PAPER
Disusun oleh :
Pembimbing
Penulis
:Disahkan Oleh
,Diketahui Oleh
NOFITRI, S.Ag,M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
serta petunjuk dan ridhonya kepada penulis. Baik itu dalam bentuk kesehatan
fisik, kesehatan dalam berfikir, serta kesempatan dan semangat dalam proses
pembutan paper ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah penulis
yang berjudul: “Status Kenajisan Orang Musyrik (studi surat At-
Taubah:28)”.
Shalawat serta salam kita ucapkan kepada sayyidina kita yakninya nabi
Muhammad SAW, seorang pemuda Quraisy panutan umat, yang telah
menegakkan panji agama Islam, demi menyampaikan risalahnya serta
menegakkan syariat Islam. Ia merupakan tokoh teladan bagi kita semua di
seluruh muka bumi ini, selain akhlaknya, bahkan kesolehanya, oleh karena itu
marilah kita ucapkan allahumma shalli ala Muhammad. Semoga suatu saat
nantik di surga kita dapat dipertemukan dengan baginda Rasulullah SAW.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis tetap bersandar kepada Al-
quran dan sunnah, pendapat para sahabat, pendapat para ulama, dan rujukan
lainya yang yang di tulis oleh orang alim agar tulisan sederhana ini dapat di
pertanggungjawabkan dan diterima dangan baik.
Karya ilmiah ini penulis ajukan dalam rangka memenuhi syarat Ujian
Akhir Madrasah. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak
mendapatkan halangan dan rintangan. Sehingga, ini berdampak dalam segi
ii
kualitas penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini. Hal ini penulis sadari
karena kedangkalan ilmu yang penulis miliki.
1. Ayah tercinta Makhdoni dan Ibunda tercinta Zul Afziah, yang tak kenal
lelah dalam mendidik, mengasuh, membesarkan, serta memberi penulis
dukungan moril dan materil, bahkan perhatian, kasih saying, dan cintanya,
serta doanya yang selalu mengiringi penulis dalam keseharian.
2. Terima kasih kepada saudara kandung penulis yang telah memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah.
3. Syaikhul Madrasah Sumatera Thawalib Parabek Buya Deswandi yang selalu
membagikan hikmah, nasehat, dan ribuan pelajaran hidup kepda penulis.
4. Pimpinan Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek Ustadz H. Zaki
Munawwar, Lc. Yang telah memberi bimbingan dan motivasi yang sangat
berharga kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Kepala Madrasan tingkat Aliyah, Ustadzah Nofitri, S.Ag. M.pd. Yang telah
memberikan pengetahuan dan pengarahan kepada penulis dalam karya
ilmiah ini.
6. Wakabid. Kurikulum tingkat Aliyah Ustadz Irwan, Lc, Yang telah
memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis untuk bisa
menyelesaikan karya ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
7. Ustaz Rudi Hartono selaku Koordinator bidang agama yang telah
mengarahkan penulis.
8. Ustadzah Nur Afni, Lc selaku pembimbing yang selalu meluangkan
waktunya untuk memeriksa, mengarahkan, dan berbagi ilmu kepada penulis
agar dapat menyelesaikan karya ini dengan sebaik- baiknya.
iii
9. Ustadzah Sri Hartati,Spd, selaku wali kelas yang selalu memberi motivasi
dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah.
10. Guru-guru yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
11. Pembina-pembina asrama yang telah memberikan masukan kepada penulis.
12. taman-teman Angkatan 113 yang telah mendukung, dan memberikan
masukan yang baik kepada penulis.
13. Serta kakak-kakak, teman-teman, dan adek-adek yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Penulis sadar bahwasanya dalam paper ini banyak hal yang belum
sempurna. Oleh sebab itu penulis menerima masukan dan saran yang
membangun dari pembaca agar penulis bisa lebih baik lagi kedepanya. Semoga
karya ilmiah penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat pada
umumnya dan bagi penulis khususnya. Amiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHA...........................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Penjelasan Judul.............................................................................................3
D. Tujuan Penulisan............................................................................................3
E. Metode Penulisan...........................................................................................4
F. Sistematika Penulisan.....................................................................................4
v
A. Status kenajisan orang musyrik menurut para ulama.....................................19
B. Pandangan islam terhadap orang musyrik masuk masjid...............................20
C. Analisis penulis..............................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran...........................................................................................................26
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIARAN-LAMPIRAN
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Agama Islam kerap dikaitkan dengan keadan bersih dari najis atau kotoran,
Meskipun begitu, tidak semua hal yang dapat dikatakan sebagai hal yang suci
dan Bersih. Suci dalam istilah Islam didefiniskan sebagai keadaan tidak terkena
najis, bebas dari dosa, atau bebas dari suatu barang dari mutanajis, najis dan
hadas.
