Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BUDAYA LAMPUNG

Guru Pengajar :

Anhar, S.Pd.

Disusun Oleh :

Arip

Kelas :

9G
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, karena berkat kemurahanya makalah ini dapat kami
selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas tentang
Kebudayaan Lampung.”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan referensi dari
berbagai sumber. Kami masih menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima
segala bentuk kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Kebudayaan Lampung” ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca.

Kotaagung, 13 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Suku Lampung

2.2 Adat Istiadat Suku Lampung

2.3 Pariwisata Lampung

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki Bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia. Terkait dengan urain di atas, maka untuk
lebih memperdalam pengetahuan mengenai Ragam Kebudayaan di sini kita
akan membahas sedikit mengenai Ragam Budaya Lampung pada khusus
nya yang meliputi Sistem Kekerabatan, Sistem Religi, Organisasi Sosial,
Sistem Mata Pencaharian, dan Kehidupan Sosial Budaya yang berkembang
di Masyarakat Lampung.

1.2 Batasan Masalah

Karena cakupan kebudayaan yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek
kehidupan, maka kami hanya membataskan bahasan ini, hanya dari segi
Sistem budaya, Serta perkembangnnya sampai dengan sekarang ini.
1.3 Manfaat Penulisan

Makalah ini dibuat untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat


bermanfaat bagi para pembaca dalam pemahaman tentang budaya
Lampung di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera,


Indonesia. Di sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera
Selatan. Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung yang
merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung
memiliki wilayah yang relative luas, dan menyimpan potensi kelautan.
Pelabuhan utamanya bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan
Bakauheni serta pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung),
Tarahan, dan Kalianda di Teluk Lampung. Sedangkan di Teluk Semaka
adalah Kota Agung (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat
pula pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di
samping itu, Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan
dengan menyusuri sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra
Indonesia terdapat Pelabuhan Krui. Lapangan terbang utamanya adalah
"Radin Inten II", yaitu nama baru dari "Branti", 28 Km dari Ibukota melalui
jalan negara menuju Kotabumi, dan Lapangan terbang AURI terdapat di
Menggala yang bernama Astra Ksetra. Secara Geografis Provinsi Lampung
terletak pada kedudukan : Timur - Barat berada antara : 103º 40' - 105º 50'
Bujur Timur Utara - Selatan berada antara : 6º 45' - 3º 45' Lintang Selatan.

2.1 Sejarah Suku Lampung

Etnis Lampung yang biasa disebut (Ulun Lampung, Orang Lampung) secara

tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi


Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan bagian selatan dan
tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu,
Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas di sebelah selatan
Bengkulu serta Cikoneng di pantai barat Banten. Pengantin dari suku
Lampung. Kedua Mempelai merupakan Pengantin dari Suku Lampung
Marga Sungkai Bungamayang. Siger adalah Mahkota Wanita Pengantin
Suku Lampung yang sangat umum digunakan.

2.2 Adat Istiadat Suku Lampung

Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat:

Labuhan Maringgai,Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa,


Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang,
Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir
Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di
Provinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas
di Selatan Bengkulu.

Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir


karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan
barat lampung, masing masing terdiri dari:

Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)

Bandar Enom Semaka (Tanggamus)

Bandar Lima Way Lima (Pesawaran)

Melinting Tiyuh Pitu (Lampung Timur)

Marga Lima Way Handak (Lampung Selatan)

Pitu Kepuhyangan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)

Telu Marga Ranau (Provinsi Sumatera Selatan)

Enom Belas Marga Krui (Pesisir Barat)

Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten)


Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman terdiri dari:

Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang,
Beliyuk, Selagai, Nyerupa).

Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat:

Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung


Sugih, dan Terbanggi. Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang
Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan).

Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat:

Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga. Pubian Telu Suku (Minak Patih
Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku
Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi).

Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat:

Tanjungkarang, Balau,Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu,


Gedungtataan, dan Pugung. WayKanan Buway Lima (Pemuka, Bahuga,
Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur).

Masyarakat Way Kanan mendiami wilayah adat:

Negeri Besar, Pakuan Ratu, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan


Kasui. Sungkay Bunga Mayang (Semenguk, Harrayap, Liwa, Selembasi,
Indor Gajah, Perja, Debintang)

Masyarakat Sungkay Bunga Mayang menempati wilayah adat:


Sungkay, Bunga Mayang, Ketapang dan Negara Ratu.

2.3 Pariwisata Lampung

Tempat pariwisata di Provinsi Lampung terdiri dari pantai hingga objek


wisata alam di Lampung yang mempesona sangat cocok untuk
menghabiskan liburan kita. sepuluh tempat pariwisata yang mempesona
dan wajib dikunjungi yaitu :

1. Pantai Pasir Putih


Terletak sekitar 20 KM dari kota Bandar Lampung, Pantai Pasir Putih
adalah salah satu tempat wisata di Lampung yang paling favorit karena
dekat dengan ibukota, hanya membutuhkan waktu perjalanan sekitar 20
menit saja untuk dapat menikmati pantai yang menyegarkan mata ini.
Sesuai dengan namanya, pantai ini mempunyai pasir yang bewarna putih,
dilengkapi dengan pepohonan yang melambai tertiup angin dan lautan yang
bewarna biru. Tempat wisata ini juga merupakan tempat wisata akhir
pekan favorit warga Bandar Lampung sehingga jangan kaget bila
berkunjung pada akhir pekan dan mendapati keramaian.

2. Teluk Kiluan

Jika berbicara tentang Lampung dan lumbalumba, keduanya akan


membawa kita ke satu tempat, Teluk Kiluan. Reputasinya sebagai tujuan
observasi lumba-lumba di alam lepas telah menyebar dari mulut ke
mulut di kalangan turis mancanegara. Kiluan pun kini menjadi salah
satu tujuan wisata populer di kalangan backpacker. Keberadaan objek
wisata dengan rute yang cukup ekstrim ini pun mengundang rasa
penasaran para pemburu eksotisme alam yang mencari pengalaman
wisata yang berbeda. Kiluan atau secara lengkap disebut Pekon (Desa)
Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, ini
memang menawarkan suasana yangbenar-benar eksotis. Desa ini dapat
dijangkau dari Bandar Lampung setelah 3-7 jam perjalanan melalui rute
perbukitan yang menawarkan pemandangan yangmenawan. Rute dari
Bandar Lampung melewati Teluk Betung, Lempasing, Markas Komando
Brigif 3 Marinir, Padang Cermin, Desa Bawang Kelumbayan, hingga tiba
di Pekon Kiluan Negeri. Perasaan terbebas dari rutinitas kehidupan kota
amat terasa karena desa ini belum tersentuh jaringan PLN dan jaringan
telepon seluler pun baru dapat ditemui jika kita naik ke atas bukit.

Salah satu hal yang menarik dari pariwisata di Teluk Kiluan adalah
peran serta masyarakat setempat yang amat dominan. Sebagian besar
warga setempat menyediakan rumahnya sebagai homestay bagi para
wisatawan yang datang keKiluan. Masyarakat setempat yang umumnya
berprofesi sebagai nelayan dan peternak udang lobster juga menyewakan
perahu mereka untuk pengamatan lumba-lumba, snorkeling, dan
memancing dengan biaya yang cukup murah. Daya tarik lainnya adalah
keramahan warga yang membuat wisatawan betah berlamalama di
Kiluan.

Mengenai harga sewa penginapan dan berbagai fasilitas yang


dibutuhkan
selama berada di Kiluan, pengunjung dapat menegosiasikannya dengan
warga sekitar. Warga di sini cukup ramah dan tidak mematok harga
yang kaku untuk berbagai fasilitas akomodasi dan transportasi. Tarif
sewa kapal untuk pengamatan lumba-lumba atau memancing sekitar
Rp250.000-450.000 per trip. Sementara, biaya homestay berkisar
Rp300.000-500.000 per rumah – yang dapat menampung hingga 10
orang.

3. Taman Nasional Way Kambas

Sejarah Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan
konservasi yang berbentuk taman nasional di Propinsi Lampung selain
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Yang ditetapkan melalui
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 670/Kpts-II/1999 tanggal 26
Agustus 1999, kawasan TNWK mempunyai luas lebih kurang 125,631.31
ha.
Secara gaeografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’ –
50°16’ Lintang Selatan dan antara 105°33’ – 105°54’ Bujur Timur. Berada di
bagian tenggara Pulau Sumatera di wilayah Propinsi Lampung. Pada tahun
1924 kawasan hutan Way Kambas dan Cabang disisihkan sebagai daerah
hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang
tergabung didalamnya. Berdasarkan sejarah Pendirian kawasan pelestarian
alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh Resident Lampung, Mr.
Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda
tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38. Pada tahun 1978 Suaka
Margasatwa Way Kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
429/Kpts-7/1978 tanggal10 Juli 1978 dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan
Pelestarian Alam (SBKPA).

Kawasan Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber


Daya Alam (KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha.
Pada tahun 1985 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
177/Kpts-II/1985 tanggal 12 Oktober 1985. Pada tanggal 1 April 1989
bertepatan dengan Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang Yogyakarta,
dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut- II/1989 tanggal
1 April 1989 dengan luas 130,000 ha. Kemudian pada tahun 1991 atas
dasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 144/Kpts/II/1991
tanggal 13 Maret 1991 dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas,
dimana pengelolaannya oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way
Kambas yang bertanggungjawab langsung kepada Balai Konsevasi Sumber
Daya Alam II Tanjung Karang. Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 13 maret 1997 dimana Sub Balai
Konsevasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai Balai
Taman Nasional Way Kambas.
4. Menara Siger

enara Siger adalah bangunan indah bewarna kuning yang saat ini sudah
menjadi ikon Lampung. Berdiri cantik di atas sebuah bukit, Menara Siger
adalah titik nol jalan lintas Sumatera yang sudah menjadi salah satu
tempat transit dan tempat wisata di Lampung. Untuk dapat memasuki
kawasan Menara Siger, Anda harus membayar tiket masuk dan biaya
parkir yang tidak mahal. Menara Siger adalah bangunan kebanggan
masyarakat provinsi Lampung karena mempunyai arsitektur tradisional
khas Lampung. Tak jauh dari Pelabuhan Bakauheni, berdiri megah sebuah
bangunan yang menjadi kebanggaan masyarakat Lampung. Bangunan ini
berdiri menjulang pada ketinggian 110 meter di atas permukaan laut dan
terletak tepat menghadap gerbang masuk Pelabuhan Bakauheni. Inilah
landmark Provinsi Lampung sekaligus titik kilometer nol selatan Sumatera,
yang dengan penuh kebanggaan diberi nama Menara Siger. Menara Siger
diresmikan oleh Gubernur Sjahroedin Z.P. pada 30 April 2008. Menara
Siger yang terletak di Bukit Gamping, Bakauheni, Lampung Selatan, ini
memiliki bentuk yang unik dengan sembilan kerucut berwarna kuning
keemasan yang berderet memanjang. Bentuk ini mengadaptasi bentuk
mahkota pengantin wanita (siger) dalam adat Lampung. Sedangkan,
pucuknya yang berjumlah sembilan adalah simbolisasi sembilan bahasa
yang ada dalam masyarakat Lampung. Kerucut pada bagian tengah
berukuran lebih besar dan lebih tinggi yang menjadi puncak dari menara
ini. Menara Siger sekaligus menjadi penanda titik nol kilometer di selatan
Sumatera Ketika menyeberangi Selat Sunda, Menara Siger menjadi
pertanda kita telah tiba di sisi paling selatan SumateraLetaknya yang
berada di Bukit Gamping membuat sekeliling Menara Siger memiliki
pemandangan indahMenara Siger berdiri menjulang pada ketinggian 110
meter di atas permukaan lautMenara Siger terletak tepat di seberang
gerbang masuk Pelabuhan BakauheniPemandangan indah matahari terbit
dari pelataran Menara Siger yang layak diabadikan dalam sebuah objek
fotoPemandangan laut dan gugusan pulau yang terlihat dari Menara
SigerGerbang masuk komplek Menara Siger di Jalan Lintas Timur
SumateraArsitektur Menara Siger adalah karya Ir. H. Anshori Djausal M.T.,
arsitek asal LampungKemegahan Menara Siger yang memiliki ketinggian
110 meter dilihat dari halaman depan.

5. Gunung Krakatau

Gunung Krakatau tentu semua orang sudah pernah mendengarnya.


Terletak di Selat Sunda, Gunung Krakatau adalah tempat wisata di
Lampung yang menawarkan tidak hanya wisata pegunungan, melainkan
juga wisata bahari. Gunung Krakatau dahulu kala pernah meletus pada
tahun 1883, sekarang telah menjadi tempat wisata yang terkenal. Saat ini
Gunung Krakatau sudah menjadi daerah konservasi alam, oleh karena itu,
untuk memasuki area Gunung Krakatau, Anda harus memiliki ijin terlebih
dahulu. Ijin ini dapat diperoleh dari balai konservasi Lampung. Sebuah
banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju
Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah
menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra." Teks Jawa Kuno bertajuk
Pustaka Raja Parwa dari tahun 416 masehi mengisahkan dahsyatnya
letusan Gunung Krakatau Purba. Gunung yang menjadi cikal bakal
Gunung Krakatau, kemudian kembali sirna saat meletus pada 1883.

Tak terbayang dahsyatnya saat Krakatau Purba memisahkan Jawa dan


Sumatra. Saat Gunung Krakatau musnah lantaran letusannya sendiri pada
26-27 Agustus 1883 saja telah meluluhlantakkan bumi. Ratusan tahun
kemudian, Krakatau yang dalam Bahasa Inggris disebut Krakatoa itu
menjadi kaldera vulkanik. Setelah 40 tahun Gunung Krakatau erupsi,
muncullah gunung api Anak Gunung Krakatau dari kaldera purba yang
masih aktif itu. Saban tahun, Anak Krakatau rerata bertambah tinggi 6
meter dan lebih lebar 12 meter. Artinya, sejak kemunculannya pada 1927,
maka kini setelah 91 tahun berlalu, ketinggian Anak Gunung Krakatau
minimal mencapai 534 meter. Namun, saat ini ketinggian Anak Gunung
Krakatau mencapai 230 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Sedangkan,
sebelumnya, Gunung Krakatau memiliki ketinggian 813 Mdpl.
Pada Sabtu, 22 Desember 2018, sekitar pukul 21.03 WIB, terjadi getaran
setara dengan 3,4 SR di bawah laut. Getaran vulkanik itu membuat
kepundan Gunung Anak Krakatau runtuh dan terjadi longsor di bawah
laut.
Tak lama berselang, sekitar 24 menit kemudian, gelombang laut Selat
Sunda merambat hingga ke pantai. Setidaknya, sebanyak 373 orang
meninggal dunia, ribuan luka-luka dan mengungsi, rumah hingga
infrastruktur rusak parah di Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seiring berjalan nya waktu, budaya Lampung mengalami perubahan, di


karenakan teknologi yang semakin berkembang. Kalangan rakyat biasa
dapat

tampil menjadi pemimpin dan memegang kekuasaan. Orang Lampung juga


sangat menghormati dan mematuhi hukum adat yang berlaku sebagai
cerminan tingkah laku di jaman modern saat ini. Ini semua di karenakan
budaya yang dapat terus bekembang dari zaman ke ke zaman, masyarakat
dapat menjalankan dan mengembangkan budaya yang mereka anggap baik
di lingkungan mereka masing-masing
DAFTAR PUSAKA

http://ragambudayanusantara.blogspot.com/2008/09/suku-lampung.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya

http://phunnypelupa.blogspot.com/2011/01/suku-lampung.html

http://anekatempatwisata.com/10-tempat-wisata-di-lampung-yang-
wajibdikunjungi/

Anda mungkin juga menyukai