Anda di halaman 1dari 22

RPS 15

PENGELOLAAN DANA DESA DAN MENYUSUN LAPORAN


KEUANGAN DANA DESA

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik


Dosen Pengampu : Dr. Dra. Gayatri., M.Si., Ak., CA., ACPA

Disusun Oleh : Kelompok 2


Nama Anggota Kelompok :
NI Made Indah Parama Dewanti (1907531014)
Ni Ketut Ari Widyati (1907531022)
Putu Bernika Saraswati (1907531025)
Lorita Gwee (1907531026)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2020
1. 1 Regulasi Pengelolaan Keuangan Dana Desa

Terdapat beberapa regulasi yang mengatur keuangan dana desa, diantaranya:


a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa
Perubahan Pengelolaan Keuangan Desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang
ditandatangani Menteri Dalam Negeri Thahjo Kumolo pada tanggal 11 April 2018
dan mulai berlaku sejak tanggal diundangkannya Permendagri Nomor 20 Tahun 2018
pada tanggal 8 Mei 2018 oleh Dirjen PP Kemenkumham Widodo Ekatjahjana.
Permendagri 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa ditebitkan
dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 106 Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang–Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang–Undang Nomor 6 tahun 2014
tentang Desa, perlu membentuk Peraturan Menteri tentang Pengelolaan Keuangan
Desa. Landasan terbitnya Permendagri 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa adalah dengan mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539), sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5558), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5864);
b. PP 8 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
PP 8 tahun 2016 tentang 8 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
dilaterbelakangi bahwa pelaksanaan penyaluran, pelaporan, serta pemantauan dan
evaluasi Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
perlu menyesuaikan dan menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2014 teniang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara agar
pengelolaan Da.na Desa lebih efektif dan efisien.
PP 8 tahun 2016 tentang 8 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
memiliki maksud untuk mendorong kinerja penyaluran dan penggunaan Dana Desa
yang telah disalurkan tersebut, mekanisme pelaporan Dana Desa baik dari Desa ke
kabupaten/kota maupun dari kabupaten/kota ke Pemerintah akan lebih dipertajam
sehingga pelaporan tersebut dibuat sejalan dengan penyaluran Dana Desa.
PP 8 tahun 2016 tentang 8 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN
juga mengatur mengenai Sisa Dana Desa baik di RKUD maupun RKD. Pengaturan
Sisa Dana Desa, khususnya di RKUD, dimaksudkan agar Sisa Dana Desa dapat
digunakan lebih fleksibel tanpa harus melalui perubahan APBD.
1. 2 Siklus Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan
Desa.

Adapun 5 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa, sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencanaan penerimaan dan


pengeluaran pemerintah desa pada tahun anggaran berkenan yang dianggarankan dalam
APB Desa.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran


Desa yang dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk Bupati/Wali
Kota. Rekening kas Desa dibuat oleh Pemerintah Desa dengan spesimen tanda tangan
kepala Desa dan Kaur Keuangan. Dalam kondisi Desa yang belum memiliki pelayanan
perbankan di wilayahnya, rekening kas Desa dibuka di wilayah terdekat.

3. Penatausahaan

Penatausahaan keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi


kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan
pengeluaran dalam buka kas umum (BKU) yang ditutup setiap akhir bulan. Dalam
penatausahaan keuagan, Kau Keuangan Desa diwajibkan membuat Buku Pembantu Kas
Umum yang terdiri dari:

a. Buku pembantu bank merupakan buku catatan penerimaan dan pengeluaran melalui
rekening kas Desa.
b. Buku pembantu pajak merupakan buku catatan penerimaan potongan pajak dan
pengeluaran setoran pajak, dan
c. Buku pembantu panjar merupakan catatan pemberian dan pertanggungjawaban uang
panjar.

4. Pelaporan

Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksana APBDes semester pertama kepada


Bupati/Walikota melalui camat, yang terdiri dari laporan pelaksanaan APBDes dan
laporan realisasi kegiatan. Kepala Desa menyusun laporan dengan cara menggabungkan
seluruh laporan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun berjalan. 

5. Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah


akhir tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa
disertai dengan laporan keuangan, laporan realisasi dan daftar program sektoral, program
daerah dan program lainnya yang masuk ke Desa. Laporan pertanggungjawaban
merupakan bagian dari laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun
anggaran. Selain laporan pertanggungjawaban kepada Bupati/Walikota, pemerintah Desa
berkewajiban menginformasikan kepada masyarakat melalui media informasi. Adapun
informasi kepada masyarakat paling sedikit harus memuat laporan realisasi APBDesa,
laporan realisasi kegiatan, laporan kegiatan yang belum selesai dan/atau tidak
terlaksanan, laporan sisa anggaran dan alamat pengaduan.

1. 3 Asas Pengelolaan Keuangan Desa


Asas pengelolaan keuangan desa adalah nilai-nilai yang menjiwai Pengelolaan
Keuangan Desa. Asas dimaksud melahirkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan harus
tercermin dalam setiap tindakan Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dan prinsip tidak
berguna bila tidak terwujud dalam tindakan. Sesuai Permendagri No. 113 Tahun 2014,
Keuangan Desa dikelola berdasarkan 4 asas-asas utama, yaitu:
a. Keuangan Desa yang Transparan. 
Makna transparan yaitu segala pengelolaan uang desa tidak secara tersembunyi
atau dirahasiakan dari masyarakat, dan sesuai dengan kaedah-kaedah hukum atau
peraturan yang berlaku.
Dengan adanya transparansi, semua uang desa dapat diketahui dan diawasi oleh
pihak lain yang berwenang. Dengan adanya keterbukaan informasi tentang
pengelolaan keuangan desa, pemerintah desa akan mendapatkan legitimasi
masyarakat dan kepercayaan publik.
b. Keuangan Desa yang Akuntabel
Akuntabel mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja
pemerintah/lembaga dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan akan
pertanggungjawaban. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan dan penggunaan
anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses
perencanaan hingga pertanggungjawaban.
c. Keuangan Desa yang Partisipasif
Makna partisipatif adalah setiap tindakan yang dilakukan harus mengikutsertakan
keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Sehingga semua dana
desa dapat ditetapkan berdasarkan kebutuhan warga, bukan keinginan dari
pemerintah desa bersama elit-elit desa. Sehingga, semua hak-hak masyarakat desa
dapat terpenuhi dengan sendirinya akan tumbuh rasa memiliki dan keswadayaan
masyarakat dalam pembangunan desa.
d. Keuangan Desa yang Tertib dan Disiplin Anggaran
Seluruh anggaran desa harus dilaksanakan secara konsisten, dan dilakukan
percatatan atas penggunaannya yang sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan di
desa. Dalam perwujudan keuangan desa yang tertib dan disiplin anggaran, maka
pengelolaan dana desa harus taat hukum, harus tepat waktu, harus tepat jumlah,
dan sesuai dengan prosedur yang ada. Tujuannya untuk menghindari
penyimpangan, dan meningkatkan profesionalitas pengelolaanya.
1. 4 Struktur Pemerintah Desa
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa.
Kepala desa tersebut dipilih langsung oleh masyarakatnya dengan masa jabatan selama 6
(enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali pada masa jabatan
berikutnya. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa dibantu oleh sekertaris desa dan
beberapa perangkat desa. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dijelaskan bahwa, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dibentuk Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Badan ini berfungsi sebagai legislatif yang melakukan
pengawasan terhadap kinerja kepala desa dan menetapkan peraturanperaturan bersama
kepala desa. Selain itu, BPD juga berfungsi Di desa juga dibentuk lembaga
kemasyarakatan yang bertugas membantu pemerintah desa dan memperdayakan
masyarakat desa. Lembaga ini dibentuk melalui penetapan Peraturan Desa (Perdes) yang
berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Contoh lembaga kemasyarakatan
yakni, Lembaga Keamanan Masyarakat Desa (LKMD), Pertahanan Sipil (Hansip), PKK,
dan Karang Taruna.menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melindungi
berbagai nilai dan adat-istiadat yang ada pada masyarakat.

1. 5 Perencanaan Pembangunan Desa (RPJM, RKP)


RPJM-Desa adalah Rencana Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu enam
tahun. Sedangkan RKP-Desa adalah Rencana Pembangunan Tahunan Desa yang
kemudian disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah Desa untuk jangka waktu satu
tahun. Baik RPJM-Desa maupun RKP-Desa, keduanya ditetapkan dengan Peraturan
Desa. Peraturan Desa tentang RPJM-Desa & RKP-Desa merupakan satu-satunya
dokumen perencanaan di Desa yang kemudian menjadi dasar pedoman dalam
penyusunan APB-Desa. Untuk RPJM-Desa ditetapkan maksimal 3 bulan setelah kepala
Desa dilantik. Sedangkan RKP-Desa disusun oleh Pemerintah desa mulai bulan Juli
ditetapkan maksimal akhir bulan September tahun berjalan.

Tahapan dalam pembentukan RPJM-Desa :

1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM-Desa


Ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa, terdiri dari Pembina adalah kepala
Desa, Ketua adalah Sekretaris Desa, Sekretaris adalah Ketua LPMD, Anggota adalah
LPMD, KPMD dan masyarakat. Jumlah Tim antara 7-11 orang dengan mengikutsertakan
perempuan.

2. Penyelarasan Arah Kebijakan Kabupaten/Kota

Penyelarasan ini dalam rangka desa mendapatkan informasi terkait dengan kebijakan
kabupaten/kota yang diantaranya meliputi:

a.    RPJMD Kab/kota

b.    Renstra SKPD

c.    Rencana Umum Tata Ruang Wilayah kab/kota

d.    Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah kab/kota

e.    Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan

3. Pengkajian Keadaan Desa

Dalam pengkajian keadaan desa ada 3 sub kegiatan diantaranya meliputi:

a.    Penyelarasan data Desa

Dilakukan dengan cara 1). mengambil data desa terkait dengan SDA, SDM dan Sumber
Daya Pembangunan, 2). Perbandingan data Desa dengan kondisi terkini.

b.    Penggalian gagasan masyarakat melalui Musyawarah Dusun

Dilakukan untuk menemukenali potensi dan peluang pendayagunaan sumber daya Desa,
dan masalah yang dihadapi Desa. Metode yang digunakan adalah FGD. Alat yang dipakai
adalah Sketsa Desa, Kalender Musim dan Bagan Kelembagaan.

c.    Laporan hasil pengkajian keadaan Desa

Laporan hasil pengkajian keadaan desa diserahkan kepada Kepala Desa yang selanjutnya
diserahkan kepada BPD dalam rangka penyusunan RPJM-Desa melalui Musyawarah
Desa.
4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa

Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD dengan materi pembahasan sebagai


berikut:

a.    Laporan hasil pengkajian keadaan Desa

b.    Prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun

c.    Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan Desa

d.    Rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat Desa,
unsur masyarakat Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa dengan pihak
ketiga.

5. Penyusunan Rancangan RPJM-Desa


6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa
7. Penyempurnaan dan Penetapan Rancangan RPJM-Desa

Tahapan penyusunan RKP Desa :

