Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MITOS GOA KREO DALAM MEMBANGUN NILAI SPIRITUALITAS


MASYARAKAT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah folklore

Dosen Pembimbing : Dr. Eko Punto Hendro, MA

Oleh :

1. Lentera Bagas K. (13040217130035)

Program Studi Antropologi Sosial

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro

Tahun Akademik 2018/2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mitos Goa Kreo bermulai dari perjalanan Sunan Kalijaga dalam mencari pohon jati untuk
digunakan sebagai tiang penyangga Masjid Agung Demak. Perjalanannya mencari pohon jati
bukanlah hal yang mudah, bahkan pohon jati yang ditemukannya konon katanya sering kali
berpindah pindah tempat ketika hendak ditebang. Hingga akhirnya pohon jati tersebut berhenti
di suatu tempat yang sangat sulit untuk dijangkau. Kemudian Sunan Kalijaga memutuskan
untuk bersemedi di dalam goa untuk meminta bantuan dalam mengambil pohon jati yang
terletak di tempat yang sangat sulit dijangkau itu. Tanpa disangka Sunan Kalijaga didatangi
oleh 4 ekor kera yang berbeda beda warnanya. Mereka semua ingin membantu Sunan untuk
memindahkan kayu jati tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Goa Kreo?
2. Bagaimana peran Goa Kreo dalam membangun nilai spiritual masyarakat?
3. Bagaimana peranan masyarakat dalam menjaga mitos tersebut?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui sejarah mitos Goa Kreo.
2. Mengetahui peranan Goa Kreo dalam membangun nilai spiritual masyarakat.
3. Mengetahui bagaimana peranan masyarakat dalam menjaga mitos Goa Kreo.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Mitos

Mitos merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu muthos yang
secara harfiah berarti cerita atau sesuatu yang diceritakan orang. Mitos merupakan cerita
yang diturunkan secara turun menurun oleh suatu generasi ke generasi lanjutnya di suatu
bangsa atau suku tertentu.

Dalam hal ini mitos memang sering diartikan sebagai cerita masa lampau yang berhubungan
dengan penafsiran kejadian alam semesta atau keberadaan makhluk di dalamnya. munculnya
mitos juga dianggap sebagai catatan mengenai kejadiaan bersejarah atau penjelasan mengenai
suatu ritual.

2.2. Teori Mitos

Strukturalisme Levi-Strauss. Mitos dan Nalar manusia, mitos dalam strukturalisme


Levi-strauss tidak harus dipertentangkan, atau harus kenyataan yang terjadi masa lampau.
Karena sebuah kisah atau sejarah yang dianggap masyarakat benar-benar terjadi ternyata
tidak berlaku untuk masyarakat yang lain, bsa jadi hanya dianggap dongeng. Mitos juga
bukan kisah suci, karena hal yang suci bagi satu masyarakat bisa jadi hal biasa-biasa saja bagi
masyarakat yang lain. untuk itulah dalam strukturalisme Levi-Strauss mitos adalah dongeng.

Mitos dan Bahasa, Pesan-pesan dalam mitos disampaikan lewat bahasa yang diketahui dari
penceritaannya, atas dasar pandangan inilah hingga kini orang masih mencari dan selalu
berusaha menggali pesan-pesan yang dianggap ada di balik berbagai mitos di dunia.

Struktur mitos, mitos bukan hanya dongeng pengantar tidur. Mitos terdiri dari berbagai
makna makna yang terdapat di dalamnya, menurut pandangan ini pesan pesan yang terdapat
dalam mitos di buat oleh nenek moyang terdahulu dan penerimanya adalah generasi
sekarang.

Mitos dan Nilai Sosial, Bagi Levi-Strauss mitos bersifat naratif yang diakui sebagai mitos,
meskipun maknanya secara tak sadar masih dipertimbangkan oleh orang yang mengunakan
mitos itu. Mitos digunakan masyarakat untuk menghadapi kecemasan dan memecahkan
masalah yang sedang di hadapi.
BAB III
PEMBAHSAN

Goa Kreo merupakan goa yang dipilih oleh Sunan Kalijaga untuk melakukan semedi untuk
meminta pertolongan. Goa Kreo juga merupakan titik akhir perjalanan Sunan untuk
menemukan kayu jati yang nantinya akan dijadikan ”soko guru” atau dalam harfiah diartikan
sebagai tiang penyangga.
3.1. Sejarah
Sejarah Goa Kreo tak lepas dari sejarah terciptanya daerah Jati Ngaleh atau dalam bahasa
Indonesia memiliki arti jati yaitu pohon jati dan ngaleh yang memiliki arti berpindah. Konon
saat Sunan kalijaga mencari pohon jati untuk dijadikan tiang penyangga Masjid Agung Demak
beliau menemukan pohon jati di daerah bukit Gombel. Tetapi anehnya setiap kali Sunan
Kalijaga akan menebang pohon itu, pohon jati itu selalu berpindah tempat. Walaupun demikian
Beliau tetap mencari pohon jati itu untuk dijadikan tiang penyangga masjid. Hingga suatu
ketika pohon jati itu terlihat di sebuah wilayah yang sangat tidak mungkin untuk diambil.
Kemudian Sunan Kalijaga bersemedi di suatu goa meminta bantuan untuk memindahkan kayu
jati tersebut. Pada saat bersemedi di Goa tersebut muncul 4 kera yang berwarna berbeda. Kera
tersebut memiliki warna putih , kuning , merah , dan hitam mereka semua berniatan untuk
membantu Sunan untuk memindahkan kayu jati tersebut. Setelah Kera kera tersebut berhasil
mengambil kayu jati tersebut Sunan yang konon memiliki kemampuan berbicara kepada hewan
dan tumbuhan meminta kepada Kera kera tersebut untuk menghanyutkan kayu jati tersebut di
sungai. Agar kayu jati tersebut dapat sampai ke Demak dengan waktu yang singkat.
Setelah dihanyutkannya kayu jati tersebut ke sungai masalah kembali muncul. Kayu jati itu
menyangkut bebatuan sungai, tetapi selang beberapa waktu Kera kera yang membantu Sunan
Kalijaga datang lagi dan membantu menghanyutkan kayu jati tersebut. Kemudian kayu jati
tersebut tidak lagi menyangkut di bebatuan dan Sunan Kalijaga dapat melanjutkan
perjalanannya. Ke empat kera tersebut berniat ikut bersama Sunan Kalijaga menuju demak,
tetapi Beliau melarang Kera kera tersebut dan memberi kewenangan kepada Kera kera itu
untuk menjaga tempat itu dengan berkata “Mangreho” yang berarti periharalah atau jagalah.
Dari kata “Mangreho” secara turun temurun wilayah tersebut mulai disebut “Gua Kreo”
3.2. Nilai Spiritual dan Peranan Masyarakat

Kata Kreo berasal dari kata “mangreho” yang berarti jagalah atau periharalah, dari
kata tersebut dapat diambil makna spiritual dalam 3 aspek yaitu. Hubungan antara manusia
dengan manusia, hubungan antara manusia dengan sang pencipta, dan hubungan manusia
dengan alam. Ketiga aspek spiritual tersebut telah di taati oleh masyarakat sekitar Goa Kreo
dalam menjaga hubungan antara manusia dengan manusia masyarakat serkitar Goa Kreo
saling bekerja sama menjaga lingkungan. Untuk menjaga hubungan antar manusia dengan
sang pencipta masyarakat sekitar masih melaksanakan kegiatan keagamaan atau pelaksanaan
upacara kepercayaan tertentu di sekitar Goa Kreo. Hubungan antara manusia dengan alam,
masyarakat sering kali memberi makan kera kera yang ada di Goa Kreo dan melakukan
penanaman pohon demi menjaga ekosistem di sekitar Goa Kreo.
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Mitos Goa Kreo merupakan mitos yang dibangun oleh nenek moyang terdahulu dan
mengandung pesan pesan yang ditujukan untuk generasi sekarang dan generasi yang akan
datang untuk terus mengamalkan pesan pesan yang terkandung dalam mitos Goa Kreo.
Adapun pesan pesan yang terdapat dalam mitos Goa Kreo, pertama manusia harus terus
menjalin hubungan dengan sesama manusia. Yang kedua adalah manusia diharuskan untuk
terus menjalin hubungan dengan sang pencipta. Lalu yang terakhir adalah manusia juga
diharuskan menjaga hubungan yang harmonis dengan alam.

4.2. SARAN
Masyarakat terdahulu telah dapat menciptakan mitos mitos sebagai sarana
penyampaian pesan agar masyarakat mampu bertingkah laku sesuai apa yang diharapkan,
dengan penciptaan mitos tingkah laku masyarakat mampu terpengaruh sedemekian rupa
menurut dengan mitos yang disampaikannya.
Diharapkan masyarakat sekarang mampu membangun mitos dan simbol yang mampu
mempengaruhi masyarakat sekarang dan yang akan datang sehingga mampu bertingkah laku
sesusai dengan norma norma yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-putra, 2001 Strukturalisme Levi-Strauss http://idr.uin-


antasari.ac.id/5314/5/BAB%20II.pdf

Catalist-Haerde, Mitos
https://www.academia.edu/6402957/MITOS_Joseph_Campbell_Mitos_memiliki_4_fungsi_u
tama_sbb_1._Fungsi_Mistis_Menafsirkan_kekaguman_atas_alam_semesta

Anda mungkin juga menyukai