Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR TINGKAT SARJANA setempat mengaku bahwa tidur di pasir memiliki khasiat terapi sehingga

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN aman dan menyehatkan tubuh. Sementara Madura Times (15/10/2015)
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN mengabarkan bahwa nelayan di desa Legung Timur punya kebiasaan yaitu
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018 mengambil pasir terlebih dahulu sebelum berangkat melaut dan setelah
melaut, nelayan langsung berguling-guling di pasir untuk menghilangkan
Judul : Tradisi Kasur Pasir di Desa Legung Timur, penat. Menurut mereka berguling-guling di pasir sensasinya sama seperti
Kecamatan Batang Batang, Kabupaten dipijat.
Sumenep di Tengah Gempuran Modernisasi Tradisi dan masyarakat di desa ini terbilang unik mengingat
Globalisasi Pasca Beroperasinya Jembatan kebiasaan di era globalisasi kini, segala sesuatunya disesuaikan dengan
Suramadu tren modern. Di era ini, biasanya segala sesuatu yang bersifat tradisional
Pembawa Seminar : Anisa El Kamilia / 125080401111022 ditinggalkan. Tradisi-tradisi lokal yang bersifat khas dan bernilai luhur
Pembimbing : 1. Erlinda Indrayani, S.Pi., M.Si tergantikan dengan budaya-budaya barat yang liberal, individualis dan
2. Wahyu Handayani, S.Pi, MP, MBA bebas nilai. Menurut Mubah (2011), tidak ada globalisasi tanpa kemajuan
Hari / Tanggal : Kamis / 19 April 2018 teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication
Tempat / Waktu : Ruang Seminar 2 Gedung D Lantai 3 / 15.00 WIB Technology, ICT). Globalisasi dan kemajuan ICT merupakan dua hal yang
saling mendukung dan memaksa semua untuk terbuka menerimanya. Hal ini
disebabkan keduanya diaruskan oleh negara-negara maju (baca: Barat)
Latar Belakang yang memegang kendali dominan pada ICT lintas negara-bangsa.
Indonesia dikenal sebagai negara maritim terluas di dunia. Tidak Globalisasi menjadi ancaman bagi eksistensi budaya lokal disebabkan nilai-
hanya kekayaan alamnya yang melimpah namun potensi wisatanya pun nilai, pandangan hidup dan budaya yang diaruskan barat berbeda jauh
dikenal luas terhampar di segala penjuru. Di samping itu, bentuk pola dan dengan keluhuran nilai dan norma yang dimiliki negara-negara berkembang.
kebiasaan masyarakat di Indonesia beraneka ragam hingga Indonesia Kemalasan, kejumudan, dan ketertinggalan menjadi titik tolak dari
dikenal juga sebagai negara masyarakat majemuk (plural society). Masing mudahnya penggerusan nilai-nilai di negara berkembang di era globalisasi.
masing daerah memiliki khasnya yang berbeda beda terlebih di daerah Terlebih setelah diresmikannya Jembatan Suramadu pada tanggal 10
pelosok yang jauh dari kehidupan kota yang modern. Salah satunya adalah Juni 2009. Kehadiran jembatan ini membuka peluang mobilisasi dan
di kampung nelayan Legung Timur, Kecamatan Batang Batang, Kabupaten perpindahan orang yang lebih tinggi dari sebelumnya. Menurut Effendi
Sumenep, Provinsi Jawa Timur memiliki tradisi yang unik yaitu tidur di atas (2013), keberadaan Suramadu sejak awal diharapkan dapat mengundang
pasir atau dalam bahasa setempat disebut ‘tedung e beddih’. Tradisi ini para investor baik dari dalam maupun dari luar Madura untuk
biasa juga disebut dengan tradisi kasur pasir (kasor beddih). Menurut mengembangkan usaha usaha di Madura. Maka, ketika perpindahan orang
Suyami (2012), tradisi ini tidak dijumpai di kampung nelayan manapun selain di suatu tempat terjadi sangat mudah, biasanya akan diikuti perubahan pada
di Sumenep, Madura. kondisi sosial, budaya, dan ekonomi yang ada di tempat itu.
Tidak sedikit media yang menjuluki masyarakat di desa ini sebagai Berdasarkan latar belakang di atas maka dipandang perlu untuk
‘Manusia Pasir’. Media menjuluki ‘Manusia Pasir’ disebabkan aktifitas melakukan penelitian untuk mendapatkan penjelasan bagaimana tradisi ini
masyarakatnya tidak dapat dipisahkan dari pasir. Dilansir Okezone dapat bertahan di era modernisasi globalisasi ini. Apa nilai-nilai dan falsafah
(21/7/2009), bahwa masyarakat Legung Timur begitu akrab dengan pasir. hidup yang terkandung di dalamnya serta bagaimana karakter masyarakat
Setiap kegiatan, mereka lakukan dengan nyaman di atas pasir tanpa alas Desa Legung Timur secara umum sehingga dapat hidup langgeng dengan
apapun seperti bermain, tidur, memasak, hingga melahirkan. Masyarakat tradisinya. Bukanlah hal yang mudah bagi satu tradisi lokal seperti Tradisi
Kasur Pasir untuk bertahan di tengah derasnya arus globalisasi yang Tempat dan Waktu Penelitian
memaksa semua orang menjadi homogen sesuai dengan tren modern yang Penelitian ini dilakukan secara mandiri sejak 25 Oktober – 25
ada. Terdapat asumsi bahwa konstruksi internal masyarakat yang kokohlah November 2017 di Desa Legung Timur, Kecamatan Batang Batang,
yang menjadi penyebab masyarakat Desa Legung Timur mampu bertahan Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur.
dengan tradisinya hingga kini. Jika tidak demikian, tentu karena rendahnya
intervensi budaya dari luar sehingga tidak menggoyahkan pendirian Metode Penelitian
masyarakat untuk tetap hidup dengan tradisinya. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan
Rumusan Masalah data sekunder. Penentuan sumber data menggunakan teknik purposive
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka sampling dengan narasumber sebanyak enam orang yaitu Bapak Maskam
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut : (Kepala Desa Legung Timur), Ustadz Budi (Tokoh Agama), Bu Saiyeh
1. Bagaimana karakter masyarakat Desa Legung Timur secara (Sesepuh), Bu Rodiyah (Ibu Rumah Tangga), Bapak Santeni (Nelayan) dan
umum dalam melestarikan tradisi kasur pasir khususnya setelah Bapak Adang (Wiraswata). Metode pengambilan data menggunakan teknik
beroperasinya Jembatan Suramadu? wawancara dan observasi. Data yang didapat diantaranya adalah profil
2. Apa saja manfaat dan dampak yang dirasakan masyarakat Desa lokasi penelitian (letak geografis, komposisi masyarakat, sejarah desa dan
Legung Timur dengan beroperasinya Jembatan Suramadu struktur organisasi), deskripsi dan analisa karakter masyarakat Desa Legung
terhadap tradisi kasur pasir mereka? Timur, manfaat dan dampak yang dirasakan masyarakat Desa Legung Timur
3. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Legung Timur dengan beroperasinya Jembatan Suramadu terhadap pelaksanaan tradisi
terhadap keberlanjutan tradisi kasur pasir mereka di lima tahun kasur pasir mereka, dan pandangan masyarakat Desa Legung Timur
mendatang? terhadap keberlanjutan tradisi kasur pasir mereka di lima tahun mendatang.

Tujuan Penelitian Keadaan Umum Lokasi Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian Desa Legung Timur merupakan satu desa yang terdapat di
ini adalah untuk mendeksripsikan dan menganalisa : Kecamatan Batang-Batang, Kabupaten Sumenep. Secara geografis, Desa
1. karakter umum masyarakat Desa Legung Timur secara umum ini terletak di 114o 04' BB - 114o 05' BT dan 6o 91' LU - 6o 92' LS. Topografi
dalam melestarikan tradisi kasur pasir khususnya setelah wilayah Desa Legung Timur berada pada ketinggian 0 - 19 meter dari
beroperasinya Jembatan Suramadu, permukaan air laut. Angka curah hujan rata-rata cukup rendah, sebesar
2. manfaat dan dampakyang dirasakan masyarakat Desa Legung 93,00 mm pertahun sebagaimana daerah lain di Indonesia, Desa Legung
Timur dengan beroperasinya Jembatan Suramadu terhadap Timur beriklim tropis dengan tingkat kelembapan udara lebih kurang 65%
tradisi kasur pasir mereka, dan suhu udara rata-rata 24oC - 32oC, serta curah hujan terjadi pada bulan
3. pandangan masyarakat Desa Legung Timur terhadap Juni sampai dengan Oktober. Secara adminitrasi Desa Legung Timur
keberlanjutan tradisi kasur pasir mereka di lima tahun terletak sekitar 6,07 km dari ibu kota Kecamatan Batang-batang, kurang
mendatang. lebih 27,7 km dari Kabupaten Sumenep, dengan dibatasi oleh wilayah desa-
desa tetangga diantaranya di sebelah utara berbatasan dengan laut jawa,
sebelah timur berbatasan dengan Desa Dapenda. Di sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Nyabakan Barat sedangkan disebalah barat saling tolong menolong dengan keluarga atau pun tetangga
berbatasan dengan Desa Legung Barat. sekitar,
Berdasarkan Arsip Demografi Desa Legung Timur yang diambil pada d. hidup tradisional tampak dari kehidupan yang begitu sederhana
4 Mei 2010 dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Desa dan cenderung menjauh dari modernisasi. Misalnya enggan
Legung Timur Tahun 2015 – 2020, jumlah penduduk desa adalah sebanyak minum obat apotek dan masih banyak berkarya secara manual
4.610 jiwa. Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, sebanyak 53,62% (2.472 tanpa melibatkan teknologi,
orang) darinya berjenis kelamin perempuan dan 46,38% (2.138 orang) e. penampilan kesehariannya sederhana terlihat dari
diantaranya adalah laki laki. Berdasarkan klasifikasi tingkat pendidikan, kecenderungan gaya busana di desa ini yang sebatas untuk
76,05% di antaranya atau sebanyak 3.506 orang tidak sekolah atau tidak melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. Para perempuan
tamat SD. Sementara itu sebagian besar lainnya sebanyak 608 orang di sini biasanya menggunakan daster saja atau baju potongan
(13,8%) hanya tamatan SD. Diploma II/III hanya sebanyak 15 orang dengan bawahan menggunakan kain jarik yang dililitkan ke
(1,02%), Diploa IV/Strata I sejumlah 19 orang (0,41%) dan Strata II hanya 1 pinggang, atau paling tidak menggunakan rok. Mereka juga
orang (0,32%). Berdasarkan klasifikasi agama sebesar 99,7% di antaranya jarang ditemukan bersolek. Sementara itu, lelakinya biasa
atau sejumlah 4.567 orang beragama islam, sisanya 0,3% atau sejumlah 13 menggunakan baju potongan dengan atasan kaos atau singlet
orang beragama kristen. dengan bawahan sarung atau celana pendek. Tidak jarang,
ditemukan lelaki baik di dalam rumah atau pun di luar rumah
Hasil dan Pembahasan hanya menggunakan sarung dan bertelanjang dada.
1. Karakter Umum Masyarakat Desa Legung Timur Dalam f. cenderung mempertahankan peninggalan orang tua terdahulu
Mempertahankan Tradisi Kasur Pasir masih sangat kuat.Hal itu terlihat dari masih dipertahankannya
Karakter merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi hingga kini dan banyaknya rumah dengan konsep lawas
kepriibadian manusia. Karakter biasanya dipengaruhi oleh latar belakang yang sulit ditemukan di Sumenep yaitu “Taneyan Lanjang”.
budaya dan pengalaman hidup manusia atau kelompok masyarakat g. kebanyakan masyarakat tidak memiliki kebutuhan yang tinggi
tersebut. Menurut Kartodirjo (1992) dalam Priyadi (2002), karakter terhadap produk IT terlihat dari minimnya penggunaan ponsel
seseorang atau kelompok terwujud dalam sikap atau gaya hidup tertentu. atau gawai dan media sosial di desa ini. Dimana tiga dari enam
Pemahaman terhadap karakter masyarakat atau tokoh tertentu harus dilihat orang yang diwawancara, menyatakan memiliki dan
dari konteks budaya yang melatarbelakanginya karena karakter pada menggunakan telefon genggam (HP) atau pun gawai hanya
hakikatnya adalah identitas dari suatu masyarakat yang lazim berkaitan untuk komunikasi di waktu mendesak. Mereka juga mengaku
dengan kepribadian. tidak memiliki akun media sosial seperti line, whatssapp,
Secara umum, karakter masyarakat Desa Legung Timur adalah, facebook, twitter, instagram bahkan e-mail. Sementara itu, dua
a. ramah yang ditunjukkan dengan sikap terbuka, mudah menyapa dari enam yang diwawancara menyatakan memiliki gawai dan
dan melayani tamu, akun media sosial namun jarang menggunakannya kecuali
b. memperhatikan tatakrama terlihat dari masih diperhatikannya ketika membutuhkan informasi informasi tertentu. Sementara itu,
unggah-ungguh bahasa di desa ini dalam berinteraksi dengan satu dari enam yang diwawancarai mengaku memiliki gawai dan
orang orang di sekitarnya, media sosial serta sering menggunakannya.
c. memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi ditunjukan dengan
perilaku yang senang berkumpul bersama, tenggang rasa dan
2. Manfaat dan Dampak yang Dirasakan Masyarakat Desa Legung 3. Pandangan Masyarakat Desa Legung Timur Terhadap
Timur dengan Beroperasinya Jembatan Suramadu Keberlanjutan Tradisi Kasur Pasir di Lima Tahun Mendatang
Setiap penerapan suatu teknologi atau pun program pasti memberi Bapak Maskam selaku Kepala Desa Legung Timur memandang
manfaat dampak baik besar atau pun kecil. Dampak juga bisa bersifat bahwa tradisi ini masih akan bertahan pada lima tahun mendatang sebab
negatif dan positif tergantung dari perubahan yang dihasilkan dan sentuhan budaya dari luar tidak banyak berpengaruh pada masyarakat di
bagaimana penerimaan masyarakat dengannya. Berdasarkan hasil desa ini. Selain itu, meskipun nantinya desa ini menjadi wisata yang cukup
wawancara, diperoleh beberapa manfaat dan dampak yang dirasakan diminati orang banyak justru akan membuat masyarakat semakin ingin
masyarakat Desa Legung Timur dengan beroperasinya Suramadu, melestarikannya bukan malah meninggalkannya.
a. perubahan jalur transportasi Madura – Jawa yang beralih ke Ustadz Budi memandang bahwa pada lima tahun mendatang tradisi
jalur darat berkat adanya Suramadu diakui lebih memudahkan ini masih akan ada dan dijalankan oleh masyarakat setempat seperti yang
daripada kondisi yang dulu yang hanya memiliki opsi tunggal sudah sudah. Pasalnya, regenerasi tradisi ini telah dimulai sejak kanak-
yaitu mengandalkan Kapal Ferri sebagai transportasi jalur laut. kanak bahkan sejak balita. Ustadz Budi melihat bahwasanya mayoritas
b. pembangunan infrasruktur di Desa Legung Timur sempat orang tua di desa ini pasti mengajarkan anak-anaknya untuk menyenangi
mengalami perkembangan ketika tahun 2008. Adanya pasir.
dukungan pemerintah Kabupaten Sumenep pada waktu itu Bu Saiyeh pun berfikir demikian bahwa tradisi ini masih akan
berhasil mereaslisasikan pembangunan jalan Telford, jalan berlangsung pada lima tahun mendatang tersebab sulitnya bagi masyarakat
aspal, Rabat Beton, gedung TK, gedung Diniyah dan jalan untuk meninggalkan tradisi ini. Dimana tradisi ini telah ada sejak generasi
paving bisa dibangun di desa ini. Namun dikarenakan buyut dan terlebih masyarakat dibuat akrab dengan kasur pasir tidak hanya
pengelolaannya yang masih kurang optimal, maka sejak kanak – kanak, bahkan sejak mereka baru lahir di dunia.
pembangunan yang terjadi belum merata. Misalnya di dusun Bapak Adang pun optimis bahwa tradisi ini akan tetap berlangsung
Bukabu dan dusun Legung, aspalnya rusak dan belum dibenahi pada lima tahun mendatang. Bapak Adang memandang bahwa
lagi padahal kedua dusun tersebut terletak pada garda pemerliharaan tradisi ini pun terlihat ketika ada pendatang yang menetap di
terdepan di desa ini. desa ini, (biasanya pendatang tersebut adalah menantu dari salah satu
c. sosial budaya masyarakat belum banyak mengalami keluarga di desa ini) dipersuasi untuk menerima dan mengikuti tradisi tidur di
perubahan signifikan semenjak adanya Jembatan Suramadu. pasir.
Masuk – keluarnya wisatawan ke desa ini dinilai tidak Bu Rodiyah juga memiliki pandangan yang sama bahwa tradisi ini
menimbulkan dampak buruk yang nyata sejauh ini. Pasalnya, tetap akan berlangsung meski di lima tahun mendatang. Bu Rodiyah
masyarakat desa legung timur masih tetap dengan gaya hidup berpandangan, meskipun terjadi perpindahan orang ke desa ini, biasanya
sehari-harinya yang sederhana dan serba menerima. akan terjadi upaya persuasi pada pendatang untuk menyukai kasur pasir. Di
d. pendapatan tambahan dirasakan masyarakat Desa Legung samping itu, kondisi cuaca yang panas di desa ini telah membuat kasur pasir
Timur sebagai salah satu manfaat langsung yang kadangkala menjadi kelebihan tersendiri bagi yang memilikinya.
dirasakan ketika terjadi kunjungan wisata kasur pasir ke rumah Bapak Santeni pun memandang bahwa akan tetap ada pada lima
mereka. Infaq yang diberikan wisatawan biasanya digunakan tahun mendatang. Jika pada hari ini saja masih sama dengan yang dulu
untuk keperluan keperluan tertentu misal membeli pulsa, tentu di lima tahun mndatang juga akan ada. Tidak ada yang salah dari
membeli jajan atau bahkan disedekahkan pada tetangganya tradisi ini, maka tidak ada sebab untuk meninggalkannya.
yang dinilai kurang mampu. Maka dari pernyataan enam informan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tradisi kasur pasir akan tetap bertahan pada lima tahun mendatang.
Hal ini disebabkan oleh beberapa sebab, 1) melihat realitas bahwa pasca 2. Manfaat dan dampak yang dirasakan masyarakat Desa Legung
ataupun pra Jembatan Surmadu tidak terlihat perubahan yang signifikan Timur dari beroperasinya Suramadu diantaranya,
pada kultur masyarakat di Desa Legung Timur, 2) terasa sulit bagi a. perubahan jalur transportasi Madura – Jawa yang beralih ke
masyarakat untuk meninggalkan tradisi yang sudah mereka nikmati sejak jalur darat berkat adanya Suramadu diakui masyarakat lebih
kecil, 3) regenerasi tradisi ini telah dimulai sejak bayi, 4) terdapat upaya memudahkan mobilisasi dibandingkan sebelumnya yang
persuasi dari masyarakat pada pendatang untuk ikut menyukai dan mau hanya memiliki opsi tunggal yaitu menggunakan Kapal Ferri.
hidup dengan tradisi ini, 5) cuaca panas di desa ini menjadi pendukung bagi b. pembangunan infrasruktur di Desa Legung Timur sempat
masyarakat untuk tetap bertahan dengan kasur pasir yang dapat mengalami perkembangan ketika tahun 2008. Namun
meredamkan panasnya cuaca di luar rumah, 6) masyarakat memandang dikarenakan pengelolaannya yang masih kurang optimal,
tidak ada yang salah dari tradisi ini sehingga tidak ada alasan untuk maka pembangunan yang terjadi belum merata.
meninggalkannya. Dengan demikian terbukti sudah asumsi bahwa konstruk c. sosial budaya masyarakat belum banyak mengalami
internal yang kuat pada masyarakat setempat yang menjadi penyebab perubahan signifikan semenjak adanya Suramadu. Masuk –
bertahannya tradisi ini meski di tengah gempuran globalisasi dan keluarnya wisatawan ke desa ini dinilai tidak menimbulkan
modernisasi yang sangat kuat. dampak buruk yang nyata sejauh ini.
Di samping itu ditemukan realitas lain bahwa tradisi ini memiliki d. pendapatan tambahan dirasakan masyarakat desa Legung
banyak manfaat yang dirasakan masyarakat secara nyata dan semakin Timur sebagai salah satu manfaat langsung yang
memperkuat masyarakat untuk tetap hidup dengan tradisi ini. Manfaat kadangkala dirasakan ketika terjadi kunjungan wisata kasur
tersebut antara lain manfaat secara praktis, manfaat secara psikis, dan pasir ke rumah mereka. Infaq yang diberikan wisatawan
manfaat secara medis. Secara praktis, perawatan pada kasur pasir sangat biasanya digunakan untuk keperluan keperluan tertentu
mudah yakni jika kotor cukup dibuang pasir pasir yang menggumpal, bukan misalnya untuk membeli pulsa, membeli jajan atau bahkan
dicuci dan dijemur seperti kasur biasanya. Secara psikis dapat disedekahkan pada tetangganya yang dinilai kurang
memunculkan rasa senang dan tenang diakibatkan sensasi sejuk, halus dan mampu.
lembut yang ada pada kasur pasir. Secara medis, tradisi kasur pasir terbukti 3. Masyarakat Desa Legung Timur memandang bahwa
baik untuk terapi gejala stroke, persendian tulang dan ‘nyo-ngaronyo’ (asam keberadaan Suramadu sejauh ini tidak berdampak signifikan
urat). pada kelangsungan tradisi mereka. Secara keseluruhan,
informan meyakini bahwa tradisi kasur pasir ini akan tetap
Simpulan berlangsung di lima tahun mendatang bahkan lebih. Hal ini
Beberapa simpulan yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah dikarenakan tradisi kasur pasir telah terlanjur mendarahdaging,
sebagai berikut : regenerasinya dimulai sejak kanak-kanak bahkan sejak balita,
cuaca panas yang mendukung dan masyarakat memandang
1. Karakter umum masyarakat Desa Legung Timur adalah : ramah, tidak ada yang salah dengan tradisi tersebut justru
bertatakrama dalam berinteraksi, memiliki rasa kekeluargaan
mendapatkan banyak manfaat darinya. Terbukti pula asumsi
yang tinggi, berpenampilan sederhana dalam kesehariannya,
bahwa terdapat konstruk internal masyarakat yang kokoh
cenderung mempertahankan peninggalan orangtua terdahulu sehingga mereka bisa terus hidup bersama dengan tradisinya
dan kebanyakan belum memiliki kebutuhan yang tinggi pada dan minimnya intervensi budaya asing yang menggoyahkan
produk IT.
mereka untuk bertahan dengan tradisinya. Di samping itu
terdapat beberapa manfaat yang nyata dirasakan masyarakat
yaitu manfaat secara praktis, secara psikis dan secara medis. Daftar Pustaka
Secara praktis, perawatan pada kasur pasir sangat mudah yakni
jika kotor cukup dibuang pasir pasir yang menggumpal, bukan Effendi, M. 2013. Dampak Pembangunan Jembatan Suramadu terhadap
Perekonomian Pulau Madura (Studi Kasus Kabupaten Bangkalan).
dicuci dan dijemur seperti kasur biasanya. Secara psikis dapat
Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas Diponegoro.
memunculkan rasa senang dan tenang diakibatkan sensasi Maduratimes.com. 2015. Pasir Jadi "Jimat" Sebelum Melaut.
sejuk, halus dan lembut yang ada pada kasur pasir. Secara http://www.maduratimes.com/baca/128516/20151005/222323/pasir-
medis, tradisi kasur pasir terbukti baik untuk terapi gejala stroke, jadi-jimat-saat-melaut/. Diakses pada 10 April 2017 (12.00 WIB).
persendian tulang dan ‘nyo-ngaronyo’ (asam urat). Mubah, A. S. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal Dalam
Menghadapi Arus Globalisasi. XXIV, 302-308.
Saran Okezone News. 2009. Manusia Pasir, Tidur dan Melahirkan Pun di Atas
Beberapa saran yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah Pasir. http://news.okezone.com/read/2009/07/21/1/240452/manusia-
sebagai berikut : pasir-tidur-melahirkan-pun-di-atas-pasir. Diakses pada 7 April 2017
(09.00 WIB).
1. Peneliti selanjutnya perlu mengkaji lebih dalam terkait Priyadi, S. 2002. Banyumas antara Jawa dan Sunda. Semarang: Mimbar
The Ford Foundation-Yayasan Adhikarya Ikapi.
valuasi ataupun potensi dari tradisi kasur pasir sebagai situs
Suyami. 2012. Tradisi Tidur di Pasir: Fenomena Unik Masyarakat Nelayan di
pariwisata budaya di Kabupaten Sumenep, guna membantu Sumenep Madura Provinsi Jawa Timur. Jantra (Jurnal Sejarah Dan
pemerintah dalam hal penyajian data dan referensi untuk Budaya), VII, 100-109.
pengembangan pariwisata Desa Legung Timur, Kecamatan
Batang Batang, Kabupaten Sumenep.
2. Perguruan Tinggi perlu mewadahi penelitian antropologi
terkait tradisi kasur pasir yang masih minim literatur ini agar
ke depannya literatur penelitian terkait tradisi ini lebih
banyak dari sebelumnya Menyetujui,
3. Pemerintah Kabupaten Sumenep perlu membangun Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
koodinasi yang nyata dengan Perangkat Desa Legung
Timur, Kecamatan Batang Batang untuk membahas program
lanjutan dalam pengembangan wisata Kampung Pasir Desa
Legung Timur.
4. Masyarakat Desa Legung Timur disarankan agar Erlinda Indrayani, S.Pi., M.Si Wahyu Handayani, S.Pi., MBA
berpartisipasi aktif dalam program pembangunan dan NIP.19740220 2003 12 2 001 NIP. 19750310 200501 2 001
pengembangan wisata Kampung Pasir Desa Legung Timur
demi peningkatan ekonomi di desa tersebut dan
berseiringan dengan itu, tradisi kasur pasir tetap dapat
dipertahankan sebagai satu kearifan lokal khas kampung
nelayan di Sumenep.

Anda mungkin juga menyukai