127 8.091748 11.65 14.64 3.82 0.26 2.73
 (s 195.54 11.16 126.37
19 2012 98.90 92.90 95.90
M (s 16.29 0.93 10.53
20 2013 128.00 140.00 134.00
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Rata - rata 144.51 131.16 137.83
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Tabel 4. Rekapitulasi Kurva Intensity – Duration –
Frequency (IDF)
Uji Konsistensi Data Waktu Periode Ulang (tahun)
No.
Berdasarkan perhitungan dengan metode 1
(menit)
5
2
245.36
5
296.98
10
325.53
25
362.35
50
386.64
100
409.42
200
431.46
RAPS diperoleh hasil sebagai berikut : 2 10 154.56 187.08 204.60 228.27 243.57 257.92 271.80
3 15 117.95 142.77 155.93 174.20 185.88 196.83 207.42
1. Untuk stasiun Sumerta 4 20 97.37 117.85 128.59 143.80 153.44 162.48 171.22
5 30 74.31 89.94 98.00 109.74 117.10 123.99 130.67
Dengan taraf signifikan 90 %, maka : 6 45 56.71 68.64 74.69 83.75 89.36 94.62 99.72
(Q/n)0,5 = 0.555 < 1,10 -----> Ok ! 7
8
60
120
46.81
29.49
56.66
35.69
61.59
38.71
69.13
43.55
73.77
46.47
78.11
49.21
82.32
51.86
(R/n)0,5 = 0.936 < 1,34 -----> Ok ! 9
10
180
240
22.50
18.58
27.24
22.48
29.50
24.33
33.24
27.43
35.46
29.27
37.55
31.00
39.57
32.67
Data hujan Sta. Sumerta konsisten, berarti tidak 11 360 14.18 17.16 18.54 20.94 22.34 23.66 24.93
12 720 8.93 10.81 11.65 13.19 14.07 14.90 15.70
perlu perbaikan data. Sumber : Hasil Analisis (2014)
2. Untuk stasiun Sanglah
Dengan taraf signifikan 90 %, maka :
(Q/n)0,5 = 0.507 < 1,10 -----> Ok !
(R/n)0,5 = 0.880 < 1,34 -----> Ok !
Data hujan Sta. Sanglah konsisten, berarti tidak
perlu perbaikan data.

Analisis Hujan Rancangan


Analisis dilakukan dengan menggunakan
distribusi Log Pearson Type III berdasarkan
persyaratan yang ada. Dari hasil analisis didapatkan
hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Perencanaan Pola Aliran Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar

Tabel 5. Rekapitulasi debit rencana 10 tahun


(Lanjutan)
Nama Jalan/ Ruas Saluran I10 Q10
No. t (jam) A (km2) C
Drainase Sekunder (mm/jam) (m3/detik)
16. Jl. Gambuh - Jl. Kumbakarna
SBB4 (01) - SBB4 (02) 0.561 91.807 0.114 0.900 2.616
SBB4 (02) - SBB4 (03) 0.573 90.498 0.155 0.900 3.514
17. Jl. Sutomo
SBB5 (01) - SBB5 (02) 0.872 68.432 0.114 0.900 1.950
18. Jl. Sutomo - Jl. Gajah Mada
SBB6 (01) - SBB6 (02) 0.211 176.449 0.022 0.900 0.984
Sumber : Hasil Analisis (2014)

Evaluasi Kapasitas Eksisting


Berdasarkan debit banjir rencana, maka
kapasitas yang dibtuhkan masing-masing saluran
drainase sekunder dapat dicari.
Gambaar 1. Kurva Intensity – Duration – Frequency
(IDF) Tabel 6. Evaluasi kapasitas periode ulang 10 tahun
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Aeks v Qeks Q10
No. Section 2 3 3
Ket.
(m ) (m/dt) (m /dt) (m /dt)
Dari hasil analisis di atas, nilai intensitas 1. Jl. Gatot Subroto II - Jl. Gatot Subroto VI L
dengan simpangan paling kecil adalah metode SJT1 (01) - SJT1 (02) 0.36 2.17 0.78 0.84 TM
SJT1 (02) - SJT1 (03) 0.36 2.17 0.78 2.63 TM
Sherman, maka perhitungan intensitas hujan SJT1 (03) - SJT1 (04) 0.36 2.17 0.78 3.50 TM
menggunakan metode Sherman. SJT1 (04) - SJT1 (05) 0.36 2.17 0.78 4.24 TM
2. Gg. Kenari Jl. Nangka - Jl. Gatot Subroto VI Q
SJT2 (01) - SJT2 (02) 0.2 2.42 0.48 0.61 TM
Debit Banjir Rencana SJT2 (02) - SJT2 (03) 0.36 2.42 0.87 2.97 TM
Debit banjir rencana dihitung menggunakan SJT2 (03) - SJT2 (04) 1 2.42 2.42 2.79 TM
3. Gg. XI Jl. Nangka - Gg. IV Jl. Salya
metode rasional dengan periode ulang 10 tahun untuk SJT3 (01) - SJT3 (02) 0.2 3.06 0.61 3.71 TM
saluran sekunder di wilayah studi perencanaan. SJT3 (02) - SJT3 (03) 0.2 2.65 0.53 5.38 TM
4. Gg. V Jl. Nangka - Jl. Kartini
SJT4 (01) - SJT4 (02) 0.36 3.43 1.23 2.22 TM
Tabel 5. Rekapitulasi debit rencana 10 tahun SJT4 (02) - SJT4 (03) 0.64 3.43 2.19 2.25 TM
Nama Jalan/ Ruas Saluran I10 Q10 5. Jl. Gatotkaca - Jl. Kumbakarna
No. t (jam) A (km2) C
SBT1 (01) - SBT1 (02) 0.64 2.65 1.70 3.32 TM
Drainase Sekunder (mm/jam) (m3/detik)
1. Jl. Gatot Subroto II - Jl. Gatot Subroto VI L SBT1 (02) - SBT1 (03) 0.64 2.17 1.39 5.31 TM
SJT1 (01) - SJT1 (02) 0.505 98.402 0.051 0.600 0.844 SBT1 (03) - SBT1 (04) 0.64 2.17 1.39 5.87 TM
SJT1 (02) - SJT1 (03) 0.323 132.668 0.119 0.600 2.631 6. Jl. Gajah Mada
SJT1 (03) - SJT1 (04) 0.405 114.142 0.184 0.600 3.503 SBT2 (01) - SBT2 (02) 1 2.02 2.02 1.92 TM
SJT1 (04) - SJT1 (05) 0.500 99.140 0.256 0.600 4.237 SBT2 (02) - SBT2 (03) 1 3.43 3.43 4.64 TM
2. Gg. Kenari Jl. Nangka - Jl. Gatot Subroto VI Q
7. Jl. Mataram
SJT2 (01) - SJT2 (02) 0.560 91.895 0.034 0.700 0.613
SJB1 (01) - SJB1 (02) 0.36 5.71 2.06 0.54 M
SJT2 (02) - SJT2 (03) 0.491 100.266 0.152 0.700 2.968
SJT2 (03) - SJT2 (04) 0.582 89.524 0.160 0.700 2.791 8. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri I)
3. Gg. XI Jl. Nangka - Gg. IV Jl. Salya SJB2 (01) - SJB2 (02) 0.64 4.33 2.77 0.70 M
SJT3 (01) - SJT3 (02) 0.493 100.071 0.222 0.600 3.706 9. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri II)
SJT3 (02) - SJT3 (03) 0.527 95.653 0.337 0.600 5.383 SJB3 (01) - SJB3 (02) 0.64 3.43 2.19 0.76 M
4. Gg. V Jl. Nangka - Jl. Kartini 10. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri III)
