Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN INDIVIDUAL

KULIAH KERJA NYATA


ANGKATAN XXV

Masalah/Tema : MENGOPTIMALKAN KAJIAN TAFSIR


DI MAJLIS-MAJLIS TA’LIM PASARBATANG

Disusun oleh:

Nama : Shohibul Azka

Nim : 1415304053

Kelompok : Delapan Puluh Enam (86)

Kelurahan : Pasarbatang, Kec. Brebes, Kab. Brebes

DPL :Dr. Hj. Tati Nurhayati, M.A

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


(LPPM)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individual ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) XXV smester genap tahun akademik 2017/2018 IAIN Syekh Nurjati di
RW/RT 03/04, Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes.

Laporan ini telah dipresentasikan di hadapan tim penguji pada


tanggal ........................... tahun 2018 di IAIN Syekh Nurjati, dan dilakukan perbaikan
seperlunya.

Disahkan pada ................... 2018

Dosen Pembimbing Lapangan, Peneliti/Penulis

Dr. Tati Nurhayati, M.A Shohibul Azka


NIP : 1964063019920320001 NIM : 1415304053

Mengesahkan,

Ketua LPPM, Penguji,

Dr. Bambang Yuniarto, M.Si. ............................................


NIP : NIP :

KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
segala macam kenikmatan, baik itu nikmat sehat ataupun nikmat islam dan iman,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu ini.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga hari kiamat nanti,
aamiin.

Selama kegiatan KKN di Kabupaten Brebes, yang mana dalam KKN tersbut
menerapkan metode PAR (Participatory Action Research), para mahasiswa IAIN
Syekh Nurjati Cirebon dituntut untuk meneliti permasalahan-permasalahan urgent
yang terjadi di masyarakat untuk kemudian diangkat ke persmusyawarahan
bersama masyarkat dan kepala pemerintahan untuk menemukan solusi terbaik,
yang mana hal itu lazim disebut dengan lokakarya.

Di samping itu, para mahasiswa juga dituntut untuk meneliti permasalahan


sesuai jurusan yang sedang ditempuh. Oleh karena itu, dalam laporan ini, penulis
akan menyampaikan salah satu permasalahan urgent yang penulis temui di
Pasarbatang, tempat di mana penulis melakukan KKN.

Adapun pembahasannya meliputi kajian Tafsir yang bisa dikatakan jarang


peminat. Dalam laporan ini, penulis menguraikan beberapa hal penting yang
mencakup sebab-sebab kajian tafsir sepi peminat.

Dalam laporan ini pula, penulis berharap ada suatu kemanfaatan bagi orang
lain. Namun, untuk mendulang suatu kemanfaatan, tentunya kritikan dan saran
dari para pembaca sangat penulis harapkan, guna kesempurnaan laporan ini.
Karena penulis menyadari, laporan ini masih jauh dari kata sempurna.

Sebelumnya, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


Dosen Pembimbing Lapangan, Dr. Tati Nurhayati, M.A, yang telah meluangkan
waktunya untuk berkunjung sembari memberi bimbingan selama kami KKN.

Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada segenap teman-teman


kelompok 86, karena mereka begitu hangat dan sangat kompak dalam menjalani
kegiatan selama KKN, ya meskipun ada saja hal yang membuat kecewa, jengkel, dan
menyakitkan. Hehe....

Cirebon, 08 September 2018

Shohibul Azka
NIM : 1415304053

Daftar Isi
BAB I

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi


Muhammad yang kemudian disampaikan kembali kepada umat manusia, guna
meberikan petunjuk pada mereka di kehidupan dunia.
Oleh karena al-Qur’an merupakan kitab petunjuk, maka setiap orang yang
mengimaninya diwajibkan untuk mempelajari dan memahami al-Qur’an. Akan
tetapi, mereka tidak boleh memahaminya hanya lewat terjemahan saja, karena
dihawatirkan bisa salah paham, sebagaimana pernah terjadi belakangan ini, bahwa
ada salah satu ustadz yang sampai hati menyebut Nabi Muhammad pernah “sesat”,
yang menurutnya hal itu sesuai dengan firman Allah swt. dalam surat al-Dhuha
ayat tujuh. Hal tersebut tentunya keliru dan merupakan kesalahan fatal yang
mengharuskan orang yang mengucapkannya harus segera bertaubat.
Oleh sebab itu, untuk dapat memahami al-Qur’an dengan baik, setidaknya
kita bisa merujuk pada kitab-kitab tafsir yang ada, sebut saja seperti tafsir al-Jalalain
buah karya imam al-Mahalli dan imam al-Suyuti, tafsir al-munir atau marah labid
karangan Syekh Nawawi Banten, dan kitab-kitab tafsir mu’tabar (kredibel) lainnya.
Jika kita ingin bisa memahaminya sendiri, maka kita diharuskan untuk bisa
menguasai dan memahami beberapa cabang disiplin ilmu, di antarnya adalah
Bahasa Arab, ilmu nahwu dan sharf, balaghah (meliputi ilmu badi’, bayan, dan ma’ani),
ushul fiqh, dan ilmu-ilmu lainnya, yang kemudian kita kenal dengan ilmu tafsir.
Kedua hal di atas sangat perlu diperhatikan, agar kejadian seperti yang
menimpa salah satu ustadz yang penulis sebutkan tidak terjadi kembali.
Dalam laporan ini, penulis ingin menyampaikan beberapa hal yang terjadi di
Pasarbatang, lokasi di mana penulis melakukan kegiatan KKN (kuliah kerja nyata),
khususnya tentang seputar kajian al-Qur’an maupun hadits, yang penulis ambil
laporannya dari beberapa musholla dan ustadz yang berdomisili di Pasarbatang.
Ada harapan dari penulis mengenai laporan yang ditulis dalam naskah ini,
agar ke depannya bisa ada perubahan cara pandang masyarakat dalam prihal
pendidikan keagamaan, khususnya dalam bidang kajian al-Qur’an dan hadits.
Semisalnya, jika dulu masyarakat hanya belajar membaca teks al-Qur’an dan hadits
saja, maka dengan adanya laporan ini semoga ada tindak lanjut dari para tokoh
masyarkat sehingga masyarakat tidak hanya belajar membacanya saja, melainkan
juga dengan belajar memahami isi kandungan al-Qur’an dan hadits.

B. Potensi keagamaan Pasarbatang


Kelurahan Pasarbatang menurut pengamatan penulis, patut diapresiasi akan
kebersamaan dan kekompakan warganya. Sebagaimana terekam dalam pengamatan
penulis saat menjelang pelaksanaan pawai hari kemerdekaan, masing-masing RW
saling berlomba menjadi yang paling meriah dan terbaik.
Dalam masalah keagamaan juga patut diapresiasi, karena hampir setiap
harinya ada saja acara pengajian rutinan.
Untuk masalah toleransi juga tidak boleh kita lewatkan untuk diapresiasi,
karena di Pasarbatang sebagian warganya ada yang beragama Budha dan Kristen.
Mereka memiliki rumah ibadah yang terawat dengan baik dan beribadah secara
bebas, tanpa ada diskriminasi dari siapapun.
Dalam internal agama Islamnya juga terdapat sebagian yang menganut ormas
Muhammadiyyah, Nahdlatul Ulama, hingga menganut paham LDII dan Salafi.
Meski demikian, mereka bisa saling mengormati.
Dengan demikian, dari apa yang telah dipaparkan di atas, Pasarbatang
berikut masyarakatnya, memiliki potensi untuk bisa dijadikan percontohan dari
kerukunan warga dalam menjalankan aktivitas beragama.

C. Identifikasi Masalah
Setiap daerah dan wilayah pasti mempunyai masalah. Pun demikian dengan
Pasarbatang, juga mempunyai beragam masalah, salah satunya adalah minimnya
pengkajian tafsir, baik berupa kitab tafsirnya ataupun ilmu-ilmu pendukungnya.
Sedangkan untuk kajian hadits, di Pasarbatang banyak majlis ta’lim yang mengkaji
kitab-kitab hadits seperti mukhtar al-ahadits, nasha’ih al-‘ibad, durrotun nashihihin, dan
kitab hadits lainnya. Dalam dunia akademis, kitab hadits yang telah disebutkan,
tergolong kitab hadits yang banyak mengandung hadits dho’ifnya. Hal ini tentunya
menjadi suatu kendala, karena masyarakat kurang begitu meminati kajian kitab
hadits yang kualitasnya lebih shohih. Menurut hemat penulis, selagi terdapat kitab
hadits yang lebih shohih, maka mengkajinya lebih baik diutamakan.
Kedua hal di atas tentunya merupakan masalah yang harus segera ditangani,
karena jika tanpa penanganan, dihawatirkan masyarakat hanya sebatas belajar
membaca al-Qur’an dan hadits saja, tanpa mempedulikan isi kandungannya. Dan
hal ini akan berdampak fatal jika dibiarkan saja, di samping masyarakat tidak
mampu memahami al-Qur’an dan hadits, bisa juga mereka salah paham dalam
memahami keduanya. Jika salah paham, bisa saja sebagian dari mereka menjadi
teroris, gampang menuduh sesat dan mengkafirkan orang lain.
Kurang hadits

BAB II
Topik Masalah
Kajian kitab tafsir dan ilmu tafsir yang masif
Sebagaimana yang telah penulis jelaskan, bahwa warga Kelurahan
Pasarbatang banyak yang taat beragama. Hal ini bisa dilihat dengan berdirinya
majelis-majelis ta’lim, begolong-golongnya warga ke masjid atau mushalla untuk
shalat berjsama’ah, dan lainnya.
Dalam laporan ini, penulis menitikberatkannya pada hal yang berkaitan
dengan majelis-majelis ta’lim dan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada di
sekitaran Pasarbatang, dikarenakan tempat tersebut merupakan basis penelitian
yang sesuai jurusan yang sedang dijalani oleh penulis.??
Di Pasarbatang, meski banyak majelis ta’lim dan beberapa pendidkan Islam,
menurut penuturan Ust. Farihi, sangat jarang mengkaji kitab tafsir atau ilmu
tafsirnya. Kebanyakan dari tempat-tempat tersebut mengajarkan kitab-kitab hadits
seperti mukhtar al-ahadits, nasha’ih al-‘ibad, al-arba’in al-nawawiyyah, safinatun najah,
dan beberapa kitab lainnya. terkadang ada juga sebagian pengasuh majelis yang
memberikan tausiyah yang mengutip tafsir, namun itu juga hanya sebatas kutipan,
tanpa mengkajinya lebih spesifik lagi.
Melihat beberapa kitab yang dikaji, di sini dapat dipahami bahwa kitab-kitab
tafsir amat sangat sedikit sekali yang dibahas, itu juga hanya sekedar penyampaian
lewat ucapan/tausiah seorang ustadz tanpa mengkajinya lebih dalam lagi.
Sedangkan dengan kitab hadits yang dikaji, kitab yang dipakai juga umumnya yang
berisikan hadits fadha’ilul a’mal, yang menurut penelitian akademis isi di dalamnya
kebanyakan mengandung hadits dha’if.

BAB III
Tujuan

Mengoptimalkan kajian kitab tafsir dan ilmu tafsir


Melihat masalah yang telah penulis sebutkan di atas, nampaknya perlu sekali
untuk mengoptimalkan kajian tafsir, baik mengkaji kitab tafsirnya atau ilmu-
ilmunya. Hal ini bertujuan agar masyarakat bisa memahami al-Qur’an dengan baik,
yakni tidak sembarangan dalam memahaminya.
Tujuan lainnya adalah agar kitab-kitab tafsir dan ilmu tafsir bisa dikaji lebih
luas lagi oleh masyarakat. Karena, ilmu-ilmu ini cenderung kurang begitu diminati
oleh masyarakat.

BAB IV
Analisis masalah
Ada beberapa masalah mengenai masifnya pembelajaran kitab tafsir dan ilmu
tafsir di sekitaran masyarakat Pasarbatang, menurut Ustadz Farihi, di antaranya
adalah karena faktor kelangkaan guru yang paham bahasa Arab dan menguasai
ilmu-ilmu tafsir.
Di samping itu, banyak orang tua yang lebih memilihkan sekolah umum
dibanding pondok pesantren untuk anaknya, dengan alasan mereka
menghawatirkan pekerjaan anaknya kelak kalau ia dimasukkan di pondok
pesantren.
Penulis bukan bermaksud menyalahkan pilihan para orang tua anak-anak
masyarakat Pasarbatang, penulis hanya menyayangkan saja, karena biasanya anak-
anak yang di sekolah formal hanya sedikit saja menerima pelajaran agama.
Sebagaimana yang penulis amati, mereka hanya sekedar mengaji seusai shalat
maghrib, dan sesudahnya mereka bubar entah kemana. Namun, ada juga beberapa
orang tua yang peduli akan pendidikan agamanya, di antara bentuk kepeduliannya
itu mereka memanggilkan guru-guru privat datang ke rumah untuk mengajari
anak-anaknya mengaji dan ilmu keagamaan. Dan terkadang, ada juga anak yang
mengaji dan belajar ilmu keagamaanya langsung pada orang tuanya. Dan tentunya,
jumlah orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan agama untuk anaknya
amatlah sedikit, jika dibandingkan dengan orang tua yang lebih mementingkan
pendidikan formal.
Berlatar belakang kurangnya pendidikan keagamaan inilah akhirnya
menyebabkan orang-orang mencari cara instan untuk dapat memahami agamanya,
terlebih al-Qur’an dan hadits, yang merupakan sumber rujukan keagaman dalam
menjalani kehidupan di dunia.
Kemudian Ustadz Farihi menghawatirkan, banyak warga yang memahami al-
Qur’an hanya sebatas lewat terjemah dan tidak mementingkan kebaradaan guru
yang menuntunnya untuk memahami al-Qur’an.

BAB V
Usulan dan rekomendasi
Melihat masalah di atas, ada beberapa usulan yang bisa diterapkan agar
kajian kitab tafsir dan ilmu tafsir bisa dipelajari lebih luas oleh masyarakat, di
antaranya adalah dengan anjuran dari kepala kelurahan kepada warganya untuk
menyekolahkan dan menitipkan anak-anaknya di pondok pesantren. Dengan
disekolahkan dan dititipkan di pondok pesantren, ada harapan sang anak nanti
paham kitab-kitab tafsir dan ilmu tafsir yang notabene berbahasa Arab, untuk
kemudian diajarkan kembali pada masyarakat saat dia sudah menyelesaikan
pendidikannya selama di pondok.
Membuat bangunan pondok pesantren juga nampaknya perlu diadakan, atau
memperluas dan memfasilitasi lebih lengkap pondok pesantren yang ada, kemudian
menggunakan jasa ustadz-ustadz yang mumpuni dalam bidang al-Qur’an dan ilmu
tafsir.

BAB VI
Penutup

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai