Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI PEMERIKSAAN

DANA DESA
18 August 2017 in Artikel/Opini (updated on 21 August 2017)

Laporan Jan Hoesada

PENDAHULUAN
Selamat Hari Proklamasi Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 2017. Pada tanggal 15 Agustus
2017 Badan Pemeriksa Keuangan mengundang berbagai narasumber untuk membahas
pemeriksaan dana desa, antara lain KSAP sebagai nara sumber. KSAP mengirim Jan Hoesada
sebagai nara sumber. Dibawah ini adalah makalah sumbangan pikiran KSAP dalam FGD
tersebut.
Makalah tidak bersifat rahasia, disajikan ke sidang pembaca agar dapat dimanfaatkan oleh
berbagai pihak yang berkepentingan dengan akuntabilitas dana desa, mulai dari Dirjen
Perbendaharaan Departemen Keuangan, Gubernur, Bupati, Camat, Kepala Desa. Walau
makalah disajikan pada FGD BPK, makalah diharapkan bermanfaat bagi berbagai lembaga
pemeriksa yang lain seperti BPKP, Inspektorat Jenderal Kementerian, Satuan Pemeriksa
Internal Pemerintah Daerah dan Camat.
Makalah juga dapat digunakan sebagai basis berbagi tugas antar lembaga pemeriksa, dalam
kaidah combined assurance, mengingat jumlah desa sebagai obyek pemeriksaan amat besar.
Analisis kondisi adalah sebagai berikut:
Jumlah desa di atas 70.000 buah desa, tersebar pada lebih dari 17.000 pulau, pada NKRI yang
seluas Eropa. Biaya visitasi untuk pemeriksaan dana desa sebesar sekitar Rp1 miliar pertahun
perdesa adalah biaya transpor air, udara dan darat, biaya akomodasi para pemeriksa, harus
dipertimbangkan tiap lembaga pemerriksa. Dewasa ini, mungkin jumlah auditor BPK yang
khusus bertugas memeriksa (field audit) keuangan desa belum memadai. Aliran dana APBN
ke Desa tertengarai makin besar dari tahun ketahun. Bila rerata Rp1 Miliar perdesa pertahun,
jumlah APBN sekitar Rp70 Triliun. Apabila lima tahun lagi menjadi Rp2 Miliar pertahun
perdesa, APBN dana desa akan mencapai sekitar Rp140 Triliun. Aliran dana dana desa penuh
risiko KKN dan inefisiensi. Birokrasi cq Presiden NKRI harus mempertanggungjawabkan
dana desa dalam LKPP NKRI di hadapan DPR.
Sistem pengaliran dana APBN ke Desa telah ditetapkan oleh berbagai hukum per undang-
undangan. Sistem penggunaan dana oleh Desa telah ditetapkan oleh berbagai hukum per
undang-undangan. Sanksi pelanggaran telah ditetapkan oleh hukum perundang-undangan.
Terjadi tren makin meningkat jumlah Kepala Desa diperiksa KPK.
ISI MAKALAH PERWAKILAN KSAP PADA FGD BPK
Pemakalah perwakilan KSAP menyajikan makalahnya sebagai berikut:
Menurut pemakalah, pemeriksaan dana desa terbagi atas

 Pemeriksaan dana desa dipandang dari sudut kelembagaan pemeriksa, antara lain
Inspektur Jenderal, Satuan Pemeriksa Internal Pemda dan Camat, aparat pemeriksa desa
sendiri, BPKP, BPK, Kepolisian dan KPK.
 Pemeriksaan dana desa dipandang dari auditee; adalah Dirjen Perbendaharaan
Departemen Keuangan, Kementerian dan Lembaga lain terkait dana desa, Pemerintah
Provinsi, pemerintah Kabupaten, Pemerintah Desa sebagai petugas penyalur APBN/D
dan penerima dana desa.
 Pemeriksaan dana desa terkait aliran dana adalah penerimaan dana desa, pengeluaran atau
belanja dana desa, penangguhan pengeluaran dana desa dan SiLPA terkait dana desa, bila
ada.
 Pemeriksaan dana desa dipandang dari hampiran audit terbagi menjadi desk
audit dan field audit dana desa, hampiran audit kepatuhan (compliance audit), audit
manajemen (management audit) atau audit operasional (operational audit),
audit keuangan (financial audit) dan/atau audit LK Desa, fraud auditing atau audit
investigasi dana desa oleh BPK atau KPK, ditambah hampiran combined assurance atau
kerja sama antar pemeriksa dana desa.

Bagaimana pemeriksa memeriksa dana desa pada tiap desa?


Apabila jumlah desa sekitar 72.000 desa, dan apabila jumlah alokasi APBN kepada tiap desa
rata-rata sebesar RP. 1 Miliar sampai 2 Miliar Rupiah, maka strategi audit dana desa pada
tiap desa sebaiknya sbb :

1. Pemetaan desa yang telah berhasil menerapkan Sistem Keuangan Desa (SiskeuDes), yang
sedang menerapkan (dengan Pendampingan) tetapi belum lancar dan desa yang belum
menerapkan SiskeuDes.
2. Pemetaan dapat dilakukan bersama IAI dan BPKP yang telah membantu pemerintah
dalam menyebarluaskan penerapan siskeuDes.
3. Strategi pembelajaran SiskeuDes dikawal oleh pemeriksa Dana Desa mengutamakan
kelompok desa pada butir 1 dan 2.
4. Kelompok pada butir 3 diramalkan makin membesar karena alokasi APBN untuk
pendampingan desa, bantuan IAI dan BPKP dalam penyuluhan atau program pelatihan
pendamping Dana Desa.
5. BPK juga dapat berbagi tugas dengan Inspektorat Jenderal Kementerian Terkait Dana
Desa, SPI tiap Pemda, dan BPKP dalam audit dana desa.
6. Berdasar butir 1, 2 dan 3, Kerja Sama Auditor tersebut pada butir 5 membuat Strategi
Sampling Audit untuk Desk Audit dan samling audit untuk field audit. Desk audit
dilakukan berdasar data pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan desa. Field audit
dilakukan berjenjang oleh APIP Pemda atau Camat, BPKP dan BPK, metode sampling
dan metode kerjasama audit ditentukan dimuka.
7. Dibutuhkan hampiran audit berbasis Data Base Sharing System bagi semua aparat
pemeriksa tersebut di atas, dan Data Base Informasi Keuangan Desa NKRI harus
dibentuk lebih dahulu melalui Peraturan Pemerintah.
8. Desk audit dapat dilakukan berbasis butir 6, sisanya adalah field audit sesuai butir 5 di
atas.
9. Berdasar pengetahuan Desk Audit, Field auditor yang terjun memeriksa tiap desa
hendaknya terfokus pada :
o Rencana Anggaran Biaya Desa setiap belanja modal desa, diajukan Pelaksana
Kegiatan.
o Surat Permintaan pembayaran (SPP) dan bukti pembayaran Bendahara.
o Pernyataan Tanggungjawab Belanja oleh Pelaksana kegiatan.
o Bukti Perjanjian Kontrak Konstruksi dengan Pemborong/Pengusaha.
o Bukti Pelaksanaan Kontrak, auditor memeriksa tahap selesai bangunan fisik dll sesuai
kontrak, bukti Serah Terima Proyek dari Kontraktor kepada Pemerintah Desa.

Bagaimana dana desa diperiksa secara menyeluruh dalam tatanan hukum


perbendaharaan NKRI ?
Barbagai aspek pemeriksaan di bawah ini dilakukan berbagai Direktorat dan Inspektorat
Jenderal berbagai kementerian, BPKP, BPK, APIP Pemda dan Camat sesuai proporsi jabatan
dan tugas masing masing. Demikian pula, setiap pemerintah desa dapat melakukan mawas
diri atau self control assessment berdasar Daftar Periksa di bawah ini. Daftar Periksa (Check
list) dapat digunakan sebagai dasar pembuatan master audit program oleh berbagai
pemeriksa keuangan desa, dan musyawarah berbagi tugas antar lembaga pemeriksa dalam
kaidah asuransi terkombinasi (combined assurance).

1. Evaluasi konsistensi
o RPJM (6 tahunan) sebagai dasar Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP) Desa dan
dasar Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB) Desa, identifikasi benang
merahnya (sumber hukum Pasal 27 UU 6/2014 tentang Desa).
o Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah Masuk Desa (Sumber Pasal 38
ayat (4) Permendagri 11/2014.
2. Evaluasilah konsistensi
o RKP Desa dengan RAPB Desa,
o RAPB Desa dengan APBDesa,
o APB Desa dengan Laporan Realisasi APBDesa, Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi APBDesa dan Laporan SiLPA Desa.
o Laporan Penyelenggaraan Pemerintah desa kepada Bupati (sumber hukum Pasal 27
UU 6/2014).
o Laporan Hasil Evaluasi Camat terhadap RAPB Desa (sumber hukum Pasal 23
Permendagri 113/2014)
3. Evaluasilah penerimaan dana desa terkait
o Pendapatan Dana Desa
o Pendapatan Hasil Alokasi Dana Desa (ADD).
o Bagian Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
o Bagian Pendapatan Transfer dari kementerian atau Lembaga PP
o Bagian Pendapatan Transfer dari pemerintah Provinsi
o Bagian PendapatanTransfer dari pemerintah Daerah Kabupaten
o Bagian Pendapatan Transfer dari Pemerintah Desa Lain
o Evaluasi aliran dana desa, pemindah bukuan RKUN kepada RKUD Pemda
Kabupaten, pemindah bukuan RKUD Pemda Kabupaten kepada RKD Pemerintah
Desa (sumber Pasal 15 Permenkeua 93/PMK.07/2015) tahap I paling lambat bulan
Maret (sumber Pasal 18 Permenkeu 93/PMK.07/2015).
o Evaluasilah, bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana perimbangan diterima
Kabupaten dalam APBD Kabupaten setelah dikurangi DAK.
4. Evaluasi besar peranan Dana Desa dalam menopang
o Belanja penyelenggaraan pemerintahan desa
o Belanja pembangunan desa (Diutamakan, sumber Pasal 23 Permenkeu
93/PMK.07/2015).
o Belanja pembinaan kemasyarakatan desa
o Belanja pemberdayaan Masyarakat desa (Diutamakan, sumber Pasal 23 Permenkeu
93/PMK.07/2015).
o Imbalan berbentuk penghasilan tetap & tunjangan kepala desa & perangkat desa
o Kegiatan operasional desa.Tunjangan dan biaya operasional BPD
o Insentif rukun tetangga dan rukun warga (sumber hukum Pasa 100 Perpres 43/2014
dan 47/2015 tentang APB Desa)
5. Evaluasilah pengeluaran dana desa atau belanja dana desa
o Evaluasi prioritas belanja desa, apakah pada pembangunan desa (sumber hukum Pasal
74 UU 6/2014) cq (1) peningkatan kapasitas layanan dasar, (2) kebutuhan primer
desa, (3) pembangunan lingkungan desa dan (4) pemberdayaan masyarakat desa.
o Evaluasi peruntukan Dana Desa atau tujuan alokasi APBN Dana Desa pada
administrasi keuangan desa, administrasi keuangan dana desa (sumber Pasal 4 UU
6/2014, Pasal 26 PP 60/2014)
o Evaluasi konsistensi dengan Laporan Realisasi APBDesa dan Laporan SiLPA Desa.
o Bagian SiLPA Desa yang berasal dari sisa Realisasi Penggunaan Dana Desa, dan
bagian SiLPA yang bukan berasal dari dana desa.
o Belanja modal dibanding Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa (sumber hukum
Pasal 25 PP 60/2014), Laporan Pembangunan Desa (sumber hukum Pasal 87
Permendagri 114/2014) dan Laporan Kekayaan Milik Desa (sumber hukum
Permendagri 113/ 2014 Lampiran II)
6. Evaluasi konsistensi pelaporan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa Semesteran
(sumber hukum Pasal 25 PP 60/2014) dengan Laporan Realisasi APBDesa dan Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa.
7. Evaluasi Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi Penggunaan Dana Desa Tahunan
dari Bupati/walikota kepada menteri teknis, pimpinan lembaga nonkementerian terkait
dana desa, dan gubernur (sumber hukum Pasal 24 PP 60/2014).
8. Evaluasi laporan bupati/walikota berjudul Laporan Penundaan Alokasi Dana Desa
kepada Desa yang Terlambat Membuat Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa
Semesteran (sumber hukum Pasal 25 PP 60/2014).
9. Evaluasi tambahan aset desa berasal dari Dana Desa
o Tanah desa bersertifikat
o Bangunan milik desa seperti pasar, sekolah, tempat ibadah, lumbung desa berbukti
kepemilikan, dermaga atau tambatan perahu
o Inventaris kantor, inventaris poliklinik, inventaris pasar desa, inventaris pelelangan
desa
o Kendaraan, mobil, motor, kapal dan perahu
o Prasarana desa untuk kegiatan perekonomian desa, seperti waduk, saluran air sawah
dan budi daya ikan, jalan desa
o Aset lain, seperti sarana pembangkit listrik, sumur pompa listrik, penggilingan padi
o BUM Desa
o Bagian aset kerja sama dengan desa lain,seperti pasar antar-desa, lokasi pariwisata
bersama, BUM Antar Desa
10. Evaluasi 3 E penggunaan dana desa
o Meningkatkan pendapatan asli desa
o Meningkatkan kualitas hidup desa
o Dll
11. Evaluasi administrasi keuangan desa
o Peraturan Desa
 Perdes tentang APB Desa
 Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun
Anggaran tertentu
 Format Laporan kekayaan Milik desa
 Format Laporan program pemerintah dan pemda Masuk Desa
 Format Rancangan RAPBDesa
 Format Buku pembantu Kas Kegiatan
 Format Rencana Anggaran Biaya
 Format SPP
 Format Pernyataan Tanggung Jawab Belanja
 Format Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa
 Format Laporan Pembangunan desa
 Format Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa (LRA Desa)
 Format LRA
o Pedoman Desa
 Pedoman Pembukuan Desa (sumber Pasal 35 permendagri 113/2014)
 Format Buku Bank
 Format Buku Kas Umum
 Format Buku pembantu Kas
 Format Buku Kas pembantu Pajak
 Format SPP
 Format SPM
 Format perkiraan atau Kalkulasi Dimuka Biaya Proyek Pembangunan Tertentu
 Contoh Bukti Pungut Desa, Bukti Potong, Bukti Setor ke Kas Negara sebagai
Wapu Pajak
 Format dan bukti transaksi hibah, sumbangan, donasi diterima / diserahkan desa
 Format kerjasama desa dengan pihak luar desa
o Standar Desa
o Pedoman Administrasi keuangan Desa Pedoman Dukungan Pendanaan pemerintah
(Sumber Pasal 113 ayat a dabn b, UU 6/2014)
12. Desk audit dapat meminta berbagai informasi tersebut di atas melalui surat maya, lalu
auditor BPK melakukan field audit untuk
o Pengecekan realisasi sebenarnya pembangunan proyek desa
o Inventarisasi fisik kas, SiLPA, dan kondisi/kualitas dokumentasi keuangan
o Audit khusus yang dihasilkan oleh desk audit
o Audit investigasi

KESIMPULAN DAN PENUTUP


Hasil pembinaan sistem keuangan dan hasil audit dana desa menjadi dasar alokasi APBN
kepada desa untuk tahun tahun selanjutnya.
Desa yang tidak akuntabel menerima pelatihan sistem keuangan desa yang lebih intensif,
mungkin tidak mendapat alokasi dana desa untuk sementara.
BPK melakukan pengumuman hasil pemeriksaan dana desa triwulanan dan tahunan, mungkin
membuat kejuaraan Pertanggung Jawaban Dana Desa.
Diramalkan kegiatan pemeriksaan dana desa yang terbanyak adalah audit kepatuhan, karena
itu sebaiknya berbasis (1) sampling auditee, (2) audit program baku, (3) desk
audit.n Tertengarai bahwa sistem keuangan desa yang paling populer adalah Siskeudes yang
di susun oleh BPKP, namun compliance audit sesuai Siskeudes diramalkan terlampau berat
bagi sebagian besar desa. Disarankan audit kepatuhan terfokus pada kepatuhan ber APBN,
APBD dan tata anggaran desa, kepatuhan bukti penerimaan dana desa oleh pemerintah desa,
dan kepatuhan pengeluaran dana desa oleh pemerintah desa cq persyaratan SPM Desa. Audit
kepatuhan adalah dasar audit investigasi dan audit manajemen desa.
Sebaiknya dibuat konsensus nasional antara pemerintah dan BPK tentang sampling auditee ,
misalnya paling lambat tiap 1000 hari setiap desa mendapat layanan (service) audit kepatuhan
dari BPK. Konsensus nasional sampling audit lima tahun pertama, misalnya prioritas audit
kepatuhan BPK bagi desa yang telah memperoleh penyuluhan dan memiliki fasilitas
pendampingan, agar memberi dampak menyemangati (encourage) seluruh pemerintahan
desa.
Untuk lima tahun pertama, hanya desa yang lulus ujian sertifikasi administrasi keuangan
desa, yang akan memperoleh layanan audit kepatuhan. Setelah masa lima tahun tersebut,
BPK melakukan random sampling untuk audit kepatuhan terhadap 70.000 desa . Temuan
audit kepatuhan bernuansa KKN Desa diserahkan kepada Special Task Force – Audit
Investigasi BPK.
Program audit kepatuhan harus sederhana. Untuk audit kepatuhan, sebaiknya auditee
mendapat pemberitahuan untuk mempersiapkan data yang akan diperiksa. Auditee terpilih
karena desk audit tidak konklusif , sehingga perlu visitasi field auditor. Audit dana desa di
kantor pemerintah desa sebaiknya diupayakan selesai dalam tempo paling lama 2 jam.
Sebuah Tim Audit Kepatuhan BPK dapat meliput 3 sampai 5 desa berdekatan perhari kerja.
Audit sebaiknya dilakukan di Balai Desa, semacam sidang pengadilan terbuka, boleh dihadiri
berbagai kepala desa tetangga, Camat dan rakyat desa, untuk belajar.
Audit investigasi dana desa berdasar desk audit, field audit kapatuhan, dan informasi
(pengaduan) masuk BPK cq whistle blow kemungkinan KKN Dana Desa. Hanya
informasi valid yang ditindak lanjuti BPK. Auditor investigasi adalah special task force ,
tidak melakukan audit kepatuhan dan audit manajemen dipimpin auditama spesialis
investigasi. Terdapat kemungkinan audit investigasi bukan pada desa, namun investigasi
kabupaten atau propinsi yang membawahi desa tersebut.
Disarankan agar strategi audit kepatuhan tersusun dengan baik , karena akan membuat GCG
keuangan desa NKRI. Apabila mungkin, BPK menyerahkan kasus investigasi kepada KPK.
Audit 3 E dilakukan oleh Tim Khusus BPK yang akhli harga satuan bahan bangunan, teknik
menaksir biaya prasarana dan pengujian kualitas prasarana desa. Camat Kabupaten
bertanggungjawab sebagai Supervisor Proyek prasarana desa, terutama spesifikasi bangunan.
Bupati sebagai atasan Camat bertanggung jawab atas kinerja Camat.
Teknologi audit keuangan tak mampu menemukan segala defisiensi dana desa. Teknologi
pemeriksaan BKP tidak sepenuhnya dapat mengidentifikasi risiko kick back atau KKN,
risiko manipulasi anggaran desa oleh Kabupaten. Teknologi pemeriksaan BPK tidak
sepenuhnya dapat mengidentifikasi risiko suap atau kickback pemborong konstruksi
prasarana kepada pejabat kabupaten dan pejabat desa. Kelengkapan dokumen SPM Desa dan
uji kepatuhan tak dapat menutup lubang besar KKN tersebut.
KSAP sedang memfinalisasi Standar Akuntansi Pemerintah Desa, RPP Standar Akuntansi
Pemerintah Desa sedang disiapkan Pemerintah NKRI. Pernyataan Standar sudah
dipertimbangkan, dikoreksi dan direstui secara resmi oleh BPK, Kerangka Konseptual
Standar Akuntansi Desa belum selesai dibahas. Pemerintah Pusat mengubah luas tugas
KSAP, mencakupi Standar Akuntansi Desa. Standar Akuntansi Desa setara dengan SAP bagi
Pemerintah Pusat Dan pemda NKRI. Dimasa depan nan dekat, basis pemeriksaan BPK
adalah Standar Akuntansi Pemerintah Desa.
Inilah gambaran utopia, bahwa ujung tombak NKRI modern adalah 72.000 desa produktif,
terhubung tol laut dan tol darat. Infrastruktur kabupaten dan desa harus terhubung dengan tol,
maka alokasi APBN bagi Desa terutama adalah untuk infratsruktur desa tersebut dan
pemberdayaan masyarakat desa. Perekonomian domestik Indonesia Baru adalah tentang
PAD desa, lalu lintas barang dari desa ke pasar, dan sebaliknya. Swasembada pangan
terutama beras, sayur dan buah, daging , ikan dan telur bertumpu pada desa. Kesejahteraan
desa, PAD , PDB Desa akan menjadi tolok ukur sukses perekonomian NKRI baru. BPK
melakukan pemeriksaan dana desa agar NKRI mencapai cita cita tersebut di atas.

Anda mungkin juga menyukai