Anda di halaman 1dari 3

Suku Ambon

Suku Ambon atau suku Alifuru (dikenal pula


sebagai orang indigenos Kepulauan Maluku) adalah sebuah kelompok etnis Indonesia dari
campuran Austronesia-Papua. Mereka kebanyakan menganut agama Kristen atau Islam. Suku
Alifuru mendiami kepulauan yang bernama Kepulauan Maluku, termasuk pulau atau kota Ambon.
Kepulauan Maluku adalah sebuah kepulauan di sebelah timur Sulawesi dan sebelah timur
kepulauan Timor atau Nusa Tenggara serta di sebelah barat pulau Papua di Indonesia. Bahasa
umum di kepulauan tersebut adalah Bahasa Melayu Maluku atau juga disebut Bahasa Ambon.
Bahasa tersebut berkembang menjadi bahasa komunikasi sehari-hari perdagangan di Maluku.
Sementara itu untuk bahasa Komunikasi komunitas lokal, terdapat lebih dari 200 bahasa lokal, dan
1(satu) bahasa ibu(induk) yaitu bahasa tana(h) atau kapata.

Bahasa Ambon

Bahasa Ambon adalah bahasa yang tergolong sebagai rumpun atau dialek dari
bahasa Melayu yang dipertuturkan di wilayah Provinsi Maluku yang mencakup Kota Ambon, Pulau
Ambon, Pulau-Pulau Lease yaitu Saparua, Haruku dan Nusalaut, serta Pulau Buano, Pulau
Manipa, Pulau Kelang, Pulau Seram serta dipakai pula sebagai bahasa perdagangan atau trade
language di Kei, Banda, Kepulauan Watubela, Pulau Buru, Maluku Tenggara sampai ke Maluku
Barat Daya.

Struktur Bahasa Melayu Ambon ini juga agak berbeda dengan Melayu pada umumnya, namun lazim
di Indonesia Timur. Struktur bahasanya sangat mirip dengan bahasa-bahasa di Eropa.. Seperti ini
(kepemilikan):

 Beta pung buku = Buku saya = My book


 Susi pung kaka = Kakak susi = Susi's brother/sister
 Ahmad ada pi ka Tulehu = Ahmad sedang pergi ke Tulehu
 Ada orang dapa bunuh di kusu-kusu = ada orang dibunuh di Alang-alang
 Katong jaga tinggal disini sa = kami tetap tinggal disini saja
Pakaian Adat Suku Ambon

Baju Cele

Baju Cele atau kain salele merupakan pakaian tradisional Maluku yang paling terkenal.
Meski terkesan sederhana dan cukup mudah untuk dikenakan atau dipakai , tapi
pakaian adat Maluku ini mempunyai nilai filosofis dan estetis yang tinggi.

Salah satu ciri khas pakaian adat Maluku yang bernama baju Cele adalah warnanya
yang merah terang dengan motif bergaris perak ataupun emas yang geometris. Baju ini
juga terbuat dari bahan kain yang tebal tapi masih nyaman ketika dipakai.

Untuk baju adat Cele khusus laki-laki bagian atas memakai kemeja sebagai dalaman
dan ditutupi baju Cele yang mirip seperti kemeja. Sedangkan bagian bawah memakai
celana bahan berwarna putih ataupun hitam.

Dan baju adat khusus wanita biasanya baju Cele akan dikenakan bersama dengan
kebaya yang memiliki warna sama. Selain kebaya, baju cele ini juga sering dipakai
bersama kain sarung yang ditenun.

Kegiatan Adat Suku Ambon

Bambu Gila

Bambu Gila adalah tradisi Maluku yang erat


dengan hal mistis. Di pulau Ambon, pertunjukan Bambu Gila bisa ditemukan di desa
Liang dan desa Mamala. Tradisi ini dimulai dengan menebang batang bambu, batang
bambu yang digunakan tidak sembarang dipili,sang pawang haruslah melakukan
serangkaian adat untuk meminta izin penebangan batang bambu dihutan bambu.
Bambu yang dipakai untuk tradisi ini adalah bambu dengan ruas ganjil, panjang bambu
bisa mencapai 2,5 meter dengan diameter 8-10 cm. Setelah mendapatkan bambu,
berikut yang harus disediakan adalah kemenyaan, mantra dan para lelaki yang
berjumlah ganjil sebagai penahan bambu.

Hal yang terpenting dalam tradisi ini adalah semua keperluan harus berjumlah
ganjil. Para lelaki penahan bambu biasanya bertubuh tegap atletis dengan tenaga yang
kuat, hal ini dikarenakan mereka harus mampu menahan bambu yang akan meronta
dengan sangat ganas, mereka pun hanya memakai celana pendek merah atau hitam
dengan ikat kepala tanpa mengenakan sehelai baju untuk menutup dada namun,
dengan beberapa alasan terkadang para pemain bambu gila diharuskan mengenakan
baju menutup dada. Setelah semua persiapan baik adat maupun tidak siap disediakan,
maka atraksi akan dimulai. Sang pawang akan mengarahkan roh yang ada didalam
bambu sambil memegang wadah berisi kemenyaan sambil membacakan mantra. Roh
itu akan merontah dan membuat para penahan bambu terlempar kesana-kemari,
namun para penahan harus mampu menahan bambu sampai roh itu bisa ditenangkan
oleh sang pawang.

Anda mungkin juga menyukai