PROPOSAL
upaya-upaya yang dilakukan secara terus menerus dan meningkat dari waktu ke
waktu dan dilandasi dengan jiwa nasional dan semangat patriotisme . Adapun
efektif dan efesien , mengabdi pada kepentingan , Bangsa dan Negara yang secara
itu sendiri serta fungsionarisnya dari pusat hingga ke daerah yang terkecil
sekalipun. Untuk mewujudkan aparatur Negara yang efisien dan efektif yang
paling penting adalah perilaku aparatur Negara yang bebas dan bersih dari
tindakan korupsi. Korupsi bagaikan sebuah virus yang sangat berbahaya bagi
suatu bangsa dan Negara, yang mana kita ketahui bahwa korupsi berakibat
ini, korupsi sudah sangat merajalela dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1
Korupsi bukan hanya terjadi di tingkat pemerintahan pusat, tetapi korupsi juga
banyak terjadi di level pemerintahan Desa . Bagaikan gurita, korupsi semakin kuat
mencengkram dan melilit bagian sendi –sendi Negara ini . Dalam hal
kekayaan dan kekuasaan akan jatuh ke tangan orang yang tidak berhak. Apabila
korupsi semakin berkambang biak dan berakar di setiap lini dengan sedemikian
rupa yang berakibat kepada hak ,milik yang tidak lagi dihormati , aturan hukum
akan dianggap remeh dan insentif untuk infestasi semakin kacau, maka akan
tepatnya dalam ketentuan pasal 72 yang menyatakan bahwa pendapatan desa yang
bersumber dari alokasi APBN atau dana desa yang bersumber dari belanja pusat
ke desa ditentukan dengan besaran persentase 10 (sepuluh) persen dari dan diluar
2
dana transfer ke daerah (On Top) . Selain itu, Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 ini juga makin menguatkan Alokasi Dana Desa (ADD) yang berasal dari
Jika sebelumnya hampir tidak ada Kabupaten / Kota yang memberikan ADD
minimal 10 persen dari dana perimbangan tanpa adanya sanksi , maka pasal 72
pendapatan desa diatas (ADD APBN & ADD APBD) , maka diperhitungkan
Sedangkan desa diluar jawa yang notabene menerima dana perimbangan lebih
besar dari pusat, tentu akan menerima alokasi lebih besar lagi . Sumber pendanaan
desa yang telah
disebutkantadibelumtermasuk3sumberpendapatandesalainnya,meliputi 10 % dana
bagi hasil retribusi daerah , bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan Kabupaten
serta Pendapatan Asli daerah. Sumber pendanaan desa yang begitu besar
merupakan konsekuensi atas berlakunya Undang-Undang Desa No 6 Tahun
2014.1
1
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
3
(APB) Desa setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati / Walikota.2
Negara , serta Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, dana desa
olehBPK. Sebab seluruh penggunaan anggaran dana yang berasal dari APBN dan
Selama ini , penggunaan anggaran dana desa belum pernah di audit oleh BPK,
oleh BPK dan kemungkinan terjerat oleh kasus hukum , akan membuat para
kepala desa tidak mengajukan anggaran dana desa karena takut akan menjadi
tersangka kasus tindak pidana korupsi karena kesalahan dalam membuat laporan.
Kemungkinan lainnya, para kepala desa akan meminta Pemerintah supaya audit
pemerintahan desa khususnya para kepala desa. Hal ini tentunya akan membuat
serba salah dalam penegakan hukum pada penggunaan anggaran desa. Terkait
urusan dana desa yang masih terus menjadi topik hangat berbagai kalangan,
2
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
4
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan sejumlah persoalan dalm
pengelolaan danadesa.
Peneliti ICW menerangkan dalam periode tahun 2020 , tercatat 44 kasus korupsi
mencapai 16,6 miliar rupiah.Menurut ICW, dari jumlah tersangka itu paling
banyak ditemukan yakni Kepala desa paling banyak sebagai pelaku tindak pidana
korupsi .
Tabel .1
Data ICW : Dominasi Kasus Korupsi yg terjadi di Desa (Periode : 2020)
3
Laporan KPK Tahun 2017 mengenai kajian UU Desa Tahun 2014 atas Pengelolaan Dana
Desa Tahun 2015
5
Paling banyak ditemukan adalah penggelapan dana karena para aparat desa tergiur
melihat dana sebesar itu dan kurang tahu atau bahkan tidak tahu untuk berbuat apa
Terkait dengan data diatas , telah ditemukan suatu kasus tindak pidana korupsi
terhadap penggunaan dana desa pada salah satu desa di Kabupaten Pesisir Barat ,
yakni Desa Bambang, Kecamatan Lemong Tuan yang telah diputus berdasarkan
korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Des) 2020 tertanggal 05
Nopember 2020 s.d 24 November 2020 oleh penuntut umum sebesar Rp.
296.619.600,- (dua ratus Sembilan puluh enam juta enam ratus Sembilan belas
ribu enam ratus rupiah) yang dilakukan oleh terdakwa Sdr Ali Toha Selaku
Peratin Desa Bambang Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat, oleh karena
itu penulis merasa sangat tertarik untuk mengangkat kasus ini dengan
melakukan analisis penerapan hukum pidana materil dan formil pada putusan
4
Laporan ICW atas dugaan korupsi dana desa rentang tahun 2010-2015.
6
anggaran dana desa dengan menguraikan beberapa hambatanan dari sisi
Perundang- Undangan, Aparatur Penegak hukum dan dari sisi Budaya Hukum
Dilakukan Oleh Aparat Desa “ dengan studi kasus pada Putusan Nomor
26/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Tjk.
1. Permasalahan Penelitian
Agar Penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. TujuanPenelitian
Pada prinsipnya yang menjadi tujuan dari penelitian dalam suatu tulisan ilmiah
adalah bertitik tolak pada permasalahan yang ada dan telah dirumuskan , hal ini
tiada lain adalah untuk menjawab segala permasalahn tersebut, karena itu yang
Tahun2001.
2. KegunaanPenelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian dapat dilihat secara Teoritis dan secara
Praktis yaitu :
b. Secara praktis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
terjadi dan yang dihadapi para pihak yang berkepentingan, baik itu dari
penyidik Polri dan Mahasiswa Fakultas Hukum dan kalangan lain yang
8
berminat.
D. Kerangka Pemikiran
pendapatan desa yang bersumber dari alokasi APBN atau Dana Desa, bersumber
dari belanja pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara
ke desa ditentukan 10 persen dari dan diluar dana transfer ke daerah (on top).
Selain itu, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 ini juga makin menguatkan
alokasi dana Desa (ADD) yang berasal dari dana perimbangan Kabupaten/Kota.
minimal 10 persen dari dana perimbangan tanpa adanya sanksi, maka pasal 72 UU
peraturan yang masih berlaku sekarang ini, masih ditemukan adanya ketimpangan
antara aturan dengan praktiknya. Diperhitungkan setiap desa akan menerima dana
minimal 1 Milyar di wilayah Jawa. Sedangkan desa di luar jawa yang notabene
menerima dana perimbangan lebih besar dari pusat, tentu akan menerima alokasi
lebih besar lagi. Sumber pendanaan desa yang begitu besar merupakan
dan
9
pertanggungjawaban.
Negara serta UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK, dana desa merupakan
bagian keuangan negara, maka penggunanya harus diaudit oleh BPK. Sebab
seluruh penggunaan anggaran dana yang berasal dari APBN dan APBD wajib
diaudit oleh BPK, karena tidak secara langsung penggunaannya dari APBN.
Adanya pemeriksaan oleh BPK dan kemungkinan terjerat oleh kasus hukum, akan
membuat para kepala desa tidak mengajukan anggaran dana desa karena takut
Terkait utusan dana desa yang masih terus menjadi topik hangat berbagai
dalam pengelolaan dana desa. Persoalan itu harus dipahami sebaik-baiknya karena
kajian UU Desa dan disetujuinya anggaran sejumlah Rp. 20.7 triliun dalam
yaitu regulasi, kelembagaan, tata laksana, pengawasan dan sumber daya manusia.
Selain itu juga harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang
1
karena para aparat desa melihat dana sebesar itu tergiur, penyalahgunaan
di atas, tentu merupakan permasalahan yang serius karena menyangkut nasib dan
ancaman pidana. Selain itu, perbuatan tersebut dapat juga dikategorikan sebagai
hal tersebut belum memenuhi syarat untuk penjatuhan pidana. Untuk itu
pemidanaan perlu adanya syarat, yaitu bahwa orang yang melakukan perbuatan itu
harus mempunyai kesalahan atau bersalah. Kesalahan terdiri atas kesengajaan dan
Kesengajaan dalam pandangan ilmu hukum pidana adalah merupakan bagian dari
kejiwaan (niat) yang lebih erat terhadap suatu tindakan (yang terlarang) dibanding
pidana jauh lebih berat, apabila perbuatan melawan hukum yang dilakukan dari
1
kesengajaan dibanding dengan kealpaan. Teradapat beberapa perbuatan tertentu,
jika dilakukan dengan kealpaan, bukan merupakan tindakan pidana, namun jika
dilakukan dengan sengaja, maka perbuatan itu merupakan suatu kejahatan , yang
antara lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya, bukan karena kejahatan,
diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun
Seseorang yang berbuat dengan sengaja itu, harus dikehendaki apa yang
diperbuatan harus diketahui pula atas apa yang diperbuat. Tidak termasuk
perbuatan dengan sengaja adalah suatu gerakan yang ditimbulkan oleh reflek,
gerakan tangkisan yang tidak dikendalikan oleh kesadaran. Dalam pengertian ini
sengaja menghendaki perbuatan itu dan disamping itu mengetahui atau menyadari
tentang apa yang dilakukan itu dan akibat yang akan timbul daripadanya.
