KELOMPOK 2 : Ruang lingkup pengelolaan keuangan Desa & Metodologi Penyusunan Keuangan
Desa
Ruang Lingkup Pengelolaan Keuangan Desa
1. Perencanaan Keuangan, Meliputi penyusunan rencana kerja dan anggaran belanja desa.
2. Pengelolaan Keuangan, Meliputi pengumpulan dan pendistribusian dana desa.
3. Pertanggungjawaban Keuangan, Meliputi laporan keuangan dan audit keuangan.
Metodologi Penyusunan Anggaran Desa
1. Perencanaan, Mengumpulkan data dan informasi untuk perumusan rencana dan anggaran desa.
2. Pembentukan Tim Anggaran, Membentuk tim untuk menyusun dan merumuskan konsep anggaran.
3. Penetapan dan Finalisasi Anggaran, Anggaran desa ditetapkan setelah musyawarah antara pemerintah
desa dan masyarakat desa.
Sumber Pendapatan Desa
Pajak dan retribusi, bagi hasil pajak, serta hibah dan sumbangan.
Klasifikasi Pendapatan Desa
Pendapatan asli, pendapatan transfer, dan dana perimbangan keuangan pusat-daerah.
Pengeluaran Desa
1. Pengeluaran Operasional, Meliputi operasional semua layanan pemerintah desa seperti listrik, air, dan
limbah.
2. Pengeluaran Investasi, Meliputi pengembangan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan.
3. Pengeluaran Program Sosial dan Pembangunan Desa, Meliputi bantuan sosial dan dana pengembangan
desa.
Audit Keuangan Desa
1. Audit Internal
Dilakukan oleh internal auditor untuk mengevaluasi pengolahan transaksi keuangan di pemerintahan
desa. Tujuannya adalah memastikan bahwa aturan dan prosedur yang berlaku sesuai.
2. Audit Eksternal
Dilakukan oleh auditor independen yang ditunjuk untuk mengevaluasi kebenaran, kewajaran, dan
akuntabilitas laporan keuangan desa.
Tantangan Implementasi Pengelolaan Keuangan Desa
1. Tantangan Organisasi
Melekatnya birokrasi dan perilaku patrimonial yang sulit untuk diubah.
2. Tantangan Masyarakat
Minimnya partisipasi masyarakat dalam musyawarah desa, dan masih banyak masalah seperti konflik
kepentingan dan perilaku oportunistis di desa.
3. Tantangan Keuangan
Keterbatasan sumber daya keuangan desa dan kurangnya pemahaman tentang teknik pengelolaan
keuangan desa.
KELOMPOK 3: Desa, Sejarah Dan Kedudukan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Pemerintahan Desa
Desa, Sejarah Dan Kedudukan
Bukti keberadaan desa, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat kurang lebih 250 “Zelfbesturende
landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, Dusun
dan Marga di Palembang, dan sebagainya.
Terdapat tiga jenis tipe atau kedudukan desa yaitu Desa Adat, Desa Otonomi, dan Desa Administratif. Satuan
pemerintahan terkecil NKRI sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat adalah pemerintah desa dan
kelurahan.
Kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa. Kewenangan desa meliputi:
1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2. Kewenangan berskala desa;
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah
kabupaten/kota;
4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat diamanahkan untuk menetapkan berbagai peraturan pelaksanaan UU Desa, baik dalam
bentuk Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri.
Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi mempunyai peran pengawasan dan pembinaan terhadap desa sebagaimana diatur dalam
UU Desa Pasal 114, meliputi:
1. Melakukan pembinaan terhadap kabupaten/kota dalam rangka penyusunan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota yang mengatur desa;
2. Melakukan pembinaan kabupaten/kota dalam rangka pemberian Alokasi Dana Desa;
3. Melakukan pembinaan peningkatan kapasitas kepala desa dan perangkat desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan lembaga kemasyarakatan;
4. Melakukan pembinaan manajemen pemerintahan desa;
Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah kabupaten/kota sesuai amanat Undang-Undang memiliki kewajiban untuk membina dan
mengawasi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pengaturan keuangan desa di tingkat kabupaten/kota
diantaranya yaitu :
1. Pengalokasian dan penyaluran dana yang ditransfer ke desa yang dialokasikan dalam APBD.
2. Penetapan Peraturan Pelaksanaan
Kecamatan
camat mempunyai peran dalam hal penyampaian Laporan Realisasi APB Desa dan Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa kepada bupati/Walikota.
Pemerintahan Desa
daftar kewenangan berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa.
1. Kepala Desa Dan Perangkat Desa
2. Penghasilan Tetap
3. Badan Permusyawaratan Desa
4. Kelembagaan Masyarakat Desa
5. Desa Adat
KELOMPOK 4 AZAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA & STRUKTUR ORGANISASI
KEUANGAN PEMERINTAH DESA
AZAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
yaitu
1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.