1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa


2. Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa
3. Pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke
Desa
4. Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
5. Penyusunan rancangan RKP Desa
6. Penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa
7. Penetapan RKP Desa
8. Perubahan RKP Desa
9. Pengajuan daftar usulan RKP Desa
1. 6 Penganggaran Keuangan Desa
Proses perencanaan dan penganggaran keuangan Desa tak dapat dipisahkan satu
sama lain. Keduanya merupakan sebuah rangkaian proses yang terintegrasi
sehingga output dari perencanaan keuangan adalah penganggaran. Ini merupakan bagian
penting dari perencanaan arah dan kebijakan pembangunan desa tahunan dan rencana
anggaran tahunan. Pada hakikatnya hal ini merupakan perencanaan instrumen kebijakan
publik sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Karena itulah
perencanaan anggaran/penyusunan anggaran menjadi hal yang mendasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Terdapat 3 tahapan dalam penganggaran keuangan
desa, diantaranya :
1. Tahap Persiapan Anggaran, dimana dilakukan taksiran atau perkiraan pengeluaran
atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Dalam tahap ini, hal penting yang perlu
diperhatikan adalah akurasi perkiraan. Artinya, sebelum taksiran pengeluaran
disetujui, terlebih dulu harus dilakukan penaksiran pendapatan dengan akurat.
2. Tahap Pelaksanaan Anggaran. Setelah APBDes disetujui, pemerintah desa memasuki
tahap pelaksanaan anggaran. Ini merupakan tahap yang sangat penting. Dalam tahap
ini, pemerintah desa harus memperhatikan pentingnya memiliki sistem informasi
akuntansi dan pengendalian manajemen yang baik agar memudahkan pelaksanaan
serta transparansi anggaran.
3. Tahap Pelaporan Dan Evaluasi. Dalam tahap persiapan dan pelaksanaan anggaran,
pemerintah desa berurusan dengan aspek operasional anggaran sedangkan dalam
tahap pelaporan dan evaluasi lebih banyak terkait dengan aspek akuntabilitas. Dengan
menerapkan ketiga tahap tersebut, APBDesa akan lebih sistematis dalam
mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah sekaligus menjadi landasan bagi
upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah Desa untuk suatu
periode tertentu.

1. 7 Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa


Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah
tahap Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB,
pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan di
lapangan. Hal yang juga sangat penting untuk dipahami dengan tepat dan benar
adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing pelaku (Pengelola). Tulisan kali ini
akan memaparkan secara rinci topik tersebut.
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan untuk
melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan dalam APBDesa. Kegiatan
pokok dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah menjadi dua, yaitu:

1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 

2) Pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan


Keuangan Desa, adalah:

- Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014).
- Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah (pasal 24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).
- Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum
rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa(pasal 26
ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014). Pengecualian untuk belanja pegawai yang
bersifat mengikat dan operasional kantor yang sebelumnya telah ditetapkan dalam
Peraturan Kepala Desa.
A. Tugas dan Tanggungjawab Pelaku Keuangan Desa

Unsur Pengelola Tugas dan Tanggungjawab

Kepala Seksi (Kasi)       Meyusun RAB - Rencana Anggaran Biaya.

      Mengajukan SPP

      Memfasilitasi pengadaan Barang dan Jasa

      Mengerjakan Buku Kas Pembantu Kegiatan

Sekretaris Desa       Memverifikasi RAB

      Memverifikasi persyaratan pengajuan SPP

Kepala Desa       Mengesahkan RAB

      Menyetujui SPP

Bendahara       Melakukan pembayaran/pengeluaran uang dari kas Desa

      Mencatat transaksi dan menyusun Buku Kas Umum


      Mendokumentasikan bukti bukti pengeluaran

B. Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan


Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi:
1. Penyusunan RAB
Sebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar harga
barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Standar
harga dimaksud diperoleh melalui survei harga di lokasi setempat (desa atau kecamatan
setempat). Dalam hal atau kondisi tertentu, standar harga untuk barang dan jasa
(tertentu) dapat menggunakan standar harga barang/jasa yang ditetapkan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Adapun prosedur dan tatacara penyusunan RAB adalah sebagai
berikut:
- Pelaksana Kegiatan (Kepala Seksi) menyiapkan RAB untuk semua rencana kegiatan;
- Sekretaris Desa memverifikasi RAB dimaksud;
- Kepala Seksi mengajukan RAB yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa;
- Kepala Desa menyetujui dan mensahkan Rencana Anggaran Biaya Kegiatan (RAB).

2. Pengadaan barang dan jasa


Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis
pengerjaan kegiatan di lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan)
memproses/memfasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa guna menyediakan barang/jasa
sesuai kebutuhan suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang dilakukan secara
swakelola maupun oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa dimaksud bertujuan
untuk dan menjamin:
- Penggunaan anggaran secara efisien efisien
- Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan
- Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah, tepat waktu, dan
sesuai spesifikasi)
- Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa
- Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama yang berada
di desa setempat untuk berpartisipasi
Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-prinsip
efisien, efektif, transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, dan akuntabel
serta sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan
agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat berjalan sesuai dengan tata kelola
pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat yang optimal bagi pembangunan
desa.
Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang dan jasa
yang tersedia atau dapat disediakan di desa setempat, mengandung maksud untuk
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi lolal/desa. Dengan demikian, memberikan
dampak yang nyata bagi perkembangan eknomi masyarakat desa. Namun, proses
pengadaan itu harus tetap berdasar pada ketentuan dan mekanisme yang ditetapkan
dalam peraturan.
3. Pengajuan SPP
Selanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan mengajukan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
- Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat Permintaan
- Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa dilengkapi dengan Pernyataan Tanggung
Jawab Belanja dan Bukti Transaksi.
- Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya.
- Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada Kepala
Desa.
- Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan pembayaran.
4. Pembayaran
Prosedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:
- Kepala Seksi menyerahkan dokumen SPP yang telah disetujui/disahkan Kepala
Desa.
- Bendahara melakukan pembayaran sesuai SPP.
- Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang terjadi.
5. Pengerjaan buku kas pembantu kegiatan
Kepala Seksi/Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan
mempergunakan Buku Kas Pembantu kegiatan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan didesa. Buku Kas Pembantu Kegiatan ini berfungsi untuk
mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan.

1. 8 Pelaporan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Pengelolaan Keuangan


Desa
Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam
siklus Pengelolaan Keuangan Desa. Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan
dengan Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa ini
mencakup: pengertian dan makna laporan pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan
tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban. Selain itu perlu dihayati bahwa
pada hakikatnya laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa adalah
pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat/rakyat desa atas pengelolaan uang dan
kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.

Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin


akuntabiltas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan dalam
asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas Akuntabel). Hakikat dari pelaporan ini
adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai
aspek: hukum, administrasi, maupun moral. Dengan demikian, pelaporan pengelolaan
keuangan desa menjadi kewajiban Pemerintah Desa sebagai bagian tak terpisahkan
dari penyelengaraan pemerintahan desa.

Fungsi Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:

a. Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan


b. Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh,
keberhasilan, dan sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan

Prinsip Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa


Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan
ini, antara lain:

a. Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.


b. Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis).
c. Ringkas dan jelas.
d. Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam Permendagri.

Tahap, dan Prosedur Penyampaian Laporan

Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah


penyampaian laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa secara tertulis oleh Kepala Desa
(Pemerintah Desa) kepada Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan yang dipilah dalam dua tahap:

a. Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota


paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.
b. Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Dokumen Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa

Dokumen laporan yang disampaikan adalah :

a. Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk Laporan Semester I


b. Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir

Laporan Pertanggungjawaban

Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi


pelaksanaan APBDesa yang disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
setelah tahun anggaran berakhir pada 31 Desember setiap tahun. Laporan
pertanggungjawaban ini harus dilakukan oleh Kepala Desa paling lambat pada akhir
bulan Januari tahun berikutnya.
Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan
menyertakan lampiran:
a. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang
ditetapkan,

b. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan

c. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa.

Pertanggungjawaban Kepada Masyarakat

Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang


merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), maka
pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah yang berwenang,
tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat, baik langsung maupun tidak
langsung.
Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan melalui
Musyawarah Desa sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang dihadiri
BPD dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan pertanggungjawaban
juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana komunikasi dan informasi: papan
Informasi Desa, website resmi pemerintah kabupaten atau bahkan desa.

Penyampaian Informasi Laporan Kepada Masyarakat

Ditegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal itu
berarti dalam pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas bagi peran
aktif masyarakat. Sejauh yang ditetapkan dalam Permendagri, Laporan realisasi dan
laporan pertanggungjawaban realisasi/pelaksanaan APBDesa wajib diinformasikan
secara tertulis kepada masyarakat dengan menggunakan media yang mudah diakses
oleh masyarakat.

Maksud pokok dari penginformasian itu adalah agar seluas mungkin


masyarakat yang mengetahui berbagai hal terkait dengan kebijakan dan realisasi
pelaksanaan APBDesa. Dengan demikian, masyarakat dapat memberikan masukan,
saran, koreksi terhadap pemerintah desa, baik yang berkenaan dengan APBDesa yang
telah maupun yang akan dilaksanakan.

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaporan dan Pertanggungjawaban


Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan
Pertanggungjawaban adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: hukum, administrasi, maupun moral. Hal
itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa diwujudkan secara
baik dan benar.

1. 9 Laporan Keuangan melalui Sistem Keuangan Desa (SISKEU-DES)


Pengembangan aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes) mengharapkan desa-desa
di seluruh Indonesia untuk dapat menerapkan aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes)
guna mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan yang tidak diinginkan. Perbedaaan yang
mendasar antara sistem lama/manual dengan sistem keuangan desa (Siskeudes) yaitu jika
pada sistem manual masih terpisah-pisah dalam pelaporannya. Sedangkan untuk sistem yang
baru (Siskeudes) dapat dilakukan dengan sekali kerja sudah banyak laporan yang muncul,
tetapi tetap dalam penginputannya juga dilakukan beberapa kali.

Data-data yang diinput dalam Siskeudes yaitu:

a. Profil Desa
b. Penganggaran
c. Penatausahaan
d. Laporan Keuangan Desa

Penerapan sistem keuangan desa (Siskeudes) ini tentu memiliki kelebihan dan
kelemahan. Adapun kelebihan dari sistem keuangan desa (Siskeudes) ini yaitu (1) sesuai
peraturan, (2) memudahkan tata kelola keuangan desa, (3) kemudahan penggunaan aplikasi,
(4) dilengkapi dengan sistem pengendalian intern (Built-in Internal Control), (5) didukung
dengan petunjuk pelaksanaan implementasi dan manual aplikasi. Disamping kelebihan
tersebut, kelemahan dari sistem keuangan desa (Siskeudes) ini yaitu sulitnya memahami
penggunaan aplikasi ini karena aplikasi yang masih baru diterapkan sehingga para pegawai
sulit untuk mengaplikasikannya. Selain itu kuranganya pelatihan penggunaan sistem
keuangan desa (Siskeudes) yang diberikan bagi para pegawai.

Proses penginputan dalam sistem keuangan desa (Siskeudes) dilakukan sekali sesuai
dengan transaksi yang ada dan dapat menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan
dan laporanlaporan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam proses
pelaksanaannya, sebelum menginput data ke dalam aplikasi siskeudes, desa harus
menetapkan RAB (Rancangan Anggaran Biaya) yang telah diseseuaikan sebelumnya dengan
yang tertera dalam sistem. RAB (Rancangan Anggaran Biaya) yang akan diinput tersebut
merupakan rancangan yang akan digunakan untuk tahun berikutnya.

Aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes) ini harus disesuaikan dulu dengan apa
yang ada pada sistem. Jika RAB tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada dalam sistem,
maka sistem tidak dapat menginput data. Tentunya hal ini juga dapat membantu para pegawai
dalam bekerja, dimana pegawai akan dituntut untuk bekerja dengan aturan yang telah
ditentukan sehingga hasil kerjanya juga akan semakin baik. Selain RAB terdapat beberapa
dokumen yang diinput dalam sistem keuangan desa (Siskeudes) yaitu dokumen
penatausahaan, bukti penerimaan, Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Setoran Pajak
(SSP), laporan penganggaran (Perdes APBDesa, APBDesa per sumber dana), serta laporan
penatausahaan (Buku kas umum, Buku bank, Buku pajak, Buku Pembantu, dan Register).
Laporanlaporan yang akan diinput ke sistem, sebelumnya akan dibuat oleh pegawai yang
bertugas yang telah dibagi ke bidang masing-masing. Setelah pegawai desa membuat
rancangan laporan yang sesuai dan telah mendapat persetujuan selanjutnya akan diberikan
kepada operator untuk diinput ke sistem. Pernyataan diatas dapat diperkuat juga dari hasil
observasi yang diperoleh di lokasi penelitian.

Sesuai dengan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018, Kepala Desa menyusun laporan


pelaksanaan APBDesa Semester Pertama kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Selain itu,
Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APB Desa setiap akhir Tahun
Anggaran.Laporan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Desa yang disertai dengan Laporan
Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi APBDesa dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Pada aplikasi Siskeudes terdapat modul untuk menyajikan laporan-laporan tersebut, yaitu:

1. Laporan Realisasi Anggaran dihasilkan melalui modul penatausahaan dengan jurnal


otomatis dari dalam sistem aplikasi.
2. Menu Saldo Awal digunakan untuk mencatat saldo aset dan kewajiban dalam rangka
menghasilkan Laporan Kekayaan Milik Desa/Laporan Aset Desa yang diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
3. Menu Penyesuaian digunakan untuk mencatat perubahan aset dalam tahun berjalan.
4. Menu Penyesuaian digunakan juga untuk melakukan koreksi pendapatan dan belanja
yang sudah dicatat secara definitif.

a. Saldo Awal

Menu saldo awal digunakan untuk mencatat aset desa dengan bagan akun yang
sederhana. Dalam menginput Saldo awal agar memperhatikan data aset yang
dicatat/diadministrasikan di desa.Sebelum menginput saldo awal aset pada bagan akun
sederhana, setiap desa agar melakukan inventarisasi aset desa dan mengelompokkan hasil
inventarisasi dalam rekening yang sudah ditetapkan.

Contoh:

1. Rekening Peralatan Kantor senilai Rp. xxx.xxx,xx terdiri dari :


Mesin Ketik, Mesin Hitung, Kalkulator, Mesin Stensil. Meja Kerja, Meja Rapat,
Kursi Kerja, Peralatan Kantor Lainnya
2. Rekening Peralatan Rumah Tangga Rp xxx.xxx.xxx,xx terdiri dari:
Kompor, Pemanas Air, TV, Kulkas, Lain-lain
3. Rekening Peralatan Komputer Rp xxx.xxx.xxx,xx terdiri dari:
Komputer PC, Komputer Laptop, Printer, Jaringan Komputer, Modem, Lain-lain

Rincian aset tersebut dibuat dalam kertas kerja tersendiri. Untuk mengisikan daftar aset
tersebut buka menu Data Entri >> Pembukuan >> Saldo Awal

b. Penyesuaian

Menu penyesuaian digunakan untuk mencatat mutasi penambahan atau


pengurangan aset dalam tahun berjalan, penyesuaian Laporan Aset Desa. Menu ini juga
digunakan untuk menyesuaikan pendapatan dan belanja yang sudah bersifat definitif,
penyesuaian Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Buka menu Data Entri >> Pembukuan >> Penyesuaian 

Penyesuaian dan penambahan aset akan ditambahkan dalam laporan keuangan


apabila telah di-Posting.

c. Laporan Pembukuan
Menu Laporan Pembukuan digunakan untuk mencetak laporan keuangan yang
harus disajikan oleh pemerintah desa, meliputi:

- Laporan Realisasi Anggaran Desa;


- Laporan Realisasi Anggaran Desa per Kegiatan;
- Laporan Realisasi Anggaran Desa Periodik (bulanan, triwulanan dan semesteran);
- Laporan Kekayaan Milik Desa;
- Laporan Realisasi Anggaran per Sumber Dana;
- Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa;
- Laporan Penyerapan Dana Desa PMK 225.
2 Perangkat Desa Korupsi Dana Desa, Rugikan Negara Ratusan Juta

Jajaran Polres Klaten menangani dua kasus tindak pidana korupsi (tipikor) dana desa. Yakni
ST, bendahara salah satu desa di Kecamatan Jogonalan dan NW, mantan kapala desa (kades) di
Kecamatan Klaten Selatan. Kasus yang menyeret ST bermula dari proyek pembangunan gedung
pertemuan. Menelan anggaran Rp 500 juta, dan sudah turun Rp 250 juta. Akibat perbuatan ST,
menyebabkan kerugian negara sekitar Rp 347 juta.

“Digunakan ST untuk keperluan pribadinya. Hasil penyelidikan, pelaku tak hanya menikmati
uang Rp 250 juta saja. Tetapi juga anggaran lainnya. Seperti pengadaan kursi yang tidak sesuai
nominal. Juga penerimaan pajak yang sudah dipungut, tetapi tidak disetorkan ke kas negara,”
terang Kasat Reskrim Polres Klaten AKP Andriyansyah Rithas Hasibuan. ST juga menilep pajak
pertambahan nilai (PPN) dana desa tahap III di 2018. Hasil penyidikan, menetapkan ST sebagai
tersangka, bulan ini. Namun, dia tidak ditahan. Mengingat yang bersangkutan selalu kooperatif
terhadap kepolisian selama proses penyidikan.

“Pelaku sudah mengembalikan kerugian negara Rp 250 juta. Tetapi kan masih ada kerugian
lainnya sekitar Rp 97 juta yang belum dikembalikan,” imbuh Andriyansyah. ST diketahui ikut
mencalonkan diri sebagai kades. Tetapi gagal saat pencoblosan. “Kami meminta keterangan
sejumlah saksi. Mulai dari perangkat desa hingga tim pengelola kegiatan (TPK) desa. Atas
perbuatannya, pelaku kami sangkakan dengan pasal 2 dan pasal 3 Undang-Undang (UU)
Tipikor,” terang kasat reskrim.

Kasus lainnya menyeret NW, mantan kades di Kecamatan Klaten Selatan. Menilep dana desa
tahun anggaran 2018/2019 dengan total kerugian negara mencapai Rp 242 juta. Di antaranya
pemotongan PPN dan pajak penghasilan (PPh) yang tidak disetorkan ke kas negara. 

“Kemudian rehab BUMDes (badan usaha milik desa) yang tidak dijalankan sebagaimana
mestinya. Juga pembangunan talut saluran air yang tidak direalisasikan. Padahal uangnya sudah
habis,” beber kasat. Kepolsian sudah meminta keterangan dari saksi, seperti perangkat desa
hingga TPK. Hasilnya, NW ditetapkan sebagai tersangka dan disangkakan pasal 2 dan pasal 3
UU Tipikor. “Kedua kasus tipikor ini merupakan hasil temuan dari kepolisian. Kasus ini bisa
dilaporkan dan identitas pelapor kami rahasiakan,” ujarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Post, J. 2 Perangkat Desa Korupsi Dana Desa, Rugikan Negara Ratusan Juta. Diperoleh dari
Jawa Post Radar Solo: https://radarsolo.jawapos.com/read/2020/10/24/221038/2-
perangkat-desa-korupsi-dana-desa-rugikan-negara-ratusan-juta (diakses pada 30
November 2020)
Acha. 2019. Modul Pelaporan Pada Aplikasi Siskeudus. Diperoleh dari :
https://www.keuangandesa.info/2019/02/modul-pelaporan-pada-aplikasi-siskeudes.html
(diakses pada 1 November 2020)
https://risehtunong.blogspot.com/2015/12/4-asas-utama-pengelola-keuangan-desa.html
https://katadesa.id/index.php/daya-desa-1/225-tahapan-penganggaran-keuangan-desa

Anda mungkin juga menyukai