Anda di halaman 1dari 24

Nama= Lanangku Kawitan Hafid Putranto

Absen= 23
Kelas= XI MIPA II

SUKU SUMBA
DAFTAR ISI

1. Letak Suku Sumba


2. Mata pencaharian Suku Sumba
3. Bahasa Dan Budaya Unik Suku Sumba
4. Filosofi Suku Sumba
A. Tempat wisata
B. Makanan khas
C. Rumah adat
5. Kepercayaan Suku Sumba
1. Letak Suku Sumba
Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710
km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti
(1.225 m). Sumba berbatasan dengan Sumbawa di
sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di
timur, dan Australia di selatan dan tenggara. Selat
Sumba terletak di utara pulau ini. Di bagian timur
terletak Laut Sawu serta Samudra Hindia terletak di
sebelah selatan dan barat
• Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini sendiri terdiri
dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat,
Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba
Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota terbesarnya
adalah Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur.
Kota tersebut juga terdapat bandar udara dan
pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba
dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia seperti Pulau
Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor.
2. Matapencaharian suku sumba
Mata pencaharian utama mereka adalah bertanam di
ladang dan sedikit di sawah serta memelihara ternak
seperti kerbau, sapi, dan kuda. Masyarakat ini
terkenal pula oleh hasil tenunan tradisionalnya yang
dikejakan sebagai mata pencaharian sampingan.
Selain menganyam barang-barang dari pandan dan
bambu, mereka juga membuat barang-barang
perhiasan dari tulang dan tanduk kerbau, serta
peralatan dari besi.
3. Bahasa dan budaya unik Suku Sumba
• Bahasa Kambera atau bahasa Sumba Timur adalah bahasa yang
digunakan suku Sumba. Penuturnya tersebar di timur pulau
Sumba dan selatan pulau Flores. Bahasa ini termasuk dalam
rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Kambera berbeda dengan
bahasa Sumbawa dari kelompok bahasa Bali-Sasak.
• Di Sumba Timur strata sosial antara kaum bangsawan
(maramba), pemuka agama (kabihu) dan rakyat jelata (ata) masih
berlaku, walaupun tidak setajam di masa lalu dan jelas juga tidak
pula tampak lagi secara nyata pada tata rias dan busananya.
Dewasa ini perbedaan pada busana lebih ditunjukkan oleh
tingkat kepentingan peristiwa seperti pada pesta-pesta adat,
upacara-upacara perkawinan dan kematian dimana komponen-
komponen busana yang dipakai adalah buatan baru.
• Bagian terpenting dari perangkat pakaian adat
Sumba terletak pada penutup badan berupa
lembar-lembar besar kain hinggi untuk pria dan lau
untuk wanita. Dari kain-kain hinggi dan lau
tersebut, yang terbuat dalam teknik tenun ikat dan
pahikung serta aplikasi muti dan hada terungkap
berbagai perlambangan dalam konteks sosial,
ekonomi.
4. Filosofi Suku Sumba
A. Tempat wisata
1.Bukit Lendongara.
Warga setempat menyebutnya
dengan nama bukit LDR. Bukit ini
masuk dalam wilayah Desa Karuni,
Kecamatan Loura.
Jarak menuju bukit tersebut dari
Tambolaka, Ibu Kota Kabupaten
Sumba Barat Daya adalah sekitar
20 kilometer (km).
Area perbukitan hijau kian
menyejukkan mata,
pemandangannya indah dengan
udara segar dan alami serasa
berada di atas awan, deretan
perbukitan berupa padang savana.
2. Pantai Kita Mananga Aba
Letak Pantai Kita Mananga Aba berada
di utara dan masih satu kecamatan
dengan Bukit LDR.
Kalau ditempuh dari Tambolaka, ibu
kota Kabupaten Sumba Barat Daya,
jaraknya sekitar 10 kilometer.
Di pantai itu, terdapat empat
bangunan kecil beratap alang-alang
tanpa dinding, sehingga pengunjung
bisa berteduh dari sengatan matahari,
sembari menyaksikan keindahan laut.
3. Pantai Marosi
Pantai Marosi, berada di Kecamatan
Lamboya, Kabupaten Sumba Barat
atau bertetangga dengan Kabupaten
Sumba Barat Daya.
Pantai ini terletak sekitar 32 kilometer
dari Kota Waikabubak, ibu kota
Kabupaten Sumba Barat.
pantai ini memiliki air sejernih kristal,
hamparan pasir putih yang lembut.
Batu karang besar yang menjorok ke
laut.
Ditambah dengan bebatuan yang
seakan tersangkut di tengah pasir
yang membuat destinasi ini memiliki
ciri khas tersendiri.
Pantai ini juga dikelilingi oleh savana
dan pepohonan kelapa yang tumbuh
menjulang.
4. Kampung Adat Waru Wora
Tak jauh dari Pantai Marosi, terdapat
sebuah kampung adat yang masih
terjaga keasliannya.
Namanya Kampung Adat Waru Wora,
yang terletak di Desa Patijala Bawa,
Kecamatan Lamboya, Kabupaten
Sumba Barat.
Rumah adat itu berbentuk rumah
panggung dengan atap yang
menjulang seperti menara.
Warga setempat menyebutnya
sebagai Uma Bokulu atau rumah
besar.
5. Bukit Cendana Hill
Bukit Cendana Hill berada di Desa
Cendana, Kecamatan Mamboro,
Kabupaten Sumba Tengah.
Dari Waibakul, ibukota Sumba Tengah
menuju bukit itu sekitar 42 kilometer,
dengan waktu tempuh kurang lebih
selama satu jam lebih.
Bukit Cendana hamparan padang
sabana lebih luas dengan pemandangan
sekeliling bukit dan laut.
Udaranya pun terasa sejuk, meski
matahari tepat berada di atas kepala.
Siapapun yang berkunjung ke bukit ini
akan betah berlama-lama.
B. Makanan Khas Sumba
1. Ka’Pu Pantunnu
2. Kadapet Watara
3. Kaparak
4. Sup Ayam Waingapu
5. Jagung Titi
6. Rumpu Rampe
7. Kue Rambut atau Jawada
8. Jagung Catemak
9. Bokosawu Nyale
C. Rumah Adat
Rumah adat Sumba biasa
disebut Uma Bokulu atau Uma
Mbatangu. Uma Bokulu
bermakna rumah besar,
sementara Uma Mbatangu
berarti rumah menara. Rumah
tradisional Sumba berbentuk
rumah panggung dengan atap
berundak menjulang bak
menara.
5. Kepercayaan Suku Sumba
Agama Marapu adalah agama asli yang masih hidup
dan dianut oleh orang Sumba di Pulau Sumba, Nusa
Tenggara Timur. Agama ini merupakan sistem
keyakinan yang berdasarkan kepada pemujaan
arwah-arwah leluhur. Dalam bahasa Sumba, arwah-
arwah leluhur disebut Marapu yang artinya adalah
“yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai