Anda di halaman 1dari 30

KERAGAMAN BUDAYA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

DISUSUN OLEH :
1. CARENINA SALSA JULIAN (XI MIPA 1 / 08)
2. CLARISA EKA ANINDA (XI MIPA 1 / 09)
3. IHZA MUHAMMAD ERSYAF (XI MIPA 1 / 15)
4. NOVIA ROMADHONITA (XI MIPA 1 / 23)
5. RIANTIO NAUVAL BRAMONO (XI MIPA 1 / 27)

SMA NEGERI 1 SURABAYA


JALAN WIJAYAKUSUMA NO. 48 SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018-2019
WAWANCARA TENTANG KERAGAMAN KELUARGA :
SUMBER : IHZA MUHAMMAD ERSYAF
Pertanyaan :
1. Darimana asalmu?
2. Yang dari Jawa siapa dan tepatnya dimana?
3. Yang dari Minangkabau siapa dan tepatnya dimana?
4. Apa saja faktor yang membuat mereka bertemu?
5. Ciri khas apa yang terlihat jelas dari masing-masing suku?

Jawaban :

1. Percampuran antar Jawa dan Minangkabau.


2. Ibu, tepatnya di Kediri dan Jember Jawa Timur.
3. Ayah, tepatnya di Bukit Tinggi Sumatera Barat.
4. Adanya faktor urbanisasi (merantau) sehingga terjadi akulturasi dan asimilasi kebudayaan.
5. Jawa :
 Menjaga etika, sopan santun, dan tata krama.
 Pekerja keras dan menerima apa adanya.
 Kalem dan menghindari konflik.
 Kental akan tradisi dari lahir hingga kematian.
 Mempercayai banyak mitos.
Minangkabau :
 Sebagian besar penganut agama Islam sehingga kental dengan adat Islam.
 Budaya merantau laki-laki dewasa.
 Kental dengan bahasa Minang yang sedikit banyak ada bahasa melayu.
 Terkenal dengan Nasi Padang dan Sate Padang.
SUKU MINANGKABAU

TOPIK YANG DIBAHAS :

1. KONDISI GEOGRAFIS SUMATERA BARAT (UMUM)


2. KONDISI GEOGRAFIS BUKIT TINGGI (KHUSUS)
3. KONDISI ADMINISTRATIF BUKIT TINGGI
4. BUDAYA DARI SUKU MINANGKABAU
a) Upacara Kehamilan – Kelahiran
b) Upacara Pasca Kelahiran
c) Upacara Remaja – Pernikahan
d) Upacara Kematian
5. KETERKAITAN ANTARA KONDISI GEOGRAFIS DENGAN KEBUDAYAAN
SETEMPAT
6. 7 UNSUR – UNSUR KEBUDAYAAN SUKU MINANGKABAU
a) Sistem Kepercayaan (Religi)
b) Sistem Kekerabatan
c) Sistem Kesenian
d) Sistem Bahasa
e) Sistem Mata Pencaharian
f) Sistem IPTEK
g) Sistem Peralatan Hidup
KONDISI GEOGRAFIS SUMATERA BARAT (UMUM)
1. LUAS WILAYAH : ± 42.224,65 km2
2. Batas – Batas Wilayah :
 Utara : Provinsi Sumatera Utara
 Timur : Provinsi Riau
 Selatan : Provinsi Jambi dan Bengkulu
 Barat : Kepulauan Mentawai dan Laut Indonesia
3. Sumatera Barat terletak di pesisir barat di bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari
dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan.
4. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai besar yang bermuara ke pantai timur Sumatera seperti
Batang Hari, Siak, Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan
Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah Batang Anai, Batang
Arau, dan Batang Tarusan.
5. Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat, dengan
Gunung Kerinci di kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai
ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatera Barat juga memiliki gunung aktif
lainnya, seperti Gunung Marapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang.
6. Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di kabupaten
Solok dan kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di kabupaten Agam. Dengan luas
mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas
di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau
Kembar (julukan dari Danau Di atas dan Danau Dibawah).
7. Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal ini disebabkan
karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di antara pertemuan dua
lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.
8. Sumatera Barat memiliki bandara internasional yaitu Bandara Internasional Minangkabau
yang berada di Padang Pariaman yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat pada
umumnya dan wilayah Padang pada khususnya.
9. Sumatera Barat memiliki pelabuhan Teluk Bayur dan Pelabuhan Muara. Pelabuhan Teluk
Bayur telah berdiri sejak zaman kolonial yang berfungsi sebagai akses impor – ekspor dari
dan ke Padang khususnya.
KONDISI GEOGRAFIS KOTA BUKITTINGGI (KHUSUS)
1. Luas Wilayah : ± 25 km2
2. Batas – Batas Wilayah :
a) Utara : Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
b) Timur : Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang Kecamatan IV Angkat Kabupaten
Agam
c) Selatan : Taluak IV Suku Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam
d) Barat : Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kecamatan IV Koto Kabupaten
Agam
3. Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau
Sumatera, dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu Gunung Singgalang dan Gunung
Marapi.
4. Saat ini batas wilayah pemerintahan kota dikelilingi oleh Kabupaten Agam.
5. Kota Bukit Tinggi memiliki 3 kecamatan dan 24 kelurahan.
6. Kota Bukittinggi dipimpin oleh seorang Wali Kota.
7. Bukittinggi sebagai Kota Pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai karena saat ini telah tersedia 34 Taman Kanak-kanak, 59 Sekolah Dasar, 10 SMP,
15 SMA, 13 SMK dan 18 Perguruan Tinggi.
BUDAYA DARI SUKU MINANGKABAU
1. Upacara Turun Mandi

