Anda di halaman 1dari 9

Profil Desa Klayan

Desa Klayan adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Gunung Jati
Kabupaten Cirebon, yang luasnya diperkirakan 129,248 Hektar.
Desa tersebut dari tahun 2016 hingga sekarang dipimpin oleh Kuwu Iman Sahudi.
Dalam memimpin desa, tentunya ia dibantu oleh beberapa perangkat desa lainnya. Berikut ini
adalah struktur organisasi desa tersebut:

Nama Perangkat Jabatan

1. Iman Sahudi Kuwu (Kepala Desa)


2. Surtaya Sekertaris Desa
3. Kamari Kasi Pemerintahan dan Pembinaan
Masyarakat
4. Juki Kasi Ekonomi dan Pembangunan
5. Iswanto Kasi Pemberdayaan Masyarakat
6. Mujiana Kaur Umum
7. Mohamad Kosim Kaur Keuangan
8. Nur Kamal Sidiq Kaur Program
9. Dessy Ulfah Nurhayati Bendahara
10 Suwarsoyo Kadus 1
.
11 Nurtaya Kadus 2
.
12 Supriyatno Kadus 3
.
13 Mohamad Sobar Kadus 4
.
14 Sri Rahayu Kadus 5
.
15 Hari Santosa Kadus 6
.
Adapun visi misi yang digagas desa tersebut di era kepemimpinan Kuwu Iman Suhadi
adalah “BERJABAT”. Kalimat tersebut memiliki kepanjangan arti “BERBUDAYA,
SEJAHTERA, DAN BERMANFAAT”.

Gambaran Pantai Klayan

Menurut keterangan Bpk. Nur Kamal Sidiq, Pantai Klayan luasnya diperkirakan
mencapai 7500 m2 dengan rincian panjang 750 m dan lebar 100 m, di mana sebelah utara
berbatasan dengan Pantai Desa Jati Merta dan sebelah selatannya berbatasan dengan Pantai
Desa Pasindangan.
Hal yang amat disayangkan adalah keadaan pantai yang begitu kotor akibat sampah
dan minimnya pepohonan yang dapat meminimalisir terjadinya abrasi. Padahal sebetulnya
jika pantai tersebut dijaga dengan baik, maka bisa ada kemungkinan Pantai Klayan akan
menjadi ekowisata, sebagaimana Pantai Karangsong Indramayu.
Menurut Bpk. Nur Kamal Sidiq, sebetulnya sudah ada upaya pembersihan lingkungan
dari sampah, tetapi lagi-lagi sampah menumpuk kembali di sekitaran bibir pantai. Hal itu
diakibatkan sampah kiriman dari desa luar yang mana warganya membuang sampah
sembarangan di sepanjang sungai Pekik yang juga kebetulan bermuara dekat pantai Klayan.
Begitu juga dalam penanaman pohon di sepanjang bibir pantai. Hal itu sudah
dilakukan, bahkan pernah diinisiasi oleh wakil gubernur Jabar yang kala itu masih dijabat
oleh Bpk. Dedy Mizwar. Para siswa dari berbagai sekolah dan akademisi dari berbagai
sekolah dan universitas, baik dari dalam dan luar kota Cirebon, serta para pecinta lingkungan
lainnya juga turut serta dalam penanaman pohon di sekitaran bibir pantai.
Adapun yang ditanam adalah pohon mangrove, di mana pohon ini dipercaya dapat
menahan gejala abrasi yang sering melanda. Ada dua jenis mangrove yang ditanam di bibir
pantai, yakni avicena dan rizopora. Diperkiran keseluruhan mangrove yang ditanam adalah
sekitar 100 ribu pohon. Namun yang hidup hanya berkisar 20 ribu pohon (10%) saja,
dikarenakan terbawa air laut saat pasang, dan juga karena kekeringan.
Pewawancara : Shohibul Azka
Narasumber : 1. Bpk. Nur Kamal Sidiq (Seksi Humas Desa Klayan)
2. Bpk. Urip (Warga yang bertempat tinggal di bibir pantai Klayan)
Waktu dan tanggal : 28 Agustus 2019

Wawancara I dengan Bpk Nur Kamal Sidiq


Desa Klyan merupakan salah satu desa di Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten
Cirebon, Jawa Barat. Secara geografis desa ini terletak di pinggiran Pantai Utara laut Jawa.
Pada umumnya, masyarakat sekitar menyebut pantai yang ada di desa mereka dengan sebutan
'pantai Klayan', sesuai nama desanya.
Adapun jenis tanah di sekitaran pantai Klayan tidak seperti pantai yang ada di selatan
pulau Jawa, yakni berupa tanah lumpur, bukan tanah pasir. Namun, kondisinya amat sangat
memprihatinkan, sebab banyak sampah yang berserakan di sepanjang bibir pantainya.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya tumbuh-tumbuhan yang lazimnya hidup di sekitaran
pantai yang, semisal tanaman pohon bakau dan mangrove. Padahal kedua tanaman ini sangat
penting sekali untuk mencegah abrasi pantai.
Dalam wawancara ini, saya menanyakan kepada salah satu prangkat desa Klayan
bagian Humas: Bpk. Nur Kamal Sidiq, guna menanyakan prihal kondisi pantai yang
sedemikian memprihatinkan. Berikut ini hasil jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang saya
ajukan kepada beliau:

Saya : Sebenarnya, apa yang menyebabkan banyak sampah berserakan di bibir pantai?
Bpk. Nur Kamal Sidiq : Jadi begini mas. Sebenarnya sampah yang berserakan
tersebut, 80% sampah kiriman dari beberapa desa tetangga yang ada di hulu sungai/kali
Pekik. Kali Pekik ini jika ditelusuri lagi bisa tembus sampai Plered.
Sebagaimana diketahui, jarak antara Plered dan Klayan ini lumayan cukup jauh. Antara
keduanya ada beberapa desa yang dilalui oleh sungai tersebut.
Nah, penduduk desa-desa tersebut agaknya kurang disiplin dalam membuang sampah.
Mereka membuang sampah sembarangan, salah satunya ke dalam sungai. Bahkan tak
tanggung-tanggung lagi dan tanpa perasaan bersalah, sebagian warganya ada yang
membuang bantal hingga kasur bekas besar ke dalam sungai.
Ketika musim hujan, akhirnya sampah-sampah tersebut ikut terbawa arus hingga masuk ke
wilayah Klayan, khususnya bibir pantainya.

Saya : Mengapa anda yakin kalau itu sampah kiriman?


Bpk. Nur Kamal Sidiq : Ya memang tidak semuanya berasal dari wilayah luar Klayan,
sampah yang berasal dari penduduk lokalnya juga ada. Tetapi itu juga tidak terlalu banyak.
Karena masyarakat yang bermukim di sekitaran bibir pantai masih jarang, sehingga bisa
dipastikan asal sampah tersebut sebagian besar bukan dari warga Klayan.

Saya : Tindakan apa yang telah dilakukan untuk penanganan sampah yang berserkan?
Bpk. Nur Kamal Sidiq : Yang jelas, dari pemerintah desa sudah mewacanakan dan
telah merealisasikan kegiatan kerja bakti untuk bersih-bersih sampah. Hanya saja ada salah
satu wacana yang belum direalisasikan, yakni pendirian Bank Sampah untuk mengelola
samppah agar menjadi bermanfaat.
Ada beberapa penyebab mengapa hal ini belum terlaksana, di antaranya adalah masih belum
terkoordinirnya sampah organik dan non organik. Kedua, karena belum memiliki alat
canggih, sebagaimana yang dimiliki oleh pemerintah desa Dukupuntang, untuk pengelolaan
sampah.
Saya : Selain permasalahan sampah, di sekitaran pantai Klayan nampak gersang dan pernah
terjadi abrasi. Apakah ada upaya penghijauan pantai agar terhindar dari kegersangan dan
abrasi?
Bpk. Nur Kamal Sidiq : Ya, ada mas. Kebetulan ada salah satu program nasional dari
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mengharuskan menanam mangrove di
setiap bibir pantai yang terdampak abrasi dan kegersangan.
Di desa Klyan sendiri, program ini mulai dijalankan pada tahun 2015 yang dimotori oleh
salah satu aktivis lingkungan dari Aceh: Bpk. Fakrhuddin. Hanya saja sekarang beliau
dimutasi ke Papua.
Ada dua jenis mangrove yang ditanam di bibir pantai, yakni avicena dan rizopora. Diperkiran
keseluruhan mangrove yang ditanam, ada sekitar 100 ribu pohon. Namun yang hidup hanya
berkisar 20 ribu pohon (10%) saja, dikarenakan terbawa air laut saat pasang, dan juga karena
kekeringan.

Saya : Adakah pegiat lingkungan dari luar Klayan yang turut andil dalam penanaman
mangrove?
Bpk. Nur Kamal Sidiq : Ada. Umumnya mereka adalah mahasiswa dan pelajar dari
berbagai institusi, baik dari dalam maupun luar kota Cirebon. Semisal mahasiswa UNIKU
Kuningan, IPB Bandung, IAIN Syekh Nurjati, dan lain-lain.

Saya : Bagaimana respon dari masyarakat atas program penanaman tersebut?


Bpk. Nur Kamal Sidiq : Bisa dikatakan mereka merespon positif. Bahkan mereka
berkeinginan dengan adanya program tersebut, wilayah mereka menjadi destinasi wisata
hutan mangrove, seperti di Karangsong Indramayu.

Saya : Lalu, adakah upaya signifikan yang dilakukan oleh masyarakat dalam penjagaan
mangrove yang baru ditanam tersebut?
Bpk. Nur Kamal Sidiq : Saya belum melihatnya secara reel di lapangan. Inilah yang
amat disayangkan. Mereka hanya berkeinginan wilayah mereka menjadi destinasi wisata
hutan mangrove, tetapi mereka kurang peduli akan pertumbuhan pohon tersebut.
Hal ini terbukti dengan banyaknya sampah berserakan di sekitaran mangrove yang masih
hidup dan membiarkan pohon lainnya mati dengan sendirinya.

Wawancara bagian II dengan Bpk Urip


Selain dengan Bpk. Nur Kamal Sidiq, saya juga melakukan wawancara dengan Bpk.
Urip, salah satu penduduk yang rumahnya tidak jauh dari bibir pantai Klayan. Darinya saya
mendapatkan informasi dari pertanyaan-pertanyaan berikut:

Saya : Apakah masyarakat sini peduli dengan mangrove?


Bpk Urip : Kami sejatinya peduli dengan lingkungan di sini, termasuk penanaman
mangrove. Hanya saja ketika proses penanaman, orang-orang sini tidak turut dilibatkan.
Malah yang dilibatkan adalah warga luar.
Bahkan sebelumnya juga kami tidak diberi tahu, kalau esok hari akan ditanam mangrove.
Jadi bisa dikatakan, pihak yang menanam mangrove terlalu ceroboh. Seharusnya mereka
memberi tahu dulu kepada kami. Andai saja mereka berkoordinasi dulu dengan kami,
setidaknya kami juga akan membantu dan akan mencarikan waktu yang tepat untuk
penanaman. Sebab, kalau di sembarang waktu, biasanya mangrove akan cepat mati. Alhasil,
banyak mangrove yang mati.
Jadi kamilah yang tahu kapan sebaiknya menanam mangrove. Karena kami ini nelayan lokal,
yang tahu persis di bulan apa mangrove sebaiknya di tanam. Tetapi karena tidak adanya
koordinasi, akhirnya kami pun sedikit enggan untuk membantu mereka.
Dokumentasi

(Foto 01: Bersama Kuwu Desa Klayan: Bpk. Iman Suhandi)


(Foto 02: Bersama Kaur Program: Bpk. Nur Kamal Sidiq)

(Foto 03: Bersama Bpk. Urip, salah satu warga Klayan yang tinggal dekat dengan Pesisir
Pantai Klayan)
(Foto 04: Sebagian tanaman mangrove yang hidup dan sampah yang berserakan di
sekelilingnya)

(Foto 05: Perahu Nelayan yang sedang bersandar di pinggiran muara sungai)
(Foto 06: Patok bambu bekas penyanggah mangrove yang baru ditanam)

Anda mungkin juga menyukai