Dana Desa oleh Aparat Desa dengan menggunakan teori kesengajaan karena
sengaja dan lalai merupakan bagian dari asas kesalahan dalam hukum pidana yang
menunjukkan hubungan batin antara niat dan perbuatan pelaku. Karena unsur
1
kesalahan baik sengaja maupun tidak disengaja (lalai) seseorang dapat dipidana
E. MetodePenelitian.
Metode merupakan suatu proses yang logis dalam upaya untuk mencapai tiitk
tujuan utama.
1. Pendekatan Masalah
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya, kecuali itu, juga
Pendekatan dengan melihat masalah hukum sebagai kaidah yang dianggap sesuai
kepustakaan (Library Research) terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yaitu suatu
5
Zainuddin Ali. 2011.Metode Penelitian Hukum.Sinar Grafika, Jakarta. hlm. 14
1
teori/pendapat sarjana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pendekatan Empiris
Pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung
sebagai usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata dan
sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu,
a. Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini, diperlukan data yang bersumber dari data
surat kabar, media cetak dan media elektronik dan dari hasil penelitian di
b. Jenis Data
Jenis data bersumber dari data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri
dari :
1) Data Sekunder
1
(Library Research) seperti buku-buku, literatur dan karya ilmiah yang
Amandemen.
Pidana (KUHAP).
Korupsi.
Negara.
1
Negara
Republik Indonesia.
KejaksaanRepublik Indonesia.
Pidana (KUHAP).
Pidana.
Tindak PidanaKorupsi
penelitian.
1
c) Bahan Hukum Tersier
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan
1
denganpermasalahan yang akan dibahas.
yaitu :
a) Pengamatan (Observation)
b) Wawancara (Interview)
kegiatan data seleksi dengan cara memeriksa data yang diperoleh mengenai
1
1) Klasifikasi data, yaitu dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan
tidaknya data dan kepastian data dengan pokok bahasan yang akan dibahas.
4. Analisis Data
Setelah data terkumpul secara keseluruhan baik yang diperoleh dari hasil studi
dalam bentuk penjelasan atau uraian kalimat yang disusun secara sistematis.
Setelah dilakukan analisis data maka kesimpulan secara deduktif suatu cara
berfikir yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat umum kemudian ditarik suatu
penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini disesuaikan dengan format yang telah ditentukan
Bab I. Pendahuluan, Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan
1
konsepsional dan sistematika penulisan.
Bab II. Konsepsi Analisis Penyalahgunaan Dana Desa Yang Dilakukan Oleh
Aparat Desa, Bab ini berisi tentang teori-teori hukum sebagai latar belakang
permasalahan yang akan dibahas terdiri dari Jenis Tindak Pidana dan Alokasi
Dana Desa.
Bab III. Sejarah, Visi-Misi, Arti Lambang serta Tugas dan Fungsi
Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas 1A, Bab ini berisi tentang Gambaran
Bab IV. Analisis Penyalahgunaan Dana Desa yang Dilakukan Oleh Aparat
Desa, Bab ini berisi tentang hasil jawaban permasalahan yang terdiri
Analisis Yuridis Tindak Pidana Korupsi Atas Penggunaan Dana Desa pada
Bab V. Penutup, Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang
2
BAB II
PENYALAHGUNAAN DANA DESA YANG DILAKUKAN OLEH
APARAT DESA
dengan dua cara, yaitu dengan atribusi atau delegasi. Atribusi adalah wewenang
untuk menjalankan satu atau lebih fungsi manajemen, yang meliputi pengaturan
7
Philipus M. Hadjon. 2001. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, hlm 130.
8
Ibid.,132
9
Agus Salim Andi. 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum.Ghalia
Indonesia, Bogor, hlm. 93.
2
masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa. Selanjutnya Pasal 19 UU Desa
kehutanan di desa. Hak desa atas sumber daya alam, juga diatur dan dipertegas
pada Pasal 371 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
dinyatakan dalam ketentuan Pasal 3 huruf a dan b UU Desa memiliki dua asas
yang sangat penting yaitu: rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal-usul dan
Dikatakan penting karena kedua asas tersebut selain menjadi dasar bagi asas-asas
yang lain, kedua asas tersebut juga ditegaskan kembali sebagai kewenangan desa,
sebagaimana ketentuan Pasal 19 UU Desa. Oleh karena itu maka kedua asas
tersebut dapat dikatakan sebagai dua asas dalam subtansi UU Desa, dan penting
untuk dipahami secara khusus. Asas rekognisi ini berkaitan erat dengan definisi
10
Agus Surono. 2017. Jurnal Media Pembinaan Hukum - Volume 6 Nomor 3, Peranan
Hukum Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Skala Desa Oleh Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa, hlm.461.
2
tentang desa sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 UU Desa, yaitu bahwa
dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
dalam konteks desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang eksis dan memiliki
konteksnya.
Pemberian kewenangan terhadap desa yang telah diatur jelas dalam UU Desa
merupakan elemen penting sebagai hak yang dimiliki oleh sebuah Desa untuk
dapat mengatur rumah tangganya sendiri.Dari pemahaman ini jelas bahwa dalam
apakah kewenangan itu bisa diterima oleh subjek yang menjalankan atau tidak.
yang berdasarkan prakarsa masyarakat, atau yang berdasarkan hak asal usul dan
2
yang berdasarkan adat istiadat desa.11
dikutip Ridwan HR, bahwa wewenang adalah pengertian yang berasal dari
semua program.Karena itu, upaya untuk memperkuat desa (Pemerintah Desa dan
PKPKD) adalah kepala Desa atau sebutan nama lain yang karena jabatannya
Desa yangdipisahkan.
I Putu Krisnanda Maha Satria. 2016. Kewenangan Desa Berkaitan Dengan Undang –
11
Undang No. 6 Tahun 2014, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar, hlm 19
2
b) Kepala Desa selaku PKPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyaikewenangan:
Desa;
4) MenetapkanPPKD;
7) MenyetujuiSPP.
Desa, Kaur dan Kasi, dan Kaur Keuangan. Pada dasarnya setiap kegiatan yang
pendanaannya dibiayai oleh pemerintah selalu memiliki dasar hukum, begitu pula
dana desa yang bersumber dari APBN .Namun pada tahun 2015 peratura
2
npemerintah tersebut diubah menurut Peraturan Pemerintah No 22 tahun 2015
Tentang Perubahan Atas PP No 60 tahun 2014. Disamping itu dana desa memiliki
Add.
2016.
masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat
meliputi :
2
atau Pemerintah DaerahKabupaten/Kota.
peraturanperundang-undangan.
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana
12
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan
Desa, Pasal 1 angka 6.
13
Muhammad Arif. 2007. Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa Dan Pengelolaan
Kekayaan Desa Pekanbaru. ReD Post Press, Pekanbaru, hlm. 32.
2
disetiap pergantian Kepala Desa setelah masa jabatannya habis dan terpilihnya
Kepala Desa yang lain atau baru, maka Kepala Desa memiliki hak untuk
pemerintahan Desa sebagai Kepala Desa. Ini sesuai dengan apa yang diatur di
dalam UU Desa Pasal 26 ayat (3). Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pengeloaan Keuangan Desa dijelaskan bahwa Kepala Desa
Menurut UU Desa Pasal 71 ayat (1), keuangan desa adalah semua hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang
dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa yang
Pendapatan desa tersebut bersumber dari berbagai dana seperti pendapatan asli
desa, lokasi anggaran dan pendapatan dan belanja pemerintah pusat, hasil pajak
daerah dan retribusi, bantuan keuangan daerah kabupaten dan provinsi, dan dana
lainnya.
dibukukan dalam sistem pembukuan yang benar sesuai dengan kaidah sistem
2
akuntansi keuangan pemerintahan.14
2014, yaitu uang desa harus masuk Rekening Kas Desa (RKD) dulu sebelum
dibelanjakan, yang meliputi PAD. Dana Transfer (DD, ADD, BHP, BK Provinsi,
kegiatan setelah lolos verifikasi, oleh Sekretaris Desa diajukan kepada Kepala
akan dilaksanakan kepada TPK dan atau PTPKD yang membidangi. TPK dalam
14
Hanif Nurcholis. 2012. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Erlangga,
Jakarta, hlm. 82.
15
Ibid
2
tanggung jawab PTPKD yang membidangi melaksanakan kegiatan sesuai dengan
RAB (Rencana Anggaran Belanja) yang ada dengan prinsip tertib administrasi,
desa sebagai
16
Indra Bastian. 2015. Akuntansi untuk Kecamatan dan Desa. Erlangga, Jakarta, hlm 91.
3
salah satu perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa dalam
d. Pelaporan danPertanggungjawaban
wajib:
tahunberikutnya.
2) Pertanggungjawaban
3
melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan
masuk keDesa.
otonomi desa dalam hal diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara
mandiri baik pengelolaan dana desa termasuk bidang sosial, politik dan ekonomi.
selain itu partisipasi masyarakat desa dalam pengelolaan keuangan desa sangat
diperlukan.
DesaPasal 71 ayat (1) yakni semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
3
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pasal 71 ayat (2) Hak dan
Keuangan Desa.17
Kebijakan yang berupa undang-undang maupun aturan lain tentu memiliki dasar
secara jelas dalam UUD 1945. Namun ditafsirkan dalam Pasal 18B Undang-
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
Keuangan desa, dalam UU Desa Pasal 1 angka (10) semua hak dan kewajiban
Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang
17
Sahrul Haidin. 2017. Jurnal Kajian Hukum dan Keadilan - Volume 5 Nomor 1,
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa Setelah Berlakunya Undang- Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa (Studi Di Kabupaten Dompu). hlm. 144.
18
Ibid., 149.
3
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pasal 71 ayat
Keuangan desa diatur dalam Pasal 71-75 UU Desa.Pasal 71 ayat (1), dinyatakan
bahwa “keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
keuangan desa dan hal lain yang terkait dengannya dijabarkan lebih lanjut dalam
tentangDesa;
2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa
3
telah diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 0.7/2016
secara rinci tentang program/kegiatan yang dapat didanai oleh Alokasi Dana
tahun sekali dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) serta APBDes tiap
setahun sekali.
19
Siti Khoiriah. 2017. Jurnal Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 Nomor 1, Analisis
Sistem Pengelolaan Dana Desa Berdasarkan Regulasi Keuangan Desa, hlm. 26.
3
Keuangan desa diatur dalam Pasal 71-75 UU Desa.Pasal 71 ayat (1), dinyatakan
bahwa “keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
Pengaturan pengelolaan dana desa antara lain PP No. 43 tahun 2014 tentang
2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP No. 22 Tahun 2015 dan PP No. 8
tahun 2016 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN. PP No. 47 Tahun
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 0.7/2016 tentang Tata Cara
dan; Permendes PDTT No. 5 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana
Desa dalam pengelolaan keuangan desa 2017 sebagaimana telah dirubah dengan
RPJMDes) tiap enam tahun sekali dan Rencana Kerja Pemerintah Desa
3
Keuangan desa diatur dalam Pasal 71-75 UU Desa.Pasal 71 ayat (1), dinyatakan
bahwa “keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
Pengaturan pengelolaan dana desa antara lain PP No. 43 tahun 2014 tentang
2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP No. 22 Tahun 2015 dan PP No. 8
tahun 2016 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN. PP No. 47 Tahun
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/ PMK 0.7/2016 tentang Tata Cara
dan; Permendes PDTT No. 5 Tahun 2015 tentang Prioritas Penggunaan Dana
denganPermendes.
3
B. Tindak Pidana
Istilah tindak pidana dalam bahasa latin disebut delictum atau delicta, dalam
bahasa inggris dan jerman disebut delict, dalam bahasa prancis disebut delit, yang
diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat dikenai hukuman karena merupakan
belanda tindak pidana dikenal dengan istilah Strafbaarfeit yang terdiri dari 3
unsur kata.Yaitu, straf, baar, dan feit.Straf diartikan sebagai pidana atau hukum,
baar diartikan sebagai dapat atau boleh, sedangkan feit diartikan sebagai tindak,
peristiwa, dan perbuatan atau sebagian dari suatu kenyataan. Berikut ini beberapa
aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi yang berupa
3) R.Soesilo, “Tindak pidana sebagai istilah delik atau peristiwa pidana atau
perbuatan yang dapat di hukum yaitu suatu perbuatan yang dilarang atau
3
4) Simons “Tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja
Dari berbagai istilah tentang Strafbarfeit/Delik yang telah diuraikan diatas, penulis
lebih sepakat untuk memakai istilah tindak pidana dengan pertimbangan bahwa
istilah tindak pidana lebih familiar dibanding istilah lain serta istilah tindak pidana
bukanlah istilah yang awam bagi masayarakat Indonesia karena istilah tersebut
Unsur-unsur dalam tindak pidana merupakan unsur yang harus ada untuk
pandang mengenai unsur-unsur tindak pidana, yakni sudut pandang teoritis dan
pandang tersebut.
22
P.A.F. Lamintang. 1984. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru, Bandung ,
hlm. 185
3
1) Unsur tindak pidana menurut sudut pandang teoritis.
Sudut pandang teoritis sendiri terbagi atas aliran monisme dan aliran dualisme
iii. Ada kesalahan yang terdiri dari dolus dan culpa dan tidak ada alasan
pemaaf.
Dengan demikian apabila salah satu unsur diatas tidak terpenuhi maka
Roeslan Saleh. Unsur-unsur delik menurut pandangan ini terbagi atas unsure
da nada kesalahan.
4
2) Unsur-unsur tindak pidana dalam undang-undang.
Dari 11 unsur tersebut, unsur kesalahan dan unsur melawan hukum merupakan
objektif suatu tindak pidana.Unsur yang bersifat subjektif adalah semua unsur
Setelah menguraikan tindak pidana dari segi pengertian dan unsur-unsur tindak
pidana. Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis tindak pidana. Jenis tindak pidana
terdapat pada buku II KUHP yaitu suatu perbuatan dianggap sebagai tindak
4
dihukum karena merupakan perbuatan tercela yang merugikan kepentingan
tata susila. Sedangkan delik pelanggaran diatur dalam buku III KUHP yaitu
b) Delik formil dan delik materiil, Delik formil adalah delik yang dianggap
Pasal 362 KUHP tentang pencurian. Sedangkan, delik materiil adalah delik
yang dianggap telah selesai ketika timbulnya akibat dari tindak pidana
tersebut. Apabila akibat tidak terjadi maka perbuatan tersebut hanya berupa
pembunuhan.
Pasal 263, 285, 362 KUHP. Sedangkan, delik ommissionis adalah delik
522 KUHP tentang tidak hadir sebagai saksi, Pasal 531 KUHP tentang tidak
d) Delik dolus dan delik culpa, Delik dolus adalah delik yang didalamnya
4
e) Delik biasa dan delik aduan, Delik biasa adalah delik yang dapat dituntut
oleh Negara melalui aparat penegak hukumnya tanpa harus ada pengaduan
dari pihak korban. Sedangkan delik aduan adalah delik yang baru dapat
dituntut ketika ada pengaduan dari pihak korban atau pihak yang merasa
Korupsi merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa latin corruptio yang
corruptio berasal dari kata dasar corrumpore yang diartikan sebagai kejahatan,
kebusukan, tidak bermoral, kebejadan dan ketidak jujuran. Selain itu, ada pula
yang berpendapat bahwa dari segi istilah, korupsi berasal dari kata corrupteia
yang dalam bahasa latin berarti bribery atau seduction. Bribery diartikan sebagai
seseorang menyeleweng.
Secara umum berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) UU No.20 Tahun 2001 Tentang
Korupsi, tindak pidana korupsi diartikan: “Setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
4
2. Sejarah Perundang-Undangan Korupsi.
pihak-pihak (subjek) korupsi serta sanksi korupsi yang dinilai terlalu ringan.
Pada masa ini terdapat berbagai peraturan penguasa militer yang berhubungan
angkatan darat.
Harta Benda.
4
b) Masa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 24 Tahun
1960.
Tindak Pidana Korupsi, secara garis besar rumusan korupsi sebagaimana yang
pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan
menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah atau badan hukum
atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau badan yang
Pidana Korupsi.
4
d) Masa Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
4
Pada fase ini, mulai dikenal adanya lembaga baru yang menangani tindak pidana
korupsi di Indonesia yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selain itu pada
UU No.20 tahun 2001 Pasal-Pasal yang mengenai kejahatan jabatan tidak lagi
merujuk pada KUHP akan tetapi langsung disebutkan rumusanya. Jika dilihat dari
bahwa yang dimaksud dengan gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas,
Beban pembuktian terbalik yang diatur pada Pasal 37, Pasal 37A, Pasal 38B
Perluasan pengertian mengenai sumber perolehan alat bukti yang sah berupa
alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 188 Ayat (2) UU No.8 tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
- Alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima,
atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan
itu dan
- Dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat,
dibaca, dan atau di dengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa
4
bantuan suatu sarana, baik yang tertuang diatas kertas, maupun yang
rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna.
sebagai tindak pidana korupsi terdapat pada Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang
No.20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999
Pasal 2 Ayat (1) : “setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara dipidana dengan pidana
penjara paling sedikit 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah).”
Berdasarkan bunyi Pasal tersebut, maka unsur-unsur tindak pidana korupsi yaitu :
a) Setiap orang.
Pada Pasal 2 Ayat (2) ditambah unsur “dilakukan dalam keadaan tertentu”.Yang
dimaksud dengan keadaan tertentu ialah keadaan yang dapat dijadikan alasan
4
Pasal 3 : 23 “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara, di pidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00 (lima puluh juta)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah).”
Berdasarkan bunyi Pasal tersebut, maka unsur-unsur tindak pidana korupsi yaitu :
a) Setiap orang.
b) Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi.
a) Pegawai Negeri.
Ayat (1) UU No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UU No.8 tahun 1974
4
“Setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan
b) Korporasi
Korporasi merupakan kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Ketika suatu korporasi
korporasi, yaitu :
apabila suatu tindak pidana terjadi dalam lingkungan korporasi maka tindak
suatu tindak pidana dapat dilakukan oleh korporasi, akan tetapi tanggung
jawab untuk itu menjadi tanggung jawab pengurus korporasi asal saja
5
merupakan tanggungjawab langsung dari korporasi. Dalam system ini
c) Setiap Orang
menghendaki agar yang disebut sebagai pelaku tindak pidana korupsi adalah siapa
saja baik sebagai pejabat pemerintah maupun pihak swasta yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau korporasi yang dapat
Pada dasarnya terdapat beberapa tipe tindak pidana korupsi yang sering terjadi di
Negara. Korupsi tipe ini telah diatur pada Pasal 2 Ayat (1) UU No.31 Tahun
24
Lilik Mulyadi. 2011. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Alumni, Bandung, hlm. 79.
5
tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah).”
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara, di pidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00
(lima puluh juta) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar
rupiah).”
3) Tindak pidana korupsi tipe ketiga, terdapat dalam ketentuan Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13 UU No.20
Tahun 2001. Maka dari itu dalam korupsi tipe ini terdapat berbagai jenis
dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11, Pasal 12 dan Pasal 13 UU No.20 tahun
2001 yang merupakan eks pasal KUHP yaitu pasal 209, Pasal 210, Pasal
5
b) Korupsi yang bersifat kecurangan. Yang dimaksud korupsi yang bersifat
Pasal 7 UU No.20 Tahun 2001 yang merupakan eks pasal KUHP yaitu
dengan jalan merugikan keuangan Negara. Korupsi jenis ini diatur dalam
Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 UU No,20 Tahun 2001 yang merupakan eks
pasal KUHP yaitu Pasal 415, Pasal 416 dan Pasal 417.
5
penyelenggara Negara dan tidak dilaporkan kepada Komisi
Kriteria ini sudah diperluas karena ada istilah karena jabatan, kedudukan, dan
maupun pegawai negeri.Begitu juga dengan pemberian hadiah dan janji pada
undang undang yang baru, kriterianya sudah diperluas. Apa yang dimaksud
adalah apakah yang dimaksudkan itu adalah perbuatan “aktif” saja atau perbuatan
sendiri atau orang lain”, atau “menguntungkan diri sendiri atau orang lain”, yang
merupakan kata kerja maka dapat dipastikan bahwa yang dimaksud itu adalah
perbuatan aktif”.
melakukan perbuatan aktif saja dan tidak termasuk perbuatan pasif. Artinya, jika
terjadi kerugian negara yang menguntungkan seorang pejabat negara atau orang
lain dan dipastikan bukan karena perbuatan aktif dari pejabat negara tersebut,
maka si pejabat negara itu tidak melakukan perbuatan korupsi. “Perbuatan” itu
5
juga harus memperkaya diri sendiri atau orang lain. Karena penggunaan kata
“atau” antara diri sendiri dan orang lain maka rumusan ini bersifat alternatif.
Dengan demikian memperkaya orang lain saja walaupun tidak memperkaya diri
sendiri adalah termasuk dalam pengertian korupsi ini. Unsur “memperkaya diri
atau orang lain atau suatu korporasi” (vide Pasal 2 ayat (1) undangundang nomor
“menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” (vide Pasal 3
merupakan unsur yang bersifat alternatif sehingga tidak perlu pelaku tindak
pidana korupsi harus menikmati sendiri uang hasil tindak pidana korupsi karena
cukup si pelaku memperkaya orang lain atau menguntungkan orang lain. Unsur
“memperkaya diri atau orang lain atau suatu korporasi” lebih sulit
dibuktikannya bahwa pelaku tindak pidana korupsi berpola hidup mewah dalam
atau suatu korporasi”, artinya adanya fasilitas atau kemudahan sebagai akibat dari
negara” aparat penegak hukum memang bekerjasama dengan instansi terkait yaitu
kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu, maka variabel
5
utama dalam korupsi adalah kekuasaan, dengan kata lain mereka yang memiliki
kekuasaan, khususnya terhadap sumber daya publik akan berpeluang besar untuk
D. Kepala Desa
Berdasarkan Pasal 26 Ayat (2) UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, kewenangan
kepala desa antara lain :
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.
2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.
3) Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan asset desa.
4) Menetapkan peraturan desa.
5) Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.
6) Membina kehidupan masyarakat desa.
7) Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.
8) Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengintegrasikannya
agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat desa.
9) Mengembangkan sumber pendapatan desa.
10) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
11) Mengembangkan kehidupan social budaya masyarakat desa.
12) Memanfaatkan teknologi tepat guna.
13) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.
5
Berdasarkan perumusan Bab I Pasal 1 Angka 11 Kitab Undang-Undang Hukum
hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta
pertimbangan hakim atau ratio decidendi memiliki peranan yang sangat penting
perkara.Yakni :
1. Pertimbangan Yuridis.
yang harus dimuat dalam putusan, misalnya dakwaan jaksa penuntut umum,
pada lokasi kejadian (locus delicti), waktu kejadian (tempus delicti), dan modus
5
2. Pertimbangan Non-Yuridis
oleh hakim berdasarkan latar belakang terdakwa, akibat yang ditimbulkan dari
Selain dua jenis pertimbangan yang digunakan hakim sebagaimana yang telah
5
BAB III
SEJARAH, VISI-MISI, ARTI LAMBANG SERTA TUGAS DAN FUNGSI
PENGADILAN NEGERI TANJUNGKARANG KELAS 1A
dengan bangunan 2 (dua) lantai, 1 (satu) baseman, untuk lantai dasar terdiri dari 7
ruang sidang biasa, 1 (satu) ruang sidang anak dan 1 (satu) Ruang sidang Utama,
Ruang Panitera Muda Pidana, Ruang Panitera Perdata, Ruang Jaksa, Ruang
Posbakum Ruang Juru Sita, Ruang Wartawan, Ruang Tunggu Anak dan Ruang
Arsip. Sedangkan lantai 2 terdiri dari ruangan Ketua Pengadilan Negeri, Ruang
5
Pengganti 3, Ruang Panitera Pengganti 1, Ruang Sub Bagian Umum dan
Panitera Muda Tipikor, Ruang Sekretaris, Ruang Wakil Panitera, Ruang Hakim 2
, Ruang Hakim 1. Untuk bagian Baseman Ruang Tahanan Wanita, Ruang tahanan
(tahun 2005 sampai dengan 2009). sedangkan untuk gedung yang berada dibawah
(gedung lama) masih digunakan untuk ruang panitera Muda Hubungan Industrial,
dan Ruang Panitera Muda Hukum, Mushola dan Rumah Penjaga Kantor
VISI :
MISI :
Kelas IA
Tanjungkarang Kelas IA
6
C. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas IA
Kelas 1A
5. Efiyanto D, SH., MH
6
9. Hastuti, S.H., M.H.
4. Chairullah, SH. MH
7. PuspitasarI, SH
6
7. Pejabat Fungsional : 1. Herlina, S.H.
2. Syukri Ramadhan S. H.
2. Isi :
a) Garis Tepi, 5 (lima) garis yang melingkar pada sisi luar lambang
berupa bentuknya cakra, dalam keadaan "diam" (statis), tetapi cakra yang
sebagai cakra yang (sudah) dilepas dari busurnya. Kala cakra dilepas dari
busurnya roda panah (cakra) berputar dan tiap ujung (ada delapan) yang
6
terdapat pada roda panah (cakra) mengeluarkan api. Pada lambang
masing terdiri dari atas 8 (delapan) bunga melati, melingkar sebatas garis
kepemimpinan (hastabrata).
(dua) huruf M yang berjajar. Hal itu disesuaikan dengan bentuk tulisan "
double M, huruf "A" yang terdapat pada akhir kata "dharma" akan dilafal
6
sebagai "A" seperti pada ucapan kata "acara", "dua" "lupa" dan
"O" seperti lafal "O" pada kata "motor", "bohong" dan lain-lainnya. Kata
1. Fungsi Mengadili atau judicial power, fungsi ini berarti Pengadilan Negeri
6
dapat diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya terhadap pelaksanaan
6
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Agus Salim Andi. 2007. Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum.Ghalia
Indonesia, Bogor.
Indra Bastian. 2015. Akuntansi untuk Kecamatan dan Desa. Erlangga, Jakarta.
6
W Prodjodikoro. 2005. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesi, P.T.Eresco,
Jakarta.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. SUMBER LAINNYA.
Laporan ICW atas dugaan korupsi dana desa rentang tahun 2010-2015.
Laporan KPK Tahun 2017 mengenai kajian UU Desa Tahun 2014 atas
Pengelolaan Dana Desa Tahun 2015
Sahrul Haidin. 2017. Jurnal Kajian Hukum dan Keadilan - Volume 5 Nomor 1,
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa Setelah Berlakunya Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Di Kabupaten Dompu).
Siti Khoiriah. 2017. Jurnal Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 Nomor 1, Analisis
Sistem Pengelolaan Dana Desa Berdasarkan Regulasi Keuangan Desa.