SJT4 (01) - SJT4 (02) 0.272 148.676 0.090 0.600 2.222 SJB4 (01) - SJB4 (02) 0.64 4.33 2.77 0.90 M
SJT4 (02) - SJT4 (03) 0.367 121.894 0.111 0.600 2.247 SJB4 (02) - SJB4 (03) 0.64 4.24 2.71 0.91 M
5. Jl. Gatotkaca - Jl. Kumbakarna
SJB4 (03) - SJB4 (04) 0.64 3.46 2.22 0.82 M
SBT1 (01) - SBT1 (02) 0.378 119.521 0.166 0.600 3.317
11. Jl. Kartini
SBT1 (02) - SBT1 (03) 0.430 109.683 0.290 0.600 5.313
SBT1 (03) - SBT1 (04) 0.474 102.680 0.343 0.600 5.873 SJS (01) - (SJS (02) 0.64 2.50 1.60 0.72 M
6. Jl. Gajah Mada 12. Jl. Ahmad Yani (ruas kanan)
SBT2 (01) - SBT2 (02) 0.502 98.829 0.078 0.900 1.919 SBT3 (01) - SBT3 (02) 0.64 4.60 2.94 1.19 M
SBT2 (02) - SBT2 (03) 0.394 116.148 0.160 0.900 4.635 SBT3 (02) - SBT3 (03) 0.64 3.75 2.40 2.22 M
7. Jl. Mataram SBT3 (03) - SBT3 (04) 0.64 3.75 2.40 2.32 M
SJB1 (01) - SJB1 (02) 0.157 214.802 0.013 0.700 0.543 13. Jl. Cokroaminoto
8. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri I) SBB1 (01) - SBB1 (02) 0.64 4.33 2.77 1.76 M
SJB2 (01) - SJB2 (02) 0.152 219.027 0.015 0.750 0.699
14. Jl. Cokroaminoto - Jl. Maruti
9. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri II)
SBB2 (01) - SBB2 (02) 0.64 3.71 2.37 1.27 M
SJB3 (01) - SJB3 (02) 0.190 188.633 0.019 0.750 0.763
10. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri III) SBB2 (02) - SBB2 (03) 0.64 4.05 2.59 2.33 M
SJB4 (01) - SJB4 (02) 0.089 313.998 0.014 0.750 0.903 15. Jl. Cokroaminoto - Gg. Merak
SJB4 (02) - SJB4 (03) 0.211 176.449 0.025 0.750 0.905 SBB3 (01) - SBB3 (02) 0.64 2.92 1.87 0.67 M
SJB4 (03) - SJB4 (04) 0.336 129.131 0.031 0.750 0.821 SBB3 (02) - SBB3 (03) 0.48 3.36 1.61 0.73 M
11. Jl. Kartini SBB3 (03) - SBB3 (04) 0.48 4.24 2.03 1.64 M
SJS (01) - (SJS (02) 0.307 137.153 0.025 0.750 0.723 SBB3 (04) - SBB3 (05) 0.48 4.29 2.06 2.08 TM
12. Jl. Ahmad Yani (ruas kanan) 16. Jl. Gambuh - Jl. Kumbakarna
SBT3 (01) - SBT3 (02) 0.307 137.153 0.042 0.750 1.192
SBB4 (01) - SBB4 (02) 0.64 2.42 1.55 2.62 TM
SBT3 (02) - SBT3 (03) 0.216 173.452 0.061 0.750 2.221
SBB4 (02) - SBB4 (03) 0.64 2.75 1.76 3.51 TM
SBT3 (03) - SBT3 (04) 0.321 133.159 0.083 0.750 2.315
13. Jl. Cokroaminoto 17. Jl. Sutomo
SBB1 (01) - SBB1 (02) 0.157 214.281 0.033 0.900 1.759 SBB5 (01) - SBB5 (02) 0.64 1.59 1.02 1.95 TM
14. Jl. Cokroaminoto - Jl. Maruti 18. Jl. Sutomo - Jl. Gajah Mada
SBB2 (01) - SBB2 (02) 0.210 176.625 0.029 0.900 1.268 SBB6 (01) - SBB6 (02) 0.64 4.24 2.71 0.98 M
SBB2 (02) - SBB2 (03) 0.358 123.831 0.075 0.900 2.327 Sumber : Hasil Analisis (2014)
15. Jl. Cokroaminoto - Gg. Merak
SBB3 (01) - SBB3 (02) 0.214 174.377 0.015 0.900 0.668 *Ket : TM = Tidak Memenuhi
SBB3 (02) - SBB3 (03) 0.264 151.898 0.019 0.900 0.730
M = Memenuhi
SBB3 (03) - SBB3 (04) 0.263 152.150 0.043 0.900 1.641
SBB3 (04) - SBB3 (05) 0.303 138.421 0.060 0.900 2.085
Perencanaan Pola Aliran Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar

Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa


beberapa kapasitas saluran eksisting tidak memenuhi
untuk menampung debit banjir rencana periode ulang tot Su
brot
o

Jl. Ga

10 tahun, maka perlu pembesaran dimensi. Puri Bunda

Tabel 7. Rekapitulasi analisis kebutuhan dimensi


Eksisting Hasil Analisa Rencana

Jl. HOS Cokroaminoto


No Section

gka
Nan
B H B h B H

Jl.
1 Jl. Gatot Subroto II - Jl. Gatot Subroto VI L Jl. Maruti

1-2 0.60 0.60 1.40 0.38 1.40 1.40


2-3 0.60 0.60 1.40 0.87 1.40 1.40
3-4 0.60 0.60 1.40 1.09 1.40 1.40 RSUD Wangaya

4-5 0.60 0.60 1.40 1.27 1.40 1.40 Jl. Pattimura

2 Gg. Kenari Jl. Nangka - Jl. Gatot Subroto VI Q


1-2 0.40 0.50 1.40 0.28 1.40 1.40

Jl. Sutomo
Jl. Nakula

Budi
2-3 0.60 0.60 1.40 0.87 1.40 1.40

dara
Jl. Dr. Setia

Jl. Werku
Jl. Kumbakarna Jl. Mawar

3-4 1.00 1.00 1.40 0.83 1.40 1.40 Jl. Gatotkaca

Jl. Kartini
3 Gg. XI Jl. Nangka - Gg. IV Jl. Salya

Jl. Veteran
Jl. Karna
Jl. Durian

Jl. Arjuna

na
1-2 0.40 0.50 1.40 0.87 1.40 1.40

Jl. Kres
Jl. Thamrin
2-3 0.40 0.50 1.40 1.30 1.40 1.40

esi

Jl. Udayana
Jl. Sulaw
4 Gg. V Jl. Nangka - Jl. Kartini
1-2 0.60 0.60 1.00 0.77 1.00 1.00
2-3 0.80 0.80 1.00 0.77 1.00 1.00
5 Jl. Gatotkaca - Jl. Kumbakarna
1-2 0.80 0.80 1.60 0.78 1.60 1.60
2-3 0.80 0.80 1.60 1.30 1.60 1.60
3-4 0.80 0.80 1.60 1.41 1.60 1.60
6 Jl. Gajah Mada U

1-2 1.00 1.00 1.40 0.72 1.40 1.40 B T

2-3 1.00 1.00 1.40 0.95 1.40 1.40 S

7 Jl. Mataram LEGENDA :


PETA RENCANA POLA ALIRAN SALURAN DRAINASE SEKUNDER
1-2 0.60 0.60 0.60 0.30 0.60 0.60 Jalan
Sungai

8 Jl. Ahmad Yani (ruas kiri I) Arah Aliran


0 20 40 60 80 100
Tirisan
1-2 0.80 0.80 0.80 0.33 0.80 0.80 SKALA 1:100

9 Jl. Ahmad Yani (ruas kiri II)


1-2 0.80 0.80 0.80 0.43 0.80 0.80
10 Jl. Ahmad Yani (ruas kiri III) Gambar 2. Rencana Pola aliran saluran drainase
1-2 0.80 0.80 0.80 0.40 0.80 0.80
2-3 0.80 0.80 0.80 0.41 0.80 0.80 sekunder
3-4 0.80 0.80 0.80 0.45 0.80 0.80 Sumber : Hasil Analisis (2014)
11 Jl. Ahmad Yani (ruas kanan)
1-2 0.80 0.80 1.00 0.38 1.00 1.00
2-3 0.80 0.80 1.00 0.71 1.00 1.00 Tabel 8. Rencana pola aliran saluran drainase
3-4 0.80 0.80 1.00 0.74 1.00 1.00 sekunder pada sistem I di Kota Denpasar
12 Jl. Kartini Nama Jalan/Saluran Dimensi Bentuk
No. Sisi Arah Aliran (menuju)
1-2 0.80 0.80 0.80 0.52 0.80 0.80 Sekunder B (m) H (m) Penampang
13 Jl. Cokroaminoto Sistem Drainase Sekunder Kanan
1-2 0.80 0.80 0.80 0.68 0.80 0.80 1 Gg. Merpati Jl. Nangka Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto II
14 Jl. Cokroaminoto - Jl. Maruti
2 Jl. Gatot Subroto II Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto IV
1-2 0.80 0.80 1.00 0.47 1.00 1.00
2-3 0.80 0.80 1.00 0.70 1.00 1.00 3 Jl. Gatot Subroto IV Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto VI L
15 Jl. Cokroaminoto - Gg. Merak
1-2 0.80 0.80 0.80 0.43 0.80 0.80 4 Jl. Gatot Subrot VI L Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Jurang
2-3 0.60 0.80 0.80 0.42 0.80 0.80
5 Gg. Kenari Jl. Nangka Ka 1.40 1.40 Box Culvert Gg. Kenari VIII
3-4 0.60 0.80 0.80 0.65 0.80 0.80
4-5 0.60 0.80 0.80 0.78 0.80 0.80 6 Gg. Kenari VIII Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto VI Q
16 Jl. Gambuh - Jl. Kumbakarna
1-2 0.80 0.80 1.40 0.79 1.40 1.40 7 Jl. Gatot Subroto VI Q Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Jurang
2-3 0.80 0.80 1.40 0.91 1.40 1.40
17 Jl. Sutomo 8 Gg. XI Jl. Nangka Ka 1.40 1.40 Box Culvert Gg. IV Jl. Salya
1-2 0.80 0.80 1.40 0.88 1.40 1.40
9 Gg. IV Jl. Salya Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Jurang
18 Jl. Sutomo - Jl. Gajah Mada
1-2 0.80 0.80 1.00 0.35 1.00 1.00 10 Gg. V Jl. Nangka Ka 1.00 1.00 Box Culvert Jl. Salya
Sumber : Hasil Analisis (2014)
11 Jl. Salya Ka 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Jurang

12 Jl. Gatotkaca Ka 1.60 1.60 Box Culvert Jl. Shadewa

13 Jl. Shadewa Ka 1.60 1.60 Box Culvert Jl. Kumbakarna

14 Jl. Kumbakarna Ka 1.60 1.60 Box Culvert Tukad Badung

15 Jl. Gajah Mada Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Badung

16 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ka 1.00 1.00 Box Culvert Jl. Maruti

17 Jl. Maruti Ka 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Badung

18 Jl. Kartini Ka 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang

Sistem Drainase Sekunder Kiri


19 Jl. Mataram Ki 0.60 0.60 Box Culvert Tukad Jurang

20 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang
(ruas I)
Perencanaan Pola Aliran Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar

Tabel 8. Rencana pola aliran saluran drainase sarana dan prasarana yang memadai khususnya
sekunder pada sistem I di Kota Denpasar saluran drainase kota untuk menanggulangi terjadinya
(Lanjutan) bencana banjir pada saat musim hujan tiba.
Nama Jalan/Saluran Dimensi Bentuk
No.
Sekunder
Sisi
B (m) H (m) Penampang
Arah Aliran (menuju) Penggunaan precast pada saluran drainase di Kota
Sistem Drainase Sekunder Kiri Denpasar perlu ditingkatkan dan hendaknya
21 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang
(ruas II) pembangunan dilakukan secara merata baik saluran
22 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang
(ruas III) drainase primer, sekunder dan tersier.
23 Jl. Cokroaminoto Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Badung
(ruas I)
24 Jl. Cokroaminoto Ki 1.00 1.00 Box Culvert Jl. Maruti UCAPAN TERIMA KASIH
(ruas II)
25 Jl. Maruti Ki 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Badung Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
26 Jl. Cokroaminoto Ki 0.80 0.80 Box Culvert Gg. Merak
karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penelitian ini
(ruas III) dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Jurnal
27 Gg. Merak Ki 0.80 0.80 Box Culvert Gg. III Jl. Sutomo
ilmiah dengan judul “Perencanaan Pola Aliran
28 Gg. III Jl. Sutmo Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Badung
Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota
29 Jl. Gambuh Ki 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Kumbakarna Denpasar” ini dapat diselesaikan atas bantuan dan
30 Jl. Kumbakarna Ki 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Badung bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan
31 Jl. Sutomo Ki 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Badung
terimakasih disampaikan kepada Bapak IGN Kerta
Arsana, MT. dan IP Gustave Suryantara P., ST., M.
32 Jl. Gajahmada Ki 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Badung
Eng., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing
Sumber : Hasil Analisis (2014) II, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Udayana, kepada kedua orang tua, sahabat dan
SIMPULAN DAN SARAN seluruh keluarga atas dorongan semangat dan doa
yang diberikan baik secara langsung maupun tidak
Simpulan langsung.
Berdasarkan analisa di atas maka dapat
disimpulkan bahwa : DAFTAR PUSTAKA
1. Dari hasil survey diketahui bahwa sebab terjadinya
banjir di wilayah studi adalah sebagai berikut : Indarto, 2010, Hidrologi, Penerbit Bumi Aksara,
a) Adanya perubahan tata guna lahan sehingga Jakarta.
merubah pola aliran yang sudah ada dan Kementerian Pekerjaan Umum, 2008, Masterplan
berkurangnya daerah resapan air. Drainase Dan Irigasi Kota Denpasar, PT.
b) Adanya sampah dan sedimen yang Kencana Adhi Karma, Denpasar.
menyumbat saluran drainase sekunder Pemerintah Propinsi Dati I Bali, 1994/1995,
sehingga air tidak mengalir dengan lancar Perencanaan Masterplan Drainase Di Kota
hingga pada pembuangan terakhir. madya Denpasar, CV Veygasi Disain,
c) Kurangnya pemeliharaan sehingga saluran Denpasar.
rusak dan tidak berfungsi dengan baik. Saragi, Tiurma Elita, 2007, Tinjauan Manajemen
d) Kapasitas eksisting tidak mampu menampung Sistem Drainase Kota Pematang Siantar,
debit banjir dan perlu pembesaran dimensi. (Tugas Akhir yang dipublikasikan, Jurusan
2. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir di Sistem I Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Kota Denpasar perlu dilakukan perencanaan pola Sumatera Utara, 2007).
aliran secara menyeluruh dan ditindak lanjuti Soemarto, 1999, Hidrologi Teknik Edisi Ke-2,
dengan pembangunan fisik saluran drainase Penerbit Erlangga, Jakarta.
sekunder Kota Denpasar. Berdasarkan hasil Sri Harto, 1993, Analisis Hidrologi. PT Gramedia
analisis dari 18 rencana saluran drainase sekunder Pustaka Utama, Jakarta.
terdapat beberapa saluran yang perlu pembesaran Standar Perencanaan Irigasi, 2010, Kriteria
dimensi diantaranya adalah Gg. Merpati, Jl. Gatot Perencanaan Bagian Saluran KP – 03,
Subroto II, Jl. Gatot Subroto IV, Jl. Gatot Subroto Republik Indonesia Departemen Pekerjaan
VI L, Gg. Kenari, Jl. Gatot Subroto VI Q, Gg. XI Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya
Jl. Nangka, Gg. IV Jl. Salya, Gg. V Jl. Nangka, Jl. Air, Jakarta
Salya, Jl. Shadewa, Jl. Kumbakarna, Jl. Gajah Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang
Mada, Jl. Maruti, Jl. Gambuh, Gg. Merak, dan Jl. Berkelanjutan. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Sutomo. Sukarto Haryono, 1999, Drainase Perkotaan, PT
Mediatama Saptakarya, Jakarta.
Saran Triatmodjo Bambang, 2009, Hidrologi Terapan, Beta
Pembangunan sistem jaringan drainase Offset, Yogyakarta.
sekunder terutama di Kota Denpasar perlu penataan Triatmodjo Bambang, 2010, Hidrologi Terapan, Beta
secara menyeluruh dan terintegrasi seiring dengan Offset, Yogyakarta.
pertumbuhan penduduk dan perubahan tata guna
lahan. Kepadatan penduduk menuntut pelayanan

Anda mungkin juga menyukai