Anda di halaman 1dari 15

Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

KETIKA BUMI MENAKLUKKAN LANGIT: KAJIAN NARATOLOGIS KANA


INAI ABANG NGUAK DALAM PERSPEKTIF A. J. GREIMAS
When the Earth Defeated the Heaven: Narratological Analysis of Kana Inai Abang Nguak
in A. J. Greimas Perspective

Sri Astutia,*, Yoseph Yapi Taumb,*

a,*STKIP Persada Khatulistiwa, Jalan Pertamina Sengkuang, Sintang, Kalimantan Barat, Indonesia,

Telepon (0565) 2022386, Faksimile (0565) 2022387, Pos-el: sriastuti170515@gmail.com


b,*Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Jalan Gejayan, Mrican, Yogyakarta, Indonesia,

Telepon (0274) 513301, Faksimile (0274) 562383, Pos-el: yoseph1612@yahoo.com

(Naskah Diterima Tanggal 20 Maret 2018—Direvisi Akhir Tanggal 26 April 2018—Disetujui Tanggal 27 April 2018)

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji naratologi Kana Inai Abang Nguak dengan per-
spektif A. J. Greimas. Kana merupakan salah satu folk lyric masyarakat Dayak Desa yang ditutur-
kan dalam bahasa ritual formal dengan cara dilagukan. Tokoh kana biasanya berkaitan dengan
kehidupan khayangan dan merepresentasi alam pemikiran dan pandangan dunia masyarakat Da-
yak. Teori yang digunakan adalah naratologi A. J. Greimas. Teks Kana Inai Abang Nguak terdiri
atas tujuh sekuen cerita skema aktansial yang berpusat pada Inai Abang sebagai subjek cerita. Pe-
ngumpulan data menggunakan metode wawancara bebas dengan teknik perekaman, pencatatan,
dan pengarsipan. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberhasilan bumi mengalahkan langit di-
sebabkan oleh tiga faktor: 1) sekalipun dikaruniai hidup kekal, langit sesungguhnya bersaudara
dengan bumi; 2) tindakan langit menangkap para pemangku adat bumi adalah pelanggaran be-
rat yang perlu mendapat perlawanan keras dari bumi; 3) kekuatan bumi bersatu (manusia, hewan,
roh, dan kesaktian) menyerang langit dan mengembalikan harmoni bumi. Struktur naratologi
Greimas dapat digunakan untuk memahami struktur fisik, struktur batin, hingga struktur diskursif
sebuah cerita rakyat.

Kata-Kata Kunci: naratologi; struktur fisik; struktur batin; poros semantik; pandangan dunia

Abstract: This research aims discuss one of the kana stories, Kana Inai Abang Nguak, using A. J.
Greimas’ perspective. Kana Inai Abang Nguak is lyrical folklore of Dayak Desa community, recited
in a specific kind of song with ritual formal language. Characters in kana usually relate heavenly
life. The story, however, represent the philosophy and world view of Dayak Desa community. The
theory used is the narratology of A. J. Greimas’ perspective. The Inai Abang Nguak narrative consists
of seven sequels of (scene) story centered on Inai Abang as the subject of the story. From the
analysis, the earth’s success in defeating the heaven is based on three main reasons; 1) although the
heaven has some superior characteristics such as eternal life, the earth and the heaven have a close
relationship as one family; 2) the act of heaven in arresting adat eldery of the earth is considered as
a serious violation that deserves an act of resistance from the earth; and 3) the powers of the earth
(humans, animals, spirits, and supernatural power) unite attact the heaven and bring back the
earth harmony. It can be concluded that Greimas narratology can be used to comprehend the
surface structure, deep structure, and discursive structure of a folkstory.

Key Words: narratology; surface structure; deep structure; semantic axis; world views

How to Cite: Astuti, S., Taum, Y.Y. (2018). Ketika Bumi Menaklukan Langit: Kajian Naratologis Kana Inai Abang Nguak
dalam Perspektif A.J. Greimas. Atavisme, 21 (1), 35-49 (doi: 10.24257/atavisme.v21i1.440. 35-49)

Permalink/DOI: http://doi.org/10.24257/atavisme.v21i1.440.35-49

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 35


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

PENDAHULUAN sudah siap pakai, penutur tinggal menu-


Suku Dayak Desa, mengenal kanuak dan turkan tanpa harus menciptakan cerita
kana sebagai pementasan budaya yang baru. Seperti yang telah dijelaskan sebe-
tidak sekadar menghibur melainkan juga lumnya, kana dinarasikan dengan cara
mengungkapkan berbagai dimensi pan- dinyanyikan. Setiap larik atau baris da-
dangan hidup masyarakatnya. Kanuak lam satu bagian tertentu harus memiliki
dan kana adalah bentuk sastra yang di- bunyi akhir yang sama, dalam bahasa
dendangkan oleh penutur di hadapan Dayak Desa disebut senepang. Penutur
pendengar. Kanuak merupakan bentuk dapat mengubah bunyi dengan cara me-
cerita yang menggunakan bahasa sehari- ngakhiri bunyi sebelumnya. Misalnya,
hari dan menceritakan kehidupan. To- mengganti asonansi u menjadi i. Minimal
koh dalam kanuak adalah manusia atau- ada lima persamaan bunyi akhir dalam
pun binatang. Penutur kanuak tidak kana, yaitu ai, i, an, a, ang. Penutur dapat
membutuhkan keahlian khusus dalam memilih bunyi akhir dan mengganti bu-
bercerita. nyi yang satu ke bunyi yang lain. Biasa-
Sementara itu, Kana adalah bentuk nya, saat memulai dan mengakiri lagu,
sastra yang juga diceritakan di hadapan penutur memberikan durasi yang lama
orang. Perbedaannya dengan kanuak untuk satu arus ujar. Seperti yang di-
adalah kalau kanuak menggunakan ba- ungkapkan oleh Teeuw (2003:33) dan
hasa yang mudah dimengerti, sedangkan Appell (2010), bahasa yang digunakan
kana menggunakan bahasa Dayak Desa dalam sastra lisan lebih rumit dari baha-
yang puitis atau bahasa yang distilisasi sa yang digunakan sehari-hari. Menurut
sehingga tampak sebagai bahasa yang Entulan (yang ditemui penulis pada
khas. Kanuak merupakan teks ritual. tanggal 7 Januari 2017), salah seorang
Dengan kata lain, bahasa kanuak adalah penutur kana, bahasa yang digunakan
bahasa ritual-formal yang berciri arkhais dalam kana sangat halus. Selain bahasa
(Appell, 2010). Tokoh-tokoh dalam kana yang halus, bunyi akhir setiap kalimat ju-
adalah tokoh khayangan. Gaya bercerita ga harus sama, atau kepuitisan sangat di-
berbeda dari jenis sastra lisan Dayak De- pentingkan.
sa yang lainnya. Kana diceritakan de- Penelitian terhadap tradisi pemen-
ngan cara dinyanyikan. tasan kana ini dilakukan karena dua
Penuturan kana biasanya memakan alasan pokok. Pertama, sampai saat ini
waktu yang sangat lama, berhari-hari penuturan kana khususnya kana Dayak
bahkan berminggu-minggu hingga ber- Desa belum pernah didokumentasikan
bulan-bulan. Menurut informan, tidak dan diteliti secara akademik. Bahkan,
pernah ada penutur yang sanggup me- boleh dikatakan bahwa belum ada pene-
nuturkan satu judul cerita hingga selesai. litian tentang kana masyarakat Dayak
Biasanya penutur hanya sanggup menu- Desa dari sudut pandang manapun. Tu-
turkan maksimal setengah cerita. lisan Sri Astuti (2014), Petrus Rico
Cerita dalam kana sangat unik dan (2014), Susi Susilawati dan Sri Astuti
istimewa. Setiap penutur dapat mence- (2016), Sri Astuti dan Yudita Susanti
ritakan cerita dengan berbagai judul. (2017), Nila Herlina dan Sri Astuti
Masing-masing cerita hadir dengan ber- (2017), Sri Astuti (2017) telah memba-
bagai variasi. Masing-masing tokoh da- has sastra lisan Dayak, antara lain ten-
pat mengalami peristiwa yang sangat tang kana, tetapi belum secara luas.
berbeda dengan cerita dengan judul Sementara itu, pementasan kana sudah
yang berbeda. Setiap judul cerita diwa- semakin jarang dilakukan. Jika keadaan
riskan dari leluhur. Judul dan cerita seperti ini terus dibiarkan, dalam

