Anda di halaman 1dari 22

Rumah Adat Nusa Tenggara Timur

1. Mbaru Niang 

Mbaru Niang adalah rumah adat yang berada di Wae Rebo, yaitu sebuah desa yang letaknya berada
di pedalaman dan diarungi oleh pegunungan dan panorama hutan tropis lebat di Desa Satar Lenda,
Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. 

Rumah adat Mbaru Niang bentuknya seperti cone yang dibalik, yaitu kerucut menjulur ke bawah
dan hampir menyentuh tanah. Strukturnya setinggi 5 lantai dengan tinggi sekitar 15 meter. Atap
rumah adat Nusa Tenggara Timur ini diisi oleh daun lontar yang ditutupi ijuk atau ilalang dan
kerangka atap terbuat dari bambu sedangkan pilar rumah menggunakan kayu worok yang besar dan
kuat. Hebatnya rumah adat ini tidak memakai paku tetapi menggunakan tali rotan untuk mengikat
konstruksi bangunan. Meski bangunannya tidak terlalu besar, setiap mbaru niang bisa diisi oleh
enam sampai delapan keluarga.

Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda beda. Secara
berurutan tersusun dari lutur, lobo, lentar, lempa rae, dan terakhir hekang kode. Tingkat pertama
disebut lutur atau tenda, biasa digunakan sebagai tempat hunian dan berkumpul dengan keluarga.
Tingkat kedua adalah lobo atau loteng yang berfungsi untuk menaruh bahan makanan dan barang
1
sehari-hari. Tingkat ketiga disebut lentar untuk menaruh benih-benih tanaman pangan yang
digunakan untuk bercocok tanam, seperti benih jagung, padi, dan kacang-kacangan. Tingkat
keempat disebut lempa rae yaitu ruangan untuk stok pangan apabila terjadi gagal panen atau hasil
panen kurang berhasil akibat kekeringan, dan tingkat kelima disebut hekang kode untuk tempat
menaruh sesajian persembahan kepada leluhur.

Mbaru niang di Wae Rebo merupakan rumah adat warisan nenek moyang ratusan tahun yang lalu
yang diturunkan terus menerus kepada keturunannya. Banyak Mbaru Niang yang mengalami
kerusakan karena untuk memperbaikinya membutuhkan biaya yang banyak. Sampai akhirnya
seorang arsitek dari Jakarta, yaitu Yoris Antar, dan kawan – kawannya yang sangat mengagumi
rumah adat ini mengadakan gerakan untuk mengumpulkan dana bagi pelestarian dan perbaikan
kembali rumah adat ini sehingga kini sudah berdiri 7 rumah kerucut mbaru niang yang nyaman
untuk ditinggali dan bagus untuk dijadikan wisata.

2
2. Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara merupakan rumah adat yang berada di Desa Koanara,
Kelimutu, Nusa Tenggara Timur. Seperti Mbaru Niang, Rumah adat ini juga memiliki karakteristik
dan bentuk yang unik dan juga menarik karena desain atap yang khas yang terbuat dari ilalang dan
hampir menyentuh tanah. 

 
Ada tiga jenis rumah Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, yaitu rumah baku, rumah tinggal dan
lumbung padi. Rumah baku digunakan untuk menyimpan dan melestarikan tulang tengkorak milik
leluhur dan sudah ada 13 keturunan yang tulang tengkoraknya dilestarikan di simpan di rumah ini.
Kemudian rumah baku dengan atap yang seluruhnya menyentuh tanah berfungsi sebagai rumah
penyimpanan hasil panen sawah. Sedangkan rumah dengan kepala kerbau yang disangkutkan di
depan pintu rumah merupakan rumah hunian.

3
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara yang berfungsi sebagai lumbung padi berbentuk panggung dan
persegi empat. Pada bagian dasar rumah terdapat  jejeran tumpukan batu yang membuat rumah
lebih tinggi dari tanah. Dari jauh, rumah ini seperti tidak memiliki pintu masuk.

4
SENJATA TRADISIONAL NUSA TENGGARA TIMUR

Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tenggara Indonesia.
Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor, Pulau
Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan
Pulau Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, di bagian barat pulau Timor.

Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur adalah
Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat (biasa dipanggil Timor). Sahabat GPS Wisata
Indonesia, dirangkum kembali Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur dari berbagai sumber,
dimungkinkan akan ada perbaruan bilamana diketemukan sumber baru.

5
Sundu

Senjata tradisional menyerupai Keris, berbentuk lurus dan pegangannya menyerupai bentuk sayap
burung. Ada pula motif horizontal melingkar pada sarung Sundu.

Senjata yang umumnya dipakai oleh penduduk NTT adalah Sundu atau Sudu, semacam keris.
Penduduk menganggapnya sebagai senjata tikam yang keramat.

Kabeala (Parang Pinggang)

Kabeala (https://storyaboutsumba.wordpress.com)

Senjata sejenis parang berasal dari pulau Sumba dengan variasi ukuran panjang 48, 50,5; 53 dan
58,5 Cm. Parang yang selalu di pinggang pria dewasa menjadi pemandangan luas di Sumba yang
kini merupakan wilayah empat kabupaten, yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan
Sumba Barat Daya. Pemandangan seperti itu dijumpai mulai dari pedesaan hingga kota. Membawa
parang belum tentu berhubungan dengan kebutuhan kerja.

6
Kelengkapan busana adat Sumba sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Jawa. Kalau di Jawa
busana adatnya dengan keris yang diselipkan di pinggang bagian belakang. Sementara di Sumba,
busana adatnya dengan parang yang diselipkan di pinggang bagian samping.

Di Sumba, fungsi parang bisa diketahui melalui gagangnya. Kalau gagangnya dari kayu, hampir
dipastikan sebagai parang kerja. Jika parangnya bergagang tanduk hewan, apalagi dari gading,
dipastikan sebagai aksesori atau pelengkap busana adat pria Sumba. Di lingkungan orang Sumba,
kelompok parang terakhir itu lazim disebut sebagai parang pinggang.

7
Pakaian Adat NTT Dari unsur demografinya, Provinsi NTT dihuni sedikitnya oleh 7 suku besar
yaitu suku Rote, suku Sabu, suku Helong, suku Atoni atau Dawan, suku Manggarai, suku Sumba,
dan suku Lio. Suku-suku ini memiliki pakaian adatnya masing-masing. Nah, berikut ini akan
dibahas pakaian adat NTT dari 4 dari ketujuh suku tersebut! Pakaian Adat NTT
1. Pakaian Adat Suku Rote Pakaian adat Suku Rote merupakan simbol pakaian adat NTT di
kancah nasional. Pakaian ini dipilih karena memiliki desain yang sangat unik dan sarat nilai
filosofis. Salah satu keunikannya terletak pada desain Ti’i langga. Ti’i langga adalah sebuah
penutup kepala dengan bentuk seperti topi sombrero khas Meksiko yang dibuat dari daun
lontar kering. Selain untuk pelengkap penampilan, topi adat suku Rote ini juga dianggap
sebagai simbol wibawa dan kepercayaan diri bagi para pria Rote. Topi Ti’i langga adalah
pelengkap utama pakaian adat Rote yang bernama pakaian Tenun Ikat. Sesuai dengan
namanya, pakaian tenun ikat lebih didominasi oleh kain tenun khas Rote. Untuk para pria
Rote, kemeja putih lengan panjang menjadi atasan dan sarung tenun ikat warna gelap menjadi
bawahan. Selendang dari kain dengan motif yang sama juga diselempangkan di bahu untuk
penutup dada. Sementara untuk para wanita Rote, perpaduan kebaya dan bawahan berupa
tenunan tangan menjadi pilihan utama. Gambar pria dan wanita yang mengenakan pakaian
adat Rote dapat Anda lihat pada foto di atas! Baca Juga : Pakaian Adat Banten
2. Pakaian Adat Suku Sabu Suku Sabu adalah suku mayoritas yang bermukim di Pulau Rai
Hawu atau Sabu, Kabupaten Kupang. Suku ini juga memiliki pakaian adat NTT khas yang
bernama pakaian adat Sabu. Untuk para pria, perlengkapan yang dikenakan adalah kemeja
putih lengan panjang, bawahan dan selendang yang diselempangkan ke bahu berupa sarung
tenun, ikat kepala berupa mahkota tiga tiang terbuat dari emas kalung mutisalak, sabuk
berkantong, perhiasan leher (habas), dan sepasang gelang emas. Sementara untuk para wanita,
kebaya dan kain tenun dengan 2 kali lilitan adalah pilihan utamanya. Kain tenun tersebut
berupa sarung dengan ikat pinggang bernama pending. Pakaian Adat NTT Suku Sabu
3. Pakaian Adat Suku Helong Helong adalah suku mayoritas yang mendiami pulau Timau atau
pulau Semau. Dari asal usulnya, suku ini disebut berasal dari pulau Halong di Maluku. Suku
ini memiliki pakaian adat NTT khas yang bernama pakaian adat Helong. Untuk pria pakaian
adat ini berupa selimut besar yang diikat di pinggang sebagai bawahan, baju bodo (kemeja),
destar sebagai pengikat kepala, dan habas atau perhiasan leher. Sementara untuk
perempuannya, mereka menggunakan kebaya -kadang berupa kemben saja, sarung yang
diikat dengan ikat pinggang emas (pending), perhiasan kepala bula molik (bulan sabit),
giwang (karabu), dan hiasan leher yang juga berbentuk bulan. Pakaian Adat NTT Suku
Helong
4. Pakaian Adat Suku Dawan Suku Dawan adalah suku yang mendiami wilayah di sekitar
Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor, dan sebagian Kabupaten Belu. Suku ini memiliki
pakaian adat NTT yang bernama baju amarasi. Baju amarasi untuk pria berupa selimut dari
kain tenun ikat, baju bodo, kalung habas berbandung gong, ikat kepala dengan hiasan tiara,
muti salak, dan gelang timor. Sementara baju amarasi untuk wanita berupa sarung tenun
sebagai bawahan, selendang penutup dada, kebaya, kalung muti salak, hiasan kepala berupa
tusuk konde dengan 3 buah koin, sisir emas, dan sepasang gelang kepala ular. Pakaian Adat
NTT Suku Dawan Nah, demikianlah beberapa pakaian adat dari suku-suku yang mendiami
wilayah provinsi NTT. Dari ketiga pilihan pakaian adat NTT tersebut, mana menurutmu yang
paling unik? Semoga bermanfaat!

8
PAKAIAN ADAT
Pakaian Adat NTT Dari unsur demografinya, Provinsi NTT dihuni sedikitnya oleh 7 suku besar
yaitu suku Rote, suku Sabu, suku Helong, suku Atoni atau Dawan, suku Manggarai, suku Sumba,
dan suku Lio. Suku-suku ini memiliki pakaian adatnya masing-masing. Nah, berikut ini akan
dibahas pakaian adat NTT dari 4 dari ketujuh suku tersebut! Pakaian Adat NTT
1. Pakaian Adat Suku Rote Pakaian adat Suku Rote merupakan simbol pakaian adat NTT di
kancah nasional. Pakaian ini dipilih karena memiliki desain yang sangat unik dan sarat nilai
filosofis. Salah satu keunikannya terletak pada desain Ti’i langga. Ti’i langga adalah sebuah
penutup kepala dengan bentuk seperti topi sombrero khas Meksiko yang dibuat dari daun
lontar kering. Selain untuk pelengkap penampilan, topi adat suku Rote ini juga dianggap
sebagai simbol wibawa dan kepercayaan diri bagi para pria Rote. Topi Ti’i langga adalah
pelengkap utama pakaian adat Rote yang bernama pakaian Tenun Ikat. Sesuai dengan
namanya, pakaian tenun ikat lebih didominasi oleh kain tenun khas Rote. Untuk para pria
Rote, kemeja putih lengan panjang menjadi atasan dan sarung tenun ikat warna gelap menjadi
bawahan. Selendang dari kain dengan motif yang sama juga diselempangkan di bahu untuk
penutup dada. Sementara untuk para wanita Rote, perpaduan kebaya dan bawahan berupa
tenunan tangan menjadi pilihan utama. Gambar pria dan wanita yang mengenakan pakaian
adat Rote dapat Anda lihat pada foto di atas! Baca Juga : Pakaian Adat Banten
2. Pakaian Adat Suku Sabu Suku Sabu adalah suku mayoritas yang bermukim di Pulau Rai
Hawu atau Sabu, Kabupaten Kupang. Suku ini juga memiliki pakaian adat NTT khas yang
bernama pakaian adat Sabu. Untuk para pria, perlengkapan yang dikenakan adalah kemeja
putih lengan panjang, bawahan dan selendang yang diselempangkan ke bahu berupa sarung
tenun, ikat kepala berupa mahkota tiga tiang terbuat dari emas kalung mutisalak, sabuk
berkantong, perhiasan leher (habas), dan sepasang gelang emas. Sementara untuk para wanita,
kebaya dan kain tenun dengan 2 kali lilitan adalah pilihan utamanya. Kain tenun tersebut
berupa sarung dengan ikat pinggang bernama pending. Pakaian Adat NTT Suku Sabu
3. Pakaian Adat Suku Helong Helong adalah suku mayoritas yang mendiami pulau Timau atau
pulau Semau. Dari asal usulnya, suku ini disebut berasal dari pulau Halong di Maluku. Suku
ini memiliki pakaian adat NTT khas yang bernama pakaian adat Helong. Untuk pria pakaian
adat ini berupa selimut besar yang diikat di pinggang sebagai bawahan, baju bodo (kemeja),
destar sebagai pengikat kepala, dan habas atau perhiasan leher. Sementara untuk
perempuannya, mereka menggunakan kebaya -kadang berupa kemben saja, sarung yang
diikat dengan ikat pinggang emas (pending), perhiasan kepala bula molik (bulan sabit),
giwang (karabu), dan hiasan leher yang juga berbentuk bulan. Pakaian Adat NTT Suku
Helong
4. Pakaian Adat Suku Dawan Suku Dawan adalah suku yang mendiami wilayah di sekitar
Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor, dan sebagian Kabupaten Belu. Suku ini memiliki
pakaian adat NTT yang bernama baju amarasi. Baju amarasi untuk pria berupa selimut dari
kain tenun ikat, baju bodo, kalung habas berbandung gong, ikat kepala dengan hiasan tiara,
muti salak, dan gelang timor. Sementara baju amarasi untuk wanita berupa sarung tenun
sebagai bawahan, selendang penutup dada, kebaya, kalung muti salak, hiasan kepala berupa
tusuk konde dengan 3 buah koin, sisir emas, dan sepasang gelang kepala ular. Pakaian Adat
NTT Suku Dawan Nah

9
6 LAGU INI TERNYATA BERASAL DARI DAERAH NTT
Nusa Tenggara Timur atau sering disebut NTT merupakan salah satu Provinsi yang ada di
Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulai, seperti pulau Flores, pulau Timor, pulau Sumba,
pulau Alor, pulau Rote, pulau Lembata, pulau Adonara, pulau Sabu, pulau Solor, pulau Palue dan
pulau Komodo. Ibukota NTT terletak di kota Kupang, bagian barat pulau Timor.
NTT merupakan Provinsi yang terdiri dari banyak pulau, ada kurang lebih 550 pulau. Dari pulau
yang banyak itu, ada tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur, pulau tersebut adalah pulau Flores,
pulau Sumba dan pulau Timor.
Nah, dengan banyaknya pulau, jika kamu negunjungi propinsi ini maka akan terlihat pemandangan
laut yang luar biasa. Ternyata, selain keindahan alam yang memesona, ada satu hal yang biasa kita
dengar tentang NTT.
Kamu tahu lagu Anak Kambing Saya? Atau mungkin pernah dengar lagu Desaku, Bolelebo dan
Potong Bebek Angsa? Itu semua merupakan lagu yang berasal dari Nusa Tenggara Timur lho.
Berikut ini ada beberapa lagu yang asalnya dari Nusa Tenggara Timur. Pasti sebagian dari kamu
pernah tahu atau mendengar lagu-lagunya.
 
1. Anak Kambing Saya

Lagu Anak Kambing saya ini merupakan lagu yang ceria. Bercerita tentang orang tua yang sedang
mencari anak kesayangannya. Walaupun berasa dari Nusa Tenggara Timur, banyak anak-anak dari
provinsi lain juga tahu lagu ini lho.
Berikut ini lirik dari lagu Anak Kambing Saya.
Mana dimana anak kambing saya
Anak kambing tuan ada di pohon waru
Mana dimana jantung hati saya
Jantung hati tuan ada di kampung baru
Caca marica he hei
Caca marica he hei
Caca marica ada di kampung baru
Caca marica he hey
Caca marica he hey
Caca marica ada di kampung baru

10
2. Bolelebo

Kamu tahu lagu dengan judul Bolelebo? Lagu yang mengisahkan tentang kerinduan orang-orang
timur pada kampung halamannya. Walaupun kebanyakan orang yang ada di Tanah Timur merantau
dari tempat kelahirannya, tapi tetap menganggap bahwa kampung halaman adalah tempat terbaik.
Di sanalah tempat kelahirannya dan lagu ini menggambarkan keindahan kampung yang akan
menimbulkan rasa rindu terhadap kampung halaman.
Berikut ini lirik lagu Bolelebo yang bisa kamu nyanyikan untuk mengenang kisah di kampung
halaman.
Bolelebo ita nusa lelebo
Bolelebo ita nusa lelebo
Malole simalole ita nusa lemalole
Malole simalole ita nusa lemalole
Bolelebo baradimu lelebo
Bolelebo baradimu lelebo
Ie ta’do ie baradimu rihi ie
Ie ta’do ie baradimu rihi ie
Bolelebo tanah Timor lelebo
Bolelebo tanah Timor lelebo
Baik tidak baik tanah Timor lebin baik
Baik tidak baik tanah Timor lebin baik

11
3. Desaku

Kamu pasti sering mendengarkan lagu ini, khususnya anak-anak yang besar di tahun 90-an. Lagu
yang mengisahkan tentang seseorang yang sangat mencintai desanya. Seseorang yang merindukan
desa tempat tinggal ayan dan ibunya dulu.
Nah, kalau kamu juga mau mengenang desa tempat kamu dibesarkan dulu, ada lirik Lagu desaku
nih.
Desaku yang kucinta
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai

12
4 Lerang Wutun

O…o… dein tite tobo metin wutun ojo golo


Lerang Wutun, wutun wai peron
Aduh
Sayang…sayang,
Aduh
Sayang…sayang…
Mo tobo papan lau we moi timu tawa
Tasi
O…o…ema bapa tite kakan arin kaja ribu,
Lodo metin wutun Lerang Wutun
Aduh sayang…sayang,
Aduh sayang…sayang,
Mo dein papan lau we moi wura bura bali

13
5 Nina Noi

Sao Ata Mosa Lakitana tampak samping


Na na na na ……………… 4x
Feto apao kuana ………………..
Nako anon paha ninanoi
Na na na na ……………… 4x
Upun nifun- nifun…………..
Fola nabua nana ninanoi
Reff
Oh…………..oh….Ninanoi ninanoi
Oh…………..oh….Ninanoi ninanoi
Au ana au ana …………
Feto mese ninanoi
Usaeba ……..usaeba ………….
Neu teut nonja niananoi
Usaunta …. usaunta
Neu noel nonja ninanoi
Usaeba ……..usaeba ………….
Neu teut nonja niananoi
Usaunta …. usaunta
Neu noel nonja ninanoi

14
6 Potong Bebek Angsa

Waktu kecil, kamu pasti pernah menyanyikan lagu ini. Lagu yang ceria dan biasa digunakan untuk
mengiringi permainan yang sedang dimainkan. Asik banget deh kalau udah bermain dengan
menyanyikan lagu ini. Untuk nostalgia, berikut ini ada liriknya, buat kamu yang lupa dan mau
menyanyikannya lagi.
Potong bebek angsa, masak di kuali
Nona minta dansa, dansa empat kali
Sorong ke kiri, sorong ke kanan
Sorong ke kiri, sorong ke kanan
La la la la la

15
ALAT MUSIK
Alat Musik Tradisional NTT Nah, ternyata selain Sasando khas suku Rote, Nusa Tenggara Timur
juga memiliki beberapa alat musik lain yang tak kalah unik untuk diungkap? Apa sajakah alat
musik tersebut? Berikut ulasannya secara lengkap mulai dari gambar, cara memainkan, dan
penjelasannya. Silakan disimak! Alat Musik Tradisional NTT
1. Alat Musik Sasando Yang pertama adalah Sasando atau yang biasa kita kenal dengan nama
panjang Sasando Rote. Sesuai namanya, alat musik tradisional NTT ini berasal dari pulau
Rote. Sasando terbilang jenis alat musik yang sangat unik. Karena keunikannya, ia bahkan
sempat menjadi gambar utama dalam latar mata uang pecahan Rp. 5000. Sasando terdiri 2
bagian utama, yaitu bagian yang terbuat dari bambu dan bagian yang terbuat dari daun lontar.
Bagian yang terbuat dari bambu adalah tempat melekatnya dawai-dawai sasando yang
banyaknya 28 dawai (sasando Engkel), 56 dawai (sasando Dobel), atau 84 dawai. Dawai-
dawai tersebu dipasang melingkar bambu dengan panjang yang beragam. Untuk menguatkan
suara yang dihasilkan dari petikan dawai, lengkungan dari daun lontar yang rapat dipasang di
bagian belakangnya dan diikat supaya menyatu dengan bagian bambu. Adanya lengkungan
daun lontar inilah yang membuat sasando begitu unik. Meski terbilang sangat etnik dan
memiliki nilai artistik yang tinggi, saat ini sudah mulai jarang orang yang menguasai dan
dapat memainkan sasando. Oleh karenanya, jika kebetulan Anda adalah orang NTT maka
selayaknya Anda dapat mulai belajar memainkan instrumen ini dan memperkenalkannya pada
orang-orang di sekitar Anda. Baca Juga : Pakaian Adat NTT
2. Alat Musik Heo Selain sasando, masyarakat NTT juga mengenal beberapa jenis alat musik
tradisional lainnya, misalnya Heo. Apakah Heo itu? Heo adalah alat musik gesek yang dibuat
dari papan dengan alat gesek dari rangkaian ekor kuda. Heo memiliki 4 buah dawai dengan
nada-nada dasar yang berbeda. Cara memainkan heo persis sama seperti cara memainkan
biola pada umumnya.
3. Alat Musik Foy Doa Foy Doa adalah alat musik tradisional NTT yang berasal dari
kebudayaan masyarakat Flores. Berdasarkan asal katanya, Foy Doa berarti suling ganda.
Instrumen ini memang tersusun 2 atau lebih suling yang dimainkan secara bersama-sama. Foy
doa dimainkan umumnya mengiringi syair atau nyanyian petuah yang disampaikan orang-
orang tua sebagai nasihat bagi anak-anaknya. Dengan nada-nada tunggal yang teralun dari foy
doa, nasihat yang diterima akan dirasa lebih berkesan.
4. Alat Musik Foy Pai Sama seperti foy doa, foy pai juga termasuk jenis alat musik tiup. Foy pai
berupa suling bambu dengan bentuk menyerupai angka 4. Alat musik ini menghasilkan nada-
nada dasar antara lain Do, Re, Mi, Fa, dan Sol. Biasanya ia dimainkan untuk melengkapi
permainan foy doa.
5. Alat Musik Knobe Khabetas Ini adalah alat musik tradisional NTT yang dipercaya telah ada
sejak zaman batu. Bentuknya seperti busur panah, yaitu berupa lengkungan bambu yang
diikat dengan tali yang tipis tapi lebar. Cara memainkannya cukup mudah, yaitu dengan
mendekatkan tali ke mulut dan meniupnya. Instrumen ini dulu sering dibawa sebagai hiburan
di sawah saat seseorang menunggu tanaman kebunnya dari serangan hama. Alat Musik
Tradisional NTT
6. Alat Musik Knobe Oh Knobe oh dimainkan dengan cara yang sama dengan knobe khabetas.
Hanya saja, instrumen ini mempunyai bentuk yang berbeda. Knobe oh dibuat dengan
mengerat bagian tengah pada sebuah bilah bambu sepanjang 12,5 cm. Pada tengah keratan
tersebut disisakan kulit ari dari bambu yang berfungsi sebagai resonator ketika ditiup. Baca
Juga : Alat Musik Tradisional Bengkulu
7. Alat Musik Prere Selanjutnya adalah alat musik prere. Sesuai namanya, alat musik ini hanya
menghasilkan nada Do dan Re saat ditiup. Ukurannya pendek seukuran pensil dan terbuat dari
ruas bambu kecil. Pada bagian dalam rongganya diberi suatu membran yang bergetar ketika
ditiup sehingga dapat menghasilkan suara. Suara yang keluar diperbesar dengan tambahan
adanya daun pandan di bagian ujungnya.

16
8. Alat Musik Leko Boko Instrumen ini juga biasa disebut Bijol. Ia adalah sebuah alat musik
tradisional NTT yang terbuat dari labu hutan sebagai resonator, kayu sebagai tangkai, dan
usus kuskus untuk dawainya. Leko boko dimainkan dengan cara digesek seperti halnya cara
memainkan alat musik Heo. Nah, itulah 8 alat musik tradisional NTT beserta gambar dan
penjelasannya. Semoga dapat mengingatkan kita semua untuk bisa semakin peduli terhadap
kekayaan budaya yang telah diwariskan nenek moyang kita di masa silam.

17
MAKANAN KHAS NTT
1. Kolo

Kolo, cita rasa khas dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur


NUSA Tenggara Timur memiliki aneka kebudayaan dari setiap kabupaten atau daerah. Dan setiap
kebudayaan memiliki ciri khas tersendiri. Salah satunya adalah daerah Manggarai, Nusa Tenggara
Timur. Warga di daerah ini memiliki makanan khas tradisional yang bercita rasa alami. Kolo atau
nasi bakar demikian sebutan untuk makanan khas yang dimasak menggunakan bambu. Gregorius
Karni dan Borgias Asa asal Manggarai mengatakan, untuk bisa menghasilkan nasi bakar atau nasi
bambu ini dibutuhkan bahan berupa bambu muda dengan panjang 30 sentimeter, beras dan bumbu
masakan. Cara memasaknya, beras, air dan bumbu masakan dimasukkan kedalam bamboo. Setelah
itu, pada bagian ujung atau mulut ditutup dengan daun pisang. Lalu, dibakar sampai matang
berkisar setengah jam lamanya.
Nasi Bambu atau Kolo ini menurut dua mahasiswa ini, biasanya digunakan untuk makan bersama
saat pesta adat penti atau syukuran panen. Selain itu juga penti biasanya menjadi menu utama pada
acara syukuran di setiap awal pergantian tahun. Upacara Penti merupakan ritual sebagai ungkapan
rasa syukur atas panen, serta kehidupan, yang telah dilalui selama satu tahun terakhir. Upacara ini
juga sebagai ungkapan mohon perlindungan serta keharmonisan untuk kehidupan yang akan datang.
Upacara Penti biasanya dilakukan saat dimulainya kegiatan bercocok tanam atau berladang.
Kegiatan ini adalah kewajiban turun-temurun, yang haru dijalankan sebagai wahana rasa syukur,
berkumpulnya keluarga besar, serta pemberkatan terhadap kelestarian alam sekitar. Upacara Penti
dilaksanakan setiap bulan Oktober atau November. Biasanya upacara ini jatuh pada pertengahan
bulan tersebut dan diisi dengan upacara adat, pemberkatan, serta atraksi budaya yang sangat unik.

18
2. Moke

Moke adalah minuman khas orang Flores. Ada moke putih dan hitam. Moke putih adalah nira hasil
sadapan dari pohon lontar atau pohon enau. Moke putih akan manis rasanya bila wadah tampungan
bersih. Biasanya bambu berukuran seruas dicuci bersih dan dikeringkan kemudian digantungkan
pada ujung mayang yang telah dijepit atau dipukul-pukul kemudian dipotong ujungnya. Akan
kelihatan ada cairan bening menetes dari ujung mayang. Itulah moke putih. Moke putih yang manis
dapat dimasak dan dijadikan gula merah. Sedangkan moke putih yang diminum sebagai teman
makan adalah moke yang ditampung dengan wadah bambu yang tidak bersih sehingga terjadi
peragian. Dan rasa minuman agak pahit. Moke putih sejenis ini ada yang langsung diminum, tetapi
lebih banyak digunakan untuk dimasak atau disuling dan menghasilkan moke hitam atau arak.
Moke hitam sesungguhnya tidak hitam. Warnanya seperti air putih dan agak kuning. Ini adalah hasil
sulingan dari moke putih. Moke putih disuling di Kuwu tua (saung penyulingan tuak dalam bahasa
Nagekeo). Orang Flores selalu menikmati moke bila ada pesta. Tidak ada pesta tanpa tuak/moke.
Tuak sudah menyatu dengan pesta. Makan daging tanpa tuak terasa hambar dan kurang.

3. Jagung Caternang
Catemak jagung adalah makanan khas Nusa Tenggara Timur. Catemak jagung adalah makanan
penutup yang terbuat dari jagung, labu lilin, dan kacang hijau yang dimasak dengan bumbu masak
penyedap rasa. Tidak seperti warnanya yang manis seperti kolak, catemak rasanya asin. Sambal
Ikan Teri: Di daerah Ntt ikan teri cukup populer sehingga dijadikan makanan yang cukup familiar.
Cara membuat makanan yang satu ini juga tidaklah susah. Pertama tama panaskan minyak lalu
masukkan lengkuas dan daun jeruk kamudian masukkan ikan teri tambahkan garam lalu aduk
hingga kering. Sebenarnya resep paten untuk membuat makanan ini tidak ada karena cara
membuatnya bisa dikreasikan dan disesuaikan dengan selera masing masing.

4. Jagung Bose

19
Jika berkunjung ke NTT, kurang lengkap rasanya kalau belum mencicipi bubur jagung khas Timor.
Masakan tradisional yang dikenal dengan jagung bose ini menjadi makanan pokok pengganti nasi.
Menurut tradisi warga Timor, jagung bose hanya dibuat dari jagung putih. Sebetulnya tidak ada
perbedaan yang signifikan antara jagung putih atau kuning. Hanya saja, jagung putih biasanya
terasa lebih manis. Sesuai dengan namanya, jagung bose berarti jagung yang di-bose-kan atau
dilunakkan. Untuk mengeluarkan kulit luar jagung, jagung akan ditumbuk dengan lesung.
Kemudian diayak untuk mengeluarkan sisa kulit jagung yang terkelupas. Setelah bersih, jagung
bose dimasak dengan kacang merah agar tambah nikmat. Proses memasaknya membutuhkan waktu
cukup lama. Namun. lebih lezat jika jagung dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Terakhir,
tambahkan sedikit garam dan santan untuk menambah cita rasa jagung bose. Masakan tradisional
khas Timor ini tentu tidak disajikan sendirian. Jagung bose biasanya dimakan bersama daging se’i,
karmanaci, dan lawar ikan. Lawar ikan dibuat dari teri segar yang direndam dengan cuka selama 10
menit, yang kemudian dibumbui dengan bawang merah, garam, dan perasan jeruk nipis.

5. Se’i, daging asap khas Nusa Tenggara Timur

Jika berkunjung ke Kupang, kurang lengkap rasanya kalau belum mencicipi kuliner khas ibu kota
Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut. Selain dikenal memiliki lansekap-lansekap yang indah,
kota di pesisir Teluk Kupang ini juga dikenal dengan keragaman kuliner yang sayang untuk
dilewatkan. Sebut saja daging se’i. Daging se’i adalah daging (sapi atau babi) yang dibumbui dan
diasap agar dapat disimpan lebih lama. Kata se’i berasal dari bahasa Pulau Rote yang berarti daging
tipis yang diiris memanjang. Sebelum disajikan, daging se’i dapat diolah kembali sesuai dengan
selera.
Daging se’i sepintas memang mirip daging asap ala barat, seperti ham, namun dengan cita rasa yang
berbeda. Proses pembuatan se’i terbilang sangat tradisional karena masih menggunakan bara api
yang berasal dari arang dan daun kesambi. Kesambi atau kosambi adalah pohon yang bisa tumbuh
di daerah kering dan termasuk kerabat dekat rambutan karena tergolong suku Sapindaceae. Proses
pengasapan diawali dengan mengiris daging memanjang dan melumurinya dengan garam.
Kemudian digantung untuk mengeringkan kandungan air atau darah di dalam daging selama
beberapa jam. Sementara itu, daun kesambi digunakan sebagai penyaring panas dan asap yang
berlebihan. Inilah yang membuat aroma dan warna daging tetap terjaga.

20
DAFTAR BAHASA DAERAH DI NTT
Sejenak kita beralih dulu dari masalah serba serbi. Kita coba membicarakan bahasa yang ada di
Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Bahasa yang bisa didapati di NTT adalah:


1. BAHASA SASAK
2. BAHASA SUMBAWA
3. BAHASA SUMBA
4. BAHASA TIMOR
5. BAHASA TETUN
6. BAHASA ROTE
7. BAHASA SOLOR
8. BAHASA BELU

21
TUGAS KLIPING IPS

NAMA : NDARU WICAKSONO


KELAS : VII B
NOMOR : 19

22

Anda mungkin juga menyukai