Anda di halaman 1dari 3

Infrastruktur Permukiman

Infrastruktur merupakan fasilitas dasar berupa sarana maupun prasarana yang digunakan untuk
mendukung berbagai kegiatan masyarakat sehari-hari. Adapun fasilitas dasar dan mutlak untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun pemerintahan,
seperti infrastruktur dasar permukiman. Infrastruktur dasar tersebut seperti bangunan, jalan,
pasokan air bersih, dan fasilitas lainnya yang diperlukan. Dalam pemenuhan infrastruktur dasar
tersebut mengacu pada standar minimum yang harus dipenuhi. Standar tersebut merupakan
besaran minimum yang harus disediakan untuk per penduduk, ataupun per satuan luas kawasan
tertentu.

Ketimpangan kualitas maupun ketersediaan infrastruktur di perkotaan dengan pedesaan dapat


mengundang penduduk dari pedesaan untuk bermigrasi. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan
penumpukan penduduk di wilayah perkotaan yang tidak sebanding dengan kemampuan
pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan layanan primer lainnya. Penduduk
migran dengan kemampuan ekonomi rendah cenderung menghuni permukiman di

Pertumbuhan kota tersebut juga diiringi dengan terjadinya kesenjangan ekonomi yang cukup
lebar antara penduduk. Penduduk dengan kemampuan ekonomi yang rendah juga membutuhkan
tempat tinggal sehingga yang terjadi adalah timbulnya kantong-kantong permukiman yang
dihuni oleh masyarakat berpendapatan rendah. Permukiman-permukiman tersebut biasanya
menjadi kawasan permukiman yang kurang layak huni, bahkan yang terjadi pada berbagai kota
cenderung berkembang menjadi kumuh dan tidak sesuai lagi dengan standard lingkungan
permukiman yang sehat. Seperti yang disampaikan oleh Chowdhury yaitu bahwa pertumbuhan
kota-kota di negara berkembang disertai dengan pertambahan jumlah penduduk kota yang
menghuni permukiman-permukiman kumuh dengan kondisi kurang layak [2]. Permukiman
kumuh di kota-kota biasanya ditandai dengan kurangnya pelayanan prasarana sarana dasar
dengan penghuni yang kebanyakan adalah masyarakat berpendapatan rendah. Salah satu kota
yang tidak luput dari permasalahan permukiman kumuh adalah Kota Bandung, sebagai bagian
dari Metropolitan Bandung. Di beberapa bagian wilayah Kota Bandung permukiman kumuh
menjadi masalah serius, seperti di DAS Cikapundung, ketika permukiman kumuh tumbuh di
beberapa bagian bantaran sungai yang menyebabkan masalah pencemaran sungai, banjir akibat
pendangkalan dan sampah, maupun konflik sosial. Ataupun di beberapa kawasan lainnya yang
ditandai dengan kepadatan tinggi, ketidakteraturan hunian, masalah penyediaan infrastruktur
dasar permukiman, maupun tumbuhnya permukiman di lahan yang dilarang untuk dibangun
seperti lahan pemerintah maupun bantaran rel kereta api. Selain itu kondisi perumahan di
permukiman kumuh juga masih ditandai dengan kepadatan tinggi, ketidakteraturan, kurangnya
pencahayaan, sanitasi yang kurang memadai, material yang kurang sesuai, lahan yang bukan
peruntukannya, dan lain-lain.

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. infrastruktur dipandang sebagai


lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai
konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta
peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan
fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.
Pembangunan jalan tol JORR untuk ruas Hankam - Cikunir juga terancam terhenti akibat
masalah pembebasan tanah yang tidak kunjung selesai. Dengan adanya alokasi waktu dan dana
yang terbatas, maka banyak proyek pembangunan infrastruktur yang terbengkalai dan gagal
akibat terhambat proses pembebasan tanah, bahkan untuk infrastruktur yang dibangun oleh
pemerintah dan ditujukan bagi kepentingan umum sekalipun.
Selain itu infrastruktur dapat juga mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat,
distribusi aliran produksi barang dan jasa. Sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan
transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik, kemudian berlanjut untuk mendistibusikan
ke pasar hingga sampai kepada masyarakat.
Kesenjangan infrastruktur antarwilayah dianggap sebagai salah satu faktor yang mendorong
terjadinya ketimpangan ekonomi antarwilayah. Dalam konteks Indonesia, isu tersebut menarik
untuk dikaji, terlebih pemerintah saat ini tengah gencar mendorong pembangunan infrastrutur di
berbagai wilayah di Indonesia.
Sejumlah literatur menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong perubahan
ketimpangan di Indonesia, salah satunya adalah perbedaan pembangunan infrastruktur
antarwilayah. Sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi, infrastruktur berperan signifikan
dalam pengembangan wilayah. Beberapa fakta empiris menunjukkan bahwa perkembangan
kapasitas infrastruktur di suatu wilayah berjalan seiring dengan perkembangan ekonominya. Hal
ini karena perkembangan ekonomi telah menuntut ketersediaan sarana dan prasarana
infrastruktur yang memadai. Keberadaan infrastruktur mendorong peningkatan produktivitas
faktor-faktor produksi. Perbaikan infrastruktur meningkatkan investasi dan pertumbuhan
ekonomi, karena investasi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Infrastruktur yang baik juga akan merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena
aktivitas ekonomi yang semakin meningkat sebagai akibat mobilitas faktor produksi dan
aktivitas perdagangan yang semakin tinggi. Dengan demikian, perkembangan infrastruktur
dengan pembangunan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling tergantung satu
sama lain. Ketimpangan pembangunan infrastruktur yang terjadi juga akan berperan terhadap
kesenjangan pembangunan ekonomi yang berujung pada ketimpangan kesejahteraan
antarwilayah
Selain itu, infrastruktur juga memiliki keterkaitan dalam perkembangan wilayah karena ini ciri
dari laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Jika suatu daerah memiliki
kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik maka akan memiliki tingkat laju pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat juga akan lebih baik dan sebaliknya.
Salah satu yang menghambat perekonomian Indonesia saat ini adalah lambatnya pembangunan
infrastruktur -- hal ini ditandai dengan kurangnya kualitas dan kuantitas infrastruktur atau
prasarana. Baik infrastruktur "keras" (yang merujuk kepada jaringan fisik seperti jalan dan
bandara) maupun infrastruktur "non-fisik" atau "lunak" (seperti pasokan listrik, kesejahteraan
sosial dan kesehatan) Indonesia tampaknya memiliki kesulitan untuk mendorong pengembangan
struktural dan secara cepat.
Dalam Global Competitiveness Report 2015-2016, yang disusun oleh lembaga World Economic
Forum (WEF), Indonesia menempati urutan ke-62 dari 140 negara dalam hal pembangunan
infrastruktur -- peringkat yang bertahan di standar rata-rata, namun justru menyebabkan beberapa
masalah besar dalam perekonomian Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai