Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MEMBUAT ESSAY

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing :

Dr.Roni Subhan, S.Pd,MPd

Disusun Oleh :

M Afif al wahid

(221105030002)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

2022/2023
MITOS GUNUNG BROMO dan

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN RAKYAT GUNUNG BROMO

Mitos merupakan cerita rakyat yang dikisahkan di mana tokoh-tokohnya adalah dewa-dewa,
setengah dewa, atau orang suci dan masyarakat mempercayai bahwa cerita tersebut benar-
benar terjadi di masa lampau. Mitos pada umumnya mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan masyarakat. Mitos sebagai warisan nenek moyang yang memiliki nilai luhur yang
perlu dikaji, dilestarikan, dan dikembangkan, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dapat dijadikan sebagai teladan dan pedoman hidup bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini
untuk mendiskripsikan struktur mitos Gunung Bromo. Metode Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif, teknik pustaka sebagai teknik pengumpulan data dan sumber data
berasal dari blog kumpulan cerita daerah nusantara. Hasil penelitian ini adalah tataran
geografis, ekonomi, sosiologis, dan kosmologis pada cerita rakyat Gunung Bromo.

Unsur unsur kebudayan.

1. BAHASA
Bahasa yang berkembang di masyarakat suku Tengger adalah bahasa Jawa Tengger yaitu
bahasa Jawi kuno yang diyakini sebagai dialek asli orang-orang Majapahit. Bahasa yang
digunakan dalam kitab-kitab mantra pun menggunakan tulisan Jawa Kawi. Suku Tengger
merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mengembangkan variasai budaya yang
khas. Kekhasan ini bisa dilihat dari bahasanya, dimana mereka menggunakan bahasa Jawa
dialek tengger, tanpa tingkatan bahasa sebagaimana yang ada pada tingkatan bahasa dalam
bahasa Jawa pada umumnya.

2. PENGETAHUAN
Pendidikan pada masyarakat Tengger sudah mulai terlihat dan maju dengan dibangunnya
sekolah-sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah disekitar kawasan Tengger. Sumber
pengetahuan lain adalah mengenai penggunaan mantra-mantra tertentu oleh masyarakat
Tengger.

3. TEKNOLOGI
Dalam kehidupan suku Tengger, sudah mengalami teknologi komunikasi yang dibawa oleh
wisatawan-wisatawan domestik maupun mancanegara sehingga cenderung menimbulkan
perubahan kebudayaan. Suku Tengger tidak seperti suku-suku lain karena masyarakat
Tengger tidak memiliki istana, pustaka, maupun kekayaan seni budaya tradisional. Tetapi
suku Tengger sendiri juga memiliki beberapa obyek penting yaitu lonceng perungggu dan
sebuah padasan di lereng bagian utara Tengger yang telah menjadi puing.

4. RELIGI
Mayoritas masyarakat Tengger memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang dianut
berbeda dengan agama Hindu di Bali, yaitu Hindu Dharma. Hindu yang berkembang di
masyarakat Tengger adalah Hindu Mahayana. Selain agama Hindu, agama laiin yang dipeluk
adalah agama Islam, Protestan, Kristen, dll. Berdasarkan ajaran agama Hindu yang dianut,
setiap tahun mereka melakukan upacara Kasono. Selain Kasodo, upacara lain yaitu upacara
Karo, Kapat, Kapitu, Kawulo, Kasanga. Sesaji dan mantra amat kental pengaruhnya dalam
masyarakat suku Tengger. Masyarakat Tengger percaya bahwa mantra-mantra yang mereka
pergunakan adalah mantra-mantra putih bukan mantra hitam yang sifatnya merugikan.

5. ORGANISASI SOSIAL
PERKAWINAN. Sebelum ada Undang-Undang perkawinan banyak anak-anak suku Tengger
yang kawin dalam usia belia, misalnya pada usia 10-14 tahun. Namun, pada masa sekarang
hal tersebut sudah banyak berkurang dan pola perkawinannya endogami. Adat perkawinan
yang diterapkan oleh siuku Tengger tidak berbeda jauh dengan adat perkawinan orang Jawa
hanya saja yang bertindak sebagai penghulu dan wali keluarga adalah dukun Pandita. Adat
menetap setelah menikah adalah neolokal, yaitu pasangan suami-istri bertempat tinggal di
lingkungan yang baru. Untuk sementara pasangan pengantin berdiam terlebih dahulu
dilingkungan kerabat istri.
SISTEM KEKERABATAN.
Seperti orang Jawa lainnya, orang Tengger menarik garis keturunan berdasarkan prinsip
bilateral yaitu garis keturunan pihak ayah dan ibu. Kelompok kekerabatan yang terkecil
adalah keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak.
SISTEM KEMASYARAKATAN.
Masyarakat suku Tengger terdiri atas kelompok-kelompok desa yang masing-masing
kelompok tersebut dipimpin oleh tetua. Dan seluruh perkampungan ini dipimpin oleh seorang
kepala adat. Masyarakat suku Tengger amat percaya dan menghormati dukun di wilayah
mereka dibandingkan pejabat administratif karena dukun sangat berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat Tengger. Masyarakat Tengger mengangkat masyarakat lain dari luar
masyarakat Tengger sebagai warga kehormatan dan tidak semuanya bisa menjadi warga
kehormatan di masyarakat Tengger. Masyarakat muslim Tengger biasanya tinggal di desa-
desa yang agak bawah sedangkan Hindu Tengger tinggal didesa-desa yang ada di atasnya.

6. MATA PENCAHARIAN
Pada masa kini masyarakat Tengger umumnya hidup sebagai petani di ladang. Prinsip
mereka adalah tidak mau menjual tanah (ladang) mereka pada orang lain. Macam hasil
pertaniannya adalah kentang, kubis, wortel, tembakau, dan jagung. Jagung adalah makanan
pokok suku Tengger. Selain bertani, ada sebagian masyarakat Tengger yang berprofesi
menjadi pemandu wisatawan di Bromo. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan
menawarkan kuda yang mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan.

7. KESENIAN
Tarian khas suku Tengger adalah tari sodoran yang ditampilkan pada perayaan Karo dan
Kasodo. Dari segi kebudayaan, masyarakat Tengger banyak terpengaruh dengan budaya
pertanian dan pegunungan yang kental meskipun sebagian besar budaya mereka serupa
dengan masyarakat lainnya.

DAFTAR PUSAKA.

Ida rahmawati https://www.academia.edu/5084700/Essay_2

Roni subhan https://doi.org/10.36709/bastra.v7i2.121

http://ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA

https://kumpulanceritadaerahnusantara.blogspot.com/2012/03/

Anda mungkin juga menyukai