36 Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print)


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

beberapa tahun ke depan tradisi budaya dasar berkembangnya aliran semiotik


lisan ini dipastikan akan punah. Kedua, Paris. Greimas dikenal seba-gai pelopor
tradisi pementasan kana mengandung ‘semiotic square’ (semiotika segi empat)
berbagai aspek kearifan lokal dan pan- dalam teori signifikasi dan penemu
dangan dunia masyarakat Dayak Desa skema naratif aktansial (Onodera, 2010).
yang penting dan menarik untuk diung- Ada dua tahapan struktur dalam
kapkan secara akademis. analisis naratif, menurut Greimas, yaitu
Sastra lisan, bagaimanapun merupa- (1) Struktur Lahir, yakni tataran penu-
kan proyeksi keinginan manusia yang turan cerita (penceritaan, terutama si-
paling jujur (Carvalho-Neto, 2010). Seba- nopsis cerita untuk mengamati sekuen-
gian besar sastra Dayak berbentuk sas- sekuen cerita), dan (2) Struktur Batin,
tra lisan. Banyak khazanah sastra lisan yaitu tataran imanen, yang meliputi: (a)
tersebut yang belum didokumentasikan tataran naratif analisis sintaksis naratif
sehingga masyarakat gagal memahami (skema aktan dan skema fungsional),
warisan luhur budaya sendiri. Masalah dan (b) tataran diskursif yakni kajian
yang menjadi fokus penelitian ini adalah terhadap tiga poros kekuatan semantik
bagaimanakah struktur lahir dan struk- (Taum, 2011:141).
tur batin Kana Inai Abang Nguak masya- Teori Greimas tentang aktan dimak-
rakat Dayak Desa? Tujuan penelitian ini sudkan untuk menjadi dasar sebuah
adalah untuk menjelaskan struktur lahir analisis naratif yang universal (Teeuw,
dan struktur batin cerita Kana Inai 1988: 293). Greimas tidak hanya ber-
Abang Nguak masyarakat Dayak Desa henti pada satu jenis fungsi aktan tung-
sehingga warisan luhur budaya bangsa gal melainkan sampai pada perumusan
ini dapat dipahami maknanya. sebuah tata bahasa naratif (narrative
Teori naratologi digunakan untuk grammar) yang universal dengan mene-
memecahkan masalah tersebut. Narato- rapkan analisis semantik atas struktur
logi merupakan sebuah disiplin ilmu kalimat. Greimas mengemukakan model
yang mempelajari teknologi bercerita se- tiga pasang oposisi biner yang meliputi
jak Aristoteles sampai era digital (Kwiat, enam aktan atau peran, yaitu: subjek
2008). Pemilihan naratologi Greimas se- versus objek, pengirim versus penerima,
bagai perspektif kajian dimaksudkan dan penolong versus penentang. Di anta-
agar pelaku (aktan) di dalam cerita ini ra ketiga pasangan oposisi biner ini, pa-
dapat diidentifikasi dan diungkap de- sangan oposisi subjek-objek adalah yang
ngan jelas. Sasaran akhirnya tidak hanya terpenting. Subjek terdiri atas pelaku se-
memahami fungsi sintaksis cerita me- bagai manusia, sedangkan objek terdiri
lainkan makna semantik teks tersebut di atas berbagai keinginan yang harus
dalam konteks pandangan dunia ma- tercapai. Suatu perjuangan umumnya di-
syarakat Dayak, khususnya masyarakat inginkan oleh kekuasaan (pengirim),
Dayak Desa. tetapi bila berhasil maka pelaku (pene-
Algirdas Julius Greimas (1917– rima) menerimanya sebagai hadiah. Ke-
1992) adalah seorang ahli bahasa dan kuasaan dapat bersifat kongkret seperti
ahli semiotik yang berasal dari Lithuania raja, dan penguasa lain. Kekuasaan juga
dan banyak meneliti mitologi Lithuania. dapat bersifat abstrak seperti masya-
Greimas adalah profesor pada École des rakat, nasib, dan waktu. Ketiga pasangan
Hautes Études en Sciences So- oposisi biner itu merupakan pola dasar
ciales (EHESS) di Paris. Sejak tahun 1965, yang selalu berulang dalam semua cerita
dia memimpin penelitian lingusitik-se- yang membentuk tata bahasa pencerita-
miotik di Paris, yang kemudian menjadi an (narrative grammar) (Taum, 2011:

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 37


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

143). Jika disusun ke dalam sebuah ske- Akhirnya, dirumuskanlah suatu makna
ma pola peranan aktansial, ketiga pa- semantik yang dapat digali dari kisah de-
sangan oposisi fungsi aktan yang terdiri ngan mempertimbangkan terutama pa-
atas enam aktan tersebut tampak dalam da tiga poros semantik: poros pencarian,
sebuah bagan alur (flow chart) pada komunikasi, dan kekuatan.
Gambar 1
Yang dimaksud dengan aktan adalah METODE
satuan naratif terkecil, berupa unsur sin- Pendekatan yang digunakan dalam pe-
taksis yang mempunyai fungsi tertentu. nelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Aktan tidak identik dengan aktor. Aktan Metode pengumpulan datanya menggu-
merupakan peran-peran abstrak yang nakan cara wawancara bebas (free inter-
dimainkan oleh seorang atau sejumlah view/non-directed, teknik perekaman,
pelaku, sedangkan aktor merupakan ma- teknik pencatatan dan pengarsipan. Ana-
nifestasi konkret dari aktan. Seperti terli- lisis data dilakukan dengan mengguna-
hat dalam keenam pola aktansial pada kan pendekatan kritik sastra. Kritik sas-
Gambar 1, aktan dapat berupa tokoh, tra diarahkan pada upaya menggali mu-
dapat juga berupa sesuatu yang abstrak atan makna (content analysis) yang ter-
seperti cinta, kebebasan, pembunuhan. kandung dalam teks saksi. Lokasi pene-
Satu tokoh dapat memiliki beberapa litian di Desa Umin Jaya, Kecamatan De-
fungsi aktan. Sebaliknya, beberapa tokoh dai, Kabupaten Sintang, Kalimatan Barat.
bisa menempati satu aktan. Setiap aktan Kana Inai Abang Nguak dituturkan pada
dalam sebuah skema dapat mempunyai tanggal 17 Desember 2016–3 Januari
fungsi ganda. Pengirim dapat berfungsi 2017 oleh Began (62 tahun), disunting
sekaligus sebagai subjek atau penerima. dan diterjemahkan oleh Sri Astuti (34
Seorang tokoh dapat menempati fungsi tahun) dan Agustinus (59 Tahun).
aktan yang berbeda. Jika tidak ada aktan
yang tidak terisi oleh sebuah fungsi atau HASIL DAN PEMBAHASAN
tokoh maka digunakan tanda Ø dan Struktur Lahir
disebut fungsi zero dalam aktan. Kana dalam Konteks Makrokosmos Suku
Dayak
Gambar 1 Ada beberapa nama yang digunakan di
Pola Aktansial Greimas setiap daerah, khususnya pada masyara-
kat suku Dayak, untuk menyebut kana.
Masyarakat Dayak Desa, Dayak Kebahan,
dan Dayak Ketungau menyebutnya kana.
Masyarakat Dayak U’ud Danum menge-
nalnya dengan sebutan kelimo, Dayak
Suait menyebutnya bambay, Dayak Ku-
bin menyebutnya engkana, dan lain-lain.
Dalam tradisi lisan masyarakat suku
Dayak Desa, kana berbentuk puisi nara-
Kajian pada tataran diskursif adalah tif, semacam syair panjang yang ditutur-
melakukan analisis naratif semantik dan kan oleh orang-orang tertentu yang me-
menjelaskan secara detil hierarki oposisi miliki keahlian. Kana dibawakan seperti
dalam teks berdasarkan gerak pencarian layaknya orang bernyanyi, dengan nada-
subjek kepada objek. Hal yang dilihat nada yang cenderung resitatif atau di-
adalah manakah transformasi dasariah ulang-ulang dan cengkokan khas nyanyi-
nilai yang dipertaruhkan dalam kisah. an Dayak Desa.

38 Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print)


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

Ada tiga jenis kana dalam tradisi atau kekuatan yang tidak sama dengan
Masyarakat Dayak Desa, yaitu kana, ka- manusia. Boleh dikatakan tokoh kana
na padi, dan kana tangi. Kana yang pa- adalah manusia setengah Dewa (divine
ling digemari adalah kana. Kana mence- being). Menurut kepercayaan masyara-
ritakan tokoh-tokoh khayangan. Kana kat Dayak Desa, kehidupan pada masa
padi berfungsi untuk mendoakan roh pa- lampau sangat suci. Seperti yang telah
di serta ucapan syukur atas panen yang dikemukana sebelumnya, semua dapat
telah diberikan. Adapun kana tangi ada- hidup berdampingan tanpa ada masalah.
lah kana yang berbentuk puisi yang ber- Tidak ada satu pun yang melanggar atur-
isi pujian-pujian terhadap sesama manu- an, seperti perzinahan, perkelahian, ego-
sia. Kana tangi tidak berbentuk prosa. is, dan mengambil hak orang lain.
Isi serta tokoh-tokoh dalam cerita puisi Ketika manusia melanggar aturan
rakyat ini berbeda-beda di masing-ma- serta norma-norma yang berlaku di ma-
sing daerah. Kana dalam tradisi masya- syarakat tersebut, maka orang-orang
rakat Dayak Ketungau menceritakan khayangan terpisah dari manusia dan ti-
asal mula manusia, sedangkan kana da- dak dapat hidup berdampingan seperti
lam tradisi masyarakat Dayak Desa khu- sebelumnya. Karena sikap manusia yang
susnya di Kecamatan Dedai, Kecamatan iri hati, dengki, mengambil milik orang
Kelam Permai, dan Kecamatan Kayan lain yang bukan haknya, dan lain seba-
Hilir, kana bercerita tentang tokoh-tokoh gainya, manusia tidak dapat lagi hidup
khayangan dan kana untuk mendoakan berdampingan dengan masyarakat kha-
roh padi. Dalam tradisi Dayak Desa yang yangan. Hal inilah yang menurut keper-
bermukim di Kecamatan Sepauk, isi ka- cayaan masyarakat Dayak Desa menye-
na menceritakan asal mula padi. Me- babkan manusia tidak dapat hidup ber-
nurut kepercayaan masyarakat suku Da- sama dengan masyarakat khayangan.
yak Desa, zaman dahulu manusia hidup Menurut masyarakat suku Dayak Desa,
bersama dengan para dewa dan masya- tokoh-tokoh dalam kana adalah tokoh-
rakat khayangan. Kehidupan zaman da- tokoh yang suci.
hulu sangat taat pada aturan. Manusia Saat ini kana masih hidup dan dinik-
dan orang khayangan, serta Juata–se- mati oleh masyarakat pemiliknya. Penik-
butan Tuhan bagi masyarakat Dayak De- mat kana adalah para orang tua. Biasa-
sa–serta makhluk hidup yang lain, ting- nya masyarakat mendendangkan kana
gal dan hidup di alam makrokosmos sa- pada saat gawai – upacara syukuran atas
ma. Alam kosmos dibagi menjadi tiga, panen yang melimpah, menempati ru-
yaitu manusia dan makhluk hidup lain mah baru, saat berladang, untuk menghi-
yang hidup di bumi, masyarakat kha- bur ibu-ibu yang menenun, dan lain se-
yangan, dan Juata ‘Tuhan’. Manusia diba- bagainya. Kana memiliki banyak versi.
gi lagi menjadi berbagai suku dan sub- Seorang penutur kana dapat memiliki
suku. Manusia hidup di bumi, orang kha- lebih dari satu cerita yang berbeda. Ka-
yangan kembali ke khayangan, dan Juata rena kana memiliki cerita yang berbeda-
ke surga. beda, keberadaan kana sangat banyak
Kehidupan tokoh-tokoh dalam kana jumlahnya. Diperkirakan judul kana mi-
dipercaya oleh masyarakat Dayak Desa lik masyarakat Dayak Desa secara khu-
pernah hidup di masa lampau. Tokoh- sus, mencapai ratusan judul, kurang le-
tokoh kana hampir mirip dengan bih hingga tiga ratusan judul.
manusia, namun sedikit berbeda dengan Setiap judul kana memungkinkan se-
manusia. Karakter tokoh kana seperti tiap tokoh memiliki cerita berbeda de-
manusia, tetapi memiliki kemampuan ngan judul yang lain. Misalnya, tokoh

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 39


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

Bedai dalam kana berjudul Bedai Man- berfungsi menerangkan sifat, ciri, dan
tuah Asam diceritakan bahwa Bedai perbuatan tokoh, juga menyatakan rasa
menikah dengan Kumang yang sesung- hormat dan penghargaan yang tinggi ter-
guhnya bukan jodohnya. Pada kana yang hadap tokoh maupun tempat yang di-
berjudul Kumang Mali Belaki diceritakan gambarkan tukang cerita. Dapat dikata-
Bedai dan Lanai melamar Kumang, teta- kan bahwa epitet merupakan salah satu
pi tidak diterima, dengan alasan Kumang ciri penting penggunaan bahasa ritual
tidak bisa menikah. kana. Berikut kutipan penuturan kana
Kana Inai Abang Nguak memiliki “Inai Abang Nguak”.
struktur generik yang diikuti secara ke-
tat dan teratur. Salah satu ciri penting Tapi Tunang re Puput Gelumang re
dalam penuturan kana ini adalah peng- Tanah Lang dah nyengkidang lantang
gunaan epitet yang sangat dominan. Epi- siri. ‘Inai Abang sedang mengendong
tet merupakan gaya bahasa kiasan yang anaknya’ Kebak anak re Puntianak
netauk bauk nyabak degasak a ngau sa-
pertama-tama dibentuk berdasarkan
tak de jari. ‘Anaknya terus menangis, ka-
perbandingan atau persamaan (Keraf,
rena jika berhenti menangis, disakitinya
2000:136). Epitet menyatakan suatu si- dengan gelang di jarinya’. Dah bederang
fat atau ciri yang khusus dari seseorang re tampang kain bidang Tunang urang
atau sesuatu. Sebagai ilustrasi, perhati- re Puput Gelumang Kebatal Lang re te-
kan Tabel 1 yang merupakan rangkum- gang selawi lelang seratau bepenyang
an epitet tokoh dalam kana Inai Abang nyengkidang lantang siii...riii...ik ik ik.
Nguak. ‘motif kain tenun pada rok yang dikena-
kan untuk menggendong anaknya sa-
Tabel 1 ngat bagus’. (teks 4-6)
Rangkuman Epitet Tokoh dalam Kana
Inai Abang Nguak Sidak Penipuak Gelumang kumai dah
aku nunyang batang lengang bayan ku-
No Nama Tokoh Jumlah mai aku nyangkai Sempai Semampai
Epitet Rawan. ‘Orang dari suku lain sudah tiba
1. Keliang 70 di Batu Nantai’. Baruk sidak empat limak
2. Dabuang 27 belumak ma sidak nganyak lempak be-
3. Bedai 66 rangan. ‘mereka berlomba naik ke ru-
4. Laja 57 mah’. Pampat Lalang ba bunyi begun-
5. Inai Abang 23 cang tiang tebelian bunyi beka sebab
6. Jengkuang 32 atap kelaaatap tebelian. ‘Orang sudah
7. Kumang 24 berdatangan ke Batu Nantai. Batu Nan-
8. Lanai 85 tai sangat Ramai. (teks 249-251)
9. Anak 21
Lempuang Tudai Penemah sebelah Balai
10. Manuak Bebari 21
u betuan kitai tikal lamar cinai saja dah
Jumlah Total Epitet 436
depengai urang ngau rantai menikal
(Astuti, et al, 2017)
kebak apai petingi Buruang dah de pa-
suang de lengan. Ayah Keliang, sudah di-
Epitet yang diperlihatkan di dalam Tabel culik oleh orang dari Khayangan’. Kasi-
1 berjumlah 436. Dalam laporan peneli- an miak Sapi Nyampan tapi diak mpai
tian (Astuti, et al 2017), ada 25 tokoh gak aku ngarang ke Urang Lawang Ujan
yang masing-masingnya memiliki epitet, kebak agik ngarang aku Kumang sak
sehingga total epitet tokoh sebanyak 494. Bataaa...ng Sepaaa...nnn ‘Kasian sekali,
Selain itu, epitet latar tempat sebanyak Lanai berkata kepada yang lainnya’. Ta-
227 buah. Penggunaan epitet, selain pi cerita saya tidak panjang lebar.

40 Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print)


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

Sekarang saya akan menceritakan Cerita Kana Inai Abang Nguak


Kumang’. (teks 340-341). Teks yang dijadikan objek kajian dalam
penelitian ini merupakan teks lisan yang
Lepak Batu Belapak kelah de seratak ke dituturkan oleh Bapak Began (62 tahun)
tawak kebitan kelah pukul ketebuang dari suku Dayak Desa. Teks ini sangat
mih Ketupuang Kanan yak ketebung de
panjang, terdiri atas 1077 bait (lagu) dan
samit kuuuliii...t maaacaaan. ‘Di Batu
diketik dalam satu spasi sepanjang 137
Nantai harus dibunyikan gong tanda
peperangan. Gendang perang harus ki- halaman, baik transkrip dan terjemahan-
ta bunyikan oh Bedai’. De Batu Pukau nya dalam bahasa Indonesia. Jika dikaji
Nyilu aku kak merik kak ngenyuak kak dari unsur naratologinya, Kana “Inai
antu merik makan sidak Riam telili Abang Nguak” memiliki tujuh sekuen ce-
Nungang baruk sidak nungau de rita yang dapat disebut sebagai adegan.
kemantau peningkaaa...u beee...siii... ik ik Ketujuh adegan tersebut diuraikan
ik ‘di Batu Nantai ini saya akan mem- sebagai berikut.
beri hatu makan, saya akan meminta
pertolongan kepada nenek moyang. Adegan 1: Kabar Orang Tua Keliang Dise-
(teks 428-429) rang Khayangan
Inai Abang ingin mengabarkan kepada
Baris sekalik orang Lepik Batu Galik dah
semua orang bahwa ayah dan ibu
bunyi muntik dekenak senik dian bunyi
Keliang telah diserang oleh orang dari
muntikkk debaaakarrr dibakar ngerin-
tau timau lengkan. ‘ditikam satu kali Khayangan. Ayah dan ibu Keliang diba-
oleh orang Batu Nantai, bunyinya sa- wa oleh orang Khayangan untuk dibu-
ngat gaduh seperti sedang membakar nuh sebagai persembahan di upacara
bambu’. aja nisik bakau kalik gak Raja pesta (gawai) orang Khayangan.
Jaran Tanam Jempuli aja berani mati ati Untuk mengabarkan hal tersebut
dedalam. ‘Lanai bahkan sama sekali ti- kepada semua orang, Inai Abang mem-
dak meninggalkan jejak’. Medak depe- buat anaknya menangis agar dia bisa
labuh jauh de tingkak tujuah maka te berjalan keliling kampung dengan alasan
dah mati debunuah ma Apai Mabuah menghibur anaknya yang tidak berhenti
Selutan. ‘Ia melihat di kamar paling
menangis. Untuk menghibur anaknya
ujung, sepertinya Ayah Keliang sudah
yang menangis tersebut ia bejaniah
mati terbunuh’. (teks 1022-1024)
(mendaraskan puisi dengan dinyanyi-
Kebak barih perancih te dah bunyi nga- kan).
pih ringkih piii...ngan. ‘tembankan sen- Isi nyanyiannya dimulai dari mence-
jata sudah seperti memecahkan piring’. ritakan rumah Lanai, dan menceritakan
Perang jepang dah bunyi ngerang ga- bahwa Inai Abang dan Lanai pernah
ram. ‘Bunyi senjata seperti membakar hampir menikah tetapi ada kejadian
garam’. Amat piak Bintang Tiga uluak yang menghalangi pernikahan. Saat me-
lela te satu rupa ngau mua keputan nisik reka akan menikah ada orang tua yang
dasa ngau Raja Jaran. ‘Meskipun ditem- meninggal, dan saat akan nemuai (ber-
bak oleh orang dari Khayangan, Lanai
tandang ke rumah pengantin perem-
tidak merasakannya sama sekali’. Anuk
puan atau laki-laki yang bukan menjadi
Pengitau Kemarau Sebulan maya ma
anuk Jegaraaa Macan. ‘Begitu juga de- tempat tinggal setelah menikah) mereka
ngan Jengkuan’. Tapi urang Tanah Sa- dihadang ular berbisa. Menurut adat
duang urang Pantai Peniuang mpai tauk pernikahan yang mengalami hal tersebut
nuluang urang Tuncung Bulan. ‘Tetapi adalah pernikahan terlarang.
tidak ada satu pun yang dapat Inai Abang kemudian menikah de-
menolong Khayangan, Khayangan kalah ngan Apai Abang yang berasal dari suku
berperang’. (teks 1070-1074). lain, bukan suku Dayak. Mendengar

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 41


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

berita tersebut, Lanai sangat marah. Bebari membuka tangannya, untuk Inai
Lanai menantang Apai Abang untuk adu Abang meletakkan ujung selendang pe-
kesaktian dan dimenangkan oleh Apai langi, tetapi tangan Manuak Bebari,
Abang, karena Lanai memang bukan jo- Tenai, tidak mampu mengangkat ujung
doh Inai Abang. Inai Abang juga menceri- selendang. Kemudian, Bedai berkata
takan semua bekas pemukiman sebelum agar selendangnya dilipat saja. Namun,
bermukim di Batu Nantai. sebelum menyentuhnya, tangan Tunan
Ia berjalan sehari penuh. Inai Abang sudah terlempar. Selendang tersebut
berjalan menggendong anaknya dari bersinar seperti bara api. Tidak ada
hulu hingga hilir kampung. seorang pun yang sanggup mengangkat
Inai Abang menceritakan bahwa ada selendang tersebut, bahkan ujung selen-
tiga tokoh yang dipercaya oleh orang tua dang pun tidak mampu diangkat. Kemu-
(nenek moyang) untuk menyimpan dian, mereka mengangkatnya secara
amanah, atau pesan dari nenek moyang, bersama-sama, sebelah kanan Lanai, se-
yaitu Inai Abang, Lanai, dan Bedai. Me- belah kiri Jengkuan.
reka bertiga dipesan oleh orang tua ten- Anak Inai Abang tetap menangis
tang jodoh para tokoh kana. Karena lahir sehingga membuat Lanai sangat marah.
di hari yang sama, mereka memenuhi Anak Inai Abang dibawa mereka mandi
syarat untuk dititipi amanah tersebut. dan mau dibunuh oleh mereka. Anak ter-
Jodoh Lanai adalah Dabuang (adik sebut dibawa mereka mandi ke sungai,
Keliang), Bedai berjodoh dengan hendak ditenggelamkan. Anak Inai
Kumang Tengai, Keliang berjodoh de- Abang yang baru belajar berbicara ter-
ngan Kumang. Inai Abang berjodoh de- sebut berkata kepada mereka, “Jangan
ngan Apai Abang. Jika menikah dengan kalian bunuh saya. Kalian tidak tahu
orang yang bukan jodohnya, tidak bisa maksud ibu saya. Kalau sungguh kalian
memiliki keturunan, atau dapat menye- berani, pergilah ke Khayangan, jemput-
babkan pertengkaran yang hebat, dan lah Dabuang. Rumah orang tua Keliang
akhirnya bercerai. dan Dabuang diserang orang dari Kha-
Inai Abang sudah berjalan sangat yangan. Ayah dan Ibunya serta Dabuang
lama. Semua cerita sudah diceritakan dibawa orang ke Khayangan dan akan
untuk menghibur anaknya. Semua tokoh dibunuh di Khayangan. Keliang disela-
di kampung tersebut sudah ditemuinya, matkan oleh ibu saya, dan disimpannya
namun anaknya tidak berhenti mena- dalam tempayan yang diikat dengan be-
ngis karena jika berhenti, ia buat supaya nang. Pakaian Keliang robek terkena pe-
menangis lagi. luru orang dari Khayangan.”
Maka, pulanglah mereka ke rumah
Adegan 2: Kesaktian Selendang Pelangi di membawa anak Inai Abang dan mene-
Gawai mui Inai Abang. Mereka bertanya me-
Kampung Batu Nantai akan gawai (pesta ngapa Inai Abang merahasiakan hal ini.
persembahan dan syukuran setelah pa-
nen). Tamu dari kampung lain yang di- Adegan 3: Pasukan Laja Bersiap Menye-
panggil sudah berdatangan, dari muda rang Khayangan
hingga orang tua. Batu Nantai sangat ra- Lalu, mereka membuka benang dan pe-
mai dikunjungi oleh tamu dari berbagai nutup tempayan tempat Inai Abang me-
kampung. nyembunyikan Keliang. Mereka sangat
Anak Inai Abang masih tetap mena- iba melihat kondisi Keliang. Mukanya
ngis. Inai Abang ingin mencoba kesak- hitam legam penuh arang, pakaiannya
tian ilmunya. Pertama, ia minta Manuak sobek terkena peluru dan senjata tajam.

42 Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print)


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

Lalu mereka semua sepakat untuk menjadi pria yang sangat gagah dan tam-
pergi ke Khayangan menyelamatkan pan. Lalu Kumang dan Keliang dinikah-
Dabuang serta kedua orang tuanya. Me- kan. Mereka bertukar cincin. Kumang
reka meminta Laja yang adalah seorang memberi cincin sakti yang dapat mem-
Tuak ‘pelindung perang’ untuk memper- buat Keliang kebal peluru dan senjata
siapkan perang. Mereka mengabarkan lainnya. Kumang juga memberi Keliang
kepada semua orang untuk berhenti dari bulu landak yang dapat berubah menjadi
aktivitasnya sambil meminta sumbang- apa saja sesuai kebutuhan perang.
an beras padi dan beras ketan untuk Dengan kibasan selendang pelangi,
persembahan yang akan dilakukan oleh Kumang membuat sarung pedang dapat
Laja. Semua anak dan wanita diminta terbang dan menjadi kendaraan Keliang
untuk masuk ke rumah, dilarang mela- menyusul pasukan Laja yang sudah tiba
kukan kegiatan apapun kerena Laja akan di pohon ara rindang. Kedatangan
memanggil semua hantu, semua roh dan Keliang seperti angin ribut dan badai. Se-
nenek moyang untuk membantu mere- mua orang menganggap itu adalah keda-
ka berperang ke Khayangan. Semua di- tangan musuh. Bala tentara ketakutan.
undang dan mereka semua makan sam- Mereka semua sudah memegang senjata
pai kenyang. dan siap untuk berperang. Lalu duduk-
Orang-orang yang ada di tempat itu lah Keliang di antara mereka.
hanya merasakan kedatangan semua Setelah Keliang Datang, mereka naik
hantu tersebut, sehingga mereka keta- ke Khayangan menggunakan akar te-
kutan. Semua hantu siap membantu pa- ngang, dan dituntun oleh raja burung.
sukan Laja untuk berperang. Pergilah Keliang membuka kunci pintu Khaya-
mereka ke Khayangan. Mereka berjalan ngan dengan bulu landak yang diberi
lebih cepat dari kilat. Mereka sampai di oleh Kumang. Untuk membuka kunci
pohon ara tempat akar tengang tumbuh pintu menuju Khayangan, Keliang berdi-
yang digunakan untuk naik ke Khaya- ri di atas pundak Lanai, sebelah kiri dipe-
ngan. Mereka tidak tersesat sedikit pun gang oleh Bedai, sebelah kanan dipegang
karena dituntun oleh hantu. Akar te- Jengkuan, dari belakang Tenai. Kunci
ngang yang digunakan untuk naik ke pintu Khayangan yang sangat besar dan
Khayangan dipagar dengan ular kobra. kuat serta dijaga orang Khayangan de-
Akar tengang tersebut bisa mengecil dan ngan senjata, terbuka dan mereka semua
membesar. Jika mengecil seperti benang, masuk ke Khayangan. Setelah semua
jika membesar sebesar bukit. Mereka ti- masuk, kunci Khayangan diperbaiki
dak langsung naik ke Khayangan. Mere- kembali oleh Keliang, bahkan lebih ba-
ka mendirikan pondok untuk menginap gus dari biasanya.
di pohon ara tempat akar tengang tum-
buh. Adegan 5: Gawai di Khayangan
Kumang Tanan Remayan gadis tercantik
Adegan 4: Pasukan Laja Dibantu Keliang dan sakti di Khayangan merasa menda-
yang Sakti pat firasat buruk. Ia mendengar suara ri-
Keliang yang tadi masih tinggal di Batu uh, tetapi tidak terlihat ada orang. Ia ha-
Nantai diberi ilmu oleh Kumang. nya melihat kelompok semadak ‘semut
Kumang adalah wanita yang sangat can- hutan yang besar’ berjalan di halaman
tik. Karena kesaktiannya, Kumang bisa rumah. Ayam hutan dan burung bermain
menciptakan sesuatu. Kumang member- bersama. Ini adalah pertanda hal buruk
sihkan Keliang dengan menggunakan akan terjadi. Lalu, orang Khayangan me-
selendang pelangi, mengubah Keliang meriksa kunci Khayangan. Mereka

