Anda di halaman 1dari 18

HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020

ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

Nilai-Nilai Karakter dalam Cerita Rakyat Banyuwangi Serta Relevansinya


Terhadap Pembelajaran Sejarah

Moh. Imron Rosidi1, Ismaul Fitroh2


1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Bakti Indonesia
2
Pendidikan Sejarah, Universitas PGRI Banyuwangi
Email: mohimronrosidi87@gmail.com, ismaulfitroh@gmail.com

Received 09 July 2020; Received in revised form 04 August 2020; Accepted 24 August 2020

Abstrak

Dalam pembelajaran sejarah mengenal istilah tradisi lisan. Tradisi lisan dapat kita temukan
salah satunya melalui cerita rakyat. Cerita rakyat yang tergolong dalam tradisi lisan atau bisa
disebut juga dengan folklor merupakan pesan verbal yang disampaikan secara turun-temurun
dan dari generasi ke generasi. Cerita rakyat Banyuwangi merupakan salah satu cerita rakyat
yang ada di Indonesia yang memilki nilai-nilai karakter yang patut kita teladani. Dalam cerita
rakyat Banyuwangi yang berjudul Asal–usul Banyuwangi, Mas Ayu Melok dan Joko Wulur
banyak nilai karakter yang dapat kita jadikan materi dalam pembelajaran sejarah. Hal ini
dapat menjadikan salah satu cara untuk melestarikan cerita rakyat Banyuwangi dibidang
pendidikan. Metode penelitian ini menggunakan studi literatur. Penelitian studi literatur
berkenaan dengan pengumpulan sumber pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah
bahan yang disesuaikan dengan judul penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
mempelajari cerita rakyat siswa dapat membedakan cerita rakyat yang tergolong mitos,
legenda atau dongeng. Nilai-nilai karakter yang didapat dalam cerita rakyat Banyuwangi
terbagi menjadi dua kategori yakni karakter positif dan karakter negatif. Nilai Karakter positif
diantaranya: kerja keras, tanggung jawab, pengabdian, jujur, adil, dermawan, religius,
bijaksana, gotong royong. Sedangkan nilai karakter negatif yaitu mudah terpengaruh, iri,
pemberontak, serakah, malas dan acuh tak acuh.
Kata kunci: nilai karakter, cerita rakyat Banyuwangi, pembelajaran sejarah.

Abstract
In learning history we know the term oral tradition. We can find oral traditions one of them
through folklore. Folklore which belonging to the oral traditions or folklore are verbal
messages that are passed down through generations and from generation to generation.
Banyuwangi folklore is one of the folklore in Indonesia that has character values that we
should emulate. In Banyuwangi folklore entitled Asal usul Banyuwangi, Mas Ayu Melok and
Joko Wulur have many character values that we can use as material in learning history. This
can be one way to preserve Banyuwangi folklore in the field of education. This research
method uses literature study. Literature study research is concerned with collecting library
resources, reading and recording and processing materials that are adapted to the research
title. The results showed that with folklore students can distinguish folklore classified as
myths, legends or folktales. Character values obtained in Banyuwangi folklore are divided
into two categories: positive characters and negative characters. Values positive characters
include: work hard, responsibility, dedication, honesty, fairness, generous, religious, wise,
mutual cooperation. While the value of negative characters is easily affected, envy,
rebellious, greedy, lazy and indifferent.
Keywords: character values, Banyuwangi folklore, history learning.

PENDAHULUAN sejarah menjadi kajian yang sangat


Sumber sejarah merupakan bagian penting dalam penulisan sejarah. Oleh
yang tidak dapat dipisahkan saat kita karena itu, kita wajib mengkritik sumber
belajar sejarah. Banyaknya sumber sejarah yang kita peroleh agar sesuai

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 95
Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

dengan apa yang ingin kita kaji. Untuk Cerita rakyat Banyuwangi kini mulai
melakukan kritik terhadap sumber sejarah pudar peminatnya, hal ini dikarenakan
kita dapat membagi beberapa jenis dalam penyampaiannya hanya dilakukan
sumber sejarah yaitu; artefak, fosil, bukti secara lisan walaupun sudah ada cerita
tekstual, kebendaan, visual, audio visual rakyat Banyuwangi yang sudah ditulis
dan tradisi lisan. Dalam hal ini, penulis dalam buku cerita namun siswa masih
memfokuskan sumber sejarah yang di enggan membacanya. Dampaknya,
dalamnya mengandung tradisi lisan. semakin sedikitnya siswa yang mengetahui
Menurut Kuntowijoyo (2003:25), tradisi cerita rakyat Banyuwangi. Tidak hanya itu,
lisan merupakan sumber sejarah yang dengan berkembangnya teknologi
merekam sebuah peristiwa masa lalu dari penyebaran informasi cerita rakyat belum
masyarakat. Di dalam tradisi lisan mampu beradaptasi dengan kecanggihan
mengandung kejadian-kejadian sejarah, teknologi. Hal ini bisa dikarenakan minat
nilai-nilai moral, keagamaan, adat masyarakat lebih suka menonton televisi
istiadat, cerita khayalan, peribahasa, yang menyajikan cerita-cerita modern,
lagu, dan mantra. Dalam tradisi lisan kita bermain game lewat ponsel pintarnya,
mengenal istilah folklor yaitu serta menonton video lewat youtube atau
kepercayaan, legenda, dan adat istiadat yang lainnya.
suatu bangsa yang sudah ada sejak lama, Tidak hanya di bidang teknologi, di
yang diwariskan turun temurun secara bidang pendidikan certita rakyat juga
lisan maupun tertulis kepada generasi memiliki masalah tersendiri yakni dalam
penerus (Sudjiman, 1991:35). pembelajaran sejarah materi yang
Menurut Jan Harold Brunyand (dalam disajikan tidak terlalu relevan dengan
Danandjaja, 2007:21-50) ceritanya rakyat keadaan sekitar siswa. Sebagi contoh saat
termasuk ke dalam folklor lisan yang guru menyebutkan salah satu cerita
terdiri dari mite, legenda, dongen dan rakyat, guru akan cenderung menyebutkan
nyanyian rakyat. Cerita rakyat Banyuwangi dan menjelaskan cerita rakyat yang sudah
merupakan salah satu folklor yang hingga dikenal secara luas yakni Malin Kundang,
saat ini masih diwariskan dari genarasi ke Roro Anteng dan Joko Seger, Sangkuriang,
generasi. Cerita rakyat yang dimiliki oleh Lutung Kasarung, Roro Jonggrang, dan lain
kabupaten Banyuwangi perlu dilestarikan sebagainya. Akibatnya, cerita rakyat di
karena, banyak mengandung nilai-nilai suatu daerah yang seharusnya diangkat
karakter yang luhur dan dapat digunakan dalam pembelajaran agar siswa dapat
sebagai alternatif dalam pembelajaran memahami nilai-nilai cerita rakyat yang
sejarah. ada di lingkungan tempat siswa tinggal
mulai terabaikan.

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 96
HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

Melihat fenomena di atas, perlu menelaah dan/atau mengekplorasi


dilakukan upaya untuk menumbuhkan beberapa jurnal, buku, dan dokumen-
ketertarikan masyarakat terhadap cerita dokumen serta sumber-sumber data dan
rakyat Banyuwangi. Dalam bidang atau informasi lainnya yang dianggap
pendidikan khususnya pembelajaran relevan dengan penelitian atau kajian
sejarah, upaya yang dapat dilakukan tentang nilai-nilai karakter dan budaya
dengan mengangkat cerita-cerita rakyat dalam cerita rakyat Banyuwangi yang
sebagai materi pembelajaran sejarah. sangat relevan sebagai materi
Berkaitan dengan hal tersebut, cerita- pembelajaran sejarah.
cerita rakyat yang terdapat di daerah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Banyuwangi khususnya dapat diteliti dan
Cerita Legenda Asal Usul Banyuwangi
dituliskan agar dapat menjangkau
Alkisah di sebuah desa yang terletak
masyarakat luas. Mempelajari cerita
di kaki Gunung Raung yang disebut dengan
rakyat dapat mengetahui nilai-nilai
desa Parang Alas. Di desa Parang Alas
karakte dalam masyarakat Banyuwangi.
hiduplah ki Buyut Kancur dengan seorang
METODE PENELITIAN anaknya yang bernama Sri Tanjung. Sri
Metode penelitian yang digunakan Tanjung memliki kecantikan yang luar
dalam kajian ini menggunakan studi biasa hinga termashur di wilayah desa
literatur yang diartikan sebagai tetangga. Setiap lelaki yang pernah
serangkaian kegiatan yang berkenaan melihatnya pasti akan jatuh cinta pada
dengan metode pengumpulan data kecantikannya. Pada suatu hari di
pustaka, membaca dan mencatat serta kerajaann Sindureja, Permaisuri sang raja
mengolah bahan penelitian (Zed, 2008:3). sedang hamil dan memilki permintaan
Menurut Bungin (2008:121) studi literatur yang aneh-aneh. Salah satu permintaan
merupakan salah satu metode yang belum terkabulkan adalah memakan
pengumpulan data yang digunakan dalam daging menjangan muda. Akhirnya sang
metodologi penelitian sosial untuk raja memerintahkan patih Sidapksa untuk
menelusuri data historis. Sedangkan mencari daging menjangan muda. Jangan
Sugiyono menyatakan bahwa studi menghadap aku sebelum engkau berhasil
literatur merupakan catatan peristiwa menangkap menjangan muda, tutur sang
yang sudah berlalu yang berbentuk raja!
tulisan, gambar, atau karya-karya Esok harinya, sang patih berangkat ke
monumental dari seseorang (2012:329). hutan untuk menangkap rusa (menjangan)
Berdasarkan beberapa definisi studi muda. Namun takdir tidak berpihak
literatur di atas, maka pengumpulan data padanya, hingga sore hari patih belum bisa
dalam penelitian dilakukan dengan menangkap menjangan muda. Akhirnya

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 97
Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

patih memutuskan untuk mencari tempat dimaksud adalah mencari tiga lingkaran
istirahat yang terdekat dengan hutan. emas dan tiga gulung janggut putih. Kedua
Dipilihlah desa Parang Alas yang menjadi benda itu ada di Negeri Indran. Patih
desa terdekat dengan hutan tempatnya menyanggupi perintah raja, namun patih
berburu. Diketuklah salah satu pintu meminta untuk menjaga keselamatan
rumah yang ada di ujung desa. Alangkah istrinya selama dia pergi melaksankana
terkejutnya sang patih saat melihat gadis tugas.
cantik yang membukakan pintunya. Si Esok hari patih Sidapaksa berpamitan
gadis bertanya, tuan mencari siapa? Patih kepada Sritanjung untuk pergi
menjawab; bolehkah aku menumpang melaksankan tugas dari raja. Setiap hari
semalam saja? Si gadis memanggil ayahnya Sri Tanjung berdoa untuk keselamatan
ki buyut Kancur dan mengijinkannya untuk suaminya dan berharap cepat kembali,
bermalam. sebab raja selalu merayu agar mau
Malam itu patih tak bisa tidur nyenyak dijadikan istrinya. Namun permintaan raja
karena selalu terbayang wajah gadis selalu ditolak olehnya. Tak disangka-
cantik ki Buyut Kancur. Pagi harinya patih sangka patih Sidapaksa datang dan
memberanikan diri untuk melamar Sri menghadap raja. Raja amat terkejut
Tanjung dan lamaran itu diterima, hingga sebab dia beranggapan Sidapaksa telah
melaksanakan perkawinan sesuai dengan meninggal dibunuh Jin di negeri Indran.
situasi desa. Dengan bantuan Ki Buyut Menurut orang, Negeri Indran adalah
Kancur, akhirnya menjangan muda dapat negeri jin yang angker. Siapapun yang
ditangkap. Beberapa hari kemudia patih datang ke negeri itu pasti tidak kembali.
berpamitan akan pulang ke istana karena Raja berterimakasih atas keberhasilan
tugas yang diberikan raja telah patih Sidapaksa. Raja meminta maaf tidak
diselesaikan. Sesampainya di istana patih dapat menjaga Sri Tanjung, karena selama
Sidapaksa dengan seekor menjangan muda kepergian patih, Sri Tanjung telah berkali-
bersama Sri tanjung menghadap raja. Raja kali menyeleweng dengan pengawal-
amat senang sebab keinginan permaisuri pengawalnya. Tanpa menyelidiki
terpenuhi. Namun begitu melihat kebenaran yang dikatakan raja, patih
kecantikan Sri Tanjung, raja ingin Sidapaksa sangat marah dan akan
memilikinya. Oleh karena itu dicarilah membunuh Sri Tanjung dengan kerisnya.
cara untuk mewudjudkan keinginannya. Namun, Sri Tanjung berpesan “saya rela
Agar keinginannya tercapai, Raja mati, mohon sudikah kiranya membuang
memeritahkan patih untuk mencari mayat saya ke sungai”. Jika ternyata bau
“tumbal” agar kerajaan Sindureja menjadi sungai amis menandakan saya bersalah.
kerajaan yang kuat. Tumbal yang Tetapi jika banyu (air) sungai berbau

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 98
HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

wangi (harum) itu pertanda Sri Tanjung menyiapkan diri, sampai pada suatu saat
suci. Sidapaksa segera menancapkan merasa kuat, kemudian mereka
kerisnya ke dada Sri Tanjung. Degan mangadakan pemberontakaan.
kemarahan yang memuncak, mayatnya Pemberontakan yang terjadi akhirnya
dilemparkan ke sungai. Begitu mayat dapat dipadamkan. Tawang Alit
menyentuh air sungai, bau harum tertangkap dan dihukum seumur hidup. Ia
semerbak tercium oleh Sidapaksa. Sambil sangat menyesali perbuatannya. Kerajaan
menyesali perbuatannya, ia mengikuti Kedawung kembali aman, namun Baginda
aliran sungai itu. Ia merang-raung sambil Tawang Alun berniat untuk hidup
berteriak “Banyuwangi, banyuwangi, menyendiri karena semakin tua dan ingin
banyuwangi!” Sejak saat itu, sampai mempersiapkan bekal untuk menghadap
sekarang daerah itu dan sekitarnya Hyang Widi kelak jika saatnya tiba.
dinamakan Banyuwangi (banyu = air, Pemerintahan kerajaan diserahkan kepada
wangi = harum) yang berarti air yang adik perempuannya yaitu Mas Ayu Melok.
harum baunya. Sebenarnya Tawang Alit lebih berhak dari
Cerita Dongeng Mas Ayu Melok pada Mas Ayu Melok. Berdasarkan aturan
dalam kerajaan, laki-laki dalam hal ini
Pada zaman dahulu, seorang raja yang
mempunyai hak lebih dari pada
memerintah ujung Timur Pulau Jawa
perempuan. Tetapi akibat perbuatannya,
dengan bergelar Prabu Tawang Alun.
hak itu hilang.
Keratonnya terletak di Kedawung. Di
Uapacara penobatan ratu Kedawung
bawah pemerintahan beliau kerajaan
telah usai, Baginda Tawang Alun
berkembangan sangat pesat, rakyat
meninggalkan kerajaan dan tak
tentram dan bahagia. Daerah-daerah di
seorangpun boleh tau kecuali sang Ratu.
sekitar Kedawung semuanya tunduk di
Mas Ayu Melok masih muda, ayu dan elok.
bawah pengaruh dan perintah beliau.
Banyak pemuda yang menaruh hati
Tawang alit adalah adik kandung sang
kepadanya. Di anatara pemuda yang
baginda. Ia merasa iri terhadap
menaruh hati pada Ratu yaitu pemuda
keberhasilan kakaknya. Mengapa bukan
bernama Mas Agung Wicaksono. Dia adalah
dirinya yang memerintah kerajaan itu?
pemuda tampan putra patih Raja Tawang
Mengapa bukan dirinya yang mendapat
Alun dulu. Pemuda ini pandai bergaul,
sanjungan rakyat? Padahal dia juga ikut
kuat dan sakti. Akhirnya pemuda ini
dalam membesarkan kerajaan. Akhirnya
berniat untuk mempersunting sang Ratu.
diam-diam Tawang Alit mengumpulkan
Rupanya sang ratu menyetujuinya dan
orang-orang yang memihak dia. Mereka
pesta penikahan pun digelar secara
didik dan dilatih olah keprajuritan. Setiap
meriah.
hari mereka secara sembunyi-sembunyi

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 99
Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

Selama memerintah kerajaan minum air mentah sebanyak sepuluh


Kedawung, Mas Ayu Melok dibantu genthong (tempayan). Setiap hari rakyat
suaminya. Ratu Mas Ayu Melok terkenal mendapat giliran memberi makan daa
arif dan dermawan. Setiap akhir tahun minum raja dan hal ini menyebabkan
dengan mengendarai kereta kencana kehidupan rakyat sangat menderita.
berkeliling keseluruh kerajaan bersama Pada suatu hari, Raden Banterang
suaminya memberi derma kepada orang- yaang merupakan pertapa muda keluar
orang miskin dan kepada orang-orang yang dari gua pertapaan di lereng Gunung
membutuhkan suatu hal. Di Kedawung Raung. Di sepanjang perjalanan ditemukan
tidak ada pencuri, tidak ada perampok kemelaratan, penderitaan dan keluh kesah
dan rakyat hidup berkecukupan. Mereka rakyat kecil. Setelah mendengar kisah
bersyukur mempunyai ratu yang bijak. rakyat tentang penderitaan, Randen
Sepuluh tahun kemudian, Baginda Banterang merasa iba. Dicarinya solusi
Tawang Alun mengakhiri tapanya. Beliau agar rakyat bebas dari penderitaan itu.
merasa cukup siap menghadap Hyang Widi Dengan sikap yang penuh wibawa
bila sewaktu-waktu dipanggil. Sekarang diajaklah rakyat agar tidak menyediakan
Baginda bermaksud kembali ke Kedawung. makan bagi rajanya. Hal ini dilakukan
Bukan untuk menjadi raja lagi, melainkan untuk memancing Prabu Joko Wulur mau
untuk menjadi penasihat Ratu Mas Ayu keluar dari istana untuk mencari rakyat
Melok. yang mendapat giliran mengirimkan
Cerita Dongeng Joko Wulur makanan. Siasat ini ternyata berhasil.
Prabu Joko Wulur dengan menahan
Pada zaman dahulu, daerah
amarah keluar istana karena merasa lapar.
Banyuwangi diperintah oleh seorang raja
Dengan ramah Raden Banterang menyapa
yang Ajaib. Dikatakan ajaib sebab
sang Raja.” Hendak kemana baginda, tidak
badannya dapat memanjang dan
biasanya baginda keluar istana?”. “Aku
memendek. Menurut Orang Jawa, keadaan
mencari rakyatku yang seharusnya
semacam ini dikatakan mulur mungkret
menyediakan makananku hari ini. Akan
(memanjang dan memendek). Oleh karena
aku bunuh jika bertemu sebab melanggar
itu, sang Baginda bergelar Joko Wulur.
perintah raja”, jawab Raja. “Baginda,
Baginda memiliki sikap bengis, tidak
mulai hari ini tidak ada lagi rakyat yang
berperikemanusiaan, malas sehingga
mengirimkan makanan untuk Baginda
rakyat tidak menyukainya. Raja memiliki
karena makanan telah habis. Jika baginda
kebiasaan makan ketupat yang besarnya
ingin makna hanya ada satu jalan yakni
sama dengan buah kelapa. Sekali makan
Baginda harus merubut makanan yang
bisa menghabiskan seribu buah ketupat.
dibawa oleh Dewi Rengganis yang sedang
Beliau merasa kenyang dan jika makan dan

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 100


HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

naik burung garuda. Bagaimana Baginda layaknya manusia. Kamu harus berjalan
sanggup?" tanya Raden Banterang penuh melata seperti ular”.
percaya diri. Baiklah, aku sangat lapar, Sambil meneteskan air mata Joko
jawab Baginda lesu. Wulur terpaksa menuruti perintah Raden
Tak lama kemudian, dilangit sebelah Banterang. Sampai pada suatu ketika dia
timur nampak seekor burung garuda yang menemukan tanah yang berwarna merah.
dikendarai oleh Dewi Rengganis. Tangan Di situlah dia berhenti dan hidup sebagai
kirinya memegang tongkat wasiat dan rakyat biasa sampai ajalnya. Beberapa
tangan kanan memegang keranjang ratus tahun kemudian, daerah tempat
raksasa yang berisi seribu ketupat. Ketika Joko Wulur menghabiskan sisa hidupnya
melihat keranjang ketupat laparnya menjadi pedesaan yang ramai. Desa yang
menjadi-jadi. Dengan bertumpu pada bernama lemahbang (lemah = tanah; bang
kaki, dijulurkannya badan dan tangannya dari kata abang = merah) karena tanah di
menggapai keranjang ketupat sang dewi. situ memang berwarna merah.
Saat menjulurkan badannya setinggi pohon Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita
kelapa, Joko Wulur berhasil merebut Rakyat Asal usul Banyuwangi
keranjang Dewi Rengganis yang berisi
a. Nilai Kerja Keras
ketupat. Oleh karena sangat lapar ketupat
Kerja Keras yakni perilaku yang
itu segera dilahapnya sampai habis.
menunjukkan upaya sungguh-sunggguh
Anehnya atas kehendak Tuhan, badan Joko
dalam mengatasi berbagai hambatan,
Wulur tidak dapat kembali seperti semula.
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
Beliau memohon kepada Dewi Rengganis
baiknya (Wibowo Agus & Gunawan,
untuk mengembalikan badannya seperti
2015:129). Nilai kerja keras tergambar
semula namun sang dewi tidak dapat
saat Patih Sidapaksa diberikan tugas oleh
memenuhi permintaannya.
raja untuk mencari daging menjangan
Tidak berapa lama datanglah Raden
yang menjadi permintan permaisuri yang
Banterang dan berkata pada Joko Wulur “
sedang hamil. Dalam menjalankan
Wahai Raja yang tidak menaruh belas
tugasnya Patih Sidapaksa menemui
kasihan kepada rakyat, raja yang rakus
hambatan hal ini dapat dilihat dalam
dan malas, kini engkau tidak pantas lagi
kutipan:
menjadi raja. Pergilah kamu jauh-jauh
“Esok harinya, sang patih berangkat
dari sini. Jangan sekali-kali berhenti
ke hutan untuk menangkap rusa
sebelum kamu menemukan tanah yang
(menjangan) muda. Namun takdir tidak
berwarna merah abang (merah). Ingat
berpihak padanya, hingga sore hari patih
kamu tidak boleh berjalan seperti
belum bisa menangkap menjangan muda.
Akhirnya patih memutuskan untuk mencari

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 101


Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

tempat istirahat yang terdekat dengan Sikap kerja keras yang dimiliki oleh
hutan. (Hutomo, Suripan. S & E. Patih Sidapaksa akhirnya dapat
Yonohudiyono, 1996:2)” menyelesaikan tugas dari raja.
Ketika menemui hambatan, Patih
b. Nilai Tanggung jawab
Sidapaksa terus berusaha menjalankan
Tanggung jawab yakni sikap dan
tugas yang diberikan oleh raja. Sikap kerja
perilaku seseorang dalam melaksankan
keras yang dimiliki Patih Sidapaksa
tugas dan kewajibannya, baik yang
membuahkan hasil yang diinginkan yakni
berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
dapat menyelesaikan tugas dari sang raja.
masyarakat, bangsa, negara mapun agama
“Dengan bantuan Ki Buyut Kancur,
(Wiraatmadja Rochiati, 2018:82). Nilai
akhirnya menjangan muda dapat
tanggung jawab tergambar pada saat Patih
ditangkap. Beberapa hari kemudian patih
Sidapaksa dapat menyelesaikan tugas yang
berpamitan akan pulang ke istana karena
diberikan oleh raja. Tugas yang diberikan
tugas yang diberikan raja telah
oleh raja saat mencari daging menjangan
diselesaikan. Sesampainya di istana Patih
yang nantinya akan dipersembahkan
Sidapaksa dengan seekor menjangan muda
kepada permaisuri yang sedang hamil dan
bersama Sri Tanjung menghadap raja
mencari tumbal untuk Kerajaan Sindureja
(Hutomo, Suripan. S & E. Yonohudiyono,
yang berupa emas dan tiga gulung janggut
1996:3)”
putih di negeri Indran.
Sikap kerja keras Patih Sidapaksa juga
tergambar saat raja memerintahkan Patih c. Nilai Pengabdian
Sidapaksa mencari tumbal bagi Pengabdian yang dimaksud adalah
kerajaannya agar kerajaannya menjadi sebuah kepatuhan kepada pemimpin. Hal
kuat. ini dapat kita temukaan pada sikap Patih
“Raja memeritahkan patih untuk Sidapaksa yang mengabdikan dirinya
mencari “tumbal” agar kerajaan Sindureja terhadap Kerajaan Sindureja. Sikap
menjadi kerajaan yang kuat. Tumbal yang mengabdi Patih Sidapaksa selalu
dimaksud adalah mencari tiga lingkaran ditunjukkan saat Raja Sindureja
emas dan tiga gulung janggut putih. Kedua memberikan tugas kepada patih dan patih
benda itu ada di Negeri Indran. Patih selalu menjalankan apapun tugas yang
menyanggupi perintah raja, namun patih diberikan raja meskipun sulit.
meminta untuk menjaga keselamatan
d. Nilai Mudah Terpengaruh
istrinya selama dia pergi melaksanakan
tugas (Hutomo, Suripan. S & E. Mudah terpengaruh adalah sikap yang
Yonohudiyono, 1996:4)”. ditunjukkan seseorang atas pengaruh
orang lain, lingkungan, dan budaya

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 102


HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

terhadap dirinya. hal ini dapat terlihat dan perkataan harus sesuai dengan
saat Patih Sidapaksa langsung terpengaruh faktanya. Sikap jujur dapat kita lihat pada
ucapan raja yang mengatakan bahwa: “Sri Sri Tanjung saat dia dituduh melakukan
Tanjung telah berkali-kali menyeleweng perbuatan yang tidak pernah
dengan pengawal-pengawalnya”. Akibat dilakukannya. Sri Tanjung rela
sikap mudah terpengaruh yang dimilki mengorbankan dirinya demi untuk
patih Sidapaksa, sikap tersebut membawa membuktikan bahwa dirinya berkata jujur.
kerugian bagi dirinya sendiri, kita dapat “ Sri Tanjung berpesan “saya rela
melihatnya dalam kutipan: mati, mohon sudikah kiranya membuang
“Tanpa menyelidiki kebenaran yang mayat saya ke sungai”. Jika ternyata bau
dikatakan raja, Patih Sidapaksa sangat sungai amis menandakan saya bersalah.
marah dan akan membunuh Sri Tanjung Tetapi jika banyu (air) sungai berbau
dengan kerisnya. Namun, Sri Tanjung wangi (harum) itu pertanda Sri Tanjung
berpesan “saya rela mati, mohon sudikah suci. (Hutomo, Suripan. S & E.
kiranya membuang mayat saya ke sungai”. Yonohudiyono, 1996:4).
Jika ternyata bau sungai amis menandakan
saya bersalah. Tetapi jika banyu (air) Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita
sungai berbau wangi (harum) itu pertanda Rakyat Mas Ayu Melok
Sri Tanjung suci. Sidapaksa segera
a. Nilai Iri
menancapkan kerisnya ke dada Sri
Iri merupakan sifat yang merasa
Tanjung. Dengan kemarahan yang
kurang sennag melihat kelebihan orang
memuncak, mayatnya dilemparkan ke
lain. Sifat iri dimilki oleh Tawang alit
sungai. Begitu mayat menyentuh air
ketika kakaknya prabu Tawang Alun
sungai, bau harum semerbak tercium oleh
berhasil memerintah kerajaan dengan
Sidapaksa. Sambil menyesali
baik, hal ini terlihat dalam kutipan:
perbuatannya, ia mengikuti aliran sungai
“Di bawah pemerintahan beliau
itu. Ia merang-raung sambil berteriak
kerajaan berkembangan sangat pesat,
“Banyuwangi, Banyuwangi, Banyuwangi!”
rakyat tenteram dan bahagia. Daerah-
Sejak saat itu, sampai sekarang daerah itu
daerah di sekitar Kedawung semuanya
dan sekitarnya dinamakan Banyuwangi
tunduk di bawah pengaruh dan perintah
(banyu = air, wangi = harum) yang berarti
beliau. Tawang alit adalah adik kandung
air yang harum baunya. (Hutomo, Suripan.
sang baginda. Ia merasa iri terhadap
S & E. Yonohudiyono, 1996:4)”
keberhasilan kakaknya (Hutomo, Suripan.
e. Nilai Jujur
S & E. Yonohudiyono, 1996:31)”.
Jujur adalah sikap yang dimiliki
seseorang ketika melakukan perbuatan

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 103


Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

b. Nilai Pemberontak hidup pada adik kandungnya Tawang Alit


yang telah melakukan pemberontakan.
Pemberontak adalah orang yang
“Pemberontakan yang terjadi akhirnya
melawan atau menentang kekuasaan yang
dapat dipadamkan. Tawang Alit
sah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004).
tertangkap dan dihukum seumur hidup. Ia
Pemberontakan yang tergambar adalah
sangat menyesali perbuatannya(Hutomo,
saat Tawang Alit merasa iri atas prestasi
Suripan. S & E. Yonohudiyono, 1996:32)”.
kakaknya yaitu Tawang Alun dalam
Dalam pengambilan keputusan raja
memimpin kerajaan. Tawang Alit merasa
Tawang Alit tidak memangdang siapa yang
dia juga berhak memerintah kerajaan
melakukan pemberontakan, dia
serta mendapatkan sanjungan dan pujian
tetapmelaksanakan kewajibannya sebagai
karena dia juga turut andil dalam
raja dengan memberikan hukuman sesuai
mengembangkan kerajaan. Oleh karena
dengan peraturan kerajaan.
itu, dia diam diam melakukan
pemberontakan terhadap kerajaan yang d. Nilai Dermawan
dipimpin oleh kakaknya Tawang Alun, hal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ini terdapat dalam kutipan:
(2004) dermawan diartikan murah hati;
orang yang suka berderma (beramal,
“Diam-diam Tawang Alit
bersedekah). Saat tampuk kepemimpinan
mengumpulkan orang-orang yang memihak
kerajaan dipimpin oleh Mas Ayu Melok,
dia. Mereka didik dan dilatih olah
beliau memiliki sikap dermawan hal ini
keprajuritan. Setiap hari mereka secara
tergambar dalam cerita yakni:
sembunyi-sembunyi menyiapkan diri,
“Ratu Mas Ayu Melok terkenal arif
sampai pada suatu saat merasa kuat,
dan dermawan. Setiap akhir tahun dengan
kemudian mereka mangadakan
mengendarai kereta kencana berkeliling
pemberontakan (Hutomo, Suripan. S & E.
ke seluruh kerajaan bersama suaminya
Yonohudiyono, 1996:31)”.
memberi derma kepada orang-orang
c. Nilai Adil miskin dan kepada orang-orang yang
membutuhkan suatu hal. Di Kedawung
Menurut Kamus Besar Bahasa
tidak ada pencuri, tidak ada perampok
Indonesia (2004) adil berarti sama berat;
dan rakyat hidup berkecukupan. Mereka
tidak berat sebelah; tidak memihak. Adil
bersyukur mempunyai ratu yang bijak”
wajib dimilki oleh setiap manusia apalagi
(Hutomo, Suripan. S & E. Yonohudiyono,
menjadi seorang pemimpin. Adil yang
1996:33).
dimilki Raja Tawang Alita tergambar saat
beliau menjatuhkan hukuman seumur

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 104


HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

e. Nilai Tanggung jawab ingin mempersiapkan bekal untuk


menghadap Hyang Widi kelak (Hutomo,
Tanggung jawab yakni sikap dan
Suripan. S & E. Yonohudiyono,1996:33).”
perilaku seseorang dalam melaksankan
Menjadi raja bukan berarti melupakan
tugas dan kewajibannya, baik yang
kewajibannya sebagai umat beragama.
berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
Menjadi raja harus memilki sikap religius
masyarakat, bangsa, negara mapun agama
di antaranya melakukan kewajibannya
(Wiraatmadja Rochiati, 2018:82). Hal ini
sebagai umat beragama dan memilki sikap
dapat tergambar saat Prabu Tawang Alun
ikhlas. Sikap ikhlas ditunjukkkan Prabu
menjalankan tugas dan kewajibannya
Tawang Alaun dengan meberikan tampuk
sebagai seorang pemimpin yang adil
kepemimpinannya kepada Mas Ayu Melok.
terbukti saat adiknya Tawang Alit berbuat
Prabu Tawang Alun mawas diri saat usinya
salah, beliau mampu berbuat adil dengan
semkin tua dia tidak bisa maksimal
memberikan hukuman seumur hidup
memimpin kerajaan dan dia memfokuskan
dipenjara.
beribadah sebagai bekal hidup untuk
Ratu Mas Ayu Melok sebagai penerus
menghadap sang Hyang Widi.
pemimpin kerajaan Kedawung juga
Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita
memiliki sikap tanggung jawab hal ini
Rakyat Joko Wulur
terlihat saat Ratu Mas Ayu Melok
a. Nilai Serakah
pemimpin yang memimpin kerajaan
Serakah adalah sifat seseorang yang
memberi derma kepada orang-orang
berlebihan terhadap sesuatu yang di
miskin dan kepada orang-orang yang
inginkannya. Sifat ini dimiliki Joko Wulur
membutuhkan suatu hal. Sehingga rakyat
saat dia mengingkan makan dan minum
dapat hidup damai dan sejahtera.
yang sangat banyak.
f. Nilai Religius
“Raja memiliki kebiasaan makan ketupat
Nilai religius merupakan sikap dan yang besarnya sama dengan buah kelapa.
perilku yang patuh dalam melaksankan Sekali makan bisa menghabiskan seribu
ajaran agama yang dianutnya, toleran buah ketupat. Beliau merasa kenyang dan
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain jika makan dan minum air mentah
dan hidup rukun dengan pemeluk agama sebanyak sepuluh genthong (tempayan)
lain (Wahyu, 2013:149). Sikap religius (Hutomo, Suripan. S & E. Yonohudiyono,
dimilki oleh Prabu Tawang Alun saat 1996:25)”.
beliau memfokuskan diri untuk beribadah b. Nilai Malas
kepada sang Hyang Widi. Malas merupakan sifat tidak mau
“Baginda Tawang Alun berniat untuk melakukan sesuatu, apalagi sesuatu itu
hidup menyendiri karena semakin tua dan dirasa memberatkan dirinya. Sifat malas

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 105


Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

yang ada pada Joko Wulur terlihat ketika rakyat terkait raja Joko Wulur yang
dia lapar dan ingin makan, dia tidak mau memilki perilaku negatif.
beranjak dari istananya. Joko wulur “Pada suatu hari, Raden Banterang
mengatasi rasa laparnya dengan yaang merupakan pertapa muda keluar
memerintahkan rakyatnya secara bergilir dari gua pertapaan di lereng Gunung
setiap hari untuk mengirimkan makanan Raung. Di sepanjang perjalanan ditemukan
ke istananya. Tidak hanya itu, Joko Wulur kemelaratan, penderitaan dan keluh kesah
juga enggan beranjak dari singgasananya, rakyat kecil. Setelah mendengar kisah
hal ini dapat terlihat saat Joko wulur rakyat tentang penderitaan, Randen
mengambil makanan dia cukup Banterang merasa iba. Dicarinya solusi
menjulurkan tubuhya memanjang ataupun agar rakyat bebas dari penderitaan itu.
memendek. Dengan sikap yang penuh wibawa
c. Nilai Acuh tak acuh diajaklah rakyat agar tidak menyediakan
Acuh tak acuh adalah sikap yang makan bagi rajanya. Hal ini dilakukan
dimiliki seseseorang yang tidak peduli untuk memancing Prabu Joko Wulur mau
dengan lingkungan sekitarnya. Sikap acuh keluar dari istana untuk mencari rakyat
yang ditunjukkan oleh Joko Wulur saat dia yang mendapat giliran mengirimkan
tidak mempedulikan kesejahteraan makanan. Siasat ini ternyata berhasil
rakyatnya. Saat Joko wulur (Hutomo, Suripan. S & E. Yonohudiyono,
memerintahkan rakyatnya setiap hari 1996:29).”
mengirimkan makanan ke istana dalam
e. Nilai Gotong Royong
jumlah yang banyak, Joko wulur tidak
Gotong royong merupakan bentuk
mempedulikan apakah setiap rakyatnya
kerjasama kelompok masyarakat untuk
memilki persediaan bahan makan yang
mencapai tujuan yang positif dengan cara
banyak atau tidak. Hal itu tidak
mufakat dan musyawarah bersama
dipedulikan lagi sama Joko Wulur yang
(Effendi, Tadjuddin Noer 2013:5). Dalam
terpenting keinginannya terpenuhi.
hal ini perilaku gotong royong nampak saat
d. Nilai Bijaksana
rakyat bersama Raden Banterang
Radeng banterang digambarkan
melakukan kegiatan yang membutuhkan
sebagai seseorang yang bijak, dan mau
keterkaitan satu sama lain agar tujuannya
memambantu sesama. Tidak hanya itu,
tercapai yakni menghadapi raja Joko
Raden Banterang juga memilki sikap
Wulur yang senang menyengsarakan
cerdas yang memang harus dimilki oleh
rakyat.
seseorang jika ingin menjadi pemimpin.
Hal ini terlihat saat Raden Banterang
“Dengan sikap yang penuh wibawa
memecahkan masalah yang dihadapi oleh
diajaklah rakyat agar tidak menyediakan

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 106


HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

makan bagi rajanya. Hal ini dilakukan Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran
untuk memancing Prabu Joko Wulur mau sejarah di kelas X semester ganjil mata
keluar dari istana untuk mencari rakyat pelajaran sejarah peminatan, cerita
yang mendapat giliran mengirimkan rakyat dapat dijadikan materi
makanan. Siasat ini ternyata berhasil pembelajaran sejarah yang merupakan
(Hutomo, Suripan. S & E. Yonohudiyono, salah satu sumber sejarah yakni mengenai
1996:27).” tradisi lisan. Hal ini dapat kita lihat dalam
Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat penjabaran kompetensi dasar di bawah
Banyuwangi Serta Relevansinya ini:
Terhadap Pembelajaran Sejarah

Tabel 1. Penjabaran Kompetensi Pembelajaran Sejarah Kelas X Semester Ganjil


Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator
Menyajikan hasil evaluasi kelebihan Tradisi lisan • Menganalisis bentuk cerita
dan kekurangan berbagai bentuk / rakyat yang tergolong dalam
jenis sumber sejarah tradisi (artefak, mitos , legenda dan
fosil, tekstual, non tekstual, dongeng.
kebendaan, visual, audiovisual, • Nilai- nilai karakter dalam
tradisi lisan) dalam bentuk tulisan cerita rakyat
dan atau media lain

Menurut Vansina dalam Yeni Mulyani perbuatan-perbuatan dan alat-alat bantu


(2012: 409) tradisi lisan merupakan pesan pengingat , mnemonic devices (Danandjaja,
verbal atau tuturan yang disampaikan dari 2007 : 460).
generasi ke generasi secara lisan, diucapkan, Cerita rakyat merupakan kesusastraan
dinyanyikan dan disampaikan dapat dengan yang berkembang dan hidup di tengah-tengah
menggunakan alat musik dalam suatu masyarakat. Pada jaman dahulu masyarakat
pertunjukkan yang di dalamnya mengandung yang belum mengenal membaca dan menulis
transmisi verbal dan nonverbal. Tradisi lisan memperoleh informasi mengenai sastra
menurut James Danandjaja termasuk dalam rakyat dengan cara dituturkan oleh ibu
folklor hal ini dapat kita lihat dalam kepada anaknya atau diceritakan kepada
kutipannya sebagai berikut. penduduk kampung (Liaw, Yock Fang,
“....sebagian dari kebudayaan yang 1991:1). Cerita rakyat merupakan ekspresi
tersebar dan diwariskan secara turun suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang
temurun secara tradisional, di antara berhubungan langsung dengan aspek budaya,
anggota-anggota kolektif apa saja di agama dan kepercayaan, ekonomi dan
Indonesia, dalam versi yang berbeda-beda, peraturan yang diterapkan oleh masyarakat
baik dalam bentuk lisan maupun dalam tersebut. Cerita rakyat yang diwariskan
bentuk contoh yang disertai dengan secara turun temurun dari generasi ke

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 107


Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

generasi berikutnya dalam masyarakat Legenda


tertentu merupakan tradisi lisan (oral
Legenda merupakan prosa rakyat yang
tradition) yang disamakan dengan folklor
memilki ciri-ciri yang mirip dengan mite,
(Endraswara 2013: 1).
yang dianggap pernah benar-benar terjadi
William R. Bascom (dalam Danandjaja
tetapi tidak dianggap suci (Danandjaja, 2007:
2007: 50) mengatakan bahwa cerita rakyat
50). Legenda dapat memuat keterangan-
dibagi menjadi 3 yaitu mite, legenda dan
keterangan langsung atau tidak langsung
dongeng.
tentang sejarah, hubungan, nilai dan
Mite
gagasan-gagasan (Haviland, 1993:231).
Mite (mitos) adalah prosa rakyat yang Dari penjelasan di atas cerita rakyat
dianggap benar-benar terjadi serta dianggap yang berjudul Asal usul Banyuwangi termasuk
suci oleh orang yang empunya cerita. dalam legenda hal ini dikarenakan
Penokohan mite oleh para dewa atau masyarakat Banyuwangi menganggap bahwa
makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di cerita Sri Tanjung memang benar-benar
dunia lain atau dunia yang bukan dikenal terjadi, dan kita masih bisa menyaksikan
sekarang dan terjadi pada masa lampau nama kota Banyuwangi masih ada sampai
(Danandjaja, 2007:50). Mitos juga dapat sekarang.
diartikan sebagai cerita tentang peristiwa- Dongeng
peristiwa yang semi historis yang
Dongeng merupakan prosa rakyat yang
menerangkan masalah-masalah akhir
tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
kehidupan manusia (Haviland, 1993:229).
empunya cerita dan dongeng tidak terikat
Dalam cerita rakyat Banyuwangi yang
waktu dan tempat (Danandjaja, 2007:87).
berjudul Asal-usul Banyuwangi, Mas Ayu
Sedangkan menurut (Haviland, 1993: 238)
Melok, dan Joku Wulur di antara ketiga judul
dongeng merupakan cerita kreatif yang
tersebut tidak termasuk ke dalam mite
diakui sebagai khayalan.
(mitos). Hal ini dikarenakan, ketiga judul
Dari Penjelasan di atas crita rakyat
cerita rakyat Banyuwangi, tokoh yang
Banyuwangi yang berjudul Mas Ayu Melok dan
diceritakan bukan oleh para dewa ataupun
Joko Wulur termasuk dalam Dongeng. Dalam
setengah dewa. Tokoh dalam cerita di
cerita Mas Ayu Melok cerita ini oleh
tokohkan oleh manusia biasa ataupun
masyarakat Banyuwangi dianggap tidak
manusia yang memiliki kekuatan luar biasa.
benar-benar pernah terjadi meskipun tokoh
Tidak hanya itu, latar tempat dari masing-
yang bernama Tawang Alun pernah disebut
masing judul cerita rakyat juga terjadi di
dalam sejarah sekitar tahun 1676. Sedangkan
wilayah Banyuwangi yang hingga sekarang
Joko Wulur dikisahkan bahwa ada Joko Wulur
wilayah tersebut masih ada.
digambarkan sebagai sosok manusia yang
memiliki kesaktian bisa memanjang dan

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 108


HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

memendekkan tubuhnya seperti karet. Oleh berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
karena itu kekuatan yang dimilki Joko Wulur individu dalam kehidupan keluarga,
tidak mungkin dimilki oleh manusia oleh masyarakat , bangsa dan negara.
karena itu cerita Joko Wulur termasuk Cerita rakyat merupakan salah satu
Dongeng. sumber sejarah yang diwarisi dari nenek
Dalam cerita rakyat Banyuwangi moyang secara turun temurun dalam
banyak nilai karakter yang relevan dalam beberapa generasi yang mengandung nilai-
pembelajaran sejarah. Nilai adalah konsepsi nilai luhur yang dapat ditransmisikan kepada
(tersurat atau tersirat, yang sifatnya siswa dalam pembelajaran sejarah. Nilai-nilai
membedakan individu atau ciri-ciri karakter yang ada dalam cerita rakyat
kelompok) dari apa yang diinginkan, yang Banyuwangi terbagi menjadi dua yakni nilai
mempengaruhi tindakan pilihan terhadap karakter positif dan nilai karakter negatif.
cara, tujuan antara dan tujuan akhir. Nilai
merupakan gagasan yang dipegang oeh suatu
Tabel 2. Nilai Karakter dalam Cerita Rakyat
kelompok ataupun individu yang menandakan
Banyuwangi
pilihan dalam situasi tertentu. Nilai
Judul Nilai Karakter
merupakan sesuatu yang dihargai, dijunjung No
Cerita
tinggi oleh manusia dalam memperoleh . Positif Negatif
Rakyat
kebahagiaan hidup hingga dapat merasakan a. Kerja
kepuasan lahir dan batin (Wisadirana, keras a. Mudah
Asal Usul b. Tanggun Terpengaru
2004:31). 1. Banyuwa g jawab h
Menurut Wibowo (2013:27) karakter ngi c. Pengabdi
merupakan sifat alami seseorang dalam an
d. Jujur
merespon secara bermoral. Artinya mulai
a. Adil
dari angan–angan yang merupakan bagian b. Dermaw a. Iri
dari jiwa manusia hingga menjelma sebagai Mas Ayu an b. Pemberon
2.
Melok c. Tanggun tak
tenaga, cara berfikir dan berperilaku yang
g jawab
menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup d. Religius
dan bekerjasama, baik dalam lingkungan a. Bijaksan a. Serakah
keluarga, masyarakat bangsa dan negara. Joko a b. Malas
3. c. Acuh tak
Wulur b. Gotong
Nilai karakter merupakan sesuatu yang acuh
royong
dihargai dan dijunjung tinggi oleh manusia
yang diwujudkan dalam cara berfikir dan

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 109


Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai karakter dilingkungan tempat tinggalnya kususnya
yang termasuk golongan karakter positif dan tentang tradisi lisan. Tradisi lisan yang
karakter negatif. Nilai Karakter positif terdapat dalam cerita rakyat Banyuwangi
diharapkan para siswa bisa menjadikan memliki klasifikasi legenda dan dongeng yang
contoh dalam kehidupan sehari-hari, didalamnya banyak muatan karkter positif
sedangkan nilai karakter yang yang bersifat yang dapat dijadikan contoh dalam
negatif jangan sampai kita contoh karena kehidupan sehari-hari.
dapat menyebabkan kerugian pada diri
sendiri dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif;


PENUTUP
Komunikai, Ekonomi, Kebijakan Publik
Cerita rakyat merupakan salah satu dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
sumber sejarah yang diwariskan dari generasi Kencana Prenada Media Grup.
ke genarasi. Di dalam cerita rakyat Danandjaja, James. (2007). Folklor
Banyuwangi yang mengambil tiga judul cerita Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan
Lain lain. Jakarta: Grafiti.
yaitu Asal usul Banyuwangi, Mas Ayu Melok
Effendi, Tadjuddin Noer. (2013). Budaya
dan Joko Wulur terdapat nilai-nilai karater
Gotong-Royong Masyarakat dalam
yang ditampilkan baik secara tersirat mapun Perubahan Sosial Saat Ini. Jurnal
tersurat. Nilai karakter di dalam cerita Pemikiran Sosiologi, Vol. 2 No.1.
rakyat Banyuwangi tidak selalu bermuatan Endraswara, Suwardi. (2013). Folklor
positif namun ada juga yang bermuatan Nusantara. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
negatif. Nilai karakter yang bermuatan positif
Haviland, William A. (1993). Antropologi
hendaknya bisa kita contoh untuk diterapkan
(Edisi Terjemahan oleh R. G.
di dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi nilai Soekadijo). Jakarta: Erlangga.
karakter yang bermuatan negatif hendaknya Hutomo, Suripan. S & E. Yonohudiyono.
menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu (1996). Cerita Rakyat dari Banyuwangi.
mawas diri agar tidak menyebabkan kerugian Jakarta: Grasindo.

bagi diri sendiri dan orang lain. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah
Edisi ke-2. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Cerita rakyat Banyuwangi yang
mengandung nilai kakter positif dan negatif Liaw, Yock Fang. 1991. Sejarah Kesusatraan
Melayu Klasik. Jakarta: Erlangga.
sangat relevan untuk pembelajaran sejarah.
Sugiono. (2015). Memahami Penelitian
Hal ini sekaligus memeperkenalkan dan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
menyebar luaskan cerita rakyat banyuwangi
Wahyu. (2013). Strategi Penyiapan Guru IPS
dalam bidang pendidikan. Dalam materi yang Berkarakter. Prosiding Seminar
pembelajaran sejarah siswa diajak untuk Nasional Implementasi Kurikulum 2013
mencari sumber sejarah yang berada dan Aktualisasi Pendidikan Ilmu
Pengtahuan Sosial dalam Memantapkan

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 110


HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 8 (2) 2020
ISSN 2337-4713 (E-ISSN 2442-8728

Insan Berkarakter. Banjarmasin:


Universitas Lambung Mangkurat.
Wibowo, Agus. (2013). Manajemen
Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Wibowo Agus & Gunawan. (2015). Pendidikan
Karakter Berbasis Kearifan Lokal di
Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2018). Pendidikan
Nilai dalam Pembelajaran Sejarah.
Bandung: Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Wisadirana, Darsono. (2004). Sosiologi
Pedesaan: Kajian Kultural dan
Struktural Masyarakat Pedesaan.
Malang: UMM Press.
Yeni Mulyani. (2012). Tradisi Lisan dan
Identitas Bangsa: Studi Kasus Kampung
Adat Sinarresmi, Sukabumi. Jurnal
Patanjala,Vol. 4 No.3.
Zed, Mestika. (2008). Metode Penelitian
Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 111


Nilai-Nilai Karakter Dalam Cerita Rakyat…, Moh. Imron Rosidi & Ismaul Fitroh, 95-112

DOI : 10.24127/hj.v8i2.2924 112

Anda mungkin juga menyukai