Anda di halaman 1dari 6

Nama.

: Wulan Suci Ayu Kurnia

NPM : 20130310107

Resume : ASPEK HUKUM DAN ASPEK KEUANGAN DANA DESA

Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan
pendapatan,belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang
baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1 (satu) tahun anggaran, terhitung
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik‐praktik pemerintahan yang baik.


Asas‐asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor
113 Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan
disiplin anggaran. Uraiannya sebagai berikut:

1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui


dan mendapat akses informasi seluas‐luasnya tentang keuangan desa. Asas yang
membukadiri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan
ketentuan peraturan perundang‐undangan;

2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggung‐jawabkan pengelolaan


dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang‐ undangan;

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan kelembagaan


desa dan unsur masyarakat desa;

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan
atau pedoman yang melandasinya.

Beberapa disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa yaitu:

Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;

Pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam


jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atas
tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APB Desa/Perubahan APB Desa;

Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam tahun anggaran yang


bersangkutan harus dimasukan dalam APB Desa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa.

Pemerintah desa wajib menyelenggarakan pengelolaan keuangan dengan tertib dan sesuai
dengan ketentuan. Oleh karenanya pemerintah desa perlu menyusun berbagai peraturan di
tingkat desa dalam bentuk peraturan desa. Amanat dari regulasi untuk menyusun Peraturan
Desa adalah sebagai berikut:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6


Tahun 2014 Pasal 73;

b. RPJM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79;

c. RKP Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 79; PP Nomor
43 Tahun 2014 Pasal 58 dan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 Pasal 29;

d. Pendirian BUM Desa, sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 88;
PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 132;

e. Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala Desa,
sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 37;

f. Pengelolaan Kekayaan Milik Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun

2014 Pasal 110;


g. Perencanaan, Pemanfaatan, dan Pendayagunaan Aset Desa dan Tata Ruang Dalam
Pembangunan Kawasan Perdesaan, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun
2014 Pasal 125;

h. Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP


Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 150;

i. Pembentukan Lembaga Adat Desa, sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun


2014 Pasal 152;

j. Pembentukan Dana Cadangan, sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri Nomor 113


Tahun 2014 Pasal 19; dan

k. Pelestarian dan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Pembangunan Desa, sebagaimana


diamanatkan dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 83.

APB Desa dibahas bersama dengan BPD dalam musyawarah desa untuk selanjutnya
ditetapkan dalam Peraturan Desa paling lambat 31 Desember tahun berjalan setelah
dievaluasi oleh bupati/walikota. Bupati/walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan
Peraturan Desa tentang APB Desa kepada camat. Semua pendapatan dan belanja
dianggarkan dalam APB Desa. Seluruh pendapatan dan belanja dianggarkan secara bruto.
Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta berdasarkan
ketentuan perundangan yang berlaku. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan
dasar hukum yang melandasinya. APB Desa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali perubahan
dalam 1 (satu) tahun anggaran. Mekanisme perubahan APB Desa adalah sama dengan
mekanisme penetapan APB Desa.

Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
desa. Pendapatan desa sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari:

a. Pendapatan Asli Desa;

b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa);

c. Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota;

d. Alokasi Dana Desa;

e. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota;

f. Hibah dan Sumbangan yang Tidak Mengikat dari Pihak Ketiga;

g. Lain‐lain Pendapatan Desa yang Sah.

Pendapatan Desa tersebut jika diklasifikasikan menurut kelompok terdiri dari:


Pendapatan Asli Desa (PA Desa)

Transfer

Pendapatan Lain‐Lain

Perkembangan Besaran Dana Desa

Sebagaimana tercantum dalam PP 22 Tahun 2015, pada pasal 30 A dinyatakan pengalokasian


anggaran Dana Desa dalam APBN dilakukan secara bertahap, yang dilaksanakan sebagai
berikut:

a. Tahun Anggaran 2015 paling sedikit sebesar 3% (tiga per seratus);

b. Tahun Anggaran 2016 paling sedikit sebesar 6% (enam per seratus); dan

c. Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya sebesar 10% (sepuluh per seratus), dari anggaran
Transfer ke Daerah. Dana Desa Tahun 2015 telah disalurkan dalam APBN‐P 2015 sebesar
Rp20,776 Triliyun atau ± 280 juta per desa, sedangkan di tahun 2016 telah ditetapkan dalam
APBN 2016 sebesar Rp 46,982 Triliyun atau ± Rp628,5 juta per desa. Untuk tahun 2017,
direncanakan dalam R‐APBN 2017 sebesar Rp 60 triliyun atau diprediksi setiap desa di tahun
2017 mendapat rata‐rata ± Rp800 juta. Dana Desa setiap tahun akan cenderung meningkat
seiring dengan meningkatnya anggaran Transfer ke daerah walaupun proporsinya tetap 10%
(on top).

Berkaitan dengan kewenangan pengelolaan dana Desa diatur dalam Pasal 71 ayat (1) UU No. 6
Tahun 2014 tentang Desa, yakni semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa. Pasal 71 Ayat (2) Hak dan kewajiban menimbulkan pendapatan,
belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa. Siklus pengelolaam keuangan desa
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban,
dengan periodisasi 1 (satu) anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.

Sumber pendapatan desa dapat dilihat di dalam Pasal 1 ayat (8) dan (9) Peraturan Pemerintah
No. 47 Tahun 2015 Tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang
peraturan pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, yaitu berasal dari Dana Desa (DD)
yaitu dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukan
bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota
dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pasal 1 ayat (9) Kegiatan
pengelolaan keuangan desa yang baik tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia
(SDM) yang kompeten dan berkualitas serta sistem dan prosedur keuangan yang memadai.
Dari beberapa kunjungan penelitian ke beberapa desa di Jawa Barat, misalnya di Desa
Kanangasari Kab. Bandung Barat ditemukan bahwa latar belakang pendidikan dari seorang
bendahara desa hanya tamatan SMA. Keahlian mengenai perbendaharaan diperoleh secara
otodidak dan berbagai pelatihan yang diselenggarakan kecamatan, padahal tuntutan
pemerintah terkait pengelolaan keuangan negara, seharusnya dipegang oleh SDM yang
tersertifikasi di bidangnya. Sebagaimana hasil wawancara kami di Kejaksaan Negeri Garut
bersama Jaksa Dikdik, S.H, dimana dari beberapa kasus yang ditanganinya baik yang masih
dalam proses maupun sudah putusan pengadilan. Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang
dilakukan oleh Kepala Desa dan aparat desa lainnya disebabkan oleh keterbatasan kualitas
SDM di desa untuk mengelola dana desa dengan baik sesuai dengan aturan atau sistem dan
prosedur keuangan yang memadai. Berdasarkan hasil wawancara kami bersama Penyidik
tipikor Polda Jawa Barat Iptu Tantan Sutanto, S.H modus kepala desa yang menjadi pelaku
tindak pidana korupsi dana desa diantaranya adalah terkait pemotongan honorarium,
penggelembungan harga, Rencana Anggaran Belanja (RAB) palsu, SDM bermasalah yang
bekerja tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), tidak singkronnya
pertanggungjawaban keuangan dengan pelaksanaan di lapangan. Hal ini menjadi tantangan
guna menjadi perbaikan-perbaikan sistem pengelolaan keuangan desa ke depannya.

Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. Asas-asas


Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri No. 113 Tahun 2014
yaitu transaparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran,
dengan uraian sebagai berikut.
Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa. Asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Akuntabel, yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan


pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas akuntabel yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintah desa yang mengikutsertakan kelembagaan


desa dan unsur masyarakat desa

Tertib dan disiplin yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau
pedoman yang melandasinya

Anda mungkin juga menyukai