Anda di halaman 1dari 3

Riau Pos

AHAD, 16 JULI 2017 ESAI 27


BEJIBAH: Yaitu bermakna dengan makna banyak, seperti kata orang kepada (Pengetahuan Bahasa, Kamus Logat Melayu Johor, Pahang, Riau dan Lingga oleh Raja Ali Haji, cetakan pertama,
seseorang: Adakah limau Cina di pasar-pasar itu? Jawab seseorang: Limau Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Bagian Proyek Peneli-
Cina bejebah di pasar itu, tiap-tiap kedai sahaja berkeranjang-keranjang. tian dan Pengkajian Kebudayaan Melayu, Pekanbaru 1986/1987).

Sastra Menjamah Kebinekaan


Oleh : JUMARI HS. sampai ke Nusantara sekitar 60.000 tahun lalu. puisi « Parikesit ( 1971 ) karya Gunawan Muham- koh menyimpulkan, bahwa tarian striptease di
Sementara Mongoloid melakukan migrasi sekitar mad yang memafaatkan aspek lokalisme sebagai metropolitan Jakarta tak beda dengan tarian khas
TEPATNYA 10 Juli 2017 di Balemong Resort 56.000 tahun kemudian. Ras Australomelasid inovasi dalam pengucapan serta menggunakan suku pedalaman di rimba belantara Irian Jaya.
Ungaran-Semarang berlangsung baca pusi dan ditengarai sempat menyeberang ke pulau Su- motif cerita tradisional Jawa untuk menyatakan Apa yang telah dilakukan para sastrawan
diskusi dengan tajuk “ Temu Penyair dan Disk- matera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, bahkan sikapnya sebagai orang modern. Apa yang ter- kita masa lalu dan sekarang ini adalah sebuah
usi Merawat Kebinekaan “ kegiatan sastra yang sampai ke Flores. tuang semua itu, bagian esensi sebuah keber- manisfestasi budaya kebenikaan bahasa, rasa
diselenggarakan Balai Bahasa Jawa Tengah ini Jadi proses migrasi di Nusantara sebenarnya agaman budaya lokal yang tersebar di berbagai yang teraktualisasi melalui bentuk literasi kreatif.
menghadirkan narasumber Sosiawan Leak ( Solo berlansung dari zaman ke zaman. Hal itulah yang wilayah Nusantara yang dieksplorasi oleh para Seperti juga yang di paparkan Handry TM ten-
) dan Handry TM ( Semarang ). Pardi M. Hum membuktikan bahwa sejak dahulu Nusantara sastrawan secara konsisten dalam menjaga tang keagungan karya puisi dengan mengadopsi
selaku kepala Balai Bahasa, selain membuka menjadi kawasan silang budaya, tempat ber- makna kebenikaan. ungkapan Oscar Wilde yang bersuara lantang «
even tersebut juga memaparkan harapannya, temu dan interaksi berbagai macam ras serta Demikian juga, dalam ranah wilayah per- All bad poertry Springs from genuine feeling «
yang mempertegas dunia sastra, iksi maupun keturunan. Dengan demikian, bangsa ini boleh puisian, kita dapat bercermin dikala Sutardji Penyair Irlandia itu lebih menilai, seburuk apap-
budaya memiliki pengaruh besar terciptanya kita katakan telah memiliki kultur kebenikaan Calzoum Bachri terinspirasi oleh kebudayaan un puisi yang yang ditulis, ia selalu berangkat dari
kebinekaan. Sebab sastra itu sendiri bagian nilai yang kokoh dan kuat jika bercermin pada histori melayu hingga menghasilkan kumpulan puisi soul yang jernih. Hal ini diperkuat oleh pendapat
humanisme, sosial sebagai perekat pluralisme pengembangan kebenikaan di masa lampau. mantra « O « ( 19973 ) dan « Amuk « ( 1977 ), TS Eliot, bahwa puisi sejati adalah puisi yang su-
bangsa. Yang lebih menarik lagi. Ada rencana Jelas Sosiawan Leak yang juga sosok penggerak Gerson Poyk lewat karya cerpennya yang unik, dah mampu berkomunikasi sebelum dipahami.
Balai bahasa ttahun 2018 akan melounching gerakan anti korupsi. kocak, dan menggelitik « Matias Akankari « ( « Genuine poetry can comunicate before it is
buku puisi karya para penyair Jawa Tengah Sastra dan Kebinekaan 1975 ) pun semput memperkenalkan keluguan understood «, ujarnya.
bertemakan « Kebenikaan «. Acara diskusi pun Merujuk sastra dalam kebenikaan, kita dan ketulusan yang dimiliki orang Irian Jaya Lebih kongkret lagi, Handry menyimpulkan