Upacara Turun Mandi adalah salah satu upacara tradisional masyarakat Minangkabau yang
dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya seorang anak ke dunia, sekaligus
memperkanlkan sang bayi kepada masyarakat. Upacara Turun Mandi ini digelar di sungai (batang
aia), dengan prosesi arak-arakan. Upacara ini sendiri hanya bisa dilaksanakan di Batang Aia atau
Sungai.

2. Balimau

Balimau adalah tradisi mandi membersihkan diri menjelang bulan ramadhan. Kegiatan ini
biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Minangkabau di lubuak atau sungai. Selain itu Balimau
juga memiliki makna lainnya yaitu mensucikan bathin dengan bermaaf-maafan satu sama lain
sebelum menyambut bulan suci ramadhan.

3. Makan Bajamba

Makan bajamba sering juga disebut Makan Barapak, tradisi ini sampai sekarang masih jamak
dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Makan Bajamba adalah tradisi makan dengan cara
makan bersama di sebuah tempat, biasanya dilakukan pada hari besar islam, upacara adat atau
acara-acara penting lainnya. Tradisi makan bajamba diperkirakan masuk ke Sumatera Barat
seiring dengan masuknya islam ke Ranah Minang pada abad ke-7. Maka tidak heran banyak adab
dalam makan bajamba yang sesuai dengan syariat islam.

4. Batagak Pangulu

Masyarakat etnis Minangkabau hidup dalam budaya bersuku dan berkaum. Setiap suku biasanya
memiliki seorang penghulu suku atau Datuak. Ketika sebuah suku atau kaum mengangkat
pimpinan kaumnya yang baru maka diadakanlah upacara Batagak Pangulu. Upacara Batagak
Pangulu merupakan salah satu upacara besar yang menjadi tradisi masyarakat Minangkabau.
Acara ini biasanya diadakan dengan menyembelih kerbau dan mengadakan acara pesta selama 3
hari bahkan sampai seminggu lamanya.

5. Batagak Kudo-kudo

Upacara Batagak Kudo-Kudo merupkan salah satu rangkaian panjang dari Tradisi masyarakat
Minangkabau dalam membangun rumah. Upacara Batagak Kudo-Kudo sendiri dilakukan saat
sebuah rumah baru akan baru dipasan kuda-kuda. Biasanya upacara ini mirip dengan ‘baralek’
dengan mengundang orang kampung dan sanak famili. Kado yang biasanya dibawakan oleh tamu
undangan adalah seng atau atap untuk rumah.
6. Tabuik

Salah satu tradisi unik yang ada di Sumatera Barat adalah Pesta Tabuik. Perayaan Tabuik
merupakan tradisi masyarakat Pariaman, Sumatera Barat untuk memperingati meninggalnya cucu
Nabi Muhammad, Hasan dan Husein. Prosesi ini biasanya berlangsung selama satu minggu
dengan perayaan puncak yang dinamakan “Hoyak Tabuik” yang dilaksanakan pada tanggal 10
Muharram setiap tahunnya. Salah satu kalimat tentang Pariaman dan Tabuik adalah sebuah
Pantun yang berbunyi: “Pariaman tadanga langang, batabuik mangkonyo rami.”

Pada puncak perayaan Tabuik ini biasanya masyarakat dari seluruh penjuru Sumatera Barat akan
memenuhi Kota Pariaman untuk menyaksikan “Hoyak Tabuik”. Tidak hanya dari Sumatera Barat,
mereka yang menyaksikan prosesi Pesta Tabuik bahkan juga datang dari luar negeri. Event
tahunan Kota Pariaman ini memang selalu dinanti setiap tahunnya.

7. Adat Perkawinan
 Maresek

Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian tata-cara pelaksanaan
pernikahan. Sesuai dengan sistem kekerabatan di Minangkabau yaitu matrilineal, pihak keluarga
wanita mendatangi pihak keluarga pria. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah
tangan berupa kue atau buah-buahan. Pada awalnya beberapa wanita yang berpengalaman diutus
untuk mencari tahu apakah pemuda yang dituju berminat untuk menikah dan cocok dengan si
gadis. Prosesi bisa berlangsung beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan
dari kedua belah pihak keluarga.

 Maminang/batimbang tando (bertukar tanda)

Keluarga calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon mempelai pria untuk meminang. Bila
pinangan diterima, maka akan berlanjut ke proses bertukar tanda sebagai simbol pengikat
perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Acara ini melibatkan orangtua, ninik
mamak dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Rombongan keluarga calon mempelai wanita
datang membawa sirih pinang lengkap disusun dalam carano atau kampia (tas yang terbuat dari
daun pandan) yang disuguhkan untuk dicicipi keluarga pihak pria. Selain itu juga membawa
antaran kue-kue dan buah-buahan. Menyuguhkan sirih di awal pertemuan mengandung makna
dan harapan. Bila ada kekurangan atau kejanggalan tidak akan menjadi gunjingan, serta hal-hal
yang manis dalam pertemuan akan melekat dan diingat selamanya. Kemudian dilanjutkan dengan
acara batimbang tando/batuka tando (bertukar tanda). Benda-benda yang dipertukarkan biasanya
benda-benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda lain yang bernilai sejarah bagi keluarga.
Selanjutnya berembuk soal tata cara penjemputan calon mempelai pria.
 Mahanta siriah/minta izin

Calon mempelai pria mengabarkan dan mohon doa restu tentang rencana pernikahan kepada
mamak-mamak-nya, saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para
sesepuh yang dihormati. Hal yang sama dilakukan oleh calon mempelai wanita, diwakili oleh
kerabat wanita yang sudah berkeluarga dengan cara mengantar sirih. Calon mempelai pria
membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (sekarang digantikan dengan rokok).
Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita, untuk ritual ini mereka akan menyertakan sirih
lengkap. Ritual ini ditujukan untuk memberitahukan dan mohon doa untuk rencana
pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan memberikan bantuan untuk ikut memikul
beban dan biaya pernikahan sesuai kemampuan.

 Babako-babaki

Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan kasih
sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Acara ini biasanya berlangsung
beberapa hari sebelum acara akad nikah. Mereka datang membawa berbagai macam antaran.
Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning
singgang ayam (makanan adat), barang-barang yang diperlukan calon mempelai wanita
(seperangkat busana, perhiasan emas, lauk-pauk baik yang sudah dimasak maupun yang masih
mentah, kue-kue dan sebagainya). Sesuai tradisi, calon mempelai wanita dijemput untuk dibawa
ke rumah keluarga ayahnya. Kemudian para tetua memberi nasihat. Keesokan harinya, calon
mempelai wanita diarak kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa
berbagai macam barang bantuan tadi.

 Malam Bainai

Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon
pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai
ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan
lain yang digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh macam kembang, daun iani
tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon
mempelai wanita dengan baju tokah dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit
kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh jenis
kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita
diberi inai.
 MANJAPUIK MARAPULAI

Ini adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan menurut adat
Minangkabau. Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk
melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon
mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa. Lazimnya pihak keluarga calon pengantin wanita
harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang menandakan kehadiran mereka yang penuh tata
krama (beradat), pakaian pengantin pria lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue
serta buah-buahan. Untuk daerah pesisir Sumatra Barat biasanya juga menyertakan payung
kuning, tombak, pedang serta uang jemputan atau uang hilang. Rombongan utusan dari keluarga
calon mempelai wanita menjemput calon mempelai pria sambil membawa perlengkapan. Setelah
prosesi sambah-mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan.
Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.

 PENYAMBUTAN DI RUMAH ANAK DARO

Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita lazimnya
merupakan momen meriah dan besar. Diiringi bunyi musik tradisional khas Minang yakni
talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari
pemuda-pemuda berpakaian silat, serta disambut para dara berpakaian adat yang menyuguhkan
sirih. Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan, beras kuning, kain jajakan putih
merupakan perlengkapan yang biasanya digunakan. Keluarga mempelai wanita memayungi calon
mempelai pria disambut dengan tari Gelombang Adat Timbal Balik. Berikutnya, barisan dara
menyambut rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon
pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria
diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat
berlangsungnya akad.

 TRADISI USAI AKAD NIKAH

Ada lima acara adat Minang yang lazim dilaksanakan setelah akad nikah. Yaitu memulang tanda,
mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi kuning dan bermain coki.

 Mamulangkan Tando

Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji sewaktu lamaran
dikembalikan oleh kedua belah pihak.
 Malewakan Gala Marapulai

Mengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar ini sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan
yang disandang mempelai pria. Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik mamak kaumnya.

 Balantuang Kaniang atau Mengadu Kening

Pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka satu sama
lain. Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah keduanya dipisahkan dengan
sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah itu kening pengantin akan saling
bersentuhan.

 Mangaruak Nasi Kuniang

Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara suami isri harus selalu saling menahan diri
dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang
tersembunyi di dalam nasi kuning.

 Bamain Coki

Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur yang
dilakukan oleh dua orang, papan permainan menyerupai halma. Permainan ini bermakna agar
kedua mempelai bisa saling meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta
kemesraan.
KETERKAITAN KONDISI GEOGRAFIS DENGAN KEBUDAYAAN
7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU MINANGKABAU
1. Sistem Kepercayaan/Realigi

Masyarakat Minangkabau merupakan penganut agama Islam yang taat. Mereka boleh dikatakan
tidak mengenal unsur-unsur kepercayaan lainnya. Upacara-upacara adalah kegiatan ibadah yang
berkaitan dengan Salat Hari Raya Idul Fitri, Hari raya kurban dan Bulan Ramadhan. Di samping
itu upacara-upacara lainya adalah upacara tabuik dll.

2. Sistem kekerabatan

Masyarakat Minangkabau menganut garis keturunan matrilineal (garis keturunan ibu). Keturunan
keluarga dalam masyarakat Minangkabau terdiri atau tiga macam kesatuan kekerabatan yaitu :
paruik, kampuang dan suku. Kepentingan suatu keluarga diurus oleh laki-laki dewasa dari
keluarga tersebut yang bertindak sebagai niniek mamak. Jodoh harus dipilih dari luar suku
(eksogami).

Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa
tahapan yang umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang), manjapuik marapulai
(menjemput pengantin pria), sampai basandiang (bersanding di pelaminan). Setelah maminang
dan muncul kesepakatan manantuan hari (menentukan hari pernikahan), maka kemudian
dilanjutkan dengan pernikahan secara Islam yang biasa dilakukan di Mesjid, sebelum kedua
pengantin bersanding di pelaminan. Pada nagari tertentu setelah ijab kabul di depan penghulu atau
tuan kadi, mempelai pria akan diberikan gelar baru sebagai panggilan penganti nama kecilnya.
Kemudian masyarakat sekitar akan memanggilnya dengan gelar baru tersebut. Gelar panggilan
tersebut biasanya bermulai dari sutan, bagindo atau sidi di kawasan pesisir pantai. Sedangkan di
kawasan luhak limo puluah, pemberian gelar ini tidak berlaku. Dalam adat diharapkan adanya
perkawinan dengan anak perempuan mamaknya. Perkawinan tidak mengenal mas kawin, tetapi
mengenal uang jemputan yaitu pemberian sejumlah uang dan barang kepada keluarga mempelai
laki-laki. Sesudah upacara perkawinan mempelai tinggal di rumah istrinya (matrilokal).

3. Sistem Kesenian

Masyarakat Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti tari-tarian yang
biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan. Diantara tari-tarian tersebut misalnya tari
pasambahan merupakan tarian yang dimainkan bermaksud sebagai ucapan selamat datang
ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya tari
piring merupakan bentuk tarian dengan gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring
pada telapak tangan masing-masing, yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong
dan saluang.
Silek atau Silat Minangkabau merupakan suatu seni bela diri tradisional khas suku ini yang sudah
berkembang sejak lama. Selain itu, adapula tarian yang bercampur dengan silek yang disebut
dengan randai. Randai biasa diiringi dengan nyanyian atau disebut juga dengan sijobang, dalam
randai ini juga terdapat seni peran (acting) berdasarkan skenario.

Di samping itu, Minangkabau juga menonjol dalam seni berkata-kata. Ada tiga genre seni
berkata-kata, yaitu pasambahan (persembahan), indang, dan salawat dulang. Seni berkata-kata
atau bersilat lidah, lebih mengedepankan kata sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora, dan
aphorisme. Dalam seni berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan
harga diri, tanpa menggunakan senjata dan kontak fisik.

Beberapa seni yang terdapat suku Minangkabau, yaitu :

Seni Bangunan : rumah adat Gadang berbentuk rumah panggung yang memanjang terbagi : biliek
sebagai ruang tidur, didieh sebagai ruang tamu, anjueng sebagai tempat tamu terhormat. Ciri
utama rumah gadang terletak pada bentuk lengkung atapnya yang disebut gonjong yang artinya
tanduk berbentuk rebung (tunas bambu).

Seni Alat Musik :

Saluang terbuat dari bamboo semacam seruling

Talempong alat music terdiri dari bilah-bilah kayu atau kuningan sebanyak Sembilan atau dua
belas buah yang diletakkan pada wadah yang berbentuk perahu.

Talempong Pacik seperti gong kecil

4. Sistem Bahasa

Minangkabau merupakan salah satu anak cabang bahasa Austronesia. Walaupun ada perbedaan
pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu, ada yang
menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena
banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru
beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu serta ada juga
yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan bahasa proto-Melayu. Selain itu dalam
masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri juga sudah terdapat berbagai macam dialek
bergantung kepada daerahnya masing-masing.
5. Sistem Mata pencahariaan

Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual.
Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar
berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada
dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar.

Penjelasan lain adalah pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber
daya alam yang dapat diolah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber utama tempat
mereka hidup dapat menghidupi keluarga, maka kini hasil sumber daya alam yang menjadi
penghasilan utama mereka itu tak cukup lagi memberi hasil untuk memenuhi kebutuhan bersama,
karena harus dibagi dengan beberapa keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru
dengan dibukanya daerah perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian
mendorong orang Minang pergi merantau mengadu nasib di negeri orang. Untuk kedatangan
pertamanya ke tanah rantau, biasanya para perantau menetap terlebih dahulu di rumah duns anak
yang dianggap sebagai induk semang. Para perantau baru ini biasanya berprofesi sebagai
pedagang kecil. Selain itu, perekonomian masyarakat Minangkabau sejak dahulunya telah
ditopang oleh kemampuan berdagang, terutama untuk mendistribusikan hasil bumi mereka.

6. Sistem IPTEK

Berdasarkan kajian sosio-lingustik dan sosiologi tersebut, masyarakat Minangkabau secara umum
dapat dikatakan sebagai masyarakat akademis.

7. Sistem Peralatan Hidup


 Rumah adat Minangkabau

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalag nama untuk rumah untuk rumah adat
minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera
Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan
anama Rumah Bagonjongatau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun
demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini,
hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh
didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga
dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari
muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang
menandailanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung
pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara
tiga dan sebelas. Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga
induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari
dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu
terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang
pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruanganjung (Bahasa Minang:
anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu
rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-
Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-
Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini
yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan
anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah
mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga
dibangun sebuah suraukaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan
juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.

 Makanan Khas Minangkabau

Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai bahan
utamanya. Masakan khas dari Sumatera Barat, Indonesia ini sangat digemari di semua kalangan
masyarakat baik itu di Indonesia sendiri ataupun di luar negeri. Selain daging sapi, rendang juga
menggunakan kelapa(karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas Indonesia di antaranya
Cabai (lado), lengkuas, serai, bawang dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai
(Pemasak). Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang
memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitumusyawarah,

 Senjata Khas Minangkabau

Kerambit merupakan jenis senjata asli Minangkabau Sumatera Barat, termasuk senjata khas
andalan yang sangat berbahaya. Dalam bahasa Minangkabau disebut “kurambik”.

Pada masa dulu, permainan senjata kerambit di Minangkabau hanya diwarisi oleh para Datuk atau
kalangan Raja, bukan sembarangan orang boleh menguasai permainan nie yg dianggap rahsia dan
hanya utk kalangan tertentu saja.

Dalam kategori senjata genggam paling berbahaya, kerambit menduduki tempat kedua sebagai
senjata maut yang membawa instant death selepas pistol. Sabitan senjata kerambit bila terkena
tubuh lawan, nampak dari luar macam luka siatan kecik, tapi bisanya yang berada dalam bahagian
badan boleh menyebabkan maut akibat urat2 yang terputus. Kalau terkena perut, usus akan
terpotong atau terkelar di dlm. Terdapat 2 jenis kerambit, yaitu kerambit jantan dan kerambit
betina. Senjata kerambit jantan bentuknya besar (selalunya diguna oleh kaum lelaki Minang),
sedangkan yang betina bentuknya kecil dengan hujung gagang berlubang (selalunya diguna oleh
kaum wanita Minang). Lubang nie sebagai tempat jari telunjuk mencakam senjata. Keistimewaan
dari senjata ini adalah oleh karena bentuknya yang bengkok dan tajam, senjata kerambit ini susah
nak dipatahkan. Kerambit betina mudah disorok dalam tangan atau dalam sanggul rambut tanpa
dilihat oleh pihak lawan.
KONDISI GEOGRAFIS SURABAYA
• Wilayah kota Surabaya berbatasan dengan :

1. Barat : Selat Madura

2. Timur : Pulau Madura

3. Selatan : Kab. Sidoarjo

4. Barat : Kab. Gresik

• Kota Surabaya terletak pada hulu sebuah DAS yaitu DAS Brantas dan muara di Selat Madura

• Surabaya terkenal sebagai kota pelabuhan sejak masa kerajaan Majapahit sehingga
menjadikan Surabaya sebagai terminal pengangkutan barang yang menghubungkan wilayah-
wilayah Indonesia dan juga luar negeri.

• Surabaya juga memiliki bandara internasional yang menghubungkan Surabaya dengan


wilayah lain di Indonesia dan luar negeri

• Surabaya merupakan kota metropolitan ke-2 setelah Jakarta sehingga banyak sekali perantau
dari luar daerah datang ke Surabaya untuk belajar, bekerja, untuk menetap tinggal, hingga
berkembang biak dan membangun keluarga di Surabaya.
KONDISI ADMINISTRATIF SURABAYA
• Surabaya merupakan daerah Administratif berbentuk Kota

• Terdapat 31 kecamatan di Surabaya

• Terdapat 160 kelurahan di Surabaya

• Terdapat 1.405 rukun warga (RW) di Surabaya

• Terdapat 9.271 rukun tetangga (RT) di Surabaya

 Surabaya Pusat

Tegalsari

Simokerto

Genteng

Bubutan

Asemrowo

 Surabaya Timur

Gubeng

Gunung Anyar

Sukolilo

Tambaksari

Mulyorejo

Rungkut

Tenggilis Mejoyo

 Surabaya Barat

Benowo

Pakal

Asemrowo

Sukomanunggal

Tandes

Sambikerep
Lakarsantri

 Surabaya Utara

Bulak

Kenjeran

Semampir

Pabean Cantikan

Krembangan

 Surabaya Selatan

Wonokromo

Wonocolo

Wiyung

Karangpilang

Jambangan

Gayungan

Dukuh Pakis

Sawahan
KETERKAITAN KONDISI GEOGRAFIS SURABAYA DENGAN
KEBUDAYAAN

• Surabaya sebagai tempat persinggahan baik pesawat maupun kapal laut sehingga banyak yang
membangun usaha di Surabaya. Banyak karakteristik usaha-usaha di Surabaya.

Contoh :

1. Orang Yogyakarta berjualan Gudeg.

2. Orang Pekalongan berjualan kain batik.

3. Orang Padang berjualan Nasi Padang

• Surabaya berbatasan dengan Madura, Sidoarjo, dan Gresik. Sedikit banyak kebudayaan dari
beberapa kabupaten tersebut yang masuk dan tumbuh di Kota Surabaya

Contoh :

Bahasa Madura yang sering terdengar di tengah-tengah bahasa Suroboyo-an yang dipakai sehari-hari
disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa utama.

• Surabaya sebagai kota metropolitan ke-2 setelah Jakarta yang menunjukkan lengkapnya
fasilitas kesehatan, pendidikan, dan sarana prasarananya sehingga menarik pendatang yang
berasal dari luar kota Surabaya bahkan dari luar pulau.

Contoh :

Keluarga dari Ihza yang berasal dari Minangkabau yang awalnya merantau untuk bekerja namun pada
akhirnya menetap dan membangun keluarga di Surabaya.
BUDAYA SMA NEGERI 1 SURABAYA
KONDISI GEOGRAFIS SEKOLAH SMA NEGERI 1 SURABAYA
• Terletak di Surabaya pusat berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Surabaya (Balai
Kota).

• Berada di wilayah komplek sekolahan favorit Surabaya.

• Dekat dengan pusat perbelanjaan.

• Dekat dengan 2 rumah ibadah besar berbeda agama (Masjid Muhajirin dan Gereja Kristen
Gloria)

• Dekat Stasiun Kota Surabaya (Gubeng)

• Dekat dengan jalan protokol sehingga sering macet.

• Merupakan bangunan bersejarah (Cagar Budaya) di Surabaya


SEJARAH SMA NEGERI 1 SURABAYA
• Sejarah SMA Negeri 1 Surabaya berawal pada bulan April 1949 ada beberapa tokoh
pendidikan di Surabaya berusaha mendirikan sekolah sendiri yang muridnya dari para tentara
pelajar yang telah meninggalkan sekolah. Mereka sepakat mendirikan sekolah lanjutan
melalui “Yayasan Dr. Sutomo” yang diketuai oleh Ds. Iskandar.

• Karena Ds. Iskandar mempunyai hubungan luas dengan instansi pemerintah pendudukan
Belanda, maka mereka berhasil mendapat izin mendirikan sekolah yaitu SMA Dr. Sutomo,
yang sebelumnya disebut Sekolah Tengah dan Tinggi, kemudian berubah menjadi Sekolah
Menengah Tinggi dan akhirnya menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA).

• SMA Dr. Sutomo pertama-tama menempati GNI Jalan Bubutan, kemudian pindah ke gedung
STM Jalan Patua dan akhirnya menempati gedung di Jalan Wijaya Kusuma 48 Surabaya.

• Setelah Belanda meninggalkan Indonesia bulan September 1949, maka para pendiri SMA Dr.
Sutomo berusaha memperjuangkan supaya ada pengakuan dari pemerintah Indonesia. Dan
atas perjuangan Ketua Yayasan dan Kepala sekolah, maka pada tanggal 1 April 1950 SMA
Dr. Sutomo diakui menjadi Sekolah Negeri yaitu SMA Negeri 1 Surabaya dengan Kepala
Sekolah pertama R. Suhardi Notodipuro.

• Pada tahun pelajaran 1952 / 1953, SMA Negeri 1 Surabaya membuka jurusan Sosial Budaya
atau dikenal dengan Bagian C. Karena permintaan terlalu banyak, maka murid bagian C
ditempatkan di gedung Jalan Prof. Dr. Mustopo yang sekarang menjadi SMA Negeri 4
Surabaya. Pada tahun pelajaran 1954 / 1955 antara SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2
Surabaya saling tukar jurusan. SMA Negeri 1 menyerahkan bagian B ke SMA Negeri 2 dan
SMA Negeri 2 menyerahkan bagian A ke SMA Negeri 1. Sehingga SMA Negeri 1 menjadi
jurusan Bahasa atau bagian A dan SMA Negeri 2 menjadi SMA bagian B. Yang menjabat
Kepala Sekolah R. Slamet. SMA Negeri 1 yang hanya bagian A ini berakhir pada tahun
pelajaran 1963 / 1964. Sejak tahun pelajaran 1964 / 1965 tidak lagi SMA Negeri 1 bagian A
tetapi menjadi SMA Negeri 1 Surabaya.

• Pada pertengahan September 1965 diputuskan, bahwa SMA Negeri 1 Surabaya dibubarkan
dan didirikan dua sekolah baru yaitu SMA Negeri 9 dan SMA Negeri 10 Surabaya. SMA
Negeri 9 dipimpin oleh pimpinan sekolah yang dibubarkan yaitu : Sukardi Jojonegoro
sedangkan SMA Negeri 10 dipimpin oleh Hasri Moeljo.

Anda mungkin juga menyukai