Maka jika ada orang yang mau masuk ke masjid haruslah bersih dari najis
supaya tidak mengotori masjid.maka dari itu orang yang masuk masjid adalah
orang yang bersuci.
Lalu bagaimana dengan orang musyrik masuk masjid, padahal mereka tidak
mengerti tatacara bersuci, sehingga mereka mungkin saja tidak terhindar dari
hal-hal yang berbau najis Bukankah Allah SWT berfirman QS. At-Taubah: 28.
ِا ِا
ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْٓو ا َمَّنا اْلُم ْش ِر ُك ْو َن َجَنٌس َفاَل َيْق َر ُبوا اْلَمْس ِج َد اَحْلَر اَم َبْع َد َعاِم ِه ْم ٰه َذ اۚ َو ْن ِخ ْف ُتْم َعْيَلًة َفَس ْو َف
ِل ِا َۗء ِا ّٰل ِل ِك ّٰل ِم ِن
ال ُه ْن َفْض ه ْن َش ۤا َّن ال َه َع ْيٌم َح ْيٌم ُيْغ ْيُك ُم
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu
najis (kotor jiwa), karena itu janganlah mereka mendekati Masjidi lharam
setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir
tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari
karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.(QS At-Taubah:28)
Mengenai firman Allah Ta‟ala : “Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”. Para ulama berbeda
pendapat tentang maksud pensifatan orang musyrik dengan najis. Qatadah,
Ma‟mar Bin Rasyid, dan lainnya berkata, “itu karena orang-orang musyrik
itu junub” mandi mereka bukanlah mandi (junub) yang sah. Ibnu Abbas RA
dan lainnya berkata, “justru kemusyrikan itulah yang dimaksud dengan najis”.
Hasan Al-Bashri berkata, “barang siapa berjabat tangan dengan orang musyrik,
maka dia sebaiknya berwudhu”. Seluruh Madzhab menyatakan bahwa wajib
mandi atas orang kafir, apabila dia masuk Islam. Akan tetapi, Ibnu Abdul
Hakam menyatakan bahwa dia tidak wajib mandi,
sebab Islam menghancurkan (menghapus) kesalahan yanng telah lalu.
Dan kata “musyrikin” kerap kaitannya dengan “najis”, yaitu kotoran yang
menyebabkan sesuatu tidak dapat digunakan untuk ibadah. Kebanyakan ahli
tafsir berpendapat, bahwa kata “musyrikin” dalam ayat di atas adalah terkhsusus
para penyembah patung (berhala), karena kata “musyrik” itu sendiri meliputi
orang yang menjadikan tuhan lain selain Allah, sedang ahli kitab itu sekalipun
disebut “kafir” (dan orang-orang musyrik juga kafir) tetapi kata “musyrikin” di
sini tidak termasuk ahli kitab itu, karena kata tersebut khusus untuk orang-orang
yang menyembah berhala dan patung. (Asshobuni, 2001, p. 502)
Agar pembahasan ini lebih jelas dan terarah serta tidak menyimpang, maka
penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
Agar penulisan ini lebih terarah penulis memberikan batasan masalah yaitu
seputar status kenajisan orang musyrik dan hukum masuk masjid bagi oang
musyrik tersebut.
2
C. Penjelasan judul
D. Tujuan penulisan
Berikut bebebrapa penulisan yang hendak penulis capai dalam penulisan
karya ilmiah ini, sebagai berikut:
1. Tujuan umum
a. Untuk melatih kekreativitas penulis.
b. Untuk mengembangkan berbagai disiplin ilmu terutama ilmu agama
dengan cara menganalisis dan membahas apa yang menjadi
permasalahan dalam karya tulis ini.
c. Untuk melatih kreativitas penulis untuk membuat sesuatu karya ilmiah.
d. Supaya mengetahui status kenajisan orang musyrik.
