Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Keuangan Desa menurut UU Desa adalah semua hak dan kewajiban desa

yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Hak dan kewajiban tersebut
menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan
keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban, dengan periodisasi 1 (satu)
tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
A. Siklus Pengelolaan Keuangan Desa
Siklus Pengelolaan Keuangan Desa, yaitu sebagai berikut:
1) Perencanaan
Perencanaan pengelolaan keuangan desa merupakan perencanaan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah desa pada tahun anggaran berkenan yang dianggarankan dalam APB
Desa.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran
Desa yang dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada bank yang ditunjuk Bupati/Wali
Kota. Rekening kas Desa dibuat oleh Pemerintah Desa dengan spesimen tanda tangan kepala
Desa dan Kaur Keuangan. Dalam kondisi Desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya, rekening kas Desa dibuka di wilayah terdekat.
3) Penatausahaan
Penatausahaan keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi
kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan pengeluaran
dalam buka kas umum (BKU) yang ditutup setiap akhir bulan.
Dalam penatausahaan keuagan, Kau Keuangan Desa diwajibkan membuat Buku
Pembantu Kas Umum yang terdiri dari buku pembantu bank merupakan buku catatan
penerimaan dan pengeluaran melalui rekening kas Desa, buku pembantu pajak merupakan
buku catatan penerimaan potongan pajak dan pengeluaran setoran pajak, dan buku pembantu
panjar merupakan catatan pemberian dan pertanggungjawaban uang panjar.
4) Pelaporan
Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksana APBDes semester pertama kepada
Bupati/Walikota melalui camat, yang terdiri dari laporan pelaksanaan APBDes dan laporan
realisasi kegiatan.
Kepala Desa menyusun laporan dengan cara menggabungkan seluruh laporan paling
lambat minggu kedua bulan Juli tahun berjalan.
5) Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir
tahun anggaran berkenaan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa disertai
dengan laporan keuangan, laporan realisasi dan daftar program sektoral, program daerah dan
program lainnya yang masuk ke Desa.
Laporan pertanggungjawaban merupakan bagian dari laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa akhir tahun anggaran. Selain laporan pertanggungjawaban kepada
Bupati/Walikota, pemerintah Desa berkewajiban menginformasikan kepada masyarakat
melalui media informasi. Adapun informasi kepada masyarakat paling sedikit harus memuat
laporan realisasi APBDesa, laporan realisasi kegiatan, laporan kegiatan yang belum selesai
dan/atau tidak terlaksanan, laporan sisa anggaran dan alamat pengaduan.

B. Manfaat Penyusunan Anggaran Desa


Anggaran desa disusun mempunyai dasar tujuan untuk memenuhi pembiayaan
pembangunan dan sumber-sumber dananya untuk pembangunan desa. Secara rinci manfaat
penyusunan Anggaran desa adalah:
1. Sebagai panduan bagi pemerintah desa dalam menentukan strategi kegiatan operasional,
dengan melihat kebutuhan dan ketersediaan sumber daya
2. Sebagai salah satu indikator untuk menentukan besarnya biaya pelayanan yang akan
dibebankan masyarakat
3. Bahan pertimbangan untuk menggali sumber pendapatan lain seperti mengajukan
pinjaman
4. Memberikan kewenangan pada pemerintahan desa dalam penyelenggaraan administrasi
desa
5. Memberi arahan bagi pemerintahan desa dalam penyelenggaraan dan pengawasan
pemerintahan desa
6. Menggambarkan kebijakan pembangunan desa dalam 1 periode anggaran
7. Melalui perencanaan yang matang dapat meningkatkan pelayanan masyarakat

C. Asas Pengelolaan Keuangan Desa


Keuangan Desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik. Asas-
asas Pengelolaan Keuangan Desa sebagaimana tertuang dalam Permendagri Nomor 113
Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin
anggaran, dengan uraian sebagai berikut:
1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.
2. Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan
kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa;
4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada
aturan atau pedoman yang melandasinya.

D. Struktur Organisasi Keuangan Pemerintah Desa


Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dipegang oleh Kepala Desa. Namun
demikian dalam pelaksanaannya, kekuasaan tersebut sebagian dikuasakan kepada perangkat
desa sehingga pelaksanaan pengelolaan keuangan dilaksanakan secara bersama-sama oleh
Kepala Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). PTPKD terdiri
dari Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Bendahara Desa.
1) Kepala Desa
Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili
pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Dalam hal ini,
Kepala Desa memiliki kewenangan:
a) Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;
b) Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD);
c) Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;
d) Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa;
e) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa.
2) Sekretaris Desa
Sekretaris Desa selaku Koordinator PTPKD membantu Kepala Desa dalam
melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa.Sekretaris Desa mendapatkan pelimpahan
kewenangan dari Kepala Desa dalam melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa, dan
bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
3) Kepala Seksi
Kepala Seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang bertindak sebagai
pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya.
4) Bendahara Desa
Bendahara Desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang dijabat oleh
kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris Desa.
Penatausahaan yang dilakukan antara lain meliputi yaitu:
a) Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar;
b) Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya;
c) Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib;
d) Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.

E. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Desa


1) Perencanaan Keuangan Desa
Pemerintah Desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan
kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJM Desa dan RKP Desa yang disusun secara
berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan
Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.RKP Desa merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa.Perencanaan pembangunan desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan
dalam musyawarah desa yang pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran
berjalan.
2) Proses Penganggaran (APB Desa)
Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan APB Desa.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) merupakan rencana anggaran keuangan
tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan kegiatan
yang menjadi kewenangan desa.
Proses Penyusunan APB Desa dimulai dengan urutan sebagai berikut:
a) Pelaksana Kegiatan menyampaian usulan anggaran kegiatan kepada Sekretaris
Desa berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkann;
b) Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa (RAPB
Desa) dan menyampaikan kepada Kepala Desa;
c) Kepala Desa selanjutnya menyampaikan kepada Badan Permusyawaratan Desa
untuk dibahas dan disepakati bersama. Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan antara
Kepala Desa dan BPD;
d) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati bersama
sebagaimana selanjutnya disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk
dievaluasi;
e) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa paling lama 20
(dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas
waktu maka Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. Dalam hal
Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang
APB Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi Kepala Desa melakukan penyempurnaan paling lama
7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil
evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan Kepala Desa tetap
menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan
Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan
KeputusanBupati/Walikota yang sekaligus menyatakan berlakunya pagu APB
Desa tahun anggaran sebelumnya;
f) Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal 31 Desember
tahun anggaran berjalan.
Bupati/walikota dalam melakukan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB
Desa dapat mendelegasikan kepada camat. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendelegasian
evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kepada Camat diatur dalam Peraturan
Bupati/Walikota. Penyusunan APB Desa sebagaimana telah diuraikan diatas memiliki
batasan waktu yang diatur dalam peraturan perundangan.
3) Struktur APB Desa
APB Desa merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang disetujui
oleh Badan Permusyawaratan Desa. Format APB Desa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Permendagri 113 Tahun 2014 ini bersifat tidak mengikat khususnya pada Kode
Rekening Objek Belanja yang bertanda „-„ seperti pasir, semen dsb (Level 4). Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat mengatur lebih lanjut dengan merinci kode rekening belanja hingga
Objek Belanja (level 4) sebagai alat pengendalian dan pengklasifikasian. Lebih Lanjut
tentang kode rekening khususnya belanja dibahas pada uraian tersendiri.
4) Pendapatan Desa
Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
desa. Pendapatan desa terdiri sesuai pasal 72 UU Desa bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah; Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa); Bagian Hasil Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten/Kota; Alokasi Dana Desa; Bantuan Keuangan dari
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota; Hibah dan Sumbangan yang Tidak Mengikat
dari Pihak Ketiga; Lain-lain Pendapatan Desa yang Sah.
Pendapatan Desa tersebut jika diklasifikasikan menurut kelompok terdiri dari
Pendapatan Asli Desa (PADesa); Transfer; Pendapatan Lain-Lain.

F. Langkah-langkah Penyusunan Anggaran Desa


Langkah-langkah penyusunan anggaran desa, yaitu:
Penyusunan rancangan anggaran desa:
1. Disusun dan diajukan oleh Kepala Desa dan atau BPD.
2. Sebaiknya dikonsultasikan kepada elemen masyarakat, misalnya melalui dialog, rapat
dengar pendapat.
3. Hasil konsultasi digunakan untuk menyempurnakan materi anggaran desa.
4. Anggaran desa yang telah disempurnakan, diajukan, dalam rapat pembahasan dan
penetapan anggaran desa.
Pembahasan anggaran desa:
1. Sebelum disampaikan dalam rapat BPD, naskah anggaran desa harus sudah diterima oleh
anggota BPD dan Pemerintah Desa (selambat-lambatnya 7×24 jam sebelumnya).
2. Anggaran desa usulan Kepala Desa disampaikan kepada pimpinan BPD dengan surat
pengantar dari Kepala Desa. Anggaran desa usulan anggota BPD disampaikan secara
tertulis (surat pengantar) dari pengusul kepada pimpinan BPD.
3. Anggaran desa yang telah disampaikan kepada Pimpinan BPD, selanjutnya
didisposisikan kepada sekretaris BPD untuk diberi nomor.
4. Anggaran desa yang telah mendapatkan nomor, diumumkan dalam Rapat Paripurna
bahwa anggaran desa telah diperbanyak dan dibagikan kepada semua anggota
BPD/Komisi.
5. Penjelasan anggaran desa dari pihak pengusul (Pemdes dan atau para pengusul dari
anggota BPD).
6. Pemandangan umum dari anggota BPD dan Pemerintah Desa.
7. Pembahasan dalam komisi bersama Pemerintah Desa dan atau pengusul.
8. Pendapat komisi sebagai tahapan menuju pengambilan keputusan.
Persetujuan dan pengundangan anggaran desa:
1. Apabila anggaran desa tidak disetujui, maka dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3×24
jam sebelum rapat pembahasan kedua, anggaran desa harus sudah disempurnakan.
2. Apabila anggaran desa yang disempurnakan tersebut belum disetujui, maka diupayakan
melalui pendekatan (loby) beberapa pihak yang belum menyetujui.
3. Anggaran desa yang telah disetujui BPD, harus disampaikan kepada Pemerintah Desa,
misalnya selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah rapat BPD untuk ditandatangani atau
disahkan menjadi APB-Desa oleh Kepala Desa.
4. Apabila anggaran desa yang diajukan oleh Kepala Desa dan atau sebagian anggota BPD
tidak mendapat persetujuan BPD, maka pemerintah desa dapat menggunakan anggaran
desa tahun lalu.
Peraturan pelaksanaan anggaran desa:
1. Kepala Desa dapat menetapkan kebijakan pelaksanaan anggaran desa yang dituangkan
dalam keputusan Kepala Desa.
2. Keputusan Kepala Desa tersebut harus disampaikan BPD dengan tembusan Bupati dan
Camat selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah ditetapkan untuk keperluan
pengawasan.

G. Penyajian Laporan Keuangan Desa


Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah basis kas untuk
pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran. Basis
akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam neraca. Laporan keuangan
desa yang disajikan dalam buku ini adalah:
1) Anggaran pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Anggaran desa adalah rencana
keuangan tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa yang dibahas dan
disepakati antara pemerintahan desa dan badan permusyawarahan desa, serta ditetapkan
oleh peraturan desa. Anggaran dibuat sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
2) Buku Kas Umum. Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang
menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun kredit,
digunakan juga untuk mencatat mutasiperbankan atau kesalahan dalam pembukuan.
Buku kas umum dapat dikatakan sebagai sumber dokumen transaksi.
3) Buku Kas Harian Pembantu. Buku kas harian pembantu adalah buku yang digunakan
untuk mencatat transaksi pengeluaran dan pemasukan yang berhubungan dengan kas
saja.
4) Buku Bank. Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka
penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.
5) Buku Pajak. Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka
penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.
6) Buku Inventaris Desa. Buku inventaris digunakan untuk membantu buku kas umum,
dalam mencatat barang-barang yang dimiliki oleh desa.
7) Buku Persediaan. Buku persediaan adalah buku yang mencatat aliran persediaan bahan-
bahan yang habis pakai yang masuk dan digunakan untuk desa yang berasal baik dari
pembelian dan pemberian.
8) Buku Modal. Buku modal/ekuitas dana adalah buku yang digunakan untuk mencatat
dana-dana dan hibah yang mengalir ke desa.
9) Buku Piutang. Buku piutang adalah buku yang digunakan untuk mencatat piutang desa.
Piutang adalah harta desa yang timbul karenanya terjadinya transaksi penjualan/sewa
menyewa yang pembayarannya dilakukan secara kredit oleh perorangan/badan usaha.
10) Buku Hutang/Kewajiban. Buku hutang/kewajiban adalah buku yang digunakan untut
mencatat hutang atau kewajiban desa.
11) Neraca. Neraca adalah catatan yang menyajikan posisi keuangan desa dalam satu
periode tertentu. Neraca menggambarkan posisi keuangan desa mengenai aktiva,
kewajiban, dan modal dana pada satu periode. Pos-pos dalam neraca terbentuk dari
transaksi-transaksi yang terjadi di desa.
12) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Desa. Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan
SPAP menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan
pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun.

Referensi:
Sofyan, Ahmad. 2015. Keuangan Desa. http://www.keuangandesa.com/ (diakses pada 3
Desember 2018)
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Desa Panduan Tata Kelola Keuangan Desa.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai