Anda di halaman 1dari 45

\

STATUS KENAJISAN ORANG MUSYRIK


(STUDI QS AT-TAUBAH:28)

PAPER

Diajukan kepada Madrasah Sumatera Thawalib Parabek untuk mengikuti persyaratan


Ujian Akhir Madrasah

Disusun oleh :

AFIFAH NURUL ARIFI

No. BP: 19618

Pembimbing

USTADZAH NUR AFNI, Lc

PONDOK PESANTREN SUMATERA THAWALIB PARABEK


BUKITTINGGI – AGAM
2022/2023
Halaman Pengesahan

Judul : Status kenajisan orang musyrik


(studi QS At-Taubah: 28)
Nama : Afifah Nurul Arifi
No. BP : 19618
Kelas/ : 6 Agama 1
jurusan

Paper ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan di Madrasah


Aliyah Sumatera Thawalib Parabek Tahun Ajaran 2022/2023

Parabek, 12 Januari 2023

Penulis

Afifah Nurul Arifi

:Disahkan Oleh

Pembimbing Penguji 1 Penguji 2

Nur Afni, Lc Ilham,Lc,MA Dra. Yulfahmi

,Diketahui Oleh

Kepala Madrasah Aliyah

NOFITRI, S.Ag,M.Pd

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
serta petunjuk dan ridhonya kepada penulis. Baik itu dalam bentuk kesehatan
fisik, kesehatan dalam berfikir, serta kesempatan dan semangat dalam proses
pembutan paper ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah penulis
yang berjudul: “Status Kenajisan Orang Musyrik (studi surat At-
Taubah:28)”.

Shalawat serta salam kita ucapkan kepada sayyidina kita yakninya nabi
Muhammad SAW, seorang pemuda Quraisy panutan umat, yang telah
menegakkan panji agama Islam, demi menyampaikan risalahnya serta
menegakkan syariat Islam. Ia merupakan tokoh teladan bagi kita semua di
seluruh muka bumi ini, selain akhlaknya, bahkan kesolehanya, oleh karena itu
marilah kita ucapkan allahumma shalli ala Muhammad. Semoga suatu saat
nantik di surga kita dapat dipertemukan dengan baginda Rasulullah SAW.

Islam merupakan agama yang sempurna, yang telah mengatur segala


sendi kehidupan manusia, termasuk dalam masalah hukum, Islam menjaga
kehormatan dan darah manusia seperti yang tercantum dalam tujuan syariat, oleh
karena itu diturunkan hukum yang mengatur dalam menjaga hal- hal tersebut.
Ditengah kondisi kritis penegakan hukum yang terjadi di dunia Islam saat ini,
termasuk Indonesia. Penulis berharap bahwa penulisan dapat menggunggah
pembaca untuk dapat peduli terhadap penegakan hukum yang berkeadilan dan
dapat keluar dari krisis yang menghampirinya.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis tetap bersandar kepada Al-
quran dan sunnah, pendapat para sahabat, pendapat para ulama, dan rujukan
lainya yang yang di tulis oleh orang alim agar tulisan sederhana ini dapat di
pertanggungjawabkan dan diterima dangan baik.

Karya ilmiah ini penulis ajukan dalam rangka memenuhi syarat Ujian
Akhir Madrasah. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak
mendapatkan halangan dan rintangan. Sehingga, ini berdampak dalam segi

ii
kualitas penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini. Hal ini penulis sadari
karena kedangkalan ilmu yang penulis miliki.

Walaupun demikian, penulis bertekad dengan sepenuh hati akan


menyelesaikan karya ilmiah ini. Sehingga karya yang sederhana ini dapat
penulis persembahkan kepada semua orang yang penulis sayang dan cintai,
terkhusus untuk sekolah tercinta ini. Hal ini juga tidak terlepas dari bantuan,
motivasi, serta dorongan dari berbagai pihak, terutama penulis ucapkan ribuan
terima kasih kepada:

1. Ayah tercinta Makhdoni dan Ibunda tercinta Zul Afziah, yang tak kenal
lelah dalam mendidik, mengasuh, membesarkan, serta memberi penulis
dukungan moril dan materil, bahkan perhatian, kasih saying, dan cintanya,
serta doanya yang selalu mengiringi penulis dalam keseharian.
2. Terima kasih kepada saudara kandung penulis yang telah memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah.
3. Syaikhul Madrasah Sumatera Thawalib Parabek Buya Deswandi yang selalu
membagikan hikmah, nasehat, dan ribuan pelajaran hidup kepda penulis.
4. Pimpinan Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek Ustadz H. Zaki
Munawwar, Lc. Yang telah memberi bimbingan dan motivasi yang sangat
berharga kepada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Kepala Madrasan tingkat Aliyah, Ustadzah Nofitri, S.Ag. M.pd. Yang telah
memberikan pengetahuan dan pengarahan kepada penulis dalam karya
ilmiah ini.
6. Wakabid. Kurikulum tingkat Aliyah Ustadz Irwan, Lc, Yang telah
memberikan kesempatan dan waktu kepada penulis untuk bisa
menyelesaikan karya ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
7. Ustaz Rudi Hartono selaku Koordinator bidang agama yang telah
mengarahkan penulis.
8. Ustadzah Nur Afni, Lc selaku pembimbing yang selalu meluangkan
waktunya untuk memeriksa, mengarahkan, dan berbagi ilmu kepada penulis
agar dapat menyelesaikan karya ini dengan sebaik- baiknya.

iii
9. Ustadzah Sri Hartati,Spd, selaku wali kelas yang selalu memberi motivasi
dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah.
10. Guru-guru yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
11. Pembina-pembina asrama yang telah memberikan masukan kepada penulis.
12. taman-teman Angkatan 113 yang telah mendukung, dan memberikan
masukan yang baik kepada penulis.
13. Serta kakak-kakak, teman-teman, dan adek-adek yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan memberikan keberkahanNya


kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya
ilmiah ini. Dan semoga Allah SWT balas kebaikan dengan surga-Nya. Amin.

Penulis sadar bahwasanya dalam paper ini banyak hal yang belum
sempurna. Oleh sebab itu penulis menerima masukan dan saran yang
membangun dari pembaca agar penulis bisa lebih baik lagi kedepanya. Semoga
karya ilmiah penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi masyarakat pada
umumnya dan bagi penulis khususnya. Amiin.

Parabek, Desember 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHA...........................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................v

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Penjelasan Judul.............................................................................................3
D. Tujuan Penulisan............................................................................................3
E. Metode Penulisan...........................................................................................4
F. Sistematika Penulisan.....................................................................................4

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Najis dan Permasalahannya


1. Pengertian Najis.........................................................................................5
2. Benda-benda Najis.....................................................................................6
3. Macam-macam Najis.................................................................................8
4. Tingkatan Najis dan Cara Menyucikanya..................................................9

B. Musyrik dan Pembahasannya


1. Pengertian Syirik.......................................................................................10
2. Pembagian syirik.......................................................................................12
3. Bahaya Syirik.............................................................................................17

BAB III. ANALISIS STATUS KENAJISAN ORANG MUSYRIK (SUDI


SURAT AT-TAUBAH:28)

v
A. Status kenajisan orang musyrik menurut para ulama.....................................19
B. Pandangan islam terhadap orang musyrik masuk masjid...............................20
C. Analisis penulis..............................................................................................23

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran...........................................................................................................26

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIARAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN
1

BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Agama Islam kerap dikaitkan dengan keadan bersih dari najis atau kotoran,
Meskipun begitu, tidak semua hal yang dapat dikatakan sebagai hal yang suci
dan Bersih. Suci dalam istilah Islam didefiniskan sebagai keadaan tidak terkena
najis, bebas dari dosa, atau bebas dari suatu barang dari mutanajis, najis dan
hadas.

Maka jika ada orang yang mau masuk ke masjid haruslah bersih dari najis
supaya tidak mengotori masjid.maka dari itu orang yang masuk masjid adalah
orang yang bersuci.

Lalu bagaimana dengan orang musyrik masuk masjid, padahal mereka tidak
mengerti tatacara bersuci, sehingga mereka mungkin saja tidak terhindar dari
hal-hal yang berbau najis Bukankah Allah SWT berfirman QS. At-Taubah: 28.

‫ِا‬ ‫ِا‬
‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْٓو ا َمَّنا اْلُم ْش ِر ُك ْو َن َجَنٌس َفاَل َيْق َر ُبوا اْلَمْس ِج َد اَحْلَر اَم َبْع َد َعاِم ِه ْم ٰه َذ اۚ َو ْن ِخ ْف ُتْم َعْيَلًة َفَس ْو َف‬
‫ِل ِا َۗء ِا ّٰل ِل ِك‬ ‫ّٰل ِم‬ ‫ِن‬
‫ال ُه ْن َفْض ه ْن َش ۤا َّن ال َه َع ْيٌم َح ْيٌم‬ ‫ُيْغ ْيُك ُم‬
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu
najis (kotor jiwa), karena itu janganlah mereka mendekati Masjidi lharam
setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir
tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari
karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.(QS At-Taubah:28)
Mengenai firman Allah Ta‟ala : “Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”. Para ulama berbeda
pendapat tentang maksud pensifatan orang musyrik dengan najis. Qatadah,
Ma‟mar Bin Rasyid, dan lainnya berkata, “itu karena orang-orang musyrik
itu junub” mandi mereka bukanlah mandi (junub) yang sah. Ibnu Abbas RA
dan lainnya berkata, “justru kemusyrikan itulah yang dimaksud dengan najis”.
Hasan Al-Bashri berkata, “barang siapa berjabat tangan dengan orang musyrik,
maka dia sebaiknya berwudhu”. Seluruh Madzhab menyatakan bahwa wajib

mandi atas orang kafir, apabila dia masuk Islam. Akan tetapi, Ibnu Abdul
Hakam menyatakan bahwa dia tidak wajib mandi,
sebab Islam menghancurkan (menghapus) kesalahan yanng telah lalu.

Dan kata “musyrikin” kerap kaitannya dengan “najis”, yaitu kotoran yang
menyebabkan sesuatu tidak dapat digunakan untuk ibadah. Kebanyakan ahli
tafsir berpendapat, bahwa kata “musyrikin” dalam ayat di atas adalah terkhsusus
para penyembah patung (berhala), karena kata “musyrik” itu sendiri meliputi
orang yang menjadikan tuhan lain selain Allah, sedang ahli kitab itu sekalipun
disebut “kafir” (dan orang-orang musyrik juga kafir) tetapi kata “musyrikin” di
sini tidak termasuk ahli kitab itu, karena kata tersebut khusus untuk orang-orang
yang menyembah berhala dan patung. (Asshobuni, 2001, p. 502)

Maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang permasalahan


terkait. Kemudian mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah yang akan dicari
pemecahan permasalahannya dengan judul status kenajisan orang musyrik
(studi analisis surat At-Taubah :28)

B. Rumusan dan Batasan masalah

Agar pembahasan ini lebih jelas dan terarah serta tidak menyimpang, maka
penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Islam terhadap orang orang musryik yang masuk


masjid?
2. Bagaimana status kenajisan orang musyrik dalam surat At-Taubah :28?

Agar penulisan ini lebih terarah penulis memberikan batasan masalah yaitu
seputar status kenajisan orang musyrik dan hukum masuk masjid bagi oang
musyrik tersebut.

2
C. Penjelasan judul

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami paper ini, maka penulis


akan menjabarkan makana dari judul penulisan karya ilmiah ini, yaitu:

Status : Keadaan atau kedudukan (orang, benda, dsb) dengan `


masyarakat sekitarnya.(KBBI.1990:1342)

Najis : Kotoran yang menjadi sebab terhalangnya seseorang beribadah


kepada Allah.(KBBI.1990:991)

Musyrikm : Orang yang menyekutukan (menyerikatkan)


Allah.(KBBI.1990:944)
Studi : Penelitian ilmiah.(KBBI.1990:1342)

D. Tujuan penulisan
Berikut bebebrapa penulisan yang hendak penulis capai dalam penulisan
karya ilmiah ini, sebagai berikut:

1. Tujuan umum
a. Untuk melatih kekreativitas penulis.
b. Untuk mengembangkan berbagai disiplin ilmu terutama ilmu agama
dengan cara menganalisis dan membahas apa yang menjadi
permasalahan dalam karya tulis ini.
c. Untuk melatih kreativitas penulis untuk membuat sesuatu karya ilmiah.
d. Supaya mengetahui status kenajisan orang musyrik.

2. Tujuan khusus
a. Mencapai ridho Allah Swt dan berharap mendapat kemudahan dari-Nya
dalam mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan agama Allah SWT.
b. Sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Madrasah di MAS Parabek.
c. Untuk melatih cara berfikir dalam memecahkan suatu pemasalahan.

3
d. Untuk mengembangkan ilmu yang telah penulis dapatkan selama sekolah
di MAS Parabek.

E. Metode penulisan
Dalam pengolahan data dalam penulisan paper ini, penulis memakai
beberapa metode pengelolaan data sebagai berikut:

1. Metode pengumpulan Data

a) Library Reasech, yaitu metode penelaahan dan menggunakan data data di


perpustakaan.
b) Field Reseach, yaitu dengan bertanya kepada guru guru yang paham
tentang permasalahan ini.
c) Internet searching, yaitu dengan metode pengumpulan data melalui
bantuan media massa.

2. Metode Pengolahan Data

Komperatif, yaitu menarik kesimpulan dengan membandingkan beberapa


pendapat dari pengembangan pendapat tersebut.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan dan batasan


masalah, tujuan penulisan, penjelasan judul, metode penulisan
dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori, berisi tentang najis dan pembahasannya, orang


musyrik dan pembahasannya.

BAB III : Status kenajisan orang musyrik (studi surat At-Taubah:28),


menurut pandangan para ulama.

BAB IV : Penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran.

4
BAB II

NAJIS DAN SYIRIK


5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Najis dan permasalahannya


1. Pengertian Najis
Kata najas ‫ ))َجَنس‬merupakan bentuk mashdar dari najasa- yanjasu-

najasan (‫ جنسا‬-‫ ينجس‬- ‫ )َجَن‬atau najusa- yanjusu- najasatan (-‫ ينجس‬-‫جنس‬


‫َس‬
‫ )جناسة‬yang berarti sesuatu yang kotor atau menjijikan atau lawan dari kata
bersih.( (shiab, 2007, p. 699)

Para Ulama dalam mengartikan najas (dengan fathah) sebagai najis


disebabkan zatnya atau dirinya sendiri. Jadi tidak benar menggunakan kata
najis untuk merujuk pada kenajisan sesuatu yang disebabkan oleh faktor
luar. Adapun najis (dengan kasrah) oleh para ulama di gunakan untuk
menyebut suatu najis, baik yang di sebabkan oleh dzatnya maupun di
sebabkan oleh faktor luar. Darah disebut najas (fathah) dan najis (kasrah)
sekaligus, sementara pakaian najis cukup disebut najis (kasrah) saja. (al-
juzairi, 2012, p. 23)

Kata najas disebutkan dalam Al-Qur’an satu kali,


yaitu QS At-Taubah:28

Menurut Ar-Raghib Al-Ashfani didalam Mu’jam Mufradat Alfazh Al-


Qur’an, katoran yang dimaksud terbagi menjadi dua macam. Pertama,
kotoran yang bersifat indrawi, dan yang kedua yang non-indrawi, tapi bisa
ditangkap oleh akal/pengertian. (shiab, 2007, p. 699)

Benda-benda najis pada dasarnya banyak sekali. Diantaranya bangkai


binatang darat selain manusia, apabila memiliki darah mengalir jika terluka,
tidak seperti halnya bangkai hewan laut. Bangkai hewan laut tidak najis
sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW bersabda:

‫ِحْل‬
‫ ا ُّل َمْيَتُتُه‬،‫ُه َو الَّطُهْو ُر َم اُؤ ُه‬
Artinya:
“(lautan) suci airnya dan halal bangkainya” (HR. Al-Bukhari).

2. Benda-benda najis

Benda-benda yang disepakati Jumhur Ulama, yaitu:

a. Babi dan anjing


Dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala:

‫ُق ٓاَّل َاِج ُد ْيِف َم ٓا ُاْو ِح ِاَّيَل َحُمَّر ًم ا َعٰل ى َطاِعٍم َّيْطَعُم ه ِآاَّل َاْن َّيُك ْو َن َمْيَتًة َاْو َدًم ا َّم ْس ُف ْو ًح ا َاْو ْحَل ِخ ْنِز ْيٍر‬
‫َم‬ ‫َي‬ ‫ْل‬
‫َفِاَّنه ِر ْج َا ِف ًق ا ُاِه َّل ِلَغِرْي الّٰلِه هِب‬
‫ٌس ْو ْس‬
Artinya:
“Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang
diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali
(daging) hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging
babi karena ia najis, atau yang disembelih secara fasik, (yaitu) dengan
menyebut (nama) selain Allah”. (QS.Al-An’am: 145).

b. Khamar atau arak dan segala jenis minuman yang memabukakan. Bagi
jumhur ulama ia adalah najis karena firman allah ta’ala:

‫ِن‬ ‫ِر‬ ‫ِس‬ ‫ِا‬ ‫ٰٓي َّلِذ‬


‫َاُّيَه ا ا ْيَن ٰاَمُنْٓو ا َمَّنا اَخْلْم ُر َو اْلَم ْي ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ْج ٌس ِّم ْن َعَم ِل الَّش ْيٰطِن َفاْج َت ُبْو ُه َلَعَّلُك ْم‬
‫ُتْف ِلُحْو َن‬
Artinya:
“sesungguhnya arak, judi, berhala dan bertenung itu najis, termasuk
perkerjaan setan”. (QS.Al-Maidah: 90).

c. Madzi, cairan yang keluar karena syahwat. Berkenaan hal ini, terdapat
hadits yang bersumber dari imam Ali RA:

‫ِل‬ ‫ِد‬ ‫ِص‬ ‫ِئ‬ ‫ِل ِد‬


‫ ُكْنُت‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َعْن َع ٍّي‬، ‫ َعْن َأيِب َعْب الَّر َمْحِن‬، ‫ َعْن َأيِب َح ٍني‬،‫ َح َّد َثَنا َز ا َد ُة‬: ‫ َقاَل‬، ‫َح َّد َثَنا َأُبو اْلَو ي‬
‫ " َتَو َّضْأ‬: ‫ َفَق اَل‬، ‫ َفَس َأَل‬،‫ َفَأَمْر ُت َرُج اًل َأْن َيْس َأَل الَّنَّيِب َص َّلى اُهلل َعَليِه َو َس َّلَم ِلَم َك اِن اْبَنِتِه‬،‫َرُج اًل َم َّذ اًء‬

‫َو اْغ ِس ْل َذَك َر َك‬

6
Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Abul-Waliid, ia berkata : Telah


menceritakan kepada kami Zaaidah, dari Abu Hushain, dari Abu
‘Abdirrahmaan, dari ‘Aliy, ia berkata : “Dulu aku adalah seorang laki-
laki yang mudah mengeluarkan madzi. Lalu aku menyuruh seorang laki-
laki untuk bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hal itu,
karena kedudukan putri beliau (yang menjadi istriku, sehingga aku malu
untuk bertanya secara langsung). Ia pun menanyakannya, lalu beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Berwudlulah dan cucilah
dzakarmu” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 269]

d. Wadiyi (cairan yang keluar seperti ketika melakukan pekerjaan berat,


bukan air seni).

e. Bangkai ialah hewan yang mati dengan cara begitu saja artinya tanpa di
sembelih menurut ketentuan agama.
Dikecualikan dari itu:
1) Bangkai ikan dan belalang, maka dia suci
2) Bangkai binatang yang tidak mempunyai darah mengalir seperti
semut, lebah, dan lain- lain. (Syaf, 1973, p. 42)
3) Dan bangkai manusia.

f. Darah, kecuali hati dan limpa.


Sebagaimana firnan Allah dalam surat al- an’am:145

‫ِآاَّل‬ ‫ٰل ِعٍم‬ ‫ِح ِا‬ ‫ٓاَّل ِج‬


‫ُقْل َا ُد ْيِف َم ٓا ُاْو َي َّيَل َحُمَّر ًم ا َع ى َطا َّيْطَعُم ه َاْن َّيُك ْو َن َمْيَتًة َاْو َد ًم ا َّم ْس ُف ْو ًح ا َاْو ْحَلَم‬
‫ِخ ِز ٍر ِا ِر‬
‫ْن ْي َف َّنه ْج ٌس‬
Artinya:
Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan
kepadaku sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin
memakannya, kecuali (daging) hewan yang mati (bangkai), darah yang
mengalir, daging babi karena ia najis. (QS al-An’am:145).

g. Kotoran manusia, yaitu air seni, tahi, dan muntah.

7
h. Nanah, baik yang kental maupun yang encer, termasuk darah yang
busuk. (syaf, 1972, pp. 42-54)

3. Macam-macam najis

Adapun najis terbagi atas dua macam, yaitu sebagai berikut:

a. Najis ‘ainiyyah/ haqiqiyyah, yaitu sesuatu menjadi najis disebabkan


zatnya. Contohnya: air seni dan tinja (manusia), anjing, babi, darah
yang mengalir saat hewan disembelih, bangkai, dan kulitnya. Hukum
semua benda-benda ini tidak mungkin di sucikan, karena zatnya najis.

b. Najis hukmiyah, yaitu sesuatu itu pada asalnya suci lantas terkena najis,
kemudian dihukumi sebagai benda atau barang najis. Contohnya:
pakaian yang terkena air seni, sandal yang terkena tinja, air yang
kemasukan bangkai tikus kemudian berubah baunya dan semisalnya.
Hukumnya; masih bisa disucikan. Karena pada asalnya suci, sedangkan
najis yang ada padanya tersebut datang setelahnya. (Hasan, 2017, p. 63)

Mengenai definisi najis ‘aniyyah dan hukmiyah ada perbedaan pendapat


yang berkembang dalam berbagai madzhab yaitu:

1. Madzhab Hambali, mendefinisikan najis hukmiyah sebagai kotoran yang


mengenai tempat yang suci sebelum terkena najis. Ia mencangkup najis
yang berbentuk maupun yang tidak, kapan pun dia mengenai tempat
yang suci. Adapun najis hakiki, maka dia najis itu sendiri.

2. Madzhab Asy-Syafi’i, mendefinisikan najis hakiki sebagai sesuatu yang


mengandung kotoran atau berubah rasanya, atau warnanya atau baunya.
Itulah yang dimaksud najis ain (an- najasah al-‘ainiyyah) menurut
mereka. Sedangkan najis hukmiyah adalah yang tidak ada kotorannya,
tidak ada rasanya, tidak ada warnanya dan tidak ada baunya, seperti
bekas air kencing yang sudah kering, dan tidak ada bentuknya. Itulah
najis hukmiyah.

8
3. Madzhab Maliki, mengatakan bahwa najis ain adalah inti najis itu
sendiri. Sedangkan najis hukmiyah adalah pengaruh dari najis yang
mengenai tempat tersebut.

4. Madzhab Hanafi, mengatakan bahwa najis hukmiyah adalah hadats kecil


dan hadast besar, di mana ia merupakan bentuk syar’i yang
menghilangkan kesucian anggota badan atau tubuh semuanya.
Sedangkan najis hakiki adalah kotoran, yaitu setiap benda yang kotor
menurut syariat. (al-juzairi, 2012, pp. 22-23)

4. Tingkatan Najis dan Cara Menyucikannya


Najis biasa dibagi berdasarkan tingkatannya, ada tiga yaitu:
a. Najis mughallazahah (berat), yaitu seperti anjing, babi. Cara
membersihkannya, yaitu dibasuh tujuh kali, yang pertamanya dicampur
dengan tanah, sebagimana dalam hadits, di mana Baginda Nabi SAW:

)‫ُطُهْو ُر ِإَناِء َأَح ِد ُك ْم ِإَذا َو َلَغ ِفْيِه اْلَكْلُب َأْن َيْغِس َلُه َس ْبَع َم َّر اٍت ُأْو َالُه َّن ِبالُّتَر اِب (رواه مسلم‬

Artinya:
"Sucinya bejana kalian semua ketika dijilati anjing adalah dengan
dibasuh tujuh kali, yang pertama dicampuri dengan debu”. (HR.
Muslim)

b. Najis mukhaffafah (ringan), yaitu seperti air seni bayi laki-laki yang
makan dan minumnya dari air susu ibunya. Cara membersihkannya
dengan memercikan air, meskipun tidak mengalir. Hal ini sebagaimana
dalam hadits:

‫َعْن ُأِّم َقْيٍس ِبْنِت ْحِمَص ٍن َأَّنَه ا َأَتْت ِباْبٍن َهَلا َص ِغٍري ْمَل َيْأُك ِل الَّطَعاَم ِإىَل َرُسْو ِل الَّلِه صلى اهلل عليه‬
‫ٍء‬ ‫ِه‬ ‫ِح‬ ‫ِه‬
‫وسلم َفَأْج َلَس ُه َرُسْو ُل الَّل صلى اهلل عليه وسلم ْيِف ْج ِرِه َفَباَل َعَلى َثْو ِب َفَد َعا َمِبا َفَنَض َحُه َو ْمَل‬
)‫(رواه البخاري‬.‫َيْغِس ْلُه‬

9
Artinya:
“Dari Ummu Qois bahwa ia datang menemui rasulullah. Dengan
membawa anak kecil yang tidak mengkonsumsi (selain susu), kemudian
ia meletakkan anak kecil tersebut di pangkuan rasulullah. Setelah
dipangku oleh Beliau, anak kecil tersebut kencing di baju Beliau.
Kemudian Beliau meminta diambilkan air dan oleh Beliau air itu
dipercikan ke bajunya, tanpa membasuhnya.” (HR. Bukhari).

c. Najis mutawassithah (pertengahan)


Najis pertengahan ini selain dari dua najis yang telah disebutkan di atas,
contohnya kotoran manusia, darah haid, air mani yang cair, minuman
keras, bangkai hewan kecuali bangkai manusia, air kencing bayi
perempuan yang hanya tersentuh ASI, ini pun termasuk najis
mutawassithah. Cara mensucikannya dengan mencucinya dengan air
sehingga bersih dari sifat-sifat najis, baik rasa, warna, maupun aromanya.
(Anshori, 2021, pp. 45-47)

A. Orang Musyrik dan Pembahasannya


1. Pengertian musyrik

Kata musyrik merupakan bentuk isim fa’il dari kata asyraka- yusyriku
isyrak- musyrik (‫ مشرك‬-‫ إشراك‬-‫ يشرك‬-‫ )أشرك‬dan perbuatannya disebut dengan

syirik(‫)شرك‬. Secara istilah syirik berarti menjadikan sesuatu bersama Allah

sebagai tuhan untuk disembah. Sesuatu yang di maksud bisa berupa benda
hidup seperti binatang pohon atau benda mati seperti patung. (shiab, 2007,
p. 644)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, syirik adalah penyekutuan


Allah dengan yang lain. Sedangkan musyrik adalah orang yang
menyekutukan Allah, orang yang menyembah berhala. Pengertian musyrik
secara umum adalah menyekutukan Allah dalam uluhiyyah-Nya, yaitu hal-
hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada Allah,
atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban),
bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selain-Nya.

10
Orang musyrik adalah dia percaya ada nya Allah SWT, tetapi masih
mempercayai adanya kekuatan lain selain Allah SWT. Syaikh Hasan Bisry
At-Turjani mengatakan ada tiga tingkatan orang musyrik yaitu:

a. Musyrik murni ialah orang yang melakukan ibadah dan tata caranya
tidak sesuai dengan akidah Islam. Mereka menafikan agama,
sebaliknya mereka lebih menyukai dan mengikuti perbuatan yang
tidak sesuai dengan akidah yang dilakukan nenek moyang mereka.

b. Musyrik perbuatan, ialah umumnya orang orang yang mengakui


Islam, akan tetapi dalam amalan ibadah tidak mencerminan seorang
mukmin. Disamping ia bersyahadat, shalat, puasa, zakat, dan naik
haji, ia masih percaya benda-benda lainya yang dianggap memiliki
kekuatan gaib. Ia juga suka pergi kepada orang-orang pintar alias
dukun.

c. Musyrik pemujaan yakni orang-orang Islam awam yang masih pergi


ketempat-tempat keramat, seperti kuburan para wali bukan untuk
ziarah melainkan ingin mendapatkan berkah. Mereka kebanyakan
kurang paham tentang akidah Islam sehingga di samping percaya
kepada Allah, mereka juga masih percaya kepada pohon- pohon,
gua- gua, atau tempat yanglainya yang dianggap keramat.

Perbuatan syirik itu digolongkan perbuatan zalim sebagaimana Allah


berfirman dalam QS. Lukman:13.

١٣ ‫َو ِاْذ َقاَل ُلْقٰم ُن اِل ْبِنه َو ُه َو َيِعُظه ٰيُبَّيَن اَل ُتْش ِر ْك ِبالّٰلِهۗ ِاَّن الِّش ْر َك َلُظْلٌم َعِظ ْيٌم‬

Artinya:

(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya,


“Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar”. (QS.
Lukman:13)

11
2. Pembagian Syirik

Syirik adalah perbuatan, anggapan atau i’tikad yang menyekutukan


Allah SWT dengan yang lain, seakan-akan ada yang maha kuasa disamping
Allah SWT. Syirik dapat dipahami dari berbagai seginya. Dalam surah an-
Nisa: 48

‫ِإَّن ٱلَّلَه اَل َيْغِف ُر َأن ُيْش َر َك ِبِهۦ َو َيْغِف ُر َم ا ُدوَن َٰذ ِلَك ِلَم ن َيَش ٓاُءۚ َو َم ن ُيْش ِر ْك ِبٱلَّلِه َفَق ِد ٱْفَتَر ٰٓى ِإًمْثا َعِظ يًم ا‬
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(QS.An-Nisa:48)

Dalam ayat tersebut Buya Hamka menjelaskan bahwa pembagian


syirik dibagikan kepada enam macam, yaitu:

a. Syirik al-Istiqlal, yaitu menetapkan pendirian bahwa Allah ada dua


dan keduanya bebas bertindak sendiri. Seperti syirik orang majusi
(penyembah api), menurut mereka tuhan ada dua, pertama
ahuramazda, Tuhan dari segala kebaikan dan kedua Ahriman, Tuhan
dari segala kejahatan.

b. Syirik at-Tab’idh, yaitu menyusun Tuhan terdiri dari beberapa Tuhan,


sebagaimana syiriknya orang Nasrani.

c. Syririk at-Taqrib, yaitu beribadah memuja kepada selain Allah untuk


mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana syiriknya orang jahiliyah
zaman dahulu.

d. Syirik at-Taqlid, yaitu memuja, beribadah kepada yang selain Allah


karena taqlid (turut-turutan) kepada orang lain.

