Disusun oleh:
Nim : 1415304053
Laporan individual ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) XXV smester genap tahun akademik 2017/2018 IAIN Syekh Nurjati di
RW/RT 03/04, Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.
Mengesahkan,
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
segala macam kenikmatan, baik itu nikmat sehat ataupun nikmat islam dan iman,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu ini.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga hari kiamat nanti,
aamiin.
Selama kegiatan KKN di Kabupaten Brebes, yang mana dalam KKN tersbut
menerapkan metode PAR (Participatory Action Research), para mahasiswa IAIN
Syekh Nurjati Cirebon dituntut untuk meneliti permasalahan-permasalahan urgent
yang terjadi di masyarakat untuk kemudian diangkat ke persmusyawarahan
bersama masyarkat dan kepala pemerintahan untuk menemukan solusi terbaik,
yang mana hal itu lazim disebut dengan lokakarya.
Dalam laporan ini pula, penulis berharap ada suatu kemanfaatan bagi orang
lain. Namun, untuk mendulang suatu kemanfaatan, tentunya kritikan dan saran
dari para pembaca sangat penulis harapkan, guna kesempurnaan laporan ini.
Karena penulis menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Shohibul Azka
NIM : 1415304053
Daftar Isi
BAB I
A. Latar Belakang
C. Identifikasi Masalah
Setiap daerah dan wilayah pasti mempunyai masalah. Pun demikian dengan
Pasarbatang, juga mempunyai beragam masalah, salah satunya adalah minimnya
pengkajian tafsir, baik berupa kitab tafsirnya ataupun ilmu-ilmu pendukungnya.
Sedangkan untuk kajian hadits, di Pasarbatang banyak majlis ta’lim yang mengkaji
kitab-kitab hadits seperti mukhtar al-ahadits, nasha’ih al-‘ibad, durrotun nashihihin, dan
kitab hadits lainnya. Dalam dunia akademis, kitab hadits yang telah disebutkan,
tergolong kitab hadits yang banyak mengandung hadits dho’ifnya. Hal ini tentunya
menjadi suatu kendala, karena masyarakat kurang begitu meminati kajian kitab
hadits yang kualitasnya lebih shohih. Menurut hemat penulis, selagi terdapat kitab
hadits yang lebih shohih, maka mengkajinya lebih baik diutamakan.
Kedua hal di atas tentunya merupakan masalah yang harus segera ditangani,
karena jika tanpa penanganan, dihawatirkan masyarakat hanya sebatas belajar
membaca al-Qur’an dan hadits saja, tanpa mempedulikan isi kandungannya. Dan
hal ini akan berdampak fatal jika dibiarkan saja, di samping masyarakat tidak
mampu memahami al-Qur’an dan hadits, bisa juga mereka salah paham dalam
memahami keduanya. Jika salah paham, bisa saja sebagian dari mereka menjadi
teroris, gampang menuduh sesat dan mengkafirkan orang lain.
Kurang hadits
BAB II
Topik Masalah
Kajian kitab tafsir dan ilmu tafsir yang masif
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan, bahwa warga Kelurahan
Pasarbatang banyak yang taat beragama. Hal ini bisa dilihat dengan berdirinya
majelis-majelis ta’lim, begolong-golongnya warga ke masjid atau mushalla untuk
shalat berjsama’ah, dan lainnya.
Dalam laporan ini, penulis menitikberatkannya pada hal yang berkaitan
dengan majelis-majelis ta’lim dan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada di
sekitaran Pasarbatang, dikarenakan tempat tersebut merupakan basis penelitian
yang sesuai jurusan yang sedang dijalani oleh penulis.??
Di Pasarbatang, meski banyak majelis ta’lim dan beberapa pendidkan Islam,
menurut penuturan Ust. Farihi, sangat jarang mengkaji kitab tafsir atau ilmu
tafsirnya. Kebanyakan dari tempat-tempat tersebut mengajarkan kitab-kitab hadits
seperti mukhtar al-ahadits, nasha’ih al-‘ibad, al-arba’in al-nawawiyyah, safinatun najah,
dan beberapa kitab lainnya. terkadang ada juga sebagian pengasuh majelis yang
memberikan tausiyah yang mengutip tafsir, namun itu juga hanya sebatas kutipan,
tanpa mengkajinya lebih spesifik lagi.
Melihat beberapa kitab yang dikaji, di sini dapat dipahami bahwa kitab-kitab
tafsir amat sangat sedikit sekali yang dibahas, itu juga hanya sekedar penyampaian
lewat ucapan/tausiah seorang ustadz tanpa mengkajinya lebih dalam lagi.
Sedangkan dengan kitab hadits yang dikaji, kitab yang dipakai juga umumnya yang
berisikan hadits fadha’ilul a’mal, yang menurut penelitian akademis isi di dalamnya
kebanyakan mengandung hadits dha’if.
BAB III
Tujuan
BAB IV
Analisis masalah
Ada beberapa masalah mengenai masifnya pembelajaran kitab tafsir dan ilmu
tafsir di sekitaran masyarakat Pasarbatang, menurut Ustadz Farihi, di antaranya
adalah karena faktor kelangkaan guru yang paham bahasa Arab dan menguasai
ilmu-ilmu tafsir.
Di samping itu, banyak orang tua yang lebih memilihkan sekolah umum
dibanding pondok pesantren untuk anaknya, dengan alasan mereka
menghawatirkan pekerjaan anaknya kelak kalau ia dimasukkan di pondok
pesantren.
Penulis bukan bermaksud menyalahkan pilihan para orang tua anak-anak
masyarakat Pasarbatang, penulis hanya menyayangkan saja, karena biasanya anak-
anak yang di sekolah formal hanya sedikit saja menerima pelajaran agama.
Sebagaimana yang penulis amati, mereka hanya sekedar mengaji seusai shalat
maghrib, dan sesudahnya mereka bubar entah kemana. Namun, ada juga beberapa
orang tua yang peduli akan pendidikan agamanya, di antara bentuk kepeduliannya
itu mereka memanggilkan guru-guru privat datang ke rumah untuk mengajari
anak-anaknya mengaji dan ilmu keagamaan. Dan terkadang, ada juga anak yang
mengaji dan belajar ilmu keagamaanya langsung pada orang tuanya. Dan tentunya,
jumlah orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan agama untuk anaknya
amatlah sedikit, jika dibandingkan dengan orang tua yang lebih mementingkan
pendidikan formal.
Berlatar belakang kurangnya pendidikan keagamaan inilah akhirnya
menyebabkan orang-orang mencari cara instan untuk dapat memahami agamanya,
terlebih al-Qur’an dan hadits, yang merupakan sumber rujukan keagaman dalam
menjalani kehidupan di dunia.
Kemudian Ustadz Farihi menghawatirkan, banyak warga yang memahami al-
Qur’an hanya sebatas lewat terjemah dan tidak mementingkan kebaradaan guru
yang menuntunnya untuk memahami al-Qur’an.
BAB V
Usulan dan rekomendasi
Melihat masalah di atas, ada beberapa usulan yang bisa diterapkan agar
kajian kitab tafsir dan ilmu tafsir bisa dipelajari lebih luas oleh masyarakat, di
antaranya adalah dengan anjuran dari kepala kelurahan kepada warganya untuk
menyekolahkan dan menitipkan anak-anaknya di pondok pesantren. Dengan
disekolahkan dan dititipkan di pondok pesantren, ada harapan sang anak nanti
paham kitab-kitab tafsir dan ilmu tafsir yang notabene berbahasa Arab, untuk
kemudian diajarkan kembali pada masyarakat saat dia sudah menyelesaikan
pendidikannya selama di pondok.
Membuat bangunan pondok pesantren juga nampaknya perlu diadakan, atau
memperluas dan memfasilitasi lebih lengkap pondok pesantren yang ada, kemudian
menggunakan jasa ustadz-ustadz yang mumpuni dalam bidang al-Qur’an dan ilmu
tafsir.
BAB VI
Penutup
Kesimpulan