PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN aman dan menyehatkan tubuh. Sementara Madura Times (15/10/2015)
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN mengabarkan bahwa nelayan di desa Legung Timur punya kebiasaan yaitu
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018 mengambil pasir terlebih dahulu sebelum berangkat melaut dan setelah
melaut, nelayan langsung berguling-guling di pasir untuk menghilangkan
Judul : Tradisi Kasur Pasir di Desa Legung Timur, penat. Menurut mereka berguling-guling di pasir sensasinya sama seperti
Kecamatan Batang Batang, Kabupaten dipijat.
Sumenep di Tengah Gempuran Modernisasi Tradisi dan masyarakat di desa ini terbilang unik mengingat
Globalisasi Pasca Beroperasinya Jembatan kebiasaan di era globalisasi kini, segala sesuatunya disesuaikan dengan
Suramadu tren modern. Di era ini, biasanya segala sesuatu yang bersifat tradisional
Pembawa Seminar : Anisa El Kamilia / 125080401111022 ditinggalkan. Tradisi-tradisi lokal yang bersifat khas dan bernilai luhur
Pembimbing : 1. Erlinda Indrayani, S.Pi., M.Si tergantikan dengan budaya-budaya barat yang liberal, individualis dan
2. Wahyu Handayani, S.Pi, MP, MBA bebas nilai. Menurut Mubah (2011), tidak ada globalisasi tanpa kemajuan
Hari / Tanggal : Kamis / 19 April 2018 teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication
Tempat / Waktu : Ruang Seminar 2 Gedung D Lantai 3 / 15.00 WIB Technology, ICT). Globalisasi dan kemajuan ICT merupakan dua hal yang
saling mendukung dan memaksa semua untuk terbuka menerimanya. Hal ini
disebabkan keduanya diaruskan oleh negara-negara maju (baca: Barat)
Latar Belakang yang memegang kendali dominan pada ICT lintas negara-bangsa.
Indonesia dikenal sebagai negara maritim terluas di dunia. Tidak Globalisasi menjadi ancaman bagi eksistensi budaya lokal disebabkan nilai-
hanya kekayaan alamnya yang melimpah namun potensi wisatanya pun nilai, pandangan hidup dan budaya yang diaruskan barat berbeda jauh
dikenal luas terhampar di segala penjuru. Di samping itu, bentuk pola dan dengan keluhuran nilai dan norma yang dimiliki negara-negara berkembang.
kebiasaan masyarakat di Indonesia beraneka ragam hingga Indonesia Kemalasan, kejumudan, dan ketertinggalan menjadi titik tolak dari
dikenal juga sebagai negara masyarakat majemuk (plural society). Masing mudahnya penggerusan nilai-nilai di negara berkembang di era globalisasi.
masing daerah memiliki khasnya yang berbeda beda terlebih di daerah Terlebih setelah diresmikannya Jembatan Suramadu pada tanggal 10
pelosok yang jauh dari kehidupan kota yang modern. Salah satunya adalah Juni 2009. Kehadiran jembatan ini membuka peluang mobilisasi dan
di kampung nelayan Legung Timur, Kecamatan Batang Batang, Kabupaten perpindahan orang yang lebih tinggi dari sebelumnya. Menurut Effendi
Sumenep, Provinsi Jawa Timur memiliki tradisi yang unik yaitu tidur di atas (2013), keberadaan Suramadu sejak awal diharapkan dapat mengundang
pasir atau dalam bahasa setempat disebut ‘tedung e beddih’. Tradisi ini para investor baik dari dalam maupun dari luar Madura untuk
biasa juga disebut dengan tradisi kasur pasir (kasor beddih). Menurut mengembangkan usaha usaha di Madura. Maka, ketika perpindahan orang
Suyami (2012), tradisi ini tidak dijumpai di kampung nelayan manapun selain di suatu tempat terjadi sangat mudah, biasanya akan diikuti perubahan pada
di Sumenep, Madura. kondisi sosial, budaya, dan ekonomi yang ada di tempat itu.
Tidak sedikit media yang menjuluki masyarakat di desa ini sebagai Berdasarkan latar belakang di atas maka dipandang perlu untuk
‘Manusia Pasir’. Media menjuluki ‘Manusia Pasir’ disebabkan aktifitas melakukan penelitian untuk mendapatkan penjelasan bagaimana tradisi ini
masyarakatnya tidak dapat dipisahkan dari pasir. Dilansir Okezone dapat bertahan di era modernisasi globalisasi ini. Apa nilai-nilai dan falsafah
(21/7/2009), bahwa masyarakat Legung Timur begitu akrab dengan pasir. hidup yang terkandung di dalamnya serta bagaimana karakter masyarakat
Setiap kegiatan, mereka lakukan dengan nyaman di atas pasir tanpa alas Desa Legung Timur secara umum sehingga dapat hidup langgeng dengan
apapun seperti bermain, tidur, memasak, hingga melahirkan. Masyarakat tradisinya. Bukanlah hal yang mudah bagi satu tradisi lokal seperti Tradisi
Kasur Pasir untuk bertahan di tengah derasnya arus globalisasi yang Tempat dan Waktu Penelitian
memaksa semua orang menjadi homogen sesuai dengan tren modern yang Penelitian ini dilakukan secara mandiri sejak 25 Oktober – 25
ada. Terdapat asumsi bahwa konstruksi internal masyarakat yang kokohlah November 2017 di Desa Legung Timur, Kecamatan Batang Batang,
yang menjadi penyebab masyarakat Desa Legung Timur mampu bertahan Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur.
dengan tradisinya hingga kini. Jika tidak demikian, tentu karena rendahnya
intervensi budaya dari luar sehingga tidak menggoyahkan pendirian Metode Penelitian
masyarakat untuk tetap hidup dengan tradisinya. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
Rumusan Masalah data sekunder. Penentuan sumber data menggunakan teknik purposive
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka sampling dengan narasumber sebanyak enam orang yaitu Bapak Maskam
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut : (Kepala Desa Legung Timur), Ustadz Budi (Tokoh Agama), Bu Saiyeh
1. Bagaimana karakter masyarakat Desa Legung Timur secara (Sesepuh), Bu Rodiyah (Ibu Rumah Tangga), Bapak Santeni (Nelayan) dan
umum dalam melestarikan tradisi kasur pasir khususnya setelah Bapak Adang (Wiraswata). Metode pengambilan data menggunakan teknik
beroperasinya Jembatan Suramadu? wawancara dan observasi. Data yang didapat diantaranya adalah profil
2. Apa saja manfaat dan dampak yang dirasakan masyarakat Desa lokasi penelitian (letak geografis, komposisi masyarakat, sejarah desa dan
Legung Timur dengan beroperasinya Jembatan Suramadu struktur organisasi), deskripsi dan analisa karakter masyarakat Desa Legung
terhadap tradisi kasur pasir mereka? Timur, manfaat dan dampak yang dirasakan masyarakat Desa Legung Timur
3. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Legung Timur dengan beroperasinya Jembatan Suramadu terhadap pelaksanaan tradisi
terhadap keberlanjutan tradisi kasur pasir mereka di lima tahun kasur pasir mereka, dan pandangan masyarakat Desa Legung Timur
mendatang? terhadap keberlanjutan tradisi kasur pasir mereka di lima tahun mendatang.