2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan
unsur masyarakat desa;
4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau
pedoman yang melandasinya
disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam Pengelolaan Keuangan Desa yaitu: -
• Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai
untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja;
• Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus
dimasukkan dalam APB Desa dan dilakukan melalui Rekening Kas Desa.
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA
• Kepala Desa
Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili pemerintah desa
dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Dalam hal ini, Kepala Desa memiliki
kewenangan:
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;
2. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD);
3. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;
Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung tanggal pelantikan dan dapat
menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
• Sekretaris Desa
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa;
2. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APB Desa, perubahan APB Desa dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa;
3. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APB Desa;
• Kepala Seksi
1. Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya;
2. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan
di dalam APB Desa;
3. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan:
• Bendahara Desa
1. Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar;
2. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya;
3. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir
bulan secara tertib;
4. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban
KELOMPOK 5: Perencanaan Keuangan Desa Proses dan Penganggaran Keuangan Desa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
Merupakan dokumen perencanaan pembangunan desa untuk Periode enam tahun yang disusun secara
partisipatif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Terdapat empat ketentuan dalam penyusunan dari RPJM Desa:
1. Periode enam tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa,
kebijakan umum, dan program satuan kerja.
2. RPJM Desa mengacu pada RPJM kabupaten/kota, yang memuat visi dan misi Kepala Desa, rencana
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
pemberdayaan masyarakat, dan arah kebijakan pembangunan Desa
3. RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan prioritas pembangunan
kabupaten/kota
4. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak pelantikan kepala
Desa
Rencana Kerja Pemerintah Desa
Berdasarkan Permendagri No. 114 Tahun 2014, Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) merupakan
penjabaran dari RPJMDesa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat kerangka ekonomi desa dengan
mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimuktahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana
kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) dan RPJMDesa.
Kepala desa menyusun RKPDesa dengan mengikutsertakan masyarakat desa. Penyusunan RKPDesa
dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
• Penyusunan perencanaan pembangunan desa melalui musyawarah desa
• Pembentukan tim penyusun RKP Desa
• Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program / kegiatan masuk penyusun RKP Desa
• Pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
• Penyusunan rancangan RKP Desa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
Merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah desa APBDesa merupakan dokumen formal hasil
kesepakatan antara pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang berisi tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah desa selama satu tahun dan sumber pendapatan yang
diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan
akan terjadi defisit atau surplus. APBDesa disusun dengan memerhatikan RPJMDesa, RKPDesa, dan
APBDesa tahun sebelumnya. Prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas serta dilakukan dengan tertib
dan disiplin anggaran, sehingga akan mendorong dan memastikan bahwa pemerintahan desa akan dikelola
dengan baik.
Fungsi-Fungsi APBDesa
• Fungsi Otorisasi
Menjadi target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan
pembiayaan yang diinginkan sebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja desa pada
tahun yang bersangkutan
• Fungsi Perencanaan
APBDesa merupakan pernyataan kebijakan publik sebagai pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
• Fungsi Pengawasan
pedoman pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
• Fungsi Alokasi
harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja atau mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa.
• Fungsi Distribusi
harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan masyarakat.
• Fungsi Akuntabilitas
memberi landasan penilaian kinerja pemerintah desa; hasil pelaksanaan anggaran yang dituangkan
dalam laporan keuangan pemerintah desa sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah desa
kepada publik.
Struktur Anggaran Pendapatan Desa Dan Belanja Desa (Apbdesa)
1. Pendapatan
pendapatan asli daerah: yaitu Hasil usaha, Hasil aset Swadaya, Partisipasi, dan gotong royong
pendapatan transfer: Dana desa, Bagian dari hasil pajak daerah kabupaten/kota dan retribusi daerah,
Alokasi Dana Desa (ADD), Bantuan keuangan dari APBD provinsi
2. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah
dilakukan berdasarkan ketentuan: 60% dibagi secara merata kepada seluruh desa dan 40% dibagi
secara proporsional berdasarkan realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah masing-masing
desa.
3. Alokasi Dana Desa
mempertimbangkan: Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, serta Jumlah
penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa.
4. Belanja Desa
Klarifikasi belanja desa terdiri atas kelompok:
Penyelenggaraan pemerintahan desa, Pelaksanaan pembangunan desa, Pembinaan kemasyarakatan
desa, Pemberdayaan masyarakat desa, Belanja tak terduga
5. Pembiayaan Desa
Pembiayaan desa terdiri atas : Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan
Perubahan peraturan desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) berdasarkan
Permendagri No. 113 Tahun 2014 dapat dilakukan apabila terjadi:
1. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antarjenis belanja.
2. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan.
3. Terjadi penambahan dan/atau pengurangan dalam pendapatan desa pada tahun berjalan.
4. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan
sosial yang berkepanjangan.
5. Perubahan mendasar atas kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah.