Anda di halaman 1dari 40

Dr. Ir. Suardi Natasaputra, M.

Eng
Email: suardinata55@gmail.com

REKAYASA SUNGAI DAN IRIGASI


(IRRIGATION AND RIVER ENGINEERING)
KULIAH ONLINE KE. 1
Silabus Singkat
 Memberikan pengertian dan pemahaman
mendalam mengenai:
 Rekayasa Sungai: definisi sungai, jenis dan sifat
fisik sungai, klasifikasi sungai, angkutan sedimen
di sungai, metoda pengaturan alur dan tebing
sungai, pengelolaan sungai.
 Rekayasa Irigasi: system irigasi, system drainase,
bangunan air irigasi, manajemen irigasi.
Tujuan Intruksional Umum
 Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan
memahami dan menguasai :dasar-dasar fenomena aliran dan
morfologi sungai, rekayasa fisik yang diperlukan dalam
pengaturan sungai serta dampak yang timbul; memahami
lingkup pemanfaatan dan fungsi sungai serta peraturan yang
terkait dengan pengelolaan sungai.
 Setelah mengikuti pelajaran ini, mahasiswa diharapkan
memahami: konsep dasar, teori dasar dan dasar-dasar
perhitungan dalam perencanaan irigasi; Mahasiswa
diharapkan mampu menganalisa permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam suatu system irigasi dan
mampu memberikan pendekatan solusi terbaik dalam
penanganan permasalahan baik dari faktor teknis, peraturan,
kelembagaan maupun sumber daya manusia
Sistem Evaluasi
No Parameter Evaluasi Score [%]
1 Kehadiran dalam kuliah (Online), minimal 10
70% dari jumlah kuliah/semester
2 Keaktifan dalam kuliah 15
3 Tugas-tugas yang harus dikerjakan diluar 20
jam kuliah
4 Ujian Tengah Semester [UTS] 25
5 Ujian Akhir Semester [UAS] 30
Jumlah 100
Bahan Bacaan
 Larry W. Mays: Water Resources Engineering; second
edition, Colorado USA, 2010.
 RJ. Garde and KG. Ranga Raju: Mechanics of Sediment
Transportation and Alluvial Stream Problems, second
edition, New Delhi, 1985.
 Daryl B. Simons and Fuat Senturk: Sediment Transport
Technology, USA, 1976.
 Edward Kuiper: Water Resources Development, London,
1965.
 Suardi Natasaputra: Saluran dan Bangunan Irigasi,
Bandung, 1998.
 Suardi Natasaputra: Irrigation Management, Bandung,
2005.
Wilayah Sungai dan DAS
Definisi Sungai
 Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau
buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air
didalamnya, mulai dari hulu sampai muara,
dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan (PPRI No. 38/2011 ttg Sungai) masih
relevan
 Sungai terdiri atas:
 Palung sungai yang berfungsi sebagai ruang wadah air
mengalir dan sebagai tempat berlangsungnya
kehidupan ekosistem sungai.
 Sempadan sungai berfungsi sebagai ruang penyangga
antara ekosistem sungai dengan daratan, agar fungsi
sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.
Terminologi
• Sungai terdiri atas:
– Palung sungai yang berfungsi sebagai ruang wadah air
mengalir dan sebagai tempat berlangsungnya kehidupan
ekosistem sungai.
– Sempadan sungai berfungsi sebagai ruang penyangga
antara ekosistem sungai dengan daratan, agar fungsi
sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.

MAN: muka air normal


MAB: muka iar banjir
GS : garis sempadan
Manfaat Sungai
 Sungai memiliki aneka fungsi yang sangat strategis dalam
berbagai sendi kehidupan, diantaranya adalah sebagai:
 Penyedia dan pengangkut air baku untuk rumah tangga,
pertanian dan perikanan, perkotaan, industri, dan pembangkit
listrik tenaga air;
 Sarana transportasi;
 Penampung dan penyalur aliran air hujan;
 Sarana olahraga, rekreasi, pariwisata dan pemancingan;
 Habitat atau tempat hidup dan berkembang flora dan fauna,
serta sumber plasma nutfah;
 Sumber bahan bangunan antara lain berbagai jenis batuan,
pasir dan kerikil, bahkan logam mulia;
 Pembentuk estetika dan panorama yang asri dan teduh;
 Pengencer dan pemurni air yang tercemar;
 Icon atau penanda ciri khas kota Cikapundung dikota Bandung.
Kondisi Sungai Saat ini
 Seiring dengan bertambahnya kawasan terbangun di
perkotaan dan meningkatnya populasi, banyak sungai
menjadi tercemar dan rusak. Kerusakan itu telah mematikan
berbagai organisme, menghancurkan lansekap sungai yang
indah dan dapat meningkatkan daya rusak berupa banjir
sehingga menurunkan daya dukung lingkungan.
 Degradasi lingkungan yang menyebabkan kerusakan pada
berbagai sumber air khususnya sungai di Indonesia sudah
semakin memprihatinkan.
 Kealpaan terhadap pemeliharaan sungai dan prasana sungai
juga semakin memperparah keadaan, akumulasi kerusakan
dari tahun ke tahun cenderung menumpuk sehingga potensi
risiko ancaman terhadap kelestarian lingkungan sungai dan
kegagalan layanan pengelolaan air semakin meningkat.
PERATURAN PERUNDANGAN
MENGENAI SUNGAI
Kenapa Perlu Pengaturan?
 Sungai sebagai sumber daya alam sifatnya
dinamis, seperti alur sungai dapat berubah dari
waktu kewaktu baik akibat alamiah maupun
akibat perbuatan manusia.
 Sumber daya yg terdapat di sungai pada
umumnya berupa:
 Air sungai;
 Badan sungai yg terdiri dari alur sungai, bantaran,
dan sempadan sungai;
 Sedimen yang biasanya terdapat pada alur sungai.
Perlu pengaturan karena:
 Eksploitasi Sungai, meliputi:
 Eksploitasi air sungai utk berbagai keperluan
 Eksploitasi palung sungai utk: sarana rekreasi,
menampung debit banjir, sarana transportasi.
 Eksploitasi sedimen utk keperluan bahan dasar
bangunan (pasir, kerikil, batu kali)
 Dengan adanya berbagai pemanfaatan sumber
daya tsb, maka perlu ada pengaturan. Operasi
Sungai harus diarahkan untuk upaya pengaturan
dan pengalokasian sumber air dan sumber daya
alam lainnya yang berada di sungai dalam rangka
pendayagunaan secara optimum dan
berkelanjutan.
Eksploitasi air sungai perlu pengaturan
karena menyangkut beberapa aspek:
 Pengambilan dan penggunaan air sungai untuk
berbagai keperluan, perlu diatur secara adil dan
proporsional, sesuai prioritas.
 Pengaturan/pengendalian air tinggi dalam rangka
pengendalian banjir untuk menekan besarnya
kerugian akibat banjir.
 Pengaturan/pengendalian air rendah agar pemakai
di sepanjang sungai tetap terjamin kebutuhannya,
termasuk untuk kehidupan biota flora dan fauna.
 Pengendalian kualitas air sungai sehingga
memenuhi persyaratan dan baku mutu yang
ditentukan sesuai peruntukannya.
Eksploitasi sedimen di sungai
 Penggalian pasir, kerikil dan batu dari sungai,
dapat mengubah morfologi sungai. perlu
pengaturan dan mendapat izin dari instansi
pengelola sungai.
 Eksploitasi sedimen di sungai perlu diatur
terutama mengenai:
 Lokasi pengambilan bahan galian golongan C di
sungai
 Pengaturan kapasitas pengambilan bahan galian
golongan C untuk mencegah kerusakan lingkungan
sungai (penetapan daerah-daerah yang boleh
ditambang, daerah dilarang tambang dan syarat-
syarat penambangannya).
Izin penambangan Golongan C
 Pemberian ijin penambangan pasir dari dasar sungai
membutuhkan evaluasi yang teliti dan studi
terhadap kemungkinan hubungan pengaruh dari
rezim sungai yang ada.
 Studi ini harus berdasarkan pada pengetahuan
mengenai proses morfologi dan perkiraan angkutan
sedimen tahunan, dengan menggunakan
pengukuran lapangan dan model matematik.
 Tidak boleh ada pemberian izin sama sekali untuk
penambangan pasir di sekitar bangunan yang
strategis, seperti jembatan , bendung, atau
bendungan.
Ekploitasi lahan di sungai
 Bangunan-bangunan untuk kepentingan umum
seperti jembatan dan bendung umumnya
diizinkan dibangun setelah diadakan penelitian,
bahwa bangunan­-bangunan tersebut tidak
mengganggu fungsi sungai.
 Bangunan-bangunan yang dimaksud dalam hal
ini ialah bangunan yang didirikan baik di dalam
daerah sungai, maupun yang didirikan
melintang di atas sungai atau di bawah dasar
sungai seperti jembatan gantung, kawat
transmisi tegangan tinggi dan sipon.
Perlunya Pemeliharaan sungai
 Pada umumnya, palung sungai dapat mengalami
perubahan baik disebabkan oleh proses alami maupun oleh
pengaruh kegiatan manusia ataupun hewan ternak.
horizontal ataupun vertikal.
 Gejala perubahan secara horizontal seringkali terjadi pada
ruas-ruas sungai yang berbelok arah serta pada ruas-ruas
sungai yang melewati lahan yang struktur tanahnya mudah
lepas jika kena air.
 Indikasi perubahan horizontal:
 Gerusan tebing pada tikungan luar dari sungai yang berbelok
arah.
 Terbentuknya pola aliran sungai berjalin (braided).
 Terbentuknya alur sungai yang baru.
 Terjadinya erosi sempadan sungai
Perubahan secara vertikal
 Gejala perubahan secara vertikal seringkali terjadi pada
sungai yang airnya mengangkut sedimen dalam jumlah
yang besar atau pada ruas-ruas sungai yang penampangnya
mengalami perubahan secara tiba-tiba dan juga pada ruas-
ruas sungai yang disudet atau dibendung.
 Indikasi verubahan vertikal:
 Degradasi (penurunan) dasar sungai
 Agradasi (kenaikan) dasar sungai
 Gerusan pada tebing sungai atau pada pondasi bangunan di
sungai.
 Dengan demikian, pemeliharaan palung sungai bertujuan
untuk menjaga agar alur dan bantaran sungai selalu dapat
dipertahankan fungsinya serta tidak menggangu/merusak
lingkungan sekitarnya.
Sempadan sungai
 Lahan sempadan seringkali mendukung keragaman tumbuhan
dan hewan lebih banyak dibanding daerah lainnya. Hal ini
merupakan akibat dari rentang jenis habitat dan makanan,
kedekatannya ke air, iklim mikronya dan kemampuannya
menyediakan perlindungan.
 Vegetasi pada lahan sempadan mengatur produksi primer dalam
sungai dengan memberi keteduhan; memasok energi dan unsur
hara (dalam bentuk sisa-sisa tumbuhan, buah-buahan, serangga
dan materi organik lainnya) yang penting bagi organisme air;
 Selain produktif, lahan sempadan seringkali merupakan daerah
yang rentan karena berisiko mengalami kerusakan akibat
penanaman dan kejadian alam seperti banjir.
 Kombinasi produktivitas dan kerentanan berarti bahwa
pengelolaan lahan sempadan yang cermat adalah penting baik
bagi konservasi keanekaragaman hayati maupun bagi
produktivitas ekonomi.
PENGATURAN MENGENAI
RESTORASI SUNGAI
Perlu Restorasi Sungai ??
 Karakter alami sungai self regulation principles
 Historis Perekayasaan Sungai di Indonesia
 Dekade pembangunan sungai rekayasa sungai bersifat
parsial dan didominasi oleh rekayasa hidraulik murni.
 Dekade penanganan dampak pembangunan sungai 
Kesadaran atas dampak pembangunan terhadap
lingkungan hidup.
 Dekade kesadaran restorasi atau renaturalisasi sungai 
Eko-hidrolik perubahan dari pola penyelesaian
berdasarkan aspek teknik sipil hidro secara parsial
menjadi penyelesaian terintegrasi aspek hidraulik, fisik,
ekologi, sosial dan budaya.
Motif dan Tujuan Restorasi Sungai
dari berbagai literatur
 Memulihkan kondisi sungai yang keadaan airnya tercemar berat
 Menghidupkan kembali ruas sungai yang pernah mati karena
suatu sebab.
 Memperoleh kembali lingkungan sungai yang lebih asri dan
berkualitas
 Memperoleh kemanfaatan ekologis, sosial dan ekonomis dari
suatu ruas sungai
 Membentuk lingkungan sungai yang lebih natural untuk
menghadirkan kembali habitat fauna sungai yang hilang
(ditandai antara lain oleh pemunculan kembali spesies fauna
pada tingkat tertinggi dalam rantai makanan)
 Meningkatkan ketahanan lingkungan terhadap banjir
 Mengantisipasi dampak perubahan iklim
Definisi Restorasi Sungai
 Restorasi sungai adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan
pemeliharaan yang bertujuan untuk menghidupkan atau
memulihkan kembali fungsi-fungsi alamiah sungai pada ruas
tertentu agar unsur pembentuk sungai yang dipulihkan itu
mampu mendorong terjadinya keteraturan proses hidraulik,
ekologis, dan geografis secara berkelanjutan sehingga secara
berangsur-angsur ruas sungai tersebut dapat menyehatkan diri
kembali.
 Tujuan restorasi sungai: antara lain pengendalian banjir,
pengendalian sedimen, menstabilkan tebing atau lereng palung
sungai, mengembalikan habitat ikan, dan mengembalikan
fungsi ekologis dan proses aliran sungai dan dataran banjir.
Sasaran Restorasi
 Suatu tindakan restorasi sungai dapat dilakukan
berdasarkan salah satu atau gabungan dari beberapa motip
sebagai berikut:
 Memulihkan kondisi sungai yang keadaan airnya tercemar berat
 Menghidupkan kembali ruas sungai yang pernah mati karena suatu
sebab.
 Memperoleh kembali lingkungan sungai yang lebih asri dan
berkualitas
 Memperoleh kemanfaatan ekologis, sosial dan ekonomis dari suatu
ruas sungai
 Membentuk lingkungan sungai yang lebih natural untuk
menghadirkan kembali habitat fauna sungai yang hilang (ditandai
antara lain oleh pemunculan kembali spesies fauna pada tingkat
tertinggi dalam rantai makanan)
 Meningkatkan ketahanan lingkungan terhadap banjir
 Mengantisipasi dampak perubahan iklim
Prinsip dalam Restorasi Sungai
 Legal basis memenuhi ketentuan perundangan
 Perencanaan harus realistik dan layak secara teknis, juga
memenuhi kelayakan ekologis dan ekonomis serta
memenuhi asas kepatutan sosiologis.
 Pelaksanaan berjalan secara tertib dan teratur, Terbentuknya
kerja bersama antara berbagai unsur instansi pemerintah
dan masyarakat merupakan salah satu indikator kesuksesan
pelaksanaan rencana suatu proyek restorasi sungai.
 Hasil pekerjaan restorasi sungai wajib dilakukan
pemeliharaan agar sarana dan prasarana yang terbangun
dapat berfungsi secara berkelanjutan. perlu lembaga?
 Pedoman yang akan disusun harus memuat arahan
mengenai parameter dan indikator yang perlu dipantau dan
dievaluasi
Keterkaitan OP Sungai Dg Restorasi
 Rehabilitasi didalam OP sungai bertujuan
mengembalikan kinerja individu atau sekelompok
sarana dan prasarana yang pernah dibangun agar
mampu bertahan melayani kebutuhan
pendayagunaan sungai termasuk air yang ada di
sungai bersangkutan.
 Restorasi Sungai menjadi lebih rasional jika target
kondisi yang akan diwujudkan perlu dibatasi pada
pemulihan kondisi atas unsur-unsur alamiah
tertentu pada suatu ruas tertentu.
 Jadi Restorasi Sungai dapat dikategorikan sebagai
salah satu bentuk kegiatan pemeliharaan yang
bersifat rehabilitatif (rehabilitatif maintenance).
Permasalahan Yg akan dihadapi
Berkaitan dengan OP Sungai
 Kerusakan lingkungan hidrologi DAS,
memicu kegiatan pemeliharaan sungai
menjadi bersifat Simptomatik
 Konflik dalam pengaturan lahan sempadan
 Pengawasan Galian Golongan C
 Perubahan morfologi sungai
 Pengendalian pencemaran
Masalah berkaitan dengan Restorasi
Sungai
 Konsekwensi pengelolaan sungai sebagai sistem yg teratur.
Jika salah satu komponen mengalami perubahan, akan diikuti
perubahan komponen lain.
 Karakter penanganan sungai di Indonesia, seperti kegiatan
“normalisasi sungai” biasanya dirancang secara parsial dengan
konsep hidrolik murni dan kurang memperhatikan dampak
ekologis.
 Perilaku masyarakat yang tidak mengindahkan norma dan
kaidah pengelolaan lingkungan hidup dan norma bertempat
tinggal dan bersanitasi yang sehat merupakan permasalahan
yang dapat menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan
restorasi sungai dan penghambat bagi pencapaian tujuan
restorasi sungai.
Contoh: restorasi morfologi (re-meandering
dan konservasi sempadan sungai, dll)
Sempadan Sungai
Code DIY
Ilustrasi
Remeandering
Restorasi Morpologi

Sekarang :di Jepang Sungai dibelok-


belokkan lagi..
Reformasi SDA, Agus Maryono 31
Teknik bioengineering bangunan
penahan longsor lereng tebing sungai
BIOENGINEERING
PEMBANGUNAN TALUD SUNGAI
Dulu :Talud, konstruksi
Sekarang :Konstruksi
non ekologis-hidraulis
ekologi-hidraulis

Sekarang

Muka air

Reformasi SDA, Agus Maryono


Sempadan Sungai wajib dipertahankan untuk Mencegah
banjir, kekeringan dan longsor

Muka air banjir

Muka air normal


Lebar Lebar Lebar
Bantaran banjir Longsoran Ekologi Keamanan

Lebar Sempadan Sungai (sisi


kanan-kiri identik)

Reformasi SDA, Agus Maryono


Sungai yg sudah di
restorasi

Reformasi SDA, Agus Maryono


Contoh: restorasi ekologi (penanaman kembali
bantaran sungai dan fishway, dll)

Fishway pada
Bendung
Metode restorasi pemahaman masyarakat (institusi
pemerintahan, swasta dan forum/kelompok masyarakat
peduli sungai, dll)

Masyarakat
Sungai di
danau Tempe,
Sulawesi

Kebersiahan
Sungai Code
DIY oleh
masyarakat
Restorasi Sungai

Contoh Konsep Restorasi Sungai Cikapundung, Bandung


(Sumber : Media Informasi Sumber Daya Air, Edisi Sept-Okt 2013, Direktorat Bina
Program, Kementerian Pekerjaan Umum)
Terima Kasih

BERSAMBUNG KE KULIAH 2.

Anda mungkin juga menyukai