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 43


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

mendapati kunci masih terkunci dengan kami orang Khayangan?” Setelah


baik, bahkan lebih rapi dari biasanya. membuka mata, ia melihat Keliang yang
Mereka tidak curiga sedikit pun bahwa sangat tampan. Keliang menggoda
kunci Khayangan sudah dibuka. Kumang Tanan Remayan dan akhirnya
Orang dari Khayangan tidak melihat Kumang Tanan Remayan memberi tahu
tanda-tanda ada orang yang datang ka- Keliang tempat ayah dan ibu Kumang
rena pasukan Laja bersembunyi. Semua dan Jengkuan disembunyikan. Kumang
jejak diubah Keliang. Jejak kaki terlihat Tanan Remayan berkata bahwa: “Kami
seperti jejak kaki rusa, bekas tombak ter- semua pasti akan mati”. Keliang berkata,
lihat seperti sarang laron. Maka, mereka “Kamu tidak akan saya biarkan dibunuh
pulang ke rumah masing-masing. Mere- oleh orang, Keliang akan menjaganya.”
ka berkesimpulan bahwa firasat buruk Akhirnya, Keliang pergi mencari
yang mereka dapatkan bermakna hantu orang tua Kumang dan ditemuinya me-
minta diberi makan. Maka, mereka sege- reka dalam keadaan terikat oleh rantai
ra membuat gawai ‘pesta’ untuk membe- besi. Orang tua Kumang dibawanya ke-
ri persembahan pada hantu. Saat malam luar dan di-sengkelan ‘dibuang kesialan-
tiba, laki-laki dewasa minum tuak hingga nya’ dengan darah ayam karena mereka
mabuk. Mereka berjoget dan bergembira sudah direncanakan akan dibunuh oleh
ria. Setelah lelah, mereka tertidur di orang Khayangan sebagai persembahan.
teras. Jengkuan menangis melihat kedua orang
tuanya yang dibawa oleh Keliang.
Adegan 6: Keliang Membebaskan Orang
Tuanya Adegan 7: Khayangan Dibakar
Saat semua orang sudah tidur, Keliang Siang harinya semua pasukan perang di-
naik ke rumah orang Khayangan. Ia bawah asuhan Laja menyerang Khaya-
membuka pintu demi pintu, dan ngan. Dari sebelah tengah Lanai, sebelah
bertemu ayah Kumang Tanan Remayan hulu Bedai, dan sebelah hilir Jengkuan.
dan Lanai Sarak Tengkelai. Ayah Lanai Bala tentara yang lain masih mereka la-
Sarak Tengkelai selalu terjaga karena rang, mereka bertiga masih menunjuk-
jika mata sebelah terpejam, mata yang kan kesaktiannya mampu berperang
sebelahnya terbuka, secara bergantian. melawan bahkan sendirian saja.
Ayah Lanai Sarak Tengkelai berkata Sebelum mulai menyerbu, Lanai ter-
kepada Keliang, kalau begitu berperang- lebih dulu mencari Dabuang dan orang
lah kita esok hari, padahal besok hari tua Dabuang dan Keliang. Setelah mene-
kami akan membunuh orang tuamu dan mukannya, Lanai membawa mereka ke-
juga orang tua Jengkuan sebagai persem- luar. Dabuang disimpannya dalam saku,
bahan. Keliang juga berkata kepada ayah kedua orang tua Dabuang dan Keliang
Lanai Sarak Tengkelai bahwa kepala dipegangnya sambil membawa makanan
ayah Lanai Sarak Tengkelai sangat bagus yang telah disiapkan orang Khayangan
jika ia gantungkan di punggungnya se- untuk berpesta. Semua pasukan perang
perti orang pulang ngabang ‘pulang dari makan sampai kenyang.
pesta di kampung lain’. Setelah itu, barulah Lanai mulai me-
Setelah itu Keliang pergi mencari nyerang orang Khayangan. Semua orang
ayah Kumang yang adalah mertuanya. ketakutan. Anak-anak dan perempuan
Keliang membuka pintu dan ternyata itu berlarian karena terkejut. Laki-laki
adalah kamar Kumang Tanan Remayan. dewasa mengambil senjatanya, namun
Kumang Tanan Remayan berteriak, Khayangan kalah berperang. Rumah
“siapa yang berani masuk ke rumah orang Khayangan dibakar.

44 Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print)


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

Struktur Batin Penolong sebagai aktan (sesuatu


Sesuai dengan teori Greimas, kajian atau seseorang) yang membantu atau
struktur batin mencakup kajian skema mempermudah usaha subjek atau pah-
aktansial (pada tataran sintaksis), anali- lawan untuk mendapatkan objek dalam
sis struktur fungsional, dan analisis po- cerita ini sangat banyak. Upaya Inai
ros semantik. Abang didukung seluruh warga Batu
Nantai. Para penolong itu adalah: Anak
Skema Aktansial Inai Abang, Selendang Pelangi, Laja si
Berdasarkan kajian terhadap unsur-un- Tuak Hantu, arwah nenek moyang,
sur sekuen naratif yang sudah dilakukan Kumang, cincin sakti, bulu landak, sa-
sebelumnya (tujuh sekuen cerita), dapat rung pedang, ular kobra, dan raja bu-
dirumuskan skema aktansial kana Inai rung.
Abang Nguak” seperti Gambar 2.
Dari skema aktan tersebut, terlihat Gambar 2
fungsi atau kedudukan masing-masing Skema Aktansial Kana “Inai Abang Nguak”
aktan adalah sebagai berikut (banding-
kan Zaimar, 1992: 19; Suwondo, 2003: PENGIRIM OBJEK PENERIMA
52-54; Taum, 2011). Pengirim (sender) Amanah
Leluhur
Menyelamatkan
para penjaga
Masyarakat
Batu Nantai
adalah amanah atau pesan penting yang untuk kana (amanah):
1) Orang tua
yang kembali
menjaga hidup
diturunkan oleh leluhur kepada tiga to- tokoh kana. Keliang; 2)
Orang Tua
harmonis
koh agar mereka menjadi penjaga kana, Tiga tokoh:
1) Inai Jengkuan; dan
dengan para
penjaga kana-
3) Orang Tua
pengatur adat, dan jodoh masyarakat Abang, 2)
Lanai, 3)
Dabuang yang
nya.

Dayak. Ketiga orang yang mendapat


ditawan dan
Bedai. hendak dibunuh
amanah itu adalah: Inai Abang, Dabuang, di Khayangan

dan Keliang. Amanat leluhur inilah yang


menjadi pengirim dan penggerak cerita. SUBJEK
Pengirim memberikan karsa atau ke- Inai Abang
inginan kepada subjek, yaitu Inai Abang dan Warga Batu

untuk melakukan tindakan apapun guna Nantai

mencapai atau mendapatkan objek.


Objek yang dicari di dalam narasi ini
adalah membebaskan orang tua Keliang, PENOLONG PENENTANG
Jengkuang, dan Dabuang. Objek ini dise- Anak Inai Abang,
Selendang Pelangi, Laja Orang
rang, ditawan, dan dibunuh oleh orang si Tuak Hantu, Arwah
Nenek Moyang,
Khayangan,
Kumang Tanan
dari Khayangan. Inai Abang harus me- Kumang, Sarung Remayan
nyelamatkan orang-orang ini karena me-
Pedang, Cincin Sakti,
Bulu Landak, Raja
reka adalah orang-orang dekat pemang- Burung

ku adat Dayak. Tindakan penyelamatan


ini tentu sesuai dengan keinginan lelu- Penentang atau opponent adalah ak-
hur sebagai pengirim. tan (seseorang atau sesuatu) yang
Subjek dalam cerita ini adalah Inai menghalangi usaha subjek atau pahla-
Abang, aktan pahlawan yang ditugasi wan dalam mencapai objek. Penentang
pengirim untuk mencari dan menyela- dalam cerita ini adalah orang-orang Kha-
matkan mendapatkan objek. Dengan yangan, terutama tokoh perempuan ber-
berbagai cara, termasuk ”menyiksa” nama Kumang Tanan Remayan.
anaknya untuk terus menangis, Inai Penerima atau receiver adalah aktan
Abang berusaha agar warga Batu Nantai (sesuatu atau seseorang) yang meneri-
ikut berjuang melepaskan objek. ma objek yang diusahakan atau dicari

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 45


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

oleh subjek. Dalam cerita ini, masyarakat Gambar 3


Desa Batu Nantai kembali hidup dengan Struktur Fungsional
damai, lengkap dengan para pemangku Kana “Inai Abang Nguak”
adat, penjaga kana setelah para pemang-
I II III
kunya berhasil diselamatkan dari sekap- Situasi Transformasi Situasi
Awal Akhir
an di Khayangan. Tahap Uji
Kecakapa
Tahap
Utama
Tahap
Kegemilan
n gan
Keharmoni Penangka Kekompa Keberhasil Keharmoni
Skema Fungsional san Desa pan dan kan an Inai san Desa
Selain menunjukkan struktur aktansial, Batu Nantai
karena ada
penawana
n orang
seluruh
kekuatan
Abang dan
Warga
Batu Nantai
karena ada
Greimas juga mengemukakan model ce- pemangku tua para untuk Desa Batu pemangku
adat pemangku menyeran Nantai adat
rita yang tetap sebagai alur. Model itu di- adat g berhasil
nyatakan dalam berbagai tindakan yang Khayanga
n
melepaska
n tawanan
disebut fungsi sehingga dinamai struktur
fungsional. Model fungsional berfungsi Kekuatan-kekuatan pendukung se-
untuk menguraikan peran subjek dalam rangan ke khayangan dihimpun: yang di-
melaksanakan tugas dari pengirim yang pimpin Laja dan dibantu Keliang, leng-
terdapat dalam fungsi aktan. Model fung- kap dengan berbagai benda magik, se-
sional terbangun oleh berbagai peristiwa perti selendang pelangi, bulu landak,
yang dinyatakan dalam kata benda se- ular kobra, raja burung, sarung pedang.
perti, keberangkatan, perkawinan, ke- Kekuatan ini menunjukkan usaha subjek
matian, dan pembunuhan. untuk mendapatkan objek. Dalam tahap
Model fungsional dibagi menjadi ti- ini pula muncul penentang, kaum peng-
ga bagian yaitu situasi awal (1), transfor- huni khayangan, terutama Kumang
masi (2), dan situasi akhir (3) (lihat Tanan Remayan. Tahap cobaan utama
Zaimar: 1991; Suwondo, 2003: 54-55). berisi gambaran hasil usaha subjek
Model fungsional cerita Kana Inai Abang dalam mendapatkan objek. Dalam tahap
Nguak dapat dilihat pada Gambar 3. utama ini para penyerang dari bumi
Situasi awal cerita menggambarkan berhasil melepaskan tawanan, memba-
keadaan Desa Batu Nantai yang harmo- kar khayangan, dan melakukan perjalan-
nis dan damai dengan tatanan dan pe- an pulang ke bumi. Situasi akhir yang
mangku adat sebelum ada suatu peristi- tercipta di dalam narasi ini adalah dite-
wa yang mengganggu keseimbangan gakkannya kembali keseimbangan, situ-
(harmoni). Dalam tahap cobaan awal, asi Desa Batu Nantai telah kembali ke
Khayangan melakukan invasi, menang- keadaan semula. Semua konflik telah
kap beberapa orang penting, termasuk berakhir. Di sinilah cerita berakhir de-
orang tua Keliang, Dabuang, dan ngan subjek yang berhasil mencapai ob-
Jengkuan. Mendapati situasi seperti ini, jek.
Inai Abang melakukan segala daya upa-
ya untuk mulai mencari dan menyela- Poros Semantik: Bagaimana Bumi Menga-
matkan tahanan Khayangan. Dalam upa- lahkan Langit
ya menyelamatkan objek itu, terdapat Bagaimana bumi dapat mengalahkah la-
berbagai rintangan. Inai Abang pun mu- ngit? Bukankah langit memiliki supre-
lai menguji kemampuannya dengan se- masi terhadap bumi? Bagaimana penje-
lendang pelangi. Anak Inai Abang pun lasannya? Menurut Greimas, analisis na-
membantu dengan mengungkap mak- ratologi harus sampai pada tataran dis-
sud sebenarnya dari sang ibu, adalah kursif, yaitu kajian untuk mengungkap
menghimpun kekuatan membebaskan tiga poros semantik. Dengan mengung-
tawanan Khayangan. kap poros-poros semantik ini, peneliti

46 Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print)


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

dapat memahami dengan baik pandang- dan damai antara dua bersaudara meru-
an dunia masyarakat (Barthes, 1966). pakan hal yang biasa, sekalipun manusia
Kajian naratologi tidak berhenti pada langit dikaruniai hidup baka sedangkan
teknologi cerita saja tetapi lebih dari itu manusia bumi mengalami hidup yang fa-
harus mampu mengungkap thoughts, na.
feelings, dan unconscious komunitas pe-
nuturnya (Fludernik, 2009). Dalam kon- Poros Kekuatan
teks uraian ini, digunakan bagan poros Ada dua kepentingkan subjek di dalam
komunikasi seperti yang digambarkan memperjuangkan objek, yaitu memenu-
Greimas pada Gambar 4. hi amanat dan tuntunan leluhur sebagai
pengampu adat yang bertanggung jawab
Gambar 4 menegakkan adat. Tanggung jawab itu
Skema Poros Semantik tidak bisa ditawar-tawar karena mereka
bertugas menjamin kelangsungan hidup
keturunannya di atas bumi. Karena itu,
gangguan terhadap adat dan para pe-
mangku adat merupakan sebuah pelang-
garan berat yang harus dihadapi dengan
segenap kekuatan yang dimiliki.
Dalam Kana Inai Abang Nguak, keku-
atan subjek menjadi berlipat ganda kare-
na didukung oleh Laja, seorang Tuak ‘pe-
Poros Pencarian
lindung perang’, untuk mempersiapkan
Poros semantik Greimas terfokus pada penyerangan ke langit. Semua penduduk
poros pencarian (desire pursued) yang bumi dimintai dukungan dan sumbang-
mengungkapkan interaksi aktan pengi- an beras padi dan beras ketan. Laja pun
rim di dalam menginspirasi subjek un- memanggul semua hantu dan roh nenek
tuk mencari objek (Onodera, 2010). Ak- moyang untuk membantu perang. Keku-
tan-aktan yang berperan di dalam poros atan magis atau kesaktian yang dilibat-
pencarian merepresentasi pandangan kan dalam penyerangan ini antara lain,
dunia masyarakat Dayak Desa. selendang pelangi, cincin sakti, bulu lan-
Dalam kana Inai Abang Nguak, lelu- dak, dan sarung pedang. Laja dibantu
hur manusia menggariskan tatanan, har- pula oleh Kumang, ular kobra, dan raja
moni manusia di dalam adat-istiadat. Di burung. Kekuatan penuh dari bumi ini
dalam adat itulah leluhur hadir dan me- tidak diimbangi kekuatan langit yang
mastikan adanya tatanan bagi keturun- sama sekali tidak menduga akan dise-
annya. Itulah hukum bumi. Sekalipun rang makhluk-makhluk tak berwujud.
dalam teks tersebut tidak disebutkan
tentang hukum langit, penjelasan terse- Poros Komunikasi
but membantu menerangkan bahwa la- Terjalinnya kembali komunikasi antara
ngit pun memiliki hukum dan cara hi- leluhur (pengirim) dengan keturunan-
dupnya sendiri. Interaksi antara langit nya (penerima) melalui para pemangku
dan bumi, seperti dipahami masyarakat adat (objek) merupakan cita-cita ideal
Dayak, adalah sebuah hal yang biasa. yang diperjuangkan di dalam teks Kana
Dalam kebudayaan mereka, bahkan di- Inai Abang Nguak. Cita-cita ideal itu pun
sebutkan bahwa leluhur yang tinggal di terwujud melalui perjuangan subjek
bumi dan di langit merupakan saudara membebaskan objek dari tawanan keku-
sekandung, yang lahir dari ayah dan ibu atan langit. Dalam konsep orang Dayak,
yang sama. Karena itulah, relasi, konflik,

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 47


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

bumi dan langit (khayangan) dihubung- memiliki tatanan dan aturan sendiri
kan oleh sebuah pohon besar (lihat yang memungkinkan warganya hidup
Damayanti, 2017:8). Teks ini menyebut dengan aman dan nyaman. Tindakan la-
‘pohon ara’. Manusia naik ke langit mela- ngit menangkap para pemangku adat
lui akar pohon ara yang dijaga oleh se- bumi adalah pelanggaran berat yang
ekor ular kobra. perlu mendapat perlawanan keras dari
Perjalanan ke langit berjalan dengan bumi. Itulah alasan yang sangat kuat bagi
lancar. Serangan bumi ke pemukiman manusia untuk menyusun serangan dan
orang langit juga terjadi dengan cepat perlawanan ke langit. Ketiga, menghada-
dan tidak terduga-duga karena makluk pi provokasi langit yang menyerang inti
yang datang dari bumi berwujud hantu dan sumber aturan kehidupan manusia,
(roh) yang tidak kelihatan. Lagi pula segenap kekuatan bumi bersatu padu
makhluk langit sedang berpesta melak- (manusia, hewan, roh, dan kesaktian)
sanakan gawai karena mengira bahwa menyerang langit dan berhasil mengem-
hantu sedang meminta korban persem- balikan harmoni bumi.
bahan. Kekuatan bumi yang bersatu pa-
du (manusia, hewan, roh, dan kesaktian) DAFTAR PUSTAKA
menyerang langit pun berhasil menga- Appell, G. N. (2010). World Oral Litera-
lahkan langit. Mereka membebaskan se- ture Project Voices of Vanishing
mua tawanan, membakar perkampung- Worlds: The Sabah Oral Literature
an langit, dan pada akhirnya mengem- Project. United Kingdom: University
balikan harmoni bumi. of Cambridge.
Barthes, R. (1966). “An Introductiont to
SIMPULAN the Structural Analysis of Narra-
Kana Inai Abang Nguak mengungkap tive” dalam Communications 8. In-
pandangan dunia orang Dayak Desa. Ka- troduction A l'analyse structurale des
na ini merupakan salah satu bentuk tra- r & cits.
disi lisan masyarakat Dayak Desa yang Astuti, S. (2014). Kana Bedai Mantuah
dituturkan dalam bahasa ritual formal Asam: Suntingan Teks, Terjemah-an,
dengan cara dilagukan. Dapat dikatakan dan Analisis Struktur. Pendidi-kan
bahwa kana merepresentasi dan mem- dan Pembelajaran, 3 (2), 1-16.
proyeksi keinginan terdalam masyara- Astuti, S, Susanti, Y, Thaum, Y. Y, Baryadi,
kat Dayak Desa. Kajian naratologi de- I. P. (2017). Penuturan Kana “Inai
ngan perspektif A. J. Greimas dapat me- Abang Nguak”: Suntingan Teks,
ngungkap struktur lahir dan struktur Terjemahan, Analisis Struktur, dan
batin Kana Inai Abang Nguak. Pada ta- Pandangan Hidup Masyarakat Da-
taran struktur diskursif, kajian ini me- yak Desa. Laporan Hibah Penelitian
ngungkap alasan mengapa langit dapat Kerja Sama Antarperguruan Tinggi
ditaklukkan oleh bumi. Pertama, langit (PEKERTI).
bukan entitas yang sangat asing dengan Astuti, S., Susanti, Y. (2017). Struktur Ge-
dunia ini. Sekalipun ada perbedaan ciri nerik dan Konvensi Penuturan Ka-
dan cara hidup antara langit dan bumi, na “Inai Abang Nguak”. Vox Eduka-si,
masyarakat Dayak percaya bahwa langit 8 (2), 109 -117.
dan bumi diciptakan dan dihuni oleh le- Carvalho-Neto, P, de. (1985). Concept of
luhur yang bersaudara kandung. Konflik Folklore (Jacques M.P. Wilson, pe-
dan damai di antara anggota keluarga nerjemah). Coral Gables, Florida:
merupakan hal yang biasa, bukan hal University of Miami Press.
yang luar biasa. Kedua, langit dan bumi

48 Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print)


Sri Astuti, Yoseph Yapi Taum/Atavisme, 21 (1), 2018, 35-49

Damayanti, D. (2017). Meratus: Nyanyi Makalah disampaikan dalam


Sunyi di Pegunungan Borneo. Yog- Pelatihan Metodologi Penelitian
yakarta: Lamalera. Badan Pengembangan dan Pembi-
Fludernik, M. (2009). An Introduction to naan Bahasa Jakarta, 1 – 6 Juni 2015
Narratology. Translated from the Susilawati, S., Astuti, S. (2016). Suntingan
German by Patricia Häusler- Teks, Terjemahan, dan Analisis Do-
Greenfield and Fludernik, M. Lon- ngeng pada Suku Dayak Seberuang
don and New York: Routledge. Desa Tempunak, Kecamatan Tem-
Herlina, N., Astuti, S. (2017). Analisis punak, Kabupaten Sintang. Kansasi,
Cerita Rakyat Lawang Kuari di Desa 1 (1).
Seberang Kapuas Kecamatan Seka- Suwondo, T. (2003). Studi Sastra Bebera-
dau Hilir, Kabupaten Sekadau. Kan- pa Alternatif. Yogyakarta: Hanindi-
sasi, 2 (1). ta.
Keraf, G. (2000). Diksi dan Gaya Bahasa. Taum, Y. Y. (2011). Studi Sastra Lisan: Se-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. jarah, Teori, Metode, dan Pendeka-
Kwiat, J. (2008). From Aristotle to tan Disertai Contoh Penerapannya.
Gabriel: A Summary of the Narrato- Yogyakarta: Penerbit Lamalera.
logy Literature for Story Technolo- Teeuw, A. (1978). Sastra Baru Indonesia
gies. Technical Report KMI - 08 – 01. I. Ende: Nusa Indah.
Knowledge Media Institute, The _______.(1983) "Indonesia Antara Kelisan-
Open University, UK. Available at: an dan Keberaksaraan" (dua ka-
http://kmi.open.ac.uk/publica- rangan) dalam BASIS No. XXXVII-11
tions/pdf/kmi-08-01.pdf. Diunduh dan XXXVIII-12. Yogyakarta: Andi
Juni 2017. Offset.
Onodera, S. (2010). Greimas's Actantial _______. (1988). Sastra dan Ilmu Sastra:
Model and the Cinderella Story: The Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Simplest Way for the Structural Pustaka Jaya - Giri Mukti Pasaka.
Analysis of Narratives. Japan: Hirosa- Usop, L. S. (2016). “Pergulatan Eliti Lokal
ki University. Kaharingan dan Hindu Kaharingan:
Ricco, P. (2014). Dudu: Suntingan Teks, Representasi Relasi Kuasa dan
Terjemahan, dan Analisis Struktur Identitas” dalam http://www.jurnal-
(Kajian Sastra Lisan Dayak Kantuk onlinejpips.com. Diunduh Juni 2017.
Rombai). Vox Edukasi, 5 (1). Zaimar, O. K. S. (1991). Menelusuri Mak-
Santoso, P. (2015). “Kajian Historis Kom- na Ziarah Karya Iwan Simatupang.
paratif Cerita “Batang Garing” Jakarta: Balai Pustaka

Copyright © 2018, Atavisme, ISSN 2503-5215 (Online), ISSN 1410-900X (Print) 49

Anda mungkin juga menyukai