2. Tujuan khusus
a. Mencapai ridho Allah Swt dan berharap mendapat kemudahan dari-Nya
dalam mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan agama Allah SWT.
b. Sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Madrasah di MAS Parabek.
c. Untuk melatih cara berfikir dalam memecahkan suatu pemasalahan.
3
d. Untuk mengembangkan ilmu yang telah penulis dapatkan selama sekolah
di MAS Parabek.
E. Metode penulisan
Dalam pengolahan data dalam penulisan paper ini, penulis memakai
beberapa metode pengelolaan data sebagai berikut:
F. Sistematika Penulisan
4
BAB II
BAB II
LANDASAN TEORI
ِحْل
ا ُّل َمْيَتُتُه،ُه َو الَّطُهْو ُر َم اُؤ ُه
Artinya:
“(lautan) suci airnya dan halal bangkainya” (HR. Al-Bukhari).
2. Benda-benda najis
ُق ٓاَّل َاِج ُد ْيِف َم ٓا ُاْو ِح ِاَّيَل َحُمَّر ًم ا َعٰل ى َطاِعٍم َّيْطَعُم ه ِآاَّل َاْن َّيُك ْو َن َمْيَتًة َاْو َدًم ا َّم ْس ُف ْو ًح ا َاْو ْحَل ِخ ْنِز ْيٍر
َم َي ْل
َفِاَّنه ِر ْج َا ِف ًق ا ُاِه َّل ِلَغِرْي الّٰلِه هِب
ٌس ْو ْس
Artinya:
“Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang
diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali
(daging) hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging
babi karena ia najis, atau yang disembelih secara fasik, (yaitu) dengan
menyebut (nama) selain Allah”. (QS.Al-An’am: 145).
b. Khamar atau arak dan segala jenis minuman yang memabukakan. Bagi
jumhur ulama ia adalah najis karena firman allah ta’ala:
c. Madzi, cairan yang keluar karena syahwat. Berkenaan hal ini, terdapat
hadits yang bersumber dari imam Ali RA:
6
Artinya:
e. Bangkai ialah hewan yang mati dengan cara begitu saja artinya tanpa di
sembelih menurut ketentuan agama.
Dikecualikan dari itu:
1) Bangkai ikan dan belalang, maka dia suci
2) Bangkai binatang yang tidak mempunyai darah mengalir seperti
semut, lebah, dan lain- lain. (Syaf, 1973, p. 42)
3) Dan bangkai manusia.
7
h. Nanah, baik yang kental maupun yang encer, termasuk darah yang
busuk. (syaf, 1972, pp. 42-54)
3. Macam-macam najis
b. Najis hukmiyah, yaitu sesuatu itu pada asalnya suci lantas terkena najis,
kemudian dihukumi sebagai benda atau barang najis. Contohnya:
pakaian yang terkena air seni, sandal yang terkena tinja, air yang
kemasukan bangkai tikus kemudian berubah baunya dan semisalnya.
Hukumnya; masih bisa disucikan. Karena pada asalnya suci, sedangkan
najis yang ada padanya tersebut datang setelahnya. (Hasan, 2017, p. 63)
8
3. Madzhab Maliki, mengatakan bahwa najis ain adalah inti najis itu
sendiri. Sedangkan najis hukmiyah adalah pengaruh dari najis yang
mengenai tempat tersebut.
)ُطُهْو ُر ِإَناِء َأَح ِد ُك ْم ِإَذا َو َلَغ ِفْيِه اْلَكْلُب َأْن َيْغِس َلُه َس ْبَع َم َّر اٍت ُأْو َالُه َّن ِبالُّتَر اِب (رواه مسلم
Artinya:
"Sucinya bejana kalian semua ketika dijilati anjing adalah dengan
dibasuh tujuh kali, yang pertama dicampuri dengan debu”. (HR.
Muslim)
b. Najis mukhaffafah (ringan), yaitu seperti air seni bayi laki-laki yang
makan dan minumnya dari air susu ibunya. Cara membersihkannya
dengan memercikan air, meskipun tidak mengalir. Hal ini sebagaimana
dalam hadits:
َعْن ُأِّم َقْيٍس ِبْنِت ْحِمَص ٍن َأَّنَه ا َأَتْت ِباْبٍن َهَلا َص ِغٍري ْمَل َيْأُك ِل الَّطَعاَم ِإىَل َرُسْو ِل الَّلِه صلى اهلل عليه
ٍء ِه ِح ِه
وسلم َفَأْج َلَس ُه َرُسْو ُل الَّل صلى اهلل عليه وسلم ْيِف ْج ِرِه َفَباَل َعَلى َثْو ِب َفَد َعا َمِبا َفَنَض َحُه َو ْمَل
)(رواه البخاري.َيْغِس ْلُه
9
Artinya:
“Dari Ummu Qois bahwa ia datang menemui rasulullah. Dengan
membawa anak kecil yang tidak mengkonsumsi (selain susu), kemudian
ia meletakkan anak kecil tersebut di pangkuan rasulullah. Setelah
dipangku oleh Beliau, anak kecil tersebut kencing di baju Beliau.
Kemudian Beliau meminta diambilkan air dan oleh Beliau air itu
dipercikan ke bajunya, tanpa membasuhnya.” (HR. Bukhari).
Kata musyrik merupakan bentuk isim fa’il dari kata asyraka- yusyriku
isyrak- musyrik ( مشرك- إشراك- يشرك- )أشركdan perbuatannya disebut dengan
sebagai tuhan untuk disembah. Sesuatu yang di maksud bisa berupa benda
hidup seperti binatang pohon atau benda mati seperti patung. (shiab, 2007,
p. 644)
10
Orang musyrik adalah dia percaya ada nya Allah SWT, tetapi masih
mempercayai adanya kekuatan lain selain Allah SWT. Syaikh Hasan Bisry
At-Turjani mengatakan ada tiga tingkatan orang musyrik yaitu:
a. Musyrik murni ialah orang yang melakukan ibadah dan tata caranya
tidak sesuai dengan akidah Islam. Mereka menafikan agama,
sebaliknya mereka lebih menyukai dan mengikuti perbuatan yang
tidak sesuai dengan akidah yang dilakukan nenek moyang mereka.
١٣ َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنه َو ُه َو َيِعُظه ٰيُبَّيَن اَل ُتْش ِر ْك ِبالّٰلِهۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َعِظ ْيٌم
Artinya:
11
2. Pembagian Syirik
ِإَّن ٱلَّلَه اَل َيْغِف ُر َأن ُيْش َر َك ِبِهۦ َو َيْغِف ُر َم ا ُدوَن َٰذ ِلَك ِلَم ن َيَش ٓاُءۚ َو َم ن ُيْش ِر ْك ِبٱلَّلِه َفَق ِد ٱْفَتَر ٰٓى ِإًمْثا َعِظ يًم ا
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS.An-Nisa:48)
12
e. Syiril al-Asbab, yaitu menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab
yang biasa sebagaimana syiriknya orang-orang ahli filsafat dan
penganut paham naturalis (mereka berkata bahwa segala kejadian
alam ini tidak ada sangkut pautnya dengan Allah meskipun Tuhan itu
ada. Melainkan ada sebab akibat dari tuhan itu sendiri).
f. Syirik al-Agharaadh, beramal bukan karena Allah.
ُقْل ُه َو الّٰل ُه َاَح َالّٰل ُه الَّص َم ْمَل َيِلْد َو ْمَل ُيْو َل َو ْمَل َيُك ْن َّله ُك ُف ًو اَ َح ٌد
ْۙد ُۚد ٌۚد
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah
tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia". (al-iklas:1-3)
13
b. Musyrik dalam Uluhiyah
Adanya seseorang melakukan ibadah yang ditujukan kepada selain
Allah baik berupa ibadah hati (tawakal) atau ibadah lisan (nadzar,
sumpah dengan menyebut nama selain nama Allah) atau ibadah
anggota badan (bersujud kepada selain Allah).
َاُيۡش ِر ُك ۡو َن َم ا اَل َيُلُق َش ۡي ًٔـــا َّو ُه ۡم ُيَلُقۡو َن َو اَل َيۡس َتِط ۡي ُعۡو َن ُهَلۡم َنـۡص ًر ا َّو ۤاَل َاۡن ُف َس ُه ۡم
١٩٢ َيۡن ُصُر ۡو َن
Artinya:
Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala yang
tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal (berhala) itu
sendiri diciptakan. Dan (berhala) itu tidak dapat memberikan
pertolongan kepada penyembahnya dan kepada dirinya sendiri
pun mereka tidak dapat memberi pertolongan (al-A’raf: 191-192)
14
3. Syirik dalam ketaatan, yakni ada seseorang meyakini bahwa
ada makhluk lain yang berhak untuk menentukan dan membuat
syari’at, menaati makhluk lain secara lahir dan batin serta
menghalalkan apa yang telah di haramkan oleh Allah SWT dan
mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah SWT.
(https://almanhaj.or.id)
ِاَخَّتُذ ْٓو ا َاْحَباَر ُه ْم َو ُر ْه َباَنُه ْم َاْر َباًبا ِّم ْن ُدْو ِن الّٰلِه َو اْلَم ِس ْيَح اْبَن َمْر َي َو َم ٓا ُاِم ُر ْٓو ا
ِااَّل ِلَيْع ُبُد ْٓو ا ِاًهٰلا َّو اِح ًد ۚا ٓاَل ِاٰلَه ِااَّل ُه َۗو ُس ْبٰح َنه َعَّم ا ُيْش ِر ُك ْو َن
Artinya:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, Padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah (9): 31)
Artinya:
Kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan
mereka musyrik. (QS. Yusuf :106)
15
termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik Ashghar hanya
berupa riya’.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al- Baqarah: 267
ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْٓو ا َاْنِف ُقْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َك َس ْبُتْم َو َّمِمٓا َاْخ َر ْج َنا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِض ۗ َو اَل َتَيَّم ُم وا
ِا
اَخْلِبْيَث ِم ْنُه ُتْنِف ُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰاِخ ِذْيِه ٓاَّل َاْن ُتْغِم ُضْو ا ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن الّٰل َه َغٌّيِن ِمَح ْيٌد
Artinya:
16
5) Syirik Menurut Letak Terjadinya
a. Syirik I’tiqodi, yaitu syirik yang berupa keyakinan, misalnya
meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi lain
juga percaya bahwa dukun bisa mengubah takdir yang digariskan
kepada kita. Hal ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan
pelakunya dari agama Islam, kita berlindung kepada Allah dari hal
ini.
b. Syirik Amali, yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at
Islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain
Allah, dan bernazar untuk selain Allah dan lainnya.
c. Syirik Lafzhi, yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at Islam
sebagai sebuah kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama
Allah, seperti perkataan sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali
Allah dan engkau” dan “Aku bertawakal kepadamu”, “Kalau bukan
karena Allah dan si fulan maka akan begini dan begitu” dan lafazh-
lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan. Dengan
mengetahui beberapa kategori syirik di atas dapat membantu kita
untuk menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam
bentuk apapun dan cara bagaimana pun. Semoga kita semua bisa
terhindar dari syirik tersebut di manapun dan kapan pun juga.
Wallohu a’lam bishowab.
1. Bahaya Syirik
a) Kekal di dalam neraka Jahanam
Barang siapa yang melakukan syirik besar maka seluruh
amalannya akan gugur, kemudian jika ia meninggal dalam
17
keadaan belum bertobat maka tidak akan diampuni oleh Allah,
dan akan dikekalkan di dalam neraka.(
https://www.republika.co.id)
18
19
BAB III
BAB III
(STUDI QS At-Taubah:28)
ِا ِا
ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْٓو ا َمَّنا اْلُم ْش ِر ُك ْو َن َجَنٌس َفاَل َيْق َر ُبوا اْلَمْس ِج َد اَحْلَر اَم َبْع َد َعاِم ِه ْم ٰه َذ اۚ َو ْن ِخ ْف ُتْم َعْيَلًة َفَس ْو َف
٢٨ ُيْغِنْيُك ُم الّٰل ُه ِم ْن َفْض ِله ِاْن َش ۤاَۗء ِاَّن الّٰل َه َعِلْيٌم َح ِكْيٌم
Artinya:
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa orang musyrik itu najis, sebelum
membahas status kenajisan orang musyrik, hendaknya terlebih dahulu
mengetahui siapa yang di maksud orang musyrik dalam ayat ini. Mayoritas
ahli fikih mengatakan, bahwa yang dimaksud kaum musyrik di sini adalah
para penyembah berhala. Kata-kata musyrik dipakai untuk orang yang
menyembah selain Allah. Ahli Kitab termasuk dalam ayat ini.
Sedangkan para ahli fikih sepakat bahwa tubuh orang musyrik tidak
najis. Oleh karena itu, diperbolehkan minum atau makan menggunakan
wadah milik atau yang pernah dipegang oleh orang musyrik. Hal ini
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad. (zaipuri, 2020)
20
B. Pandangan ulama terhadap orang musyrik masuk masjid
َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ِإَمَّنا اْلُم ْش ِر ُك وَن َجَنٌس َفاَل َيْق َر ُبوا اْلَمْس ِج َد اَحْلَر اَم َبْع َد َعاِم ِه ْم َه َذ ا
Artinya, “Wahai orang yang beriman, sungguh orang musyrik itu najis.
Janganlah mereka memasuki masjidil haram setelah tahun ini,” (At-Taubah:
28).
Dari ayat ini, lahir berbagai pandangan ulama perihal masuknya orang
musyrik ke dalam tanah haram, masjidil haram, dan masjid selain masjidil
haram, tanpa izin umat Islam, dan tanpa keperluan.
ولو لغري، حىت املسجد احلرام من غري إذن،أجاز أبو حنيفة للكافر دخول املساجد كلها
وال، أال حيجوا:] عنده28/9: ومعىن آية {فال يقربوا املسجد احلرام بعد عامهم هذا} [التوبة.حاجة
، ونادى علي هبذه السورة، حني أمر الصديق، عام تسع من اهلجرة،يعتمروا عراة بعد حج عامهم هذا
وقد دخل أبو سفيان مسجد املدينة.» وال يطوف عريان، «أال ال حيج بعد عامنا هذا مشرك:وقال
وربط مثامة بن اثال يف، وكذلك دخل إليه وفد ثقيف، بعدما نقضته قريش،لتجديد عقد صلح احلديبية
21
tahun ini,’ (At-Taubah ayat 28) menurut Abu Hanifah, adalah larangan untuk
berhaji dan umrah dengan telanjang setelah tahun ini, yaitu tahun 9 H ketika
ia memerintahkan Abu Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Ali menyeru dengan
surat ini, ‘Setelah tahun ini tidak boleh lagi ada orang musyrik melaksanakan
haji dan tidak boleh ada lagi orang telanjang berthawaf,’ (HR Bukhari dan
Muslim). Abu Sufyan sendiri pernah memasuki masjid Madinah untuk
memerbaharui kontrak perdamaian Hudaibiyah setelah dilanggar oleh
Quraisy. Demikian juga rombongan tamu dari Bani Tsaqif pernah memasuki
masjid Madinah. Tsamamah bin Atsal ketika dalam kondisi tawanan diikat di
masjid Nabawi.” (Az-Zuhaili, 1985, p. 582)
{يا: لقوله تعاىل، ولو ملصلحة من دخول حرم مكة، مينع غري املسلم:وقال الشافعية واحلنابلة
] وقد28/9: فال يقربوا املسجد احلرام بعد عامهم هذا} [التوبة،أيها الذين آمنوا إمنا املشركون جنس
وجيوز عندهم للكافر حلاجة دخول املساجد األخرى غري املسجد.» « احلرم كله مسجد:ورد يف األثر
ومل يرد يف الشرع، واألصل يف األشياء اإلباحة، بإذن املسلمني؛ ألن نص اآلية يف املسجد احلرام،احلرام
فأنزهلم يف املسجد، وألن النيب صّلى اهلل عليه وسلم قدم عليه وفد أهل الطائف،ما خيالف هذا األصل
. وهو على شركه، قد كان أبو سفيان يدخل مسجد املدينة: وقال سعيد بن املسيب.قبل إسالمهم
فرزقه اهلل اإلسالم، والنيب صّلى اهلل عليه وسلم فيه ليفتك به، فدخل املسجد،وقدم عمري بن وهب
22
Artinya, “Madzhab Syafi’i dan Madzhab Hanbali berpendapat bahwa
non-Muslim sekalipun untuk sebuah kemaslahatan dilarang untuk memasuki
tanah haram Mekah berdasarkan firman Allah, ‘Wahai orang yang beriman,
sungguh orang musyrik itu najis. Janganlah mereka memasuki masjidil haram
setelah tahun ini,’ (At-Taubah ayat 28). Di dalam atsar disebutkan, ‘Tanah
haram seluruhnya adalah masjid.’ Menurut ulama dari dua madzhab ini,
orang kafir boleh masuk masjid dengan izin umat Islam karena suatu
keperluan kecuali masjidil haram. Pasalnya, teks ayat tersebut hanya
menyinggung masjidil haram. Hal ini juga sesuai kaidah bahwa pada asalnya
segala sesuatu adalah boleh. Di dalam syariat sendiri tidak ada dalil yang
mengalahi hukum asal ini. Rasulullah SAW sendiri–ketika didatangi oleh
rombongan kunjungan dari Thaif–menempatkan tamunya di masjid tersebut
sebelum mereka memeluk Islam. Sa‘id Ibnul Musayyab mengatakan, Abu
Sufyan pernah memasuki masjid Madinah ketika masih menjadi seorang
musyrik. Ketika Rasulullah sedang berada di dalam masjid, ‘Umair bin Wahb
pernah datang lalu memasukinya untuk membunuh Rasul. Tetapi Allah
menganugerahkan Islam kepadanya. (Az-Zuhaili, 1985, p. 583)
C. Analisis penulis
23
ِم ِح ِك ِح َّلِذ ِح
اْلَيْو َم ُأ َّل َلُك ُم الَّطِّيَباُت َو َطَعاُم ا يَن ُأوُتوا اْل َتاَب ٌّل َلُك ْم َو َطَعاُمُك ْم ٌّل ُهَلْم َو اْلُم ْحَص َناُت َن
ِفِح ِصِن ِك ِم ِل ِم ِذ ِم ِت
اْلُم ْؤ َنا َو اْلُم ْحَص َناُت َن اَّل يَن ُأوُتوا اْل َتاَب ْن َقْب ُك ْم ِإَذا آَتْيُتُم وُه َّن ُأُج وَر ُه َّن ْحُم َني َغْيَر ُمَس ا َني
ال َّتِخ ِذي َأ َد اٍن
ْخ َو ُم
Artinya:
jika sesuatu tidak ada penjelasannya yang tegas dalam nash Syariat
tentang halal-haramnya, maka ia halal hukumnya. Di dalam syari’at sendiri
tidak ada dalil yang mengharamkan dalil asal ini. Sebagai comtoh nya saja
pada zaman Rasulullah SAW sendiri ketika didatangi oleh rombongan
kunjungan dari Thaif–menempatkan tamunya di masjid tersebut sebelum
mereka memeluk Islam. Sa‘id Ibnul Musayyab mengatakan, Abu Sufyan
pernah memasuki masjid Madinah ketika masih menjadi seorang musyrik.
24
Ketika Rasulullah sedang berada di dalam masjid, ‘Umair bin Wahb pernah
datang lalu memasukinya untuk membunuh Rasul. Tetapi Allah
menganugerahkan Islam kepadanya.
25
BAB IV
PENUTUP
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
Pada akhir penulisan karangan ilmiah ini, penulis megajukan
beberapa saran kepada pembaca, antara lain:
1. Kita sebagai umat Islam harus bisa menjadikan Al-Qur’an dan
sunnah sebagai acuan dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Butuh ilmu pengetahuan yang luas untuk bisa menghasilkan
suatu karya ilmiah
3. Lakukan segala sesuatu itu dengan niat yang benar dan selalu
mengharap ridha dari Allah SWT.
4. Berdasarkan uraian diatas hendaklah kita memperkuat keimanan
kita dan tidak terjerumus kepada kesyirikan dan menganalisis
suatu masalah yang di hadapi.
5. Kepada pembaca agar dapat memberikan saran sebagai bahan
untuk mengevaluasi dan sebagai motifasi bagi penulis untuk
menciptakan karya ilmiah pada masa yang akan datang.
6. Kepada generasi yang akan datang, jangan pernah bosan dan
malas teruslah berjuang dan mengembangkan karya-karya ilmiah.
27
DAFTAR PUSTAKA
juzairi, s. a. (2012). Fikih Empat Mazhab. jakarta timur: pustaka al- kautsar.
https://almanhaj.or.id/3262-syirik-dan-macam-macamnya.html
https://www.republika.co.id/berita/qwtp5f430/tiga-bahaya-syirik-besar
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Afifah Nurul Arifi
Tempat/Tanggal lahir : Bukittinggi/ 16 Juni 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 (pertama)
No.BP : 19618
Kelas : XII Agama 1
Alamat : SP. Tiga Kumpulan JR.Tabiang, Koto Kaciak. Kec.
Bonjol, kab. Pasaman Timur
Agama : Islam
Nama Orang Tua :
Ayah : Makhdoni
Ibu : Zul Afziah
Pembimbing Penulis