Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan
melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap
masyarakat setempat dan sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai
energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat
mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.Pariwisata mempunyai
banyak manfaat bagi masyarakat bahkan bagi Negara sekalipun,m anfaat
pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu manfaat pariwisata dari segi
ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan,
serta peluang dan kesempatan kerja.

Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di


pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan
memiliki luas 37.530,52 km dengan populasi hampir 3,7 juta jiwa.

Pariwisata di Kalimantan Selatan termasuk sektor yang dijadikan sebagai


salah satu prioritas untuk dikembangkan di Kalimantan Selatan. Kalimantan
Selatan memiliki beraga m potensi wisata, mulai dari sungai, pantai, hutan,
pegunungan, sampai wisata religi dengan situs-situs sejarah yang bisa
dimanfaatkan sebagai tempat tujuan wisata yang menarik. Di samping itu, dengan
beragam budaya daerah, Kalimantan Selatan juga sangat potensial dikembangkan
sebagai tujuan wisata budaya, wisata religius, maupun wisata kuliner.

1.2 Batasan Masalah


Dengan keterbatasan waktu dan kemampuan dalam proses penulisan karya
ilmiah ini, penulis membatasi dan memfokuskan isi kajian kepada potensi
pariwisata di Provinsi Kalimantan Selatan.

1
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi geografis Kalimantan Selatan?
2. Apa saja potensi pariwisata di Kalimantan Selatan?
3. Bagaimana mengakses tempat wisata tersebut?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui potensi pariwisata di provinsi Kalimantan Selatan.
2. Mengetahui berbagai kemudahan yang diberikan untuk menikmati objek
wisata di Kalimantan Selatan.
3. Dapat menilai pariwisata yang telah dikembangkan di Kalimantan Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Mengetahui objek wisata yang dapat dikunjungi di Kalimantan Selatan.
2. Menarik banyak wisatawan untuk mengunjungi objek pariwisata di
Kalimantan Selatan.
3. Sebagai penunjuk kemudahan bagi para wisatawan yang ingin
mengunjungi objek wisata tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Geografis Kalimantan Selatan

Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114 19"


33" BT - 116 33’ 28 BT dan 1 21’ 49” LS 1 10” 14” LS, dengan luas wilayah
37.377,53km2 atau hanya 6,98 persen dari luas pulau Kalimantan. Dengan luas
wilayah 37.530,52 km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004
membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota pada tahun 2005
menjadi 13 kabupaten/kota sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah
Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten balangan dan Kabupaten
Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu.

Luas wilayah provinsi tersebut sudah termasuk wilayah laut provinsi


dibandingkan provinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah masing-masing
Kabupaten / kota adalah Kabupaten Tanah Laut dengan luas 3,729.30, Kabupaten
Tanah Bumbu dengan luas 5,066.96, Kotabaru dengan luas 9,422.73, Banjar
dengan luas 4,672.68, Tapin dengan luas 2,174.95, Hulu Sungai Selatan dengan
luas 1,804.94, Hulu Sungai Tengah dengan luas 1,472.00, Hulu Sungai Utara
dengan luas 892.70, Balangan dengan luas 3,599.95, Tabalong dengan luas
1,878.30, Barito Kuala dengan luas 2,376.22, Banjarmasin dengan luas 367.12,
dan Banjarbaru dengan luas 72,67 km2.

3
Jumlah penduduk Kalimantan Selatan tahun 2014, 3.922.790 juta jiwa,
dengan beragam suku yang ada ; Banjar, Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Iain-lain.
Mata pencaharian masyarakatnya adalah, berdagang, bertani dan Pegawai
Pemerintah. Sedangkan agama yang dianut, mayoritas adalah agama Islam,
Masyarakat Kalimantan Selatan saat ini sudah meningkat jauh kesadarannya akan
pendidikan, walaupun masih ada yang tingkat pendidikannya di daerah pelosok
rnasih rendah.

Secara geografis, Kalimantan Selatan berada di bagian tenggara pulau


Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur,
serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah.
Kalimantan Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran rendah dan
dataran tinggi. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga
rawa-rawa sehingga kaya akan sumber keanekaragaman hayati satwa air tawar.
Kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan tropis alami dan
dilindungi oleh pemerintah. Kehutanan: Hutan Tetap (139.315 ha), Hutan
Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan Konvensi (348.919
ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha). Kehutanan: Hutan Tetap
(139.315 ha), Hutan Produksi (1.325.024 ha), Hutan Lindung (139.315 ha), Hutan
Konvensi (348.919 ha) Perkebunan: Perkebunan Negara (229.541 ha). Bahan
Galian: batu bara, minyak, pasir kwarsa, biji besi, dll. Industri di Kalimantan
Selatan didominasi oleh industri manufaktur mikro dan kecil, disusul oleh industri
manufaktur besar dan sedang. Sampai pada tahun 2010, jumlah unit usaha
berjumlah 60.432 unit, meningkat 10,92% dibandingkan pada tahun 2009.

4
2.2 Pariwisata Kalimantan Selatan

Sektor pariwisata merupakan peluang usaha yang potensial di Kalimantan


Selatan karena banyak objek-objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan,
baik dari dalam negeri mau pun dari mancanegara.

Tipikal arsitektur rumah-rumah disepanjang sungai di Kalimantan Selatan


adalah, masih memiliki ciri khas kedaerahan, yaitu tipe rumah-rumah banjar
dengan anjung kanan-anjung kirinya yang unik yang masih kental dengan ukiran.
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar
dan beragam, baik berupa daya tarik wisata alam (utamanya bahari/sungai)
maupun budaya (peninggalan sejarah maupun adat tradisi kehidupan masyarakat).
Gambaran potensi obyek dan daya tarik wisata Provinsi Kalimantan Selatan
tersebut, antara lain :

5
Wisata Alam : Sungai Martapura dengan pemandangan Rumah Lanting
dipinggir sungai; Sungai Andai, Sungai Barito dengan anak sungai kuin, sungai
Marabahan di Kabupaten Barito Kuala, Sungai Margasari di Kabupaten Tapin
serta Sungai Nagara di Kabupaten Hulu Sungai Selatan . Selain potensi sungai,
Kalimantan Selatan cukup banyak mempunyai daya Tarik alam yang lain seperti:
pantai, bahari, hutan alam, gunung, antara lain : Pantai Takisung, Swarangan dan
Pantai Batakan (Kabupaten Tanah Laut), kawasan Pantai Pagatan, Pantai Rindu
Alam, pantai + terumbu karang Angsana (Kabupaten Tanah Bumbu) dan kawasan
Pantai Gedambaan, pantai dan Terumbu Karang di Teluk Tamiang dan Samber
Gelap di Kabupaten Kotabaru.

Wisata Budaya (peninggalan sejarah dan tradisi kehidupan masyarakat),


antara lain : berupa Rumah Banjar (rumah tradisional masyarakat suku Banjar),
Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Mesjid Sultan Suriansyah, Pulau Kembang, Pulau
Kaget, Mesjid Agung A1 Karomah Martapura serta kerajinan ukiran
untukornamen rumah Banjar. Tradisi masyarakat berupa Pasar Terapung Muara
Kuin dan Lok Baintan, perkampungan tepian sungai dengan arsitektur tradisional /
pemukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (waterfront village), pasar
batu permata dan cinderamata Cahaya Bumi Selamat Martapura, upacara adat
Aruh Ganal, upacara adat Mappanretasi, Festival Maulid dan Upacara Baayun
Anak, Pemilihan Nanang dan Galuh Banjar.

Potensi daya tarik wisata tersebut tersebar di wilayah Provinsi Kalimantan


Selatan meliputi Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Banjar, Tapin,
Tabalong, Balangan, Barito Kuala, Banjarbaru dan Banjarmasin serta Kabupaten
Tapin. Budaya sungai di Kalimantan Selatan dewasa ini terus berkembang,
memberikan corak budaya tersendiri dan menarik.

6
2.3 Objek Wisata di Kalimantan Selatan
2.3 1 Pasar Terapung Lok Baintan

Pasar Terapung Lok Baintan atau Pasar Terapung Sungai Martapura adalah
sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di desa Sungai Pinang (Lok
Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, Banjar.[1] Secara umum, Pasar Terapung Lok
Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito.
Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas jukung yang menjual beragam
dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu
lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam. [2]Pasar terapung ini sudah ada sejak
zaman Kesultanan Banjar.

Di sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura Lokbaintan terlihat konvoi


perahu menuju lokasi pasar terapung. Perahu ini milik pedagang dan petani yang akan
memasarkan hasil kebun mereka. Mereka berasal dari berbagai anak Sungai
Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka
Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan.

Untuk menuju pasar terapung Lok Baintan dari pusat kota bisa ditempuh dengan
dua alternatif. Alternatif pertama menyusuri sungai Martapura dengan menggunakan
klotok, sejenis sampan bermesin. Dengan klotok, perjalanan dari pusat kota menuju
pasar terapung terbilang cepat karena membutuhkan waktu 30 menit. Alternatif kedua
dengan menggunakan kendaraan darat seperti mobil. Namun, untuk alternatif kedua
membutuhkan waktu lebih panjang yakni satu jam untuk mencapai pasar terapung.
Hal itu disebabkan medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.

7
2.3 2 Museum Wasaka

Museum Wasaka adalah sebuah museum perjuangan rakyat Kalimantan Selatan.


Wasaka singkatan dari Waja Sampai Ka Putingyang merupakan motto perjuangan
rakyat Kalimantan Selatan.

Museum bertempat pada rumah Banjar Bubungan Tinggi yang telah dialih
fungsikan dari hunian menjadi museum sebagai
upaya konservasi bangunan tradisional.Terletak di Gang H.
Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin
Utara, Kota Banjarmasin.

2.3 3 Masjid Raya Sabilal Muhtadien

Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah sebuah masjid besar yang berada
di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, tepatnya di kelurahan Antasan
Besar, kecamatan Banjarmasin Tengah. Di dalam kompleks mini juga terdapat kantor

8
MUI Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di tepi barat sungai Martapura dan
dibangun pada tahun 1981.[1] Di Masjid ini akan diselenggarakan Seleksi Tilawatil
Quran Nasional (STQN) Ke XXI 2011 pada tanggal 4-11 Juni 2011.

Sabilal Muhtadin, nama pilihan untuk Mesjid Raya Banjarmasin ini, adalah
sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar alm.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710—1812) yang selama hidupnya
memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar atau Kalimantan
Selatan sekarang ini. Ulama Besar ini tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan
tetapi dikenal dan dihormati melewati batas negerinya sampai
ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir.

2.3 4 Pantai Angsana

Pantai Angsana adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak


di kecamatan Angsana Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Bumbu yang bisa ditempuh
dengan waktu kurang lebih 5 jam perjalanan darat dari kota Banjarmasin. Tepatnya
berada di belakang lokasi perkebunan kelapa sawit. Daerah ini merupakan sebuah
tujuan wisata yang tergolong masih baru namun saat ini sudah mulai dikembangkan
oleh pemerintah setempat dan semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal.

Pantai ini sangat bersih dan terhitung masih perawan serta belum begitu
diketahui oleh wisatawan lokal terutama dari luar Kalimantan Selatan. Salah
satu objek wisata yang menarik dari pantai ini adalah snorkeling dan selam
scuba seperti di pantai Bunaken atau Raja Ampat dimana kita bisa melihat
keindahan terumbu karang yang terletak tidak jauh dari lepas pantai ini

9
2.3 5 Pendulangan Intan Cempaka

Pendulangan Intan Cempaka adalah lokasi pendulangan batu intan dan emas yang
diolah secara tradisional yang berada di kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru,
Kalimantan Selatan. Lokasi ini hanya berjarak sekitar 47 km dari Banjarmasin, atau
sekitar 7 km dari pusat kota Banjarbaru.Lokasi mendulang ini kebanyakan berada di
Sungai Tiung dengan dua titik yang paling terkenal, yakni Pumpung dan Ujung
Murung. Para pendulang masih menggunakan cara tradisional untuk menyisihkan
batu mulia dari pasir atau lumpur sungai.

Lokasi yang menjadi tempat mendulang bisa mencapai kedalaman 15 meter. Para
pendulang bisa menghabiskan waktu seharian di sana dengan mengandalkan alat yang
disebut linggangan, berbentuk kerucut seperti caping terbalik dan terbuat dari kayu.
Untuk mengambil air dan mencuci hasil temuan digunakan pompa air listrik.

Pendulang biasanya bekerja dalam kelompok terdiri dari dari 10 sampai 15


orang.Yang menarik adalah adanya tabu tertentu menurut kepercayaan masyarakat
lokal dalam mendulang intan di Cempaka, yaitu tabu bagi mereka menyebutkan kata
"intan" atau "berlian". Penyebutan kata intan atau berlian dipercaya akan mendorong
batu mulia pergi. Oleh karenanya, mereka menyebutnya dengan sebutan "galuh".

10
2.3 6 Jembatan Barito

Jembatan Barito adalah jembatan yang melintang di atas Sungai Barito,


Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Secara administratif, jembatan ini berada di
wilayah Kabupaten Barito Kuala dan berjarak 15 km dari Kota Banjarmasin.

Jembatan ini memiliki panjang 1.082 meter yang melintasi Sungai Barito
selebar 800 meter dan Pulau Bakut selebar 200 meter. Jembatan ini terdiri dari
jembatan utama sepanjang 902 meter, dan jembatan pendekat 180 meter, dengan
lebar 10,37 meter. Merupakan akses jalan Trans Kalimantan dari Banjarmasin menuju
ke Palangkaraya dan sebaliknya. Ketinggian ruang bebas jembatan utama 15 - 18
meter, sehingga bisa digunakan untuk lalu lintas perairan seperti Kapal Tongkang.

Jembatan Barito sering disebut pula jembatan Pulau Bakut, sesuai nama delta
(pulau kecil) yang ada di bawahnya atau jembatan pulau Bakut, sesuai nama daerah
tepi barat sungai Barito (sungai Banjar).

Jembatan ini pertama kali diresmikan pada tanggal 24 April 1997 oleh Presiden
Soeharto. Jembatan, yang tercatat dalam rekor Muri sebagai jembatan gantung
terpanjang di Indonesia ini, jembatan yang menghubungkan jalan trans Kalimantan.
Jalan ini merupakan jalan poros yang menghubungkan dua provinsi bertetangga yaitu
provinsi Kalimantan Tengah, sebelum ada jembata ini masyarakat sangat
mengandalkan jalur transportasi seperti sungai menggunakan alat transpor seperti
boat atau kapal bermotor untuk menuju ke Banjarmasin atau sebaliknya .

11
2.3 7 Labirin Pelaihari

Labirin Palaihari adalah salah satu tempat wisata buatan berupa taman yang
terletak di Tambang Ulang, Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Daya tarik utama
tempat wisata ini adalah sensasi memasuki lorong lorong labirin dari tumbuhan
dengan tujuan mencari jalan keluar. Pada lokasi yang sama pengunjung juga dapat
melihat rusa tutul dan menikmati danau buatan. Pengunjung juga dapat befoto dari
atas dengan latar belakang labirin di atas menara setinggi 3,5 m

Taman Labirin Pelaihari terletak tidak jauh dari Kota Banjarbaru, hanya sekitar
30 Km maka kita akan bisa bermain-main disana. Tempat yang berada di agrowisata
PKK Tambang Ulang, Tanah Laut ini buka dari Senin-Jumat pada pukul 13.00 hingga
sore. Sementara hari sabtu buka dari pukul delapan pagi. "Asik banget ke sini,
pengalaman baru yang menarik, bisa ngerasain sendiri sensasi masuk labirin.Para
pengguna sosial media pun dibuat penasaran. Banyak yang mengaku ingin ke sana
lantaran melihat sahabatnya mengunggah foto saat berada di Taman Labirin.
Sehingga memantik rasa ingin tahu. "Saya jadi pengen juga liat langsung ke sana.
Kapan-kapan kalau liburan mau ke sana," ujar Anty, warga Banjarmasin.

Taman Labirin ini memang unik, sebuah taman yang berdinding tanaman
menyerupai tembok pembatas setinggi manusia dan membentuk lorong-lorong di
mana tujuan akhir anda memasuki labirin ini adalah mencapai jalan keluar. Wisata
yang cukup unik ini juga tak membuat kantong anda kempes. Karena biaya masuk
cukup murah

12
2.3 8 Loksado

Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan


Selatan, Indonesia. Loksado terletak di pegunungan Meratus merupakan salah satu
daerah wisata alam dan atraksi budaya masyarakat Dayak Bukit.

2.3 9 Candi Agung Amuntai

Candi Agung adalah sebuah situs candi Hindu berukuran kecil yang terdapat di
kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan
Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya
sezaman dengan Kerajaan Majapahit.

Candi Agung Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa Khuripan yang
dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan
Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu
Negara Dipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai. Tabalong, Balangan,
dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Suryanata dan
Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negara Dipa
kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.Candi Agung diperkirakan telah berusia
740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu.

13
2.3 10 Goa Batu Hapu

Gua Batu Hapu adalah objek wisata yang terletak di dekat pasar Binuang
tepatnya di desa Batu Hapu, kecamatan Hatungun, Tapin yang bisa ditempuh 43 Km
dari Kota Rantau dan 154 km dari Kota Banjarmasin. Goa Batu Hapu dari pasar
Binuang masuk sejauh 16 km dengan jalan yang sudah cukup baik, ditempuh dengan
jalan santai sambil menikmati pemandangan kehidupan pedesaan dan nuansa alam
pegunungan selama 30 menit, goa ini terletak dipegunungan sehingga yang
mempunyai hobi tantangan panjat tebing disinilah nyalinya diuji, tetapi risiko
ditanggung sendiri karena belum diasuransikan, masyarakat di sekitar goa siap
bermitra dengan wisatawan yang berkeinginan bermalam sambil menikmati makanan
dan kehidupan masyarakat pedesaan.

Gua Batu Hapu merupakan goa yang mempunyai panorama luar biasa yang
mempunyai stalagnit dan stalagmit menghiasi dalam goa yang dapat menggugah
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dalam ciptaan-Nya sebagai pelajaran pengetahuan
alam, goa ini telah mendapatkan sentuhan perbaikan dan penataan, Pemerintah
Daerah sehubungan kerusakan yang diakibatkan keserakahan oknum manusia yang
hanya mengejar keuntungan ekonomi sesaat tanpa mensyukuri nikmat lainnya yang
disediakan oleh alam.

Menurut legenda yang sampai sekarang menjadi mitos masyarakat setempat


tentang asal usul terjadinya Goa Batu Hapu ini adalah Raden Penganten yang dikutuk
oleh ibunya, Diang Ingsun menjadi batu dan di antara pecahan kapalnya menjadi
gunung dan goa yang ada sekarang ini.

14
2.3 11 Pantai Batakan

Pantai Batakan merupakan objek wisata bahari yang terpadu dengan panorama
alam pegunungan pantai yang terletak di desa Batakan, kecamatan Panyipatan,
kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Disebut dengan Batakan karena dulu ada
dua pelaut bersaudara yang berlayar menggunakan sampan (jukung) mengarungi
sungai Saluang.[2] Namun, tiba-tiba ombak menghempaskan mereka sampai tiba di
suatu daratan. Kini, daratan tersebut dijuluki dengan “Batakan” yang mana mayoritas
penduduknya bekerja sebagai nelayan.

Pantai berpasir coklat ini memiliki debur ombak kecil dengan air laut yang tidak
begitu jernih.[2] Pohon-pohon kelapa tampak menghiasi tepian pantai, sementara di
sisi yang lain, terdapat perkampungan nelayan.[2] Dari pantai ini kita bisa melihat
gunung Meratus yang menjulang tinggi dan tampak hijau dengan hiasan pohon-pohon
pinus.[2] Di pantai ini, para pengunjung dapat melihat banyak pohon cemara yang
hijau serta menjulang tinggi dan tumbuh dengan rapatnya.[3]

Saat bulan Juli atau Agustus, di pantai Batakan biasanya ada sebuah ritual yang
diadakan oleh para nelayan.[1] Ritual ini dilakukan oleh para nelayan sebagai bentuk
terima kasih atas rezeki yang diperoleh dari laut selama setahun dan juga memohon
kepada Tuhan agar selamat ketika melaut.

2.3 12 Candi Laras

Candi Laras adalah situs candi berukuran kecil yang terdapat di desa Candi Laras,
Candi Laras Selatan, Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan pada lokasi
yang dinamakan penduduk dengan sebutan Tanah Tinggi yang terletak pada posisi
koordinat 2°37′12″LU 114°56′0″BT / 2,62°LS 114,93333°BT.

Pada situs candi ini ditemukan potongan-potongan arca Batara Guru memegang
cupu, lembu Nandini dan lingga. Semuanya disimpan di Museum Lambung
Mangkurat, Banjarbaru. Letak candi ini tidak berada pada lokasi yang strategis,

15
sehingga diperkirakan candi ini didirikan untuk maksud-maksud tertentu dan
diperkirakan merupakan candi kenegaraan. Di dalam daerah yang berdekatan dengan
candi ini, yaitu di daerah aliran sungai Amas ditemukan pula sebuah arca Buddha
Dīpankara dan potongan batu yang bertuliskan aksara Pallawa yang berkaitan dengan
agama Buddha, berbunyi "siddha" (selengkapnya seharusnya berbunyi "jaya siddha
yatra" artinya "perjalanan ziarah yang mendapat berkat"). kalimat tersebut
mengingatkan pada baris ke sepuluh prasasti kedukan bukit peninggalan kerajaan
Sriwijaya abad ke 7 M "Sriwijaya jaya siddha yatra subhiksa". kemiripan kalimat
pada kedua prasasti mungkin menunjukan adanya hubungan antara kerajaan
Sriwijaya dengan Tapin. Berdasarkan penemuan benda arkeologi yang ditemukan
situs ini berasal dari abad ke-8 atau ke-9.[1] Situs purbakala Candi Laras ini
diperkirakan dibangun pada 1300 Masehi oleh Jimutawahana, keturunan Dapunta
Hyang dari kerajaan Sriwijaya. Jimutawahana inilah yang diperkirakan sebagai nenek
moyang warga Tapin.

2.3 13 Masjid Keramat Pelajau

16
Masjid Keramat Pelajau adalah salah satu masjid tertua di Provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia.[1] Masjid yang terletak di desa Palajau, kecamatan
Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini dikelola masyarakat secara swadaya
dan memiliki luas 400 meter persegi. Masjid ini merupakan bukti dari perjuangan
melawan penjajah Belanda pada masa lalu khususnya di Kalimantan Selatan.[2]
Keberadaan masjid ini cukup berarti bagi masyarakat Pelajau yang taat beribadah dan
agamis. Selain menjadi tempat ibadah mahdhoh, juga menjadi pusat berkembangnya
peradaban umat Islam di Barabai, umumnya di Kalsel.

Letak masjid ini berada di desa Pelajau Kecamatan Pandawan yang berjarak
kurang lebih 3 kilometer hingga 5 kilometer ke arah barat laut dari Kota Barabai, ibu
kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

2.3 14 Benteng Gunung Madang

Di Padang Batung sebelah utara anda akan bertemu dengan sebuah desa yang
bernama Madang dengan dataran cukup tinggi menyerupai sebuah gunung. Dataran
tinggi tersebut kemudian ditata dan dibuat oleh Tumenggung Antaluddin atas
permintaan dari Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman kemudian dijadikan
benteng pertahanan pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman dalam
menghadapi serangan serdadu Belanda.

Tercatat ada lima kali serangan yang dilakukan oleh serdadu belanda dan semuanya
dapat dikalahkan oleh pasukan Pangeran Hadayatullah dan Demang Lehman.
Serangan-serangan serdadu Belanda dilakukan pada tanggal 3, 4, 13, 18 dan 22
September 1860.

17
2.3 15 Pulau Kaget

Pulau Kaget adalah sebuah delta yang terletak di tengah-tengah sungai Barito
termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tabunganen, Barito Kuala,
Kalimantan Selatan. Pulau Kaget terletak dekat muara sungai Barito.Pulau Kaget
sudah ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK. Menteri Pertanian No.
788/Kptsum11/1976 dengan luas 85 Ha. Kondisi alam pulau ini cukup kritis karena
adanya penebangan pohon, khususnya pohon rambai padi yang merupakan sumber
makanan bagi bekantan (Nasalis Larvatus). Bekantan merupakan maskot fauna
provinsi Kalimantan Selatan.

Pulau Kaget merupakan habitat bagi kera hidung panjang (bekantan) dan beberapa
jenis burung. Kawasan pulau Kaget juga merupakan salah satu obyek wisata yang
berada di dalam kawasan hutan di Kabupaten Barito Kuala.Pulau Kaget merupakan
lokasi tempat Said Abdul-Rahman Alkadrie merompak kapal Inggris.

2.3 16 Taman Hutan Raya Sultan Adam

Taman Hutan Raya Sultan Adam adalah tahura yang terdapat di Kalimantan Selatan.
Potensi Wisata Alam

18
2.3 17 Museum Lambung Mangkurat

Museum Lambung Mangkurat adalah sebuah museum provinsi Kalimantan


Selatan yang terletak di kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Alamat museum ini di
Jalan Jenderal Ahmad Yani km 36 Kota Banjarbaru kode pos 70711
Bermula dari Museum Borneo yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun
1907 di Banjarmasin. Akibat masuknya penjajahan Jepang, Museum Borneo berakhir
dan dilanjutkan pencetusannya oleh Gubernur Milono dengan didirikannya Museum
Kalimantan pada tanggal 22 Desember 1955. Separuh dari koleksi museum ini
merupakan kepunyaan Kiai Amir Hasan Bondan Kejawen sebagai salah satu Bapak
Pioneer Museum.
Didahului dengan diselenggarakannya Konferensi Kebudayaan pada tahun 1957 di
Banjarmasin, yang sepuluh tahun kemudian (1967) diresmikan berdirinya kembali
museum yang diberi nama Museum Banjar. Museum Banjar berakhir dan koleksinya
dipindahkan ke Museum Lambung Mangkurat bertempat di Banjarbaru tepatnya di
jalan Jenderal Achmad Yani KM 35,5 Kelurahan Banjarbaru Utara. Museum
Lambung Mangkurat mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef pada tanggal 10 Januari 1979.

2.3 18 Kubah Surgi Mufti

Kubah Surgi Mufti adalah makam dari seorang ulama bernama Haji Jamaluddin yang
pernah menjadi mufti di Banjarmasin dan mendapat gelar anumerta Surgi Mufti

19
(almarhum= surgi (Banjar)/swargi (Jawa). Kubah berasal dari bahasa Arab "qubbah"
yaitu cungkup makam. Makam ini terdapat di Kelurahan Surgi Mufti, Kecamatan
Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.

2.3 19 Komplek Makam Pangeran Antasari

Komplek Makam Pangeran Antasari adalah sebuah kompleks pemakaman Pahlawan


Nasional Pangeran Antasari dan kerabatnya, yang terletak di Kelurahan Antasan
Kecil Timur, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.

Tokoh-tokoh yang dimakamkan Disana:

* Pangeran Antasari, Pahlawan nasional Indonesia

* Ratu Antasari, isteri Pangeran Antasari

* Panglima Batur, panglima perang Banjar, pengikut setia Sultan Muhammad Seman
dari kalangan suku Bakumpai.

* Hasanuddin H.M. (Hasanuddin bin Haji Madjedi), pahlawan ampera (amanat


penderitaan rakyat) daerah ini, dia mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin yang wafat tahun 1966.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas, mulai dari pembahasan pertama sampai dengan
pembahasan terakhir kami dapat menyimpulkan bahwa pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan
perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam dan ilmu.
Bahwa pariwisata itu adalah aset negara yang penting. Pariwisata bisa
menjadi industri yang memajukan Indonesia , membuat lapangan pekerjaan untuk
masyarakat setempat, menciptakan usaha baru yang di kelola oleh suasta dan juga
memberikan sebuah industry yang bisa menhasilkan omsed yang sangat
menjanjikan.
Melihat bahwa besarnya potensi pariwisata di Provinsi Kalimantan
Selatan diharapkan Indonesia dapat lebih memajukan sektor pariwisata di provinsi
ini dan lainnya serta meningkatkan kesadaran akan melimpahnya kekayaan
potensi SDA serta pengembangan SDM yang dapat mengelolanya secara
berkelanjutan

5.2 Saran
Pariwisata di Indonesia masih sangat kurang direalisasikan dengan baik
khususnya kota-kota kecil dan menjaga kebersihan lingkungan wisata sering kali
tidak di perhatikan dengan baik. Pentingnya tenaga kerja yang professional dalam
menunjang pariwisata, selain itu infrastruktur juga menjadi hal yang tidak kalah
pentingnya dalam pengembangan pariwisata, karena dengan adanya fasilitas-
fasilitas yang tersedia akan membuat wisatawan tertarik untuk mengunjungi
tempat wisata tersebut.
Perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah, pihak swasta dan
masyarakat agar terwujudnya iklim pariwisata yang baik di Indonesia. Sebagai

21
wisatawan yang baik, seharusnya kita dapat menjaga lingkungan khususnya untuk
wisatawan domestik (masyarakat Indonesia)

5.3 Penutup
Dalam penulisan ini tidak semua dibahas karena keterbatasan waktu dan
kemampuan penulis. Semoga karya ilmiah ini berguna bagi saya khususnya bagi
para pembaca umumnya. Bagi penulis selanjutnya semoga dapat menulis dengan
baik

22

Anda mungkin juga menyukai