KABUPATEN NGANJUK JAWA TIMUR: ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, NILAI BUDAYA, DAN PENGARUH
Nama : Cindy Indrawati
NIM : 15020074001 Prodi/Jurusan : Pendidikan/Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Bahasa dan Seni Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya Pembimbing : Drs. Parmin, M. Hum Tahun : 2019
Kata Kunci: Sastra lisan, struktur, fungsi, nilai budaya, dan pengaruh
Tanjunganom merupakan salah satu kecamatan yang
terletak di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Daerah ini memiliki kekayaan budaya salah satu di antaranya adalah sastra lisan. Usaha melestarikan daerah ini penting karena sastra lisan tersimpan dalam ingatan orang tua atau sesepuh-sesepuh yang jumlahnya makin berkurang. Selain agar budaya yang ada di masyarakat tetap terjaga dengan baik seiring perekembangan zaman, sastra lisan dapat berfungsi sebagai identitas kebangsaan suatu daerah. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan (1) struktur mitos- mitos yang ada di Kecamatan Tanjonganom, (2) fungsi mitos- mitos yang ada di Kecamatan Tanjunganom, (3) nilai budaya legenda mitos-mitos yang ada di Kecamatan Tanjunganom, (4) pengaruh mitos-mitos yang ada di Kecamatan Tanjunganom. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis penelitian deskriptif yang menekankan pada proses. Sumber data dalam penelitian ini berupa penutur cerita lisan mitos-mitos di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk. Data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan informan mengenai cerita mitos-mitos berupa prosa rakyat, mitos, dan hiburan rakyat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, perekaman, wawancara, dokumentasi dan pencatatan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis data penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini adalah mengetahui struktur, nilai budaya, fungsi, dan pengaruh mitos di Kecamatan Tanjunganom. Pertama Struktur dari 4 tataran struktur mitos yaitu tataran geografis meliputi bumi, fisik, iklim dan penduduk serta hasli yang diperoleh dari bumi mulai era kerajaan Mataram dan massa penjajahan Belanda dan terbentuknya Tanjunganom oleh tokoh- tokoh sakti yang berperan pada masa itu. Fungsi salah satu fungsi mitos yang muncul yaitu sebagai alat pendidikan; jangan mudah terprofokasi oleh hal-hal yang tidak menguntungkan, jika dipercaya jangan ingkar, saling tolong-menolong dengan sesama. Adapun nilai-nilai budaya salah satu di antaranya nilai kepahlawanan ditonjolkan pada tokoh Ki Ageng Kerto dan Keniten yang banyak mengajarkan ilmunya kepada muridnya, tokoh Seconegoro yang memiliki jiwa kesatria membantu menangkap pencuri. Adapun pengaruh yang ada pada Mitos- Mitos di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk salah satu di antaranya, pengaruh yang timbul pada masyarakat kepercayaan berdo’a di makam orang sakti akan mendatangkan berkah, percaya kepada suatau tradisi yan dianggap mampu menghilangkan ilmu hitam, keyakinan terhadap benda peninggalan. ABSTRACT MYTHS IN TANJUNGANOM DISTRICT, NGANJUK DISTRICT, JAWA TIMUR: ANALYSIS OF STRUCTURE, FUNCTION, CULTURE, AND EFFECT
Name : Cindy Indrawati
NIM : 15020074001 Stud Department : S1 Education/Language and Indonesian Literature Faculty of Language and Art Name of Surabaya Institution : Surabaya State University Advisor : Drs. Parmin, M. Hum Year : 2019
Keywords: Oral literature, structure, function, cultural values, and
influence
Tanjunganom is one of the sub-districts located in
Nganjuk Regency, East Java. This area has cultural wealth, one of which is oral literature. The effort to preserve this area is important because oral literature is stored in the memory of parents or elders whose numbers are diminishing. In addition to keeping the culture in the community well maintained as the era evolves, oral literature can function as the national identity of a region. The purpose of this study describes (1) the structure of myths in Tanjonganom District, (2) the functions of myths in Tanjunganom District, (3) the legendary cultural values of myths in Tanjunganom District, (4) the influence of myths -mitos in Tanjunganom District. The approach used in this study is a qualitative approach type of descriptive research that emphasizes the process. The source of the data in this study is the speakers of oral stories of myths in the District of Tanjunganom, Nganjuk Regency. The data in this study were interviews with informants about the stories of myths such as folk prose, myths, and popular entertainment. Data collection techniques used in this study were observation, recording, interviewing, documentation and recording. The data analysis used in this study is descriptive method and analysis of qualitative research data. The results of this study were to know the structure, cultural values, functions, and influence of myths in Tanjunganom District. First, the structure of the four levels of mythic structure is the geographical level covering the earth, physical, climate and population and the desires obtained from the earth from the era of the Mataram kingdom and the masses of Dutch colonialism and the formation of Tanjunganom by powerful figures who played a role at that time. The function of one of the functions of the myth that emerges is as an educational tool; do not be easily profiled by things that are not profitable, if you believe do not deny, help each other with each other. As for cultural values, one of which is highlighted in heroism by the character of Ki Ageng Kerto and Keniten who teach their knowledge to many students, Seconegoro's figure who has a knight spirit helps capture thieves. One of the influences on the Myths in Tanjunganom District, Nganjuk Regency is one of them, the influence that arises in the faithful community praying at the tomb of the magic person will bring blessings, believing in a tradition that is considered capable of eliminating black magic, belief in relics.
PENDAHULUAN Tanjunganom merupakan
salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Daerah Indonesia dan memiliki ciri ini memiliki kekayaan budaya khas tersendiri adalah salah satu di antaranya adalah kebudayaan Jawa yang masih sastra lisan. Usaha memakai unsur kejawen, melestarikan sastra lisan di seperti di daerah daerah ini penting karena Tanjunganom, Nganjuk. sastra lisan tersimpan dalam Sebagian dari orang Jawa ingatan orang tua atau khususnya Desa Warujayeng sesepuh-sesepuh yang dan Desa Getas Kecamatan jumlahnya makin berkurang. Tanjunganom yang masih Padahal sastra lisan dapat berkeyakinan kejawen selalu berfungsi sebagai identitas menggunakan mitos dalam kebangsaan suatu daerah. kehidupan sehari-hari, baik Salah satu di antaranya tradisi maupun seni. Sebelum adalah mitos-mitos yang terjadi perubahan-perubahan terletak di Kecamatan status wilayah seperti Tanjunganom Kabupaten sekarang ini, Kecamatan Nganjuk. Konon beberapa Tanjunganon terdiri dari 16 tempat di Tanjunganom desa yakni, Desa Kampung memiliki mitos-mitos yang Baru, Kaloran, Banjar Anyar, dipercaya masyarakat. Demangan, Jogomerto, Tanjunganom memiliki cerita Kedungrejo, Malangsari, yang unik dan tentunya Ngadirejo, Sumberkepuh, sejarah yang menjadikan Sambirejo, Sidoharjo, masyarakat percaya sehingga Sonobekel, Wates dan yang mitos-mitos di Tanjunganom terakhir adalah Warujayeng dijadikan sebagai dan Getas yang akan menjadi kepercayaan yang mentradisi lokasi penelitian ini. bahkan dalam acara-acara Salah satu tempat yang tertentu seperti yang menjadi penelitian ini terletak diadakan setiap Suro di area pemakaman umum misalnya Wayang Timplong, yang luasnya lebih kurang dan Mitos Makam salah satu dua hektar, bertempat di tokoh yang berpengaruh pada Dusun Kujon Manis Desa zaman Mataram. Warujayeng Kabupaten Salah satu di antara Nganjuk, terdapat sebuah beragam budaya yang ada di makam kuna (Cagar budaya) yang masih diyakini oleh penjajah Belanda pada waktu masyarakat sekitar, sekaligus itu di wilayah Nganjuk, dan dikeramatkan terbukti pada sampai sekarang namanya bulan-bulan tertentu masih sama yakni Toya Mirah diantaranya, Bulan Maulud (Berbeg). dan Bulan Puasa terlebih Salah satu mitos yang Bulan Suro (Muharam) bukan dipercaya tersebut adalah hanya masyarakat sekitar, salah satu tokoh dari Mataram yang berziarah ke tempat yaitu, seorang senopati yang tersebut, melainkan banyak merupakan keturunan juga dari luar Kota Nganjuk Pangeran Samber Nyowo, yang datang dengan tujuan namun dari tutur kata orang kirim do’a dan juga minta pada jaman dahulu dan berkah kepada Allah Tuhan turun-temurun sampai Yang Maha Esa, dengan sekarang beliau adalah: ”Ki perantara orang sakti yang Ageng Keniten” karena lokasi dimakamkan tersebut. Paling berada di Dusun Kujon Manis banyak penziarah memohon maka nama tersebut lebih derajat atau pangkat serta terkenal dengan nama kesuksesan dalam suatu “Keniten Kujon”. tujuan. Maka tidak asing Alasan dilakukan kalau para calon penjabat penelitian di Kecamatan seperti calon Kades, Caleg, Tanjunganom Kabupaten Cagub bahkan sering kali para Nganjuk adalah wilayah penjabat dari luar Jawa yang tersebut memiliki beberapa hadir berziarah untuk tempat yang masih kental mencapai niatannya. dengan mitos dan pengaruh Adapun secara turun- masyarakat yang menjadikan temurun dari cerita para mitos tersebut menjadi orang tua, para penjabat di sebuah tradisi yang masih Tanjunganom mengakui dilakukan dalam waktu- bahwa yang dimakamkan waktu misalnya ruwatan, tersebut adalah seorang tokoh wayang, nyadran tertentu dari kerajaan Mataram yang serta kegiatan sakral yang ditugasi oleh Sri Sultan untuk dilakukan di wilayah menjadi Telik Sandi (mata- tersebut. Alasan lain dilandasi mata) terkait dengan para pemikiran karena beberapa cagar budaya seperti cerita budaya Endah Susi Lantini sejarah yang diperankan atau dan yang terakhir adalah dipentaskan lewat wayang pengaruh menggunakan semakin sedikit kutipan buku Haris Supratno. penggemarnya dan hanya KAJIAN TEORI dipentaskan dalam momen- 1. Konsep Folklor momen tertentu seperti bersih Sastra lisan sering desa dan nyadran setiap dikaitkan orang dengan apa setahun sekali di desa-desa yang dinamakan foklor, dan dan sebagian kecil hajatan. bahkan ada yang jelas-jelas Selain itu menurut hasil menyebutkan sebagai budaya penelusuran Kantor rakyat atau folklore. Istilah Perpustakaan dan Arsip folklore pada mulanya adalah Daerah Kabupaten Nganjuk, ciptaan. Willian John Thoms, Nganjuk memiliki beberapa seorang ahli kebudayaan antic jenis wayang salah satunya (antiquariuan) Inggris. yaitu wayang Timplong dan Menurut etimologinya, Gedog sehingga sejarah dan perkataan folklore (di lakon ide ceritanya perlu Indonesiakan menjadi folklor) diselamatkan mengingat berasal dari kata folk dan lore. manakala punah dan tidak Kata folk dan lore menurut ada penerusnya, wayang seorang ahli folkor Amerika inipun juga akan hilang dari Alan Dundes (dalam tengah-tengah masyarakat Danandjaja, yang dimaksud jika para pemangku wilayah dengan folk itu adalah di Tanjunganom tidak ada kelompok orang-orang yang penerusnya. mempunyai ciri-ciri pengenal Mitos Tanjunganom ini kebudayaan yang ciri-cirinya dikaji dengan menggunakan tadi dapat membedakannya struktur, fungsi, nilai budaya dari kelompok lain. dan pengaruh. Struktur akan Sedangkan yang dimaksud dikaji dengan struktur C. Levi dengan lore adalah tradisi Strauss, fungsi cerita akan dari folk. Ia diwariskan secara dikaji dengan menggunakan turun-temurun melalui cara teori fungsi William R. lisan atau melalui contoh Bascom, nilai budaya yang yang disertai dengan akan dikaji dengan teori nilai perbuatan. Konsep Flokor menurut (legend), dan (3), dongeng Danandjaja (1986: 2) adalah (folktale). Menurut Bascom sebagian kebudayaan suatu Mite adalah prosa rakyat yang kolektif, yang tersebar dan dianggap benar-benar terjadi diwariskan secara turun- serta dianggap suci oleh yang temurun , diantara kolektif empunya cerita. Mite ditokohi macam apa saja, secara oleh dewa atau makhluk tradisional dalam versi yang setengah dewa. Peristiwa berbeda, baik dalam bentuk terjadi di dunia lain, atau di lisan maupun contoh disertai dunia yang bukan seperti dengan gerak isyarat atau alat yang kita kenal sekarang dan pembantu pengingat. terjadi pada masa lampau. Flokor lisan adalah flokor Sedangkan legenda adalah yang bentukya memang prosa rakyat yang murni lisan. Bentuk-bentuk mempunyai ciri-ciri yang (genre) flokor yang termasuk mirip dengan mite, yaitu ke dalam kelompok besar ini dianggap pernah benar-benar antara lain (a) bahasa rakyat terjadi, tetapi tidak dianggap (flok speech) seperti logat, suci. Berlainan dengan mite, julukan, pangkat tradisional, legenda ditokohi manusia, dan titel kebangsawanan; (b) walaupun ada kalanya ungkapan tradisional, seperti mempunyai sifat-sifat luar peribahasa, pepatah, dan biasa, dan seringkali juga pemeo; (c) pertanyaan dibantu oleh makhluk- tradisional, seperti teka-teki makhluk ajaib. Sebaliknya (d) puisi rakyat, seperti dongeng adalah prosa rakyat pantun, gurindam dan syair; yang tidak dianggap benar- (e) cerita prosa rakyat, seperti benar terjadi oleh yang mite, legenda, dan dongeng, empunya cerita dan dongeng dan (f) nyanyian rakyat. tidak terikat oleh waktu Salah satu bentuk flokor maupun tempat . lisan yaitu cerita rakyat, Dari uraian tersebut, menurut William R. Bascom ditarik kesimpulan tentang dalam (Danandjaja 1986:50) ciri-ciri sastra lisan, sebagai cerita prosa dibagi menjadi berikut; a.) Penyebarannya tiga golongan besar, yaitu: (1) melalui mulut, maksudnya, mite (mitims), (2) legenda ekspresi budaya yang disebarkan, baik dari segi lisan (sehari-hari) waktu maupun ruang melalui mengandung dialek, kadang- mulut, b.) Lahir di dalam kadang diucapkan lengkap. masyarakat yang masih 2.2.2 Konsep Mitos bercorak desa, masyarakat di Mitos (mite) berasal luar kota, atau masyarakat dari perkataan Yunani, mytos yang belum mengenal huruf, , berarti cerita, yakni cerita c) Menggambarkan ciri-ciri tentang dewa-dewa dan budaya suatu masyarakat, pahlawan-pahlawan yang sebab sastra lisan itu dipuja-puja. Mitos adalah merupakan warisan budaya cerita-cerita suci yang yang menggambarkan masa mendukung system lampau, tetapi menyebut pula kepercayaan atau agama hal-hal baru (sesuai dengan (religi). perubahan-perubahan social). Yang termasuk ke Oleh karena itulah, sastra dalam kelompok mitos adalah lisan disebut juga sebagai fosil cerita-cerita yang hidup, d.) Tidak diketahui menerangkan asal-usul dunia siapa pengarangnya, dan , kehidupan, manusia dan karena itu menjadi milik kegiatan-kegiatan hidup masyarakat, e.) Bercorak seperti bercocok tanam puitis, teratur, dan berulang- (misalnya kepercayaan berulang maka maksudnya, tentang Dewi Sri) dan adat- (a) untuk menguatkan ingatan adat yang lain. Menurut (b) untuk menjaga keaslian Wiliam R. Bascom dalam sastra lisan supaya tidak cepat (Hutomo, 1986:50) yang berubah, f.) Tidak dinamakan mitos atau mite mementingkan fakta dan adalah cerita yang dianggap kebenaran, lebih menekankan benar-benar terjadi, serta suci pada aspek khayalan/fantasi oleh yang mempunyai cerita. yang tidak diterima oleh Mite ditokohi oleh dewa- masyarakat modern, tetapi dewa atau makhluk setengah sastra lisan itu mempunyai dewa. Terjadinya di dunia fungsi penting di dalam lain, atau di dunia yang bukan masyarakat, g.) Terdiri dari seperti yang kita kenal berbagai versi, h.) Bahasa sekarang. Masa terjadinya menggunakan gaya bahasa sudah lampau sekali. Salah Bentuk-bentuk operasional yang dapat (genre) flokor yaitu mite, mite digunakan untuk keperluan pada umumnya mengisahkan pengalian, pengurangan, terjadinya alam semesta, pengikhtiaran, dan lain-lain dunia, manusia pertama, (Hutomo dalam Sudikan, terjadinya maut, bentuk khas 2001:25). Model yang binatang, bentuk topografi, dikembangkan oleh Maranda gejala alam, dan sebagainya. berasal dari C Levi Strauss, Mite juga mengisahkan yaitu menggunakan satuan petualangan para dewa, kisah unsur yang bernama myteme percintaan mereka, kisah dan oposisi biner para ahli perang mereka, dan dalam menganalisis struktur sebagainya. Mitos dianggap menggunakan istilah yang sebagai sebuah cerita yang berbeda untuk satuan-satuan ‘aneh’, yang seringkali sulit operasional tersebut. dipahami atau diterima Levi-Strauss dianggap kebenarannya karena kisah di sebagai pendiri dalamnya “tidak masuk akal” strukturalisme moderen, atau tidak sesuai dengan apa karena melalui karya- yang kita temui sehari-hari. karyanya. Strukturalisme Namun karena itu pula, mitos menjadi tren intelektual di yang kerapkali juga dipakai Eropa Barat. Khusunya sebagai sumber kebenaran Prancis, cara pandang Levi- dan menjadi alat pembenaran Strauss mempunyai studi (Sudikan, 2015:47). tentang ilmu antropologi 2.2.3 Konsep Struktur dengan ilmu-ilmu yang Struktur adalah hubungan lainnya yang terus antara unsur-unsur berkembang (Ahimsa Putra: pembentuk dalam susunan 31-32). Levis-Strauss keseluruhan. Dalam hal ini, menerapkan metode analisis hubungan antar unsur dapat struktural terhadap fenomena berupa hubungan dramatik, budaya diluar bahasa. Seperti logika, maupun waktu. Jadi sistem kekerabatan, dalam struktur itu ada satu totemisme, ritual, mitos, dan unsur pembentuk dan tabu. Fenomena budaya susunanya. Unsur-unsur tersebut berkaitan dengan pembentuk dan susuan struktur bawah sadar manusia dalam menjalani bahasa, bersifat dialektikal hidup. Unsur yang berperan yang menghasilkan oposisi dalam memakai nalar biner. Seperti atas-bawah, manusia tersebut adalah kaya-miskin, pria-wanita, dan mitos. Seperti yang telah sebagaimannya. Oposisi biner diungkapkan pada bagian itu melahirkan suatu pendahuluan, mitos dalam keharmonisan yang terdapat konteks strukturalisme Stauss dalam pola pikir masyarakat adalah dongeng yang lahir pemilik mitos. Straus dari hasil imajinasi (khayalan) membedakan empat tataran manusia. Jadi, mitos Strauss yang didalamnyaa terdapat berbeda dengan pengertian oposisi, yaitu (1) tataran mitos dalam kajian mitologi. geografis, (2) tataran- Mitos (dongeng) khayalan ekonomi, (3) tataran manusia memperoleh sosiologis, dan (4) tataran kebebasan mutlak, untuk kosmologis (Ahimsa-Putra, mengisahkan kejadian- 2007; 124). Empat tataran kejadian diluar kenyataan. inilah yang terdapat dalam Khayalan-khayalan itu dapat sebuah cerita, yang disebut menghasilkan kemiripan- Strauss sebagai struktur kemiripan sebagaimana yang mitos. Pertama, tataran tampak dalam beberapa geografis, yaitu struktur yang dongeng yang berasal dari menunjukan letak komunikasi yang berbeda. peristiwa/perjalanan Mitos merupakan bahasa terjadinya cerita yang yang harus dituturkan agar menunjukkan arah perjalanan dapat dimengerti. Mitos dan selama cerita berlangsung. bahasa adalah produk dari Kedua, yakni struktur aktivitas pikiran manusia. tekno-ekonomi, berkaitan Pikiran itu dimana-mana satu dengan mata pencaharian. dan sama kapasitasnya. Mitos Untuk menemukan struktur dapat dianalisis seperti ekonomi, Strauss bahasa. Karena menyangkut memerhatikan unsur mitos antara hubungan elemen- yang menceritakan elemen didalamnya. Oleh pengalaman, yakni pada karena itu, dalam pandangan kegiatan ekomnomi (Ahimsa- Strauss, mitos seperti halnya Putra 2001-131) Ketiga, struktur dan lembaga-lembaga sosiologis yang berkaitan kebudayaan; (c) sebagai alat dengan masalah pendidikan anak; dan (d) kemasyarakatan, yakni sebagai alat pemaksa dan organisasi masyarakat dan pengawas agar norma-norma status sosial tokoh (Strauss masyarakat akan selalu dalam Ahimsa-Putra dipatuhi anggota kolektifnya. 2001;130). Di samping Malinowski (dalam berkaitan dengan status sosial Hutomo,1991:19) tokoh tersebut, pada Beranggapan bahwa fungsi hubungan anak-ayah, ibu dan dari unsur-unsur kebudayaan orang lain. Keempat, struktur itu untuk memenuhi kosmologis yang kebutuhan-kebutuhan naluri berhubungan Strauss dengan dari manusia maka Redcliffle- dunia ghaib. Pada pada Brown beranggapan bahwa hakikatnya berkaitan dengan fungsi dari unsur-unsur asal-usul cerita, struktur, dan kebudayaan itu ialah hubungan ruang dan waktu memelihara keutuhan dan dalam alam semesta. sistematik struktur sosial Bedasarkan teori tersebut (Koentjaraningrat, 1964:68). penelitian ini menggunakan (Hutomo,1991:69-73) Juga teori struktur yang diusung menyatakan pendapatnya. oleh Strauss, karena mitos- Pertama, berfungsi sebagai mitos yang terdapat di sistem proyeksi. Hal ini dapat wilayah Tanjunganom. dilihat dalam cerita bawang 2.2.4 Konsep Fungsi putih dan bawang merah. Menurut Bascom (dalam Cerita ini merupakan Danandjaja, 1986:19) Cerita proyeksi idam-idaman di rakyat merupakan bagian bawah sadar dari kebanyakan flokor yang mempunyai gadis miskin (yang cantik fungsi bagi masyarakat tentunya) untuk menjadi isteri pendukungnya yaitu ada orang kaya atau bangsawan empat fungsi (a) sebagai (pangeran), atau orang sistem proyeksi, yakni sebagai tersohor walaupun hal ini alat pencermin angan-angan hanya terjadi dalam angan- suatu kolektif; (b) sebagai alat angan belaka. pengesahan paranata-pranata Dari beberapa teori diinginkan, yang dianggap tersebut ditarik sebuah baik, yang harus dicapai, dan kesimpulan fungsi sastra lisan sebagainya. Tetapi juga untuk di masyarakat. Masing- menentukan hal-hal yang masing fungsi satu sama lain sebaliknya, yang tidak disukai kadang-kadang berkaitan yang dianggap buruk, yang sehingga satu bahan yang tidak diinginkan, dan yang ditemukan oleh seorang seharusnya dihindari, dan peneliti, bahan tersebut biasanya bersifat abstrak kadang-kadang mempunyai (Ahimsa, 2006: 3). berbagai fungsi. Lantini dkk (1997:251) Bedasarkan uraian membedakan nilai budaya tersebut, mitos-mitos di menjadi tiga bagian, yaitu (1) Kecamatan Tanjunganon nilai didaktik, yaitu ajaran- Kabupaten Nganjuk Jawa ajaran tentang agama, budi Timur tentunya memiliki pekerti, dan kesempurnaan fungsi-fungsi penting, bagi diri, (2) nilai etik, yaitu masyarakat pendukungnya. hubungan sebab akibat dari Dalam penelitian ini, teori adanya sifat-sifat baik dan fungsi yang diterapkan buruk manusia akibat adanya adalah konsep fungsi dari kekuasaan yang dilandasi teori Fungsi Wiliam R oleh hawa nafsu serta Bascom. keinginan normalistik, (3) 2.2.5 Konsep Nilai Budaya nilai religius, yaitu kedekatan Sebelum membicarakan dengan Tuhan dalam mengenai nilai budaya, menjalani kehidupan, orang terlebih dahulu membahas harus mengetahui asal dan pengertian tentang nilai dan tujuan kehidupan. kebudayaan. Ada beberapa Bedasarkan definisi pengertian nilai. Nilai adalah tersebut dapat disimpulkan pedoman untuk bertindak bahwa nilai budaya dan berperilaku dalam merupakan konsep-konsep kehidupan sehari-hari. mengenai apa yang hidup Pedoman itu tidak hanya dalam alam sebagian besar digunakan untuk masyarakat mengenai sesuatu menentukan hal-hal apa saja yang dianggap bernilai, yang disukai. Yang beradab atau tindakan bermatabat yang sesuai dijelaskan apa yang dimaksud dengan budaya yang hidup di dengan nilai-nilai budaya dan daerah tersebut. Nilai budaya sistem-sistem yang ada yang ada seperti itulah didalamnya. sehingga dapat dimanfaatkan Sistem nilai budaya sebagai pedoman untuk terdiri atas konsepsi-konsepsi memberi arah dan tuntunan yang hidup di alam pikiran kehidupan masyarakat sebagian besar warga sebagai makhluk sosial, masyarakat mengenai hal-hal (Supratno, 1999:12). Masalah yang harus mereka anggap nilai budaya erta kaitannya amat bernilai dan hidup. dengan hampir seluruh aspek Sistem nilai budaya berfungsi kehidupan manusia dan sebagai pedoman tertinggi masyarakat. Dengan bagi kelakuan manusia demikian, jelas sekali bahwa (Koentjaringrat, 1974:32). penelitian ini tidak mungkin Sistem kelakuan manusia membicarakan ruang lingkup yang lain yang lebih konkret yang demikian luasnya, hal seperti aturan-aturan khusus, ini disebabkan oleh karena hukum, dan norma-norma keterlibatan waktu dan semuanya yang berpedoman kemampuan peneliti untuk pada sistem nilai budaya itu. melakukan hal itu. Oleh sebab Bedasarkan penjelasan itu, pembatasan-penbatasan tersebut, nilai budaya dapat dalam penelitian ini perlu dikatakan memiliki dilakukan agar supaya ketahanan terhadap manfaatnya jelas. Adapun penderitaan, berusaha keras nilai yang akan dibicarakan dalam hidup toleransi dalam penelitian ini adalah terhadap pendirian atau nilai-nilai budaya yang kepercayaan orang lain, dan menjadi pegangan bagi gotong-royong. kehidupan bersama pada Nilai-nilai individu Masyarakat Kecamatan dianggap penting antara lain Tanjunganom untuk mencangkup nilai ketuhanan menghindari jasmani dan rohani, nilai kesimpangsiuran keseimbangan, nilai pemahaman, maka ada keselarasan, nilai keberanian, baiknya terlebih dahulu nilai kemanunggalan dengan masyarakat, penguasa dan budaya milik Lantini dkk Tuhan. Nilai yang (1997:251) membedakan nilai berhubungan dengan budaya menjadi tiga bagian, kehidpan sosial antara lain yaitu (1) nilai didaktik, yaitu dari kepentingan pribadinya. ajaran-ajaran tentang agama, Nilai budaya yang budi pekerti, dan biasanya berfungsi sebagai kesempurnaan diri, (2) nilai pedoman hidup bagi manusia etik, yaitu hubungan sebab dalam masyarakat bersifat akibat dari adanya sifat-sifat sebagai umum, mempunyai baik dan buruk manusia ruang lingkup yang sangat akibat adanya kekuasaan luas dan biasanya sangat sulit yang dilandasi oleh hawa diterangkan secara rasional nafsu serta keinginan dan nyata. Setiap masyarakat normalistik, (3) nilai religius, baikk yang kompleks maupun yaitu kedekatan dengan yang sedrhana biasanya Tuhan dalam menjalani mempunyai nilai budaya kehidupan, orang harus yang saling berkaitan mengetahui asal dan tujuan sehingga membentuk sistem. kehidupan. Sistem tersebut menjadi 2.2.6 Konsep Pengaruh pedoman dari konsep-konsep Menurut Supratno ideal dalam kebudayaan dan (2010:194) “pengaruh dapat memberi dorongan kebudayaan terhadap yang kuat terhadap arah masyarakat di sekitarnya kehidupan warga adalah suatu daya yang ada masyarakat. atau timbul dalam suatu Penelitian yang kebudayaan yang ikut dilakukan merupakan membentuk watak, penelitian yang dapat kepercayaan atau perbuatan dikatakan cukup kompleks, seseorang”, jadi yang sebab perbandingan mitos- dimaksud pengaruh mitos- mitos dikatakan tidak mudah. mitos di kecamatan adat dan corak budaya dalam Tanjunganom Kabupaten masyarakatnya kemungkinan Nganjuk terhadap berbeda. Maka dalam masyarakat pendukungnya di penelitian ini, peneliti akan Desa Getas Warujayeng menggunakan konsep nilai adalah suatu daya yang ada atau timbul yang membentuk ada kemungkinan pengaruh watak, kepercayaan atau itu hanya datang dari satu perbuatan masyarakat di Desa pihak saja yaitu dari Getas. Pengaruh pada masyarakat pengguna alat- kebudayaan itu bersumber alat komunikasi tersebut pada pengaruh kebudayaan sedang pihak lain hanya pada masyarakat lain, maka menerima pengaruh tanpa itu mungkin terjadi karena mempunyai kesempatan kebudayaan dari masyarakat memberikan pengaruh balik. lain melancarkan Apabila pengaruh dari pengaruhnya. Hubungan masyarakat tersebut diterima yang dilakukan secara fisik tidak karena paksaan maka antara dua masyarakat hasilnya dinamakan mempunyai kecendurungan Demostrasion effect. Proses untuk menimbulkan penerimaan pengaruh pengaruh hubungan timbal kebudayan asing dalam balik. Artinya masing-masing antropologi budaya disebut masyarakat mempengaruhi akulturasi (Soekanto masyarakat lainnya, tetapi 2003:325). Jadi pengaruh juga meneima pengaruh dari mitos terhadap perilaku masyarakat yang lain masyarakat di Kecamatan (Soekanto, 2003:325). Tanjunganom, Kabupaten Pengaruh kebudayaan itu Nganjuk adalah suatu daya pula yang terjadi pada yang ada dan ikut masyarakat desa Getas dan membentuk watak, Warujayeng, dengan adanya kepercayaan, atau perbuatan pengaruh tentang mitos-mitos masyarakat di kecamatan di Kecamatan Tanjunganom Tanjunganom. Dengan yang menimbulkan adanya pengaruh kepercayaan pada masyarakat kebudayaan, kepercayaan itu pendukungnya. Pengaruh muncul dari masyarakat satu kepercayaan itu muncul dari ke masyarakat yang lain masyarakat satu ke (Supratno, 2010:134). masyarakat yang lainnya. Pengaruh pertama pada Namun apabila hubungan watak yang timbul pada tersebut berjalan melalui alat- masyarakat ialah dengan alat komunikasi masa, maka adanya suatu berkah yang didapat setelah berdo’a di sesuai dengan jadwal yang makam Ki Ageng Keniten, ditentukan. Hal tersebut Endhel Kertosono, Ki Ageng merupakan satu bentuk rasa Kerto dan kedua syukur dan melestarikan panglimanya, serta tradisi kebudayaan dengan adanya Ruwatan Kartolo. Watak riwayat mbah Ageng Keniten merupakan sifat batin dan Mbah Ageng manusia, yang Kertonegoro mempengaruhi segenap METODE PENELITIAN pikiran dan tingkah laku Penelitian yang perbuatan yang dilakukan dilakukan di Kecamatan seseorang. Kedua mengenai Tanjunganom Kabupaten kepercayaan hal-hal ghaib Nganjuk ini menggunakan yang dialami oleh sebagaian jenis penelitian deskriptif Masyarakat setelah berdo’a kualitatif. Penelitian kualitatif meminta apa yang diinginkan ini mengutamakan proses dan merupakan kepercayaan tiap produk dari wawancara, individu yang mempercayai pengamatan dan pencatatan hal-hal yang dapat dijumpai langsung lapangan, data diluar pemekiran manusia deskripstif dari karya tulis pada umumnya. Ketiga lisan, dan seni pertunjukan. merupakan pengaruh Sumber data diperoleh dari perbuatan yang dilakukan penutur cerita Lisan oleh masyarakat desa narasumber di Tanjunganom. Warujayeng adalah Data penelitian ini berupa menghormati sosok Ki Ageng struktur, nilai budaya, fungsi, Keniten, Endhel Kertosono, Ki dan pengaruh. Tempat Ageng Kerto dan kedua pengambilan data dilakukan panglimanya, serta tradisi di Desa Warujayeng dan Desa Ruwatan Kartolo sebagai Getas Kecamatan seorang tokoh suci dan Tanjunganom Kabupaten sebagai tokoh pahlawan Nganjuk. Waktu pengambilan mempertahan agama Hindu dimulai pada tanggal 27 pada saat kerajaan Mataran September 2018 dan berakhir berdiri, dengan cara pada tanggal 6 Oktober 2018. mengadakan kegiatan religi Pengumpulan data seperti pengajian yang rutin dilakukan dengan teknik Observasi, perekaman , Tahap pengolahan data wawancara, Dokumentasi ada tiga yaitu Open coding dan pencatatan. Penelitian ini mulai dari peneliti melalukan dilakukan dengan beberapa kunjungan langsung ke lokasi tahap yaitu (1) Tahap penelitian, untuk Perencanaan dan Pra memperoleh data-data Lapangan, pada tahap ini melalui wawancara, peneliti telah melakukan pengamatan, pencatatan, dan pengumpulan data berupa penelurusan dokumen, serta flokor lisan dan flokor pendokumentasian lokasi. setengah lisan. (2) Tahap Pada tahap axial coding, hasil Pengumpulan Data, tahap yang diperoleh dari open pengumpulan data ini coding berupa cerita lisan, dilakukan setelah proposal hasil wawancara, dan penelitian disetujui oleh pencatatan kemudian Direktur Penelitian dikembangkan menjadi Kecamatan Tanjunganom dan sebuah cerita yang utuh. Pada Badan Kesatuan Bangsa dan tahap Selektive Coding data Politik Perlindungan yang diperoleh lalu Masyarakat. (3) Tahap dikelompokan dan diolah Analisis Data, setelah data untuk melakukan proses terkumpul baik berupa sastra analisis dan pemaknaan tulis modern, sastra tulis setelah di transkripsi Bahasa lama, sastra lisan atau tradisi Jawa ke Bahasa Indonesia. lisan yang relevan, dan Teknik keabsahan data mengandung nilai budaya menggunakan triangulasi yang dapat dijadikan sebgaai sumber data, triangulasi media pendidikan karakter pengumpulan data, mahasiswa, maka dilakukan triangulasi metode proses analisis data. (4) Tahap pengumpulan data, dan Penulisan Laporan, setelah triangulasi teori. Teknik proses analisis selesai, maka penerjemahan menggunakan diambil suatu kesimpulan. tekni terjemah bebas dari Kesimpulan dalam analisis bahasa Jawa ke Bahasa data tersebut kemudian Indonesia, wacana lisan dideskripsikan dalam bentuk berupa prosa ke tulis laporan penelitian. diterjemahkan mengutamakan pesan dan dalam suatu wilayah), Nyai makna cerita yang Endhel (orang nakal), 4) disampaikan. Tataran Kosmologis meliputi HASIL PEMBAHASAN makam orang sakti yang 1. Struktur Mitos di dipercaya memiliki kekuatan, Kecamatan Tanjunganom kepercayaan mitos ruwatan Kabupaten Nganjuk Jawa dan tradis wayang Timplong, Timur tobak sakti Kyai Pleret. Struktur mitos di 2. Fungsi Mitos-Mitos di Kecamatan Tanjunganom Kecamatan Tanjunganom meliputi 1) tataran geografis Kabupaten Nganjuk Jawa meliputi tataran yang Timur meliputi bumi, fisik, iklim dan Fungsi Mitos-mitos di penduduk serta hasli yang Kecamatan Tanjunganom diperoleh dari bumi mulai era Kabupaten Nganjuk Jawa kerajaan Mataram dan massa Timur diantaranya (1) Sebagai penjajahan Belanda dan Alat Pemaksa; tradisi setiap terbentuknya Tanjunganom bulan Suro di makam Ki oleh tokoh-tokoh sakti yang Ageng Keniten dan Ki Ageng berperan pada masa itu, 2) Kerto tujuan berdo’a agar Tataran Tekno Ekonomi diberi berkah oleh Tuhan tanjunganom sebelumnya Yang Maha Esa, pagelaran adalah daerah yang lebat Wayang dan Ruwatan, dengan hutan yang lebat, membawa bunga saat kemudian berubah menjadi berziarah kubur, (2) Sebagai daerah yang memiliki tanah Alat Pendidikan; jangan subur dari hamparan mudah terprofokasi oleh hal- persawahan, dan perkebunan hal yang tidak berupa padi, jagung, tebu dan menguntungkan, jika sayur-mayur, 3) Tataran dipercaya jangan ingkar, Sosiologis yang ditemukan saling tolong-menolong sangat berhubngan dengan dengan sesama, cerita status sosial tokoh-tokoh di sejarah selayaknya diambil Tanjunganom misalnya ide-ide yang sarat dengan sebutan Ki Ageng (orang yang pesan-pesan pendidikan, memiliki ilmu sakti), Pagedhe tidak baik memilki dendam (orang yang berpengaruh dan iri hati, (3) Sebagai Alat Pengesahan Pranta Sosial dan mengabdi kepada raja, Lembaga Kebudayaan; kepahlawanaan. (a) Nilai makam orang sakti tersebut Kepahlawanan ditonjolkan sekarang dijadikan sebagai pada tokoh Ki Ageng Kerto cagar budaya, pagelaran dan Keniten yang banyak Wayang Timplong yang mengajarkan ilmunya kepada semakin surut sehingga muridnya, tokoh Seconegoro kantor dan pusat daerah yang memiliki jiwa kesatria kabupaten Nganjuk dijadikan sebagai wayang khas di membantu menangkap Tanjungnom dan dilindungi pencuri, pesan-pesan budi kearsipannya dan pekerti luhur yang ditnjukan peninggalan-peninggaan dalam tradisi wayang sejarah, (4) sebagai sitem Timplong, jiwa pahlawan juga proyeksi; banyak masyarakat ditunjukan oleh prajurit yang percaya bahwa makam- Mataram yang mampu makam orang sakti dapat mengorbankan nyawanya memberikan keberkahan untuk berperang dan benda bukan dari Tuhan Yang Maha sejarah peninggalannya Esa, sejak zaman dahulu telah menjadi bukti sejarah yang ada jiwa kesatria yang tanpa penting. (b) Nilai pamrih menolong sesama Kesempurnaan diri mengabdi diharapkan hal itu juga terwujud di zaman sekarang, kepada raja; tampak pada ide-ide cerita zaman dahulu tokoh Seconegoro yang benar- telah memberikan nilai budi benar patuh kepada rajanya pekerti agar tidak mudah setiap amanahnya akan teprofokasi dalam kehidupan. dikerjakan, ketaatan juga 3. Anaisis Nilai Budaya ditunjukan oleh tokoh Endhel Adapun nilai-nilai kepada gurunya, walaupun budaya pada Mitos-Mitos di nakal dia tetap Kecamatan Tanjunganom menghormatinya, Kabupaten Nganjuk. (1) Nilai kesempurnaan prajurit didaktik adalah nilai yang kepada raja, (c) Nilai Budi mengajarkan ajaran tentang Pekerti; agar para generasi budi pekerti, agama, budi muda tidak mudah pekerti, kesempurnaan diri terprofokasi, masyarakat juga Keniten akibatnya terjadi menghormati jasa-jasa para perang antara orang tokoh dengan mendoakannya kepercayaan dengan rajanya, pada tiap bulan-bulan walapun begitu endhel tertentu. memberitahukan Nilai Etik berhubungan pengapesannya agar di cor dengan sebab akibat dari timah dia sempat berpesan adanya sifat-sifat baik dan agar Mataram tetap Jaya, buruk manusia akibat Sebab Adipati Pragola Pati iri kekuasaan yang dilandasi dengan Sultan menjadi raja hawa nafsu serta keinginan akibatnya terjadi peperangan normalistik. (a) Sebab Akibat antara sesama saudara. (c) ditunjukan pada kesetiaan Nilai Religius; tampak pada Keniten yang membangkang masyarakat yang berdo’a kepada Rajanya akibat mendoakan para tokoh agar hasutan atau profokasi mendapatkan berkah dari pendukung Endhel, pada Tuhan Yang Maha Esa, Mitos Tanjunganom dengan membersihakan Seconegoro yang merupakan peninggalannya setiap bulan- Panggede Pandansali bulan tertentu dengan tujuan pendukung Brawijoyo akibat menjaga cagar budaya dan perselisihan antar Panggedhe mendapat berkah dari Tuhan. akibatnya dia harus Nilai Mistik nilai yang melarikan diri ke Karang berhubungan dengan ilmu Butuhan, pada Mitos ghaib dan unsur kepercayaan; Ruwatan sebab kepercayaan pada mitos Keniten dan Kerto masyarakat jika memiliki yang hanya bisa mati jika anak tunggal akan dimakan terkena tombak kyai Pleret Bhatero Kala akibatnya tampak kekuatan mistiklah masyarakat melakukan tradisi yang membuat kedua tokoh ruwatan agar terhindar dari ini kebal terkecuali dengan ilmu hitam, (b) Ketaatan tombak Kyai Pleret. Kendi tampak pada tokoh Endhel Pratolo milik Eyang Brojonoto sebab dia memprofokasi dipercaya bisa menghisap orang, tradisi Prwokolo yang Pengaruh yang timbul pada diadakan rutin pada Bulan masyarakat kepercayaan Suro masyarakat percaya berdo’a di makam orang sakti dengan adanya tradisi akan mendatangkan berkah, tersebut bisa menghilangkan percaya kepada suatau tradisi pengaruh ilmu hitam, yan dianggap mampu msayarakat juga menghilangkan ilmu hitam, mengkeramatkan makam- keyakinan terhadap benda makan orang sakti yang telah peninggalan, (2) Pengaruh mati untuk meminta mengenai kepercayaan kesuksesan, pengasihan dan masyarakat terhadap makam jabatan yang bisa mengabulkan 4. Pengaruh Mitos-Mitos di keinginan, apabila Kecamatan Tanjunganom menyerupai pakainnya akan Kabupaten Nganjuk Jawa terjadi hal buruk, kekuatan Timur ghaib tombak Kyai Pleret Adapun pengaruh yang mampu menghunus yang ada pada Mitos-Mitos di musuh yang memiliki ilmu Kecamatan Tanjunganom kebal, Kabupaten Nganjuk yaitu (1) kepercayaan akan tradisi Bedasarkan pembahasan wayang jika dilakukan desa data yang terdapat dalam bab akan aman, tradisi ruwatan IV tentang Mitos-Mitos di yang bisa menghilangkan ilmu Kecamatan Tanjunganom hitan, Endhel yang bisa mati Kabupaten Nganjuk Jawa dengan di Cor Timah. (3) Timur diperoleh temuan Pengaruh perbuatan; sebagai berikut, yaitu Struktur mengadakan kegiatan religi Mitos di Kecamatan doa bersama, pembersihan Tanjunganom Kabupaten tombak dengan adat jawa, Nganjuk Jawa Timur, Fungsi, pagelaran wayang setiap bulan Nilai Budaya dan Pengaruh. tertentu, melakukan ruwat peneliti mencoba mengungkap dengan tata cara jawa. nilai-nilai yang terdapat dalam PENUTUP setiap mitos-mitos yang ada di Kecamatan Tanjunganom sejarahnya berupa sastra lisan Yogyakarta: Galang yang dituturkan oleh Press. masyarakat, peneliti melalui Danandjaja, James. 1986, penelitian ini diharapkaan ide- Folklor Indonesia. ide cerita yang ada disetiap Jakarta Utara: PT cerita dapat dijadikan sebagai Temprin. ilmu pengajaran, pendidikan, Hutomo, Suripan Sadi. 1991, serta media informasi dan Mutiara Yang komunikasi bagi para generasi Terlupakan. Surabaya: muda agar dapat dijadikan Himpunan Sarjana sebagai pengetahuan sejarah Kesusastraan yang harus dilestarikan cerita dan peninggalan sejarahnya. Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Koentjraningrat. 1974, Andriani, Fransisca. 2014. Kebudayaan, Mentalit “Mitos Alas Ketonggo dan Pembangunan. Srigati (Petilasan Prabu Jakarta: Media. Brawijaya V) Di Desa Satori, Djam’an. 2010, Babadan Kecamatan Metodologi Penelitian Paron Kabupaten Kualitatif. Bandung: Ngawi (Kajian Alfabeta, Struktur, Fungsi, Nilai, Soekanto, Soerjono. 2003. Budaya, Dan Sosiologi Suatu Pengaruh”. Pengantar. Jakarta: PT. Pendidikan bahasa dan Raja Grafindo Persada. sastra Indonesia. Sinuraya, Lesta Br. 2014. “Mite Fakultas Bahasa dan Di Kabupaten Karo Seni. Universitas Sumatera Utara: Kajian Negeri Surabaya. Struktur, Fungsi, Nilai, Ahimsa, Putra. 2001. Kearifan Lokal, dan Kepercayaan”. Strukturalisme Levi- Strauss Mitos dan Pendidikan bahasa dan Karya Sastra. sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Supratno, Haris. 2010. Sosiologi Negeri Surabaya. Seni Wayang Sasak Strauss, Levi. 2005, Antropologi Lakon Dewi Rengganis Struktural. Terjemahan Dalam Konteks Ninik Rochani Sjams. Perubahan Masyarakat di Yogyakarta: Kreasi Lombok. Unesa Wacana. University Press. Sudikan, Setya Yuwana. 2015, Supratno, Haris dan Darni. Metode Penelitian Sastra 2015, Flokor Lisan Lisan.Lamongan: CV Sebagai Media Pustakaa Ilalang Pendidikan Karakter Groub. Mahasiswa. Surabaya: Sudikan, Setya Yuwana. 2001, Unesa University Metode Penelitian Sastra Press. Lisan. Surabaya: Tiara Wacana. Supratno, Haris. 1990, Flokor Budaya Jawa Dalam Lisan dan Cara Serat Suryaraja. Pendokumentasiannya. Jakarta: Depdikbud. Jurnal Media. Geertz, Clifford. 1992, “Tafsir Kebudayaan”. Terjemahan. Yogyakarta: Kanasius Press Lantini, Endah Susi. 1997. Refleksi Nilai-Nilai