Anda di halaman 1dari 37

PERENCANAAN ULANG SISTEM SALURAN DRAINASE DI PERUMAHAN

KOTABARU PERMAI CIKAMPEK TERHADAP PERMEN PU NOMOR 12


TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE
PERKOTAAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perkembangan industri di kota-kota besar mengakibatkan maraknya
urbanisasi yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang
lebih baik. Menurut Tjiptoherijanto (1999) dalam Widiawaty (2019) urbanisasi
adalah sebuah proses berpindahnya penduduk di wilayah pedesaan ke wilayah
perkotaan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan ekonomi
yang lebih baik. Urbanisasi disebabkan karena adanya perbedaan pertumbuhan
dari fasilitas pembangunan di daerah. Hal ini mengakibatkan wilayah perkotaan
menjadi magnet yang menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan
sekaligus tempat tinggal (Harahap, 2013). Untuk mencegah terjadinya urbanisasi
berlebihan di beberapa kota yang menjadi kawasan industri seperti Bekasi,
Bogor, Karawang dan daerah lainnya yang menjadi kawasan industri maka
pemerintah menetapkan peraturan yang tertulis pada Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang perindustrian agar setiap perusahaan melakukan kegiatan
industri di daerah yang telah di tentukan atau kawasan industri (Situs Web Resmi
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia).
Bersamaan dengan konsentrasi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
karena urbanisasi, maka semakin tinggi juga kebutuhan akan tempat tingal.
Kawasan perumahan merupakan tempat yang tepat bagi masyarakat untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, para masyarakat yang mencari pekerjaan di
sektor industri berasal dari seluruh Indonesia bukan hanya dari putra daerah,
maka dari itu semakin banyaknya para pencari pekerja yang merantau ke
kawasan industri untuk bekerja juga membutuhkan tempat tinggal yang akan
mereka tinggali selagi merantau. Menurut Wibowo (2015:112) didalam penelitian
Niandity, et al (2019) menyatakan bahwa meningkatnya pertumbuhan jumlah
penduduk menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan
tanah pertanian sebagai kawasan perumahan. Hal ini menjadi peluang emas bagi
para developer perumahan untung meraup keuntungan sebagai bagian penting
yang dibutuhkan bagi para calon pembeli.
Salah satu kawasan industri yang di atur oleh UU No. 3 Tahun 2014
adalah Kabupaten Karawang. menurut data yang di dapat dari Badan Pusat
Statistika Karawang di tahun 2019 penduduk Kabupaten Karawang berjumlah
kurang lebih 2.353.915 jiwa. Menurut data dari Dinas kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Karawang dalam beberapa tahun terakhir, drainase yang baik
sangat diperlukan mengingat frekuensi hujan yang cukup tinggi dan dalam waktu
yang cukup lama, agar jumlah air hujan dapat dialirkan ke badan saluran dan
sebagian lagi dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari bagi warga sekitar
(Sutomo, 2017), bila tidak dialirkan ke saluran drainase maka dapat
menyebabkan genangan air hingga banjir. Adapun penyebab banjir lainnnya
selain karena frekuensi curah hujan dan intensitas curah hujan yang tinggi, bisa
juga di sebabkan kiriman air dari daerah lain yang berada di tempat yang lebih
tinggi (Hapsoro dan Buchori, 2015). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
banjir di Kabupaten Karawang ini adalah kondisi hulu DAS Citarum yang buruk,
hal ini dilihat dari fungsi kawasan lindung yang berkurang, kemudian
berkembangnya kawasan pemukiman penduduk tanpa perencanaan sistem
saluran drainase yang baik juga sangat berpengaruh pada kemungkinan terjadinya
luapan air atau banjir (Imansyah, 2012).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di
beberapa tahun terakhir dari 2011-2017 di pulau Jawa, wilayah Jawa Barat
memiliki curah hujan yang cukup tinggi di banding dengan provinsi lain di pulau
Jawa, yaitu dengan curah hujan 39,1-442,0 mm3 per bulan, tertinggi terjadi pada
bulan November 2017 dengan curah hujan 442 mm 3 dan terendah terjadi pada
bulan Juli dengan 39,1 mm3. Dengan intensitas yang cukup tinggi ini
menyebabkan beberapa wilayah sering terkena banjir. Salah satu daerah di Jawa
Barat yang paling rawan tergenang banjir adalah Kabupaten Karawang.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Badan Nasional Penanggulangan Banjir
(BNPB) sejak tahun 1815-2017 Kabupaten Karawang Merupakan salah satu
daerah yang paling sering terkena banjir di Jawa Barat.
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten yang berada di
bagian Utara dari Provinsi Jawa Barat yang kemudian berkembang pesat
terutama pada sektor industri dan infrastruktur, sesuai dengan keputusan Presiden
Nomor 53 tahun 1989 tentang di berlakukannya kawasan industri. Ahli fungsi
lahan sawah ke penggunaan non-pertanian merupakan pilihan yang
memungkinkan di ambil para petani (Hossaimah dan Subari, 2017), beriringan
dengan hal tersebut Kabupaten Karawang belum memiliki drainase yang
memadai (Deandra, dkk. 2019). Di musim hujan seperti sekarang ini banyak
perumahan yang tergenang air sehingga konstruksi bangunan dan jalan
mengalami kerusakan. Kecamatan Cikampek merupakan salah satu yang
memiliki sistem drainase yang buruk (Strategi Sanitasi Kota/SSK Karawang,
2020).
Kecamatan Cikampek juga merupakan Kawasan yang berkembang pesat
di sektor industri dan perumahan, terbukti dengan banyaknya perumahan
bersubsidi yang ada di Kecamatan Cikampek. Pemilihan lokasi industri dibatasi
oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian yang
menetapkan adanya kewajinan bagi semua perusahaan industri untuk berlokasi di
kawasan industry sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Kecamatan Cikampek masuk kedalam 10 Kecamatan di Kabupaten Karawang
yang diperuntukkan untuk kawasan industry dari tahun 2011 hingga 2031
bersama dengan Kecamatan Rengasdengklok, Karawang Barat, Karawang Timur,
Telukjambe Barat, Telukjambe Timur, Klari, Pangkalan, ciampel dan Purwsari
(Ria Aryati, 2017). Hal ini mengundang banyaknya urbanisasi di wilayah ini
dengan begitu banyak sekali perumahan dan pemukiman warga yang dibangun
guna memenuhi kebutuhan para pekerja industri. Selaras dengan banyaknya
pemukiman penduduk maka dibutuhkan sistem saluran drainase yang baik sesuai
dengan Permen PU No. 12 Tahun 2014 karena di Kabupaten karawang ini meliki
curah hujan yang tinggi, jika disetiap perumahan tidak memiliki sistem saluran
drainase yang baik maka akan penyebabkan genangan air.
Pada observasi awal, lokasi yang di ambil yaitu perumahan Kotabaru
Permai yang berlokasi di Pucung, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang.
Perumahan ini merupakan perumahan bersubsidi memiliki kondisi tanah yang
cukup miring. Dibandingkan dengan perumahan lain yang menjadi sampel awal
seperti Perumahan Green Lakeside dan Perumahan Garden view di wilayah
Karawang, selain karena curah hujan Kecamatan Cikampek lebih tinggi dari
kecamatan-kecamatan yang lainnya juga Perumahan Kotabaru permai ini
sebelum dibangun perumahan merupakan lahan persawahan. Tanah dari lahan
persawahan merupakan tanah jenuh yang sulit untuk menyerap air. Perumahan
Kotabaru permai memiliki luas 70.000 m 2 ini dilengkapi dengan sarana dan
prasana yang cukup baik seperti jalanan yang sudah di cor dan aspal, ada
beberapa lapangan untuk berolahraga serta saranan ibadah bagi umat muslim
serta banyak taman yang dapat dimanfaatkan berbagai macam kegiatan. Namun
yang menjadi fokus utama pada penelitian kali ini adalah merencanakan ulang
sistem saluran drainase dengan Permen PU Nomor 12 Tahun 2014, karena saat
ini di Perumahan Kotabaru Permai muncul masalah seperti tersumbatnya aliran
air dari saluran pembuangan air atau selokan disebabkan oleh tanaman, sampah
dan bahkan tanah yang terbawa air hujan. Bangunan drainase di perumahan
tersebut memang sudah ada namun lama kelamaan makin tidak terawat dengan
baik menjadikan saluran drainase tersumbat bahkan air nya jadi tertahan. Terlebih
lagi saat musim hujan, intensitas hujan di wilayah Karawang lebih tinggi dari
pada daerah lainnya jadi apabila hujan turun terus menerus di khawatirkan akan
menyebabkan saluran drainase meluap dan akan menggenang hingga kejalan. Di
dukung dengn kontur tanah atau jalan yang dimiliki perumahan berbukit, apabila
permasalahan air tersumbat ini tidak segera di selesaikan bukan tidak mungkin
akan menyebabkan genangan air dan air tersebut akan menuju daerah yang lebih
rendah, jika tidak memiliki saluran drainase yang baik maka kemungkinan besar
saluran drainase yang ada di daerah rendah akan terbebani dengan debit air yang
berlebihan dan pada akhirnya akan meluap.
Berdasarkan perhitungan pada penelitian pendahuluan, peneliti
mengambil beberapa sampel saluran drainase untuk dijadikan penguat latar
belakang masalah, antara lain ialah Saluran L1, Saluran L5, dan Saluran M5.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan yang ada pada Lampiran 1, bahwa
debit rencana L1=3,84 m3/s, L5=3,39 m3/s, dan saluran M5=3,28 m3/s lebih besar
dari pada debit eksisting saluran drainase yaitu L1=0,23 m 3/s, L5=0,38 m3/s, dan
saluran M5=0,39 m3/s. Maka dari itu, saluran eksisting pada blok L dan M
kapasitasnya tidak memenuhi untuk menampung debit rencana
Pada observasi awal juga penulis telah mendokumentasikan beberapa
bukti saluran drainase bermasalah pada Perumahan Kotabaru Permai
1. 2.

2. 4.
Gambar 1.1 Kondisi Saluran Drainase Di Perumahan Kotabaru Permai, Cikampek
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dengan kondisi demikian maka perlu adanya perencanaan ulang pada
sistem saluran drainase di Perumahan Kotabaru Permai mengacu pada syarat-
syarat yang telah di atur pada Permen PU Nomor 12 Tahun 2014 agar nantinya
bisa berguna sebagai perbaikan yang akan dilakukan pihak terkait dalam
meningkatkan kenyamanan bagi masyarakat perumahan dan sekitarnya.
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Mengacu pada latar belakang masalah yang ada, dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Sistem saluran drainase di Perumahan wilayah karawang memiliki
masalah seperti saluran tertutup tanaman, terhalang banyak sampah,
tertimbun tanah dan ada juga runtuhan beton.
2. Sistem saluran drainase yang baik diperlukan masyarakat perumahan agar
disaat musim penghujan air tidak lagi tersumbat.
3. Terdapat saluran drainase yang alirannya terhambat dan ada saluran yang
kering tidak teraliri air sebagai mana fungsinya
4. Hasil analisis hidrologi berupa debit banjir rancangan yang digunakan
sebagai acuan dasar perencanaan ulang saluran drainase.
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah dilakukan guna menghindari pelebaran topik
penelitian sehingga penelitian lebih terarah pada tujuan penelitian, adapun
batasan masalah sebagai berikut:
1. Wilayah penelitian terbatas di perumahan Kotabaru Permai Cikampek,
khususnya di Blok L dan M.
2. Acuan evaluasi sistem drainase berdasarkan Permen PU Nomor 12 Tahun
2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.
3. Penelitian ini berdasarkan pada kondisi lapangan sistem saluran drainase
di Perumahan Kotabaru Permai Cikampek.
4. Penelitian ini terbatas pada analisa perencanaan ulang sistem saluran
drainase.
1.4 PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana perencanaan ulang sistem saluran drainase yang ada di
perumahan Kotabaru Permai Cikampek terhadap Permen PU Nomor 12
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.
1.5 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah melakukan perencanaan ulang sistem saluran
drainase di Perumahan Kotabaru Permai Cikampek sesuai Permen PU Nomor 12
Tahun 2014.
1.6 MANFAAT PENELITIAN
2. Bagi Developer Perumahan dan Pemerintah
Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasil dari penelitian bisa
dijadikan sebagai bahan evaluasi kepada developer perumahan dalam
membangun serta meningkatkan kualitas sistem drainase pada perencanaan
sistem saluran drainase perumahan di daerah lainnya. Bagi pemerintah
harapannya dapat membantu evaluasi terhadap para pengembang untuk
mengikuti peraturan dan persyaratan yang tertulis pada Permen PU Nomor
12 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yang nantinya dapat berguna sebagai
sumber referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang
perencanaan sistem saluran drainase perumahan atau perkotaan.
BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR


2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja “to drain” yang berarti
mengeringkan atau mengalirkan air, merupakan kata yang digunakan untuk
menyatakan berbagai sistem yang berkaitan dengan kelebihan air, baik itu di
atas permukaan tanah ataupun di bawah permukaan tanah.
Dalam bidang teknik sipil, drainase adalah suatu upaya teknik dengan
membuat saluran air atau jalur pembuangan untuk menanggulangi kelebihan
air yang berasal dari hujan, rembesan, dan lebihan dari air saluran irigasi dari
suatu kawasan atau lahan. Menurut Hasmar (2012:1) drainase juga bisa di
maknakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari cara untuk
mengalirkan air yang berlebihan dalam konteks pemanfaatan tertentu. Maka
dari itu air yang mengalir diusahakan secepatnya disalurkan melalui sistem
drainase supaya tidak menimbulkan masalah seperti genangan yang dapat
mengganggu sekitar bahkan menyebabkan kerugian (Kodoatie, 2005).
2.1.1.1 Drainase Perkotaan
Drainase perkotaan terdiri dari 5 (lima) saluran, yaitu saluran
penerima (Interceptor Drain), saluran pegumpul (Collector
Drain), saluran pembawa (Conveyor Drain), saluran induk (Main
Drain) dan badan air penerima (Recieving Waters) (Jamal,
2020:60). Di wilayah perkotaan, sistem drainase seperti itu harus di
terapkan karena pembuangan seluruh air perlu disalurkan segera
agar mencegah terjadinya pemasalahan seperti genangan atau
lebihan air. Membuat saluran yang bisa menampung debit air yang
mengalir dapat menjadi solusi, selanjutnya air akan disalurkan ke
saluran yang lebih besar.
2.1.1.2 Jenis-jenis Drainase
Menurut Hadi Hardjaja didalam jurnal Kusumo (2009) jenis-
jenis drainase dikelompokkan kedalam beberapa poin, yaitu:
A. Drainase Menurut Sejarah
1) Drainase Alami (Natural Drainafe)
Drainase yang terbentuk dari gerusan ari yang bergerak
lambat laun karena gravitasi membentuk saluran air yang
permanen seperti sungai.
2) Drainase Buatan
Drainase yang terbentuk oleh tangan-tangan manusia
dengan maksud dan tujuan tertentu seperti selokan,
gorong-gorong dan pipa-pipa.
B. Drainase Menurut Letak Bangunan
1) Drainase Permukaan (Surface Drainage)
Maksudnya adalah drainase yang berada diatas
permukaan tanah, berfungsi sebagai pengalir air
limpasan permukaan.
2) Drainase Bawah Permukaan (Subsurface Drainage)
Maksudnya adalah drainase yang berada dibawah
permukaan tanah, berfungsi sebagai pengalir air
limpasan permukaan memlalu saluran bawa tanah,
seperti pipa.
C. Drainase Menurut Konstruksi
1) Saluran Terbuka
Saluran model ini biasanya digunakan untuk drainase air
hujan dan daerah yang memiliki luasan cukup atau untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan
kesehatan dan lingkungan.
2) Saluran Tertutup
Saluran yang umumnya digunakan untuk air kotor yang
dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan.
Biasanya terletak di daerah perkotaan.
D. Drainase Menurut Sistem Pembuangan
1) Sistem Terpisah (Separate System)
Pada sistem ini, saluran air hujan dilayani terpisah
dengan saluran air kotor dan berada pada sistem
salurannya masing-masing.
2) Sistem Kombinasi (Combined System)
Saluran ini merupakan kombinasi antara saluran air kotor
dengan air hujan, apabila waktu musim hujan air kotor
dan air hujan tercampur dalam satu saluran yang sama,
air hujan berfungsi sebagai penggelontor. Tetapi pada
dasarnya saluran ini tidak Bersatu melainkan
dihubungkan dengan sistem pipa interceptor.
2.1.1.3 Pola Jaringan Drainase
Dalam merencanakan sistem drainase di suatu kawasan harus
mempertimbangkan serta memperhatikan pola jaringan drainase.
Menurut Halim Hasmar (2011) pola jaringan drinase dibagi menjadi
beberapa tipe atau jenis, sebagai berikut.
A. Jaringan Drainase Siku
Jaringan drainase ini biasa digunakan untuk daerah yang
memiliki topografi sungai lebih rendah dari pada tanah
daerahnya. Sungai berfungsi sebagai pembuangan akhir.

Saluran Cabang

Saluran Utama

Saluran Cabang

Gambar 2.1 Pola Jaringan Drainase Siku


B. Jaringan Drainase Paralel
Jaringan drainase ini memiliki saluran utama yang
sejajar dengan saluran cabangnya, kemudian di ujung saluran
cabang akan dibelokkan menuju saluran utama.

Saluran Cabang

Saluran Utama

Saluran Cabang
Gambar 2.2 Pola Jaringan Drainase Paralel
C. Jaringan Drainase Grid Iron
Jaringan drainase ini digunakan pada daerah yang
sungainya berada dipinggir kota, dengan dikumpulkannya
aliran dari saluran-saluran cabang yang kemudian
disambungkan ke sungai.

Saluran Cabang Saluran Utama

Gambar 2.3 Pola Jaringan Drainase Grid Iron


D. Jaringan Drainase Alamiah
Jaringan drainase ini memiliki pola yang hampir sama
dengan pola jaringan drainase siku yaitu sungai berperan
sebagai saluran utama yang terletak di tengah kota.

Saluran Cabang

Saluran Utama

Gambar 2.4 Pola Jaringan Drainase Alamiah

E. Jaringan Drainase Radial


Berbeda dengan pola jaringan lainnya yang mengalirkan
air dari saluran cabang menuju saluran utama, pola pada
jaringan drainase radial adalah mengalirkan air dari pusat
atau sumber air menuju saluran diberbagai arah. Pola
jaringan ini biasanya diterapkan pada daerah yang berbukit.
Gambar 2.5 Pola Jaringan Drainase Radial
F. Jaringan Drainase Jaring-jaring
Jaringan drainase ini biasanya berada di daerah yang
memiliki topografi datar. Seperti Namanya, pola jaringan
drainase ini mempunyai saluran saluran mengikuti arah jalan
raya.
2.1.1.4 Fungsi drainase
Dalam jurnal Ainal Muttaqin (2011), menurut Moduto drainase
memiliki fungsi sebagai berikut:
A. Mengeringkan genangan air.
B. Mengatasi jumlah limpasan air hujan yang berlebihan.
C. Mengatasi erosi, kerusakan jalan dan infrastruktur.
D. Menjaga kualitas air.
Fungsi drainase menurut Kodoatie (2005) juga adalah:
A. Membebaskan wilayah dari genangan, air, erosi dan banjir.
B. Mengurangi resiko malaria dan penyakit lainnya yang
berhubungan dengan genangan air kotor.
C. Membuat tanah permukaan padat dan menjadi lebih baik
karena tidak lembab.
2.1.1.5 Drainase Perumahan
Dalam definisinya perumahan adalah kelompok rumah yang
digunakan untuk tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan
sarana dan prasanan. Perumahan juga merupakan bentuk hunian
yang berkaitan erat dengan masyarakat. Oleh karena itu, perumahan
bisa di katakana sebagai suatu cerminan karakteristik masyarakat
yang tinggal di daerah tersebut (UU RI No. 4, 2011).
Perencanaan, perancangan, pembiayaan dan pembinaan serta
pengawasan untuk drainase perumahan diatur dalam Standar
Nasional Indonesia tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan (SNI 03-1773, 2004). Pada lingkungan perumahan
diwajibkan untuk menyediakan jaringan drainase sebagai salah satu
syarat didirikannya perumahan di perkotaan. Kementrian pekerjaan
umum telah mengeluarkan Permen PU no 12 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan drainase di daerah perkotaan sebagai salah satu
ketentuan yang berlaku.
Drainase pada perumahan harus direncanakan dengan baik
karena untuk mengelola sistem saluran air yang akan mengendikan
keperluan air dan mengontrol kualitas dari air. Keuntungan dari
terorganisasinya drainase perumahan yaitu terhindar dari erosi yang
bisa menyebabkan rusaknya fasilitas perumahan dan menghindari
genangan air berlebihan yang akan merugikan masyarakat sekitar
(Risnawati, 2018).
Secara luas, sistem drainase perumahan diartikan sebagai
rangkaian instalasi mulai dari instalasi untuk air bersih dan instalasi
untuk air kotor. Instalasi untuk saluran air bersih terdiri dari instalasi
dari PAM atau air dalam tanah ke ground tank. Ground tank
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air yang berasal
dari PAM atau air dalam tanah yang kemudian akan disalurkan ke
rumah-rumah warga dilingkunga perumahan (Risnawati, 2018).
Kedua, instalasi air kotor/limbah merupakan air hasil buangan dari
dapur, kamar mandi atau bahkan limbah industri. Menurut
Pynkyawati dan Wahadamaputera (2015) air kotor adalah air yang
tidak bisa dimanfaatkan secara langsung tanpa pemurnian terlebih
dahulu di kehidupan sehari-hari karena tidak memenuhi syarat
secara fisik bisa digunakan.
2.2 Analisis Hidrologi
Dalam dunia drainase, siklus hidrologi merupakan salah satu bagian
penting pada proses analisis hidrologi. Menurut Soemarto (1999) dalam buku
Hidrologi Teknik, hidrologi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang sistem air pada atas permukaan dan bawah tanah.
Begitupun dengan analisis hidrologi, hal itu merupakan langkah penting dalam
merencakan drainase. Tujuan dilakukan analisis terlebih dahulu agar diketahui
beberapa hal, seperti karakteristik hujan, debit air dari yang wajar hingga
ekstrim sebagai dasar analisis selanjutnya.
Menurut Permen PU No. 12 Tahun 2014, kelayakan teknik untuk saluran
drainase meliputi salah satunya yaitu, melakukan analisis dan perhitungan
hidrologi. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan debit rencana untuk
menentukan dimensi saluran drainase.
2.2.1 Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi dipahami sebagai proses penguapan (evaporasi)
kemudian hasil dari evaporasi itu terkondensasi, lalu membentuk
awan sehingga terjadi hujan air dan salju ke permukaan tanah, air
yang mengalir kemudian menjadi limpasan (runoff) dan sebagaian
terserap kedalam tanah (Halim Hasmar, 2012).
Secara garis besar, menurut Oktafiani (2007) aliran siklus
hidrologi berawal dari air permukaan yang menguap atau biasa di
sebut proses evaporasi. Air yang terevaporasi akan jatuh ke
permukaan dalam bentuk hujan atau salju. Peristiwa tersebut
berlangsung terus menerus dan tidak tahu sampai kapan, peristiwa
itu di sebut siklus hidrologi.

Gambar 2.6 Siklus Hidrologi


Sumber: google.com
Awan yang terkumpul di langit akan turun ke permukaan dalam
bentuk salju dan hujan atau biasa disebut presipitasi. Presipitasi yang
mengenai permukaan tanah akan menyebar dengan berbagai cara, di
antaranya melalui celah-celah, pori-pori tanah dan batuan menuju
permukaan tanah (Syarifudin, 2017).

2.3 Analisis Frekuensi


Analisis frekuensi merupakan prosedur memperkirakan berapa banyak
kejadian yang terjadi baik di masa lalu maupun di masa yang akan datang.
Sama hal nya dalam menentukan hujan rencangan, prosedur tersebut juga
dapat digunakan berdasarkan distribusi yang paling sesuai (Fauzi dan
Rinaldi, 2012). Menurut Kamiana (2011:14) frekuensi hujan adalah besarnya
kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Analisis frekuensi
dilakukan untuk mencari hubungan antara besarnya suatu kejadian ekstrem
dengan frekuensinya berdasarkan kemungkinan.
Dalam menganalisis frekuensi, data hujan dan debit juga fiperlukan
untuk membantu menentukan hujan rencana sekaligus debit rencana. Dalam
bidang hidrologi, terdapat beberapa macam kemungkinan distribusi yang
digunakan, yaitu.
2.3.1 Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal biasa disebut juga dengan
distribusi Gauss. Berikut rumus persamaannya.
Xranc = X + KT . S
Keterangan:
Xranc = Curah Hujan Rancangan
X = Data Curah Hujan
KT = Faktor Frekuensi
S = Standar Deviasi
2.3.2 Distribusi Log Normal
Pada dasarnya distribusi log normal sama dengan distribusi
normal karena distribusi log normal adalah hasil transformasi dari
distribusi normal. Yang membedakan adalah perubahan nilai X
menjadi logaritmik dan merubah seluruh data hujan menjadi
logaritma terlebih dulu. Kemudian langkah berikutnya sama
dengan distribusi normal.
2.3.3 Distribusi Log Person III
Sedikit berbeda dengan distribusi log normal, semua data yang
diperoleh diubah menjadi logaritma. Distribusi log person III ini
sering digunakan untuk menganalisis data maksimum banjir dan
debit minimumnya. Rumus persamaannya adalah sebagai berikut.

LogXrenc = Log x + k . S
Keterangan:
Xrenc = Curah Hujan Rancangan (mm/hari)
x = Rata-rata Curah Hujan (mm/hari)
k = Nilai Konstanta
S = Standar Deviasi (mm/hari)
2.4 Distribusi Gumbel
Sistem hidrologi lebih kurangnya dipengaruhi beberapa hal di antaranya
adalah hujan lebat, kekeringan, dan banjir. Pemilihan distribusi ditentukan
berdasarkan nilai Koefisien Kepencengan (skewness) (Cs), Koefisien
Kepuncakan (kurtosis) (Ck), dan koefisien Variasi (Cv).
Cs = n∑ ¿¿¿

Ck = n2 ∑ ¿ ¿ ¿
S
Cv =
x
Keterangan:
Xi = Data Hujan ke-i
x = Rata-rata Curah Hujan
n = Jumlah Data
S = Standar Deviasi
2.5 Uji Kecocokan
Menurut suripin (2004) penguji parameter diperlukan untuk menguji
kecocokan (the goodness of fittes test) distribusi sampel data dengan
distribusi peluang. Diantara lain yang sering digunakan untuk pengujian
parameter yaitu uji Chi-kuadrat dan uji Smirnov Kolmogorv.
2.5.1 Uji Chi-Kuadrat
Pelaksanaan uji Chi-kuadrat bertujuan untuk menentukan
hasil dari analisis distribusi statistik sampel data mewakili
seluruh persamaan distribusi. Perhitungan uji chi-kuadrat
menggunakan parameter X2 dapat dihitung dengan.
N
X 2
= ∑ ¿¿ ¿
i=1

Keterangan:

X2 = Parameter Chi-Kuadrat Terhitung


N = Jumlah Sub-Kelompok dalam satu grup
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan
pembagian kelas
2.5.2 Uji Smirnov Kolmogorov
Uji kecocokan ini disebutkan oleh Suripin (2004) sebagai uji
kecocokan non parametik, karena pengujiannya bukan dari
menggunakan fungsi distribusi tertentu melainkan dengan
memperhatikan kurva dan penggambaran data pada kertas
probabilitas (Suprapto et al, 2018). Dengan syarat jika nilai D
maksimum lebih kecil dari Do, maka distribusi teoritis dapat
diterima.
2.6 Data Curah Hujan
Menurut Heri (2013:165) curah hujan adalah tinggi atau tebalnya hujan
dalam waktu tertentu tergantung lama pengamatannya, dan dinyatakan dalam
satuan mm. Curah hujan juga merupakan ketinggian air hujan yang jatuh
ditempat yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Satuan curah hujan 1 (satu) mm adalah air hujan setinggi 1 mm
yang tertampung pada dataran dengan luas 1 m 2 dan di asumsikan bahwa air
hujan tidak akan menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (Mulyono,
2014).
Menurut Permen PU No. 12 Tahun 2014 untuk perkiraan hujan rencana
dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap data curah hujan harian rata-
rata maksimum tahunan, dengan lama pengamatan sekurang-kurangnya 10
tahun terakhir dari minimal 1 (satu) stasiun pengamatan. Pada dasarnya curah
hujan dihasilkan oleh gerakan massa lembab yang naik ke atas. Pada kondisi
atmosfer yang tidak stabil, massa lembab bisa naik ke atas (Mulyono, 2014).
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah
curah hujan dan jumlah harian terbesar di tahun 2019-2020. Berdasarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019, rata-rata
jumlah curah hujan mencapai 296,42 mm, curah hujan di bulan April menjadi
yang tertinggi dengan 671 mm. Pada tahun 2020, rata-rata jumlah curah
hujan mencapai 201,7 mm, curah hujan di bulan Februari menjadi yang
tertinggi dengan 336,6 mm. Untuk jumlah hari hujan pada tahun 2019 yaitu
173 hari, jumlah hari terbanyak terdapat pada bulan Desember dengan 24
hari. Pada tahun 2020, jumlah hari hujan yaitu mencapai 157 hari, jumlah
hari terbanyak terdapat pada bulan Maret dengan 19 hari.
2.6.1 Analisis Curah Hujan
Data yang tercatat di stasiun pengamatan merupakan data curah
hujan yang terjadi pada titik hujan atau ditempat stasiun pengamat
itu berada. Untuk menganalisis curah hujan suatu wilayah
dibutuhkan nilai rata-rata hujan kawasan dari beberapa stasiun
penakar hujan yang ada di daerah tersebut. Perhitungan rata-rata
aljabar menjadi salah satu metode yang dapat digunakan, metode ini
berdasarkan asumsi bahwa semua penakar hujan memilliki
pengaruh yang sama (Heri, 2013:165). Persamaan umum yang
digunakan adalah.
( R 1+ R 2+…+ Rn )
Rrata-rata¿ n
Keterangan:
Rrata-rata = Hujan rata-rata DAS (mm)
R1, R2, Rn = Hujan yang tercatat di stasiun (mm)
n = Jumlah Stasiun penakar
(Soewarno, 1995)
2.7 Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tingginya hujan dalam satuan waktu. Waktu
berlangsungnya hujan akan berbanding terbalik dengan besarnya intensitas
hujan (Permatasari et al., 2020:768). Dalam sistem drainase, nilai intensitas
hujan diperlukan untuk mendapatkan debit rencana pada daerah yang di
rencanakan.
2.7.1 Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan pada setiap waktunya berbeda-beda, hal ini
tergantung dari pada lama atau frekuensi kejadiannya. Dalam
menganalisis intensitas hujan ada beberapa rumus yang digunakan
tergantung dari dari jangka waktunya. Untuk rumus jangka pendek
dapat digunakan rumus Tallbot, Sherman dan Ishiguro. Jika tidak
tersedia rumus jangka pendek, bisa menggunakan rumus
Mononobe (Suripin, 2004. Dalam HG Pania, 2013:167).

I¿ ( R2424 )( 24t )2/3


Keterangan:
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
R24 = Curah hujan maks harian (mm)
2.8 Debit Rencana
Secara pengertian, debit rencana adalah debit yang diperkirakan akan
menjadi debit maksimum pada saluran drainase yang kemudian menjadi
patokan dalam merencanakan dimensi saluran drainase yang bisa
menampung agar tidak meluap dan menyebabkan genangan (Ranguti, 2020).
Untung menghitung debit rencana pada suatu perencanaan, biasanya
digunakan metode rasional atau metode rasional yang telah dimodifikasi.
Dari Mullvaney (1881) dan Kuichling (1889) rumus persamaan rasional
adalah sebagai berikut.
Q = 0,00278.C.I.A
Keterangan:
Q = Debit Rencana (m3/detik)
C = Koefisien Run Off
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
A = Catchman Area (ha)
2.9 Analisa Hidrolika
Menurut Imap R. (2008) analisa hidrolikadilakukan guna mengetahui
kemampuan penampang untuk menampung kapasitas debit rencana. Dalam
menentukan dimensi saluran drainase, dilakukan perhitungan perencanaan
berdasarkan kaidah hidrolika (Halim H. 2012).
2.9.1 Bentuk Penampang saluran
Merencanakan dimensi saluran harus disesuaikan dengan debit rencana,
membentuk dimensi yang ekonomis agar dapat berguna, dimensi yang
terlalu kecil atau tidak sesuai dengan perhitungan debit rencana bisa menjadi
penyebab berbagai permasalahan. Beberapa macam bentuknya antara lain:
1. Trapesium
Pada umumnya, saluran yang biasa digunakan ialah terbuat dari
pasangan batu dan beton. Saluran dengan bentuk seperti ini
memerlukan lebih banyak ruang dr bentuk lainnya. Karena
memerlukan ruang yg besar maka debit yang dialirkan juga lebih
besar.

Gambar 2.7 Penampang Trapesium


2. Persegi
Hampir sama dengan bentuk trapesium, saluran bentuk persegi juga
terbuat dari pasangan batu dan beton hanya saja tidak memerlukan
banyak ruang. Dengan bentuk nya yang persegi maka debit yang
dapat disalurkan besar.

Gambar 2.8 Penampang Persegi

3. Segitiga
Saluran dengan bentuk segitiga sangat jarang ditemui atau
digunakan, tetapi tetap digunakan sesuai dengan kondisi tertentu.
Gambar 2.9 Penampang Segitiga

4. Setengah lingkaran
Bentuk saluran setengah lingkaran terbuat dari pasangan batu dan
beton serta dicetak menggunakan cetakan yang tersedia.

Gambar 2.10 Penampang Setengah Lingkaran

2.10 Kapasitas Saluran


Kapasitas saluran drainase merupakan kemampuan untuk melewatkan
debit air tertentu melalui saluran yang ada (Pongtuluran, 2019). Ada dua
faktor yang mempengaruhi kepasitas saluran drainase, yang pertama yaitu
luas penampangnya, dan yang kedua yaitu kecepatan aliran. Dari dua faktor
itu tidak semuanya sesuai dengan apa yang direncanakan, tapi dalam
perencanaan harus diasumsikan bahwa semua aliran adalah seragam. Untuk
perhitungannya digunakan rumus Manning.
Keterangan:
Q = Debit Saluran (m3/detik)
A = Luas Penampang Basah Saluran (m2)
R = Jari-jari Hidrolis (m)
n = Koefisien Kekasaran Saluran
S = Kemiringan Dasar Saluran
P = Keliling Basah (m)
V = Kecepatan Rata-rata (m/detik)
2.11 Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Suroso, Surharyanto, A., Anwar, MR.,
Pudyono, Wicaksono, DW. (2016) dengan judul “Evaluasi dan
Perencanaan Ulang Saluran Drainase Pada Kawasan Perumahan
Sawojajar Kecamatan Kedungkandang Kota Malang”. Evaluasi dan
perencanaan ulang drainase dilakukan dengan memperhatikan tata guna
lahan, luas daerah dan intensitas hujan di kawasan perumahan Sawojajar,
dimana area tersebut sebagian besar adalah area permukiman dan
perdagangan. Mengingat kota Malang merupakan kota yang terus
berkembang dalam waktu yang cepat, maka dalam perencanaan digunakan
hitungan Banjir Rencana dengan kala ulang 5,10 dan 25 tahuhn. Berdasarkan
pada hasil evaluasi saluran, didapatkan saluran B, D’, L, dan L’ masih aman
untuk debit banjir rancangan kala ulang 5 tahun, hanya saluran B dan L’
yang masih aman untuk debit banjir rancangan 10 dan 25 tahun, sedangkan
saluran lainnya masih diperlukan perencanaan ulang karena kapasitasnya
tidak memenuhi debit banjir rancangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnama, A., Najimuddin, D., Syarifuddin
(2016) berjudul “Perencaaan Sistem Drainase Untuk Perumahan Baiti
Jannati Sumbawa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode ulang
yang dipakai pada perencanaan saluran drainase jalan di perumahan Baiti
Jannati Sumbawa (BJS) adalah kala ulang 5 tahun. Hasil dari analisi curah
hujan dan analisis buangan air kotor rumah tangga didapat besarnya debit
pada saluran drainase utama 1 adalah 1,7237 m 3/detik, debit saluran drainase
utama 2 adalah 0,1855 m3/detik dan besarnya debit saluran drainase utama 3
adalah 0,1168 m3/detik. Dari hasil perencanaan saluran drainase di
perumahan Baiti Jannati Sumbawa (BJS) didapatkan dimensi saluran
ekonomis untuk saluran drainase utama 1 dengan lebar dasar B = 0,7 m dan
tinggi air h = 0,516 m dengan tinggi jagaan w = 0,2 m, lalu dimensi untuk
saluran drainase utama 2 dengan lebar dasar B = 0,3 m dan tinggi air h =
0,293 m dengan tinggi jagaan w = 0,2 m, serta dimensi untuk saluran
drainase utama 3 dengan lebar dasar B = 0,3 m dan tinggi air h = 0,129 m
dengan tinggi jagaan w = 0,2 m.
Penelitian yang dilakukan oleh Lengkong, JC., Sumarauw, J., Wuisan, E.
(2018) berjudul “Penataan Sistem Saluran Drainase di Kompleks
Perumahan Minanga Permai Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan
Malalayang Kota Manado”. Kompleks Perumahan Minanga Permai yang
berada di Kelurahan Malalayang dua Kecamatan Malalayang Kota Manado
sering terjadi genangan yang di sebabkan oleh air hujan. Genangan terjadi
karena saluran yang ada di daerah penelitian tidak mampu menampung debit
air yang disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Bahkan ada
beberapa titik yang tidak mempunyai saluran drainase, mengakibatkan air
hujan tergenang di jalan sehingga menggangu aktivitas masyarakat sekitar
dan pengguna jalan maka diperlukan penataan sisten saluran drainase yang
baru agar dimensi saluran dapat menampung debit rencana dengan aman
berdasarkan data curah hujan. Metode analisis yang terapkan meliputi
analisis Hidrologi dengan distribusi Log Person III kemudian menghitung
debit rencana menggunakan Metode Rasional dan anaisis Hidrolika untuk
menghitung kapasitas debit saluran eksisting dan saluran rencana dengan
menggunakan rumus Manning. Kedua hasil ini dibandingkan (Q
kaps >Qrenc) untuk melihat daya tampung dari setiap ruas saluran.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh 5 ruang saluran eksisting dari 8 ruas
saluran eksisting tidak mampu menampung debit air hujan dengan kala
ulang 10 tahun, maka diperlukan perubahan dimensi saluran. Selain itu,
perlu penambahan 43 ruas saluran rencana karena sebagian besar belum
memiliki saluran drainase.
Penelitian yang dilakukan Pongtuluran, EH., Huda, M. (2019) berjudul
“Evaluasi Kinerja Kapasitas Saluran Drainase Rawan Banjir Kota
Balikpapan (Studi Kasus Perumahan Graha Poltekba)”. Perumahan
Graha Poltekba merupakan kawasan yang tengah berkembang namun
kadang masih mengalami masalah banjir. Penyebab terjadinya banjir adalah
dampak dari perubahan tata guna lahan dan kondisi eksisting dari saluran
tersebut, apabila terjadi hujan dengan intensitas yang besar maka saluran
drainase akan meluap memenuhi ruas jalan di beberapa bagian kawasan.
Oleh sebab itu, penanganan efektif akibat padatnya pemukiman yang ada
yaitu melalui evaluasi kinerja saluran drainase yang ada. Pada penelitian ini
di awali survey dimensi dan kondisi drainase pada lokasi penelitian dalam
penentuan kapasitas saluran eksisting. Kemudian dilakukan analisis
intensitas curah hujan dan kapasitas penggunaan lahan menggunakan
bantuan software Arcgis 2.0 dalam menghitung besar debit rencana yang
akan masuk dalam saluran drainase. Hasil keduanya lalu dibandingkan,
apabila kapasitas saluran lebih besar daripada debit rencana maka dapat
dikatakan saluran tersebut masih dapat bekerja secara efektif, namun apabila
sebaliknya maka perlu dilakukan perubahan dimensi pada saluran tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua saluran yang memiliki kapasitas
yang kurang terhadap debit rencana yang akan masuk pada saluran, yakni
pada saluran P3 dimana kapasitas hanya dapat menampung debit aliran

sebesar 0,982 m3/detik sedangkan debit rencana aliran adalah 1,160

m3/detik dan pada saluran S8 dengan kapasitas 0,176 m3/detik sedangkan

debit rencana 0,778 m3/detik sehingga perlu dilakukan koreksi dimensi


pada saluran tersebut. Dalam analisis perubahan dimensi didapatkan
ketinggian pada saluran P3 adalah 1,181 m dari yang awalnya hanya 1,00 m
dan ketinggian pada saluran S8 adalah 1,765 m dari tinggi awal hanya 0,40
m.
Penelitian dilakukan oleh Mursalin, A., Handayani, R., Asta (2017)
berjudul “Kajian Sistem Jaringan Drainase Perumahan PNS Juata
Permai Blok A Kota Tarakan”. Sistem saluran drainase diperumahan PNS
Juata Permai merupakan saluran gabungan air limbah domestik dan saluran
pembuangan curah hujan. Daerah berkembang seperti kelurahan Juata
Permai perlu dilakukan penangan yang baik terutama pada penanganan
drainase agar tidak mudah terjadi peluapan genangan atau banjir di daerah
tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kapasitas drainase pada
perumahan PNS Juata Permai Blok A Kota Tarakan dengan menggunakan
perhitungan curah hujan maksimum dan perhitungan analisis frekuensi curah
hujan menggunakan metode distribusi Log Normal. Perhitungan debit
rencana menggunakan metode rasional dengan perhitungan kecepatan aliran
menggunakan rumus Manning. Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai
debit rencana (Qrenc) untuk Drainase 1 sebesar 0,051 m3/detik dengan dimensi
saluran sebagai berikut, lebar bawah (B) = 0,24 m, tinggi permukaan air (h)
= 0,21 m dan tinggi jagaan (w) = 0,32 m. Drainase 2 dengan debit rencana
(Q) sebesar 0,076 m3/detik dengan dimensi saluran sebagai berikut, lebar
bawah (B) = 0,28 m, tinggi permukaan air (h) = 0,24 m dan tinggi jagaan (w)
= 0,35 m. Drainase 3 dengan debit rencana (Q) sebesar 0,081 m 3/detik
dengan dimensi saluran sebagai berikut, lebar bawah (B) = 0,27 m, tinggi
permukaan air (h) = 0,23 m dan tinggi jagaan (w) = 0,34 m.
Penelitian yang dilakukan oleh Kakerissa, R., Sejati, W. (2020) berjudul
“Analisis Kapasitas Saluran Drainase pada Perumahan Citraland
Ambon”. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa daya tampung waduk
dan analisa hidrologi yang mencakup curah hujan maksimum dan
probabilitas frekuensi (Gumbel, normal, log normal, log person III).
Pengujian distribusi dilakukan menggunakan uji chi kuadrat. Analisa debit
banjir dilakukan dengan menggunakan metode rasional dan debit rencana
yang rata-rata melebihi debit saluran atar Q tr > Qsal, misalnya pada saluran
row bagian 1 kiri pada hasil perhitungan didapat debit rencana (Q tr) = 4,144
m3/detik dan debit yang dapat ditampung pada saluran drainasenya (Q sal) =
0,48 m3/detik. Maka dari itu saluran row bagian 1 kiri tidak aman dalam
menampung debit banjir rencana.
Penelitian ini dilakukan oleh Lucyana (2020) berjudul “Analisis Sistem
Saluran Drainase Pada Perumahan Baturaja Permai di Kota Baturaja
Kabupaten Ogan Komering Ulu”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
studi lasus di Perumahan Baturaja Permai tepatnya di jalan Kol. H. Mulkan
Aziman. Kecamatan Baturaja Timur, Kelurahan Baturaja Permai, Kabupaten
Ogan Komering Ulu. Metode yang digunakan adalah Deskriptif, yaittu
menjelaskan kondisi obyektif (sebenarnya) pada suatu keadaaan menjadi
suatu objek studi. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa Luas Perumahan Baturaja Permai yaitu 12.000 m 2. Debit
pada saluran drainase primer yaitu 0,561 m 3/detik dengan B = 1,4 m, H =
2,6 m, W = 0,3 m. Debit pada saluran drainase sekunder 1 yaitu 1,0233
m3/detik dengan B = 0,9 m, H = 1,05 m, W = 0,1 m. Debit pada saluran
Drainase Sekunder 2 yaitu 0,6987 m3/detik dengan B = 0,8 m, H = 0,9 m, W
= 0,1 m. Debit air kotor yaitu sebesar 0,000218 m3/detik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsan, M., Kadri, T. (2019) berjudul


“Evaluasi Saluran Drainase Eksisting dan Rencana Perbaikan Saluran
Drainase Untuk Pengendalian Banjir di Perumahan Metro Serpong,
Tangerang”. Penelitian ini bertujuan menyelesaikan permasalahan yang
terjadi pada kawasan Perumahan Metro Serpong yang tergenang.
Berdasarkan metode yang digunakan, didapatkan hasil analisa hidrologi dan
hidrolika yang akan dibandingkan untuk mendapatkan besarnya kapasitas
saluran drainase yang dibutuhkan untuk memenuhi debit banjir rasional.
Oleh karena itu, saluran drainase di kawasan Perumahan Metro Serpong
akan diperbaiki dengan memperbesar dimensi saluran drainase untuk
memperbesar kemiringan dasar salurannya juga. Dengan begitu, saluran
drainase dapat mengalirkan air dengan lancar.
Penelitian ini dilakukan oleh Indanasari, N. (2016) berjudul “Evaluasi
Saluran Drainase Perumahan Nila Graha Gonilan Sukoharjo”. Studi ini
menggunakan data hujan yang diperoleh dari Pabelan dan data primer
diperoleh dengan survey lapangan. Metode pengolahan data menggunakan
perhitungan secara manual dengan metode rasional untuk menghitung debit
banjing, dan rumus Manning untuk debit saluran. Saluran drainase di
Perumahan Nila Graha Gonilan Sukoharjo secara keseluruhan dikatakan
kurang baik, terbukti dengan adanya genangan di beberapa titik lokasi,
diperoleh debit banjir kala ulang 2 tahun pada saluran barat kiri Q 2 =
0,087301 m3/detik, tengah kiri Q2 = 0,06935 m3/detik, timur kiri Q2 = 0,1998
m3/detik, barat kanan Q2 = 0,08314 m3/detik, tengah kanan Q2 = 0,07207

m3/detik, timur kanan Q2 = 0,83044 m3/detik. Kapasitas eksisting saluran di


Perumahan Nila Graha Gonilan Sukoharjo memenuhi adalah saluran tengah
kiri,barat kanan,tengah kanan dan saluran timur kanan, sedangkan saluran
yang tidak memenuhi adalah saluran barat kiri,dan timur kiri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat, Waktu, dan Metode Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Perumahan
Kotabaru Permai, Desa Pucung, Kecamatan Cikampek, Kabupaten
Karawang.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian


Sumber: Google Maps

3.1.2 Waktu Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian dilapangan selama bulan Februari
2021 sampai Februari 2022. Dalam jangka waktu tersebut
dipergunakan untuk mengumpulkan data-data yang dapat
membantu dan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
3.1.3 Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
Deskriptif Kuantitatif. Deskripsi Kuantitatif merupakan metode
perhitungan dan penjabaran hasil dari pengolahan data lapngan.
Data lain yang dapat mendukung jalannya penelitian didapat dari
pengutipan jurnal-jurnal dan survey lapangan di lokasi penelitian.
Untuk panduan perhitungan menikuti ketentuan dari Permen PU
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan, SNI 02-2406-1991 tentang Perencaaan Umum Drainase
Perkotaan, dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data dari beberapa sumber,
dalam pengumpulan data ini terdapat dua macam pengumpulan data yaitu,
data primer dan data sekunder. Peneliti mendapatkan data primer seperti
dimensi saluran drainase eksisting dengan melakukan survey lapangan ke
lokasi penelitian yang akan dikaji. Sedangkan data sekunder didapatkan dari
beberapa sumber, diantaranya:
1. Data curah hujan dari BMKG dan BPS
2. Denah Perumahan beserta denah aliran saluran drainase Perumahan
Kotabaru Permai, Cikampek
3. Data jumlah kependudukan Kecamatan Cikampek dari Pemda
Karawang.

3.2.1 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan cara dengan
beberapa metode, sebagai berikut.
1. Metode Literatur
Metode literatur ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan
mengolah sumber yang berupa berita, jurnal, riset, SNI, dan
sumber apapun yang bentuknya tertulis dan relevan dengan
penelitian.
2. Metode Observasi
Metode Observasi adalah metode dengan cara pengamatan
secara langsung dilokasi penelitian untuk melihat kondisi
lapangan dari saluran drainase eksisting dan mendapatkan
data-data primer dan sekunder.
3.3 Teknik Kajian Data
Berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk melengkapi
data penelitian.
1. Perumusan masalah
2. Data curah hujan minimal dalam sepuluh tahun terakhir dari stasiun
pengamatan terdekat yaitu Stasiun Pengamatan Lingkungan (SPL)
Curah Hujan Kantor BKPH Subang dan BMKG
3. Menganalisis data curah hujan yang di dapat dengan metode yang ada
yaitu distribusi normal, distribusi log normal, distribusi log person III
dan Gumbel
4. Melakukan uji distribusi frekuensi curah hujan dengan uji kecocokan,
salah satunya uji Chi Kuadrat.
5. Menghitung intensitas curah hujan dengan rumus Monobe.
6. Menentukan debit banjir rencana dengan metode rasional untuk
periode ulang 5 (lima) tahun.
7. Kemudian bandingan hasil rata-rata debit hujan rencana dengan debit
hujan rencana maksimum.
8. Melakukan perhitungan kapasitas saluran drainase eksisting dengan
rumus Manning.
9. Jika hasil dari perhitungan diketahui bahwa saluran drainase eksisting
tidak mampu menampung debit rencana, maka dilakukan
perencanaan ulang saluran drainase agar dapat menampung debit
rencana.
3.4 Alur Penelitian

Mulai
Penelitian

Studi
Pustaka

Pengumpulan data

Data Primer Data Sekunder


1. Dimensi 1. Data curah Hujan
saluran 2. Denah Saluran
3. Denah Perumahan

Debit Aliran
Eksisting
Denah Perumahan Data Curah Hujan

Koefisien Analisis Frekuensi


Pengaliran

Uji Kecocokan

Debit Banjir
Rencana

Tidak
Jika Qsal > QRecn Rencanakan
Ulang
ya

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

Satya Herlambang, Widhita. 2015. Evaluasi Kinerja Sistem Drainase Di Wilayah


Jombang. Skripsi Institut Teknologi Nasional Malang. Malang.
Nurul Ibad taofiki, Dkk. 2016. Evaluasi Kapasitas Sistem Drainase Perumahan. Jurnal
Universitas Pakuan. Bogor.
Fatima, Marcos ADJ. 2014. Evaluasi Sistem Drainase Terhadap Genangan Di Kecamatan
Wates Kabupaten Blitar. Skripsi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
Malang.
Deandra Auliana Izmah, dkk. 2019. Identifikasi Genangan Banjir yang Terjadi di
Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang. Journal of Mechanical Engineering
and Menchatronics. ISSN; 2527-6212, Vol. 4 No. 2, pp. 71-77. Bandung.
Melisa Permatasari, Dkk. 2020. Penentuan Metode Intensitas Hujan Berdasarkan
Karakteristik Hujan dari Stasiun Pengamat Hujan Disekitaran Kecamatan
Karawang Timur. Journal Serambi Engineering, Volume V, No. 1, Hal 768-780.
Bandung.
Riska Wulansari, Dkk. 2015. Perencanaan Sistem Drainase Perumahan The Greenlake
Surabaya. Jurnal Hidroteknik Nomor I Vol. II Tahun, ISSN 2477-3212. Surabaya.
Sutomo, Edy. 2017. Efektifitas Drainase Ramah Lingkungan Dalam Mereduksi
Genangan pada Kawasan Perumahan (Ciampea Kabupaten Bogor). Jurnal Desain
Konstruksi Volume 16 No. 1. Depok.
Lueyana. 2020. Analisis Sistem Saluran Drainsae pada Perumahan Baturaja Permai
Dikota Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Deformasi, Volume 5-1.
Baturaja.
Jeanifer Claudia Lengkong, dkk. 2018. Penataan Sistem Saluran Drainase di Kompleks
Perumahan Minanga Permai Kelurahan Malalayang Dua Kecamatan Malalayang
Kota Manado. Jurnal Sipil Statik, Vol. 6 No. 5 hal. 323-338. Manado.
Tommi, dkk. 2017. Pemetaan Bahaya Banjir Lahan Sawah di Kabupaten Karawang. J. II.
Tan. Lingk., 19 (1) hal. 41-45. Bogor.
Indra Kusuma, Wahyu. 2016. Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Green
Mansion Residence Sidoarjo. Skripsi Institut Teknologi sepuluh Nopember.
Surabaya.
Lampiran 1
Perhitungan pendahuluan
A. Intensitas curah hujan Maksimum
Data lapangan:
a) L1
L = 201,63 m
h1 = 3,572 m
h2 = 1,6 m
b) L5
L = 31 m
h1 = 3,65 m
h2 = 1,59 m
c) M5
L = 31 m
h1 = 3,81 m
h2 = 2 m
- Kamiringan lahan (S)
a) L1
(h 1−h2) (3,57−1,6)
S¿ ¿
L 201,63
= 0,00978 %
b) L5
(h 1−h2) (3,65−1,59)
S¿ ¿
L 31
= 0,066313 %
c) M5
(h 1−h2) (3,81−2)
S¿ ¿
L 31
= 0,05835 %
- Waktu konsentrasi (tc)
0,77 0,77
0,0195 L 0,0195 201,63
a) ¿ ( ) ¿ ( )
60 √S 60 √ 0,00978
= 0,3892 jam
0,0195 L 0,77 0,0195 31 0,77
b) ¿ ( ) ¿ ( )
60 √S 60 √ 0,066313
= 0,02864 jam
0,0195 L 0,77 0,0195 31 0,77
c) ¿ ( ) ¿ ( )
60 √S 60 √ 0,05835
= 0,03 jam

- Intensitas curah hujan (I)


R 24 24 23 650 24 23
a) ¿ ( ) ¿ ( )
24 t c 24 0,3892
= 2462,07 mm/jam
R 24 24 23 650 24
2
b) ¿ ( ) ¿ ( )3
24 t c 24 0,02864
= 428,589 mm/jam
R 24 24 23 650 24 32
c) ¿ ( ) ¿ ( )
24 t c 24 0,03
= 2382,204 mm/jam

Intensitas curah hujan Maks  


Data Lapangan          
Elevasi Beda I
Panjan Kemiringa Tc
Segmen Terting Terenda Tinggi (mm/ja
g (m) n (%) (jam)
gi (m) h (m) (m) m)
Saluran 0,02863 2462,07
3,6457 1,59 2,0557 31 0,0663129
L5 7 2
Saluran
0,38918 428,589
L1, L2, 3,572 1,6 1,972 201,63 0,0097803
2 1
L4, L6
Saluran 0,03008 2382,20
3,809 2 1,809 31 0,0583548
M5 2 4

B. Intensitas curah hujan Rerata


Data lapangan:
a) L1
L = 201,63 m
h1 = 3,572 m
h2 = 1,6 m
b) L5
L = 31 m
h1 = 3,65 m
h2 = 1,59 m
c) M5
L = 31 m
h1 = 3,81 m
h2 = 2 m
- Kamiringan lahan (S)
a) L1
(h 1−h2) (3,57−1,6)
S¿ ¿
L 201,63
= 0,00978 %
b) L5
(h 1−h2) (3,65−1,59)
S¿ ¿
L 31
= 0,066313 %
c) M5
(h 1−h2) (3,81−2)
S¿ ¿
L 31
= 0,05835 %
- Waktu konsentrasi (tc)
0,0195 L 0,77 0,0195 201,63 0,77
a) ¿ ( ) ¿ ( )
60 √S 60 √ 0,00978
= 0,3892 jam
0,77 0,77
0,0195 L 0,0195 31
b) ¿ ( ) ¿ ( )
60 √S 60 √ 0,066313
= 0,02864 jam
0,0195 L 0,77 0,0195 31 0,77
c) ¿ ( ) ¿ ( )
60 √S 60 √ 0,05835
= 0,03 jam

Intensitas curah hujan Maks  


Data Lapangan          
Elevasi Beda I
Panjan Kemiringa Tc
Segmen Terting Terenda Tinggi (mm/ja
g (m) n (%) (jam)
gi (m) h (m) (m) m)
Saluran 0,02863
3,6457 1,59 2,0557 31 0,0663129 130,243
L5 7
Saluran
0,38918
L1, L2, 3,572 1,6 1,972 201,63 0,0097803 22,672
2
L4, L6
Saluran 0,03008
3,809 2 1,809 31 0,0583548 126,018
M5 2

C. Debit Rencana Maksimum


a) L1
Q = 0,2778.C.I.A
= 0,2778 x 0,4 x 428,589 x 0,081
= 3,841 m3/s
b) L5
Q = 0,2778.C.I.A
= 0,2778 x 0,4 x 2462,072 x 0,0124
= 3,392 m3/s
c) M5
Q = 0,2778.C.I.A
= 0,2778 x 0,4 x 2382,204 x 0,0124
= 3,282 m3/s
D. Debit Rencana Rerata
a) L1
Q = 0,2778.C.I.A
= 0,2778 x 0,4 x 22,672 x 0,081
= 0,203 m3/s
b) L5
Q = 0,2778.C.I.A
= 0,2778 x 0,4 x 130,243 x 0,0124
= 0,179 m3/s

c) M5
Q = 0,2778.C.I.A
= 0,2778 x 0,4 x 126,018 x 0,0124
= 0,174 m3/s

Perbandingan Debit Rencana Maks dan Rerata


Segmen Qmaks (m^3/dt) Qrerata (m3/dt)
Saluran L5 3,392458886 0,179460296

Saluran L1 3,841036687 0,203189959

Saluran M5 3,282410608 0,173638767

E. Dimensi Saluran Drainaase Eksisting


Luas saluran (A) =bxh
Keliling basah (P) = b + 2h
A
Jejari hidrolis (R) =
P
1
Kapasitas aliran (V) = x R2/3 x S1/3
n
Debit aliran (Q) =AxV

Dimensi Saluran Drainase Eksisting        


Lebar Lebar Tingg Jejari Luas
Keliling
Segmen Bawah B1 Atas B2 ih Hidrolis R A
P (m)
(m) (m) (m) (m) (m^3)
Saluran L5 0,4 0,4 0,2 0,1 0,8 0,08

Saluran L1, 0,14029850


0,4 0,4 0,47 1,34 0,188
L2, L4, L6 7
0,13333333
Saluran M5 0,4 0,4 0,4 1,2 0,16
3

Debit Saluran Drainase Eksisting      


A Q
Segmen S (m) n V (m/dt)
(m^3) (m^3/dt)
Saluran L5 0,066312903 0,07 0,08 1,2 0,2263129
Saluran L1, 0,009780291 0,094 0,188 0,6 0,3857803
L2, L4, L6
Saluran M5 0,058354839 0,056 0,16 1,8 0,3783548

F. Perbandingan Debit Recana dan Eksisting

Perbandingan Debit Rencana dan


 
eksiting
Segmen Qeksisting Qrencana Kondisi Saluran
0,22631290 3,392458 Kapasitas Tidak
Saluran L5
3 9 Terpenuhi
Saluran L1, 0,38578029 3,841036 Kapasitas Tidak
L2, L4, L6 1 7 Terpenuhi
0,37835483 3,282410 Kapasitas Tidak
Saluran M5
9 6 Terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai