Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318598652

PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN INFRASTRUKTUR DASAR DI LINGKUNGAN


PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG)

Article  in  NALARs · January 2016


DOI: 10.24853/nalars.15.1.13-24

CITATIONS READS

2 3,074

3 authors, including:

Indarti komala Dewi


Universitas Pakuan
16 PUBLICATIONS   19 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pengembangan Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Tradisional Sebagai Upaya Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan. View project

All content following this page was uploaded by Indarti komala Dewi on 21 July 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Dasar di Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan
(Veronica Kusumawardhani, Surjono Hadi Sutjahjono dan Indarti Komala Dewi)

PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN INFRASTRUKTUR DASAR DI LINGKUNGAN


PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN (STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG)
1 2 2
Veronica Kusumawardhani , Surjono Hadi Sutjahjo , Indarti Komala Dewi
1
Mahasiswa Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, SPS-IPB
2
Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, SPS-IPB

ABSTRAK. Bandung sebagai salah satu kota metropolitan yang berkembang di Indonesia tidak dapat
menghindar dari masalah-masalah yang berkaitan dengan permukiman kumuh. Masalah permukiman
kumuh biasanya dikarakteristikan dengan menurunnya kondisi lingkungan seperti masalah
keterbatasan ketersediaan air tanah dan polusi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk mengkalkulasi kesenjangan sumber daya dalam hal kuantitas maupun kualitas air dan
tanah, bagi masyarakat yang tinggal di daerah kumuh di Kota Bandung yang didasari pada standar
pelayanan minimum dan standar kualitas lingkungan serta menentukan bentuk dari infrastruktur dasar
seperti penyedia pengganti dari sumber daya alam air dan tanah yang paling tepat. Penelitian ini
menetapkan tiga kelurahan yang mewakili tiga tipologi kawasan kumuh yaitu, kumuh berat pada
Kelurahan Tamansari, kumuh sedang pada Kelurahan Babakan Ciamis, dan kumuh ringan pada
Kelurahan Cihargeulis.

Hasilnya menunjukkan bahwa kaitannya dengan kuantitas air pada ketiga kelurahan tersebut dipenuhi
dari air tanah dan juga sumber PDAM. Hal ini mengingat bahwa ketersediaan tanah untuk perumahan
pada ketiga kelurahan tersebut sudah mencukupi. Sementara bila dikaitkan dengan kualitas air pada
ketiga kelurahan, nampaknya kualitas air dari PDAM memenuhi standar lingkungan namun kualitas air
dari air tanah tidak memenuhi standar tersebut. Sehingga untuk kualitas tanah dengan mengacu pada
Soil Quality Index dari BPS terlihat bahwa indeks kualitas tanah di Kelurahan Tamansari-lah yang
paling rendah, dan di Kelurahan Cihargeulis-lah yang paling tinggi. Bentuk dari prioritas infrastruktur
pada Kelurahan Tamansari untuk pengadaan air adalah melalui pipa dari PDAM atau pengolahan air
permukaan tanah tingkat kelurahan, sementara untuk air buangan adalah MCK untuk “black water”
dan instalasi pengolahan air buangan untuk “grey water”. Sementara itu untuk buangan padat adalah
merupakan buangan bukan organik dan pengolahan kompos buangan organik serta dari buangan
rumah berlantai banyak atau hunian vertikal. Bentuk dari prioritas infrastruktur dari Kelurahan
Babakan Ciamis untuk air adalah sama dengan Kelurahan Tamansari. Sementara itu pada Kelurahan
Cihargeulis, prioritas infrastruktur untuk air adalah juga melalui pemipaan PDAM, dan untuk buangan
air menggunakan instalasi pengolahan air buangan pada tingkat kota, untuk buangan padat adalah
merupakan buangan bukan organik, pengolahan kompos buangan organik dan perumahan horizontal.

Kata Kunci: kumuh, sumber daya alam dan air, standar layanan minimum, standar lingkungan,
insfrastruktur dasar permukiman

ABSTRACT. Bandung as one of the growing metropolitan in Indonesia did not escape from the
problems of slums emerging. The problem of slums is characterized by such as a decrease in
environmental conditions such as lack of raw water availability and pollution. Based oh those facts,
this study aimed to calculate the resource gap in terms of quantity and quality of water and land, for
people living in the slums in Bandung city based on minimum service standards and environment
quality standards, and determining the form of basic infrastructure as a substitute provider of natural
resources water and land that most appropriate. The study was conducted in three kelurahan which
represent the three typologies of slums that are heavy is Kelurahan Tamansari, moderate is Kelurahan
Babakan Ciamis, and light is Kelurahan Cihargeulis.

The results showed that in terms of quantity water in the three kelurahans are met from the ground
water and piped water from PDAM. As for the existing land for housing in the three kelurahans are
sufficient. In terms of water quality in the three kelurahans is seen that the quality from PDAM have
met the environment standards but the quality from ground water have not. Then for soil quality with
reference to Soil Quality Index of BPS was seen that the Land Quality Index in the Kelurahan
Tamansari is the lowest, and Kelurahan Cihargeulis is the highest. The shape of the priority
infrastructure for Kelurahan Tamansari for water is piping from PDAM or local surface water treatment,
for wastewater is MCK Communal for black water and local wastewater instalation treatment plant for
grey water, for solid waste is anorganic waste bank and composting for organic waste, and multistorey
housing. The shape of the priority infrastructure for Kelurahan Babakan Ciamis for water is piping

13
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:13-24

from PDAM, for wastewater is MCK Communal for black water and local wastewater instalation
treatment plant for grey water, for solid waste is anorganic waste bank and composting for organic
waste, and multistorey housing. The shape of the priority infrastructure for Kelurahan Cihargeulis for
water is piping from PDAM, for wastewater is city level wastewater installation treatment, for solid
waste is anorganic waste bank and composting for organic waste, landed housing

Keywords: Slums, water and natural resources of land, minimum service standards, environmental
standards, the basic infrastructure of the settlements

PENDAHULUAN Salah satu kota yang tidak luput dari


permasalahan permukiman kumuh adalah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Kota Bandung, sebagai bagian dari
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Metropolitan Bandung. Di beberapa bagian
disampaikan bahwa perkotaan didefinisikan wilayah Kota Bandung permukiman kumuh
sebagai kawasan yang kegiatan utamanya menjadi masalah serius, seperti di DAS
bukan di sektor pertanian dengan susunan Cikapundung, ketika permukiman kumuh
fungsi-fungsi kawasan permukiman perkotaan, tumbuh di beberapa bagian bantaran sungai
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa yang menyebabkan masalah pencemaran
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan sungai, banjir akibat pendangkalan dan
ekonomi [1]. sampah, maupun konflik sosial. Ataupun di
beberapa kawasan lainnya yang ditandai
Kondisi banyak kota di Indonesia yang dengan kepadatan tinggi, ketidakteraturan
umumnya berkembang pesat dan berfungsi hunian, masalah penyediaan infrastruktur
sebagai pusat kegiatan serta menyediakan dasar permukiman, maupun tumbuhnya
layanan primer dan sekunder, telah permukiman di lahan yang dilarang untuk
mengundang penduduk dari daerah pedesaan dibangun seperti lahan pemerintah maupun
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik bantaran rel kereta api. Selain itu kondisi
serta berbagai kemudahan lain termasuk perumahan di permukiman kumuh juga masih
lapangan kerja. Kondisi tersebut di atas ditandai dengan kepadatan tinggi,
mengakibatkan terjadinya pertambahan ketidakteraturan, kurangnya pencahayaan,
penduduk yang lebih pesat dibanding sanitasi yang kurang memadai, material yang
kemampuan pemerintah di dalam kurang sesuai, lahan yang bukan
menyediakan hunian serta layanan primer peruntukannya, dan lain-lain.
lainnya. Pertumbuhan kota tersebut juga
diiringi dengan terjadinya kesenjangan Rumusan Masalah
ekonomi yang cukup lebar antara penduduk.
Penduduk dengan kemampuan ekonomi yang Daya tarik kota Bandung yang tinggi
rendah juga membutuhkan tempat tinggal menyebabkan pertumbuhan penduduk (baik
sehingga yang terjadi adalah timbulnya pemukim maupun commuter) juga relatif tinggi.
kantong-kantong permukiman yang dihuni oleh Perkembangan jumlah penduduk tersebut
masyarakat berpendapatan rendah. tentu saja menuntut penyediaan lahan untuk
Permukiman-permukiman tersebut biasanya perumahan dan permukiman. Perumahan
menjadi kawasan permukiman yang kurang yang ada saat ini belum memenuhi kebutuhan
layak huni, bahkan yang terjadi pada berbagai tersebut, sementara pengembangan
kota cenderung berkembang menjadi kumuh perumahan di Kota Bandung akan semakin
dan tidak sesuai lagi dengan standard terbatas karena lahan yang tersedia juga
lingkungan permukiman yang sehat. Seperti terbatas. Selain itu, tingkat pendapatan dan
yang disampaikan oleh Chowdhury yaitu daya beli yang rendah menyebabkan sejumlah
bahwa pertumbuhan kota-kota di negara penduduk tidak dapat memiliki rumah yang
berkembang disertai dengan pertambahan layak dan sehat. Hal ini dapat dilihat dari masih
jumlah penduduk kota yang menghuni banyaknya penduduk yang tinggal pada rumah
permukiman-permukiman kumuh dengan dengan kondisi kurang layak atau kurang
kondisi kurang layak [2]. Permukiman kumuh sehat bahkan tidak sedikit yang tinggal pada
di kota-kota biasanya ditandai dengan permukiman kumuh. Hal tersebut diperparah
kurangnya pelayanan prasarana sarana dasar dengan ketidakseimbangan antara penyediaan
dengan penghuni yang kebanyakan adalah infrastruktur dan utilitas kota dengan dinamika
masyarakat berpendapatan rendah. aktivitas kota sehingga tingkat pelayanan
menjadi tidak optimal.