12
e. Syiril al-Asbab, yaitu menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab
yang biasa sebagaimana syiriknya orang-orang ahli filsafat dan
penganut paham naturalis (mereka berkata bahwa segala kejadian
alam ini tidak ada sangkut pautnya dengan Allah meskipun Tuhan itu
ada. Melainkan ada sebab akibat dari tuhan itu sendiri).
f. Syirik al-Agharaadh, beramal bukan karena Allah.

Berkata Abul Baqa’ seterusnya,” Yang empat pertama tadi hukumnya


ialah kufur, menurut ijma ulama.

Hukum dari yang keenam adalah maksiat (durhaka) bukan kafir,


menurut ijma. Adapun hukum syirik yang kelima menghendaki penjelasan.
Barang siapa yang berkata bahwa sebab-sebab yang biasa itulah yang
memberi bekas menurut tabiatnya, tidak ada sangkut pautnya dengan Allah
kafirlah hukumnya. Barangsiapa yang berkata bahwa alam memberi bekas
karena Allah telah memberikan kekuatan atasnya, orang itu adalah fasik.
(Hamka, 2015)

Musyrik dibagi menjadi beberapa macam, berdasarkan


pengelompokan berikut:

1) Musyrik yang berhubungan dengan kekhususan Allah SWT.


a. Musyrik dalam rububiyah
Adanya seseorang meyakini bahwa selain Allah ada zat yang
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan,
menghilangkan bencana, dan lain- lain.

‫ُقْل ُه َو الّٰل ُه َاَح َالّٰل ُه الَّص َم ْمَل َيِلْد َو ْمَل ُيْو َل َو ْمَل َيُك ْن َّله ُك ُف ًو اَ َح ٌد‬
‫ْۙد‬ ‫ُۚد‬ ‫ٌۚد‬

Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah
tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia". (al-iklas:1-3)

13
b. Musyrik dalam Uluhiyah
Adanya seseorang melakukan ibadah yang ditujukan kepada selain
Allah baik berupa ibadah hati (tawakal) atau ibadah lisan (nadzar,
sumpah dengan menyebut nama selain nama Allah) atau ibadah
anggota badan (bersujud kepada selain Allah).

‫َاُيۡش ِر ُك ۡو َن َم ا اَل َيُلُق َش ۡي ًٔـــا َّو ُه ۡم ُيَلُقۡو َن َو اَل َيۡس َتِط ۡي ُعۡو َن ُهَلۡم َنـۡص ًر ا َّو ۤاَل َاۡن ُف َس ُه ۡم‬
١٩٢ ‫َيۡن ُصُر ۡو َن‬
Artinya:
Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala yang
tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal (berhala) itu
sendiri diciptakan. Dan (berhala) itu tidak dapat memberikan
pertolongan kepada penyembahnya dan kepada dirinya sendiri
pun mereka tidak dapat memberi pertolongan (al-A’raf: 191-192)

2) Musyrik dalam asma’wa sifat

Sebagai makhluk Allah ada yang merasa memiliki sifat-sifat


khusus yang Allah miliki yakni, meyakini bahwa ada makhluk Allah
yang mengetahui perkara-perkara ghaib. (Rahman, 2022, p. 175)

3) Musyrik menurut tingkatannya.


a. Syirik akbar (besar), terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Syirik dalam berdo’a yakni ada orang yang berdo’a kepada
selain Allah SWT dengan tujuan ingin mendapatkan
pertolongan darinya. Contohnya seseorang datang ke tempat
keramat.( https://almanhaj.or.id)

2. Syirik dalam niat yakni ada kehendak dan maksud


menyekutukan Allah SWT dalam hal tujuan beribadah, tujuan
ibadah bukan hanya kepada Allah SWT.(
https://almanhaj.or.id)

14
3. Syirik dalam ketaatan, yakni ada seseorang meyakini bahwa
ada makhluk lain yang berhak untuk menentukan dan membuat
syari’at, menaati makhluk lain secara lahir dan batin serta
menghalalkan apa yang telah di haramkan oleh Allah SWT dan
mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah SWT.
(https://almanhaj.or.id)

Sebagaimana firman Allah:

‫ِاَخَّتُذ ْٓو ا َاْحَباَر ُه ْم َو ُر ْه َباَنُه ْم َاْر َباًبا ِّم ْن ُدْو ِن الّٰلِه َو اْلَم ِس ْيَح اْبَن َمْر َي َو َم ٓا ُاِم ُر ْٓو ا‬
‫ِااَّل ِلَيْع ُبُد ْٓو ا ِاًهٰلا َّو اِح ًد ۚا ٓاَل ِاٰلَه ِااَّل ُه َۗو ُس ْبٰح َنه َعَّم ا ُيْش ِر ُك ْو َن‬

Artinya:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, Padahal mereka
hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah (9): 31)

Terdapat juga dalam QS. Yusuf:106

١٠٦ ‫َو َم ا ُيْؤ ِم ُن َاْك َثُر ُه ْم ِبالّٰلِه ِااَّل َو ُه ْم ُّمْش ِر ُك ْو َن‬

Artinya:
Kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan
mereka musyrik. (QS. Yusuf :106)

4) Syirik dalam kecintaan, yakni ada seseorang sangat mencintai


makhluk dari pada cinta Allah SWT, mengagungkanya,
memujanya dan lain-lain yang seharusnya itu hanya layak
ditunjukan kepada allah Swt. (Rahman, 2022, p. 176)

b. Syirik Asghar (kecil)


Yaitu riya’, hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama
Islam, akan tetapi pelakunya wajib untuk bertaubat. Akan tetapi
bukan hanya riya’ saja yang termasuk syirik Ashgar. Riya’

15
termasuk Syirik Ashghar namun tidak semua Syirik Ashghar hanya
berupa riya’.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al- Baqarah: 267
‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْٓو ا َاْنِف ُقْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َك َس ْبُتْم َو َّمِمٓا َاْخ َر ْج َنا َلُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِض ۗ َو اَل َتَيَّم ُم وا‬
‫ِا‬
‫اَخْلِبْيَث ِم ْنُه ُتْنِف ُقْو َن َو َلْس ُتْم ِبٰاِخ ِذْيِه ٓاَّل َاْن ُتْغِم ُضْو ا ِفْيِهۗ َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن الّٰل َه َغٌّيِن ِمَح ْيٌد‬

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari


hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang
buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau
mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan)
terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha
Terpuji. (Al- Baqarah: 267)

Beberapa bentuk syirik kecil biasanya berkaitan


dengan amalan hati seseorang sehingga tidak nampak secara
nyata. Biasanya secara tidak sadar kalau kita telah terjerumus
kepada syirik kecil. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari
sering kali manusia tidak sadar bahwa dia telah termasuk kedalam
ke musyrikan seperti seseorang pelajar yang mendapatkan nilai
yang bagus kemudian berkata, “Aku mendapat nilai bagus ini
karena aku belajar, kalo tidak pasti nilai ku tidak akan bagus”.
Ucapan pelajar tersebut sudah mengarah kepada kemusyrikan
sebab dia menganggap bahwa belajar itulah yang membuat
nilainya bagus, padahal belajar itu adalah sebuah ikhtiyar supaya
si pelajar mendapat nilai bagus. Dia lupa bahwa Allah yang telah
menjadikan nilainya bagus.

c. Syirik Khafi (tersembunyi)

Seorang beramal dikarenakan keberadaan orang lain, hal ini


pun termasuk riya’ dan hal ini tidak mengeluarkan pelakunya dari
agama Islam sebagaimana anda ketahui, namun pelakunya wajib
bertaubat.

16
5) Syirik Menurut Letak Terjadinya
a. Syirik I’tiqodi, yaitu syirik yang berupa keyakinan, misalnya
meyakini bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah
menciptakan kita dan memberi rizki pada kita namun di sisi lain
juga percaya bahwa dukun bisa mengubah takdir yang digariskan
kepada kita. Hal ini termasuk Syirik Akbar yang mengeluarkan
pelakunya dari agama Islam, kita berlindung kepada Allah dari hal
ini.

b. Syirik Amali, yaitu setiap amalan fisik yang dinilai oleh syari’at
Islam sebagai sebuah kesyirikan, seperti menyembelih untuk selain
Allah, dan bernazar untuk selain Allah dan lainnya.

c. Syirik Lafzhi, yaitu setiap lafazh yang dihukumi oleh syari’at Islam
sebagai sebuah kesyirikan, seperti bersumpah dengan selain nama
Allah, seperti perkataan sebagian orang, “Tidak ada bagiku kecuali
Allah dan engkau” dan “Aku bertawakal kepadamu”, “Kalau bukan
karena Allah dan si fulan maka akan begini dan begitu” dan lafazh-
lafazh lainnya yang mengandung unsur kesyirikan. Dengan
mengetahui beberapa kategori syirik di atas dapat membantu kita
untuk menghindarinya agar tidak terjatuh dalam kesyirikan dalam
bentuk apapun dan cara bagaimana pun. Semoga kita semua bisa
terhindar dari syirik tersebut di manapun dan kapan pun juga.
Wallohu a’lam bishowab.

1. Bahaya Syirik
a) Kekal di dalam neraka Jahanam
Barang siapa yang melakukan syirik besar maka seluruh
amalannya akan gugur, kemudian jika ia meninggal dalam

17
keadaan belum bertobat maka tidak akan diampuni oleh Allah,
dan akan dikekalkan di dalam neraka.(
https://www.republika.co.id)

b) Dosanya tidak akan diampuni


Jika seseorang meninggal dunia dalam kondisi berbuat
maksiat, misalnya sedang berzina, atau karena bunuh diri, atau
merampok lalu meninggal karena ditembak polisi, maka dia
telah melakukan dosa besar yang mana belum sempat bertobat
sehingga terancam dengan neraka Jahanam. Akan tetapi
masih ada kemungkinan bagi Allah untuk mengampuninya.

Berbeda halnya jika dia meninggal dalam keadaan berbuat


syirik besar dan belum sempat bertobat, maka mustahil
diampuni oleh Allah.( https://www.republika.co.id)

c) Seluruh amalannya akan gugur


Sebagai contoh ada seorang hamba yang selama 60 tahun
melakukan amal saleh, kemudian sebelum meninggal dunia dia
melakukan syirik besar, maka amalannya selama 60 tahun
tersebut baik berupa haji, sedekah, infak, dan berbakti kepada
orang tua, seluruhnya gugur. Karena dia akhiri amalannya dengan
berbuat syirik besar kepada Allah ‫ﷻ‬.( https://www.republika.co.id)

18
19
BAB III

STATUS KENAJISAN ORANG MUSYRIK


(STUDI QS AT-TAUBAH:28)
19

BAB III

STATUS KENAJISAN ORANG MUSYRIK

(STUDI QS At-Taubah:28)

A. Pendapat ulama terhadap kenajisan orang musyrik.

Dalam surat At-taubah:28 menyebutkan bahwa orang musyrik sebagai


najis, yaitu:

‫ِا‬ ‫ِا‬
‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَمُنْٓو ا َمَّنا اْلُم ْش ِر ُك ْو َن َجَنٌس َفاَل َيْق َر ُبوا اْلَمْس ِج َد اَحْلَر اَم َبْع َد َعاِم ِه ْم ٰه َذ اۚ َو ْن ِخ ْف ُتْم َعْيَلًة َفَس ْو َف‬
٢٨ ‫ُيْغِنْيُك ُم الّٰل ُه ِم ْن َفْض ِله ِاْن َش ۤاَۗء ِاَّن الّٰل َه َعِلْيٌم َح ِكْيٌم‬

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik


itu najis (kotor jiwanya). Oleh karena itu, janganlah mereka mendekati
Masjidilharam setelah tahun ini. Jika kamu khawatir menjadi miskin (karena
orang kafir tidak datang), Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu
dari karunia-Nya jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa orang musyrik itu najis, sebelum
membahas status kenajisan orang musyrik, hendaknya terlebih dahulu
mengetahui siapa yang di maksud orang musyrik dalam ayat ini. Mayoritas
ahli fikih mengatakan, bahwa yang dimaksud kaum musyrik di sini adalah
para penyembah berhala. Kata-kata musyrik dipakai untuk orang yang
menyembah selain Allah. Ahli Kitab termasuk dalam ayat ini.

Sebagian ulama mengatakan bahwa kata musyrik mencangkup orang


kafir, yang termasuk didalamnya para penyembah berhala dan ahli kitab.
Karena Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni orang-
orang menyekutukan-Nya dan mengampuni selain itu bagi orang-orang
yang dikehendakinya”. (Buhairi, 2005, p. 553)

Menurut Ibnu Katsir, Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya


yang mukmin agar mengusir orang-orang musyrik dari Masjidil Haram,
Karena mereka adalah orang-orang yang najis dari segi agama dan
akidahnya. Ayat ini diturunkan pada tahun 9 H. Adapun kenajisan tubuh
orang-orang musyrik sebenarnya tubuh dan diri orangnya tidak najis,
melainkan perbuatannya. Tetapi sebagian kalangan dari mazhab Zahiri
mengatakan bahwa tubuh orang musyrik juga najis. Asy‟as telah
meriwayatkan dari al-Hasan “Siapa yang berjabat tangan dengan orang
musyrik, hendaklah ia berwudhu.”Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir. (Al-
Dimasyqi, 2000, p. 89)

Kenajisan orang musyrik yang disebut dalam ayat di atas menurut


sebagian mufasir diakibatkan oleh kesyirikan yang ada dalam diri mereka itu
bersifat najis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh al-Zamakhsyari dan
Nawawi al-Banteni. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa kenajisan orang
musyrik adalah karena mereka tidak pernah bersuci, mandi dan tidak
menjauhi barang-barang najis. Sedangkan dalam Tafsir al-Baydhawi
disebutkan kenajisan mereka karena kotornya batin dan kewajiban
menjauhinya sebagaimana wajibnya menjauhi perkara najis. (zaipuri, 2020)

Menurut Wahbah Zuhaily, najis yang dimaksudkan dalam ayat ini


bukanlah najis badan, karena orang kafir adalah suci badannya sebagaimana
yang lain. Dengan dalil bahwa Allah menghalalkan menggauli istri Ahli
kitab. Namun, yang dimaksudkan pada ayat adalah najis maknawi, yaitu sifat
atas kesyirikan mereka sebagaimana tauhid dan iman adalah kesucian, maka
syirik adalah najis. Ayat ini juga menjelaskan bahwa orang-orang musyrik
sebelumnya ialah penguasa di Baitul Haram, setelah Fathu al-Makkah
kepemimpinan berpindah kepada Nabi Muhammad dan orang-orang
mukmin. Setelah nabi wafat, beliau meminta agar mereka diusir dari Hijaz,
sehingga tidak ada dua agama. Semua itu bertujuan untuk menjauhkan orang
kafir dari Masjidil Haram.

Sedangkan para ahli fikih sepakat bahwa tubuh orang musyrik tidak
najis. Oleh karena itu, diperbolehkan minum atau makan menggunakan
wadah milik atau yang pernah dipegang oleh orang musyrik. Hal ini
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad. (zaipuri, 2020)

20
B. Pandangan ulama terhadap orang musyrik masuk masjid

Ulama fikih berbeda pendapat mengenai masuknya orang musyrik ke


masjidil Haram dan masjid-masjid lainya. Perbedaan pendapat ulama perihal
ini berangkat dari perbedaan pemahaman mereka atas Surat At-Taubah ayat
28 berikut ini:

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ِإَمَّنا اْلُم ْش ِر ُك وَن َجَنٌس َفاَل َيْق َر ُبوا اْلَمْس ِج َد اَحْلَر اَم َبْع َد َعاِم ِه ْم َه َذ ا‬

Artinya, “Wahai orang yang beriman, sungguh orang musyrik itu najis.
Janganlah mereka memasuki masjidil haram setelah tahun ini,” (At-Taubah:
28).
Dari ayat ini, lahir berbagai pandangan ulama perihal masuknya orang
musyrik ke dalam tanah haram, masjidil haram, dan masjid selain masjidil
haram, tanpa izin umat Islam, dan tanpa keperluan.

Madzhab Hanafi mengikuti pandangan Abu Hanifah yang membolehkan


orang kafir, orang musyrik, atau non-Muslim untuk masuk ke dalam masjid
termasuk ke dalam masjidil haram. Berikut ini pemahaman Abu Hanifah
terkait Surat At-Taubah ayat 28:

‫ ولو لغري‬،‫ حىت املسجد احلرام من غري إذن‬،‫أجاز أبو حنيفة للكافر دخول املساجد كلها‬

‫ وال‬،‫ أال حيجوا‬:‫] عنده‬28/9:‫ ومعىن آية {فال يقربوا املسجد احلرام بعد عامهم هذا} [التوبة‬.‫حاجة‬

،‫ ونادى علي هبذه السورة‬،‫ حني أمر الصديق‬،‫ عام تسع من اهلجرة‬،‫يعتمروا عراة بعد حج عامهم هذا‬

‫ وقد دخل أبو سفيان مسجد املدينة‬.»‫ وال يطوف عريان‬،‫ «أال ال حيج بعد عامنا هذا مشرك‬:‫وقال‬

‫ وربط مثامة بن اثال يف‬،‫ وكذلك دخل إليه وفد ثقيف‬،‫ بعدما نقضته قريش‬،‫لتجديد عقد صلح احلديبية‬

‫املسجد النبوي حينما أسر‬

Artinya, “Abu Hanifah membolehkan orang kafir masuk masjid mana


saja, termasuk masjidil haram tanpa izin dan tanpa keperluan sekalipun.
Sedangkan pengertian ayat, ‘Jangan mereka memasuki masjidil haram setelah

21
tahun ini,’ (At-Taubah ayat 28) menurut Abu Hanifah, adalah larangan untuk
berhaji dan umrah dengan telanjang setelah tahun ini, yaitu tahun 9 H ketika
ia memerintahkan Abu Bakar As-Shiddiq dan Sayyidina Ali menyeru dengan
surat ini, ‘Setelah tahun ini tidak boleh lagi ada orang musyrik melaksanakan
haji dan tidak boleh ada lagi orang telanjang berthawaf,’ (HR Bukhari dan
Muslim). Abu Sufyan sendiri pernah memasuki masjid Madinah untuk
memerbaharui kontrak perdamaian Hudaibiyah setelah dilanggar oleh
Quraisy. Demikian juga rombongan tamu dari Bani Tsaqif pernah memasuki
masjid Madinah. Tsamamah bin Atsal ketika dalam kondisi tawanan diikat di
masjid Nabawi.” (Az-Zuhaili, 1985, p. 582)

Sementara Madzhab Maliki membolehkan orang musyrik untuk


memasuki tanah haram kecuali masjidil haram dengan izin umat Islam dan
dengan aman. Tetapi Madzhab Malik mengharamkan orang musyrik untuk
masuk ke dalam masjid manapun kecuali ada uzur tertentu. Sedangkan
Madzhab Syafi’i dan Madzhab Hanbali mengharamkan sama sekali oang
musyrik untuk masuk ke dalam masjidil haram meskipun untuk kemaslahatan
tertentu. Hanya saja orang musyrik menurut mereka boleh memasuki masjid
lain untuk sebuah hajat tertentu dengan izin umat Islam sebagaimana
keterangan berikut ini:

‫ {يا‬:‫ لقوله تعاىل‬،‫ ولو ملصلحة من دخول حرم مكة‬،‫ مينع غري املسلم‬:‫وقال الشافعية واحلنابلة‬

‫] وقد‬28/9:‫ فال يقربوا املسجد احلرام بعد عامهم هذا} [التوبة‬،‫أيها الذين آمنوا إمنا املشركون جنس‬

‫ وجيوز عندهم للكافر حلاجة دخول املساجد األخرى غري املسجد‬.»‫ « احلرم كله مسجد‬:‫ورد يف األثر‬

‫ ومل يرد يف الشرع‬،‫ واألصل يف األشياء اإلباحة‬،‫ بإذن املسلمني؛ ألن نص اآلية يف املسجد احلرام‬،‫احلرام‬

‫ فأنزهلم يف املسجد‬،‫ وألن النيب صّلى اهلل عليه وسلم قدم عليه وفد أهل الطائف‬،‫ما خيالف هذا األصل‬

.‫ وهو على شركه‬،‫ قد كان أبو سفيان يدخل مسجد املدينة‬:‫ وقال سعيد بن املسيب‬.‫قبل إسالمهم‬

‫ فرزقه اهلل اإلسالم‬،‫ والنيب صّلى اهلل عليه وسلم فيه ليفتك به‬،‫ فدخل املسجد‬،‫وقدم عمري بن وهب‬

22
Artinya, “Madzhab Syafi’i dan Madzhab Hanbali berpendapat bahwa
non-Muslim sekalipun untuk sebuah kemaslahatan dilarang untuk memasuki
tanah haram Mekah berdasarkan firman Allah, ‘Wahai orang yang beriman,
sungguh orang musyrik itu najis. Janganlah mereka memasuki masjidil haram
setelah tahun ini,’ (At-Taubah ayat 28). Di dalam atsar disebutkan, ‘Tanah
haram seluruhnya adalah masjid.’ Menurut ulama dari dua madzhab ini,
orang kafir boleh masuk masjid dengan izin umat Islam karena suatu
keperluan kecuali masjidil haram. Pasalnya, teks ayat tersebut hanya
menyinggung masjidil haram. Hal ini juga sesuai kaidah bahwa pada asalnya
segala sesuatu adalah boleh. Di dalam syariat sendiri tidak ada dalil yang
mengalahi hukum asal ini. Rasulullah SAW sendiri–ketika didatangi oleh
rombongan kunjungan dari Thaif–menempatkan tamunya di masjid tersebut
sebelum mereka memeluk Islam. Sa‘id Ibnul Musayyab mengatakan, Abu
Sufyan pernah memasuki masjid Madinah ketika masih menjadi seorang
musyrik. Ketika Rasulullah sedang berada di dalam masjid, ‘Umair bin Wahb
pernah datang lalu memasukinya untuk membunuh Rasul. Tetapi Allah
menganugerahkan Islam kepadanya. (Az-Zuhaili, 1985, p. 583)

C. Analisis penulis

Berdasarkan pembahasan pada bab- bab sebelumnya, penulis mencoba


menelaah lebih jauh dengan memberikan pandangan umum. Menurut analisis
penulis status kenajisan orang musyrik bukan najis secara fisik atau pun
hakiki tapi najis secara kiasan atau hukmiah, karena mufasir menafsirkan
bahwa tubuh orang musyrik tidak najis dan yang najis adalah sifat mereka
atau perbuatan mereka.

Orang musyrik sebenarnya suci badannya sebagaimana yang lain,


Dengan dalil bahwa Allah menghalalkan menggauli istri Ahli kitab.
Sebagimana di terangkan dalam QS. Al -Maidah:5

23
‫ِم‬ ‫ِح‬ ‫ِك ِح‬ ‫َّلِذ‬ ‫ِح‬
‫اْلَيْو َم ُأ َّل َلُك ُم الَّطِّيَباُت َو َطَعاُم ا يَن ُأوُتوا اْل َتاَب ٌّل َلُك ْم َو َطَعاُمُك ْم ٌّل ُهَلْم َو اْلُم ْحَص َناُت َن‬
‫ِفِح‬ ‫ِصِن‬ ‫ِك ِم ِل‬ ‫ِم ِذ‬ ‫ِم ِت‬
‫اْلُم ْؤ َنا َو اْلُم ْحَص َناُت َن اَّل يَن ُأوُتوا اْل َتاَب ْن َقْب ُك ْم ِإَذا آَتْيُتُم وُه َّن ُأُج وَر ُه َّن ْحُم َني َغْيَر ُمَس ا َني‬
‫ال َّتِخ ِذي َأ َد اٍن‬
‫ْخ‬ ‫َو ُم‬

Artinya:

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)


orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal (pula) bagi ereka. (dan dihalalkan mengawini) Wanita yang menjaga
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang
menjaga kehormatanya diantara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum
kamu bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud
menikahinya tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya
gundik-gundik.(QS Al-Maidah:5)
Maka dari itu jika tubuh mereka najis tidak mungkin kita dibolehkan
untuk memakan hasil sembelihan ahli kitab dan menikahi wanita ahli kitab.
Dan dalam Riwayat lain juga menyebutkan bahwa nabi SAW dan Abu Bakar
pernah ditawari susu, lalu nabi dan abu bakar meninum susu tersebut dalam
satu wadah dengan mereka.

Sedangkan hukum orang musyrik masuk masjid menurut pendapat


penulis boleh jika sudah diizankan. Karena pada ayat di atas Cuma
menyingging masjidil haram maka hal ini sesuai dengan kaidah fiqih dalam
kitab Al-Qawa’id Al-Fiqhiyyah Wa Tathbiqatuha Fi Al-Madzhab Asy-Syafi’i

‫األصل يف األشياء اإلباحة‬

“asal segala sesuatu boleh”

jika sesuatu tidak ada penjelasannya yang tegas dalam nash Syariat
tentang halal-haramnya, maka ia halal hukumnya. Di dalam syari’at sendiri
tidak ada dalil yang mengharamkan dalil asal ini. Sebagai comtoh nya saja
pada zaman Rasulullah SAW sendiri ketika didatangi oleh rombongan
kunjungan dari Thaif–menempatkan tamunya di masjid tersebut sebelum
mereka memeluk Islam. Sa‘id Ibnul Musayyab mengatakan, Abu Sufyan
pernah memasuki masjid Madinah ketika masih menjadi seorang musyrik.

24
Ketika Rasulullah sedang berada di dalam masjid, ‘Umair bin Wahb pernah
datang lalu memasukinya untuk membunuh Rasul. Tetapi Allah
menganugerahkan Islam kepadanya.

25
BAB IV

PENUTUP
26

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membahas mengenai status orang musyrik menurut QS At-


Taubah:28 berdasarkan pendapat ulama dan pendapat penulis sendiri,
maka pada bab ini penulis akan mengungkapkan beberapa kesimpulan
yang berkaitan dengan permasalahan mengenai karangan ilmiah ini,
yaitu:

1. Najis adalah suatu keadaan seseorang dalam keadaan kotor atau


tidak suci. Sedangkan musyrik adalah orang yang menyekutukan/
berserikat dengan selain Allah SWT.
2. kebanyakan para ulama telah sepakat bahwa status kenajisan orang
musyrik bukan najis secara fisik tapi najis secara kiasan atau
hukmiah, yaitu aqidah mereka yang dihukum najis bukan orang
musyriknya.
3. Menurut mazhab Syafi’i dan Hambali masuknya orang musyrik
kedalam masjid hukumnya boleh jika memandang terdapat maslahat.
Orang kafir tersebut bisa melihat kaum muslimin yang sedang shalat
dan membaca Al-Qur’an seperti yang terjadi pada Tsumamah.
Namun, masuknya di sini harus ada maslahat dan izin.

B. Saran-saran
Pada akhir penulisan karangan ilmiah ini, penulis megajukan
beberapa saran kepada pembaca, antara lain:
1. Kita sebagai umat Islam harus bisa menjadikan Al-Qur’an dan
sunnah sebagai acuan dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. Butuh ilmu pengetahuan yang luas untuk bisa menghasilkan
suatu karya ilmiah
3. Lakukan segala sesuatu itu dengan niat yang benar dan selalu
mengharap ridha dari Allah SWT.
4. Berdasarkan uraian diatas hendaklah kita memperkuat keimanan
kita dan tidak terjerumus kepada kesyirikan dan menganalisis
suatu masalah yang di hadapi.
5. Kepada pembaca agar dapat memberikan saran sebagai bahan
untuk mengevaluasi dan sebagai motifasi bagi penulis untuk
menciptakan karya ilmiah pada masa yang akan datang.
6. Kepada generasi yang akan datang, jangan pernah bosan dan
malas teruslah berjuang dan mengembangkan karya-karya ilmiah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Al-Dimasyqi. (2000). Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ar-Rifa'i, M. N. (1999). Ringkasan IBNU KASIR. Jakarta: Gema Insani.

Asshobuni, M. A. (2001). Syahwatut tafsir. Jakarta: Pustaka Al-kausar.

Az-Zuhaili, W. (2011). FIQHI ISLAM WA ADILLATUHU. JAKARTA: EMA iNSANI.

Hamka. (2015). Tafsir Al- Azhar. Jakarta: Gema Insani.

Hasan, w. A. (2017). FIqih Ibadah. Jawa Tenggah: Nem.

juzairi, s. a. (2012). Fikih Empat Mazhab. jakarta timur: pustaka al- kautsar.

Penyusun, T. (1990). KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

shiab, M. Q. (2007). ENSKLOPEDIA AL-QUR'AN: Kajian Kosakata. jakarta: Lentera


hati.

Syaf, M. (1973). FIKIH SUNNAH. Bandung: PT Alma'arif.

zaipuri. (2020). TAFSE' JOURNAL OF QUR'ANIC STUDIES. ar-raniry, 5, 45.

https://almanhaj.or.id/3262-syirik-dan-macam-macamnya.html

https://www.republika.co.id/berita/qwtp5f430/tiga-bahaya-syirik-besar
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Afifah Nurul Arifi
Tempat/Tanggal lahir : Bukittinggi/ 16 Juni 2002
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 (pertama)
No.BP : 19618
Kelas : XII Agama 1
Alamat : SP. Tiga Kumpulan JR.Tabiang, Koto Kaciak. Kec.
Bonjol, kab. Pasaman Timur
Agama : Islam
Nama Orang Tua :
Ayah : Makhdoni
Ibu : Zul Afziah

Pekerjaan Orang Tua :


Ayah : Pedagang
Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Penulis :
1. SDN 04 Biaro (Tamat tahun 2016)
2. MTsS Mua’limin Pakan Sinyan (Tamat tahun 2020)
3. MAS Sumatera Thawalib Parabek (Tamat tahun 2023)
DAFTAR KONSULTASI

No TANGGAL PEMBAHASAN TANDA TANGAN

1 26 Oktober 2022 ACC BAB I

2 16 November 2022 ACC BAB II

3 05 Desember 2022 ACC BAB III

4 05 Desember 2022 ACC BAB IV

5 07 Desember 2022 ACC KESELURUHAN

Parabek, 07 Desember 2022

Pembimbing Penulis

Nur Afni, Lc. Afifah Nurul Arifi

Anda mungkin juga menyukai