terasa menarik setelah beberapa penyair seperti sependapat terhadap fungsi bahasa dan ( kini Papua ) lewat karakter tokoh pendapatnya, bahwa Puisi itu sebuah karya
Bambang Eka Prasetya ( Magelang, ), Heru Mugi- rasa yang keduanya mutlak bagian utamanya. Penulis kelahiran kejujuran yang memiliki itrah penyuara kebe-
harso ( Semarang ) Wage Teguh Wiyono ( Cilacap implementasi sebuah karya sastra Rote, Nusa Tenggara Timur naran. Puisi juga merupakan internality proses
) dan lainnya meramaikan pembacaan puisi yang sebagai permersatu serta perekat itu sempat menemukan penyairnya. Sebagaimana yang dilakukan Ren-
diteaterikalisasikan sangat apik. perbedaan. Sebagaimana kerja-ker- ironi yang mendor- dra saat menulis Pamlet Pembagunan dalam
Adapun diskusi yang membahas isu-isu per- ja kesusastraan yang bisa kita lacak ong sang to- puisinya menawarkan sebuah modeling gimana
pecahan yang belakangan kembali menyeruak dengan genre dan gaya penulisan puisi bisa bersuara keras dan menjadikan para
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berbeda. Sebut saja prosa liris pemimpin negeri, penguasa, partai politik dan
ternyata merupakan kegelisahan serius yang ha- berjudul « Pengakuan Pariyem para koruptor « alergi « mendengarnya. Jadi apa
rus segera ditangani, dan sastrawan, budayawan « ( 1994 ) karya Linus Suryadi yang dituturkan kedua nara sumber dalam disku-
serta pengampu kebijakan seharusnya secara ber- AG dan Novel « Ronggeng si ini, kita mencatatnya bahwa kerja sastra adalah
sama-sama bisa segera mengatasi permasalahan Dukuh Paruk « ( 1982 ) « menyapa atau mengingatkan « untuk kembali
tersebut. Mencomot sepenggal ucapan Arkeologi karya Ahmad Tohari. ke jalan yang benar, bersatu, jujur, kreatif dan
Nasional, Prof Bagyo Prastyo. Acapkali kita be- Juga dalam antologi selalu ingat sejarah yang menjadikan kebenikaan
ranggapan, bahwa kebenikaan hanyalah hal-hal itu sebuah kekayaan budaya yang inspiratif serta
yang termanifestasikan sebagai adat istiadat dan memperkokoh kedaulatan bangsa.. Semoga.
kebudayaan yang bersifat isik atau kasat mata.
Namun realitas kebenikaan itu sesungguhnya
sebuah ruh pluraliskegime yang sangat urgen Jumari HS. Sastrawan dan Budayawan tinggal
dalam menjaga kemajemukan kehidupan. di Kudus Jawa Tengah. Lahir, 24 Nopember
Itulah prolog atau pengartar Sosiawan Leak 1965. Karya-karya sastra banyak
lebih menandaskan, kebenikaan dalam sudut bertebaran di berbagai media
pandang arkelogis yang sesungguhnya telah masa, Buku puisinyal yang
meninggalkan jejak-jejak di Nusantara ini. Hal telah terbit “ Tembang
itu jelas tak terbantahkan, Tembakau dan Tentang
melihatkan dari keberag- Jejak Yang Hilang “
aman yang ada sekarang sekarang duduk sebagai
telah menjadi kekayaan ketua Teater Djarum.
budaya yang adi luhung dan
terwujud pada sebuah do-
kumen, buku maupun media
pernerbitan sastra yang dapat
dinikmati dan dirasakan sampai
sekarang. dapat kita pahami, sejak
awal produk kebudayaan modern,
seperti kesusasteraan selalu menjun-
jung nilai-nilai keberagaman menjadi
suatu keniscayaan. Keberagaman juga
selalu diberi ruang seluas-luasnya.
Lebih gamblangnya, jejak-jejak potensi
berbenika terungkap lewat penelitian
arkeologis ( oleh Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional ) di situs Goa Harimau, Sumatera
dan song Keplek, Jawa Timur, yang menun-
jukkan bahwa antara ras Australomelanesid
dan Mongoloid pernah hidup berdampingan.
Meski sama-sama dikategorikan sebagai ras
awal manusia modern ( Homo Sapiens ) namun
migrasi yang dilakukan kedua ras usai zaman
es itu terjadi pada kurun waktu yang berbeda.
Australomelanesid menyeberangi lautan untuk

Parade Ragam Imajinasi


Oleh: UDJI KAYANG ADITYA taskan tumpukan buku Anda dalam 2 jam?” Paradisa Apoda terdiri dari beberapa gerbong, juga eksplorasi teknik berkisah. Beberapa cerpen
SUPRIYANTO Parade imajinasi Eko dibuka oleh cerita di antaranya gerbong para pelamun, gerbong Eko hanya terdiri dari satu monolog panjang
(sangat) pendek berjudul Kebahagiaan. Cerpen pengusir sepi, dan gerbong masa kecil. Di Literia, belaka, dibuka dan diakhiri dengan tanda petik,
IMAJINASI tak selamanya berakhir di rengku- berkisah tentang suatu pertemuan yang mengo- melamun bukan perihal tabu. Melamun bukan sebut saja cerpen Bukan Aku yang Membunuh-
han ceracau khayali. Buku kumpulan cerpen Ag- brak-abrik tatanan waktu. Kisah dibuka dengan membuang waktu, melainkan menciptakan wak- nya dan Aku Ini Ibumu. Pemilihan tokoh dalam
ama Apa yang Pantas bagi Pohon-Pohon? (2016) agak mengejutkan: Pagi hari pintu kamarku tu; menciptakan jeda untuk memeriksa apa yang cerpen Eko cukup variatif, tak melulu manusia.
mendokumentasikan sekian imajinasi liar Eko diketuk dengan keras. Keras sekali. Kubuka dan sudah kita miliki atau apa yang baru saja hilang, Demikian pula pilihan namanya, terkadang Eko
Triono. Buku itu masuk lima besar Kusala Sastra ada anak kecil. Kutanya, siapa? “Aku anakmu di baru saja pergi (2016: 63). Pemaknaan Eko atas meminjam nama tokoh terkenal (Kublai Khan,
Khatulistiwa 2016 untuk kategori prosa, sebelum masa depan nanti.” (2016: 29). Kita yang akrab “melamun” mengingatkan kita kepada pemikiran Marco Polo, misalnya), terkadang memakai
dikalahkan oleh Raden Mandasia si Pencuri Dag- dengan serial televisi superhero DC Comics Heidegger tentang waktu asali (zeitlichkeit). nama-nama aneh. Pemilihan karakter bernama
ing Sapi (2016) garapan Yusi Avianto Pareanom. tentunya akrab dengan perjalanan waktu demi Waktu asali ditakar oleh setiap eksistensi, atau inisial (Pemuda E) sebagai tokoh di cerpen Babi
Kita tidak usah mengurusi penganugerahan sebuah penyelamatan. Perjalanan waktu dalam jika meminjam term Heidegger: dasein, secara Mentah pada Batu Vinunung dan Sebagainya dan
itu. Kita hanya butuh membaca, dan bahagia episode superhero bisa dilakukan oleh he Flash, kreatif dan pribadi. Hanya saja, kita lebih sering Takut dan Ranumerta mengingatkan kita pada
karenanya. Tujuh belas cerpen di buku Eko yang manusia tercepat di bumi, maupun komplotan menjumpai waktu asali yang disamaratakan jadi Franz Kafka yang pernah lebih dulu menamai to-
berpredikat Sastra Perjuangan ini barangkali Legends of Tommorow dengan kapal penjelajah konsensus bersarana detik, menit, jam, hari, pe- koh utamanya di novel Der Prozess (1925) dengan
sudah pernah kita baca sebelumnya, lantaran waktunya. Namun, alasan kedatangan si anak kan, tahun, dan lain-lain. Penyamarataan waktu nama inisial (K, lengkapnya Josef K).
pernah terpublikasi di beberapa media cetak dari masa depan, dalam cerpen Eko, terasa sepe- asali ini Heidegger sebut dengan waktu objektif, Bukan hanya itu, “nama” saja sudah cukup bagi
nasional maupun lokal. Sementara, cerpen-cer- le. “Aku cuma ingin tahu masa muda Ayah,” kata alias innerzeitigkeit (1953: 405). Eko dalam menbuat cerpen. Ada satu cerita san-
pen lainnya belum pernah ditayangkan media si anak (2016: 30). Tepat setelah Paradisa Apoda (apabila mem- gat pendek (lagi) dalam buku kumpulan cerpen
cetak mana pun, terutama cerita sangat pendek Cerpen berjudul Paradisa Apoda memper- baca cerpen-cerpen secara urut), kita berjumpa Eko, berjudul Namamu. Ketika namamu adalah
Eko yang bakal merepotkan penata letak apabila temukan kereta api dan literasi dalam kemanung- cerita sangat pendek lagi. Cerpen Anak Manis hujan yang jatuh menyentuh siapa saja, namaku
dipaksakan muncul di koran atau majalah. galan imajinasi. Kereta api sebetulnya sudah berkisah tentang seorang anak lugu yang tiba-ti- hanyalah sungai kecil yang tak bisa jika harus
Sebelum sampai pada cerpen pertama, kita lama akrab dengan buku. Dalam ilm Genius ba teringat sesuatu, lantas mengutarakannya mengalir tanpa belaianmu (2016: 174). Analogi
bakal disambut endorsement Damhuri Muham- (2016) misalnya, menampilkan adegan Max dengan percaya diri, tanpa beban, di tengah aku-kamu semacam ini adalah khas dalam per-
mad, komentar-komentar terhadap beberapa Perkins membaca naskah Tom Wolfe di gerbong kekhusyukan makan malam: “Anak Manis tahu, cintaan. Selain Eko, kita dapat menjumpainya
cerpen Eko, pengantar kurator, dan catatan kereta api, di sepanjang perjalanan. Pembacaan Papa itu korupsi, dan kata Bu Guru, Papa boleh dalam lagu Kita Mungkin garapan Sisir Tanah:
dari kritikus sastra kondang, Tia Setiadi. Tanpa di kereta api memang belum tuntas, namun dihukum mati.” (2016: 65). Pemunculan istilah jika kau mengalir sebagai dusta, aku adalah kata/
bermaksud meniadakan, kita boleh melewatkan suasana yang terbawa cukup berpengaruh, seh- “korupsi” di tengah cerpen-cerpen imajinatif jika kau dendam, aku sebagai damai/ jika kau
sementara berbagai komentar tersebut. Tujuan- ingga Perkins lantas berkeputusan menerbitkan memberinya tautan pada realitas. Korupsi berhembus sebagai maut, aku adalah waktu/ jika
nya jelas, agar kita bisa menikmati dan menakar naskah Wolfe sebagai Look Homeward, Angel jelas-jelas hal realistis, alih-alih sureal. Dalam kau dosa, aku sebagai doa. Tanpa mendengar Sisir
cerpen-cerpen Eko berdasarkan pembacaan (1929). Eko, dalam cerpennya, lebih merekatkan cerpen lain, tepatnya pada Pledoi Spesies Tikus, Tanah pun, kita sudah akrab dengan gombalan,
sendiri. Kita boleh lekas membaca komentar-ko- lagi intimasi kereta api dan literasi. Dikisahkan korupsi Eko munculkan kembali. Cerpen terkait “Dik, kalau kamu bunga, aku jadi kumbangnya
mentar di depan setelah tuntas mengakrabi cerp- ada kereta api bernama Paradisa Apoda yang mencoba berkomentar ihwal korupsi dari sudut ya!” Cinta barangkali memang dua entitas ber-
en-cerpen Eko. Toh, buku kumpulan cerpen Eko hanya berhenti sekali selama 18 jam 25 menit di pandang tikus. Para binatang pengerat itu tak beda yang saling berjumpa dan berkait. Aih! ***
cepat selesai dibaca, satu-dua hari sudah cukup tempat yang sama ketika berangkat, yaitu stasiun terima nama spesiesnya dipakai sebagai kata
untuk menuntaskan buku itu. Namun, kalau ingin pusat kota Literia. Stasiun ini mirip perpustakaan ganti koruptor!
menuntaskannya dalam waktu yang jauh lebih tua, dengan rak-rak tua, lantai tua, lukisan tua, Cerpen-cerpen Eko yang terhimpun dalam Ag- Udji Kayang Aditya Supriyanto
cepat, segeralah mendaftarkan diri di Seminar suasana tua, dan gadis penjaga yang sudah tua ama Apa yang Pantas bagi Pohon-Pohon? bukan Peminat sastra dan pengelola edaran Bukulah!
Bacakilat 3.0 yang beriming-iming “ingin menun- (2016: 61). saja menunjukkan keragaman perspektif, namun Bergiat di Bilik Literasi.

 REDAKTUR:KUNNI MASROHANTI  TATA LETAK: EKO FAIZIN


28 KEMBAYAT Riau Pos
AHAD 16 JULI 2017

Cerpen JASMAN BANDUL

Surat Cinta Adibah


BARANG kali, masih ada yang belum lunas. kembali kedalam saku celana. Segera aku keluar dari kamar kecil rumah
Tentang hutang - piutang, tentang rasa yang “Takkan aku apa-apakan fotomu itu,’’ makan itu, menuju meja makan. Tiba-tiba
belum terungkapkan, atau segala macam kataku. ada pemandangan aneh. Tamu rumah ma-
peristiwa, tentang aku dan kau, Adibah.  Saat “Ou, fotoku, dari mana kau dapatkan?’’ kan itu mengelilingi meja makan yang kami
ini aku masih di jeruji penjara, membaca surat Menginterogasiku. tempati.
terakhirmu. Sebentar lagi aku akan bebas. ‘’Ya…iya…kemarin, waktu itu….” jawabku “Ada yang pingsan, ada yang pingsan,’’
S u r a t C i n t a A d i b a h gugup dan berdebar. suara salah seorang pramusaji.
Kepada Rahman, lelaki yang kukasihi. ‘’Di teman-teman yang lain juga ada fotoku, Aku jadi terkejut dan kian berdebar. Siapa
Aku tak pernah sebahagia ini. bersamamu tapi foto yang ada di dompetmu membuat gerangan yang pingsan. Aku coba melewati
selalu membuat aku menjadi wanita kuat dan aku kawatir, sungguh,’’ katanya sendu. Ada celah-celah keramaian, betapa tak ku sang-
bergelora. Tapi kau tak pernah tahu, betapa perubahan di raut mukanya. ka, Adibah, sudah terkulai, dengan mulut
istimewanya dirimu. Tingkah konyol yang “Yakinlah, takkan aku apa-apakan, atau aku mengeluarkan cairan yang sangat menyengat.
selalu kau pertontonkan, menandakan kau kembalikan sekarang!” sambil mengeluarkan “Adibah!!” teriakku keras. Aku meng-
adalah lelaki terjujur yang pernah aku tahu. kembali dompetku. goyangkan bahunya seraya meneriakkan
Rahman, aku tak setuju kalau harta “Jangan, kau akan tahu maksudku,’’ katanya. sesesuatu ke telinganya. “Adibah, bangun,
adalah ukuran kebahagiaan seseorang. “Boleh aku tahu, untuk apa foto itu ada dalam bangun, mari kita nikmati keindahan malam
Aku menolak faham itu. Tapi, aku selalu dompetmu, jujur!” ini, Adibah, ayo!!”
hidup dalam tekanan batin, dan hampir Dengan tegas, tetapi tidak menekan. Inilah Tapi sampai saat itu, tak ada yang dapat ku-
sempurna. Aku terpaksa harus meneri- masalahnya, sekuat apa aku harus jujur pada lakukan. Seketika beberapa orang dari rumah
ma lamaran, dan itu harus aku terima. wanita anggun ini. bicara bohong saja susah sakit terdekat datang, ternyata pihak restoran
Rahman, aku sudah mulai picik, tak ada minta ampun, apa lagi perkara hati. sudah melaporkan ini ke rumah sakit. Adibah
yang bakal memiliki hatiku, selain kau, “Ini pesanannya pak, buk, selamat segera di rujuk ke rumah sakit terdekat untuk
bahkan aku takkan mengizinkan siapapun menikmati malam.’’ Pramusaji mempersila- pertolongan. Di ambulan, perawat menyatakan
memilikimu. Aku memutuskan malam ini kan aku dan Adibah untuk menikmati makan sesuatu yang tak aku kehendaki, Adibah telah
kita harus pergi bersama, dengan cara yang malam yang istimewa. tiada. Tepat di pangkuanku. Kepergian Adibah
sama yang sudah aku rencanakan beberapa “Uh, setengah jujur saja, boleh?” rayuku. sangat memilukan. Terutama bagiku, yang hanya
hari yang lalu. Tapi aku berubah pikiran. Lagi-lagi hanya senyum yang dilemparkan, dapat menikmati satu malam paling istimewa.
Meski  aku tak dapat memilikimu, tapi kau, dan aku mengerti, itu tanda persetujuannya. Dua hari setelah itu, pihak kepolisian
punya cinta yang masih berharga untuk wanita “Saat aku melihat dompetku lagi kosong, memanggilku untuk dimintai keterangan.
lain. Maka ku putuskan untuk pergi sendiri. biasanya aku akan emosi, sedih dan marah”, Aku menjawab seadannya. Tapi pihak polisi
Rahman lelaki yang kupilih. kataku. tidak percaya. Aku harus dipaksakan untuk
Malam ini, aku sudah melunasi hutang- “Lalu apa hubungannya dengan fotoku?” menjadi tersangka, pembunuhan. Pembunu-
hutangku. Kau akan membaca jawaban pertan- Tanya Adibah, penuh selidik. han pada pacar meja makanku, Adibah.  Aku
yaanmu dalam surat ini. Rahman, telah lama ‘’Iya, senyum di fotomu itu, dapat melulu- ditahan di dalam sel yang sempit. Sewajarnya
aku mencintaimu. Selalu ada rasa cinta. Tapi hkan rasa emosiku, jadi lebih bersemangat, sebagai narapidana tindak kriminal pem-
tak selalu dapat ku ungkapkan. Kau juga pema- ehem,’’ jelasku dengan semangat. bunuhan terencana. Tak ada pengacara yang
lu. Tetapi malam ini, harus aku lunasi meski ha- “Ehem,’’ itu saja jawaban yang dap- dapat ku sewa untuk meringankan, sedang
nya lewat surat ini. AKU MENCINTAIMU SEPE- at aku terima darinya. Bikin kesal saja. mentraktir Adibah makan malam saja aku
NUH HATI. Aku yakin kau akan menyukainya. “Kau terlihat necis malam ini, Rahman,’’ harus pinjam sana-sini. Hidupku memang
Rahman, surat ini jadikanlah bukti, bah- pujinya padaku. pahit kawan. Tapi aku tak sewenang-wenang
wa kau tak terlibat dalam masalah ini. ini Jelas-jelas aku jadi tersanjung. Meski dia pada siapapun, apa lagi orang yang aku cintai,
kehendakku, keinginan yang menurutku tahu benar, baju, celana dan sepatu yang Adibah.  Sebelum itu, aku meminta kepada
mulia, daripada harus membuat orang- kupakai malam ini, pinjaman. petugas untuk menemukan dompetku yang
orang sekelilingku terganggu.  aku akan “Ah, jangan menyindirlah, kau tak pernah tercecer di meja makan.
mencintaimu, dan aku kuat melakukan ini. memuji. Aku yakin ini hanya untuk menye- Aku merindukan foto Adibah yang ku
Rahman, terakhir, kau cintailah wani- nangkan hati,’’ ungkapku. selipkan di dompetku. Aku merindukan
ta selain aku, seperti kau mencintaiku. “Ehem,’’ lagi-lagi itu yang meluncur dari senyum yang selalu membuat aku jadi orang
Adibah, wanita yang mencintaimu. Selamat jadi terkejut, tak pernah ia berujar sekasar “Terima kasih, tak perlu berlebihan.’’ bibir mungilnya. pemberani. Beruntung pramusaji itu masih
tinggal. itu sepanjang aku dekat dengannya. Sekedar Pintanya. ‘’Tapi rambutmu, aku kurang menyukain- menyimpannya. Saat aku membuka dompet
*** dekat saja. Belum pacaran. Aku jadi terharu, “Tak apa-apa, ini malam untukmu.’’ ya,’’ katanya tanpa sembunyi. Aku bergegas itu, aku menemukan secarik kertas, baunya
Sudah hampir lima belas menit aku Boulevard menambah syahdu penantian. Kalimat itu lagi yang ku ulang. Terasa istime- berdiri. wangi sekali. Setelah membuka lipatan elok
menanti di meja makan ini. Entah berapa kali Kalian harus tahu, sepanjang kedekatan wa sekali. “Aku harus mempersiapkan segala “Baik, aku perbaiki dulu ke kamar be- itu, lipatan yang sudah barang tentu diatur
sudah aku ke belakang, mengemas rambut kami, yang aku tahu, dia adalah orang kaya hal, sekecil apapun,’’ jelasnya, juga singkat. lakang.’’ Ia tergesa-gesa. dengan rapi, sangat terencana, kalimat
poniku, merapikan kemeja dan celana kaki yang tidak merasa menjadi orang kaya. Dia “Oh, aku mengerti, perjalananmu juga “Nanti saja, setelah kau menjelas- pertama “Surat Cinta Adibah”. Aku terkejut
lebar, yang ku pinjam dari sahabat paling darmawan sekali. Suka berbagi jika ia dapat pasti agak sulit, macet. Izin orang tua juga kan dan menyelesaikan hutang- dan terhenyuh. Aku bukan lelaki cengeng
dekatku, Jupri. Sesekali mengelap sepatu rezki lebih. Kepada siapapun. Bahasanya lem- perlu kau peroleh.’’ Aku berusaha untuk h u t a n g m u p a d a ku ,’’ t e g a h Ad i b a h. untuk perkara cinta, tidak, tapi ini berbeda.
hitam. kalau sepatu, aku tidak meminjam, but. Bicara rupa, sangat rupawan, anggun dan membuat Adibah agak merasa tenang Suasana jadi serius. Aku jadi tidak fokus, bulu Ku simpan surat itu di bawah bantal tidurku.
tapi, dipinjamkan bang Mukhtar, kawan menarik. Itu yang membuat hatiku, dan siapa- dengan keterlambatannya. Meski sebe- romaku berdiri, dari ujung kaki sampai kepala.    Adibah wanita terbaik yang pernah aku ke-
sekamarku waktu dia masih menjadi maha- pun bakal tertarik. Bahkan ingin memilikinya, narnya aku adalah lelaki yang tidak pen- Darahku seperti disirap ke ubun-ubun. Terasa nal. Maka takkan ada seorangpun yang bakal
siswa. Tak necis kalau aku memakai sandal menjadikan ia pendamping hidup paling ideal. yabar dalam hal menantikan sesuatu. malam jadi hangat. Aku berkeringat. Tatapan menganggap dia wanita yang tak bahagia.
jepit, katanya. Inikan pertemuan luar biasa Ya, aku harus tetap menantikan kehadirannya Sejenak suasana menjadi senyap, Aku beru- mata jadi sembarangan. Ucapannya begitu Surat itu adalah amanah cinta, yang harus aku
dari yang sebelumnya, bukan?, aku menjadi di meja makan ini. Ini pertemuan yang luar bi- saha menatap wajahnya. Biasa saja, tak ada menekan dan ah, aku jadi tak karuan. Barang- simpan, dan pada akhirnya Tuhanlah maha
lega. Meski saat aku meminjam kemeja dan asa. Ada degup kencang dalam jiwa. Aku akan yang aneh. Tapi aku berdebar. Dia semakin kali aku akan kalah malam ini. Tapi, tiba-tiba, pemberitahu kabar gembira. Dan biarkan aku
celana itu, wajah Jupri sinis, bimbang tak  aku melunasinya malam ini. Ini adalah cita – cita. rupawan. Ah, aku jadi bersemangat untuk keberanian muncul, entah karena apa, mungkin mencintainya lewat tempat yang berbeda.
kembalikan. Aku tau benar. biar tak ada beban lagi. Jikapun hayat berakhir, melunasi hutang-hutangku. berharap dia juga karena rasa yang harus diungkapkan malam ini, Kau Adibah, di alam baka, dan aku di penjara.
Aku masih tetap menanti, seraya melihat Karena kematian selalu dekat, barangkali di begitu. Adibah. seperti tak akan ada malam-malam lain.
arloji di tangan sebelah kanan. Maaf, kalau atas meja makan ini, malam ini. “Kau pasti belum sempat makan malam, “Aku mencintaimu, Adibah,’’ ungkapku Bandul, Juni 2017
arlogi ini tidak meminjam dan dipinjamkan. Tidak berapa lama, setelah pikiran terbang ya?. Pesan makanan dan minuman yang pal- segera. Tanpa rasa bimbang, diterima, atau
Ini hadiah terakhir dari Abah, sebelum iya entah merambah kemana-mana, akhirnya, ing enak di sini. Ada Spageti juga. Ala Italia. sama sekali tak ada jawaban, mungkin hanya
bercerai dengan ibuku, beberapa bulan sosok wanita yang din anti-nantikan hadir Malam ini untukmu.’’ sekadar “ehem” saja. Jasman Bandul, lahir di Bandul, (Riau,
yang lalu. Memang bekas, tapi masih bagus, juga. Penampilannya tak perlu aku jelaskan Seraya memanggil mbak pramusaji,  “Aku sudah melunasi hutang-hutangku,’’ Indonesia) 10 Juni 1984, Beberapa puisi
merk berkualitas, dan sangat akurat sekali. lagi.  Kira-kira tiga meter jejak ke meja makan Adibah tersenyum menatapku. Aku jadi grogi. lanjutku singkat. pernah terbit dibeberapa Media Lokal Riau,
Suasana belum lengang, masih banyak tamu yang telah ku pesan, rasa lain bergelayut. “Malam ini aku traktir kau makan, jangan “Bagaimana denganmu?”, tanyaku lagi. antara lain Riau Pos dan Aceh (News Citra
berdatangan, ditambah lagi musik jazz, ses- Berdebar-debar. Pandangan  fokus pada ling- bimbang,’’ aku meyakinkannya. “Kau boleh ke belakang, perbaiki dahulu Aceh : 2014). Beberapa sajaknya termaktub
ekali musik melayu mengiringi perjalanan karan meja makan. Tak kuat hendak menatap “Memang sudah punya banyak uang?” rambutmu itu, supaya aku tidak terganggu dalam antologi puisi (Puisi Pilihan Riau Pos
waktu. Semakin tak terasa lama menanti. Dia mata wanita yang sebentar lagi akan berada tanyanya sambil menatap habis separuh saat ingin melunasi hutang-hutangku,’’ 2014 : Bendera Putih Untuk Tuhan), (Puisi
tetap harus ku nanti. Ini pertemuan luar biasa. di hadapan, dan akan ku ajak makan. Padahal badanku. pintanya. Pilihan Riau Pos 2015 : Pelabuhan Merah),
Meski ini sesuatu yang tidak biasa bagiku, ini bukan pertemuan yang pertama.        “Sudah, beberapa waktu sebelum aku Ternyata urusan rambutku belum selesai dan Antologi Puisi “Puti Bungsu” Majlis
menanti. Aku menyemangatkan diri. “Aduh, jadi serba salah.’’ Kataku perlahan. berniat ingin meneraktirmu,’’ jawabku cepat. juga. Aku yakin dia juga gugup seperti apa Alumni PSPBSI FKIP Universitas Riau
“Apa dia marah ya?” Bertanya-tanya, “Sudah lama menanti?” tanya Adibah singkat. “Hahaha.’’ Tawanya lembut, tapi agak yang aku rasa saat ini. rambut, hanya masa- Tahun 2015. Antologi puisi “ Melukah Bulan
seadanya. “Oh, belum lama, hanya dua puluh menit sinis. Ya, selama ini, aku hanya makan gratis lah cara. di Malam Kemarau” dan Kumpulan Cerpen
Memang, sebelum pertemuan malam ini, dari waktu yang kita janjikan disurat itu,’’ darinya. Wanita ini memang darmawan. Di kamar kecil rumah makan itu, aku “ Lorong” tahun 2015 oleh Komunitas
beberapa hari yang lalu, kami sedikit berteng- jawabku. Orang berada. menghadap cermin, tak kuhirau benar ram- Gemar Menulis Kecamatan Tasik Putri
kar. Sedikit saja. Aku marah. Ya, marah, sebab   Pandangan tetap ke meja makan yang Sambil mengeluarkan dompet dan mem- butku, tapi aku kawatir, jawaban apa yang Puyu, Kab. Kep. Meranti, Riau, dan termuat
dia tak mau ku ajak makan malam, itu saja. Ku masih kosong. Belum ada pesanan. bukanya, terlihat beberapa lembar uang lima- bakal aku dapatkan. Aku memang sudah siap, pada Antologi TIFA Nusantara 3 2016
tulis begini dalam surat yang ku kirim ke dia “Kau marah?” tanyanya lagi. puluh ribuan. “Coba lihat ini, ada beberapa tapi, rasa gugup itu tak dapat disembunyikan. Kalimantan Selatan. Saat ini bertugas
waktu itu, “ hutang piutang kita belum lunas, “Tak apa-apa, ini malam untukmu.’’ lembar, aku rasa cukup, bukan?” Dengan Serapat apapun caranya. Aku coba mem- sebagai tenaga pengajar di SMA N 1 Tasik
belum sama sekali.’’ Begitu kataku dalam surat     Akupun berdiri sambil merapikan kemeja bangga aku memperlihatkan isi dompetku. beranikan diri. Dari awal pertemuan sampai Putri, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau,
itu. Dia membalasnya dengan agak keras, pinjaman, lalu menarik kursi ke belakang dan “Hum, ada foto juga ya, foto siapa itu?” detik ini, dia selalu baik-baik saja. Ah, aku Indonesia. Dan aktif mengelola komunitas
tinta merah pula, begini katanya, “aku tak per- mempersilakan Adibah duduk. sambil melirik jelas ke isi dompetku. Secepat yakin dia akan memberikan kejutan yang sastra (Komunitas Gemar Menulis) Kec.
nah berhutang denganmu, apapun itu.’’  Aku “Silakan duduk puan gurauku.’’ kilat aku tutup dompetku, dan memasukkan luar biasa. Dia akan menerimaku. Semangat!. Tasik Putripuyu.

ALINEA

Gaya Tulisan yang "Bukan-Bukan"


PADA medio Desember 2015 hingga akhir sekuler. Sehingga, esai dalam tilikan Muhiddin tuk menemukan metafor-metafor estetis dan bertungkus lumus dengan urusan politik
Januari 2016, i:boekoe (Indonesia Buku) M Dahlan adalah gaya tulisan yang “bukan-bu- karangan ilmiah bergulat dengan nalar rasio merupakan entitas yang selalu mengumbar
menyelenggarakan Kelas Esai dengan “guru kan”. Ia bukan sastra, dan bukan pula ilmiah. untuk menemukan “jalan” terang objektivi- provokasi dan menyulut propaganda. Karena
utama” si empu arsip, Muhiddin M. Dahlan. Esai seperti ingin meretas jembatan yang tas, esai memadukan dua-duanya. Imajinasi tak membutuhkan pembuktian, atau arena
Sebagai empu arsip, Muhiddin memiliki menghubungkan puisi dan ilmiah. Sekali- diterima dan rasionalitas pun demikian. eksperimentasi-rasional, cukuplah esai men-
segudang contoh esai yang melintasi zaman gus meredam subjektiitas dan objektivitas Ignas Kleden dalam Esai: Godaan Sub- gajukan praduga dan pertanyaan.
ke zaman. Muhiddin, mengenalkan esai-esai penulis. Ia berada di lingkaran moderat, di jektivitas (2004) menegaskan, bahwa ketika: Inilah yang dilakukan Refli Harun, saat
zaman pra kemerdekaan hingga pasca 70 tengah-tangah kutub puisi dan ilmiah. Zen “Membaca sajak kita terserap dalam sua- mengusik MK, dengan esainya MK Masihkah
tahun Indonesia merdeka pada kami. Rs (2010) menyebut ihwal posisi esai yang sana puitis, membaca karangan ilmiah kita Bersih? (Kompas: 2010). Gugatan yang tak
Seabrek tulisan dari nama-nama tenar berada diantara pojok kiri puisi dan pojok berkutat dengan analisa objek penelitian. berbukti itu, cukup keramat, karena selang
pun diperkenalkan. Tersebutlah nama Tirto kanan karya ilmiah. Sedangkan membaca esai, sebaliknyaa, beberapa bulan pasca esai itu ditulis, Ketua
Adhi Soerjo melalui Boedi Oetomo (Medan Seorang peneliti, akan begitu militan dan cendrung membuat kita teringat penulisny, Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar jadi
Prijaji: 1909), Sukarno dengan Nasionalisme, heroik memburu bendera objektivitas. Ka- AHMAD NAUFEL karena gerak-gerik, mimik dan gestikulasinya, pesakitan yang harus menggenakan rompi
Islamisme dan Marxisme (Soeloeh Indonesia rena objektivitas adalah kekuatan yang tak Pengelola TBM Hasyim demikian pun kegembiraan dan rasa jengkel “Tahanan KPK”.
Muda: 1926) hingga Joko Widodo dengan terperikan dalam lingkaran sawala ilmiah. Asy’ari Yogyakarta akan muncul dalam kalimat-kalimatnya.” Spektrum cakupan esai begitu luas, dan
Revolusi Mental (Kompas: 2014) dan Dahlan Objektivitas adalah ortoritas kebenaran. Membaca esai Goenawan Mohammad, kita tak hanya bersimpatik dengan persoalan
Iskan dengan Egois Dua Tahun untuk Mend- Begitupun sebaliknya, puisi seperti ingin seolah ditarik menuju ambang absurditas, tetek-bengek belaka. Toleran pada segala ses-
ung Tebal (Jawa Pos: 2015). Dan itulah esai. merangkum realitas dalam subjektivitas. Se- pada sesuatu yang entah? Dalam esai, emosi ketidakjelasan dan keabu-abuan. Goenawan uatu adalah salah satu sifat esai. Ia melintasi
Secara genealogis, kata esai berakar dari gala yang diresepsi, menyucur melalui subjek diaduk-aduk, namun tanpa ada pretensi me- manambang kata-kata untuk dijadikan ana- pakem-pakem tertentu. Karena itu, menjadi
Michel de Montaigne (1533-1592). Montaigne “aku”, sang penyair. nenggelamkannya ke samudera puitik. sir puitis dalam esainya. Sehingga, tendensi esais generalis seperti Mahbub Junaidi, AS.
mendefinisikan esai sebagai “percobaan”. Tapi esai tak memiliki kehendak untuk Jika, di dalam puisi, kita mesti bersusah puitisnya lebih kentara dalam esai yang dia Laksana, atau Gus Dur tidak jadi soal, dan
Tulisan yang coba-coba. Tak serius. Karena menegasi dan mengairmasi secara absolut payah menginterpretasi. Hingga diktum narasikan. jadi spesialis pun laiknya Yasraf Amir Piliang
itu, esai mampu memainkan cita rasa sastra- karangan ilmiah ataupun puisi. Dalam Esai matinya pengarang (the death of author) Berbeda dengan Goenawan, Nurcholis dalam menulis esai juga tak haram.
wi dengan cita rasa ilmiah. Tergantung pada Tentang Esai (1982), Arif Budiman menerang- dijadikan altar pembenaran, maka dalam Madjid (Cak Nur), menulis esainya dengan Dan kerena itu, berterimakasilah pada
sejauh mana tendensi dalam suatu tulisan, kan bahwa esai seringkali melompot-lompat, esai kita bisa menikmatinya dengan khidmat, diksi-diksi yang linear. Lurus tanpa ada li- esais yang telah melunakkan yang keras dan
jika mendekati kutub sastra, esai menjadi dari objektivitas ilmiah ke subjektivitas puisi dangan seksama dan tanpa harus berger- ukan. Kita dibuat jemu membacanya. Porsi mengeraskan yang lunak. Membikin sepele
agak absurd. Namun sebaliknya, andai medan dan begitupun sebaliknya. Esai adalah esai. ilnya mematikan sang esais. Karena, esais ilmiah tertuang lebih signiikan, ketimbang yang serius, dan menyeriusi yang sepele.
magnetik ilmiah lebih kuat tarikannya, esai Ia bersifat demokratis dalam meyajikan kebe- harus mampu menyajikan realitas dengan rasa puitisnya. Namun, esainya Keharusan Mengobjektifkan yang subjektif, dan men-
akan menjadi lebih serius, hingga “perco- naran dan melukiskannya dengan simpatik. gamblang. Meskipun terkadang cara men- Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah subjetifkan yang objektif. Itulah hakikat esai.
baan” harus tungkus dalam “keseriusan”. Kebenaran dalam esai dihayati dan digam- gilustrasikannya memiliki beragam gaya: Integrasi Umat (1970) “berdarah dingin” dan Semua itu bergelayut dalam horizon pemaha-
Aktivis cum sastrawan Mahbub Junaidi barkan dengan riil, namun tanpa harus mendayu-dayu, menghentak, menuduh, meletup menjadi polemik berskala nasional, man yang “seolah-olah”--untuk tidak menye-
(1976) dengan bernas dalam memparodikan mengkonfirmasi ihwal validitasnya. Tak menggugat dan mengkritik. tentang ide sekulerisme. but yang “bukan-bukan”. Sehingga melalui
ideologi negeri ini sebagai ideologi yang “bu- membutuhkan ruang eksperimentasi rasion- Dalam esai, rasionalitas dan imajinasi ber- Persoalan menjadi lebih kompleks, jika segudang arsip tulisan yang “bukan-bukan”
kan-bukan”. Negara ini berasaskan Pancasila, al. Esai berjalan di tebing karangan ilmiah dan satu padu dalam satu langgam yang sama. Jika esai memercikkan bara yang siap membakar itulah Muhiddin M Dahlan menerbitkan buku
bukan negara agama, tapi juga bukan negara puisi. Ia adalah sebuah karya yang, menuju puisi selalu berkelindan dengan imajinasi un- apa saja yang menghalanginya. Esai yang Inilah Esai (2016).***

 REDAKTUR: KUNNI MASROHANTI  TATA LETAK: EKO FAIZIN


Riau Pos
AHAD, 16 JULI 2017 HARI PUISI 29
PUISI-PUISI HILDA WINAR

LUKA OBAM
Ada yang merindukanku nak,
Kupanggil namaNya mandilah
Lirih pakai tuxedomu
letih ini malam minggu
falseto gadis gadis menunggu

Aku takut suaraku tak terdengar Cilangkap, 5 April 2014


Lirih
letih
falseto
racun dunia menggumpal di tenggorokanku
kuhempaskan bersama seluruh kecongkakkanku REINKARNASI
dengan dengkinngan 7 oktaf
berharap Ars’syi tergoncang Di bawah pengaruh kabut
Seekor anak anjing memelukku malam ini
aku Tuhan,
makin lirih Jangan-jangan kami berdua punya DNA yang sama
makin letih DNA pengembara
falsetto naik setengah turun setengah
tak beraturan Candiroto, 10 April 2015

kutahan sampai sepenggal malam


sampai bulan sabit turun perlahan

kusapa lagi Kau


kali ini dengan sepenuh rasa KELANA KOTA TUA JAKARTA
sampai seluruh molekul tubuhku bergetar menggugurkan
rasa sakit kantuk menggayut di pintu surga
pembangunan,kebahagiaan, kejayaan,
kutatap kau dengan sepenuh mesra kesejahteraan, kemenangan dan Chandra Naya.
Terima kasih telah merindukanku
rawa lumbu, 18 ApriIl 2017 Melintas blandongan menuju petak sembilan.
bayangan seorang lelaki kurus melayang
slamdunk mengarahkan bola ke keranjang,
tubuhnya yang ringan bersimbah darah
dari lubang peluru tepat di dahinya,
Hilda winar lahir di Padang 20 februari
kemiskinan menjerumuskannya pada tubir neraka narkoba. 1965. Menulis puisi, fiksi mini dan pantun.
KANDANG HAUR Karya-karyanya termuat di berbagai media
Legenda kepala naga tak singgah di hidupnya on line. Walau kecintaannya lebih pada
Rembulan kandang haur tak akan pernah bulat sepenuh bahasa daerah tapi dia menerbitkan buku
bulat Dan gedung gedung tegap berdiri berabad lamanya, puisi dalam bahasa Indonesia-Inggis
Sampai indonesia benar benar merdeka (Panyalai) agar bangsa lain bisa membaca
ada yang tersungkur, rebah, merana, kusam dimakan usia. dan mengerti. Bebebapa puisinya juga
Bisik jaka sembung sepanjang palimanan
diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia dan
Pada senja yg menua, penglaju menderapkan langkah terbit di Rusia : mencari mimpi, victor
Kandang Haur, 8 April 2015 dengan wajah kaku dan lelah. Pabrik Pogadaev, klutch, moscow 2016 atau mencari
mimpi, victor Pogadaev, hw project, Jakarta
2016. Menulis buku antologi tunggal; Dari
kehidupan menjelma robot pada wajah. Titik Nol ke Kilometer Berikutnya (2014),
Panyalai, (2015) dan tergabung dalam
Tak hiraukan sayup azan Magrib kecuali gadget Kumpulan pantun Senandung Tanah Merah
HANYA KITA BERDUA yang tetap dikepit (Singapur 2016), antologi puisi Klungkung
Tanah Tua, Tanah Cinta (Klungkung
2016), Mencari Mimpi (Moscow 2016).
Tuhanku Dan aku tepekur lesu di sisi air mancur, Saat ini memimpin HW project yang bergerak
Boleh aku mengajakmu minum teh secangkir berdua? di bidang penerbitan dan pengorganisaian
Pagi ini cuma itu yang kupunya palang palang dimakan karat acara sastra dan teater, di antaranya;
Biarkan aku menjamu-Mu A Sono lumiere, Pusat Kebudadayaan
Dalam keremangan subuh-Mu Batavia, 22 januari 2014 Perancis (Bandung 2012), Ngabungbang
di Gunung Padang (Cianjur 2012), Bulan
Separuh Bayang (Jakarta 2013) , Samagaha,
Candiroto, 10 April 2015 (Jakarta2014), Tabur Sastra10 penyair
perempuan (Jakarta, 2016), dan Menjahit
Marat Sade, Bentara Budaya (Jakarta 2016).

GOSIP
gosip menyebar dengan baik
bahkan sampai di ruang amat pribadi
di jumlah tali kutang berikut bentuk renda
yg membungkus isinya
di celana dalam berikut lendir yang
menempel dilapisan dalamnya
pagi ini, mari kita cuci semua
lalu kita jemur di ruang amat terbuka
agar jelas semua
agar semua bisa melihat
adakah sisa pertempuran tadi malam disana

Cilangkap, 30 Januari 2015

LIBURAN
digang sebelah
perempuan dan balitanya
'besok libur ya, mah?'
'ya, tampan, kamu mau ikut ke taman mini gak?'

aku mau bilang: aku boleh ikut, mah?'


ah, pertanyaanku harusnya kuajukan 35 tahun lalu
sambil mencium pipi ibuku

Cilangkap, Gang Damai, 5 april 2015

 REDAKTUR: KUNNI MASROHANTI  TATA LETAK: EKO FAIZIN

Anda mungkin juga menyukai