Anda di halaman 1dari 3

Kearifan Lokal Serta Hubungan Masyarakat Terhadap Persepsi Mitos

Gunung Bromo
Disusun oleh Dahlia Amirah Safitri
 
Mitos merupakan cerita rakyat yang dikisahkan di mana tokoh-
tokohnya adalah dewa-dewa, setengah dewa, atau orang suci
dan masyarakat mempercayai bahwa cerita tersebut benar-benar
terjadi di masa lampau. Mitos pada umumnya mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Mitos sebagai
warisan nenek moyang yang memiliki nilai luhur yang perlu
dikaji, dilestarikan, dan dikembangkan, agar nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dapat dijadikan sebagai teladan dan
pedoman hidup bagi masyarakat. Untuk Bentuk-bentuk kearifan
lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika,
kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan
khusus.  Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah
semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau
wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun
perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. (Keraf, 2002).

Banyaknya cerita rakyat yang ada di Indonesia ini menjadikan


negara ini banyak disinggahi oleh wisataswan asing dari
mancanegara. Peneliti dari seluruh penjuru dunia tertarik untuk
datang ke Indonesia untuk meneliti banyaknya cerita rakyat
yang ada untuk disumbangkan kepada para pelajar, mahasiswa
dan peneliti lainnya. Masyarakat pada zaman modern sudah
banyak yang melupakan cerita rakyat yang berada dalam tanah
kelahirannya, sehingga banyaknya cerita rakyat yang telah
hilang ditelan zaman. Kearifan lokal diambil karena gunung
bromo mempunyai perbedaan budaya yang berbeda, selain
budaya sumberdaya lokal yang terkandung dalam dua mitos
tersebut juga berbeda, serta upacara yang diadakan jugak
memiliki arti yang berbeda. Gunung Bromo memiliki
ketinggian 2.329 mdpl dan berada di empat wilayah sekaligus
yaitu, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Lumajang Jawa Timur.
Asal nama Gunung Bromo adalah berasal dari kepercayaan
warga umat Hindu di sekitar. Asal mula adanya gunung bromo
dikarenakan adanya Gunung Tengger, yang merupakan gunung
dengan ketinggian 4000 mdpl. Gunung tersebut menjadi gunung
tertinggi dan terbesar pada waktu itu. Gunung Tengger
kemudian Meletus dan menciptakan kaldera dengan diameter
lebih dari 8 kilometer. Meletusnya Gunung Tengger juga
memunculkan 4 gunung baru yaitu, Gunung Watangan, Gunung
Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo.

Masyarakat percaya bahwa Gunung Bromo meninggalkan jejak


Dewa Brahma, selain itu mereka percaya bahwa Gunung
Bromo adalah tempat bersemayam dewa yang melindungi
mereka yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa.
Terdapat suku asli dari daerah tersebut, yaitu Suku Tengger.
Suku Tengger diambil dari nama Roro Anteng dan Joko Seger
yang berhasil menikah setelah Roro Anteng menggagalkan
usaha pria lain menikahinya yaitu Kyai Bimo. Roro Anteng
dipercaya sebagai keturunan Kerajaan Majapahit dan titisan
Dewa yang memiliki paras cantik. Konon Kyai Bimo yang
diberikan syarat untuk membuat lautan sebelum fajar
tiba. Masyarakat Suku Tengger memiliki keunikan pola
kehidupan sosial budaya terkait dengan perilaku positif
masyarakatnya dalam tindakan pemanfaatan ruang dan adaptasi
terhadap lingkungan di sekitarnya. Pola kehidupan sosial
budaya masyarakat Suku Tengger bersumber dari nilai budaya,
religi dan adat- istiadat setempat yang kemudian membentuk
nilai-nilai kearifan lokal, salah satunya adalah kearifan lokal
dalam pemanfaatan ruang dan upaya pemeliharaan
lingkungan.  (Aisyah Salma Izzatunnisa,2022)
 
DAFTAR PUSTAKA

 
Haswinda Harpriyanti, Arisni Kholifatu Amalia Shofiani, Roni Subhan, “Struktur
Mitos Pada Cerita Rakyat Gunung Bromo”, (Jember, UIN Kyai Ahcmad Siddiq
Jember), Vol.7 No.2 (2022)
Dianing P Ayuninggar, Dian KW Antariksa, “Kearifan Lokal Masyarakat Suku

Tengger dalam Pemanfaatan Ruang dan Upaya Pemeliharaan

Lingkungan”, (Proceedings of a International Conference in Environmental Talk:

Toward A Better Green Living, Faculty of Civil Engineering and Planning

Mercubuana University, Jakarta(ID)), ( 2011)

Anda mungkin juga menyukai