KELAS 6-O
PENDIDIKAN ILMU PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
2
BAB I
3
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai
adalah : Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya terhadap Pola Asuh Orang tua
pada Suku Minangkabau.
4
BAB II
Ketika mendengar kata Minangkabau maka orang akan spontan mengingat Padang
atau Sumbar (Sumatera Barat). Mayoritas orang Indonesia pasti akan mengetahui provinsi
Sumatera Barat terkenal akan masakan paling enak di dunia miliknya yakni ‘Rendang’.
Provinsi ini juga dikenal karena daerah yang dingin karena terletak di dataran tinggi pulau
Sumatera dan memiliki berbagai macam pemandangan indah yang dapat menarik
berbagai macam turis.
Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatra Barat, separuh daratan Riau,
bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatra Utara, barat
5
daya Aceh dan Negeri Sembilan di Malaysia. Lebih spesifiknya, letak Sumatera Barat
adalah di Sumatera bagian barat yang letak astronomi provinsi ini berada di antara garis
lintang 1⁰ Lu-4⁰ Ls dan garis bujur 98⁰ -102⁰ BT atau yang sering disebut dengan
Sumatera Barat. Para orang tua provinsi Sumatera Barat ini mendidik anaknya
berlandaskan atas dasar dari tatanan adat yang terdapat di daerahnya, baik ia yang
menetap di Padang, maupun yang menetap di luar Padang atau perantauan.
Karena terletak di dataran tinggi dan dikelilingi banyak gunung, provinsi Sumatera
Barat memiliki cuaca yang relatif dingin pada mayoritas daerahnya dan memiliki tanah
yang subur. Aliran air biasanya berasal dari gunung atau dari danau dan laut. Kebanyakan
masyarakat Minangkabau adalah pedagang dan petani karena mereka suka merantau dan
memiliki tanah yang subur dan cocok untuk bercocok tanam. Provinsi Sumatera Barat
tetap menjaga keaslian budaya dan bangunan turunan dari nenek moyang mereka.
6
anaknya, karena pola asuh dari ibu sangat besar pengaruhnya dalam tumbuh kembang
anaknya. Ayah atau bapak juga memiliki peranan dalam mengasuh anaknya, tetapi yang
paling berpengaruh besar adalah ibunya. Ada pembekalan yang diberikan oleh adat
Minangkabau kepada calon ibu dan ayah dalam mendidik anak nya kelak untuk
mengahadapi perubahan zaman.
Masyarakat Minangkabau memiliki tradisi yang digunkaan oleh mereka sebagai cara
atau pola menstimulai anak. Tradisi ini sudah lama dikenal dan dilakukan secara turun
temurun, yang disebut dengan manjujai. Manjujai adalah salah satu cara para ibu di
Minangkabau dalam menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Bentuk-bentuk
manjujai sendiri beragam seperti pantun lagu, permainan sederhana shalawat nabi dan
lain-lain. Kegiatan ini biasanya dilantunkan kepada anak saat disusui atau ditimang
sebelum tidur.
Pengasuhan yang dilakukan oleh ibu merupakan pola asuh psikososial berupa
pemberian stimulasi akan memengaruhi perkembangan anak. Stimulasi psikososial adalah
serangkaian kegiatan perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang
datang dari lingkungan anak yang bertujuan untuk membantu anak mencapai tingkat
perkembangan yang optimal. Bradley dkk. menyebutkan bahwa pola asuh psikososial
meliputi reaksi emosi, dorongan positif, suasana yang nyaman, dan kasih sayang yang
ditunjukkan orang tua, serta sarana tumbuh kembang dan belajar. Dan tradisi manjujai ini
dapat digunakan sebagai stimulasi perkembangan pada anak usia dini.
Manunjai memiliki banyak manfaat dan dampak positif dalam perkembangan anak.
Pengaruh positif dari aktifitas manunjai bagi perkembangan anak, antara lain:
a) Perkembangan Bahasa,
7
b) Perkembangan Sosial-Emosional,
d) Perkemabangan Fisik-Motorik,
e) Perkembangan Psikososial,
Sebuah penelitain oleh Wiswanti dkk (2020) menunjukkan hasil bahwa partisipan
Magelang (Jawa) dan Bukittinggi (Minangkabau) yang merupakan representasi dari
masyarakat rural menunjukkan pola pengasuhan conformity (otoriter) yang lebih dominan
dibandingkan partisipan Jabodetabek. Partisipan Jawa dan Minangkabau sama-sama
menekankan pentingnya tata krama serta kepatuhan dan rasa hormat pada orang tua.
8
mendatang. Penyebab lainnya ialah tingginya angka kemiskinan di provinsi Sumbar ini
sehingga nutrisi kepada anak tersebut tidak dapat terpenuhi seuntuhnya. Hal ini menjadi
masalah penting yang harus segera di atasi oleh pemerintah.
Kebanyakan anak-anak dari suku Minang tidak memiliki tubuh yang begitu berisi
karena kebanyakan anak banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Namun tidak sedikit
pula anak-anak keturunan Minangkabau memiliki tubuh yang berisi. Sebab, makanan
sehari-hari orang Minang biasanya adalah daging sapi dan juga gulai yang mengandung
santan. Sebagaimana kita ketahui bahwa hal disampinga dalah pemicu timbulnya
penyakit kolesterol di masa tua nantinya. Dan ini banyak ditemui oleh orang tua minang
yang sudah terbiasa sejak kecil memakan daging dan santan, mereka kebanyakan
memiliki penyakit kolesterol. Hal ini pun menjadi kekhawatiran bagi anak-anak
keturunan Minang.
9
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penggambaran pola asuh suku Minang ini, maka dapat diketahui bahwa
pola yang diberikan oleh orang tua keturunan suku Minangkabau adalah didikan yang
melibatkan agama. Dalam hal mendidik, masyarakt Minangkabau percaya bahwa ibu
memilki peran yang besar terhadap anaknya. Cara agar anak dapat memilki karakter
pribadi yang baik yakni dengan didik sejak kecil semasih di dalam gendongan ibu.
Masyarakat Minangkabau mendidik anak dengan tradisi yang disebut ‘Manjujai’ yakni
tradisi menyapih anak kecil dalam gendongan ibu yang bertujuan menyampaikan nilai-
nilai kebaikan kepada anaknya melalui nyanyian, pantun lagu, permainan sedrhana dan
sholawat nabi. Dari tradisi manjujai ini dapat berdampak pada perkembanagn bahasa,
sosial-emosional, moral dan spiritual, fisik dan motorik, serta perkembanagn psikososial.
Sebab, ajaran yang disampaikan ibu mencakup segala perkembanagn yang diharapkan
akan berkembang pada anaknya.
Secara garis besar, kesehatan anak-anak keturunan suku Minangkabau terutama yang
tinggal di Sumatera Barat sangat riskan terhadap kekurangan gizi. Sebab mereka hidup
dibawah garis kemiskinan dan asupan gizi yang dibutuhkan kurang terpenuhi. Hal ini
terbukti bahwa 12 persen dari bayi di Sumatera Barat lahir dengan kurang gizi dan
stunting (Unicef,2019). Hal ini pun perlu menjadi perhatian pemerintah mengenai
fenomena perkembangan anak ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/2019-06/Bahasa
%20Sumatera%20Barat%20low%20res2.pdf
We, A. Y., & Fauziah, P. Y. (2020). Tradisi Kearifan Lokal Minangkabau “Manjujai”
untuk Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 5(2), 1339-1351.
Wiswanti, I. U., Kuntoro, I. A., Rizqi, N. P. A., & Halim, L. (2020). Pola asuh dan
budaya: Studi komparatif antara masyarakat urban dan masyarakat rural Indonesia. Jurnal
Psikologi Sosial, 18(3), 211-223.
11