Anda di halaman 1dari 12

ASAL-USUL NAMA-NAMA DESA DI KECAMATAN NGIMBANG KABUPATEN

LAMONGAN KAJIAN STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA


LILIK ANTIKA SARI
S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
liliksari@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK
Setiap desa mempunyai sejarah tersendiri mengenai bagaimana asal-usul pemberian nama
desanya, termasuk nama desa yang ada di Kecamatan Ngimbang, pemberian nama-nama desa
berasal dari sejarah yang pernah terjadi di daerah tersebut. Pada penelitian ini mengambil objek
kajian dengan judul “Asal-usul Nama-nama Desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten
Lamongan.”

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu a. Bagaimana stuktur cerita asal-usul nama
desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan, b. Bagaimana fungsi cerita asal-usul nama
desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan, c. Bagaimana nilai budaya cerita asal-usul
nama desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, sumber data dalam penelitian
ini adalah sumber data utama yaitu seorang informan yang mengetahui benar tentang cerita asal-
usul nama-nama desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Data penelitian ini
mendeskripsikan stuktur, fungsi dan nilai budaya pada cerita asal-usul nama desa di Kecamatan
Ngimbang kabupaten Lamongan. Objek penelitian meliputi cerita asal-usul nama-nama desa di
Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, teknik pencatatan, teknik perekaman dan
teknik dokumentasi.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan yang pertama, berdasarkan stuktur naratif ala
Maranda, stuktur cerita asal-usul nama desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan
memiliki alur maju karena ceritanya berurutan. Semua cerita yang dipilih telah memenuhi stuktur
tersebut.

Kedua, dilihat dari segi fungsi, sama seperti yang ada pada analisis stuktur. Sastra lisan
yang dipilih telah memenuhi semua fungsi Bascom, yaitu sebagai hiburan, sebagai alat
pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, sebagai media pendidikan, dan
sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh anggota
kolektifnya.

Ketiga, nilai budaya yang ada pada sastra lisan di Kecamatan Ngimbang Kabupaten
Lamongan semuanya memenuhi nilai budaya Lantini yaitu nilai didaktik, nilai kepahlawanan,
nilai etik, dan nilai religius.

Kata kunci : struktur, fungsi dan nilai budaya

ABSTRACT
Each village has its own history of how the name of the village originates, including the
name of the village in Ngimbang Subdistrict, the giving of village names from the history that has
occurred in the area. In this study took the object of study with the title "The Origins of Village
Names in Ngimbang District, Lamongan Regency."
The formulation of the problem in this study is a. How is the structure of the story of the
origin of the name of the village in Ngimbang District, Lamongan Regency, b. What is the function
of the story of the origin of the name of the village in Ngimbang District, Lamongan Regency, c.
What is the cultural value of the story of the origin of the name of the village in Ngimbang
District, Lamongan Regency.
This study uses a qualitative descriptive method, the source of data in this study is the
main data source in this study is an informant who knows correctly about the story of the origin of
the names of villages in Ngimbang District, Lamongan Regency. This research data is describing
the structure, functions and cultural values in the story of the origin of the name of the village in
Ngimbang Subdistrict, Lamongan Regency. The object of this study covers the story of the origin
of the names of villages in Ngimbang District, Lamongan Regency. Data collection techniques in
this study used observation techniques, interview techniques, recording techniques, recording
techniques and documentation techniques.
The results of this study can be concluded the one, that based on the narrative structure
Ala Maranda, the structure of the story of the origin of the name of the village in Ngimbang
Subdistrict, Lamongan Regency has a progressive flow because of its sequential story. All selected
stories have fulfilled the structure.
The selection is in terms of functions, the same as in the structure analysis. The chosen
oral literature has fulfilled all the functions of Bascom, namely as entertainment, as a means of
ratifying cultural institutions and institutions, as an educational medium, and as a means of
enforcing and supervising the norms of society will always be obeyed by its collective members.
Cultural values that exist in oral literature in Ngimbang Subdistrict, Lamongan Regency all meet
the cultural values of Lantini, namely didactic values, heroic values, ethical values, and religious
values.

Keywords : structure, functions and cultural values.

Tlemang, Kakat, Munungrejo. Delapan


PENDAHULUAN desa tersebut masih terdapat informan
1.1 Latar Belakang
yang menjadi saksi sejarah asal-usul nama
Kecamatan Ngimbang Kabupaten
desa tersebut terbentuk sedangkan desa
Lamongan terletak di Provinsi Jawa Timur
yang lainnya sudah tidak ada informan
Indonesia. Wilayah Kecamatan Ngimbang
yang dapat menjelaskan asal-usul nama
terletak di sebelah selatan Kabupaten
desa mereka
Lamongan berbatasan dengan empat
Penelitian asal-usul nama suatu desa
wilayah yaitu, di sebelah utara berbatasan
penting dilakukan karena asal-usul nama
dengan Kecamatan Modo, di sebelah
desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten
timur berbatasan dengan Kecamatan
Lamongan belum ada yang meneliti atau
Sambeng, di sebelah Selatan berbatasan
menganalisisnya. Banyak masyarakat
dengan Kecamatan Jombang dan di
yang tidak memahami atau mengetahui
sebelah barat berbatasan dengan
tentang sejarah di daerahnya masig-
Kecamatan Bluluk. Kecamatan Ngimbang
masing. Hal ini dikarenakan minimnya
terdiri atas sembilan belas desa yaitu:
pengetahuan, banyak saksi sejarah yang
Kedungmentawar, Ganggang,
sudah meninggal bahkan pikun.
Gebangangkrik, Jejel, Mendogo,
Penelitian ini perlu dilakukan untuk
Durikedungrejo, Lamongrejo, Lawak,
membantu masyarakat mengetahui
Purwokerto, Ngasemlemahbang, Cerme,
informasi terbentuknya nama desa yang
Wotan, Kakatpenjelin, Drujugurit,
mereka tempati serta melestarikan dan
Munungrejo, Ngimbang, Sendangrejo,
dibudayakan agar sejarah yang pernah
Girik, dan Tlemang. Dari sembilan belas
terjadi tidak terlupakan sehingga dapat
desa tersebut terdapat 77 Dusun.
diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Desa yang dijadikan lokasi penelitian
Salah satu contoh kebudayaan yang ada di
yaitu desa Kedungmentawar, Ngimbang,
kabupaten Lamongan yaitu kebudayaan
Ngasemlemahbang, Wotan, Sendangrejo,
Tari Mayang Madu, tarian ini memiliki aspek kejujuran, nilai religius yang
konsep islami dan tradisional tarian ini meliputi aspek ibadah dan aspek mistik.
diiringi dengan gamelan sebagai
medianya, kemudian ada juga tari Boran
yang menggambarkan tentang kehidupan 1.2 Perumusan Masalah
para penjual nasi boran dari Lamongan Berdasarkan pembahasan di atas, masalah
yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
Jawa Timur.
1.2.1 Bagaimana struktur asal-usul nama-
Di Kecamatan Ngimbang juga
nama desa di Kecamatan Ngimbang,
terdapat budaya yang patut dilestarikan
Kabupaten Lamongan?
oleh masyarakat dan generasi muda yaitu
1.2.2 Bagaimana fungsi asal-usul nama-
budaya yang ada di desa Tlemang, adat
nama desa di Kecamatan Ngimbang
Sanggringan yang dilakukan setiap tahun
Kabupaten Lamongan?
sekali sebagai bentuk syukur terhadap
1.2.3 Bagaimana nilai budaya asal-usul
sang pencipta bumi dan seisinya. Adat
nama-nama desa di Kecamatan
Sanggring diwariskan secara turun
Ngimbang Kabupaten Lamongan?
temurun di Tlemang, sajian makanannya
juga ditentukan, tidak boleh kurang atau
lebih. Jumlah untuk jamuan para tamu 1.3 Tujuan Penelitian
harus pasti yakni empat puluh empat Berdasarkan rumusan masalah di atas,
piring, yang menarik dari tradisi ini tujuan yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
adalah yang memasak makanan harus 1.3.1 Mendeskripsikan struktur asal-usul
orang laki-laki. nama-nama desa di Kecamatan
Metode yang dilakukan dalam Ngimbang Kabupaten Lamongan.
penelitian ini menggunakan metode 1.3.2 Mendeskripsikan fungsi asal-usul
deskriptif kualitatif, karena data yang nama-nama desa di Kecamatan
akan disajikan bukan berupa angka-angka Ngimbang.
melainkan berupa kata-kata tertulis atau Kabupaten Lamongan.
lisan dari orang-orang, pendekatan 1.3.3 Mendeskripsikan nilai budaya asal-
penelitian berdasarkan fakta yang ada usul nama-nama desa di Kecamatan
atau fenomena yang memang secara Ngimbang Kabupaten Lamongan
empiris hidup pada masyarakat sehingga
dapat dihasilkan teks lisan tentang asal- Manfaat Penelitian
usul nama desa di Kecamatan Ngimbang Manfaat Teoretis
Kabupaten Lamongan. Teori yang Hasil penelitian ini dapat
digunakan adalah struktur ala Maranda. dimanfaatkan untuk menambah ilmu
Menggunakan teori tersebut dapat pengetahuan dan menambah
berkaitan dengan motif-motif cerita yang pengalaman untuk melakukan
membentuk alur untuk diungkapkan. penelitian dalam bidang sastra.
Nilai fungsi yang digunakan adalah teori Penelitian ini juga dapat digunakan
fungsi Bascom. Nilai budaya mengacu oleh masyarakat untuk mengetahui
pada pendapat Lantini yaitu dengan informasi pengetahuan tentang sastra.
menggolongkan nilai budaya menjadi
Manfaat Praktis
empat jenis, di antaranya adalah sebagai
Bagi penulis dapat menambah
berikut: nilai didaktik, nilai
ilmu pengetahuan dan dapat
kepahlawanan yang meliputi pendidikan
mengembangkan dalam bidang ilmu
dan ketatanegaraan, nilai etik yang
sastra lisan, menambah pengalaman
meliputi kesetiaan, aspek ketaatan, dan
untuk melakukan penelitian dalam
bidang sastra lisan. Bagi masyarakat
dapat digunakan untuk menambah Tidak mementingkan fakta dan
ilmu pengetahuan dan informasi kebenaran, lebih menekankan pada
mengenai alas-usul nama-nama desa aspek khayalan atau fantasi yang
tidak diterima oleh masyarakat
di Kecamatan Ngimbng Kabupaten
modern, tetapi sastra lisan memiliki
Lamongan serta membantu generasi fungsi penting di dalam masyarakat.
muda untuk melestarikan budaya Terdiri atas beberapa versi bahasa,
peninggalan nenek moyang. menggunakan gaya bahasa lisan
(sehari-hari) mengandung dialek,
1.5. Kajian Teori kadang-kadang diucapkan tidak
1 Sastra Lisan lengkap.

Menurut Hutomo (Sudikan, 2015: 3) Adapun ciri-ciri sastra lisan


Sastra lisan adalah kesusastraan yang (Endraswara, 2013:151) antara lain:
mencakup ekspresi kesusastraan lahir dari masyarakat yang polos,
warga suatu kebudayaan yang belum melek huruf, dan bersifat
disebabkan dan di turun-temurunkan tradisional. Menggambarkan milik
secara lisan dari mulut ke mulut. budaya milik kolektif tertentu yang
Sastra lisan yaitu warisan sastra yang tidak jelas siapan penciptanya. Lebih
diturunkan di dalam tradisi lisan dan menekankan aspek khayalan, ada
yang merupakan lawan sastra tulis sindiran, jenaka, dan pesan mendidik.
atau tercetak, telah dijadikan objek Sering melukiskan tradisi kolektif
dari berbagai cara pendekatan dengan tertentu.
berbagai teori Thompson.
Jenis-jenis sastra lisan
Sastra lisan sebagai ungkapan menurut (Endraswara, 2013:151) yaitu:
merupakan gabungan sastra dan lisan sastra lisan primer yaitu sastra lisan
karena dapat diberi batasan sastra dari sumber asli, misalnya dari
yang disampaikan. Fungsi sastra lisan pendongeng, dan pencerita. Bahkan
adalah sarana hiburan bagi akan lebih asli lagi kalau sastra lisan
masyarakat pendukungnya dan digali dari penutur asli karena,
sebagai pendidikan, seharusnya pendongeng dan pencerita juga sering
sebuah sastra lisan dilestarikan dan mengubah beberapa bagian cerita.
dikembangkan sebagai usaha menjaga Sastra lisan sekunder adalah sastra
kekayaan suatu bangsa. lisan yang telah diramu menggunakan
alat elekronik. Sastra lisan sekunder
Sastra lisan pada umunya biasanya lebih menarik dan biasanya
bersifat polos dan lugu, sehingga lebih menarik dan sekaligus lebih
sering kali kelihatanya kasar, terlalu rumit.
spontan (Danandjaja, 2002:4) lebih
lanjut menurut Hutomo ( Menurut Hutomo (Endraswara,
Sudikan,2015:4) menyatakan bahwa 2013:51-152) bahasa sastra lisan dapat
sastra lisan mempunyai ciri-ciri dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :
diantaranya, penyebaran melalui Bahan yang bercorak ceritera: (a)
mulut ke mulut maksudnya ekspresi ceritera-ceritera biasa (tales), (b) mitos
budaya yang disebarkan, baik dari (myths), (c) legenda (legends), d (epics),
segi waktu maupun ruang malalui (e) cerita tutur (ballads), (f) memori
mulut. Lahir di dalam masyarakat (memorates). Bahan yang bercorak
yang masih bercorak desa, masyarakat bukan cerita : (a) ungkapan (folk
di luar kota, atau masyarakat yang speech), (b) nyanyian (songs), (c)
belum mengenal huruf. peribahasa (proverbs), (d) teka-teki
Menggambarkan ciri-ciri budaya (riddles), (e) puisi lisan (rhymes), (f)
sesuatu masyarakat. Tidak diketahui nyanyian sedih pemakaman (dirge),
siapa pengarangnya dan karena itu (g) undang-undang atau peraturan
menjadi milik masyarakat. Bercorak adat (low). Bahan yang bercorak
puitis, teratur dan berulang-ulang tingkah laku(drama): (a) drama
panggungan (b) drama arena. istilah yang berbeda untuk satuan-
(Hutomo 1991: 14) mengklasifikasi satuan operasional tersebut.
sastra lisan menjadi dua jenis, yaitu
sastra lisan yang bernilai sastra Teori struktur naratif sebenarnya telah
(mengandung unsur, etika, berkembang di Eropa sejak akhir abad ke-19.
keindahan), dan sastra lisan yang Selanjutnya pada tahun 1910-an dan 1920-an
tidak bernilai sastra. Jenis pertama berkembang di Rusia. Teori struktur naratif
umumnya dituturkan oleh para dipelopori oleh Elli Kongas Maranda dan
penutur professional, misalnya tukang Pierre Maranda, dan vladmir Proop. Elli
kaba (Minangkabau), tukang si jobang Kongas Maranda dan Pieere Maranda telah
(Minangkabau), juru pantau (Sunda), menulis buku Stuctural Models in Foklore and
tukang (dalang) kentrung (Jawa), Transformational Essays (1971) yang berisi
tukang (dalang) jemblung (Jawa) model-model penganalisisan struktur sastra
penglipur lara (Melayu), dan lain-lain. lisan, yang mengunakan satuan unsur yang
Jenis kedua dituturkan oleh orang- bernama terem (term) dan fungsi (function),
orang biasa yang kebetulan dapat (Sudikan, 2014:35-36).
menceritakan sesuatu.
Terem (term) adalah simbol yang
dilengkapi dengan konteks kemasyarakatan
Asal-usul dan kesejarahan dan juga berupa dramatis
personal, pelaku magis, gelaja alam. Semua itu
Asal-usul dipandang sebagai merupakan segala subjek yang dapat berbuat
sejarah kolektif (folk history) yang atau melakukan peran tertentu dalam cerita.
dianggap cerita sebagai satuan Terem-terem ini satu sama lain saling
kejadian yang sungguh-sungguh bertentangan. Semua ini dapat dikategorikan
pernah terjadi. Asal-usul merupakan sebagai peran tunggal dan peran ganda
salah satu bentuk foklor yang disebut (Sudika, 2014:36).
cerita rakyat. sejarah biasanya bersifat
migratory yaitu dapat berpindah-
pindah sehingga dikenal luas di Skema :
daerah-daerah yang berbeda. Selain
itu, sering kali tersebar TK
pengelompokannya yang disebut TP
siklus (cycle) yaitu sekelompok cerita
yang berkisar pada suatu tokoh atau
kejadian tertentu. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian local legends krisis
karena penelitian ini mengungkapkan (alur cerita rakyat)
asal-usul suatu desa yaitu asal-usul Keterangan:
nama-nama desa di Kecamatan TP = terem pertama yang terdapat dalam
Ngimbang Kabupaten Lamongan. unsur peran tungal dalam awal cerita
sebelum pemecahan suatu krisis.
Konsep Stuktur ala Maranda TK = terem kedua sebagai mediator
dijumpai pada unsur peran ganda dalam
Teori struktur naratif model situasi sebelum suatu krisis terselesaikan.
Maranda digunakan dalam
menganalisis struktur asal-usul nama Fungsi (function) adalah peranan yang
desa yang ada dalam penelitian yang dipegang oleh terem, dengan mempengaruhi
berjudul asal-usul nama desa di terem bersifat dinamis tetapi meskipun begitu
Kecamatan Ngimbang Kabupaten fungsi itu wujudnya dibatasi oleh terem,
Lamongan. Dalam analisis ini maksudnya wujud itu hanya seperti apa yang
digunakan satuan unsur yang diekspresikan dalam terem yang memberinya
bernama terem (trem) dan fungsi wujud yang nyata. Simpulnya terem itu,
(Function). Para ahli dalam beruah-ubah sedangkan fungsi tetap.
menganalisis struktur menggunakan
Skema :
Fungsi: diantara para ahli ilmu-ilmu sosial belum ada
kata sepakat.
Tema: A
A Konsep Nilai Budaya Menurut Lantini

B Pada suatu bangsa selalu ada suatu


B kebudayaan atas adat istiadat yang
didalamnya mengandung nilai-nilai budaya
Catatan: kedudukan A dapat digantikan yang dianut oleh bangsanya. Nilai budaya
oleh B. tanda panah tersebut menunjukkan tersebut lahir karena kebiasan nenek moyang
bahwa kedudukan A yang berisi kebaikan (sesepuh) yang selalu menjalankannya
dapat digantikan dengan kedudukan B yang sehingga kebudayaan tersebut melekat dalam
berisi keburukan. diri bangsa dan menjadi kebudayaan yang
dilaksanakan secara turun temurun.
Asal-usul nama desa di Kecamatan
Ngimbang Kabupaten Lamongan akan diteliti Penelitian ini menggunakan nilai
dari segi strukturnya menurut teori Naratif ala budaya menurut Lantini (1997: 251-284) yang
Maranda pertama yaitu menentukan alur menggolongkan nilai budaya menjadi empat
ceritanya memasukkan unsur terem dan jenis, yaitu: nilai didaktik, nilai
fungsi. Alur cerita tersebut dapat kepahlawananan yang meliputi pendidikan,
digambarkan dalam bentuk formula, sehingga nilai ketatanegaraan, nilai etik yang meliputi
dapat diketehui struktur cerita asal-usul nama kesetiaan, aspek ketaatan, dan aspek
desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten kejujuran, dan nilai religius yang meliputi
Lamongan. aspek ibadah dan aspek mistik. Penjabaran
dalam teori Lantini adalah nilai didaktik, nilai
Konsep Fungsi Bascom mengenai ajaran yang terdapat di dalam
masyarakat, nilai kepahlawanan yang
Sastra lisan sebagai folklore menurut
meliputi pendidikan dan ketatanegaraan
(Sudikan, 2015:151) menyatakan bahwa teori
adalah sebuah nilai yang merupakan nilai
fungsi dipelopori oleh para ahli di antaranya
yang bertujuan untuk membela kebenaran
Willian R. Bascom, Alan Dundes, dan Ruth
Finnegan. Konsep fungsi folklore bersifat yang meliputi pendidikan dan ketatanegaraan,
nilai etik yang meliputi aspek kesetiaan, aspek
lentur. Banyak ahli yang memiliki pendapat
ketaatan, dan aspek kejujuran.
sesuai dengan bidang masing-masing dalam
mengartikan fungsi. Aspek kesetiaan dalam kaitan ini dimaksud
hormat, patuh, dan bentuk keikhlasan yang
Menurut Bascom (Sudikan, 2015:151-
ditunjukkan pada orang yang dikasihinya,
152) folklor mempunyai empat fungsi antara
lain : a) sebagai bentuk hiburan (as a from of aspek ketaatan dimana dalam hal ini
amusement) b) sebagai pengesahan pranata- kepatuhan seorang anak terhadap segala
perintah orang tuanya dan aspek kejujuran
pranata dan lembaga kebudayaan (it play in
validating culture, in justifying its ritual and seorang anak akan berbuat jujur dan
institution to those who perform an observe them) mengarungi kehidupan ini seperti
c) sebagai alat pendidikan anak-anak ( it play sebagaimana orang tuanya memberikan
in education, as pedagogical device) d) sebagai pelajaran hidup yang berharga, nilai religius
alat pemaksa dan pengawas agar norma- yang meliputi aspek ibadah dan aspek mistik
norma masyarakat akan selalu dipatuhi adalah suatu kegiatan yang bersangkut paud
anggota kolektifnya (mainting conformity to the dengan kepercayaan akan adanya kodrat di
accepted patterns of behviour, as mean of applying atas manusia dan aspek mistik adalah hal-hal
social pressure and axercising social control). gaib atau mistik dalam kehidupan masyarakat
Konsep fungsi folklore bersifat lentur, sehingga awam masih dipercaya.
belum ada kata sepakat dalam mendefinisikan
Terjemahan
fungsi tersebut. Banyak sekali ahli yang
memilih pendapat sesuai dengan bidang Dalam pengalihan wacana lisan ke
masing-masing dalam mengartikan fungsi. tulis pada penelitian ini berpedoman pada
Hal tersebut diakui oleh Hutomo dalam ejaan yang terbaru, misalnya sastra lisan Jawa
(Endraswara, 2011:125) bahwa konsep fungsi dialihkan dengan memanfaatkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Jawa yang desa yang ada di Kecamatan Ngimbang
Disempurnakan. Pada prinsipnya sistem Kabupaten Lamongan.
penulisan Bahasa Jawa relative tidak berbeda
dengan Bahasa Indonesia. Menerjemahkan Sumber Data
Bahasa haruslah sesuai dengan Bahasa aslinya. Sumber data dalam penelitian ini adalah
Penerjemahan wacana tentang cerita asal-usul sebuah novel yang berjudul Sunyi di Dada Sumirah
nama-nama desa di Kecamatan Ngimbang karya Artie Ahmad. Novel Sunyi di Dada Sumirah
Kabupaten Lamongan. Suripan Sadi Hutomo merupakan novel karya Artie ahmad, terdiri dari
dalam Sudikan (2015:253) memberikan 297 halaman. Cetakan pertama pada Agustus 2018.
petunjuk dalam menstranskripsi melalui Diterbitkan oleh MOJOK Yogyakarta. Laman bisa
tahapan sebagai berikut: transkripsi secara dilihat di bukumojok.com. situs media sosial antara
kasar artinya, semua suara dalam rekaman lain Facebook Buku Mojok, instagram
dipindahkan ke tulisan tanpa memindahkan @bukumojok, dan akun email
tanda baca, transkripsi tersebut selanjutnya bukumojok@gmail.com.
disempurnakan. Hasil penyempurnaan
Data Penelitian
dicocokkan kembali dengan hasil rekaman.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
METODE adalah kata atau kalimat, paragraf, wacana, dan
tuturan tokoh dalam novel Sunyi di Dada Sumirah
Jenis Penelitian
karya Artie Ahmad yang mengandung feminisme
Jenis pada penelitian ini yaitu
khususnya feminisme liberal yang merupakan unit
deskriptif kualitatif, jenis penelitian deskriptif
teks yang sesuai dengan rumusan masalah.
merupakan penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, 3.3 Teknik Pengumpulan Data
kejadian yang terjadi dengan tujuan untuk Teknik pengumpulan data dalam
menyajikan gambaran lengkap mengenai penelitian ini adalah membaca dan mencatat.
setting sosial atau dimaksudkan untuk Pengumpulan data tertulis yang akan didapatkan
eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu ialah masalah tentang kebebasan hak, kesejahteraan
fenomena atau kenyataan sosial. Adapun ekonomi, dan kesetaraan kesempatan yang dmiliki
langkah yan digunakan pada penelitian oleh Sunyi, Sumirah, dan Suntini.
deskriptif yaitu menentukan rumusan 3.4 Teknik Analisis Data
masalah, menentukan jenis informasi, Teknik analisis data dilakukan setelah
menentukan prosedur data, menentukan data-data yang berupa pernyataan-pernyataan,
prosedur pengolahan informasi atau data serta kalimat-kalimat, atau pilihan kata terkumpul,
menarik kesimpulan penelitian. terpilih dan terpilah. Data dianalisi dengan
Penelitian kualitatif adalah suatu menggunakan teknik deskriptif-interpretatif.
penelitian yang bermaksud untuk memahami Teknik deskriptif interpretatif yaitu teknik yang
fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, menggunakan cara mendeskripsikan apa yang ada
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan kemudian disusul dengan mengintepretasi.
tindakan. Tujuan pada penelitian ini adalah
untuk menjelaskan fenomena yang terjadi di 3 Data Penelitian dan Sumber Data
masyarakat dengan mengumpulkan data
secara lengkap. Data dalam penelitian ini
mendeskripsikan delapan desa yang dijadikan
Penelitian diskriptif kualitatif tempat penelitian yaitu Kedungmentawar,
merupakan penelitian yang berdasarkan pada Ngasemlemahbang, Wotan, Kakat, Tlemang,
fakta-fakta yang tampak secara nyata serta
Sendangrejo, Munungrejo, dan Ngimbang
menyeluruh dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang menggunakan kajian stuktur, fungsi dan nilai
alamiah. Pendekatan penelitian ini tidak budaya. Penelitian tersebut diperoleh dari
berbentuk angka atau gambaran namun, kegiatan wawancara dengan sejumlah
berdasarkan fakta yang ada atau fenomena informan yang mengerti dan memahami cerita
yang memang secara empiris hidup pada desa tersebut
masyarakat sehingga dapat dihasilkan teks
lisan mengenai cerita asal-usul nama-nama
Data Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa Teknik pengumpulan data adalah
cerita asal-usul nama-nama desa yang ada di teknik yang digunakan untuk mendapatkan
Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan data. Data yang diperoleh dari penelitian ini
yaitu pada desa Kedungmentawar,
berupa teks lisan, teknik pengumpulan sasra
Ngimbang, Wotan, Kakat, Ngasemlemahbang,
lisan berbeda dengan teknik pengumpulan
Sendangrejo, Munung, dan Tlemang yang di
deskripsikan menggunakan kajian strutur, sastra tulis. Pengumpulan data dan informasi
fungsi dan nulai budaya. Struktur berkaitan sastra lisan, menggunakan teknik perekaman
dengan motif-motif cerita yang membentuk (audio maupun video visual), pemotretan,
alur yang diungkapkan, nilai fungsi sebagai pengamatan secara cermat, pencatatan serta
hiburan, sebagai pengesahan pranata-pranata wawancara.
dan lembaga kebudayaan, sebagai alat
Adapun teknik dalam pengumpulan data yang
pendidikan serta sebagai alat pemaksa dan
dapat dilakukan antara lain: teknik observasi,
pengawas agar norma-norma masyarakat
teknik wawancara, teknik pencatatan, teknik
akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Nilai budaya yang terdapat pada penelitian ini perekaman, teknik dokumentasi, teknik pengalihan
digolongkan menjadi nilai didaktik, nilai wacana, teknik penerjemahan teks cerita, teknik
kepahlawanan, nilai etik serta nilai relligius. analisis data dan teknik keabsahan data.

Sumber Data ETNOGRAFI


Letak Geografis
Sumber data utama dalam penelitian
ini adalah informan yang mengetahui benar Kecamatan Ngimbang Kabupaten
tentang cerita asal-usul nama desa yang Lamongan terletak di Provinsi Jawa Timur,
dijadikan tempat penelitian. Untuk Indonesia. Wilayah Kecamatan Ngimbang
mendapatkan sumber data yang akurat maka terletak di sebelah selatan Kabupaten
harus benar dalam menentukan informan, Lamongan. Kecamatan Ngimbang memiliki
informan harus mengetahui sejarah dari cerita luas wilayah sekitar 8.889,663 Ha. Tataguna
nama desa tersebut, informan harus tanah sawah 3.966,887 Ha, tanah tegal
penduduk asli desa tersebut supaya data yang 1.274,545 Ha, luas wilayah Kecamatan
kita peroleh benar-benar nyatadan asli. Data Ngimbang sebagian besar digunakan untuk
pendukung dalam penelitian ini adalah pertanian yaitu sebesar 4.983,70 Ha atau
masyarakat, buku, data doperoleh dari sekitar 55,98%, 35.87% atau 3.193,54 Ha
masyarakat dengan melakukan wawancara merupakan hutan Negara. Bangunan atau
yang akan digunakan untuk analisis penelitian pekarangan seluas 725,94 atau sekitar 8.15%.
berupa kata-kata yang disusun dalam kalimat.
Wilayah Kecamatan Ngimbang
Teknik Penentuan Informan Kabupaten Lamongan berbatasan dengan
empat wilayah yaitu: disebelah utara
Informan adalah orang yang menjadi
berbatasan dengan Kecamatan Modo, sebelah
sumber data dalam suatu penelitian, informan
timur berbatasan dengan Kecamatan
yang diambil sebagai sumber data dalam
Sambeng, sebelah selatan berbatasan dengan
penelitian ini adalah sesepuh setempat atau
Kecamatan Jombang, sebelah barat berbatasan
orang yang dianggap menguasai sejarah desa
dengan Kecamatan Bluluk
tersebut.
Letak etnografi kecamatan Ngimbang
Dalam penelitian ini terdapat delapan
Kabupaten lamongan terdiri dari jumlah penduduk,
informan yang membantu mendapatkan data
mata pencaharian, pendidikan, bahasa, system
mengenai cerita asal-usul nama desa yang ada
teknologi, agama dan kesenian.
di Kecamatan Ngimbang Kabupaten
Lamongan. informan tersebut benar-benar
mengetahui tentang cerita asal-usul nama desa
yang mereka tempati sebab informan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengenal dan tinggal dalam lingkungan Struktur Cerita
budaya.
Dalam analisis data struktur
Teknik Pengumpulan Data menggunakan analisis struktur naratif yang
dikemukakan oleh Maranda, yaitu c2 = Kepala Desa/Tokoh Masyarakat
menggunakan istilah terem dan fungsi. d = Ngimbang
Analisis struktur yang dilakukan pada sebuah
cerita menitikberatkan pada unsur-unsur fungsi =
pembentuk cerita. Adapun unsur-unsur X= keburukan
pembentuk rangkaian peristiwa dalam cerita X1 = Merasuki
adalah terem dan fungsi. Terem menggunakan X2 = Marah
tanda a, b, c, d dan seterusnya, sedangkan Y = Kebaikan
fungsi menggunakan tanda x,y,z dan Y1 = Menemukan
seterusnya. Pemakaian tanda : dan :: dalam Y2 = Penyeimbang
analisis untuk menunjukkan hubungan sebab Y3 = Menamai
akibat, sedangkan rumus yang digunakan Y4 = Mensyukuri
adalah: (a)x:b(y) :: (b) x : (y)a-1
Kode Khusus: N = cerita asal-usul nama desa
Dari analisis struktur tersebut dapat Ngimbang. Alur cerita tersebut dapat
diketahui bahwa cerita asal-usul nama desa di digambarkan.
Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan
mempunyai tema kesejarahan, yaitu legenda N = (a1)y1 : (b)b1 :: b(b1)y2 : c(y3)d :: (c2)y4 : (c1)x2
setempat atau suatu tempat. Berikut ini hasil :: (c)x1
analisis struktur asal-usul nama desa di
Berdasarkan data tersebut dapat
Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan.
dijelaskan bahwa Ratu Wilhelmina yang
Struktur Cerita Asal-usul Nama Desa menemukan sebuah sendang yang bernama
Ngimbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten Sendang Gede. Ngimbang memiliki sejarah
Lamongan yang panjang dimasa kolonial hal tersebut
ditandai dengan beberapa bangunan
Alur Cerita: peninggalan di masa pemerintahan kolonial
Belanda. Sendang Gede dan Watu Gurit
a. Desa Ngimban ditemukan oleh dijadikan sebagai pemberat karena Pulau Jawa
seorang Belanda yang bernama Ratu antara Selatan dan Utara yang tidak seimbang.
Wilhelmina Maka batu tersebut bertujuan untuk
b. Di desa Ngimbang terdapat Sendang menyeimbangan berat antara wilayah Selatan
Gede dan Watu Gurit. dan wilayah Utara dari Pulau Jawa sehingga
c. Adanya Watu Gurit adalah sebagai nama desa tersebut dinamai dengan desa
pemberat karena pulau Jawa antara Ngimbang. Hasil tanaman yang melimpah,
Selatan dan Utara tidak seimbang. akhirnya kepala desa dan warga setempat
Maka watu tersebut ditanam oleh mensyukurinya dengan sedekah bumi untuk
orang yang berilmu bertujuan untuk mencegah penunggu desa dan membuat
menyeimbangkan berat antara masyarakat kerasukan. Sedekah bumi
wilayah Selatan dan Utara. diadakan pada hari Senin Wage masyarakat
d. Di desa Ngimbang diadakan sedekah beserta kepala desa membawa sesajen yang
bumi karena hasil panennya yang sudah dipersiapkan menuju Sendang Gede
melimpah. dan Watu Gurit diiringi dengan gamelan.
e. Sedekah bumi diadakan karena hasil
panen yang melimpah, sedekah Jika dilihat berdasarkan segi tokohnya
dilakukan oleh Kepala Desa beserta saja , maka alur cerita akan tampak sebagai
perangkat desa yang diiringi dengan berikut: N = (a1) : (b)b1 : (d) :: (c) : (c2) : (c1) :: (c)
gamelan. Kepala Desa dan tokoh : (b) : (b1) :: (d) : (c) : (c2)
masyarakat menuju Senang Gede dan
Watu Gurit. Ratu Wilhelmina menemukan
Sendang Rejo dan Watu Gurit yang dijadikan
Terem = sebagai peyeimbang berat antara wilayah
a1 = Ratu Wilhelmina Selatan dan wilayah Utara sehingga
b = Sendang Gede dinamakan desa Ngimbang. Kepala desa dan
b1 = Watu Gurit masyarakat mengadakan sedekah bumi
c = Masyarakat karena hasil tanaman yang melimpah untuk
c1 = Penunggu desa
menghindari penunggu desa marah, dan
merasuki masyarakat. Sebagai Media Pendidikan

Jika dilihat berdasarkan segi Setiap cerita tentang asal-usul nama


fungsinya saja, maka akan terlihat alur cerita desa pasti mempunyai nilai-nilai kebaikan
itu sebagai berikut: N = (y1) : (y2) :: (y3) : (y4) :
yang apat diambil masyarakat. Semua cerita
(x2) :: (x1) : (y3)
asal-usul nama desa di Kecamatan Ngimbang
Fungsi kebaikan lebih besar daripada fungsi Kabupaten Lamongan dapat dijadikan sebagai
keburukan. N = (a1)y1 + b (b1)y2 + (c1c2)y4 > alat pendidikan.
(c1)x1x2
Sebagai Alat Pemaksa dan Pengawas agar
Berdasarkan data tersebut fungsi
Norma-norma Masyarakat Akan Selalu
kebaikan lebih menonjol daripada fungsi
dipatuhi Anggota Kolektifnya
keburukan, segala sesuatu yang diperoleh
seseorang merupakan hasil dari perbuatannya Sastra lisan asal-usul nama desa di Kecamatan
sendiri.
Ngimbang Kabupaten Lamongan merupakan
suatu tempat atau daerah yang didalamnya
terdapat pembelajaran norma-norma yang
Fungsi Cerita
dipatuhi oleh setiap lapisan pengawas nirma-
Analisis fungsi cerita asal-usul nama norma masyarakat ada pada cerita yang
desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten berkembang di masyarakat, supaya tradisi-
Lamongan didasarkan pada teori yang tradisi ini tetap terjaga dan dilestarikan.
dikemukakan oleh William R. Bascom. Akan
tetapi semua teori tersebut tidak dapat
dimasukkan ke dalam setiap cerita. Nilai Budaya Cerita Asal-usul Nama-nama
Desa di Kecamatan Ngimbang Kabupaten
Cerita asal-usul nama desa di Kecamatan Lamongan
Ngimbang Kabupaten Lamongan memiliki
Kebudayaan merupakan keseluruhan
empat fungsi, yaitu sebagai bentuk hiburan, gagasan dan karya manusia, yang harus
sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan
lembaga-lembaga kebudayaan, sebagai alat dari hasil budi dan karyanya. Penggolongan
pendidikan, dan sebagai alat pemaksa dan nilai menurut Lantini terdiri empat jenis
pengawas agar noema-norma masyarakat antara lain: nilai didaktik, nilai kepahlawanan
yang meliputi kependidikan dan
akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
ketatanegaraan, nilai etik yang meliputi
kesetiaan, aspek ketaatan dan aspek kejujuran,
Sebagai Hiburan dan nilai religius yang meliputi aspek ibadah
dan aspek mistik.
Cerita asal-usul nama desa dapat
dijadikan sebagai hiburan oleh masyarakat,
misalnya dijadikan dongeng yang biasa
disampaikan seorang ibu kepada anaknya PENUTUP
ketika sedang bersantai, bisa juga sebagai KESIMPULAN
dongeng menjelang tidur. Setelah melakukan penelitian, dapat
diambil simpulan pertama struktur cerita asal-
usul nama desa di Kecamatan Ngimbang
2 Sebagai Alat Pengesahan Pranata-pranata
Kabupaten Lamongan menggunakan teori
dan Lembaga-lembaga Kebudayaan
struktur Ala Maranda yang digunakan untuk
Cerita asal-usul nama desa yang ada menganalisis struktur, alur, tokoh, fungsi
di Kecamatan Ngimbang Kabupaten dalam cerita asal-usul nama desa di
Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan
Lamongan terdapat kepercayaan pada masa
ini memiliki alur maju karena ceritanya
lampau yang masih dipercaya sampai berurutan.
sekarang juga kebenarannya oleh masyarakat.
Kedua, fungsi dari William R. Bascom kepercayaan yang sangat berguna bagi
untuk cerita Asal-usul Nama Desa di masyarakat, sebagai media pendidikan untuk
Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan, masyarakat, khususnya bagi mahasiswa.
memiliki fungsi a) sebagai bentuk hiburan, b)
sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan
lembaga kebudayaan, c) sebagai media
DAFTAR PUSTAKA
pendidikan, d) sebagai alat pemaksa dan
pengawas norma-norma masyarakat akan
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi
selalu dipatuhi oleh anggota kolektifnya.
Penelitian Sastra.Yogyakarta:CAPS.
Ketiga, nilai budaya menurut Lantini,
pada cerita asal-usul nama desa di Kecamatan Fatimah, Siti. 2014. Sastra Lisan di Kecamatan
Ngimbang Kabupaten Lamongan, ialah a) Cerme, Kabupaten Lamongan Kajian
nilai didaktatik, terdapat ajaran kebaikan yang Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya.
diajarkan didalamnya, sehingga dapat Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya:
dijadikan suatu acuan tentang kehidupan
FBS Unesa.
yang lebih baik, b) nilai kepahlawanan,
terdapat ajaran kebaikan yaitu kepahlawaan
tentang sebuah perjuangan untuk membantu Hutomo, Suripan Hadi. 1991. Mutiara yang
orang lain, c) nilai etik, terdapat dalam cerita Terlupakan Pengantar Sastra Lisan.
asal-usul nama desa di Kecamatan Ngimbang Surabaya: HISKI. Jawa Timur.
Kabupaten Lamongan, memiliki sebab akibat
dari perbuatannya, d) nilai religius, terdapat Lantini, Indah Susi. 1997. Refleksi Nilai-nilai
kepercayaan pada hal-hal yang diluar budaya dalam Serat Surya Raja.
kemampuan manusia. Dedikbud, Jakarta: CV. Putra sejati
raya.
SARAN
Sudikan, Setya Yuwana. 2015. Metode
Berdasarkan simpulan diatas, dapat
diberikan beberapa saran. Pada teori struktur Penelitian Sastra Lisan. Lamongan: CV
naratif Ala Maranda penulis harus lebih teliti Pustaka Ilalang Group.
dalam menganalisis struktur khususnya pada
tanda perubahan terem menjadi tanda fungsi. Sulistyani. 2017. Legenda di Kecamatan Kemlagi
Kabupaten Mojokerto Kajian Struktur,
Pada teori fungsi William R. Bascom
Fungsi, Nilai Budaya dan Kepercayaan.
fungsi yang banyak ditemukan yaitu pada
Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan.
fungsi hiburan, namun apabila ditemukan
fungsi lain dapat dicantumkan pada simpulan. Surabaya. Unesa.

Pada teori Nilai Budaya Lantini Supratno, Haris. 2010. Sosiologi Seni. Lakon
penulis menemukan kesulitan dalam sasak Lakon Dewi Rengganis dalam
pengelompokan nilai budaya pada cerita asal- Konteks Perubahan Masyarakat di
usul nama desa di kecamatan Ngimbang
Lombok. Surabaya: Unesa University
Kabupaten Lamongan. Oleh karena itu, dapat
Press.
menggunakan tabel untuk mempermudah
penganalisisan.
Toriq, Irham Sahhala. 2014. Cerita Rakyat di
Hasil penelitian ini masih terbatas Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo
karena hanya terdapat delapan cerita asal-usul Kajian Struktur, Fungsi dan Nilai
nama desa suatu daerah, banyak nama desa Budaya. Skripsi tidak diterbitkan.
yang belum dilakukan penelitan karena Surabaya. Unesa.
minimnya pengetahuan mengenai sejarah
desa tersebut sehingga dapat dikembangkan Mukaromah, Rofi’atul. 2016. Cerita Rakyat di
lagi oleh para penulis lainnya, yang banyak Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar
mengandung fungsi, nilai budaya dan juga Kajian Struktur, Fungsi, dan Nilai
Budaya. Skripsi tidak diterbitkan. Fungsi, dan Nilai Budaya. Skripsi tidak
Surabaya. Unesa. diterbitkan. Surabaya. Unesa.

Yulianis, Yani. 2015. Cerita Rakyat di Kecamatan


Wiyung dan Sekitarnya Kajian Struktur,

Anda mungkin juga menyukai