14
Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Dasar di Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan
(Veronica Kusumawardhani, Surjono Hadi Sutjahjono dan Indarti Komala Dewi)

Seperti telah diuraikan pada kerangka minum, air limbah, persampahan, drainase,
pemikiran di atas, salah satu pendekatan untuk dan bangunan tinggal. Standar tersebut
meningkatkan atau menjaga kualitas merupakan besaran minimum yang harus
lingkungan di permukiman kumuh adalah disediakan untuk per penduduk, ataupun per
perbaikan kondisi perumahan dan penyediaan satuan luas kawasan tertentu. Sedangkan
infrastruktur dasar permukiman. Infrastruktur untuk kemampuan asimilatif/ mengurai limbah
juga merupakan instrumen untuk menciptakan pemerintah juga telah menetapkan besaran
wilayah perkotaan yang tertata dengan baik. baku mutu air yang harus dipenuhi. Acuan
Sehingga jika suatu kota gagal menyediakan standar dan baku mutu tersebut tertuang
tingkat pelayanan infrastruktur yang memadai, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
maka kota tersebut dapat dikatakan kurang 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
mampu mempertahankan keseimbangan Pengendalian Pencemaran Air [3], Peraturan
lingkungan dengan standard kehidupan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik
penduduknya. Indonesia Nomor 22/Permen/ M/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Pemenuhan perumahan dan infrastruktur Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan
dasar permukiman harus mengacu pada Daerah Kabupaten/Kota [4], serta Peraturan
besaran kuantitatif tertentu. Perumahan dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1//PRT/2014
infrastruktur dasar permukiman sebagai salah tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
satu bentuk pelayanan dasar perkotaan/ Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang [5].
pedesaan harus mengacu pada suatu standar Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
minimum tertentu yang harus dipenuhi. Dari perlu dipertanyakan bagaimanakah bentuk
sisi ketersediaan, pemerintah sebagai penyediaan perumahan dan infrastruktur dasar
penyedia utama pelayanan infrastruktur dasar permukiman hingga bisa memenuhi standar
permukiman telah menetapkan standar pelayanan minimal dan baku mutu.
pelayanan minimal untuk penyediaan air

Masyarakat Berpendapatan Rendah


Membutuhkan Tempat Tinggal

Urbanisasi
Perkembangan Tumbuhnya
Perkotaan Kantong-
Kantong
Kesenjangan
Permukiman
Ekonomi
Mendukung Kumuh

Perbaikan
permukiman kumuh Kepadatan dan
melalui infrastruktur Aktivitas Penduduk
dasar permukiman Memberi Tekanan
pada Kondisi
Lingkungan
Menentukan Menentukan
infrastruktur dasar selisih Menghitung
permukiman kebutuhan Kondisi
kuantitas Eksisting Permasalahan Kondisi
untuk mencapai
sumberdaya ketersediaan Lingkungan Permukiman
kuantitas dan dan sumber daya Kumuh Berpengaruh
kualitas yang
dan kualitas terhadap:
lingkungan yang dibutuhkan dan dari aspek air Ketersediaan sumber
dibutuhkan di kualitas dan lahan di daya alam
permukiman lingkungan yang permukiman Kualitas lingkungan →
kumuh harus dicapai kumuh contoh: pencemaran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

15
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:13-24

Terkait dengan uraian tersebut di atas maka pengelolaannya memang khusus ditujukan
beberapa pertanyaan atau masalah yang untuk perbaikan keadaan lingkungan, yaitu
akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu: perbaikan kualitas lingkungan hidup. Dalam
1. Bagaimanakah kuantitas dan kualitas hal inilah pengelolaan sumberdaya alam
perumahan dan infrastruktur dasar terpisah dari pengelolaan lingkungan hidup,
permukiman yang terkait erat dengan dan ruang lingkupnya adalah perlindungan dan
lingkungan pada permukiman kumuh di perbaikan lingkungan. Chanlett (1973) dalam
Kota Bandung? Soearianegara (1977) membagi lingkungan
2. Bagaimanakah bentuk penyediaan hidup dalam tiga sistem, yaitu sistem
perumahan dan infrastruktur dasar lingkungan tanah, sistem lingkungan air, dan
permukiman untuk memenuhi ketersediaan sistem lingkungan udara. Dari sistem
sumberdaya alam dan kualitas lingkungan? lingkungan hidup dapat terlihat bahwa tanah,
air, dan udara, dapat dianggap sebagai
Tujuan Penelitian lingkungan atau sumberdaya, yaitu
1. Menganalisa kuantitas dan kualitas sumberdaya fisik. Maka pada pengelolaan
perumahan dan infrastruktur dasar lingkungan hidup pun harus diusahakan
permukiman eksisting yang terkait langsung dilestarikannya. Pada sistem lingkungan
dengan lingkungan khususnya sumberdaya tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan
air dan lahan di permukiman kumuh adalah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan,
dengan mengacu pada besaran standar dan pendayagunaan tanah yang optimum.
pelayanan minimal dan baku mutu Pada sistem air dan udara, yang perlu
lingkungan. diusahakan ialah pembersihan dari pengotoran
2. Merumuskan bentuk penyediaan dan pencegahannya. Jika hal tersebut tidak
perumahan infrastruktur dasar permukiman dilakukan, maka lingkungan hidup akan
yang paling tepat dan sesuai kebutuhan mundur kualitasnya dan akhirnya manusia
untuk mendukung ketersediaan takkan dapat memanfaatkannya lagi.
sumberdaya alam dan menjaga kualitas
lingkungan. Standar Pelayanan Minimal

Manfaat Penelitian Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14


Diharapkan hasil penelitian ini akan Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
memberikan manfaat bagi beberapa Minimal untuk Bidang Penataan Ruang dan
stakeholder/ pemangku kepentingan sebagai Permukiman [6], salah satu contohnya adalah
berikut: untuk sektor air minum yang ditetapkan
1. Memberikan masukan mengenai kuantitas sebesar 60 l/orang/per hari. Dalam Peraturan
dan kualitas perumahan dan infrastruktur Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
dasar permukiman yang paling terkait Pedoman Penyusunan dan Penerapan
dengan lingkungan seperti air minum, air Standar Pelayanan Minimal telah ditentukan
limbah, dan persampahan di permukiman definisi dari Standar Pelayanan Minimal atau
kumuh. yang disingkat dengan SPM yaitu ketentuan
2. Memberikan masukan bentuk penyediaan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
infrastruktur dasar permukiman yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
dibutuhkan untuk dapat mendukung diperoleh setiap warga secara minimal [7].
kuantitas dan kualitas sumberdaya alam
air dan lahan di permukiman kumuh. Adapun pelayanan dasar adalah jenis
pelayanan publik yang mendasar dan mutlak
TINJAUAN PUSTAKA untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan,
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan seperti infrastruktur dasar permukiman. Terkait
Lingkungan Hidup dengan ketersediaan dan kualitas sumberdaya
alam lingkungan di permukiman, penyediaan
Sasaran pengelolaan sumberdaya alam pelayanan dasar permukiman harus selaras
adalah ekosistem sumberdaya alam, sehingga dengan prinsip ekologi seperti kesesuaian
pengelolaan lingkungan atau lingkungan hidup dengan alam tapi juga dapat memenuhi
sudah tercakup dalam kegiatan pengelolaan standar kebutuhan minimal dari infrastruktur
sumberdaya alam. Akan tetapi, dalam dasar permukiman yang dibutuhkan.
beberapa keadaan, seperti dalam masalah Sebagaimana diatur dalam Peraturan
kerusakan dan pengotoran lingkungan oleh Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
kegiatan pertambangan dan industri, kegiatan Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
16
Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Dasar di Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan
(Veronica Kusumawardhani, Surjono Hadi Sutjahjono dan Indarti Komala Dewi)

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, 2. Urutan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk


dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota [8] mencapai sasaran yang dibutuhkan.
maka pelayanan publik yang terkait dengan 3. Besaran kesenjangan yang terukur yang
kualitas dan kuantitas sumber daya alam harus dipenuhi.
meliputi air minum, air limbah, dan
persampahan. Lebih lanjut penetapan standar Teknik analisis kesenjangan digunakan untuk
teknis yang terukur dari standar pelayanan mengukur kesenjangan ketersediaan
minimal untuk infrastruktur dasar permukiman sumberdaya alam kualitas lingkungan untuk
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan aspek air dan lahan. Adapun pemenuhan
Umum Nomor 1 Tahun 2014 tentang Standar kesenjangan dilakukan melalui penyediaan
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum infrastruktur dasar permukiman. Kesenjangan
dan Penataan Ruang. Sebagaimana mana diukur dari kondisi saat ini dibandingkan
yang telah diatur dalam PP 38/2007 di atas, dengan kondisi yang disyaratkan dalam
pengaturan dalam Permen 1/2014 tersebut standar pelayanan minimal dan standar baku
meliputi pengaturan standar pelayanan mutu lingkungan. Kemudian pemenuhan
minimal untuk air minum, air limbah, dan ketersediaan sumberdaya alam dan kualitas
persampahan. Penjabarannya dapat dilihat lingkungan dipenuhi melalui infrastruktur dasar
sebagaimana tabel berikut. permukiman sesuai dengan konversi dari SNI
masing-masing infrastruktur.
Tabel 1. Jenis Pelayanan Berdasarkan Indikator
Kinerja Teknik Analisis: AHP
a. Air Minum
1. Tersedianya akses air minum yang Menurut Saaty dalam Latifah (2005) Teknik
aman melalui Sistem Penyediaan Air
Analytical Hierarchial Process (AHP) adalah
Minum dengan jaringan perpipaan
dan bukan jaringan perpipaan teknik pengukuran yang memberikan skala
terlindungi dengan kebutuhan pokok rasio bagi penentuan pilihan yang dilakukan
minimal 60 liter/orang/hari. secara berpasangan dalam bentuk diskret dan
b. Penyehatan Lingkungan Permukiman kontinum. Beberapa prinsip AHP yang harus
(Sanitasi Lingkungan dan Persampahan) dipahami adalah sebagai berikut:
1. Air limbah permukiman
a) Tersedianya sistem air limbah 1. Dekomposisi, adalah tahapan pemecahan
setempat yang memadai. persoalan setelah persoalan tersebut
b) Tersedianya sistem air limbah didefinisikan. Pemecahan dilakukan hingga
skala komunitas/kawasan/kota.
2. Pengelolaan sampah
ke unsur-unsurnya sampai tidak dapat
a) Tersedianya fasilitas pengurangan dilakukan pemecahan lebih lanjut dengan
sampah di perkotaan. tujuan mendapatkan hasil yang akurat. Hal
b) Tersedianya sistem penanganan tersebut yang menyebabkan proses
sampah di perkotaan. analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy).
Sumber : Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 2014 Terdapat dua jenis hirarki, yaitu lengkap
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang dan tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap,
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. semua elemen pada suatu tingkat memiliki
semua elemen yang ada pada tingkat
Teknik Analisis: Analisis Kesenjangan berikutnya. Namun jika tidak demikian,
maka dinamakan hirarki yang tidak
Analisis Kesenjangan adalah suatu teknik lengkap.
analisis yang digunakan untuk menentukan 2. Penilaian Perbandingan, Prinsip ini berarti
langkah-langkah yang hendak diambil dalam membuat penilaian tentang kepentingan
rangka bergerak dari kondisi saat ini menuju relatif dua elemen pada suatu tingkat
kondisi yang diharapkan. Dapat dikatakan tertentu yang dalam kaitannya dengan
bahwa analisis kesenjangan memaksa institusi tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan
terkait untuk merefleksikan kondisi eksisting inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh
mereka saat ini dan kemudian apa yang terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil
diinginkan untuk masa depan. Teknik tersebut dari penilaian ini akan tampak lebih baik
disebut juga dengan nama analisis jika disajikan dalam bentuk matriks yang
kesenjangan-kebutuhan, analisis kebutuhan, disebut matriks pairwise comparison. Agar
dan penilaian kebutuhan. Tahapan analisis diperoleh skala yang bermanfaat ketika
kebutuhan terdiri dari: membandingkan dua elemen seseorang
1. Urutan faktor karakteristik (seperti atribut, yang akan memberikan jawaban perlu
kompetensi, dan tingkat kinerja) dari situasi pengertian menyeluruh tentang elemen-
saat ini. elemen yang dibandingkan dan
17
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:13-24

relevansinya terhadap kriteria atau tujuan observasi langsung di lapangan terhadap


yang dipelajari. kondisi ketersediaan dan kualitas sumberdaya
3. Sintesis Prioritas, dari setiap matriks alam untuk aspek air dan lahan. Data kualitas
pairwise comparison kemudian dicari air didapatkan melalui purposive sample yang
eigenvector-nya untuk mendapatkan disebar ke seluruh lokasi studi sebanyak 30
prioritas lokal. Karena matriks pairwise sampel untuk ketiga kelurahan [10]. Selain itu
comparison terdapat pada setiap tingkat observasi juga dilakukan terhadap kondisi
maka untuk mendapatkan prioritas global eksisting infrastruktur dasar permukiman
harus dilakukan sintesa di antara prioritas terkait lingkungan yang dibatasi pada air
lokal. Prosedur melakukan sintesa berbeda minum, air limbah, persampahan, dan rumah,
menurut bentuk hirarki. Pengurutan serta wawancara dengan petugas kelurahan
elemen-elemen menurut kepentingan relatif dan petugas PKK di setiap kelurahan maupun
melalui prosedur sintesa dinamakan setting pejabat yang berwenang di Dinas Permukiman
prioritas. dan Perumahan Prov. Jawa Barat, Dinas Tata
4. Konsistensi Lokal. Konsistensi memiliki dua Ruang dan Cipta Karya.
makna. Pertama adalah bahwa obyek-
obyek yang serupa dapat dikelompokkan Data sekunder meliputi data monografi dari
sesuai dengan keseragaman dan relevansi. kelurahan, data kualitas air dari PDAM Badak
Contohnya anggur dan kelereng dapat Singa yang merupakan salah satu sumber air
dikelompokkan dalam himpunan yang bagi ketiga kelurahan tersebut selain air tanah,
seragam jika bulat merupakan kriterianya, dan data infrastruktur dasar permukiman
tapi tak dapat jika rasa merupakan terbangun dari Dinas Permukiman dan
kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut Perumahan Provinsi Jawa Barat serta
tingkat hubungan antara obyek-obyek yang Kementerian Pekerjaan Umum dan
didasarkan pada kriteria tertentu. Perumahan Rakyat.

METODOLOGI PENELITIAN Analisa Kesenjangan


Analisa Kesenjangan dilakukan terhadap dua
Tempat dan Waktu Penelitian hal yaitu:
Penelitian akan dilakukan di tiga lokasi yang 1. Kondisi ketersediaan sumberdaya alam dan
didasari pada karakteristik kawasan yang baku mutu lingkungan untuk air dan lahan
wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan eksisting dibandingkan dengan kondisi
kumuh dan dibagi ke dalam tiga tipologi yaitu yang disyaratkan.
kumuh ringan, kumuh sedang, dan kumuh 2. Ketersediaan kuantitas dan kapasitas
berat. Penetapan tipologi tersebut didasarkan layanan infrastruktur air minum, air limbah,
pada SK Walikota Bandung Nomor persampahan, dan rumah eksisting
648/Kep.455-DisTarCip/2010 tentang dibandingkan kondisi yang disyaratkan.
Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh di Kota Bandung[9]. Pengukuran dilakukan dengan mengacu pada
Berdasarkan surat keputusan tersebut standar pelayanan minimal infrastruktur dan
ditetapkan bagian wilayah Kecamatan perumahan serta standar baku mutu
Bandung Wetan masuk dalam kategori kumuh lingkungan.
berat yaitu Kelurahan Tamansari, bagian
wilayah Kecamatan Sumur Bandung masuk Analisis Penentuan Jenis Infrastruktur
dalam kategori kumuh sedang yaitu Kelurahan Dasar Permukiman dan Rumah yang
Babakan Ciamis, dan bagian wilayah Menjadi Prioritas
Kecamatan Cibeunying Kaler masuk ke dalam Teknik AHP digunakan dalam penelitian ini
kategori kumuh ringan yaitu Kelurahan untuk menentukan prioritas infrastruktur dasar
Cihargeulis. Adapun penelitian dilakukan pada permukiman untuk air minum, air limbah, dan
bulan Desember 2014 sampai bulan Januari persampahan, serta rumah yang paling tepat
2015. untuk digunakan di permukiman kumuh ditinjau
dari sejumlah alternatif berdasarkan kriteria-
Jenis dan Sumber Data kriteria yaitu paling meminimalisir dampak
Penelitian ini menggunakan jenis data primer pencemaran, kesesuaian dengan kondisi
dan sekunder. Data primer mencakup kualitas geologi, serta pengoperasian dan
air tanah yang dimanfaatkan oleh penduduk pemeliharaan yang paling mudah 11]. Teknik
yaitu air sumur, baik sumur gali maupun AHP dipilih karena penentuan prioritas
pompa serta kondisi infrastruktur air minum, air infrastruktur dasar permukiman dilakukan
limbah, persampahan, dan perumahan secara kualitatif oleh sekelompok responden
eksisting Data primer didapatkan melalui yang dipilih karena dianggap paling paham
18
Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Dasar di Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan
(Veronica Kusumawardhani, Surjono Hadi Sutjahjono dan Indarti Komala Dewi)

tetang substansi yang akan ditanyakan. Selain 2) Stakeholder dijabarkan untuk dua pelaku
itu studi empiris yang menunjukkan tingkat utama yaitu pemerintah dan masyarakat.
penurunan pencemaran air karena Kemudian pemerintah dibagi lagi menjadi
pemanfaatan infrastruktur pengolahan air dan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
sampah belum didapatkan sehingga 3) Tujuan merupakan penjabaran dari fokus,
dibutuhkan pendapat para pakar untuk bersifat kuantitatif dan kualitatif sesuai
menentukan prioritas tersebut. pencapaian standar pelayanan minimal
serta baku mutu lingkungan, serta
Teknik AHP diawali dengan penentuan mengakomodir kondisi yang dibutuhkan
responden yang harus berjumlah ganjil dalam untuk mendukung fokus tersebut.
hal ini ditentukan 5 orang, dengan justifikasi 4) Kriteria terdiri dari kriteria utama yaitu
sebagai berikut: kondisi tercapainya tujuan dan kriteria
1) Merupakan para pengambil keputusan dan pendukung yaitu kesimpulan yang didapat
pelaksana di lingkup pemerintahan yang untuk mencapai tujuan berdasarkan hasil
dianggap pakar dalam perbaikan kajian literatur
permukiman kumuh. 5) Bentuk Penyediaan Infrastruktur ditujukan
2) Lingkup penugasan berada pada alur untuk menjawab hirarki di atas namun
perencanaan dari perumusan kebijakan tetap menyesuaikan dengan kondisi riil
hingga pelaksanaan di lapangan untuk serta kemungkinan penerapannya di
perbaikan permukiman kumuh, baik di lapangan.
pemerintahan pusat maupun di
pemerintahan daerah hingga fasilitator HASIL DAN PEMBAHASAN
pelaksana.
3) Memiliki pengalaman kerja lima tahun ke Penentuan Bentuk Prioritas
atas dalam perbaikan permukiman kumuh.
Penentuan bentuk prioritas diawali dengan
Setelah itu disusun hirarki AHP dengan level perumusan bentuk hirarki untuk tiga bentuk
dan penjelasan sebagai berikut: infrastruktur yaitu air minum, air limbah,
1) Fokus penyediaan infrastruktur dasar persampahan, dan rumah sebagai sarana
permukiman dijabarkan untuk masing- tempat tinggal.
masing infrastruktur dan bersifat spesifik
sesuai SPM masing-masing.

Gambar 2. Hirarki Infrastruktur Air Minum

19
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:13-24

Gambar 3. Hirarki Infrastruktur Air Limbah

Gambar 4. Hirarki Infrastruktur Persampahan

20
Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Dasar di Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan
(Veronica Kusumawardhani, Surjono Hadi Sutjahjono dan Indarti Komala Dewi)

Gambar 5. Hirarki Infrastruktur Persampahan

Analisis Kesenjangan syarat sedangkan untuk kualitas tanah jika


Berdasarkan kajian analisis kesenjangan maka mengacu pada volume sampah tidak terangkut
hasil kajian menunjukkan bahwa dari kuantitas dan rumah yang memiliki saluran pengolahan
untuk air dan lahan jika mengacu pada air kotor Kelurahan Tamansari memiliki
Standar Pelayanan Minimal mencukupi namun kondisi paling buruk, Kelurahan Babakan
dari segi kualitas dengan mengacu pada baku Ciamis menengah, dan Kelurahan Cihargeulis
mutu air baku untuk air tanah belum memenuhi paling baik.

Tabel 2. Besaran Standard Acuan Sumberdaya Air dan Lahan

Sumber daya Besaran

Air Kuantitas: Standard Pelayanan Minimal Air Minum: 60 liter /orang/ detik
Kualitas: Air Kelas II
Lahan Kuantitas: Luas minimum untuk individu sebesar 9 m2/orang
Kualitas: Rumus Indeks Kualitas Tanah dari Badan Pusat Statistik dengan
komponen penentu volume sampah yang tidak terangkut dan jumlah rumah
dengan saluran pengolahan air limbah

Tabel 3. Analisis Kesenjangan Kuantitas dan Kualitas Air dan Lahan


Kuantitas Kualitas
Kelurahan
Air Lahan Air Lahan
Tamansari Mencukupi dari Cukup Air Tanah 55% Paling Rendah:
(Permukiman Kumuh Berat) PDAM dan Air Tanah Tidak Memenuhi 18,5
Standard
Babakan Ciamis Mencukupi dari Cukup Air Tanah 65% Menengah:
(Permukiman Kumuh PDAM Tidak Memenuhi 47,5
Sedang) Standard
Cihargeulis (Permukiman Mencukupi dari Cukup Air Tanah 54% Paling Tinggi:
Kumuh Ringan) PDAM dan Air Tanah Tidak Memenuhi 73,5
Standard

Keterangan: Mengacu pada Standard Pelayanan Minimal, Baku Mutu Air, Indeks Kualitas Tanah

21
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:13-24

Tabel 4. Sandingan Sumberdaya Alam Air dan dan Lahan


dengan Infrastruktur Dasar Permukiman Terkait
Sumber Infrastruktur Dasar Permukiman dan Perumahan
daya Kuantitas Kualitas
Air Air Minum Air Minum
Air Limbah
Lahan Rumah Air Limbah dan Persampahan dihitung
Tinggal melalui Indeks Kualitas Tanah

Analisis Prioritas Air dan Infrastruktur berperan dalam pemilihan infrastruktur


Dasar Permukiman yang Terkait dengan tersebut seperti pada gambar-gambar berikut.
Lingkungan
Analisis dilakukan dengan metode Analytic Setelah hirarki terbentuk kemudian yang
Hierarchial Process pada tiga jenis dilakukan adalah menentukan pakar yang
infrastruktur dasar permukiman yang dianggap dianggap paling kompeten dalam penentuan
terkait erat dengan lingkungan yaitu air minum, tersebut dengan melihat latar belakang
air limbah, persampahan, serta rumah sebagai pendidikan, bidang pekerjaan, dan lamanya
tempat bermukim penduduk permukiman bekerja sehingga hasil penilaian dianggap
kumuh. Penentuan bentuk prioritas didahului akurat. Setelah dianalisis maka hasil yang
dengan penyusunan hirarki yang mencoba didapat adalah seperti tabel 5 berikut ini.
memetakan komponen-komponen paling

Tabel 5. Bentuk Infrastruktur Dasar Permukiman dan Rumah Terpilih

Bentuk Infrastruktur / Rumah Terpilih


Kelurahan
Air Minum Air Limbah Persampahan Rumah
Tamansari Perpipaan dari Pengolahan Air Limbah Komposting untuk Rumah
(Kumuh Berat) PDAM / Skala Lingkungan: Sampah Organik dan Susun
(Inkonsistensi Instalasi MCK Komunal untuk Bank Sampah untuk
0,00 – 0,05) Pengolahan limbah wc atau black Sampah Anorganik
Air Setempat water dan IPAL untuk Skala Kawasan
limbah domestik atau (RW/RT)
grey water
Babakan Ciamis Perpipaan dari Pengolahan Air Limbah Komposting untuk Rumah
(Kumuh Sedang) PDAM Skala Lingkungan: Sampah Organik dan Susun
(Inkonsistensi MCK Komunal untuk Bank Sampah untuk
0,00 – 0,05) limbah wc atau black Sampah Anorganik
water dan IPAL untuk Skala Kawasan
limbah domestik atau (RW/RT)
grey water
Cihargeulis Perpipaan dari Pengolahan Air Limbah Komposting untuk Rumah
(Kumuh Ringan) PDAM Skala Kota PDAM Tirta Sampah Organik dan Tidak
(Inkonsistensi Wening dilengkapi Bank Sampah untuk Bersusun
0,00 – 0,05) dengan penyesuaian Sampah Anorganik
kapasitas dan jaringan Skala Kawasan
perpipaan yang (RW/RT)
memadai

Analisis Jumlah Kebutuhan Infrastruktur penentuan jumlah yang dibutuhkan dilakukan


dan Perumahan Prioritas dengan memperhitungkan aturan standard
Setelah besaran kesenjangan kebutuhan air penyediaan yang telah ditetapkan pemerintah
dan lahan serta bentuk infrastruktur sehingga didapat hasil seperti tabel 6 berikut
permukiman dan perumahan prioritas maka ini.

22
Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Dasar di Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan
(Veronica Kusumawardhani, Surjono Hadi Sutjahjono dan Indarti Komala Dewi)

Tabel 6. Jumlah Kebutuhan Infrastruktur Permukiman dan Perumahan Prioritas

Kelurahan Air Minum Air Limbah Persampahan Perumahan


Tamansari Perpipaan dari PDAM MCK Komunal Komposting dan Rumah Susun
(Kumuh Berat) dengan tingkat sebanyak 33 Unit Bank Sampah Sederhana Sewa
kebocoran maksimal dan 17 Unit masing-masing dengan standar 5
32% / 1 unit instalasi Instalasi sebanyak 20 lantai sebanyak 66
pengolahan air dengan Pengolahan Air Unit gedung atau 33
kapasitas 50 liter/detik Limbah Rumah Twin Block
Tangga
Babakan Ciamis Perpipaan dari PDAM MCK Komunal Komposting dan Rumah Susun
(Kumuh Sedang) dengan mencegah sebanyak 14 Unit Bank Sampah Sederhana dengan
tingkat kebocoran lebih dan 7 Unit Instalasi masing-masing standar 5 lantai
tinggi dari 50% Pengolahan Air sebanyak 8 Unit sebanyak 28
Limbah (IPAL) gedung atau 14
Rumah Tangga Twin Block
Cihargeulis Perpipaan dari PDAM Pengotimalan Komposting dan Rumah Tidak
(Kumuh Rungan) dengan tingkat kinerja Pengolahan Bank Sampah Bersusun dengan
kebocoran maksimal Air Limbah skala masing-masing luas kavling
3% kota Bojong Soang sebanyak 11 maksimal 120 m2
Unit

KESIMPULAN DAN SARAN 5. Sebagai bentuk rekayasa penyediaan dan


menjaga kualitas air maka infrastruktur air
Kesimpulan minum yang terpilih untuk Kelurahan
1. Berdasarkan standar pelayanan minimal 60 Tamansari adalah perpipaan dari PDAM
liter/orang/hari maka kuantitas air untuk dan instalasi penyediaan air setempat,
Kelurahan Tamansari, Kelurahan Babakan sedangkan untuk Kelurahan Babakan
Ciamis, dan Kelurahan Cihargeulis sebagai Ciamis, dan Kelurahan Cihargeulis adalah
permukiman kumuh dengan tipologi kumuh perpipaan dari PDAM. Sedangkan untuk
berat, sedang, dan ringan tertutupi melalui infrastruktur air limbah bentuk pengolahan
sumber PDAM dan air sumur gali dan yang terpilih di Kelurahan Tamansari dan
pompa. Kelurahan Babakan Ciamis adalah instalasi
2. Berdasarkan besaran standar kebutuhan pengolahan air limbah skala lingkungan
ruang individu 9 m2/orang maka kuantitas untuk air limbah domestik non-wc dan
lahan untuk perumahan di Kelurahan membangun MCK komunal untuk air limbah
Tamansari, Kelurahan Babakan Ciamis, wc, dan untuk Kelurahan Cihargeulis
dan Kelurahan Cihargeulis sebagai adalah pengolahan skala kota oleh PDAM
permukiman kumuh dengan tipologi kumuh Tirta Wening di Bojong Soang dengan
berat, sedang, dan ringan tertutupi dengan didukung oleh perpipaan yang memadai.
lahan eksisting untuk perumahan yang ada. Adapun infrastruktur persampahan yang
3. Ditinjau dari kualitas air dengan mengacu terpilih oleh para pakar untuk seluruh
pada standard baku mutu air maka untuk kelurahan adalah kegiatan komposting
Kelurahan Tamansari, Kelurahan Babakan skala kelurahan untuk sampah organik dan
Ciamis, dan Kelurahan Cihargeulis sebagai pembangunan bank sampah untuk sampah
permukiman kumuh dengan tipologi kumuh anorganik. Bentuk rumah sebagai tempat
berat, sedang, dan ringan untuk sumber air tinggal yang terpilih untuk Kelurahan
PDAM telah memenuhi standard baku mutu Tamansari dan Kelurahan Babakan Ciamis
sedangkan untuk air tanah lebih dari 50% adalah rumah susun, sedangkan untuk
belum memenuhi standard baku mutu. Kelurahan Cihargeulis adalah rumah tidak
4. Kemudian untuk kualitas tanah ditinjau dari bersusun.
Indeks Kualitas Tanah yang ditetapkan oleh
Badan Pusat Statistik dengan mengacu Saran
pada jumlah rumah yang tidak memiliki
saluran pengolahan limbah dan jumlah 1. Pemerintah membutuhkan suatu langkah
sampah yang tidak terangkut maka tegas namun melibatkan masyarakat dalam
berdasarkan perhitungan Kelurahan menjaga kualitas air tanah di permukiman
Tamansari memiliki nilai terendah yaitu kumuh.
18,5, Kelurahan Babakan Ciamis memiliki 2. Pemerintah harus lebih meningkatkan
nilai 47,5, dan Kelurahan Cihargeulis kinerjanya dalam pembinaan dan
memiliki nilai tertinggi yaitu 73,5. pengawasan dalam hal penanganan
23
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:13-24

sampah dan pembuangan limbah rumah [9] SK Walikota Bandung Nomor 648/Kep.455-
tangga di permukiman kumuh. DisTarCip/2010 tentang Penetapan Lokasi
3. Pemerintah masih harus lebih gencar lagi Lingkungan Perumahan dan Permukiman
dalam mensosialisasikan keberadaan Kumuh di Kota Bandung
rumah susun sebagai tempat tinggal di [10] Roscoe, J.T. (1975). Fundamental
permukiman kumuh untuk mengatasi Research Statistics for the Behavioural
semua permasalahan dan keterbatasan. Sciences, 2nd edition. New York. Holt
Rinehart & Winston
[11] Permadi, Bambang. (1992). AHP.
REFERENSI Jakarta. Universitas Indonesia

[1] UU no 27 tahun 2007 tentang Penataan


Ruang
[2] Chowdhury, Farhat Jahan, Amin, A.T.M.
Nurul. 2006. Environmental Assesment In
Slum Improvement Programs: Some
Evidence from Study On Infrastructure
Projects In Two Dhaka Slums. Elsevier
Science Ltd
[3] Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
[4] Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor
22/Permen/M/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Perumahan
Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota
[5] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
1/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
[6] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
14 Tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal untuk Bidang
Penataan Ruang dan Permukiman
[7] Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal
[Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum]. 2008.
Pedoman Sanitasi Berbasis Masyarakat
[8] Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor
22/Permen/M/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Perumahan
Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota

24

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai