Anda di halaman 1dari 25

ABSTRAK

MITOS-MITOS DI KECAMATAN TANJUNGANOM


KABUPATEN NGANJUK JAWA TIMUR:
ANALISIS STRUKTUR, FUNGSI, NILAI BUDAYA, DAN
PENGARUH

Nama : Cindy Indrawati


NIM : 15020074001
Prodi/Jurusan : Pendidikan/Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Bahasa dan Seni
Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Pembimbing : Drs. Parmin, M. Hum
Tahun : 2019

Kata Kunci: Sastra lisan, struktur, fungsi, nilai budaya, dan pengaruh

Tanjunganom merupakan salah satu kecamatan yang


terletak di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Daerah ini memiliki
kekayaan budaya salah satu di antaranya adalah sastra lisan.
Usaha melestarikan daerah ini penting karena sastra lisan
tersimpan dalam ingatan orang tua atau sesepuh-sesepuh yang
jumlahnya makin berkurang. Selain agar budaya yang ada di
masyarakat tetap terjaga dengan baik seiring perekembangan
zaman, sastra lisan dapat berfungsi sebagai identitas kebangsaan
suatu daerah.
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan (1) struktur mitos-
mitos yang ada di Kecamatan Tanjonganom, (2) fungsi mitos-
mitos yang ada di Kecamatan Tanjunganom, (3) nilai budaya
legenda mitos-mitos yang ada di Kecamatan Tanjunganom, (4)
pengaruh mitos-mitos yang ada di Kecamatan Tanjunganom.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif jenis penelitian deskriptif yang menekankan
pada proses. Sumber data dalam penelitian ini berupa penutur
cerita lisan mitos-mitos di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten
Nganjuk. Data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan
informan mengenai cerita mitos-mitos berupa prosa rakyat, mitos,
dan hiburan rakyat. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi, perekaman, wawancara,
dokumentasi dan pencatatan. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis data
penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah mengetahui struktur, nilai
budaya, fungsi, dan pengaruh mitos di Kecamatan Tanjunganom.
Pertama Struktur dari 4 tataran struktur mitos yaitu tataran
geografis meliputi bumi, fisik, iklim dan penduduk serta hasli
yang diperoleh dari bumi mulai era kerajaan Mataram dan massa
penjajahan Belanda dan terbentuknya Tanjunganom oleh tokoh-
tokoh sakti yang berperan pada masa itu. Fungsi salah satu fungsi
mitos yang muncul yaitu sebagai alat pendidikan; jangan mudah
terprofokasi oleh hal-hal yang tidak menguntungkan, jika
dipercaya jangan ingkar, saling tolong-menolong dengan sesama.
Adapun nilai-nilai budaya salah satu di antaranya nilai
kepahlawanan ditonjolkan pada tokoh Ki Ageng Kerto dan
Keniten yang banyak mengajarkan ilmunya kepada muridnya,
tokoh Seconegoro yang memiliki jiwa kesatria membantu
menangkap pencuri. Adapun pengaruh yang ada pada Mitos-
Mitos di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk salah satu
di antaranya, pengaruh yang timbul pada masyarakat
kepercayaan berdo’a di makam orang sakti akan mendatangkan
berkah, percaya kepada suatau tradisi yan dianggap mampu
menghilangkan ilmu hitam, keyakinan terhadap benda
peninggalan.
ABSTRACT
MYTHS IN TANJUNGANOM DISTRICT, NGANJUK
DISTRICT, JAWA TIMUR: ANALYSIS OF STRUCTURE,
FUNCTION, CULTURE, AND EFFECT

Name : Cindy Indrawati


NIM : 15020074001
Stud Department : S1 Education/Language and Indonesian
Literature Faculty of Language and Art
Name of Surabaya
Institution : Surabaya State University
Advisor : Drs. Parmin, M. Hum
Year : 2019

Keywords: Oral literature, structure, function, cultural values, and


influence

Tanjunganom is one of the sub-districts located in


Nganjuk Regency, East Java. This area has cultural wealth, one of
which is oral literature. The effort to preserve this area is important
because oral literature is stored in the memory of parents or elders
whose numbers are diminishing. In addition to keeping the
culture in the community well maintained as the era evolves, oral
literature can function as the national identity of a region.
The purpose of this study describes (1) the structure of
myths in Tanjonganom District, (2) the functions of myths in
Tanjunganom District, (3) the legendary cultural values of myths
in Tanjunganom District, (4) the influence of myths -mitos in
Tanjunganom District.
The approach used in this study is a qualitative approach
type of descriptive research that emphasizes the process. The
source of the data in this study is the speakers of oral stories of
myths in the District of Tanjunganom, Nganjuk Regency. The data
in this study were interviews with informants about the stories of
myths such as folk prose, myths, and popular entertainment. Data
collection techniques used in this study were observation,
recording, interviewing, documentation and recording. The data
analysis used in this study is descriptive method and analysis of
qualitative research data.
The results of this study were to know the structure,
cultural values, functions, and influence of myths in Tanjunganom
District. First, the structure of the four levels of mythic structure is
the geographical level covering the earth, physical, climate and
population and the desires obtained from the earth from the era of
the Mataram kingdom and the masses of Dutch colonialism and
the formation of Tanjunganom by powerful figures who played a
role at that time. The function of one of the functions of the myth
that emerges is as an educational tool; do not be easily profiled by
things that are not profitable, if you believe do not deny, help each
other with each other. As for cultural values, one of which is
highlighted in heroism by the character of Ki Ageng Kerto and
Keniten who teach their knowledge to many students,
Seconegoro's figure who has a knight spirit helps capture thieves.
One of the influences on the Myths in Tanjunganom District,
Nganjuk Regency is one of them, the influence that arises in the
faithful community praying at the tomb of the magic person will
bring blessings, believing in a tradition that is considered capable
of eliminating black magic, belief in relics.

PENDAHULUAN Tanjunganom merupakan


salah satu kecamatan yang
terletak di Kabupaten
Nganjuk Jawa Timur. Daerah Indonesia dan memiliki ciri
ini memiliki kekayaan budaya khas tersendiri adalah
salah satu di antaranya adalah kebudayaan Jawa yang masih
sastra lisan. Usaha memakai unsur kejawen,
melestarikan sastra lisan di seperti di daerah
daerah ini penting karena Tanjunganom, Nganjuk.
sastra lisan tersimpan dalam Sebagian dari orang Jawa
ingatan orang tua atau khususnya Desa Warujayeng
sesepuh-sesepuh yang dan Desa Getas Kecamatan
jumlahnya makin berkurang. Tanjunganom yang masih
Padahal sastra lisan dapat berkeyakinan kejawen selalu
berfungsi sebagai identitas menggunakan mitos dalam
kebangsaan suatu daerah. kehidupan sehari-hari, baik
Salah satu di antaranya tradisi maupun seni. Sebelum
adalah mitos-mitos yang terjadi perubahan-perubahan
terletak di Kecamatan status wilayah seperti
Tanjunganom Kabupaten sekarang ini, Kecamatan
Nganjuk. Konon beberapa Tanjunganon terdiri dari 16
tempat di Tanjunganom desa yakni, Desa Kampung
memiliki mitos-mitos yang Baru, Kaloran, Banjar Anyar,
dipercaya masyarakat. Demangan, Jogomerto,
Tanjunganom memiliki cerita Kedungrejo, Malangsari,
yang unik dan tentunya Ngadirejo, Sumberkepuh,
sejarah yang menjadikan Sambirejo, Sidoharjo,
masyarakat percaya sehingga Sonobekel, Wates dan yang
mitos-mitos di Tanjunganom terakhir adalah Warujayeng
dijadikan sebagai dan Getas yang akan menjadi
kepercayaan yang mentradisi lokasi penelitian ini.
bahkan dalam acara-acara Salah satu tempat yang
tertentu seperti yang menjadi penelitian ini terletak
diadakan setiap Suro di area pemakaman umum
misalnya Wayang Timplong, yang luasnya lebih kurang
dan Mitos Makam salah satu dua hektar, bertempat di
tokoh yang berpengaruh pada Dusun Kujon Manis Desa
zaman Mataram. Warujayeng Kabupaten
Salah satu di antara Nganjuk, terdapat sebuah
beragam budaya yang ada di makam kuna (Cagar budaya)
yang masih diyakini oleh penjajah Belanda pada waktu
masyarakat sekitar, sekaligus itu di wilayah Nganjuk, dan
dikeramatkan terbukti pada sampai sekarang namanya
bulan-bulan tertentu masih sama yakni Toya Mirah
diantaranya, Bulan Maulud (Berbeg).
dan Bulan Puasa terlebih Salah satu mitos yang
Bulan Suro (Muharam) bukan dipercaya tersebut adalah
hanya masyarakat sekitar, salah satu tokoh dari Mataram
yang berziarah ke tempat yaitu, seorang senopati yang
tersebut, melainkan banyak merupakan keturunan
juga dari luar Kota Nganjuk Pangeran Samber Nyowo,
yang datang dengan tujuan namun dari tutur kata orang
kirim do’a dan juga minta pada jaman dahulu dan
berkah kepada Allah Tuhan turun-temurun sampai
Yang Maha Esa, dengan sekarang beliau adalah: ”Ki
perantara orang sakti yang Ageng Keniten” karena lokasi
dimakamkan tersebut. Paling berada di Dusun Kujon Manis
banyak penziarah memohon maka nama tersebut lebih
derajat atau pangkat serta terkenal dengan nama
kesuksesan dalam suatu “Keniten Kujon”.
tujuan. Maka tidak asing Alasan dilakukan
kalau para calon penjabat penelitian di Kecamatan
seperti calon Kades, Caleg, Tanjunganom Kabupaten
Cagub bahkan sering kali para Nganjuk adalah wilayah
penjabat dari luar Jawa yang tersebut memiliki beberapa
hadir berziarah untuk tempat yang masih kental
mencapai niatannya. dengan mitos dan pengaruh
Adapun secara turun- masyarakat yang menjadikan
temurun dari cerita para mitos tersebut menjadi
orang tua, para penjabat di sebuah tradisi yang masih
Tanjunganom mengakui dilakukan dalam waktu-
bahwa yang dimakamkan waktu misalnya ruwatan,
tersebut adalah seorang tokoh wayang, nyadran tertentu
dari kerajaan Mataram yang serta kegiatan sakral yang
ditugasi oleh Sri Sultan untuk dilakukan di wilayah
menjadi Telik Sandi (mata- tersebut. Alasan lain dilandasi
mata) terkait dengan para pemikiran karena beberapa
cagar budaya seperti cerita budaya Endah Susi Lantini
sejarah yang diperankan atau dan yang terakhir adalah
dipentaskan lewat wayang pengaruh menggunakan
semakin sedikit kutipan buku Haris Supratno.
penggemarnya dan hanya KAJIAN TEORI
dipentaskan dalam momen- 1. Konsep Folklor
momen tertentu seperti bersih Sastra lisan sering
desa dan nyadran setiap dikaitkan orang dengan apa
setahun sekali di desa-desa yang dinamakan foklor, dan
dan sebagian kecil hajatan. bahkan ada yang jelas-jelas
Selain itu menurut hasil menyebutkan sebagai budaya
penelusuran Kantor rakyat atau folklore. Istilah
Perpustakaan dan Arsip folklore pada mulanya adalah
Daerah Kabupaten Nganjuk, ciptaan. Willian John Thoms,
Nganjuk memiliki beberapa seorang ahli kebudayaan antic
jenis wayang salah satunya (antiquariuan) Inggris.
yaitu wayang Timplong dan Menurut etimologinya,
Gedog sehingga sejarah dan perkataan folklore (di
lakon ide ceritanya perlu Indonesiakan menjadi folklor)
diselamatkan mengingat berasal dari kata folk dan lore.
manakala punah dan tidak Kata folk dan lore menurut
ada penerusnya, wayang seorang ahli folkor Amerika
inipun juga akan hilang dari Alan Dundes (dalam
tengah-tengah masyarakat Danandjaja, yang dimaksud
jika para pemangku wilayah dengan folk itu adalah
di Tanjunganom tidak ada kelompok orang-orang yang
penerusnya. mempunyai ciri-ciri pengenal
Mitos Tanjunganom ini kebudayaan yang ciri-cirinya
dikaji dengan menggunakan tadi dapat membedakannya
struktur, fungsi, nilai budaya dari kelompok lain.
dan pengaruh. Struktur akan Sedangkan yang dimaksud
dikaji dengan struktur C. Levi dengan lore adalah tradisi
Strauss, fungsi cerita akan dari folk. Ia diwariskan secara
dikaji dengan menggunakan turun-temurun melalui cara
teori fungsi William R. lisan atau melalui contoh
Bascom, nilai budaya yang yang disertai dengan
akan dikaji dengan teori nilai perbuatan.
Konsep Flokor menurut (legend), dan (3), dongeng
Danandjaja (1986: 2) adalah (folktale). Menurut Bascom
sebagian kebudayaan suatu Mite adalah prosa rakyat yang
kolektif, yang tersebar dan dianggap benar-benar terjadi
diwariskan secara turun- serta dianggap suci oleh yang
temurun , diantara kolektif empunya cerita. Mite ditokohi
macam apa saja, secara oleh dewa atau makhluk
tradisional dalam versi yang setengah dewa. Peristiwa
berbeda, baik dalam bentuk terjadi di dunia lain, atau di
lisan maupun contoh disertai dunia yang bukan seperti
dengan gerak isyarat atau alat yang kita kenal sekarang dan
pembantu pengingat. terjadi pada masa lampau.
Flokor lisan adalah flokor Sedangkan legenda adalah
yang bentukya memang prosa rakyat yang
murni lisan. Bentuk-bentuk mempunyai ciri-ciri yang
(genre) flokor yang termasuk mirip dengan mite, yaitu
ke dalam kelompok besar ini dianggap pernah benar-benar
antara lain (a) bahasa rakyat terjadi, tetapi tidak dianggap
(flok speech) seperti logat, suci. Berlainan dengan mite,
julukan, pangkat tradisional, legenda ditokohi manusia,
dan titel kebangsawanan; (b) walaupun ada kalanya
ungkapan tradisional, seperti mempunyai sifat-sifat luar
peribahasa, pepatah, dan biasa, dan seringkali juga
pemeo; (c) pertanyaan dibantu oleh makhluk-
tradisional, seperti teka-teki makhluk ajaib. Sebaliknya
(d) puisi rakyat, seperti dongeng adalah prosa rakyat
pantun, gurindam dan syair; yang tidak dianggap benar-
(e) cerita prosa rakyat, seperti benar terjadi oleh yang
mite, legenda, dan dongeng, empunya cerita dan dongeng
dan (f) nyanyian rakyat. tidak terikat oleh waktu
Salah satu bentuk flokor maupun tempat .
lisan yaitu cerita rakyat, Dari uraian tersebut,
menurut William R. Bascom ditarik kesimpulan tentang
dalam (Danandjaja 1986:50) ciri-ciri sastra lisan, sebagai
cerita prosa dibagi menjadi berikut; a.) Penyebarannya
tiga golongan besar, yaitu: (1) melalui mulut, maksudnya,
mite (mitims), (2) legenda ekspresi budaya yang
disebarkan, baik dari segi lisan (sehari-hari)
waktu maupun ruang melalui mengandung dialek, kadang-
mulut, b.) Lahir di dalam kadang diucapkan lengkap.
masyarakat yang masih 2.2.2 Konsep Mitos
bercorak desa, masyarakat di Mitos (mite) berasal
luar kota, atau masyarakat dari perkataan Yunani, mytos
yang belum mengenal huruf, , berarti cerita, yakni cerita
c) Menggambarkan ciri-ciri tentang dewa-dewa dan
budaya suatu masyarakat, pahlawan-pahlawan yang
sebab sastra lisan itu dipuja-puja. Mitos adalah
merupakan warisan budaya cerita-cerita suci yang
yang menggambarkan masa mendukung system
lampau, tetapi menyebut pula kepercayaan atau agama
hal-hal baru (sesuai dengan (religi).
perubahan-perubahan social). Yang termasuk ke
Oleh karena itulah, sastra dalam kelompok mitos adalah
lisan disebut juga sebagai fosil cerita-cerita yang
hidup, d.) Tidak diketahui menerangkan asal-usul dunia
siapa pengarangnya, dan , kehidupan, manusia dan
karena itu menjadi milik kegiatan-kegiatan hidup
masyarakat, e.) Bercorak seperti bercocok tanam
puitis, teratur, dan berulang- (misalnya kepercayaan
berulang maka maksudnya, tentang Dewi Sri) dan adat-
(a) untuk menguatkan ingatan adat yang lain. Menurut
(b) untuk menjaga keaslian Wiliam R. Bascom dalam
sastra lisan supaya tidak cepat (Hutomo, 1986:50) yang
berubah, f.) Tidak dinamakan mitos atau mite
mementingkan fakta dan adalah cerita yang dianggap
kebenaran, lebih menekankan benar-benar terjadi, serta suci
pada aspek khayalan/fantasi oleh yang mempunyai cerita.
yang tidak diterima oleh Mite ditokohi oleh dewa-
masyarakat modern, tetapi dewa atau makhluk setengah
sastra lisan itu mempunyai dewa. Terjadinya di dunia
fungsi penting di dalam lain, atau di dunia yang bukan
masyarakat, g.) Terdiri dari seperti yang kita kenal
berbagai versi, h.) Bahasa sekarang. Masa terjadinya
menggunakan gaya bahasa sudah lampau sekali.
Salah Bentuk-bentuk operasional yang dapat
(genre) flokor yaitu mite, mite digunakan untuk keperluan
pada umumnya mengisahkan pengalian, pengurangan,
terjadinya alam semesta, pengikhtiaran, dan lain-lain
dunia, manusia pertama, (Hutomo dalam Sudikan,
terjadinya maut, bentuk khas 2001:25). Model yang
binatang, bentuk topografi, dikembangkan oleh Maranda
gejala alam, dan sebagainya. berasal dari C Levi Strauss,
Mite juga mengisahkan yaitu menggunakan satuan
petualangan para dewa, kisah unsur yang bernama myteme
percintaan mereka, kisah dan oposisi biner para ahli
perang mereka, dan dalam menganalisis struktur
sebagainya. Mitos dianggap menggunakan istilah yang
sebagai sebuah cerita yang berbeda untuk satuan-satuan
‘aneh’, yang seringkali sulit operasional tersebut.
dipahami atau diterima Levi-Strauss dianggap
kebenarannya karena kisah di sebagai pendiri
dalamnya “tidak masuk akal” strukturalisme moderen,
atau tidak sesuai dengan apa karena melalui karya-
yang kita temui sehari-hari. karyanya. Strukturalisme
Namun karena itu pula, mitos menjadi tren intelektual di
yang kerapkali juga dipakai Eropa Barat. Khusunya
sebagai sumber kebenaran Prancis, cara pandang Levi-
dan menjadi alat pembenaran Strauss mempunyai studi
(Sudikan, 2015:47). tentang ilmu antropologi
2.2.3 Konsep Struktur dengan ilmu-ilmu yang
Struktur adalah hubungan lainnya yang terus
antara unsur-unsur berkembang (Ahimsa Putra:
pembentuk dalam susunan 31-32). Levis-Strauss
keseluruhan. Dalam hal ini, menerapkan metode analisis
hubungan antar unsur dapat struktural terhadap fenomena
berupa hubungan dramatik, budaya diluar bahasa. Seperti
logika, maupun waktu. Jadi sistem kekerabatan,
dalam struktur itu ada satu totemisme, ritual, mitos, dan
unsur pembentuk dan tabu. Fenomena budaya
susunanya. Unsur-unsur tersebut berkaitan dengan
pembentuk dan susuan struktur bawah sadar
manusia dalam menjalani bahasa, bersifat dialektikal
hidup. Unsur yang berperan yang menghasilkan oposisi
dalam memakai nalar biner. Seperti atas-bawah,
manusia tersebut adalah kaya-miskin, pria-wanita, dan
mitos. Seperti yang telah sebagaimannya. Oposisi biner
diungkapkan pada bagian itu melahirkan suatu
pendahuluan, mitos dalam keharmonisan yang terdapat
konteks strukturalisme Stauss dalam pola pikir masyarakat
adalah dongeng yang lahir pemilik mitos. Straus
dari hasil imajinasi (khayalan) membedakan empat tataran
manusia. Jadi, mitos Strauss yang didalamnyaa terdapat
berbeda dengan pengertian oposisi, yaitu (1) tataran
mitos dalam kajian mitologi. geografis, (2) tataran-
Mitos (dongeng) khayalan ekonomi, (3) tataran
manusia memperoleh sosiologis, dan (4) tataran
kebebasan mutlak, untuk kosmologis (Ahimsa-Putra,
mengisahkan kejadian- 2007; 124). Empat tataran
kejadian diluar kenyataan. inilah yang terdapat dalam
Khayalan-khayalan itu dapat sebuah cerita, yang disebut
menghasilkan kemiripan- Strauss sebagai struktur
kemiripan sebagaimana yang mitos. Pertama, tataran
tampak dalam beberapa geografis, yaitu struktur yang
dongeng yang berasal dari menunjukan letak
komunikasi yang berbeda. peristiwa/perjalanan
Mitos merupakan bahasa terjadinya cerita yang
yang harus dituturkan agar menunjukkan arah perjalanan
dapat dimengerti. Mitos dan selama cerita berlangsung.
bahasa adalah produk dari Kedua, yakni struktur
aktivitas pikiran manusia. tekno-ekonomi, berkaitan
Pikiran itu dimana-mana satu dengan mata pencaharian.
dan sama kapasitasnya. Mitos Untuk menemukan struktur
dapat dianalisis seperti ekonomi, Strauss
bahasa. Karena menyangkut memerhatikan unsur mitos
antara hubungan elemen- yang menceritakan
elemen didalamnya. Oleh pengalaman, yakni pada
karena itu, dalam pandangan kegiatan ekomnomi (Ahimsa-
Strauss, mitos seperti halnya Putra 2001-131)
Ketiga, struktur dan lembaga-lembaga
sosiologis yang berkaitan kebudayaan; (c) sebagai alat
dengan masalah pendidikan anak; dan (d)
kemasyarakatan, yakni sebagai alat pemaksa dan
organisasi masyarakat dan pengawas agar norma-norma
status sosial tokoh (Strauss masyarakat akan selalu
dalam Ahimsa-Putra dipatuhi anggota kolektifnya.
2001;130). Di samping Malinowski (dalam
berkaitan dengan status sosial Hutomo,1991:19)
tokoh tersebut, pada Beranggapan bahwa fungsi
hubungan anak-ayah, ibu dan dari unsur-unsur kebudayaan
orang lain. Keempat, struktur itu untuk memenuhi
kosmologis yang kebutuhan-kebutuhan naluri
berhubungan Strauss dengan dari manusia maka Redcliffle-
dunia ghaib. Pada pada Brown beranggapan bahwa
hakikatnya berkaitan dengan fungsi dari unsur-unsur
asal-usul cerita, struktur, dan kebudayaan itu ialah
hubungan ruang dan waktu memelihara keutuhan dan
dalam alam semesta. sistematik struktur sosial
Bedasarkan teori tersebut (Koentjaraningrat, 1964:68).
penelitian ini menggunakan (Hutomo,1991:69-73) Juga
teori struktur yang diusung menyatakan pendapatnya.
oleh Strauss, karena mitos- Pertama, berfungsi sebagai
mitos yang terdapat di sistem proyeksi. Hal ini dapat
wilayah Tanjunganom. dilihat dalam cerita bawang
2.2.4 Konsep Fungsi putih dan bawang merah.
Menurut Bascom (dalam Cerita ini merupakan
Danandjaja, 1986:19) Cerita proyeksi idam-idaman di
rakyat merupakan bagian bawah sadar dari kebanyakan
flokor yang mempunyai gadis miskin (yang cantik
fungsi bagi masyarakat tentunya) untuk menjadi isteri
pendukungnya yaitu ada orang kaya atau bangsawan
empat fungsi (a) sebagai (pangeran), atau orang
sistem proyeksi, yakni sebagai tersohor walaupun hal ini
alat pencermin angan-angan hanya terjadi dalam angan-
suatu kolektif; (b) sebagai alat angan belaka.
pengesahan paranata-pranata
Dari beberapa teori diinginkan, yang dianggap
tersebut ditarik sebuah baik, yang harus dicapai, dan
kesimpulan fungsi sastra lisan sebagainya. Tetapi juga untuk
di masyarakat. Masing- menentukan hal-hal yang
masing fungsi satu sama lain sebaliknya, yang tidak disukai
kadang-kadang berkaitan yang dianggap buruk, yang
sehingga satu bahan yang tidak diinginkan, dan yang
ditemukan oleh seorang seharusnya dihindari, dan
peneliti, bahan tersebut biasanya bersifat abstrak
kadang-kadang mempunyai (Ahimsa, 2006: 3).
berbagai fungsi. Lantini dkk (1997:251)
Bedasarkan uraian membedakan nilai budaya
tersebut, mitos-mitos di menjadi tiga bagian, yaitu (1)
Kecamatan Tanjunganon nilai didaktik, yaitu ajaran-
Kabupaten Nganjuk Jawa ajaran tentang agama, budi
Timur tentunya memiliki pekerti, dan kesempurnaan
fungsi-fungsi penting, bagi diri, (2) nilai etik, yaitu
masyarakat pendukungnya. hubungan sebab akibat dari
Dalam penelitian ini, teori adanya sifat-sifat baik dan
fungsi yang diterapkan buruk manusia akibat adanya
adalah konsep fungsi dari kekuasaan yang dilandasi
teori Fungsi Wiliam R oleh hawa nafsu serta
Bascom. keinginan normalistik, (3)
2.2.5 Konsep Nilai Budaya nilai religius, yaitu kedekatan
Sebelum membicarakan dengan Tuhan dalam
mengenai nilai budaya, menjalani kehidupan, orang
terlebih dahulu membahas harus mengetahui asal dan
pengertian tentang nilai dan tujuan kehidupan.
kebudayaan. Ada beberapa Bedasarkan definisi
pengertian nilai. Nilai adalah tersebut dapat disimpulkan
pedoman untuk bertindak bahwa nilai budaya
dan berperilaku dalam merupakan konsep-konsep
kehidupan sehari-hari. mengenai apa yang hidup
Pedoman itu tidak hanya dalam alam sebagian besar
digunakan untuk masyarakat mengenai sesuatu
menentukan hal-hal apa saja yang dianggap bernilai,
yang disukai. Yang beradab atau tindakan
bermatabat yang sesuai dijelaskan apa yang dimaksud
dengan budaya yang hidup di dengan nilai-nilai budaya dan
daerah tersebut. Nilai budaya sistem-sistem yang ada
yang ada seperti itulah didalamnya.
sehingga dapat dimanfaatkan Sistem nilai budaya
sebagai pedoman untuk terdiri atas konsepsi-konsepsi
memberi arah dan tuntunan yang hidup di alam pikiran
kehidupan masyarakat sebagian besar warga
sebagai makhluk sosial, masyarakat mengenai hal-hal
(Supratno, 1999:12). Masalah yang harus mereka anggap
nilai budaya erta kaitannya amat bernilai dan hidup.
dengan hampir seluruh aspek Sistem nilai budaya berfungsi
kehidupan manusia dan sebagai pedoman tertinggi
masyarakat. Dengan bagi kelakuan manusia
demikian, jelas sekali bahwa (Koentjaringrat, 1974:32).
penelitian ini tidak mungkin Sistem kelakuan manusia
membicarakan ruang lingkup yang lain yang lebih konkret
yang demikian luasnya, hal seperti aturan-aturan khusus,
ini disebabkan oleh karena hukum, dan norma-norma
keterlibatan waktu dan semuanya yang berpedoman
kemampuan peneliti untuk pada sistem nilai budaya itu.
melakukan hal itu. Oleh sebab Bedasarkan penjelasan
itu, pembatasan-penbatasan tersebut, nilai budaya dapat
dalam penelitian ini perlu dikatakan memiliki
dilakukan agar supaya ketahanan terhadap
manfaatnya jelas. Adapun penderitaan, berusaha keras
nilai yang akan dibicarakan dalam hidup toleransi
dalam penelitian ini adalah terhadap pendirian atau
nilai-nilai budaya yang kepercayaan orang lain, dan
menjadi pegangan bagi gotong-royong.
kehidupan bersama pada Nilai-nilai individu
Masyarakat Kecamatan dianggap penting antara lain
Tanjunganom untuk mencangkup nilai ketuhanan
menghindari jasmani dan rohani, nilai
kesimpangsiuran keseimbangan, nilai
pemahaman, maka ada keselarasan, nilai keberanian,
baiknya terlebih dahulu nilai kemanunggalan dengan
masyarakat, penguasa dan budaya milik Lantini dkk
Tuhan. Nilai yang (1997:251) membedakan nilai
berhubungan dengan budaya menjadi tiga bagian,
kehidpan sosial antara lain yaitu (1) nilai didaktik, yaitu
dari kepentingan pribadinya. ajaran-ajaran tentang agama,
Nilai budaya yang budi pekerti, dan
biasanya berfungsi sebagai kesempurnaan diri, (2) nilai
pedoman hidup bagi manusia etik, yaitu hubungan sebab
dalam masyarakat bersifat akibat dari adanya sifat-sifat
sebagai umum, mempunyai baik dan buruk manusia
ruang lingkup yang sangat akibat adanya kekuasaan
luas dan biasanya sangat sulit yang dilandasi oleh hawa
diterangkan secara rasional nafsu serta keinginan
dan nyata. Setiap masyarakat normalistik, (3) nilai religius,
baikk yang kompleks maupun yaitu kedekatan dengan
yang sedrhana biasanya Tuhan dalam menjalani
mempunyai nilai budaya kehidupan, orang harus
yang saling berkaitan mengetahui asal dan tujuan
sehingga membentuk sistem. kehidupan.
Sistem tersebut menjadi 2.2.6 Konsep Pengaruh
pedoman dari konsep-konsep Menurut Supratno
ideal dalam kebudayaan dan (2010:194) “pengaruh
dapat memberi dorongan kebudayaan terhadap
yang kuat terhadap arah masyarakat di sekitarnya
kehidupan warga adalah suatu daya yang ada
masyarakat. atau timbul dalam suatu
Penelitian yang kebudayaan yang ikut
dilakukan merupakan membentuk watak,
penelitian yang dapat kepercayaan atau perbuatan
dikatakan cukup kompleks, seseorang”, jadi yang
sebab perbandingan mitos- dimaksud pengaruh mitos-
mitos dikatakan tidak mudah. mitos di kecamatan
adat dan corak budaya dalam Tanjunganom Kabupaten
masyarakatnya kemungkinan Nganjuk terhadap
berbeda. Maka dalam masyarakat pendukungnya di
penelitian ini, peneliti akan Desa Getas Warujayeng
menggunakan konsep nilai adalah suatu daya yang ada
atau timbul yang membentuk ada kemungkinan pengaruh
watak, kepercayaan atau itu hanya datang dari satu
perbuatan masyarakat di Desa pihak saja yaitu dari
Getas. Pengaruh pada masyarakat pengguna alat-
kebudayaan itu bersumber alat komunikasi tersebut
pada pengaruh kebudayaan sedang pihak lain hanya
pada masyarakat lain, maka menerima pengaruh tanpa
itu mungkin terjadi karena mempunyai kesempatan
kebudayaan dari masyarakat memberikan pengaruh balik.
lain melancarkan Apabila pengaruh dari
pengaruhnya. Hubungan masyarakat tersebut diterima
yang dilakukan secara fisik tidak karena paksaan maka
antara dua masyarakat hasilnya dinamakan
mempunyai kecendurungan Demostrasion effect. Proses
untuk menimbulkan penerimaan pengaruh
pengaruh hubungan timbal kebudayan asing dalam
balik. Artinya masing-masing antropologi budaya disebut
masyarakat mempengaruhi akulturasi (Soekanto
masyarakat lainnya, tetapi 2003:325). Jadi pengaruh
juga meneima pengaruh dari mitos terhadap perilaku
masyarakat yang lain masyarakat di Kecamatan
(Soekanto, 2003:325). Tanjunganom, Kabupaten
Pengaruh kebudayaan itu Nganjuk adalah suatu daya
pula yang terjadi pada yang ada dan ikut
masyarakat desa Getas dan membentuk watak,
Warujayeng, dengan adanya kepercayaan, atau perbuatan
pengaruh tentang mitos-mitos masyarakat di kecamatan
di Kecamatan Tanjunganom Tanjunganom. Dengan
yang menimbulkan adanya pengaruh
kepercayaan pada masyarakat kebudayaan, kepercayaan itu
pendukungnya. Pengaruh muncul dari masyarakat satu
kepercayaan itu muncul dari ke masyarakat yang lain
masyarakat satu ke (Supratno, 2010:134).
masyarakat yang lainnya. Pengaruh pertama pada
Namun apabila hubungan watak yang timbul pada
tersebut berjalan melalui alat- masyarakat ialah dengan
alat komunikasi masa, maka adanya suatu berkah yang
didapat setelah berdo’a di sesuai dengan jadwal yang
makam Ki Ageng Keniten, ditentukan. Hal tersebut
Endhel Kertosono, Ki Ageng merupakan satu bentuk rasa
Kerto dan kedua syukur dan melestarikan
panglimanya, serta tradisi kebudayaan dengan adanya
Ruwatan Kartolo. Watak riwayat mbah Ageng Keniten
merupakan sifat batin dan Mbah Ageng
manusia, yang Kertonegoro
mempengaruhi segenap METODE PENELITIAN
pikiran dan tingkah laku Penelitian yang
perbuatan yang dilakukan dilakukan di Kecamatan
seseorang. Kedua mengenai Tanjunganom Kabupaten
kepercayaan hal-hal ghaib Nganjuk ini menggunakan
yang dialami oleh sebagaian jenis penelitian deskriptif
Masyarakat setelah berdo’a kualitatif. Penelitian kualitatif
meminta apa yang diinginkan ini mengutamakan proses dan
merupakan kepercayaan tiap produk dari wawancara,
individu yang mempercayai pengamatan dan pencatatan
hal-hal yang dapat dijumpai langsung lapangan, data
diluar pemekiran manusia deskripstif dari karya tulis
pada umumnya. Ketiga lisan, dan seni pertunjukan.
merupakan pengaruh Sumber data diperoleh dari
perbuatan yang dilakukan penutur cerita Lisan
oleh masyarakat desa narasumber di Tanjunganom.
Warujayeng adalah Data penelitian ini berupa
menghormati sosok Ki Ageng struktur, nilai budaya, fungsi,
Keniten, Endhel Kertosono, Ki dan pengaruh. Tempat
Ageng Kerto dan kedua pengambilan data dilakukan
panglimanya, serta tradisi di Desa Warujayeng dan Desa
Ruwatan Kartolo sebagai Getas Kecamatan
seorang tokoh suci dan Tanjunganom Kabupaten
sebagai tokoh pahlawan Nganjuk. Waktu pengambilan
mempertahan agama Hindu dimulai pada tanggal 27
pada saat kerajaan Mataran September 2018 dan berakhir
berdiri, dengan cara pada tanggal 6 Oktober 2018.
mengadakan kegiatan religi Pengumpulan data
seperti pengajian yang rutin dilakukan dengan teknik
Observasi, perekaman , Tahap pengolahan data
wawancara, Dokumentasi ada tiga yaitu Open coding
dan pencatatan. Penelitian ini mulai dari peneliti melalukan
dilakukan dengan beberapa kunjungan langsung ke lokasi
tahap yaitu (1) Tahap penelitian, untuk
Perencanaan dan Pra memperoleh data-data
Lapangan, pada tahap ini melalui wawancara,
peneliti telah melakukan pengamatan, pencatatan, dan
pengumpulan data berupa penelurusan dokumen, serta
flokor lisan dan flokor pendokumentasian lokasi.
setengah lisan. (2) Tahap Pada tahap axial coding, hasil
Pengumpulan Data, tahap yang diperoleh dari open
pengumpulan data ini coding berupa cerita lisan,
dilakukan setelah proposal hasil wawancara, dan
penelitian disetujui oleh pencatatan kemudian
Direktur Penelitian dikembangkan menjadi
Kecamatan Tanjunganom dan sebuah cerita yang utuh. Pada
Badan Kesatuan Bangsa dan tahap Selektive Coding data
Politik Perlindungan yang diperoleh lalu
Masyarakat. (3) Tahap dikelompokan dan diolah
Analisis Data, setelah data untuk melakukan proses
terkumpul baik berupa sastra analisis dan pemaknaan
tulis modern, sastra tulis setelah di transkripsi Bahasa
lama, sastra lisan atau tradisi Jawa ke Bahasa Indonesia.
lisan yang relevan, dan Teknik keabsahan data
mengandung nilai budaya menggunakan triangulasi
yang dapat dijadikan sebgaai sumber data, triangulasi
media pendidikan karakter pengumpulan data,
mahasiswa, maka dilakukan triangulasi metode
proses analisis data. (4) Tahap pengumpulan data, dan
Penulisan Laporan, setelah triangulasi teori. Teknik
proses analisis selesai, maka penerjemahan menggunakan
diambil suatu kesimpulan. tekni terjemah bebas dari
Kesimpulan dalam analisis bahasa Jawa ke Bahasa
data tersebut kemudian Indonesia, wacana lisan
dideskripsikan dalam bentuk berupa prosa ke tulis
laporan penelitian. diterjemahkan
mengutamakan pesan dan dalam suatu wilayah), Nyai
makna cerita yang Endhel (orang nakal), 4)
disampaikan. Tataran Kosmologis meliputi
HASIL PEMBAHASAN makam orang sakti yang
1. Struktur Mitos di dipercaya memiliki kekuatan,
Kecamatan Tanjunganom kepercayaan mitos ruwatan
Kabupaten Nganjuk Jawa dan tradis wayang Timplong,
Timur tobak sakti Kyai Pleret.
Struktur mitos di 2. Fungsi Mitos-Mitos di
Kecamatan Tanjunganom Kecamatan Tanjunganom
meliputi 1) tataran geografis Kabupaten Nganjuk Jawa
meliputi tataran yang Timur
meliputi bumi, fisik, iklim dan Fungsi Mitos-mitos di
penduduk serta hasli yang Kecamatan Tanjunganom
diperoleh dari bumi mulai era Kabupaten Nganjuk Jawa
kerajaan Mataram dan massa Timur diantaranya (1) Sebagai
penjajahan Belanda dan Alat Pemaksa; tradisi setiap
terbentuknya Tanjunganom bulan Suro di makam Ki
oleh tokoh-tokoh sakti yang Ageng Keniten dan Ki Ageng
berperan pada masa itu, 2) Kerto tujuan berdo’a agar
Tataran Tekno Ekonomi diberi berkah oleh Tuhan
tanjunganom sebelumnya Yang Maha Esa, pagelaran
adalah daerah yang lebat Wayang dan Ruwatan,
dengan hutan yang lebat, membawa bunga saat
kemudian berubah menjadi berziarah kubur, (2) Sebagai
daerah yang memiliki tanah Alat Pendidikan; jangan
subur dari hamparan mudah terprofokasi oleh hal-
persawahan, dan perkebunan hal yang tidak
berupa padi, jagung, tebu dan menguntungkan, jika
sayur-mayur, 3) Tataran dipercaya jangan ingkar,
Sosiologis yang ditemukan saling tolong-menolong
sangat berhubngan dengan dengan sesama, cerita
status sosial tokoh-tokoh di sejarah selayaknya diambil
Tanjunganom misalnya ide-ide yang sarat dengan
sebutan Ki Ageng (orang yang pesan-pesan pendidikan,
memiliki ilmu sakti), Pagedhe tidak baik memilki dendam
(orang yang berpengaruh dan iri hati, (3) Sebagai Alat
Pengesahan Pranta Sosial dan mengabdi kepada raja,
Lembaga Kebudayaan; kepahlawanaan. (a) Nilai
makam orang sakti tersebut Kepahlawanan ditonjolkan
sekarang dijadikan sebagai pada tokoh Ki Ageng Kerto
cagar budaya, pagelaran dan Keniten yang banyak
Wayang Timplong yang mengajarkan ilmunya kepada
semakin surut sehingga
muridnya, tokoh Seconegoro
kantor dan pusat daerah
yang memiliki jiwa kesatria
kabupaten Nganjuk dijadikan
sebagai wayang khas di membantu menangkap
Tanjungnom dan dilindungi pencuri, pesan-pesan budi
kearsipannya dan pekerti luhur yang ditnjukan
peninggalan-peninggaan dalam tradisi wayang
sejarah, (4) sebagai sitem Timplong, jiwa pahlawan juga
proyeksi; banyak masyarakat ditunjukan oleh prajurit
yang percaya bahwa makam- Mataram yang mampu
makam orang sakti dapat mengorbankan nyawanya
memberikan keberkahan untuk berperang dan benda
bukan dari Tuhan Yang Maha sejarah peninggalannya
Esa, sejak zaman dahulu telah
menjadi bukti sejarah yang
ada jiwa kesatria yang tanpa
penting. (b) Nilai
pamrih menolong sesama
Kesempurnaan diri mengabdi
diharapkan hal itu juga
terwujud di zaman sekarang, kepada raja; tampak pada
ide-ide cerita zaman dahulu tokoh Seconegoro yang benar-
telah memberikan nilai budi benar patuh kepada rajanya
pekerti agar tidak mudah setiap amanahnya akan
teprofokasi dalam kehidupan. dikerjakan, ketaatan juga
3. Anaisis Nilai Budaya ditunjukan oleh tokoh Endhel
Adapun nilai-nilai kepada gurunya, walaupun
budaya pada Mitos-Mitos di nakal dia tetap
Kecamatan Tanjunganom menghormatinya,
Kabupaten Nganjuk. (1) Nilai kesempurnaan prajurit
didaktik adalah nilai yang kepada raja, (c) Nilai Budi
mengajarkan ajaran tentang Pekerti; agar para generasi
budi pekerti, agama, budi muda tidak mudah
pekerti, kesempurnaan diri
terprofokasi, masyarakat juga Keniten akibatnya terjadi
menghormati jasa-jasa para perang antara orang
tokoh dengan mendoakannya kepercayaan dengan rajanya,
pada tiap bulan-bulan walapun begitu endhel
tertentu. memberitahukan
Nilai Etik berhubungan pengapesannya agar di cor
dengan sebab akibat dari timah dia sempat berpesan
adanya sifat-sifat baik dan agar Mataram tetap Jaya,
buruk manusia akibat Sebab Adipati Pragola Pati iri
kekuasaan yang dilandasi dengan Sultan menjadi raja
hawa nafsu serta keinginan akibatnya terjadi peperangan
normalistik. (a) Sebab Akibat antara sesama saudara. (c)
ditunjukan pada kesetiaan Nilai Religius; tampak pada
Keniten yang membangkang masyarakat yang berdo’a
kepada Rajanya akibat mendoakan para tokoh agar
hasutan atau profokasi mendapatkan berkah dari
pendukung Endhel, pada Tuhan Yang Maha Esa,
Mitos Tanjunganom dengan membersihakan
Seconegoro yang merupakan peninggalannya setiap bulan-
Panggede Pandansali bulan tertentu dengan tujuan
pendukung Brawijoyo akibat menjaga cagar budaya dan
perselisihan antar Panggedhe mendapat berkah dari Tuhan.
akibatnya dia harus Nilai Mistik nilai yang
melarikan diri ke Karang berhubungan dengan ilmu
Butuhan, pada Mitos ghaib dan unsur kepercayaan;
Ruwatan sebab kepercayaan pada mitos Keniten dan Kerto
masyarakat jika memiliki yang hanya bisa mati jika
anak tunggal akan dimakan terkena tombak kyai Pleret
Bhatero Kala akibatnya tampak kekuatan mistiklah
masyarakat melakukan tradisi yang membuat kedua tokoh
ruwatan agar terhindar dari ini kebal terkecuali dengan
ilmu hitam, (b) Ketaatan tombak Kyai Pleret. Kendi
tampak pada tokoh Endhel Pratolo milik Eyang Brojonoto
sebab dia memprofokasi dipercaya bisa menghisap
orang, tradisi Prwokolo yang Pengaruh yang timbul pada
diadakan rutin pada Bulan masyarakat kepercayaan
Suro masyarakat percaya berdo’a di makam orang sakti
dengan adanya tradisi akan mendatangkan berkah,
tersebut bisa menghilangkan percaya kepada suatau tradisi
pengaruh ilmu hitam, yan dianggap mampu
msayarakat juga menghilangkan ilmu hitam,
mengkeramatkan makam- keyakinan terhadap benda
makan orang sakti yang telah peninggalan, (2) Pengaruh
mati untuk meminta mengenai kepercayaan
kesuksesan, pengasihan dan masyarakat terhadap makam
jabatan yang bisa mengabulkan
4. Pengaruh Mitos-Mitos di keinginan, apabila
Kecamatan Tanjunganom menyerupai pakainnya akan
Kabupaten Nganjuk Jawa terjadi hal buruk, kekuatan
Timur ghaib tombak Kyai Pleret
Adapun pengaruh yang mampu menghunus
yang ada pada Mitos-Mitos di musuh yang memiliki ilmu
Kecamatan Tanjunganom kebal,
Kabupaten Nganjuk yaitu (1)
kepercayaan akan tradisi Bedasarkan pembahasan
wayang jika dilakukan desa data yang terdapat dalam bab
akan aman, tradisi ruwatan IV tentang Mitos-Mitos di
yang bisa menghilangkan ilmu Kecamatan Tanjunganom
hitan, Endhel yang bisa mati Kabupaten Nganjuk Jawa
dengan di Cor Timah. (3) Timur diperoleh temuan
Pengaruh perbuatan; sebagai berikut, yaitu Struktur
mengadakan kegiatan religi Mitos di Kecamatan
doa bersama, pembersihan Tanjunganom Kabupaten
tombak dengan adat jawa, Nganjuk Jawa Timur, Fungsi,
pagelaran wayang setiap bulan Nilai Budaya dan Pengaruh.
tertentu, melakukan ruwat peneliti mencoba mengungkap
dengan tata cara jawa. nilai-nilai yang terdapat dalam
PENUTUP setiap mitos-mitos yang ada di
Kecamatan Tanjunganom
sejarahnya berupa sastra lisan Yogyakarta: Galang
yang dituturkan oleh Press.
masyarakat, peneliti melalui Danandjaja, James. 1986,
penelitian ini diharapkaan ide- Folklor Indonesia.
ide cerita yang ada disetiap Jakarta Utara: PT
cerita dapat dijadikan sebagai Temprin.
ilmu pengajaran, pendidikan,
Hutomo, Suripan Sadi. 1991,
serta media informasi dan
Mutiara Yang
komunikasi bagi para generasi
Terlupakan. Surabaya:
muda agar dapat dijadikan
Himpunan Sarjana
sebagai pengetahuan sejarah
Kesusastraan
yang harus dilestarikan cerita
dan peninggalan sejarahnya. Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN Koentjraningrat. 1974,
Andriani, Fransisca. 2014. Kebudayaan, Mentalit
“Mitos Alas Ketonggo dan Pembangunan.
Srigati (Petilasan Prabu Jakarta: Media.
Brawijaya V) Di Desa Satori, Djam’an. 2010,
Babadan Kecamatan Metodologi Penelitian
Paron Kabupaten Kualitatif. Bandung:
Ngawi (Kajian Alfabeta,
Struktur, Fungsi, Nilai, Soekanto, Soerjono. 2003.
Budaya, Dan Sosiologi Suatu
Pengaruh”. Pengantar. Jakarta: PT.
Pendidikan bahasa dan Raja Grafindo Persada.
sastra Indonesia. Sinuraya, Lesta Br. 2014. “Mite
Fakultas Bahasa dan Di Kabupaten Karo
Seni. Universitas Sumatera Utara: Kajian
Negeri Surabaya. Struktur, Fungsi, Nilai,
Ahimsa, Putra. 2001. Kearifan Lokal, dan
Kepercayaan”.
Strukturalisme Levi-
Strauss Mitos dan Pendidikan bahasa dan
Karya Sastra. sastra Indonesia.
Fakultas Bahasa dan
Seni. Universitas Supratno, Haris. 2010. Sosiologi
Negeri Surabaya. Seni Wayang Sasak
Strauss, Levi. 2005, Antropologi Lakon Dewi Rengganis
Struktural. Terjemahan Dalam Konteks
Ninik Rochani Sjams. Perubahan Masyarakat di
Yogyakarta: Kreasi Lombok. Unesa
Wacana. University Press.
Sudikan, Setya Yuwana. 2015, Supratno, Haris dan Darni.
Metode Penelitian Sastra 2015, Flokor Lisan
Lisan.Lamongan: CV Sebagai Media
Pustakaa Ilalang Pendidikan Karakter
Groub. Mahasiswa. Surabaya:
Sudikan, Setya Yuwana. 2001, Unesa University
Metode Penelitian Sastra Press.
Lisan. Surabaya: Tiara
Wacana.
Supratno, Haris. 1990, Flokor Budaya Jawa Dalam
Lisan dan Cara Serat Suryaraja.
Pendokumentasiannya. Jakarta: Depdikbud.
Jurnal Media.
Geertz, Clifford. 1992, “Tafsir
Kebudayaan”.
Terjemahan.
Yogyakarta: Kanasius
Press
Lantini, Endah Susi. 1997.
Refleksi Nilai-Nilai

Anda mungkin juga menyukai