Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ISLAM DAN BUDAYA MINANGKABAU


Tentang
KONSEP LUHAK, KONSEP RANTAU DAN MAKNA ALAM
TAKAMBANG JADI GURU

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Rahmad abadi (2316040080)


2. Muhammad Ihksan (2316040099)
3. Egi Mualana Saputra (2316040093)

Dosen Pengampuh:

Rahman Diyanto,M.Hum

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1445/2023 M

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Dan kami mengucapkan terima kasih kepada dosen bapak RAHMAN
DIYANTO,M.HUM. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima


kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyesaikan makalah ini akhinya penulis berharap semoga Allah memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal 'Alamiin.

Padang, 4 maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Konsep Luhak ...................................................................................... 3


B. Knsep Rantau ....................................................................................... 9
C. Makna Alam Takambang Jadi Guru .................................................... 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 21

A. Kesimpulan .......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELALATKANG


Minangkabau dalam pengertian sosial budaya merupakan suatu
daerah kelompok etnis yang mendiami daerah Sumatera Barat sekarang,
ditambah dengan daerah kawasan pengaruh kebudayaan Minangkabau
seperti: daerah utara dan timur Sumatera Barat, yaitu Riau daratan, Negeri
Sembilan Malaysia; daerah selatan dan timur yaitu; daerah pedalaman
Jambi, daerahpesisir pantai sampai ke Bengkulu, dan sebelah Barat
berbatasan dengan Samudera Hindia
Dalam pemahaman umum sekarang ini (terutama orang luar
Minangkabau), kata Minangkabau sering diidentikkan dengan kata
Sumatera Barat. Padahal secara subtantif keduanya mempunyai makna
yang berbeda. Daerah geografis Minangkabau tidak sepenuhnya
merupakan bagian daerah propinsi Sumatera Barat.
Sumatera Barat adalah salah satu propinsi menurut administratif
pemerintahan RI, sedangkan Minangkabau adalah teritorial menurut kultur
Minangkabau yang daerahnya jauh lebih luas dari Sumatra Barat sebagai
salah satu propinsi.
Luhak atau juga disebut Luak berarti sumur. Sumur adalah sumber
mata air yang menjadi dasar pembentukan hunian settlemen masyarakat.
Secara historis, kecendrungan masyarakat cendrung membentuk
pemukiman penduduk memusat dansumber-sumber penghidupan mereka,
dan cendrung mendekati mengitari/mendekati mata air.
Rantau Minangkabau secara teritori adalah daerah di luar "luhak
nan tigo" yang merupakan daerah asal orang minangkabau bermukim dan
menjalani kehidupan Rantau dalam pengertian ekonomi adalah daerah di
luar daerah asal atau tanah tempat mencari kehidupan.Merantau adalah

1
budaya orang Minangkabau untuk mengembangkan diri dan mencari
penghidupan. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk mengembangkan
kebudayaan daerah asal diperantauan.

"Alam takambang jadi guru" adalah ungkapan pepatah


Minangkabau yang sangat populer. Alam merupakan sumber belajar
(learning resources) bagi masyarakat Minangkabau. Alam dengan segala
bentuk, sifat, serta segala yang terjadi di dalamnya, merupakan sesuatu
yang dapat dijadikan sebagai pedoman, ajaran, dan guru bagi masyarakat
minangkabau.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep Luhak dalam Minangkabau?
2. Bagaimana konsep Rantau dalam Minangkabau?
3. Bagaimana konsep makna dari „‟Alam takambang jadi guru‟‟?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui bagaimana konsep Luhak dalam Minangkabau.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep rantau dalam Minangkabau.
3. Untuk mengetahui konsep makna dalam „‟Alam takambang jadi guru.‟‟

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Luhak
Luhak adalah wilayah konfedarasi dari beberapa nagari di Minangkabau yang
terletak di pedalaman Sumatare Barat.Berdasasrkan sejarah dan Tambo
Minangkabau,masyarakat minang pertama kali bermukim di daerah lereng
Gunung Merapi.Kemudian menyebar ketiga daerah disekitar gunung
merapi,ketika daerah tersebut dikenal dengan istilah Luhak nan tiga ‘

1. Pengertian luhak
Luhak atau Luhak adalah wilayah konfederasi dari beberapa nagari di
Minangkabau yang terletak di pedalaman Sumatera Barat Wilayah ini merupakan
wilayah pemukiman awal penduduk Minangkabau yang dikenal dengan istilah
Darek (darat) untuk membedakannya dengan wilayah rantau minangkabau, baik
rantau pasisie di sepanjang pantai barat Sumatra maupun rantau Hilia di wilayah
Riau dan bagian barat Jambi. Dalam Tambo Alam Minangkabau luak memiliki
makna kurang atau berkurang.

Terdapat tiga luak di Minangkabau, yaitu:


 Luhak tanah data yang meliputi Kabupaten tanah datar,Kabupaten
sijunjung,Kota Padang Panjang,dan Kota Sawahlunto.
 Luhak Agam yang meliputi Kabupaten Agam dan Kota Bukitinggi
sekrang.
 Luhak Limopuluah yang meliputi Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota
Payakumbuh sekarang.

Ketiga luhak tersebut juga dijuluki dengan luak nan tigo. Luhak terdiri dari
beberapa nagari, dimana setiap nagari ada didalam suatu luak dipimpin oleh para

3
penghulu dan mempunyai adat yang sama, sedangkan adat di suatu luhak dengan
adat di luak yang lain tidak sama

2. Sejarah Luhak di Minangkabau


Menurut tukang kaba, dalam salah satu Tambo, cerita historis tentang asal
usul dan silsilah nenek moyang orang Minangkabau di Sumatera Barat terdapat
sebuah kerajaan Pariangan yang dipimpin oleh Datuak Badaryo Kayo. Ia
memiliki saudara seayah bernama Datuak Katumangguangan dan Datuak
Bandaryo Kayo guna membicarakan masalah kepadatan penduduk di Kerajaan.

Dan pertemuan ini disepakati untuk memindahkan sebagian penduduk


kerajaan ke daerah pemukiman baru. Setelah mengetahui daerah-daerah yang
akan dijadikan permukiman baru, mulailah permindaan baru, mulailah pemindaan
sebagai penduduk ke tiga Utara, Barat, dan Timur. Daerah permukiman baru di
sebelah barat kemudian diberi nama Luhak(Daerah) Agam.

Daerah sebelah Daerah sebelah timur dinamakan Luhak Tanah Datar.


Sementara itu, Datuak Sri Maharajo Nan Banego memimpin 50 orang menuju kea
rah Utara, daerah Payakumbuh. Tempat ini kemudian dikenal dengan nama Luhak
Lima Puluah yang dalam perkembangannya menjadi kabupaten 50 kota. Untuak
mengenang sejarah asal-usul nama kabupaten ini, pada lambing daerahnya
kemudian dicantumkan angka.

`Pada masa dahulu, daerah minangkabau meliputi dua kawasan utama


yaitu darek (darat) dan rantau. Kedua kawasan tersebut terdiri dari luhak nan tigo
(luhak yang tiga) dan rantau nan duo (rantau yang dua). Luhak nan tigo terletak di
daerah pegunungan yang menjadi basis Minangkabau. Ketiga luhak tersebut
adalah, Luhak Tanah Datar trletak di lembah dan datarn tinggi sekitar gunung
merapi, Gunung Singgalang dan gunung tandikek: Luhak Agam terletak di
lembah dan dataran sekitar gunung meapi dan gunung Singgalang, dan Luhak

4
limo puluh koto terletak di lembah dan dataran tinggi sebelah Timur Gunung
Sago.

Wilayah daerah Luhak Nan Tigo meliputi enam daerah tingkat dua, tiga
kabupaten dan tiga kota madya, yaitu kabupaten agam kabupaten Tanah Datar dan
kabupaten lima puluh kota. Kota madya Bukittinggi, kota Madya Padang Panjang
dan kota madya Payakumbuh. Kota Madya Bukittinggi terletak dalam wilayah
kabupaten Agam kedua daerah tersebut secara adat disebut Luhak Agam, kota
madya Padang Panjang terletak dalam wilayah daerah kabupaten Tanah Datar
Kedua daerah tersebut disebut Luhak Tanah Datar Kota madya Payakumbuh
terletak dalam wilayah daerah kabupaten Lima Puluh Kota Kedua daerah tersebut
secara adat disebut Luhak Nan Tigo.

Luhak Nan Tigo adalah merupakan daerah asal orang Minangkabau dan
sekaligus pusat kebudayaan Minangkabau. Pada masa pemerintahan Belanda ,
daerah Luhak merupakan daerah Teritorial pemerintahan disebut afdeling
dikepalai oleh seorang Residen , masyarakat disebut Tuan Luhak.

3. Mengenal Luhak nan Tigo, asal Mula Minangkabau


Wilayah darek adalah wilayah daratan yang pertama kali di tinggali oleh
masyarakat Minangkabau. Berdasarkan sejarah dan tambo minangkabau,
masyarakat minang pertama kali bermukim di daerah lereng gunung Marapi .
Ketiga daerah tersebut dikenal dengan istilah Luhak Nan Tigo.

Ketiga wilayah persebaran masyarakat minang ini memiliki sejarah penamaan


karakteristik geografis dan sosial ekonomi berbeda . Luhak dalam bahasa
minangkabau diartikan sebagai sumber air atau sumur.
Berikut wilayah luhak tersebut;

5
 Luhak Tanah Datar
Dahulunya perkampuangan awal Dahulunya perkampungan awal
minangkabau memiliki 3 sumur, yang juga mereka sebut dengan luhak.
Salah satu sumur terletak di daerah dengan kontur tanah yang datar.
Sehinga masyarakat yang biasa minum dari sumur tersebut diidentifikasi
sebagai masyarakat luhak tanah datar.

Pengertian kedua mengenai luhak adalah kurang'. Luhak Tanah Datar,


sekarang disebut sebagai kabupaten tanah datar, memiliki bentuk geografis yang
berlembah dan berbukit-bukit. Daerah ini memiliki sedikit sekali dataran dan
sangat kurang dengan tanah yang datar. Sehinga kemudian disebut sebagai luhak
tanah datar.

Luhak tanah datarr digambarkan dengan pepatah minang "Bumiyo lemban,


aianyo tawa, ikannya banyak". Petatah petitih ini menggambarkan kondisi alam
dan budaya luhak yang juga disebut sebagai nan tuo ini.
Luhak tanah datar memiliki tanah yang subur akibat abu vulkanik gunung Marapi.
Sehingga sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian. Terutama sayur-
sayuran. Apalagi dengan kondisi cuacanya dengan udara sejuk.Ikannya jinak
merupakan metafora akan kondisi penduduknya yang ramah. Karena memang dari
sinilah dipercaya awal mula kerajaan dan kebudayaan minangkabau Bentuk
rumah gadang luhak tanah datar juga khas dibanding dengan dua luhak lainnya.
Rumah gadang memiliki anjungan disebelah kiri dan kanan rumah gadang Bagian
lantai di sebelah kiri dan kanan rumah gadang sengaja dibuat lebih tinggi dari
lantai utarna, Rumah gadang tipe ini sangat kuat akan pengaruh Koto piliang.

6
 Luhak Agam
Sumur kedua yang dijadikan tempat mengambil air minum dinagari tuo
pariangan terletak di daerah yang banyak ditumbuhi tumbuhan mensian (Agam).
Sehingga kelompok masyarakat yang biasa mengambil air disana diidentifikasi
sebgai masyarakat luhak agam.

Pengertian kedua mengenai luhak adalah kurang konon masyarakat disini


kekurangan (tokoh-tokoh) agama, sehingga syiar Islam tidak sebagus luhak tanah
datar. Banyak tokoh agama yang didatangkan dari luar, ataupun penduduk local
yang belajar keluar agam. Dari sinilah kemudian muncul istilah luhak agam, yang
artinya kurang (tokoh) agama.

Luhak nan tangah ini digambarkan dengan pepatah minang "Buminyo angek,
aianyo karuah, ikannyo lia". Hal ini menggambarkan bahwa kondisi geografis
uhak agam yang cenderung lebih panas dari wilayah luhak tanah datar.

Masyarakat luhak agam digambarkan emosional, dengan tingkat persaingan


tinggi. Penduduk luhak nan agam lebih heterogen dan beragam. Karena memang
didaerah ini banyak pendatang yang mencari sumber pendapatan. Berbeda dengan
rumah gadang luhak tanah datar, bentuk rumah gadang luhak agam lebih dominan
dipengaruhi kelarasan Bodi Cantago. Lantai rumah gadang dibuat rata, tanpa
anjungan dibagian kiri dan kanan

 Luhak 50 Koto
Kelompok masyarakat ketiga yang bermukiman di nagari tue partangan ini
terdiri dari 50 keluarga. Masyarakat ini memiliki sumur (luhak) sendırı yang
digunakan sebga sumber air bersih. Orang-orang inilah yang kemudian merantau
dari tempat asalnya dan diidentifikasi sebgai penduduk luhak limo puluh koto.

Pengertian kedua luhak adalah 'kurang Ketika berpindah dari gunung merapi,
penduduk yang awalnya terdiri dari 50 keluarga ini kurang jumlahnya. Dari

7
sinilah kemudian masyarakat yang kurang dari 50 keluarga ini disebut sebagai
penduduk luhak lima puluh kota. Kondisi luhak limo puluah kote digambarkan
lewat papatah minang "Buminyo sajuak, alanyo janiah, ikannyo jinak Hal ini
menggambarkan bahwa masyarakat 50 kota cenderung homogen, memiliki
ketenangan fikiran dan hidup dalam rukun damai.Bentuk rumah gadang luhak
limo puluah koto tidak jauh berbeda dengan rumah gadang luhak agam. Lantai
dibuat datar tanpa ada anjungan di bagian kiri kanan, Seperti rumah gadang luhak
tanah datar.

Nenek moyang minangkabau yang berasal mula dari gunung Marapi


kemudian menyebar ketiga wilayah (Luhak nan Tigo) ini. Ketika penduduk makin
ramai dan tempat tinggal semakin sempit, kemudian mereka pindah dan
memperluas wilayah lagi, daerah itulah yang kemudian dikenal istilah rantau, dan
daerah pasisia (wilayah yang berada di tepi laut/ pesisir).

Sebenarnya pengertian Luhak ialah wilayah atau teritorial. Di Minangkabau


terdapat tiga luhak, masing- masing Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak
50 Koto: Masing-masing luhak mempunyai ciri khas. Kadang- kadang ciri-ciri
tersebut ditafsirkan sebagai manifestasi tatanan adat, Memang setiap luhak
dilengkapi dengan cirinya masing-masing sebagai lambang karakteristiknya.
Warna pakaian penghulu adat di tiap-tiap luhak berbeda pula. Inilah terutama
yang menyebabkan orang menafsirkan luhak sebagai tatanan adat.

Luhak atau juga disebut Luak berarti sumur Sumur adalah sumber mata air
yang menjadi dasar pembentukan hunian settlemen masyarakat. Secara historis,
kecendrungan masyarakat cendrung membentuk pemukiman penduduk memusai
dan mendekat sumber-sumber penghidupan mereka, dan cendrung mendekati
mengilari mendekati mata air.

8
B. Konsep Rantau
Merantau merupakan ciri khas masyarakat Minangkabau yang terbangun dari
budaya dinamnis, egaliter, mandiri, dan berjiwa merdeka. Merantau adalah
meninggalkan rumah dan kampung halaman untuk mencari pengetahuan,
pengalaman, dan berinteraksi dengan orang lain dari berbagai beragam tempat,
dengan beragam kultur dan wawasan.

Minangkabau perantauan merupakan istilat untuk suku Minang yang hidup


diluar provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Merantau merupakan proses interaksi
masyarakat Minangkabau dengan dunia luar. Kegiatan ini merupakan sebuah
petualangan pengamalan dan geografis, dengan meninggalkan kampung halaman
untuk mengadu nasib dinegeri orang.

Merantau bagi laki-laki minang adalah gerbsng inisiasi yang harus dilalui
untuk menjadi orang yang tangguh, dan harus dilakukan sewaktu berumur muda.
Merantau merupakan proses pendewasaan untuk memperoleh kehidupan yang
lebih baik dari kehidupan dikampung.

1. Sejarah Rantau di Minangkabau


Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk suku Minangkabau yang
hidup diluar provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Merantau merupakan proses
interaksi masyaraka Minangkabau dengan dunia luar. Kegiatan ini merupakan
sebuah petualangan pengamalan dan geografis, dengan meninggalkan kampung
halaman untuk mengadu nasib di negeri orang. Keluarga yang telah lama
memiliki tradisi merantau, biasanya mempunyai saudara di hampir semua kota
utama di Indonesia dan Malaysia. Keluarga yang paling kuat dalam
mengembangkan tradisi merantau biasanya datang dari keluarga pedagang-
pedagang dan penuntut ilmu agama. Merantau bagi orang minang adalah budaya,
tapi bukan berarti mereka lupa untuk membangun kampung.

9
Halamannya sendiri. Menurut Gusti Asnan menjelaskan di dalam bukunya
yang berjudul kamus Sejarah Minangkabau. Pertama, Merantau dipahami sebagai
keperluan serta dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Kedua, Merantau sebagai
perubahan pemikiran atau transformasi pemikiran dari satu kondisi ke kondisi
yang lain.

Dalam penyebarannya, orang-orang Minangkabau jauh dari daerah asalnya ini


disebabkan oleh adanya dorongan pada diri mereka untuk merantau, yang
disebabkan oleh dua hal. Pertama, ialah keinginan mereka untuk mendapatkan
kekayaan tanpa mempergunakan tanah-tanah yang telah ada Hal ini dapat
dihubungkan sebenarnya dengan keadaan bahwa seorang laki-laki tidak
mempunyai hak menggunakan tanah itu untuk kepentingan dirinya sendiri.
Kedua, ialah perselisihan-perselisihan yang menyebabkan bahwa orang yang
merasa dikalahkan akan meninggalkan kampung dan keluarga untuk menetap di
tempat lain. Sumatera Barat dikenal dengan tradisi merantaunya. Di Minangkabau
sendiri memiliki nilai kearifan lokal tentang anjuran merantau, mengadu nasib,
dan kemudian kembali pulang membawa hasil kesuksesan dan upaya penerapan
budaya merantau dapat dijadikan adat istiadas, norma dan nilai budaya
terpelihara, dihormati, dan dikembangkan dari generasi ke generasi. Sehingga
tidak mengherankan jika masyarakat Minangkabau menyebar hampir ke seluruh
wilayah yang ada di Indonesia.

Para perantau biasanya telah pergi merantau sejak usia belasan tahun, baik
sebagai pedagang ataupun penuntut ilmu Bagi sebagian besar masyarakat
Minangkabau, merantau merupakan sebuah cara yang ideal untuk mencapai
kematangan dan kesuksesan. Dengan merantau tidak hanya harta kekayaan dan
ilmu pengetahuan yang didapat, namun juga prestise dan kehormatan individu di
tengah-tengah lingkungan adat.

Daerah yang menjadi tujuan mereka merantau rata-rata adalah daerah


perkotaan atau di mana saja asal ada orang ramai rata-rata usaha yang di lakoni

10
orang Minangkabau di rantau adalah berdagang atau berjualan. Seperti berjualan
nasi, jualan kain atau pakaian, jualan buku dan sebagainya. Tidak dapat di
mungkiri dimana saja sudah di pastikan kita akan menemukan rumah makan
padang,

Saat merantau, orang minangkabau tidak pernah membawa modal berupa


uang. Yang dibawa hanyalah semangat dan keuletannya. Orang minangkabau
biasanya mengawali usahanya dengan berjualan kaki lima. Barang dagangnya
mulai dari nasi sampai pakaian dalam, pecah belah dan sebagainya. Bagi orang
Minang, guna merantau adalah untuk melawan atau mengentaskan kemiskinan,
orang Minang menyadari betul jadi pengangguran adalah hal yang memalukan.
Terutama sekali malu kepada tetangga, kepada mank dan saudara-saudara
perempuan karena pemuda ini di anggap tidak bisa berbuat atau tidak bisa
menghasilkan. Ada pepatah di Minangkabau mengatakan, "Karakok madang di
hulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno
bahu". Artinya seorang pemuda di Minangkabau, kalau belum bekerja, dia kurang
mendapat remaja- tempat atau kurang dapat perhatian, khususnya bagi rem remaja
dan calon-calon mertua. Kalau di perhatikan hal ini sangat sederhana. Tapi kalau
dumaknai, hal ini sangat dalam sekali nilai-nilainya. Maksudnya, jika untuk
membiayai dirinya sendiri belum sanggup, bagaimana membantu sanak familinya,
apalagi menghidupi rumah tangganya nanti. Untuk merantau, orang Minang
biasanya bermodalkan keyakinan, kemauan serta keuletan serta berusaha dengan
tulang nan lapan karek.

Konsep merantau ini pula yang menjadikan minang sebagai daerah penghasil
tokoh-tokoh yang memegang peranan penting dalam kehidupan. masyarakat
indonesia, yang jumlahnya melebihi proporsi wilayah dan populasinya
dibandingkan dengan daerah-daerah atau suku bangsa lain di Indonesia.

Rantau, secara bahasa berarti daerah pesisir. Kato mendefinisikan kata kerja
rantau yakni meninggalkan kampung halaman. Maka merantau berarti pergi ke

11
daerah rantau atau daerah pesisir, meninggalkan kampung halaman Laki-laki
pergi merantau untuk bekerja dengan membawa istri dan anak-anaknya. Orang-
orang yang mencari ilmu dan berkuliah telah terpikat dengan daerah rantaunnya.
Kampung halaman hanya dikunjungi disaat-saat tertentu. Kampung halaman tidak
menjanjikan apapun setidaknya secara ekonomi dan pendidikan. Dan pola
merantau yang lebih didasarkan oleh alasan ekonomi lebih menjadi alasan utama
dari merantaunya masyarakat Minang dibandingkan alasan awal yaitu dengan
tujuan untuk mengembangkan kampuang (nagari).

2. Sebab-sebab Merantau di Minangkabau


Dari pencarian yang diperoleh, para perantau biasanya hanya mengirimkan
sebagian hasilnya ke kampung halaman untuk kemudian di investasikan dalam
usaha keluarga, yakni dengan memperluas kepemilikan sawah, memegang kendali
pengolahan lahan, atau menjemput sawah-sawah yang tergadai. Uang dari para
perantau biasanya juga dipergunakan untuk memperbaiki sarana-sarana nagari,
seperti mesjid, jalan, ataupun pematang sawah. Etos merantau orang
Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan diperkirakan tertinggi di Indonesia. Sebab-
sebab merantau adalah:

 Faktor Budaya
Ada banyak penjelasan terhadap fenomena ini, salah satu penyebabnya ialah
sistem kekerabatan matrilineal Dengan sistem ini, penguasaan harta pusaka
dipegang oleh kaum perempuan sedangkan hak kaum pria dalam hal ini cukup
kecil. Selain itu, setelah masa akil baligh para pemuda tidak lagi dapat tidur di
rumah orang tuanya, karena rumah hanya diperuntukkan untuk kau perempuan
beserta suaminya, dan anak-anaknya.

Para perantau yang pulang ke kampung halaman, biasanya akan menceritakan


pengalaman merantau kepada anak-anak kampung. Daya tarik kehidupan para

12
perantau inilah yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Minangkabau
sedari kecil. Siapa pun yang tidak pernah mencoba pergi merantau, maka ia akan
selalu diperolok-olok oleh teman-temannya. Hal inilah yang menyebabkan kaum
pria Minang memilih untuk merantau. Tidak hanya berdagang, meniti karir dan
melanjutkan pendidikan."

Pepatah Minang mengatakan "Karatau Tumbush dihulu, babuah babungo alun,


marantau bujang dahulu, dirumah baguno alun". Pepatah ini menegaskan bahwa
anak laki-laki yang masih bujangan atau belum menikah tidak mempunyai
peranan atau posisi dalam adat. Keputusan dalam keluarga pun tidak bisa
diputuskan oleh anak tersebut. Hal in dikarenakan anak dianggap belum memiliki
pengalaman. Oleh sebab itu, si anak harus mencari pengalaman dengan cara pergi
merantau.

 Faktor Ekonomi
Pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya
alam yang dapat di olah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan. sumber utama
tempat mereka hidup dapat menghidup keluarga, maka kini hasil sumber daya
alam yang menjadi penghasilan utama mereka itu tak cukup lagi memberi hasil
untuk memenuhi kebutuhan bersama, karena harus dibagi dengan beberapa
keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru dengan dibukannya
daerah perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian
mendorong orang Minang pergi merantau mengadu nasib di negeri orang. Seiring
meningkatnya kebutuhan. para kaum laki-laki merasa bahwa mereka hanya
menambah beban orang tua Membantu bekerja di kebun atau di sawah tidak lagi
bisa mencukupi kebutuhan mereka, apalagi membantu ekonomi keluarga. Lalu,
kaum laki-laki akan berpikir untuk mencari pekerjaan baru agar tidak terus-
terusan bergantung pada orang tua. Awalnya pekerjaan yang dicari biasanya
berkisar di daerah tempat tinggal. Tetapi, karena permasalahan pertambahan

13
penduduk dan lapangan pekerjaan, maka merantau merupakan solusi satu-satunya.
Dengan merantau, diyakini bahwa permasalahan ekonomi bisa bisa teratasi

 Faktor Perang
Beberapa peperangan juga menimbulkan gelombang perpindahan masyarakat
Minangkabau terutama dari daerah konflik, setelah perang Padri, muncul
pemberontakan di Batipuh menentang tanam paksa Belanda, disusul
pemberontakan Siti Manggopoh dan pemberontakan komunis tahun 1926-1927.
Setelah kemerdekaan muncul PPRI yang menyebabkan timbulnya ekosodus
besar-besaran masyarakat ke daerah lain.

 Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam masyarakat
Minangkabau, terutama pendidikan agama islam Adanya hukum Adar bazandi
syara syara basamall kitabullah mempertegas bahwa masyarakat Minangkabua
harus menguasai pengetahuan dalam islam. Namun keterbatasan tingkat
pendidikan yang ada di daerah Minang. memaksakan orang-orang yang ingin
menuntut ilmu untuk pergi keluar dari wilayah Minang adanya cerita orang
terdahulu yang sukses dalam perantauan merupakan motivasi tersendiri yang
mendorong terjadinya tradisi merantau di dalam masyarakat Minang Sebut saja
minsalnya kesuksesan Ahmad Khatib Al Minangkabau yang menjadi imam
masjid Al-Haram. Muncul kebanggaan tersendiri pada setiap masyarakat Minag
khususnya pemuda untuk meneruskan kesuksesan yang pernah di raih
pendahulunya tersebut.

Minangkabau perantauan merupakan istilah untuk suku Minangkabau


yang hidup diluar provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Merantau merupakan
proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia luar. Kegiatan ini
merupakan sebuah petualangan pengamalan dan geografis, dengan meninggalkan
kampung halaman untuk mengadu nasib di negeri orang Keluarga yang telah lama

14
memiliki tradisi merantau, biasanya mempunyai saudara di hampir semua kota
utama di Indonesia dan Malaysia.

Bagi orang Minang, guna merantau adalah untuk melawan atau mengentaskan
kemiskinan, orang Minang menyadari betul jadi pengangguran adalah hal yang
memalukan. Terutama sekali malu kepada tetangga, kepada mamak dan saudara-
saudara perempuan karena pemuda ini di anggap tidak bisa berbuat atau tidak bisa
menghasilkan.

Dari pencarian yang diperoleh, para perantau biasanya hanya mengirimkan


sebagian hasilnya ke kampung halaman untuk kemudian di investasikan dalam
usaha keluarga, yakni dengan memperluas kepemilikan sawah, memegang kendali
pengolahan lahan, atau menjemput sawah-sawah yang tergadai. Uang dari para
perantau biasanya juga dipergunakan untuk memperbaiki sarana-sarana nagari,
seperti mesjid, jalan, ataupun pematang sawah. Etos merantau orang
Minangkabau sangatlah tinggi, bahkan diperkirakan tertinggt di Indonesia. Sebab-
sebab merantau adalah: Faktor budaya, faktor ekonomi, faktor pendidikan dan
faktor perang.

C. Makna Alam Takambang Jadi Guru


Sudah keharusan bagi masyarakat Minagkabau terkhusus masyarakat Sumatera
Barat untuk menguak dan mempelajari makna dari Alam Takambang Jadi Guru,
Hal ini penting manakala kita ingin memanfaatkan makna alam takambang jadi
guru sebagai budaya Minangkabau agar tidak hanya sekedar bisa menjadi pepatah
petitih namun dapat mempelajari dan memahami makna dari pepatah tersebut dan
dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari- hari.

Falsafah adat Minangkabau 'Alam Takambang Jadi Guru pada awalnya


bersumberkan pada alam yang mana nenek moyang Minangkabau memandang
bahwasanya kenyataan yang terdapat pada alam dapat menjadi pegangan hidup.

15
Namun, dengan masuknya agama Islam ke Minangkabau, adat Minangkabau yang
mulanya cendrung berpedoman pada ketentuan dalam alam, memberi pengaruh
yang besar kepada falsafah ini hingga terlihatlah suatu keakraban atau kepadanan
antara Minangkabau dengan agama Islam yang berakhir berubahnya adat
Minangkabau 'Menjadi Adaik Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah Adapun
Pepatah Minangkabau menyatakan:

Satinggi-tinggi malantiang,
(setinggi-tinggi melempar)
Mabubuang ka awang-awang
(membubung ke awag-awang)
Suruiknyo ka tanah juo
(kembali jatuh ke tanah juga)
Sahabiah dahan jo rantiang
(sehabis dahan dangan ranting)
Dikubak dikulik batang
(dikupas kulit batang)
Tareh panguba barunyo nyato
(teras pengubar barulah nyata)

Pepatah ini mengisyaratkan setinggi-tinggi apapun ilmu seseorang jika tidak


dimanfatkan dalam kehidupan sehari- hari maka ilmu tersebut tidak akan ada
maknanya Falsafah Alam Takambang Jadi Guru mendasarkan diri pada ketentuan
hukum agama dan hukum alam. Dengan falsafah ini menunjukkan bahwasanya
masyarakat Minangkabau cendrung memaknai paham fenomena alam sebagai
sumber ide dan inspirasi. Namun secara secara kosmesentris terhadap filsafat alam
takambang jadi guru tidak dimaksudkan sebagai pengetahuan obyektif pada alam
itu sendri namun alam dijadikan analog untuk membentuk tata nilai dan tata
perilaku dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Minangkabau. Filsafat
Minangkabau juga berpijak pada aspek hati sehingga bermuara pada konsep etis
argumentatif.

16
Alam takambang jadi guru adalah pepatah yang berasal dari bahasa Minang
atau Sumatera Barat yang berarti "alam yang terkembang atau terbentang luas
dijadikan sebagai guru. Arti secara harfiyahnya adalah segala sesuatu yang ada di
alam yang terbentang luas ini dapat dijadikan sebagai pedoman hidup atau guru
dan sebagai tempat memperoleh ilmu. Segala fenomena yang terjadi di alam dapat
dijadikan sebuah pembelajaran baik itu dari segi filsafah maupun dari segi
prinsip-srinsip yang keterkaitannya sangat erat dengan kehidupan sosial.

Unsur-unsur yang terkandung pada alan seperti air, api, angin, dan tanah dapat
ditelaah sebagai bentuk nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan. Karena belajar
adalah suatu hal yang harus dilakukan dan tidak dapat ditinggalkan kapanpun dan
dimanapun kita berada. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya
"tuntutlah ilmu dari buaiyan hingga liang lahat" dan "tuntutlah ilmu walau ke
negeri China". Maksud dari sabda Rasulullah SAW di sini adalah menuntut ilmu
bukan hanya sekedar belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum di ketahui
namun belajar yang dimaksud adalah belajar suatu hal belum diketahui dengan
sungguh-sungguh dan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari kedalam
kehidupan sehari-hari.

Falsafah Minangkabau meletakkan manusia sebagai salah satu unnsur dengan


status yang sama dengan status lainnya, seperti tanah, rumalı suku, dan nagari.
Persamaan budi daya manusia. Setiap status ini dilihat dari keperluan bud manusia
baik itu secara bersama atau sendiri-sendiri memerlukan tanah, rumah, suku dan
nagari sebagaimana mereka memerlukan orang lain bagi kepentingan lahir dan
batinnya.

Masyarakat Minangkabau memahami bahwasanya alam Iayaknya guru yang


selalu mengajar dan mendidik dalam proses kehidupan. Disini kita dapat
mengetahui bahwasanya ilmu tak hanya dapat kita peroleh dari pendidikan formal

17
di dalan kelas saja namun dengan mengamati alan kita dapat berbagai
pembelajaran yang bahkan tak kita dapat dalam pendidikan formal. Misal padi
yang selalu menunduk mengajarkan kita bahwasanya kita sebagai manusia untuk
tidak sombong

Masyarakat Minangkabau tahu bahwasanya manusia tidak dapat hidup sendiri-


sendiri. Manusia selalu membutuhkan orang lain agar dapat mengetahui dan
menyadari kepentingan fisik dan mentalnya. Fakta ini membuat masyarakat
Minangkabau Mengkonsolidasikan konsep hidup dengan model awak samo awak.
Dengan pola hidup seperti ini yang hadir dalam setiap aplikasi kehidupan
.bermasyarakat di Minangkabau untuk menyelesaikan masalah atau persoalan
bukan dengan perkelahian. Contoh metode yang digunakan seperti: babiliak ketek
(berbilik kecil), babiliak gadang (berbilik besar).
Filosofi alam takambang jadi guru juga mengandung makna ganda yakni

 Menunjukkan sikap seseorang terhadap tanggung jawab yang seharusnya


dilakukan mengembangkan potensi diri. Dalam rangka untuk
menunjukkan apa sesungguhnya sumber dari pengetahuan, teknologi, dan
keterampilan Alam takambang disini menunjukkan sumber belajar.

Sekaligus sumber ilmu yang sesungguhnya, yakni sumber belajar yang


sungguh-sungguh dapat memenuhi kebutuhan kita semua yang bersifat selalu ada
hingga akhir hayat bahkan sepanjang masa. Belajar dengan alam akan selalu
selaras selalu dan serasi dengan perkembangan, karena takkan dijumpai apa yang
disebut dengan keterikatan, keterbelakangan, keterbatasan, kadaluarsa dan
lainnya.

Selain sangat mempengaruhi pola pikir, pengetahuan, dan filsafat kehidupan,


salah satu aspek yang paling mudah dilihat pengaruhnya dari filosofi masyarakat
Minangkabau adalah kebudayaan dan kesenian. Hal ini tampak pada seni bahasa
dan sastra lisan yang mengandung banyak penyampaian pesan dan nasehat yang

18
diambil dari alam, bukan hanya alam yang nyata, namun juga alam sebagai proses
kehidupan yang terdapat didalamnya.
Alam takambang jadi guru juga memiliki makna ganda lain yaitu:

 Kewajiban belajar sepanjang hayat.


Manusia memiliki kewajiban yang tak dapat ditinggalkan barang sedetik,
kapanpun dan dimanapun kita berada. Kita sebagai manusia harus selalu berusaha
menyelidiki, membaca, dan mempelajari ketentuan- ketentuan yang terdapat pada
alam semesta sebagai sunnatullah.

Contoh peristiwa alam yang dapat diambil adalah ketika manusia pertama kali
meninggal di dunia yakni anak laki-laki Nabi Adam as yang bernama Qabil. Saat
itu datang sepasang bubuk gagak lalu berkelahi dan salah satu diantaranya mati.
Burung gagak yang bertahan hidup berusaha menggali lubang dengan
menggunkan kaki dan paruhnya hingga lubang tersebut dalam. Setelahnya burung
itu memasukkan burung gagak yang telah mati kedalam lubang tersebut lalu
menimbunnya kembali. Habil yang meperhatikan peristiwa tersebut hingga
akhirnya memperoleh pembebelajaran yang sangat bermakna yakni bagaimana
cara mengubur orang yang telah meninggal. Setelah itu Habil melakukan hal yang
sama dengan berusaha menggali lubang untuk meguburkan Qabil. lalah manusia
pertama yang belajar dari peristiwa alam.

 Alam terkembang rahmat Allah SWT


Rahmat Allah merupakan kebaikan yang diterima manusia tanpa disengaja
dan tanpa syarat apapun, Rahmat merupakan berkat, anugrah, dan karunia atau
pemberian dari Allah. Rahmat adalah semua fasilitas yang diberikan Allah SWT
kepada manusia termasuk bumi dan segala isinya. Hal ini dapat disimpulkan
bahwasanya segala yang ada di alam ini merupakan rahmat yang diberikan Allah
pada manusia yang mau berfikir.

19
Atas rahmat Allah SWT orang Minangkabau belajar dari alam yang
menurut nenek moyang orang Minangkabau merupakan rahmatan lil 'alamin,
rahmat terbesar. Pepatah Minang mengatakan adaik basandi syara', syara' basandi
kitabullah yang bermakna suatu hal yang dilakukan dalam adat Minangkabau
tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan hal tersebut dilandaskan pada
ajaran Islam. Meskipun agama Islam masuk ke Minangkabau setelah adanya adat
Minangkabau, namun roh keislaman sudah melekat dan diamalkan dalam budaya
dan bahkan sehingga menjadi penyempurna budaya.

Banyak firman Allah SWT dalam Al-Qur'an yang menyuruh manusia


untuk mempelajari dan menyelidiki alam seperti yang terdapat dalam QS. Ali
Imran: 190 yang artinya “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, serta
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang-orang yang berakal”, dan QS, Ar-Ra‟du:3 “ Dan Dialah yang
membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di
atasnya, dan di atasnya Dia menjadikan segala buah-buahan berpasangan, Dia
menutupi malam dari siang hari. Sesungguhnya di situlah tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang berpikir.

Dapat disimpulkan bahwasanya Alam Takambang Jadi Guru adalah


pepatah bahasa Minang yang berarts alam yang terbentang luas dijadikan sebagai
guru. Dengan arti secara harfiyah alam yang terbentang luas ini dapat dijadikan
pedoman hidup atau guru dan tempat untuk memperoleh pembelajaran.
Masyarakat Minangkaban memahami bahwasanya alam layaknya guuru yang
selalu mengajar dan mendidik dalam proses kehidupan. Di sini kita dapat
mengetahui bahwasanya ilmu tak hanya dapat kita peroleh dari pendidikan formal
di dalam kelas saja namun dengan mengamati alam kita dapat berbagai
pembelajaran yang bahkan tak kita dapat dalam pendidikan formal. Misal padi
yang selalu menunduk mengajarkan kita bahwasanya kita sebagai manusia untuk
tidak sombong.

20
BAB III

KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Luhak adalah wilayah konfedarasi dari beberapa nagari di Minangkabau yang


terletak di pedalaman Sumatare Barat.Berdasasrkan sejarah dan Tambo
Minangkabau,masyarakat minang pertama kali bermukim di daerah lereng
Gunung Merapi.Kemudian menyebar ketiga daerah disekitar gunung
merapi,ketika daerah tersebut dikenal dengan istilah Luhak nan tiga.

Merantau merupakan ciri khas masyarakat Minangkabau yang terbangun dari


budaya dinamnis, egaliter, mandiri, dan berjiwa merdeka. Merantau adalah
meninggalkan rumah dan kampung halaman untuk mencari pengetahuan,
pengalaman, dan berinteraksi dengan orang lain dari berbagai beragam tempat,
dengan beragam kultur dan wawasan.

Alam takambang jadi guru adalah pepatah yang berasal dari bahasa Minang atau
Sumatera Barat yang berarti "alam yang terkembang atau terbentang luas
dijadikan sebagai guru. Arti secara harfiyahnya adalah segala sesuatu yang ada di
alam yang terbentang luas ini dapat dijadikan sebagai pedoman hidup atau guru
dan sebagai tempat memperoleh ilmu. Segala fenomena yang terjadi di alam dapat
dijadikan sebuah pembelajaran baik itu dari segi filsafah maupun dari segi
prinsip-srinsip yang keterkaitannya sangat erat dengan kehidupan sosial.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hoktaviandri dan Mislaini, Islam dan Budaya Minangkabau.(Padang Muhammad


Ikhlas, 2022), hal.42
Gusti Asnan, kamus seja minangkabau.(Padang UNIKOM)
Akral Orang minangkabau Merantau Guna Mengentaskan Kemiskinan”,buletin
organisasi dan aparatur , Edisi 55NI/2024, Biro organisasi sekretariat daerah
provinsi sumatera Barat.
Zulfahmi, Islam dan Budaya Minang Kabau,(Padang ; tp,2017)
Syuraini, (Jakarta ; Lentera hati ,2008)
Farelina Wajdi (Padang ;2020)
Syuaraini, pemanfaatan Falsafah alam takambang jadi guru dalam membangun
masyarakat (jakarta;berpendidikan, 2008)

22

Anda mungkin juga menyukai