Anda di halaman 1dari 88

ZAKAT HARTA DARI HASIL UNDIAN BERHADIAH DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


(STUDI BUKU UNDIAN BERHADIAH FIKIH ISLAM)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi


Pada Jurusan Syariah Program Studi Perbandingan Mazhab
Sekolah Tinggi Ilmu Islam Dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar

OLEH

CHAERIL SYARIFUDDIN
NIM/NIMKO: 161011227/ 8581416227

JURUSAN SYARIAH (STIBA) MAKASSAR


SEKOLAH TINGGI ILMU ISLAM DAN BAHASA ARAB
1441 H/ 2020 M
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Chaeril Syarifuddin

Tempat, Tanggal Lahir : Rappang, 19 Desember 1997

NIM/NIMKO : 161011227/8581416227

Prodi : Perbandingan Mazhab

Menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di

kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau

dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang

diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 12 Mei 2020


Penulis,

Chaeril Syarifuddin
NIM/NIMKO: 161011227/8581416227

ii
ii
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,


hidayah dan inayah-Nya sehingga atas ridho-Nya penyusun dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “Zakat Harta Hasil Undian Berhadiah Dalam Perspektif

Hukum Islam (Studi Buku Undian Berhadiah Dalam Fikih Islam)”. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad saw yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Harapan
penulis, semoga skripsi ini memiliki nilai manfaat bagi yang membaca serta
menambah wawasan keislaman khususnya pada kajian fikih muamalah. Ucapan
terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam menyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung,
secara materil maupun moril. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Syarifuddin Naming dan Hasnida yang telah
memberikan kasih sayang, mendidik, memberikan kesempatan dan
biaya kepada penulis selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi
Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar. Untuk kakakku Reny
Sardina, terima kasih atas doa dan motivasinya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Untuk sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan hingga
skripsi ini bisa diselesaikan.

3. Ketua STIBA Makassar al-Ustadz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc.,


M.A., Ph.D. dengan seluruh jajarannya yang telah mendoakan dan
memotivasi kami sampai terselesaikannya skripsi kami.
4. Wakil ketua I STIBA Makassar al-Ustadz Sofyan Nur, Lc., M.Ag. yang
memberikan masukan, ide-ide, serta bimbingannya dalam penyusunan
sampai akhirnya skripsi ini terselesaikan.

5. Al-Ustadz Muhammad Taufan Djafri, Lc., M.H.I. selaku pembimbing


pertama kami yang telah memberikan kepada banyak masukan,

iv
saransaran, serta bimbingannya, sampai akhirnya skripsi ini
terselesaikan.

6. Al-Ustadz Askar Patahuddin, S. Si., M. E. selaku pembimbing kedua


kami yang juga memberikan kepada kami motivasi, ide-ide, serta
bimbingannya, sampai akhirnya skripsi ini terselasaikan.
7. Semua teman-teman yang tidak bisa kami sebutkan namanya
satupersatu.

Semoga semua yang telah mereka berikan kepada penyusun dapat menjadi

amal ibadah dan mendapatkan balasan yang bermanfaat dari Allah SWT. Akhir

kata, penyusun memohon Taufiq dan ‘Inayat-Nya dan berharap, semoga skripsi ini

berguna dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan kepada seluruh pembaca.

Makassar, 21 Juni 2020


Penyusun
,

Chaeril Syarifuddin
NIM/NIMKO:161011227/8581416227

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................
vii ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Pengertian Judul..................................................................................5
D. Kajian Pustaka....................................................................................7
E. Metode Penelitian................................................................................8
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.......................................................10
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................
A. Pengertian dan Landasan Undian Berhadiah....................................12
B. Bentuk-bentuk Undian Berhadiah.....................................................21
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT HARTA ..................................
A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat.................................................23
B. Kekayaan yang Wajib Zakat Harta dan Syarat-Syaratnya................51
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT HARTA HASIL
UNDIAN BERHADIAH ...........................................................................................
A. Hukum dan Kedudukan Harta Hasil Undian Berhadiah...................61
B. Hukum Zakat Harta Hasil Undian Berhadiah...................................70
BAB V PENUTUP ....................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................73
B. Implikasi Penelitian...........................................................................74
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................77

vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Transliterasi adalah pengalihhurufan dari abjad yang satu ke abjad lainnya.

Yang dimaksud dengan transliterasi Arab-Latin dalam pedoman ini adalah

penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin serta segala perangkatnya.

Ada beberapa sistem transliterasi Arab-Latin yang selama ini digunakan

dalam lingkungan akademik, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Namun,

dengan sejumlah pertimbangan praktis dan akademik, tim penyusun pedoman ini

mengadopsi “Pedoman Transliterasi Arab Latin” yang merupakan hasil keputusan

bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.,

masing-masing Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

Tim penyusun hanya mengadakan sedikit adaptasi terhadap transliterasi

artikel atau kata sandang dalam sistem tulisan Arab yang dilambangkan dengan

huruf ‫( ال‬alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman ini, al- ditransliterasi dengan cara

yang sama, baik ia diikuti oleh alif lamSyamsiyah maupun Qamariyah.

Demikian pula pada singkatan di belakang lafaz “Allah”, “Rasulullah”, atau nama

Sahabat, sebagaimana ditetapkan dalam SKB tersebut menggunakan “SWT”,

“saw”, dan “ra”. Adapun pada pedoman karya tulis ilmiah di STIBA Makassar

ditetapkan untuk menggunakan penulisan lafaz dalam bahasa Arab secara

sempurna dengan fasilitas insert symbol pada word processor.

Dengan memilih dan menetapkan sistem transliterasi tersebut di atas

sebagai acuan dalam pedoman ini, maka seluruh sivitas akademika yang menulis

karya tulis ilmiah di lingkungan STIBA Makassar diharuskan untuk mengikuti

pedoman transliterasi Arab-Latin tersebut secara konsisten jika transliterasi

memang diperlukan dalam karya tulis mereka. Berikut adalah penjelasan lengkap

tentang pedoman tersebut.

vi
i
Pedoman Transliterasi yang berdasarkan SKB Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 Tahun 1987 dan No.

0543b/u/1987. 85

A. Konsonan

Huruf-huruf bahasa Arab yang ditransliterasikan kedalam huruf latin sebagai

berikut:

‫ا‬:a ‫د‬:d ‫ض‬:ḍ ‫ك‬:k‫ب‬:b ‫ذ‬:ż ‫ط‬:ṭ ‫ل‬:l‫ت‬:t ‫ر‬:r

‫ظ‬:ẓ ‫م‬:m‫ث‬:ṡ ‫ز‬:z ‫ن‬ ‫ع‬:‘:n‫ج‬:J ‫س‬:s ‫غ‬:

g ‫و‬:w‫ح‬:ḥ ‫ ش‬: sy ‫ ف‬: F ‫ ھ‬: h ‫ خ‬: Kh ‫ص‬:ṣ ‫ق‬:q ‫ي‬:

B. Konsonan Rangkap

Konsonan Rangkap (tasydid) ditulis rangkap

Contoh :

ِّ‫ = َمة ُمق َد‬muqaddimah

‫ = ا ْلَ ُمنَ َّو َرة ْينَةُِّ الَ َم ِّد‬al-madῑnah al-munawwarah

C. Vokal

a. Vokal Tunggal

fatḥah _َ__ ditulis a contoh ِّ‫ َأ قَ َِّر‬kasrah

_ __ ditulis i contoh ِّ‫ َر ح َم‬ḍammah

_ُ__ ditulis u ٌُِِِّّّ ‫ُك‬


contohِّ‫تب‬

b. Vokal Rangkap

Vocal Rangkapَِّ‫( ِّ_ي‬fatḥah dan ya) ditulis “ai”

Contoh :ِّ ُ‫ = َز ْينَب‬zainabِّ‫ْف‬


َِّ ‫ = َكي‬kaifa

vi
ii
Vocal Rangkapَِِّّ‫(ِّ_و‬fatḥah dan waw) ditulis “au”

Contoh : ِّ‫ = َحوْ َل‬ḥaula ‫ = قو َ ِّل‬qaula

D. Vokal Panjang (maddah)

َ‫_ا‬dan ‫( _ ي‬fatḥah) ditulis ā contoh: ‰‫ = قا َ َما‬qāmā ِ‫ى‬

(kasrah) ditulis ī contoh: ‫ = َر حيْم‬rahῑm

ُ‫(ِّ _و‬dammah) ditulis ū contoh: ِّ‫ُلو ٌم‬


ُْ ‫‘= ع‬ulūm

E. Ta Marbūṭah

Ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun ditulis /h/

Contoh :ُِّ‫ = َم َّك ِةُّا ْلَ ُم َك َّر َمة‬Makkah al-Mukarramah

ُِّ‫ = ا ْلَشَرْ عيَّ ِةُّأ إَل ْس َل ميَّة‬al-Syarῑ’ah al-Islāmiyyah

Ta marbūţah yang hidup, transliterasinya /t/

ُِّ‫ = اِّا ْلَ ُح ُكوْ َم ِةُّا إَل ْس َل ميَّة‬al-ḥukūmatul- islāmiyyah

َ ‫ = ِّا ْلَ ُسنَّ ِةُّا ْلَ ُمت َوا‬al-sunnatul-mutawātirah


ُِّ‫ترة‬

F. Hamzah.

Huruf Hamzah ( ‫ )ء‬di awal kata ditulis dengan vocal tanpa di dahului oleh

tanda apostrof ( ’)

Contoh : ‫= إي َمان‬ῑmān, bukan ‘ῑmān


ِِّّ‫ا ت َحا ِّداأَل َُّم ة‬ittḥād, al-ummah, bukan ‘ittḥād al-‘ummah

G. Lafẓu’ Jalālah

Lafẓu’ Jalālah (kata ‫ ) هللا‬yang berbentuk fase nomina ditransliterasi tanpa

hamzah.

Contoh : ‫ هلل ا َع ْب ُِّد‬ditulis: ‘Abdullāh, bukan Abd Allāh

‫ هللا رُّ ِ َجا‬ditulis: Jārullāh.

H. Kata Sandang “al-“.

a. Kata sandang “al-“ tetap dituis “al-“, baik pada kata yang dimulai

dengan huruf qamariah maupun syamsiah.


ix
contoh: ُِِّّ‫ =ا ْْلَ َما ك ْينِّا ْلَ ُمق َد ََّسة‬al-amākin al-muqaddasah

ُِّ‫ = ا َْل سيا َ َس ِةُّا ْلَ َّشرْ عيَّة‬al-siyāsah al-syar’iyyah

b. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil,

meskipun merupakan nama diri.

َ ‫ =ا ْلَ َم‬al-Māwardῑ
Contoh: ِّ ِّْ‫اورْ دي‬

‫ اأَل زَْ ھَر‬al-Azhar =

‫ ا ْلَ َم ْنصُوْ َرة‬al-Manṣūrah =

c. Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Al-Qur’ān ditulis

dengan huruf kapital.

Contoh: Al-Afgānī adalah seorang tokoh pembaharu

Saya membaca Al-Qur’ān al-Karīm Singkatan


:
saw = şallallāhu ‘alaihi wa sallam swt
= subḥānahu wa ta’ālā
ra. = radiyallāhu ‘anhu
QS. = al-Qur’ān Surat
UU = Undang-Undang

M. = Masehi
H. = Hijriyah
t.p. = tanpa penerbit

t.t.p. = tanpa tempat penerbit

Cet. = cetakan

t.th. = tanpa tahun

h. = halaman

ABSTRAK

Nama : Chaeril Syarifuddin


NIM/NIMKO : 161011227/8581416227

x
Judul Skripsi : Zakat Harta Hasil Undian Berhadiah Dalam Perspektif Hukum
Islam (Studi Buku Undian Berhadiah Dalam Fikih Islam)

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hukum dan


kedudukan harta hasil undian berhadiah, dan mengetahui hukum zakat harta dari
hasil undian berhadiah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pustaka
dengan analisis data secara deduktif.
Hasil penelitian yang ditemukan adalah sebagai berikut; Pertama, hukum
undian dalam syariat Islam boleh berdasarkan dalil yang menjelaskan bahwa
Rasulullah saw. pernah melakukan undian, begitu pula dalil yang menjelaskan
bahwa Nabi Yunus pernah dilempar dari kapal setelah dilakukan pengundian, dan
secara umum tidak ada dalil yang menjelaskan keharaman undian. Adapun
kedudukan harta dari hasil undian berhadiah adalah halal. Kedua, hukum
mengeluarkan zakat harta dari hasil undian berhadiah adalah wajib apabila harta
yang diperoleh dari hasil undian berhadiah tidak menyelisihi syariat Islam,
misalnya masuk dalam kategori barang yang tidak diwajibkan zakatnya seperti
rumah, tanah, kendaraan dan tetap disesuaikan dengan nisab harta hasil undian
tersebut. Jika hadiah tersebut telah dimiliki mencapai nisab maka wajib zakat
berlaku sebagaimana ketentuan emas maupun perak dan juga telah haul (dimiliki
selama setahun), karena harta ini telah menjadi miliknya sebagai hadiah, yang
ketika dia terima, telah menjadi hartanya serta diniatkan untuk diperdagangkan,
ketentuan ini berlaku untuk harta hasil undian dalam bentuk emas, perak dan uang
tunai, adapun selainnya maka dikembalikan kepada niat penerima hadiah, jika dia
tidak ingin menjual namun hanya untuk dipakai, maka hukum yang berlaku untuk
harta hasil undian tersebut tidak wajib zakat.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah Agama yang mengatur segala aspek bagi

penganutnya agar terjadi keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi

atau yang biasa diistilahkan kehidupan jasadiyah dengan kehidupan ruhiyah.

Karena selain mengatur hubungan manusia dengan sang pencipta. Agama Islam

juga mengatur hubungan sesama manusia, baik dari segi kehidupan ekonomi,

kehiduan politik, dan kehidupan sosial .

Salah satu aspek yang tidak luput dari perhatian Islam yaitu dalam

masalah ekonomi atau dalam hal mengatur penglolaan harta. Hukum Islam

sangat memandang harta adalah suatu yang sangat penting. Oleh karenanya Islam

datang dengan ajaran yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan

harta,mulai dari cara memperoleh harta tersebut hingga cara membelanjakannya.

Berkenaan dengan hal ini, Abdurrahman bin Qādir kemudian mengelompokkan

empat prinsip penanganan harta dalam Islam yakni pertama, beliau menegaskan

bahwa harta benda dan semua kekayaan alam yang ada sepenuhnya adalah milik

Allah swt.

Kedua, dibolehkan penguasaan harta untuk kepentingan orang banyak

1
13

Ketiga, menimbun harta kekayaan adalah pelanggaran dalam agama Islam.

Keempat, harta itu wajib beredar, merata, dan dibersihkan1.

Oleh karena itu, Agama Islam mensyariatkan zakat sebagai sarana

pembersihan harta yang dimiliki seorang muslim. Zakat merupakan rukun islam

yang ketiga setelah syahadat dan sholat. Sebagaimana sabda rasulullah saw.

dalam sebuah hadits HR. Bukhari.

‫اهلل ص لهى اهلل َع ْلي ِه وس لهم " َِِ إِل‬ َُّ ‫ َر ِض َي‬،‫عمَر‬
‫الم‬
ُ ‫بن ا ْس‬ َ ََ ُ َ َِّ ‫ول‬
ُ ‫رس‬
ُ ‫ قَ َال‬:‫قال‬
َ ‫اهلل َع ْن مُهَا‬ َ ‫َع ِن اب ِن‬

‫ َوإيت ِاء‬،‫الة‬
ِ ‫ وإق ام ال هص‬،‫ول اهل َِّل‬
َ ُ ‫رس‬ ِ ٍ ‫َعلى َخ‬
ُ ‫ َش َه َادة أ ْن الَ إل هَ إهال اهل َُّل َوأهن ُُمهم ًدا‬:‫س‬

‫ضا َن‬ ِ
َ ‫رم‬
َ ‫ص ْوم‬
َ ‫ َو‬،‫ َواحل ِج‬،‫اهلز َكاة‬
2
(‫)رواه البخاري‬
Artinya:
Dari Ibnu Umar R.A, dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Islam
dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan
(syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat,
haji, dan puasa Ramadhan.

Zakat mempunyai implementasi dalam membangun kesejahteraan

ummat, zakat juga menjadi perwujudan ibadah seseorang kepada Allah sekaligus

sebagai perwujudan seseorang yang peduli soal ibadah, dan juga bisa dikatakan

seseorang yang telah berzakat telah mempererat hubungan dengan Allah dan

1 Abdullah bin Abdul Rahman al-Rasyid, al-Amwāl al-Mubāhah wa Ahkāmu Tamlīkuhā


Fī al-Syarī’ah al-Islāmiyah,terj.Abdurrahman Qodir , Zakat Dalam Dimensi Makhdah dan social
(Cet. II;Jakarta Raja Grafiindo,2001)
2 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.ِّ11.
14

hubungan sesama manusia. Dengan demikian pengabdian kepada Allah adalah

inti dari ibadah zakat.

Penjelasan secara umum tentang pelaksanaan zakat telah di perhatikan

oleh Allah sebelum nabi Muhammad hijrah ke madinah, namun pada waktu itu

belum ditetapkan jenis-jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya serta kadar

dan ukurannya.

Begitu pula dengan pengaruh zakat dan ekonomi islam sangat

berpengaruh dan signifikan. Setiap zakat terdapat sikap emapati kepada orang

fakir miskin serta aksi proaktif utuk kemashlahatan umum. Hal itu seperti sama-

sama tercermin jelas pengalokasiannya, Sebagaimana firman Allah swt. Dalam

Q.S alTaubah/9:103.

‫تك َس َكن هلِم َوٱه‬ َ ‫ص ِل‬


َ ‫ع لي ِهم إهن‬
َ ‫ص َٰلو‬ ِ َِ
َ ‫رهم َوت ز كيهم بِا َو‬
ِ
ُ ‫ص َدقة تط ه‬
َ
‫أمومِِل‬ ِ
َٰ ‫ُخذ من‬
‫َعلي م‬ ‫لل َِس ي ع‬
َُّ
Terjemahnya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui3

Zakat juga merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi


yang sangat penting, baik dilihat dari sisi ajaran Ialam maupun pembangunan
kesejahteraan umat.4 Sebagai salah satu ibadah pokok yang wajib ditunaikan.

Karena itulah Abu Bakar Al-ṣiddiq bertekad memerangi orang-orang yang sholat
tetapi tidak mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa
perbuatan meninggalkan zakat adalah salah satu kedurhakaan dan jika hal ini
dibiarkan maka akan memunculkan berbagai masalah sosial ekonomi dan hal
yang tidak baik dalam kehidupan masyarakat.

3 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta Timur: Ummul Qura,
2017),h.203.
4 Yusuf al-Qordawi,Al-Ibadah Fil Islam (Beirut: Muassasah Risalah, 1993), h. 235.
15

Dengan demikian, zakat bukan hanya sekedar ibadah yang wajib


dilakukan oleh umat muslim melainkan juga diyakini dapat digunakan sebagai
alternatif untuk mengentaskan kemiskinan ditengah-tengah masyarakat,
pemberdayaan msyarakat kurang mampu dari sisi perekonomian, dan juga
sebagai sarana perbaikan mental manusia muslim yang kemudian menjadikannya
lebih tinggi dari harta tersebut, dan tidak menjadikan hamba dari harta-harta
tersebut.
Namun dalam kenyataannya di tengah bangsa muslim Indonesia,
implementasi ibadah zakat memang masih belum seideal pada zaman Nabi saw.
dan masa-masa kejayaan Islam setelahnya.
Sala satu bukti kongkritnya yang dengan mudah bisa kita rasakan adalah
kecenderungan semarak berzakat hanya kita temui pada bulan Ramadan saja.
Barangkali umat ini hanya mengenal zakat al-fiṭr saja, yang memang
dikeluarkannya pada menjelang datangnya hari raya idul fitri, padahal diluar
zakat al-fiṭr, justru ada begitu banyak jenis zakat lainnya, yang tentu saja
dibayarkannya tidak harus di bulan Ramadan.
Sebab setiap jenis harta yang dimiliki seseorang ada ketentuan zakat
tersendiri. Namun entah karena awam, atau karena tidak mau tahu justru hanya di
bulan Ramadan saja ada semarak bayar zakat.
Salah satu fenomena sosial yang belakangan ini berkembang di
Indonesia , yang berhubungan erat dengan zakat, yaitu begitu banyak dan
maraknya praktekpraktek undian berhadiah, mulai dari undian berhadiah dari
setiap bank-bank konvensional yang ada di Indonesia khususnya , bahkan bank-
bank yang Islam yang dalam hal ini bank Muamalat Indonesia, sampai kepada
undian berhadiah yang diadakan oleh hampir semua produsen dari semua
produk-produk barang, mulai dari makanan, minuman, pakaian, alat-alat rumah
tangga, kendaraan bermotor, dan masih banyak lagi.
Fenomena di atas nampaknya sudah menjadi fenomena yang umum di
masyarakat, yang perlu mendapat perhatian dan kajian khusus tentang
permasalahan tersebut, khususnya harta yang dihasilkan dari praktik undian
16

berhadiah tersebut. Dalam hal ini penyusun ingin membatasi pengertian undian
berhadiah disini, adalah undian berhadiah yang selama ini sudah umum di
masyarakat dan yang oleh banyak ulama diperbolehkan atau paling tidak
mendekatinya, undian berhadiah yang tidak ada unsur-unsur (maisir) yang
diharamkan oleh Islam. Bagaimana status harta hasil undian berhadiah tersebut,
apakah harta hasil undian tersebut termasuk dalam objek yang harus dizakati atau
tidak dan bagaimana ketentuan-ketentuannya ?.
Melihat fenomena sosial di atas, yang akhir-akhir ini berkembang di
Indonesia dengan mayoritas masyarakatnya adalah Muslim, penyusun tergerak
untuk melakukan penelitian dan kajian lebih lanjut terhadap fenomena di atas,
dengan mengkaitkan dengan konsep zakat yang ada. Hal di ataslah yang
melatarbelakangi penyusun untuk lebih lanjut mengkaji tentang kewajiban zakat
terhadap hasil undian berhadiah tersebut.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ada dua pokok
permasalahan dalam penelitian ini, yang antara lain:

1. Bagaimana hukum dan kedudukan harta hasil undian berhadiah?

2. Bagaimana hukum mengeluarkan zakat harta dari hasil undian

berhadiah?

C. Pengertian Judul

Untuk mendapatkan kejelasan dan menghindari terjadinya

kesalahpahaman dan kekeliruan penafsiran, serta perbedaan interpretasi yang

mungkin saja terjadi terhadap penelitian ini yang berjudul " Zakat Harta Dari

Hasil

Undian Berhadiah Dalam Perspektif Hukum Islam ”, terlebih dahulu penulis

akan memberikan pengertian dan penjelasan yang dianggap penting terhadap

beberapa kata atau himpunan kata yang berkaitan dengan judul di atas, sebagai

berikut :
17

1. Zakat Harta

Adalah membayar bagian tertentu, dari harta tentu, untuk golongan

tertentu, dengan syarat-syarat yabg tertentu dan itu adalah kewajiban, yang telah

ditetapkan hukumnya. Orang yang mengerjakannya mendapat pahala dan orang

yang meninggalkannya mendapat hukuman dan orang yang menentangnya akan

dikafirkan.5

2. Hasil

Adalah pendapatan, perolehan, buah6

3. Undian

Adalah menentukan salah satu dari beberapa orang yang sama-sama

berhak terhadap sesuatu yang tidak mungkin dibagi rata dan masing-masing tidak

memilki keistimewaan.7

4. Perspektif

Adalah cara pandang8

5. Hukum Islam

Adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah swt. dan

sunnah Rasulullah saw. mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang dapat

dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua

pemeluknya.9

5 Umar bin Muhammad Umar Abdul Rahman, Taysīr Kitāb al-aṣalat fī al-Fiqhi al-
Islām (Syabakatu al-Arūka, 2016), h. 6.
6 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet.III; Jakarta: Balai
Pustaka, 2005 M), h. 513.
7 Taqī Al-Dīn Abu Al-Abbās Ahmad ibn Abdil Al-Halīm ibn Taimiyyah Al-Harānī,
Majmu Al-Fatāwa, Juz 31 (t.Cet; Al-Madīnah Al-Nabawiyyah 1416 H/ 1995 M), h.269.
8 Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet.III; Jakarta: Balai
Pustaka, 2005 M), h.
9 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari (Jambi : t.p. 2017), h. 24.
18

D. Kajian Pustaka

Sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini, dibutuhkan penelusuran

pustaka yang relevan baik secara langsung maupun tidak langsung. Di Antara

penelusuran pustaka tersebut ditemukan beberapa penelitian dan artikel yang

sama sama membahas tentang zakat harta dari hasil undian berhadiah dalam

perspektif hukum Islam.

1. Buku Fiqih Kontemporer Zakat, karya Abu Ibrahim Muhammad Ali AM

pada tahun 2014. Buku ini membahas tentang zakat kontemporer yang

berdasarkan pendapat-pendapat para ulama

2. Kitab Fathu al-Qārib al-Mujib Fī Syarhi Alfaẓ al-Taqrīb, karya

Muhammad bin Qāsim bin Muhammad Al-Gāzi kitab ini membahas di

dalamnya ketentuan dan kadar-kadar zakat.

3. Ahmad Hadi Yasin dalam buku Panduan Zakat Praktis, pada tahun 2011.

Buku ini menjelaskan secara khusus hanya seputar masalah zakat

4. Kitab Fiqh al-sunnah, sebuah kitab yang disusun oleh Al-Sayyid Sābiq.

Kitab ini merupakan kitab yang sangat populer dan fenomenal. Kitab ini

membahas tentang masalah-masalah fikih, dan diantara pembahasannya

adalah masalah zakat.

5. Buku Undian Berhadiah dalam Fiqih Islam, karya Abu Ibrahim

Muhammad Ali. Buku ini membahas masalah-masalah kontemporer

seputar undian berhadiah dalam fikih Islam yang tidak di bahas di buku-

buku yang

lain.

6. Skripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Harta Hasil Undian

Berhadiah. Karya Dwi Rifianto mahasiswa fakultas syariah Institut

Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yang berisi bahwa


19

harta harta hasil undian berhadiah halal hukumnya menurut Syarā’ karena

tidak adanya unsur untung rugi sebagaimana illat pengharaman judi.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kualitatif

deskriptif. Kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang mengambil sumber data

dari bukubuku perpustakaan (library research). Secara definitif, library research

adalah penelitian yang dilakukan di perpustakaan dan peneliti berhadapan dengan

berbagai macam literatur sesuai tujuan dan masalah yang sedang dipertanyakan.

Sedangkan deskriptif adalah mendeskripsikan dan melukiskan realita sosial yang

komplet atau menggambarkan apa adanya suatu tema yang akan dipaparkan.

2. Metode Pendekatan

a. Yuridis-Normatif, yaitu metedo pendekatan yang dilakukan secara

meneliti bahan pustaka sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara

mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan

literatureliteratur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Pendekatan ini juga mengkaji masalah yang diteliti berdasarkan

norma-norma yang terkandung dalam dalam hukum Islam,

bersumber dari Alquran, hadis dan kaidah hukum Islam seperti

kaidah-kaidah muamalat dan sebagainya.

b. Filosofis, yaitu menganalisa pembahasan dalam literatur-literatur

yang akan diteliti, didapati nilai-nilai moral yang sangat mendalam

dan mendasar yang membutuhkan pemikiran yang sistematik, logis,

universal, dan objektif terhadap muatan pembahasan tersebut.


20

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini bersumber dari pustaka murni maka dalam pengumpulan

datanya hanya melalui buku-buku, jurnal-jurnal, al-Qur’an dan hadis serta

literatur

lainnya yang mendukung penelitian ini.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua,

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang didapatkan langsung dari

sumber pertamanya. Bersumber dari Alquran, Hadis dan buku Undian berhadiah

Dalam Fiqih Islam, buku Seri Fikih Kehidupan.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang membantu ata primer atau data

lain yang mendukung masalah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil referensi dari literatur berupa buku-buku fikih baik klasik maupun

kontemporer, artikel, jurnal, pendapat-pendapat pakar, tokoh yang memiliki

perhatian tentang judul dari penelitian ini.

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang analisis datanya

menggunakan analisis data deskriptif non statistik, yaitu menggambarkan atau

menguraikan suatu masalah tanpa menggunakan informasi berupa table, grafis,

dan angka-angka. Jadi, setelah peneliti mengumpulkan beberapa data yang

diambil dari buku-buku dan literatur lainnya. Langkah selanjutnya adalah

menganalis data tersebut lalu dilakukan penarikan kesimpulan.


21

Adapun data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode

berfikir yaitu Metode Deduktif. Metode Deduktif yaitu metode yang digunakan

untuk mengolah data dan fakta yang bersifat umum lalu menarik kesimpulan.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan memahami konsepsi hukum dan kedudukan harta

hasil undian berhadiah

b. Untuk mengetahui dan memahami konsepsi hukum mengeluarkan zakat harta

hasil undian berhadiah

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan secara teoritis maupun

secara praktis sebagai berikut:

a. Secara teoritis

Secara teoritis penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan sumbangsih pemikiran khususnya hukum Islam, sehingga

dapat memberikan dorongan untuk mengkaji lebih kritis dan lebih mendalam

lagi mengenai berbagai permasalahan yang berkaitan praktek pengeluaran

zakat harta dari hasil undian berhadiah dalam perspektif hukum Islam.

b. Secara praktis

Kegunaan atau manfaat yang diharapkan pada hasil penelitian ini anatara

lain:

1) Dapat memberikan imformasi dan pengetahuan tentang konsep

pengeluaran zakat harta hasil undian berhadiah dalam hukum Islam,

sehingga masyarakat dapat mengetahui hukum mempraktekannya.


22

2) Dalam hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

dalam menerapkan pengeluaran zakat harta dari hasil undian

berhadiah dalam perspektif hukum Islam.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian dan Landasan Undian Berhadiah

Undian dalam bahasa arab adalah al-qur’ah atau al-sahmah yang secara

bahasa berarti nasib atau bagian. 10


Sedangkan secara istilah syariat adalah

10 Nasywān ibn Saīd Al-Hamīra Al-Yamanī Syamsul Al-‘Ulum Wa Dawāu Al-Kalamī Al-
23

menentukan salah satu dari beberapa orang yang sama-sama berhak terhadap

sesuatu yang mungkin dibagi rata dan masing-masing tidak memiliki

keistimewaan.11

Dari definisi di atas kita ketahui bahwa undian boleh diadakan apabila

semua pihak sama-sama berhak dalam permasalahan. Apabila salah satunya lebih

berhak dari orang yang lain, atau sesuatu tersebut bisa dibagi rata, maka tidak

diperbolehkan dengan cara undian karena berarti telah berbuat ẓolim kepada orang

yang lebih berhak.

1. Undian di dalam Al-Qur’an digunakan dalam dua permasalahan.

a. Sebagaimana dikisahkan bahwa untuk mengetahui siapa yang akan mengasuh


Maryam, maka Allah swt. menentukan dengan undian sebagaimana Allah

ِ
berfirman dalam QS. Al-Imrān/3 : 44. ‫ت‬ َ ‫وحْي ِه ْالي‬
َ ‫ك َومَا ُكْن‬
ِ ‫بن‬
ِ ‫الغي‬ ِ َ ‫َٰذ‬
ْ ‫لك م ْن ا ْن باۤء‬

ِ ََْ‫لَ َدي ِهم ا ْذ ي لْ ُقو َن اقاَل مه م اي هم ي ْك ُفل مري وما ُكْنت َلدي ِهم ا ْذ ي‬
‫تص ُم ْو َن‬ ْ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ ُ ْ َُ ْ ْ
Terjemahnya:

12
Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang kami wahyukan kepadamu
(Muhammad), padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka
melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa diantara mereka yang
akan memilihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika
mereka bertengkar.12

Arabī Min Al-Kulum, Juz 5 (Cet I; Beirut: Dar Al-Fikri Wa Al-Mu’aṣarah 1420 H/1999 M), h.
3239.
11 Taqī Al-Dīn Abu Al-Abbās Ahmad ibn Abdil Al-Halīm ibn Taimiyyah Al-Harānī,
Majmu Al-Fatāwa, Juz 31 (t.Cet; Al-Madīnah Al-Nabawiyyah 1416 H/ 1995 M), h.269.
12 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.55.
24

Dalam tafsir Al-Mukhtasār dikatakan bahwa diantara kabar gāib yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. adalah beliau tidak hadir ketika para

ulama sāleh diantara mereka bersengketa tentang siapa yang lebih berhak untuk

memelihara Maryam as. kemudian mereka melakukan undian dengan

melemparkan anak-anak panah, sehingga keluarlah anak panah Zakaria sebagai

orang yang berhak untuk memelihara Maryam.13

b. Sebagaimana kisah Nabi Yunus as. yang harus menerima nasib dengan undian

tatkala kapal yang dinaikinya kelebihan beban sehingga harus ada salah satu

diantara penumpangnya penumpangnya yang dilempar ke laut demi

menyelamatkan seluruh penumpang kapal. Sebagaimana firman Allah swt. dalam

QS. Al-Shoffat/37 : 141. ِ ‫فساهم ف َكا َن ِمن امل ْد ح‬


‫ض َْي‬ َ ُ َ ََ َ
Terjemahnya :
Kemudian dia diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam
undian)14
Ketika kapal hampir tenggelam disebabkan terlalu banyaknya penumpang,

maka mereka( penumpang kapal ) berundi agar sebagian diantara mereka dilempar

keluar ke laut karena kekhawatiran mereka akan tenggelamnya kapal maka

keluarlah undian Yunus sebagai orang yang harus dilempar ke laut.15

2. Dalil Sunnah

Adapun di dalam al-Sunnah, undian juga dipakai dalam beberapa hal

diantaranya.

a. Rasulullah saw. bersabda dalam hadiṡ yang diriwayatkan oleh Imam al-
Bukhāri

13 Nukhbah Min Al-‘Ulamā Tafsīr, Al-Tafsir Al-Muyassar, Juz I (Cet. III; t.t: Markaz
Tafsīr Liddirāsāti Al-Qur’aniyah 1436), h. 55.
14 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.451.
15 Nukhbah Min Al-‘Ulamā Tafsīr, Al-Tafsir Al-Muyassar, Juz I (Cet. III; t.t.: Markaz
Tafsīr Liddirāsāti Al-Qur’aniyah 1436), h. 451.
25

‫رج َس َفرا‬ ِ َِّ ‫ول‬


َ َ‫أراد أ ْن ي‬
َ ‫ إذا‬،‫لهم‬ َ ‫صلهى اهللُ َع ْليه َو َس‬
َ ‫اهلل‬ ُ ‫رس‬
ُ ‫ َكا َن‬:‫قالت‬
ْ ،َ‫ائشة‬
َ ‫أهن َع‬
ِِ
ُ‫رج بِا َم َعه‬
َ ‫ َخ‬،‫رج َس ْه ُم َها‬
َ ‫هت ُه هن َخ‬ ُ ‫ فأي‬،‫رع يَبَْ ْأز َواجه‬
َ ‫أق‬
ْ
16

Artinya :
Dari Aisyah ra. berkata bahwasanya Rasulullah saw. apabila hendak safar
(bepergian) dengan mengajak salah seorang istrinya maka beliau
mengundi siapa diantara mereka yang akan menyertainya.

b. Dalam sebuah hadiṡ Nabi saw. bersabda,

ِ ‫ «لو ي علم النهاس مَا‬:‫قال‬


‫ف الن‬ ِ َِّ ‫ول‬ ِ
ُ ُ ْ َ ْ َ ‫لهم‬ َ ‫ص لهى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬
َ ‫اهلل‬ َ ‫رس‬
ُ ‫ أهن‬:َ‫ري رة‬
ْ ‫َع ْن أب ُه‬
ِ ‫ ولو ي علم و َن مَا‬،‫ ثُه ََْل يََِ ُدوا إهال أ ْن يس ت ِهموا علي ِه الس ت مَه وا‬،‫األهول‬
‫ف‬ ِ ِ ‫د ِاء وال هص‬
‫ف‬
ُ ْ ْ َ ُ َ ْ َْ ُ ْ َ َ
‫لمو َن َما‬ ِ ‫الته ه ِجرِي الست ب قُوا‬
ُ ‫ َو ْلو ي ْع‬،‫إليه‬ ْ َ َ ْ ْ
‫ب ًوا‬ ِ
ِ ‫ف الع‬
ْ ‫ت ْو ُُها َو ْلو َح‬ َ ‫ أَل‬، ‫صب ِح‬
ْ ‫تمة َوال‬
17
ََ
Artinya :
Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda Seandainya manusia tahu
(keutamaan) ażan dan ṣaf pertama, kemudian mereka tidak bisa
mendapatkan (adzan dan shaf pertama tersbeut) kecuali harus dengan
mengundi, maka mereka pasti akan mengundi.

Hadiah menurut istilah ahli fiqih adalah suatu pemberian dengan maksud

memuliakan, menjalin rasa suka, menyambung tali persahabatan, atau untuk suatu

kebutuhan yang lain.18 Sementara menurut pedagang serta ahli bisnis, hadiah

adalah sesuatu yang diberikan kepada komsumen dengan maksud melariskan

barang dagangannya.19

Saling memberi hadiah hukum asalnya adalah dianjurkan karena di

dalamnya ada ihsan (berbuat baik) kepada sesama, sebagimana yang disebutkan

16 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h. 101.
17 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h. 126.
18 Abdurrahman ibn Muhammad ibn Qāsim Majmu’ Al-Fatāwā, Juz 31 (Madinah:
Mujamma’ Al-Malikī Fahd Litābā’ati Al-Mushaf Al-Syarīf 1425 H/ 2005 M), h. 269.
19 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam (Cet I; Gresik:
Pustaka Al-Furqān 1429 H), h. 8.
26

ََٰ ‫ٱلل يَأ ۡ ُم ُر بٱِ ۡل َع ۡد ِل َوٱ ۡۡلِ ۡح‬


dalam firman Allah swt. dalam QS. Al-Nahl/16: 90 ‫س ِن َوِإيتَا‬ َََّّ ‫إن‬
َِّ
ۡ َ ‫ب َويَ َۡۡنهَ ٰ ََى َع ِن ٱلفََۡ ۡۡح َشا ِِٓء َو ۡٱل ُُۡم ۡن َكر َو ۡۡٱل‬
ۡ‫ِۚغ ي َعظُِ ُكم‬ ََٰ ‫ذي ۡٱلقُ ۡر‬
َِ ‫ب‬ ِ ِ ‫ي‬ٓ ِٕ

َ‫ل َعلَّ ُكمۡ ت َذ َّكرُون‬

Terjemahnya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan dia melarang (melakukan) perbuatan
keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.20

Dalam sebuah hadiṡ yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhāri dari sahabat

yang mulia Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda 21


‫تَ َاد ْوا تَاب وا‬

Artinya :
Saling memberi hadiahlah kalian, sehingga kalian saling mencintai.

Dalam ayat di atas manusia diperintahkan oleh Allah swt untuk untuk

berbuat baik pada orang lain dengan memberi atau membagi nikmat yang allah

swt kepada yang lainnya, karena memberi hadiah adalah salah satu bentuk nyata

berbuat baik kepada orang lain, maka memberi hadiah juga diperintahkan dalam

ayat tersebut. Kemudian diperjelas dengan hadiṡ Nabi saw. bahwa kita

diperintahkan untuk saling memberi hadiah karena hal itu dapat menimbulkan rasa

kasing sayang dengan sesama.

Para ulama tidak berbeda pendapat tentang disyariatkannya menerima

hadiah, akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang hukum menerima hadiah,

apakah wajib atau sunah.22

Menurut Ibrahim Husen adalah salah satu cara untuk menghimpun dana
yang dipergunakan untuk proyek kemanusiaan dan kegiatan sosial23 Sedangkan
20 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 277.
21 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Al-Adab Al-Mufrād Bi
AlTa’liqāt Juz 1 (Cet I; Riyāḋ: Maktabah Al-Ma’ārif, 1419 H/ 1998 M), h. 306.
22 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam (Cet I; Gresik:
Pustaka Al-Furqān 1429 H), h. 10.
23 Ibrahim Husen, Ma Huwa Al-Maisir, (Jakarta: IIQ, 1987), h. 44.
27

menurut Yusuf Qarḋawi, undian berhadiah adalah para peserta membeli kupon
seharga 10 $ (doolar) atau 1000 dirham. Kadang-kadang seseorang membeli lebih
dari satu kupon, semakain banyak yang membeli maka kesempatan akan semakin
banyak peluang untuk memperoleh hadiahnya, seperti mercedes benz, 1 kg emas
atau barang-barang berharga lainnya yang membuat orang tertarik, pada
waktuwaktu tertentu pemenang ditentukan dengan cara undian.24

Ada juga yang menggunakan model lain seperti sebuah toko (depart store)

yang menyebarkan karcis, misalnya tiap-tiap yang belanja seharga Rp. 100.000,-

memperoleh sebuah karcis, pada waktuwaktu tertentu karcis tersebut diundi

kemudian orang yang nomor karcisnya keluar akan memperoleh hadiah sesuai

yang telah dijanjikan, biasanya hadiah berupa motor atau mobil. Undian seperti ini

dilakukan untuk merangsang para pembeli agar mau berbelanja pada toko

tersebut.

Hal-hal seperti di atas sering kita jumpai, seperti di toko perabotan, taman

hiburan, perusahaan rokok, sabun, pasta gigi dan benda-benda lainnya. Disebut

sumbangan berhadiah karena bagi pemenangnya (yang tepat nomornya) akan

memperoleh hadiah dari pihak penyelenggara, disebut pula undian harapan karena

hadiah yang diharapkan itu penentuannya melalui undian.

Ahmad Sukarti sebagaimana dikutip Ali Hasan dalam bukunya masail

fiqhiyah, berpendapat bahwa lotre bukan merupakan judi karena bertujuan untuk

menghimpun dana yang akan disumbangkan untuk kegiatan-kegiatan sosial dan

kemanusiaan, walaupun unsur negatifnya ada tetapi sangat kecil bila dibandingkan

manfaatnya.25

Adapun perbedaan yang mendasar antara pengertian lotre secara umum

dengan undian yang berkembang saat ini adalah bahwa lotre di dalamnya terdapat

unsur judi yang diharamkan, yaitu menang kalah atau untung rugi, sedangkan di

24 Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer Jilid III, (Cet I; Jakarta: Abdul Hayyi
AlKhatamī, Gema Insane Press, 2002), h. 499.
25 Ali Hasan, Masa’il Fiqhiyyah, )Jakarta: edisi I dan II PT Raja Grafindo persada,
1997), h. 103.
28

dalam undian berhadiah yang berkembang sekarang, tidak terdapat unsur rugi

yang diharamkan sebagaimana dalam judi, dalam undian berhadiah tidak ada

pihak yang dirugikan sehingga tidak ada istilah pihak yang satu memakan harta

pihak yang lain secara tidak sah.

Undian berhadiah atau lottere lebih dekat kepada judi/ maisir dan ghorār

Maisir adalah permainan yang mengandung unsur taruhan, dilakukan oleh dua

orang atau lebih secara langsung atau berhadap-hadapan dalam satu majelis.

Demikian yang dikemukakan oleh Ibrahim Husen, ada dua hal yang penting dan

perlu diperhatikan yaitu taruhan dan berhadap-hadapan. Orang yang bertaruh pasti

menghadapi salah satu dari dua kemungkinan yaitu menang atau kalah, jadi

sifatnya untung-untungan, mengadu nasib.26 Sedangkan ghorār adalah apa yang

belum diketahui diperoleh tidaknya atau apa yang tidak diketahui hakikat dan

kadarnya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ma’idah ayat 90.

Semua taruhan yang dengan cara mengadu nasib yang sifatnya


untunguntungan dilarang keras oleh agama, sebagaimana firman Allah swt. dalam

ِ ِ
QS. alMa’idah/5 : 90. ‫ِج س‬
ْ ‫اب َوااْل زاَل ُم ر‬ َ َ ‫ين َام ُن ْوا اهنَّا الْ ْم ُر َواملَْيس ُر َوا اْل‬
ُ ‫نص‬ َ ‫اي َها اهلذ‬

ٰ ِ
‫تنب ْوهُ َلعله ُك ْم‬ ْ ‫هشيطَ ِن‬
ُ ‫فاج‬ ْ ‫م ْن َع َم ِل ال‬

‫لح ْو َن‬
ُ ْ‫ت ف‬
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamar(arak),
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatanperbuatan itu agar kau mendapat keberuntungan.27

26 Sudrajat, Fikih Aktual (t.p. t.t.), h. 215.


27 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.123.
29

Berdasarkan ayat diatas jelas bahwa judi adalah perbuatan keji dan akan

menyebarkan kekejian di kalangan umat. Orang yang kalah akan jatuh melarat

sementara orang yang menang akan dibenci. Semua pihak akan hanyut dibawa

arus sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-Ma’idah/5 : 91

ِ ْ ِ َ ‫َداو َة والب ْغ‬ ٰ


‫هدك ْم‬
ُ ‫يص‬ُ ‫ض اۤءَ ف الَ ْم ِر َواملَْيس ِر َو‬ َ َ َ َ ‫قع ب ْي ن ُك ُم الع‬ َ ‫هشيطَ ُن ا ْن ي ْو‬
ْ ‫يريد ال‬ ُ ‫اهنَّا‬
‫َع ْن ذ ْك ِر ا ٰلَ َِّل َو َع ِن‬
‫ت ُه ْو َن‬ ِ َ‫ال هص ٰل‬
َ ‫من‬ْ ‫ف َه ْل ا ْن ْمت‬ َ ‫وة‬
ِّTerjemahnya;
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar(arak) dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang,
maka berhentilah kamu(dari mengerjakan pekerjaan itu).28

Dan dalam hadiṡ Abu Hurairah ra. Riwayat Al bukhori Nabi saw.
Bersabda

ِ ِ ِ ِ ِ
‫ف‬
َ ،‫ف‬
َ ‫ " َم ْن َح ل‬:‫لهم ق َال‬ َ ‫ َع ِن الن ه ب‬،ُ‫ري ر َة رض َي اهل َُّل َعْن ه‬
َ ‫ص لهى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬ ْ ‫َع ْن أب ُه‬

‫َال‬
َ ‫تع‬ ِِ ِ ِ‫ ب‬:‫ِه‬ ِ َ
ِ ‫ف حلف‬
َ :‫لص احبه‬
َ ‫ َو َم ْن ق َال‬،‫ الَ إل هَ إهال اهل َُّل‬:‫ف يْل َ قُ ْل‬
َ ،‫لهالت َوالعه زى‬ َ ‫قَال‬

‫هدق‬
ْ ‫تص‬ ِ
َ َ ‫ف يْل‬
َ ،‫أقام ْر َك‬
29

Artinya :
Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw. bersabda, “barang siapa bersumpah
dan dalam sumpahnya menyebut nama berhala Latta, atau Uzza, hendaklah
dia ucapkan lā Ilāha Illallah, dan barangsiapa yang berkata kepada
temannya: Kemarilah kita berjudi maka hendaklah dia bersedekah.

Undian merupakan suatu kebiasaan yang sudah berlaku sejak dahulu, jauh

sebelum datangnya agama islam. Tapi undian telah berlaku pada masa jahiliyyah

itu orang yang melakukan undian untuk manantukan nasib baik atau buruk

seseorang serta dilakukan didepan berhala-berhala mereka. Dalam dunia

perdagangan dewasa ini, banyak pula jual beli barang dengan sistem kupon
28 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.123.
29 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.132.
30

berhadiah untuk kepentingan promosi barang dagangannya.30 Dengan maksud

agar konsumen tertarik dengan barang yang ditawarkan oleh pelaku usaha

(produsen) dan seperti yang terjadi fenomena maraknya undian berhadiah baik

dimedia elektronik maupun media cetak.

Adapun aktivitas dalam undian berhadiah melibatkan hal-hal sebagai

berikut :

1) Penyelenggara, biasanya pemerintah atau lembaga swasta yang legal

mendapatkan izin dari pemerintah.

2) Para penyumbang, yakni orang-orang yang membeli kupon dengan

mengharapkan hadiah.

Sedangkan kegiatan pihak penyelenggara undian kupon berhadiah adalah

sebagai berikut :

a) Mengedarkan kupon (menjual kupon), salah satu fungsi pengedaran kupon

adalah dapat dihitng dana yang diperoleh dari para penyumbang.

b) Membagi-bagi hadiah sesuai dengan ketentuan, hadiah ini diambil dari

sebagian hasil dana yang diperoleh.

c) Menyalurkan dana yang telah terkumpul sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan setelah diambil untuk hadiah dan biaya operasional.31

Dalam hal ini pengertian dari undian sama dengan pengertian SMS undian

berhadiah karena mempunyai praktek yang sama dan tujuan yang sama pula

dimana pada SMS undian berhadiah menggunakan cara mengumpulkan dana dari

konsumen untuk dikumulatifkan kemudian diambil dari jumlah yang terbanyak

untuk mendapatkan hadiah, jadi undian atau SMS berhadiah adalah tiap-tiap

kesempatan yang diadakan oleh suatu badan untuk mereka yang telah memenuhi

30 Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqih Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persansa, 1994), h. 78.
31 Hendi Suhendi, Fiqih Mu’amalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 318
31

syarat-syarat tertentu dapat ikut serta memperoleh hadiah berupa uang atau benda

yang akan diberikan kepada para peserta yang ditunjuk sebagai pemenang dengan

jalan diundi.

Undian berhadiah yang diadakan oleh pedagang banyak ragamnya. Ada

yang membagi lembaran berisi pertanyaan yang berkaitan dengan produk, ada

yang membenarkan tulisan yang salah mengenai suatu produk, ada yang

mengumpulkan lembaran kupon pembelian, ada yang membagikan kupon tanpa

harus membeli produknya, dan pada saat ini kita jumpai banyak kuis dan undian

terutama pada musim sepak bola piala dunia, baik di koran, majalah, telivisi, atau

semisalnya, kemudian lembaran-lembaran tersebut dikumpulkan dan diundi yang

keluar undiannya maka dia pemenangnya.32

B. Bentuk-bentuk Undian Berhadiah

1. Undian yang disyaratkan bagi peserta untuk melakukan sesuatu

Misalnya, pemilik barang dagangan memberikan lembaran yang akan

diundi dengan syarat setelah pesertanya mengisi pertanyaan-pertanyaan, baik

terkait dengan produknya atau tidak, atau peserta undian harus mengikuti gerak

jalan, jalan sehat, reli dan lainnya. 33 Undian yang mengharuskan bagi peserta

melakukan sesuatu atau melakukan sebuah perlombaan dapat digolongkan dalam

pembahasan musabaqah (perlombaan) yang terdapat hadiah di dalamnya.

2. Undian yang tidak ada keharusan pesertanya berbuat sesuatu

Misalnya, pemilik toko membagi kupon atau lembaran-lembaran yang ada

nomor urutnya secara cuma-cuma dan tidak ada tuntutan bagi peserta untuk

menjawab pertanyaan atau yang lainnya, kemudian diundi untuk ditentukan

32 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam (Cet I; Gresik:
Pustaka Al-Furqān 1429 H), h. 19.
33 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam (Cet I; Gresik:
Pustaka Al-Furqān 1429 H), h. 20.
32

pemenangnya.34 Seperti peserta harus membeli suatu produk tertentu namun

harga barang yang dibeli adalah harga standar atau tidak ditambah harganya untuk

biaya undian. Seperti contoh yang lain misalnya peserta tidak disyaratkan

membeli suatu produk tertentu, dan diberikan kupon undian secara cuma-cuma.

34 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam (Cet I; Gresik:
Pustaka Al-Furqān 1429 H), h. 27.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT HARTA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat

1. Pengertian Zakat Secara Bahasa dan Istilah

Secara Bahasa kata zakat memiliki beberapa makna, antara lain bermakna

kesucian, pujian (tazkiyah), bertambah (al ziyādah), tumbuh (al namāu),

perbaikan (solāh) atau keberkahan (barakah).35

Zakat dalam makna kesucian beberapa kali disebutkan di dalam Al-

Qur’an, sebagaimana disebutkan di dalam QS. Al Syams/91 : 9 ِّ ‫أف حلَ َم ْن‬


ْ ‫ق ْد‬

‫اها‬
َ ‫زه َك‬
Terjemahnya :
Sungguh beruntung orang yang mensucikannya(jiwa itu).36

Sedangkan di ayat yang lain Allah swt berfirman di dalam QS. Al-A’la/87 : 14

‫ت زه َكى‬
َ ‫أف حلَ َم ْن‬
ْ ‫ق ْد‬
Terjemahnya :
Beruntunglah orang yang mensucikan dirinya.37

Zakat dalam makna perbaikan (solāh) disebutkan contohnya oleh

AlFarra’’ sebagaimana firman Allah di dalam QS. Al-Kahfi/18 : 81 ‫فأرد َن أ ْن ي‬


ْ

‫رح ًم‬
ْ ‫ب‬ ْ ‫بْ ِدلَِ َما ر مُِب َا خَرْي ا ِمْنهُ ز َكاةً َو‬
َ ‫َأق َر‬
Terjemahnya :

35 Majma’ Al-Lugātu Al-Arabiyah Bi Al-Qāhirah, Al-Mu’jam Al-Wasīṭ, Juz 1 (Dar


AlDa’wah t.t.), h. 396.
36 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 595.
37 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 591.
34

23
Kemudian kami menghendaki, sekiranya tuhan mereka menggantinya
dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak)
itu dan lebih saying (kepada ibu bapaknya).38

Akar kata zakat berasal dari kata zakka-yazukku juga bermakna pujian,

sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah swt. QS. Al-Najm/53 : 32 ‫فاَل تز‬

‫لم بِ ِن ات ه َقى‬
ُ ‫أع‬
ْ ‫َكوا أن ُف َس ُك ْم ُه َو‬

Terjemahnya :
Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang
orang yang bertakwa.39

Imam al-Nawawi di dalam kitab al-Hawi mengatakan bahwa istilah zakat

adalah istilah yang telah dikenal secara ‘urf oleh bangsa arab jauh sebelum masa

Islam datang. Dan bahkan sering disebut-sebut dalam syi’ir-syi’ir Arab jahili

sebelumnya. Hal yang sama dikemukakan oleh Daud Al-Zāhiri yang mengatakan

bahwa kata zakat itu tidak memiliki sumber makna secara bahasa. Kata zakat itu

merupakan ‘urf dalam syariat Islam.

Sedangkan pengertian secara istilah menurut Yusuf al-Qārdawi sebagai

mana yang dituliskan di dalam kitab Fikih al-Zakāh adalah bagian tertentu dari

harta yang dimiliki yang telah Allah wajibkan untuk diberikan kepada yang

mustahik (orang-orang yang berhak menerima zakat).40

Dalam Kitab Fath al-Qārib ditegaskan, zakat menurut syariat adalah nama bagi

suatu harta tertentu menurut cara-cara yang tertentu, kemudian diberikan kepada

sekelompok orang yang tertentu pula.41 Dalam kitab Fath al-Muin, zakat adalah

38 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 302.


39 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 527.
40 Yusuf al-Qārdawi Fikih al-Zakah Juz 1 (Al-Ḋaha 1427 H/ 2006 M ), h. 47.
41 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 158.
35

nama sesuatu yang dikeluarkan (diambil) dari harta atau badan dengan ketentuan

tertentu.42

Dalam kitab Kifayah al-Akhyar dirumuskan zakat adalah nama dari

sejumlah harta yang tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu dengan

syarat tertentu. 43
Sementara Syekh Kamil Muhammad Uwaidah menyatakan

menurut bahasa zakat berarti pengembangan dan pensucian. Harta berkembang

melalui zakat, tanpa disadari, di sisi lain mensucikan pelakunya dari dosa..44

Sedangkan al-Jazīri mengatakan zakat ialah memberikan harta tertentu sebagai

milik kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang

ditentukan.45 Ibrāhim Muhammad al-Jamâl memaparkan zakat ialah sejumlah harta

yang wajib dikeluarkan dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya

apabila telah mencapai niṣab tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula. 46 Sayyid

Sabiq dalam kitab Fikih al-

Sunnah menerangkan

‫ف َق َر ِاء‬ ِ ِ
ُ ‫س ا ُن ِم ْن َح ق اللَه ت َع َال َإل ال‬
‫اِل‬ ِ ِ
َ ْ‫اس م ل اَ َُْي ر ُج ُه اْ ن‬
ُِ
ْ ‫هلزك اة‬
َ ‫ا‬
ِ ِ ‫و ُِس يهت َز ك اةُ مِل ا ي ُك و ُن فِي ه ا ِم ْن رج ا ِء ال ب‬
ْ ‫ َو ت ِز ِك ي ة الن‬، ‫ك ة‬
‫ف ِس‬ َ ََ َ َ َ ْ َ
َِ . ‫ات‬
. ُ‫ف إ َن اَ َم ْأ ُخ ْوذُ ة ِم ْن ا ل َزك اة‬ ِ ‫ب ْل ير‬ ِ ‫و تن ِم ي‬
ِ ‫ت َها‬
َ َ َ
Artinya :
Zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah swt. yang
dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat, karena di
dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan

42 Zainuddin Ibn Abd Aziz al-Mâlîbary, Fath al-Mu’în, (Kairo: Maktabah Dar al-Turas,
1980), h. 50.
43 Imam Taqi al-Dīn, Kifâyah al Akhyâr, (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1973), h. 386.
44 Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita,( Jakarta:: Pustaka al-Kautsar, 1998), h. 263.
45 Abdurrrahmân al-Jazirî, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib alArba’ah,( Beirut: Dâr al-
Fikr, 1972 M), h. 449.
46 Ibrahim Muhammad al-Jamâl, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah,,( Semarang: CV
AsySyifa, 1986 M), h. 180.
36

jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan. Karena sesungguhnya


hal tersebut didapatkan dari mengeluarkan zakat.47

2. Dalil-dalil disyariatkannya zakat dalam Islam

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian

menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan

zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan

baik. Oleh karenanya, zakat memiliki landasan hukum dalam Al-Quran, hadiṡ,

dan ijma’ a. Dalil Al-quran

Allah swt. berfirman di dalam QS. Al-Taubah/10: 103

َ ‫ص ِل‬ ِ ِ َِ ‫مِِل‬ ِ
‫تك َس َكن‬ َ ‫ع لي ِهم إهن‬
َ ‫ص َٰلو‬ َ ‫ِرهم َُوت ز كيهم بِا َو‬ َ ‫ُخ ذ من َأم َٰو‬
ُ ‫ص َدقة ت ط ه‬
َُّ ‫هلِم َو‬
‫ٱهلل َِس ي ع َعلي م‬
Terjemahnya :
Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.48
Berdasarkan ayat diatas dalam tafsir Al-Muyassar dikatakan bahwa

Ambilah (wahai nabi), dari sebagian harta benda orang-orang yang telah bertaubat

yang mencampur adukan antara amal ṣalih dan perbuatan buruk lain, sedekah

(zakat) yang membersihkan mereka dari kotoran dosa-dosa dan mengangkat

mereka dari golongan orang-orang munafik menuju derajat orang-orang yang

ikhlas, dan berdoalah kepada Allah bagi mereka untuk mengampuni dosa-dosa

mereka, dan mintakanlah ampunan bagi mereka dari dosa-dosa itu. Sesungguhnya

doamu dan permintaan ampunanmu akan menjadi rahmat dan ketenangan bagi

mereka. Dan Allah maha mendengar tiap-tiap doa dan ucapan, maha mengetahui

47 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz I, ( Kairo: Maktabah Dar Al-Turas, t.t), h. 327.
48 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 203.
37

keadaan-keadaan hamba-hamba dan nita-niat mereka. Dan dia akan memberikan

balasan kepada setiap orang yang berbuat sesuai dengan perbuatannya.49

Ambillah wahai Rasul dari harta mereka sebagai zakat yang akan

membersihkan mereka dari noda-noda maksiat serta dosa dan mengembangkan

kebaikan mereka. Dan panjatkanlah doa untuk mereka setelah kamu mengambil

zakat dari mereka. Sesungguhnya doamu adalah rahmat dan ketentraman bagi

mereka. Dan Allah Maha Mendengar doamu lagi Maha Mengetahui amal

perbuatan dan niat mereka.50

Wahai nabi, ambillah sebagian harta-harta orang-orang muslim sebagai

sedekah wajib, yang menjadi sebab penghapus dosa mereka, dan mendorong

mereka untuk berbuat kebaikan. Maka doakanlah dan mintakanlah ampunan bagi

mereka. Sesungguhnya doa dan permohonan ampunmu itu akan menjadi sebab

keteguhan diri mereka. Allah itu Maha Mendengar pengakuan mereka dan doamu

untuk mereka. Ayat tersebut bukan menunjukkan sebab khusus melainkan umum

bagi seluruh harta dan seluruh manusia, karena ungkapannya menggunakan lafaẓ

yang umum bukan khusus.51

َِّ‫صدقَة‬ ْ ِّ ‫( ُخ ْذ‬ambillah zakat dari sebagian harta mereka) Terdapat


َ ِّ ‫من ِّأ َْم ٰو ل ه ْم‬

pendapat mengatakan yang dimaksud adalah zakat yang wajib dikeluarkan. Dan

pendapat lain mengatakan: ini merupakan sedekah yang hanya diwajibkan atas

orang-orang yang mengakui kesalahannya tersebut, karena setelah penerimaan

taubat mereka lalu mereka menawarkan harta mereka kepada Rasulullah, sehingga

turun ayat ini yang memerintahkan Rasulullah untuk mengambil sebagian harta

49 Nukhbah Min al-‘Ulamā, al-Tafsir al-Muyassar, (Cet. II; al-Madinah al-


Munawwarah : Majma’ al-Malik Fahd 1430), h. 203.
50 Jamāah Min Al-‘Ulamā, Al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr Al-Quran Al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;
Markaz Tafsīr Liddirāsāti Al-Qurāniyah 1436 H), h. 203.
51 Abi Al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad Al-Wāhidī, Tafsīr Al-Wajīz, (Cet. I; Beirut Dār Al-
Qālamī 1995) h. 203.
38

mereka, dan bukan seluruhnya. ‫ َُز كي هم ِّ بهَا‬‰‫طَُ ه ُرھُ ْم ِّ َوت‬‰‰‫( ت‬dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka) yakni kamu membersihkan mereka dari

dosa-dosa mereka wahai Muhammad dengan sedekah yang diambil dari mereka.

Makna pembersihan disini adalah menghilangkan bekas-bekas dosa yang masih

menempel pada mereka. Adapun pensucian adalah pembersihan yang lebih lagi.

‫لي ه ۖ ِّْم‬
َْ ‫ص لِّ َع‬
َ ‫ ( َو‬dan mendoalah untuk mereka) yakni berdoalah bagi mereka setelah

ََِّ ‫لو‬
kami mengambil sebagian harta mereka. ِّ‫تك َس َكنٌِّلهَُّ ْم‬ َ َِّّ‫ ( إن‬sesungguhnya doa kamu
َٰ ‫ص‬

itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka) makna (‫ )السكن‬yakni apa yang dapat

menentramkan dan mendamaikan jiwa mereka.52

Kemudian di ayat yang lain Allah swt. berfirman di dalam QS.

‫يمواْ ٱل هصل ََٰوة َوءاتواْ ٱهلز َك َٰوةَ َوٱ َركعواْ َم َع ٱ هلر َٰكعِ َي‬ِ
alBaqarah/2: 43 ُ ‫َوأق‬
Terjemahnya :
Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuk lah bersama orang
orang yang rukuk.53

Tafsir ayat diatas menyebutkan bahwa tunaikanlah sholat secara sempurna

dengan melaksanakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunnah-sunnahnya.

Bayarkanlah zakat harta yang telah Allah berikan kepada kalian. Dan tunduklah

kalian kepada Allah bersama umat Muhammad saw. yang tunduk kepadanya.54

َِّ‫صلَ ِةَّ َوآت ُواِّال َّز َكاة‬


َّ ‫( َوأ قَي ُمواِّال‬dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat) Yakni Allah

memerintahkan orang-orang Yahudi untuk memeluk Islam kemudian menjalankan

sholat sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. dan juga

memerintahkan mereka untuk membayar zakat dan mengerjakan sholat dalam

jama’ah. ِّ َ‫( َوارْ َكع ُواِّ َم ِ َّعالرَّا ك عين‬dan ruku’lah beserta orang-orang yang rukuk) Karena

52 Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqār, Zubdatu al-Tafsīr (Daulah Qatar Wizāratu


alAuqāf al-Syuūni al-Islamiyah Idaratu al-Syuūni al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h. 203.
53 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 7.
54 Nukhbah Min Al-‘Ulamā, Al-Tafsir Al-Muyassar, (Cet II Al-Madinah Al-
Munawwarah : Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 7.
39

dalam sholat orang Yahudi tidak terdapat rukuk. Dan dalam ayat ini terdapat

petunjuk agar mengikuti sholat berjama’ah bersama kaum muslimin dan pergi ke

masjid. Jumhur ulama meyatakan bahwa sholat berjamaah di masjid hukumnya

sunnah mu’akkad karena dalam menjalankannya terdapat banyak maslahat dunia

dan akhirat.55

Allah swt. berfirman dalam QS. Al-An’am/6: 141

ًِ ‫عروش ت وٱل هنخ َِل وٱهلزرع ُم‬


‫تلفا أ ُكل ُِه ۥ‬ ٰ َٰ ‫أنش َأ َِج َٰنهت‬ ِ
ُ َ َ َ َ ‫َري َم‬ َ ‫مهعروش ت َوغ‬ َ ‫َو ُه َو ٱهلذ ِي‬
‫ص اد‬ َٰ ‫تشبها َو َغ َري ُم‬
َ ‫تشبه ُكلو اْ من ثََرۦ ٓه إ َذا أ َثَر َوءاتُو اْ َح هقهُ ۥ يو َم َح‬ َٰ ‫َوٱهلزيتو َن َوٱل رمها َن ُم‬
‫ريف‬ ِ
َ ‫ي ب ٱلُس‬
ُ ‫هۖۦِّ واَل تسرفواْ إنهۥ ُه اَل‬
Terjemahnya :
Dan dialah yang menjadikan tanman-tanaman yang merambat dan tidak
merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun
dan delima yang serupa(bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya).
Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya(zakatnya)
pada waktu memetik hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.56

Tafsir penjelasan mengenai ayat ini, sebagai berikut:

Dan Allah dia lah yang menciptakan bagi kalian kebun-kebun, yang
diantaranya ada kebun yang batangnya tidak menyentuh permukaan
tanah seperti pohon anggur, dan diantaranya ada kebun yang tidak
menjalar tinggi di atas permukaan tanah, akan tetapi berdiri tegak di atas
batang pokoknya, seperti pohon kurma dan tanam-tanaman lain yang
memiliki cita-rasa yang berbeda-beda, dan pohon zaitun dan pohon
delima yang saling serupa bentuk fisiknya, namun berbeda buah dan
rasanya. Wahai manusia, makanlah dari hasil buahnya bila telah berbuah,
dan serahkanlah zakatnya yang wajib atas kalian pada hari dipetik dan
dipanennya. Dan janganlah kalian melewati batas-batas keseimbangan
dalam urusan pengeluaran harta, memakan makanan dan yang lainnya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas-
batasnya, dengan cara menginfakan harta tidak sesuai aturannya.57

55 Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqār, Zubdatu Al-Tafsīr (Daulah Qatar


Wizāratu Al-Auqāf Al-syuūni Al-Islamiyah Idaratu Al-Syuūni Al-Islamiyah 1428 H/2007 M ),
h.7.
56 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 146.
57 Nukhbah Min al-‘Ulamā, al-Tafsir al-Muyassar, (Cet II al-Madinah al-Munawwarah :
Majma’ al-Malik Fahd 1430), h. 146.
40

Dan Allah yang menciptakan kebun-kebun yang terhampar di muka


bumi, baik berupa tanaman-tanaman yang tidak mempuyai batang
maupun pepohonan yang memiliki batang. Dia lah yang menciptakan
pohon kurma dan menciptakan tanaman-tanaman yang beraneka ragam
buahnya dari segi bentuk dan cita rasanya. Dan dia lah yang menciptakan
buah zaitun dan buah delima yang daunnya serupa tetapi rasanya
(buahnya) berbeda. Makanlah wahai manusia dari buahnya apabila
tanaman itu berbuah, dan tunaikanlah zakatnya pada waktu panen. Dan
janganlah kalian melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh
syariat ketika memakannya dan membelanjakannya. Karena Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas dalam masalah tersebut
maupun masalah lainnya. Bahkan Dia murka kepada orang-orang
semacam itu. Sesungguhnya Allah menciptakan semua hal yang
dihalalkan itu untuk hamba-hambanya. Maka orang-orang musyrik tidak
berhak mengharamkannya.58

Dialah Allah yang telah menjadikan kebun-kebun dan pepohonan yang


tinggi dan rimbun juga pepohonan yang tidak tinggi tanpa daun yang
rimbun. Juga Dia telah menjadikan pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buah dengan berbagai macam rasa dan aroma. Juga
menjadikan zaitun dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tidak
sama rasanya, padahal dalam tanah yang sama dan air yang sama.
Makanlah buahnya yang bermacam-macam itu bila dia berbuah meskipun
belum masak, dan tunaikanlah zakatnya di hari memetik hasilnya dengan
disedekahkan kepada fakir miskin. Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam

58 Jamāah Min al-‘Ulamā, al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr Al-Quran al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;


Markaz Tafsīr Liddirāsāti al-Qurāniyah 1436 H), h.ِّ146.
41

memakannya atau dalam menyedekahkannya. Sesungguhnya Allah tidak


menyukai orang yang berlebih-lebihan dan melampaui batas syariat.59

ِِّّ ‫َِّأ َِّجن ِة‬‰‫ َّ ِوال َّذىِّٓأن ََش‬‰ُ‫( َوھ‬Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun) Yakni
ٰ ‫( َّم ْعر‬yang berjunjung) Yakni yang terangkat
yang menciptakan kebun-kebun. ِّ‫ُوش ت‬

ٰ ‫ ر‬‰‰ْ‫( َو َغ ْي َّ ِر َمع‬dan yang tidak berjunjung) Yakni dan Dia


diatas tiang-tiang. ِّ‫ُوش ت‬

menciptakan kebun-kebun lain yang tidak memiliki tiang-tiang yang

menjunjungnya. Terdapat pendapat mengatakan yang dimaksud dengan (

‫ )المعروشات‬yakni tanaman yang menjalar di tanah seperti anggur, dan semangka.

Dan (‫ )غي ِّرالمعروشات‬yakni yang tumbuh dengan batang pohon seperti kurma dan

pohon-pohon yang lain. ُ‫ف اِّأ ُُكل ۥه‬‰‰َ‫( ُم ْخت ل‬yang bermacam-macam buahnya) Yakni

dalam hal rasanya. Atau berbeda-beda buahnya dan bagian yang dimakan seperti

daun atau biji. Allah memberi kenikmatan berupa perbedaan rasa-rasa tersebut

sebagai bentuk kelembutannya

kepada para hambanya. ِّ َ‫( َوال َّزيْت ُونَِّ َوالرُّ َّمان‬zaitun dan delima) Yakni juga menciptakan

zaitun dan delima. ِّ‫تش ب ۚه‬


َ ٰ ‫تش ب ها ِّ َو َغ ْي َّ ِر ُم‬
َ ٰ ‫( ُم‬yang serupa (bentuk dan warnanya) dan

tidak

sama (rasanya)) Ayat ini telah dijelaskan tafsirannya sebelumnya pada ayat 99

َْ ُّ‫َو َءات ُواِّ۟ َحقَّ ِهۥ‬


dalam surat ini. ِّ‫( إذَِّآأثَ َم َْر‬bila dia berbuah) Meskipun belum dipanen. ِّ‫يو َم‬

ِّ‫ا دۦ ۖه‬‰‰‰‫ص‬
َ ‫( َح‬dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya) Ada pendapat

mengatakan yang dimaksud adalah zakat biji-bijian dan buah-buahan. Pendapat

lain mengatakan bahwa pemilik kebun wajib memberi orang yang hadir di waktu

59 Abi Al Hasan ‘Ali ibn Ahmad al-Wāhidī, (Cet. I; Beirut: Dār al 1995 M)
h. 146.
- Tafsīr Al-Wajīz, -Qālamī
42

panen dari orang-orang miskin dengan ukuran satu genggam atau satu ikat atau
ۚ
ukuran lainnya. ِّ۟‫( َو َْل ِّتسُْ رف ُٓوا‬dan janganlah kamu berlebih-lebihan) Yakni ketika

makan atau ketika bersedekah.60

Allah swt. berfirman di dalam QS. Al-Baqarah/2: 83

ِ ِ ٰ ‫وإذ أخَذ َن ِم ٰيثَ ق ب ِن‬


‫ٱيل‬ َٰ ‫إحس ا َن َوذي ٱل ُق‬
َ ‫رب َو‬ َ ‫لدي ِن‬ َٰ ‫لل َو‬
َ ‫بٱلو‬ ََّ ‫تعبدو َن إهال ٱه‬
ُ ‫يل اَل‬
َ ‫إسرء‬
َ َ َ

ِ ِ َٰ
‫ت َوهليتم‬
َ ‫ثه‬
ُ َ‫َو ة‬
َٰ ‫هصلو ةَ َوءاتو اْ ٱهلزك‬
َٰ ‫أقيمو اْ ٱل‬
ُ ‫للنهاس ُحسنا َو‬ ْ ‫ت َم َٰى َوٱلَ َٰسك ِي َو‬
‫قولو ا‬

‫معرض و َن‬
ُ ‫إهال قليال ِمن ُكم َوأنتم‬

Terjemahnya :
Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang
tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur
katalah yang baik kepada manusia, laksanakan sholat dan tunaikanlah
zakat. Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian
kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.61

Ingatlah wahai Bani Israil ketika kami mengambil janji yang dikukuhkan

dari kalian agar kalian beribadah kepada Allah semata tidak ada sekutu baginya,

hendaknya kalian berbuat baik kepada kedua orang tua, dan orang-orang dari

kaum kerabat,dan sedekah kepada anak-anak yang bapak-bapak mereka

meninggal dunia sebelum mereka berusia balig, dan kepada orang-orang yang

membutuhkan yang tidak memiliki apa yang mencukupi kebutuhan mereka, dan

hendaklah berkata kepada sekalian manusia dengan tutur kata yang terbaik

60 Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqār, Zubdatu Al-Tafsīr (Daulah Qatar Wizāratu


al-Auqāf al-syuūni al-Islamiyah Idaratu Al-Syuūni Al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h. 146
61 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 12
43

disertai dengan melaksanakan sholat, membayar zakat. Tapi kemudian kalian

berpaling dan melanggar perjanjian itu (kecuali sebagian kecil dari kalian yang

terus diatas janji itu), sedang kalian berkelanjutan dalam keberpalingan itu.62

Dan ingatlah wahai Bani Israil tentang perjanjian kuat yang kami ambil
dari kalian, bahwa kalian akan mengesakan Allah dan tidak menyembah
tuhan lain bersamanya, kalian akan berbuat baik kepada kedua orang tua,
sanak famili, anak-anak yatim dan orang-orang miskin yang
membutuhkan, kalian akan mengucapkan kata-kata yang baik kepada
manusia untuk menyuruh berbuat kebaikan dan melarang kemungkaran
tanpa kekerasan dan tanpa tekanan, kalian akan melaksanakan salat secara
sempurna sebagaimana perintah yang diberikan kepada kalian, dan akan
membayar zakat dengan cara memberikannya kepada orang-orang yang
berhak menerimanya dengan suka rela. Namun setelah perjanjian itu kalian
justru berpaling dan enggan menepatinya.63

Wahai Rasul, ingatlah isi perjanjian yang diucapkan oleh Bani Israil

bahwa mereka tidak akan menyembah selain Allah, berbakti kepada orang tua

baik dengan interaksi yang baik, tawadhu’, dan melaksanakan perintah mereka.

Kemudian berbuat baik kepada tetangga, menyambung silaturrahmi serta

memenuhi hak-hak mereka. Kemudian berbuat baik kepada anak-anak yatim-

piatu yang telah kehilangan orang tua mereka sejak kecil, juga kepada para fakir

miskin yang tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. Interaksi dengan sesama

dengan interaksi yang baik dan terpuji. Melaksanakan sholat tepat pada waktunya

serta menunaikan zakat. Namun, pada kenyataannya kalian mengingkari

perjanjian ini, hanya sedikit yang menepatinya, seperti Abdullah bin Salam dan

62 Nukhbah Min Al-‘Ulamā, Al-Tafsir Al-Muyassar, (Cet II Al-Madinah Al-


Munawwarah : Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 12.
63 Jamāah Min Al-‘Ulamā, Al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr Al-Quran Al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;
Markaz Tafsīr Liddirāsāti Al-Qurāniyah 1436 H), h. 12.
- Tafsīr Al-Wajīz, -Qālamī
44

para sahabatnya. Adapun kalian ingkar terhadap perjanjian ini dengan penuh

pengingkaran.6465

َ ‫أخذ ْنَا ِّ ميثاَقَِّب نَ ِّي إس َْرا‬


ِّ‫ئيل‬ َ ‫( َّ ِو إ ِّْذ‬Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari

Bani Israil ) Yakni perjanjian yang diambil Allah atas Bani Israil dalam kehidupan
ََِّّّ
mereka yang disampaikan oleh para nabi. ‫ل‬‰‰‰‫ِّال‬ ‫ ُدوُنَ ِّ إ َّْل‬‰‰‰‫( َْل ِّت َْعب‬janganlah kamu

menyembah selain Allah) yakni perjanjian untuk mentauhidkan Allah dalam

ْ ‰‫( َو ب‬dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa) Yakni


َْ ‫د‬‰‰‫ال َوا ل‬‰
ibadah. ‫ان ا‬‰ ‫ي نِّ إحْ َس‬

dengan bergaul dengan mereka dengan baik, bertawaḋu di depan mereka, dan

ِّ ٰ َ‫( َو ذي ِّْالقرُْ ب‬kaum kerabat) Yakni berbuat baik kepada


mematuhi perintah mereka. ‫ى‬

kerabat dengan menjaga hubungan dengan mereka dan membantu memenuhi

yang mereka

butuhkan sesuai dengan kesanggupan. ِّ‫ا َ َم ٰى‬‰ َ‫( َو ْاليت‬anak-anak yatim) Istilah yatim

untuk manusia adalah anak yang kehilangan bapaknya, sedangkan untuk hewan

adalah yang kehilangan ibu/induknya. ِّ‫( َو ْال َم َسا كي ن‬dan orang-orang miskin) Miskin

adalah orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya; dan menurut

kebanyakan ahli bahasa dan sebagian ahli fikih, miskin lebih parah keadaannya

daripada fakir, dan diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa fakir lebih parah

daripada miskin. ِّ‫( َو ق ُول ُواللنَّا ِّس ُحسْن ا‬serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada

manusia) Yakni ucapkanlah ucapan yang baik, dan semua ucapan yang menurut

syari’ah adalah baik maka ia termasuk dalam apa yang diperintahkan dalam ayat

ini. َِّ‫( َوآت ُواِّال َّز َكاة‬dan tunaikanlah zakat) Yakni zakat yang biasa kalian (orang-orang

64 Abi Al Hasan ‘Ali ibn Ahmad Al-Wāhidī, (Cet. I; Beirut Dār Al


65 ) h. 12.
45

Yahudi) keluarkan. Ibnu Aṭiyyah berkata: cara mereka mengeluarkan zakat adalah

dengan meletakkan zakat tersebut, apabila zakat itu disambar oleh api maka

berarti diterima oleh Allah dan apabila tidak maka berarti tidak diterima oleh

Allah. ِّ‫وليَّْت ُْم‬‰‰‫ت‬


َ ‫ثم‬ َُِّّ (Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu) Yakni melanggar

perjanjian itu dengan tidak mengamalkan apa yang ada dalam perjanjian bahkan

َ َِّّْ‫( إل‬kecuali sebahagian kecil daripada kamu)


kalian tinggalkan itu semuanya. ِّ‫ق لي َل‬

Dan diantara mereka adalah Abdullah bin Salam dan para sahabatnya yang

beriman kepada Nabi Muhammad Saw.66 Allah swt berfirman di dalam Q.S.

‫بٱألخ ر ِة ُهم يوقنو َن‬


ِ ‫هصلو َة َوي ُؤ تو َن ٱهلز َك َٰو َة َو ُهم‬ ‫يمو َن ٱل‬ ِ ‫ٱهلذ‬
ِ
Luqman/31: 4
َٰ ُ ‫ين يق‬
َ

Terjemahnya :
(yaitu) orang-orang yang melaksanakan sholat, menunaikan zakat dan
mereka yang menyakini adanya akhirat.67

Yaitu orang-orang yang menunaikan shalat dengan sempurna pada

waktunya, membayar zakat yang diwajibkan atas mereka kepada orang-orang

yang berhak menerimanya, dan mereka juga beriman kepada kebangkitan dan

balasan di alam akhirat.68

66 Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqār, Zubdatu Al-Tafsīr (Daulah Qatar


Wizāratu Al-Auqāf Al-syuūni Al-Islamiyah Idaratu Al-Syuūni Al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h.
12.
67 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 411.
68 Nukhbah Min Al-‘Ulamā, Al-Tafsir Al-Muyassar, (Cet II Al-Madinah Al-
Munawwarah : Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 411.
- Tafsīr Al-Wajīz, -Qālamī
46

Yaitu orang-orang yang mengerjakan salat dengan sempurna dan

memberikan zakat hartanya serta mereka meyakini adanya kebangkitan,

perhitungan dan pembalasan di Akhirat.69

(Yaitu) orang-orang baik yang melaksanakan shalat secara sempurna pada

waktunya, membayar zakat yang diwajibkan untuk orang-orang yang berhak dan

meyakini adanya akhirat dan segala sesuatu yang ada di dalamnya berupa

pembangkitan, hisab, pembalasan dan lain-lain.7071

‫خر ةِّھُ ِّْمي ُو قن ُو َّ ِن‬ ْٰ ‫صلَ ٰو ِةَّ َويُْؤ ت ُونَِّال َّز َك ٰو ِةَّ َوھُ ِّم‬
َ ْ‫بال‬ َّ ‫ ا َّل ذينَِّي قُي ُمونَِّال‬orang-orang yang )yaitu((

mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri

akhirat) Allah menyebutkan tiga jenis ibadah ini karena ketiganya adalah ibadah

yang paling utama. Dan Allah menyandingkannya dengan keimanan dengan hari

akhir karena ia akan mengarahkan orang ini kepada ketakwaan kepada Allah dan

mengikuti petunjuknya.72

Allah swt. berfirman di dalam Q.S. Al-Taubah/9:

‫هل يعطواْ ِمنهَا إذَا‬ ِ ِ َ ‫ف ٱل‬ ِ ‫زك‬ ِ ‫و ِمنهم مهن‬58


ُ ‫هصد ٰقَت فإن أعطواْ م َنها‬
َ ‫رض ْوا َوإن‬ َ ‫يلم‬ ُ َ

‫يسخطو َن‬
َ ‫ُهم‬
Terjemahnya :

69 Jamāah Min Al-‘Ulamā, Al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr Al-Quran Al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;


Markaz Tafsīr Liddirāsāti Al-Qurāniyah 1436 H), h. 411.
70 5Abi Al Hasan ‘Ali ibn Ahmad Al-Wāhidī, (Cet. I; Beirut Dār Al
71 ) h. 411.
72 Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqār, Zubdatu Al-Tafsīr (Daulah Qatar
Wizāratu Al-Auqāf Al-syuūni Al-Islamiyah Idaratu Al-Syuūni Al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h.
411.
47

Dan diantara mereka ada yang mencelamu tentang (pembagian) sedekah


(zakat), jika mereka diberi bagian, mereka bersenang hati, dan jika mereka
tidak diberi bagian, tiba-tiba mereka marah.73

Dan diantara orang-orang munafik ada orang yang mencelamu dalam

pembagian sedekah. Kemudian bila ada bagian yang mereka dapatkan darinya,

mereka akan ridho dan diam saja. Dan apabila tidak ada bagian darinya yang

mendatangi mereka, mereka akan murka kepadamu dan mencelamu.74

Dan sebagian dari orang-orang munafik itu mencelamu wahai Rasul dalam

pembagian zakat tatkala mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Jika kamu memberi mereka apa yang mereka minta, mereka suka kepadamu.

Tetapi jika

73 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 196.


74 Nukhbah Min Al-‘Ulamā, Al-Tafsir Al-Muyassar, (Cet II Al-Madinah Al-
Munawwarah : Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 196.
- Tafsīr Al-Wajīz, -Qālamī
48

kamu tidak memberi mereka apa yang mereka minta, mereka akan menunjukkan

kekecewaan mereka.75

Dan sebagian orang-orang munafik itu mencelamu wahai Nabi terkait

pembagian sedekah. Jika kamu memberi mereka sedekah dengan jumlah yang

mereka sukai, niscaya mereka akan meridhaimu dalam pembagian itu, namun jika

tidak, mereka akan marah, mengkritik dan menghujat keadilan dan pembagianmu.

Ayat ini turun terkait Ẓil Khuwaisīrah At-Tamimī saat berkata: “Adillah wahai

rasulallah”, Lalu Nabi berabda: “Kalau aku tidak adil, siapa lagi yang akan adil?. 76

َ ٰ ‫ك فىِّالصَّد‬
ِّ‫ق ت‬ َِّ ‫( َو م ْنهُ ِّم َّمنِّيَلْ م ُز‬Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu

tentang (distribusi) zakat) Yakni diantara orang-orang munafik itu terdapat

golongan yang mencelamu dalam hal pembagian zakat. ‫(فَإ نِّْأ ُْعطُواِّ۟ م ْنهَا‬jika mereka

diberi sebahagian dari padanya) Yakni sebagian dari sedekah dengan bagian yang

sesuai keinginan mereka. ‫(رض ُِّو ۟ا‬


َ mereka bersenang hati) Atas apa yang dilakukan

Rasulullah, dan mereka tidak mencelanya. Sebab mereka tidak mengharapkan

kecuali kenikmatan dunia tanpa ada landasan agama sedikitpun. ‫( َو إنِّلَّ ِّْمي ُْعطَوْ اِّ۟ م ْنهَآ‬dan

jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya) Sesuai dengan apa yang mereka

inginkan dan minta. ِّ َ‫( إذاَ ِّھُ ْم ِّيَ ْس َخطُون‬dengan serta merta mereka menjadi marah)

Menunjukkan kekesalan dan ketidakrelaan.77

Allah berfirman di dalam Q.S. Al-Mujadilah/58: 13

75 Jamāah Min Al-‘Ulamā, Al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr Al-Quran Al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;


Markaz Tafsīr Liddirāsāti Al-Qurāniyah 1436 H), h. 196.
76 Abi Al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad Al-Wāhidī, Tafsīr Al-Wajīz, (Cet. I; Beirut Dār Al-
Qālamī 1995) h. 196
77 Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqār, Zubdatu Al-Tafsīr (Daulah Qatar
Wizāratu Al-Auqāf Al-syuūni Al-Islamiyah Idaratu Al-Syuūni Al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h.
196
49

ِ
ْ‫فأقيمو ا‬
ُ ‫ٱهلل َعلي ُكم‬
َُّ ‫ب‬ َ ‫ص َد ٰقَت فإذ َل‬
َ َ‫تفعلواْ َوت‬ َ ‫ي َيدي نََو ٰىَ ُكم‬
َ ‫ءأش َفقتم أن ت َق د ُمو اْ ب‬
ْ‫هصلو َة َوءَاتو ا‬
َٰ ‫ٱل‬

‫تعم لو َن‬ ِ َُّ ‫رسولۥ ۚهُ َو‬ ِ ‫ٱهلز َك ٰو َة و‬


َ ‫با‬َ ُ‫ٱهلل َخبري‬ ُ ‫لل َو‬
ََّ ‫أطيعو اْ ٱه‬ َ َ
Terjemahnya :
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan
sedekah sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika
kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu,
maka laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada
Allah dan Rasulnya! dan Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.78

Apakah kalian takut miskin bila kalian memberikan sedekah sebelum

kalian berbicara empat mata dengan Rasulullah Bila kalian tidak melakukan apa

yang diperintahkan kepada kalian dan Allah mengampuni kalian, memberikan

keringanan kepada kalian dengan membolehkan kalian tidak melakukannya, maka

tegakkanlah shalat, berikanlah zakat dengan teguh dan konsisten, serta taatilah

Allah dan Rasulnya dalam apa yang diperintahkan kepada kalian. Allah Mahateliti

terhadap amal-amal kalian dan akan membalas kalian atasnya.79

Apakah kalian khawatir menjadi fakir disebabkan karena mengeluarkan

sedekah jika kalian akan mengadakan pembicaraan dengan Rasul Jika kalian tidak

mampu mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dalam hal ini dan Allah

telah mengampuni kalian dengan memberikan keringanan bagi kalian untuk

meninggalkannya, maka kerjakanlah salat dengan sempurna, berikanlah zakat dari

hartamu dan taatilah Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

78 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 544.


79 Nukhbah Min al-‘Ulamā, al-Tafsir Al-Muyassar, (Cet II al-Madinah al-Munawwarah :
Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 544.
50

apa yang kalian kerjakan, tidak ada sesuatu pun dari perbuatan kalian yang luput

darinya dan dia akan membalas kalian atas perbuatan tersebut.80

Maka cukuplah kalian melaksanakan shalat di awal waktu, menunaikan

zakat fitrah. Istiqamahlah dalam itu semua, taatlah kepada semua perintah Allah

dan rasulnya. Allah Maha Mengetahui segala perbuatan kalian baik dhohir

maupun batin, dan semua itu akan Allah beri balasan. Ibnu Abbas berkata:

Sesungguhnya orang muslim mempunyai banyak pertanyaan kepada rasul saw.

sampai Rasul kerepotan. Sehingga Allah berkehendak meringankan beban

Nabinya. Maka turunlah ayat Apabila kalian hendak melakukan pembicaraan

khusus dengan Nabi. Ketika turun ayat ini, kebanyakan manusia menjadi

menyabarkan diri untuk tidak bertanya kepada Nabi. Sehingga setelah itu Allah

menurunkan ayat apakah kamu takut akan menjadi miskin?.81

َ ٰ ‫صد‬
ِّ ‫ق‬
‫ت‬ َُ ‫) َءأ َْشف ْقَت ُِّْمأنَِّت‬apakah kamu takut akan menjadi miskin(
َ ‫ق د ُمواِّ۟ب ْيَنَِّيَدىَِّْنَجْ َو ٰى ُك ِّْم‬

karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan

Rasul Yakni apakah kalian akan menjadi miskin dan kesusahan karena

mengeluarkan sedekah untuk itu? Muqatil mengatakan: hukum ini berlaku selama

sepuluh malam, kemudian dinasakh setalah itu. ‫لو ۟ا‬ ْ


ِ ُّ ‫(فَإ ِّْذلَ ِّْمتفَ َع‬maka jika kamu tiada

memperbuatnya) yakni melakukan sedekah yang diperintahkan kepada kalian

sebelum melakukan pembicaraan itu disebabkan kesulitan kalian. ِّ‫( َوتاَبَِّالل ِهُّ َعليَْ ُك ْم‬dan

Allah telah memberi taubat kepadamu) dengan memberi keringanan bagi kalian

80 Jamāah Min al-‘Ulamā, al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr al-Quran Al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;


Markaz Tafsīr Liddirāsāti al-Qurāniyah 1436 H), h. 544.
81 Abi al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad al-Wāhidī, Tafsīr al-Wajīz, (Cet. I; Beirut Dār al-Qālamī
1995) h. 544.
51

dengan membolehkan untuk tidak bersedekah terlebih dahulu. ِّ‫فَ أ‬

َِّ‫َّلو ِةَّ َو َءات ُو ۟اال َّز َك ٰوة‬


َٰ ‫(قَي ُمواِّ۟الص‬maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat) yakni jika kalian

tidak mampu mengeluarkan sedekah sebelum pembicaraan itu maka tetaplah

kalian mendirikan

shalat, menunaikan zakat, dan mentaati Allah dan Rasulnya. ِّ َ‫بير ب َماِّت َْع َملوُن‬
ٌٌِّۢ ‫( َوالل ِهُّ َخ‬dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan) dan Allah akan membalas

kalian.82

Allah swt. berfirman di dalam Q.S Al-Taubah/9: 60

ِ ‫َة ُق ل ومُُِب و‬
ِ ‫ف ٱل رق‬ ِ ‫ٱلع ِملي ع لَيهَا وٱل َُؤ هلف‬ ِ ‫إهنَّا ٱل هص د ٰقَت لل ُفق‬
ِ ٰ ‫َراء و‬
‫اب‬ َ َ َ َ َ َٰ ‫ٱلس ك ِي َو‬
َ َ ُ َ

‫ٱهلل َعلي م َح ِكيم‬


َُّ ‫فريضة ِم َن ٱهلَ َِّل َو‬ ِ
‫هسبيل‬ َِّ ‫س بِ ِيل‬
‫ٱهلل َوٱب ِن ٱل‬ ِ ِٰ
َ َ ‫َوٱلغَرم َي َوف‬

Terjemahnya :
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin,
amil zakat, yang dilunakkan hatinya(mualaf), (untuk memerdekakan)
hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.83

Sesungguhnya zakat-zakat wajib hanya diberikan kepada : orang-orang

yang membutuhkan yang tidak memiliki apapun, kaum miskin yang tidak

memiliki sesuatu yang mencukupi mereka dan menutupi kebutuhan mereka, para

petugas yang sibuk mengumpulkannya, orang yang dilembutkan hatinya sehingga

diharapkan keislamannya, atau diharapkan keimanannya bertambah kuat, atau

orang yang diharapkan bermanfaat bagi kaum muslimin, atau kalian dapat
82 Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqār, Zubdatu al-Tafsīr (Daulah Qatar Wizāratu
alAuqāf al-syuūni al-Islamiyah Idaratu al-Syuūni al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h. 544.
83 Kementerian Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 196.
52

menepis dengannya keburukan seseorang terhadap kaum muslimin, untuk

membebaskan hamba sahaya dan budak-budak yang ingin menebus dirinya,

orang-orang yang terkena tuntutan hutang dalam rangaka memperbaiki

persengketaan, atau orang yang terbebani oleh hutang-hutang yang tidak dipakai

untuk kerusakan maupun di hambur-hamburkan, lalu mereka kesulitan untuk

melunasinya, para pejuang di jalan Allah, serta musafir yang kehabisan bekal

perjalanan. Pembagian ini adalah merupakan kewajiabn yang diwajibkan oleh

Allah dan ditetapkannya. Dan Allah mahamengetahui maslahat-maslahat hamba-

hambanya, Maha Bijaksana dalam pengaturan dan ajaran syariatnya.84

Sesungguhnya zakat-zakat yang wajib itu harus diberikan kepada

orangorang fakir, yaitu orang-orang yang membutuhkan (bantuan), yang

sebenarnya mereka mempunyai harta dari profesi atau pekerjaan mereka tetapi

tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka namun kondisi mereka itu tidak kelihatan

kepada orang-orang miskin yang nyaris tidak mempunyai apa-apa dan keadaan

mereka bisa diketahui orang lain dengan melihat kondisi mereka atau ucapan

mereka kepada para petugas yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menghimpun

zakat kepada orang-orang kafir yang diluluhkan hatinya supaya mau memeluk

Islam, atau orangorang mukmin yang lemah iman supaya imannya menjadi kuat,

atau orang-orang yang dikhawatirkan kejahatannya; kepada para budak yang ingin

memerdekakan dirinya; kepada orang-orang yang terlilit hutang yang tidak

berlebih-lebihan dan tidak digunakan untuk kemaksiatan apabila mereka tidak

mampu membayar hutangnya kepada pihak-pihak yang bertugas menyiapkan

84 Nukhbah Min al-‘Ulamā, al-Tafsir al-Muyassar, (Cet II al-Madinah al-Munawwarah :


Majma’ al-Malik Fahd 1430), h. 196.
53

perbekalan bagi orangorang yang berjihad di jalan Allah; dan kepada para musafir

yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Membatasi pembagian harta zakat

pada golongan-golongan tersebut adalah kewajiban dari Allah. Dan Allah Maha

Mengetahui kemaslahatan hamba-hambanya, lagi Maha Bijaksana dalam

pengaturan dan penetapan

syariatnya.85

Sesungguhnya membayar zakat wajib itu hanya untuk 8 ashnaf (golongan),

yaitu orang-orang fakir yang tidak memiliki apapun, orang-orang miskin yang

memiliki harta yang tidak mencukupi, orang yang khusus mengumpulkan zakat,

orang-orang kafir yang disadarkan seorang Imam untuk masuk Islam (muallaf)

atau orang-orang Islam sedangkan mereka adalah orang-orang yang lemah dalam

Islam, atau untuk memerdekakan budak atau melepaskan perbudakan mereka dan

memerdekakan mereka, orang-orang yang berhutang yang meminta pinjaman

untuk diri sendiri dan tidak mampu membayar hutang-hutang mereka, orang-

orang yang berjihad dan berjuang di jalan Allah, dan orang yang keluar dari

negerinya untuk bepergian sekalipun dia orang kaya di negerinya. Allah

mewajibkan pembagian ini sebagai kewajiban dan ketentuan yang diperintahkan.

Dan Allah itu Maha Mengetahui kemaslahatan ciptaanNya dan Maha Bijaksana

dalam mengatur urusan-urusan mereka.86

ِ ُّ َ‫( إن ََّماِّالصَّد ٰق‬sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang


ِّ‫ت ْللفقَُ َرآ ء‬

85 Jamāah Min al-‘Ulamā, al-Mukhtaṣar Fī al-Tafsīr al-Quran al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;


Markaz Tafsīr Liddirāsāti al-Qurāniyah 1436 H), h. 196.
86 Abi al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad al-Wāhidī, Tafsīr Al-Wajīz, (Cet. I; Beirut Dār al-Qālamī
1995) h 196.
54

fakir) ketika orang-orang munafik mencela Rasulullah dalam pembagian sedekah

(zakat), Allah kemudian menjelaskan kepada mereka orang-orang yang berhak

mendapatkannya untuk mencegah tuduhan mereka dan menghentikan perbuatan

buruk mereka. Zayad ibn Hariṡ berkata: “seseorang mendatangi Rasulullah seraya

berkata: “berilah aku sebagian harta zakat”. Rasulullah menjawab: “sesungguhnya

Allah tidak rela menjadikan ketetapan seorang Nabi atau selainnya dalam hal

zakat sampai Allah sendiri yang menetapkannya, dan Allah telah membaginya

untuk delapan golongan, jika kamu termasuk satu dari golongan-golongan tersebut

ٰ ‫( ْللفقَُ َرآء َِّو ْال َم‬untuk orang-orang fakir dan orang-


maka aku akan memberimu”. ِّ‫س كي ن‬

orang miskin) Orang fakir adalah orang yang tidak memiliki apapun. Dalam

sebuah hadist disebutkan: para sahabat bertanya: “siapakah orang yang disebut

sebagai orang miskin wahai Rasulullah”. Rasulullah menjawab: “dia adalah orang

yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, namun tidak menunjukkan

kemiskinannya sehingga orang lain dapat bersedekah untuknya, dan ia tidak

ٰ ‫( َو ْال‬pengurus-pengurus zakat) Mereka adalah para


meminta-minta”. ‫ع م لينَِّ َعليَْهَا‬‰‰‰

ََّ ‫َو ْال ُمَؤ‬


petugas yang dikirim oleh penguasa untuk mengumpulkan zakat. ِّ‫ف‬‰‰‰‫ل‬

‫(ةِّقلُ ُوبهُُ ْم‬para mu’allaf yang dibujuk

hatinya) mereka adalah orang-orang kafir yang dibujuk hatinya oleh Rasulullah

agar mau memeluk Islam dan mereka masuk Islam karena berharap untuk diberi

harta zakat. ِّ‫ َو فىِّال رقَا ب‬untuk (memerdekakan) budak yaitu dengan dipakai untuk

membeli para budak untuk dimerdekakan. ِّ َ‫( َو ْال ٰغ ر مين‬orang-orang yang berhutang)

Mereka adalah orang-orang yang telah menumpuk hutangnya namun tidak mampu

melunasinya. Adapun orang yang terlilit hutang karena keborosannya maka ia


55

tidak boleh diberi harta zakat atau sedekah sampai ia bertaubat dan berhenti dari

keborosannya. Rasulullah juga telah memberikan sedekah kepada orang yang

bekerja memikul beban, dan memerintahkan untuk menolongnnya. ِّ‫ِّس بي ل‬


َ ‫َو فى‬

‫(هللا‬untuk
ِّ jalan Allah) Mereka adalah orang-orang yang berperang dan berjaga-jaga

di perbatasan, mereka diberi bagian harta zakat untuk membiayai perang dan

penjagaan mereka meskipun mereka orang-orang kaya. ِّ‫ ( َوابْ ن ِّالسَّ بي ۖل‬dan untuk

mereka yuang sedang dalam perjalanan) Dia adalah orang yang perbekalannya

habis dalam perjalanan dari negerinya, dia diberi bagian harta zakat meski dia di

negerinya adalah orang yang kaya. ‫ريضة ِّ منَ ِّهللا‬


َ َ‫ ( ِّۗ ف‬sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah) Yakni pembagian zakat hanya untuk golongan-golongan ini

merupakan hukum tetap yang diwajibkan Allah kepada hamba-hamba-Nya dan

melarang mereka untuk melanggarnya.87

‫ َومَا‬Allah swt. berfirman di dalam Q.S Al-Rum/30: 39


‫ي ُرب و اْ ِعن َد ٱهل َِّل َومَا ءاتيتم ِمن‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫يَرب َواْ ف أم َٰول ٱلنه ا ِس فاَل‬ ُ ‫من رب ل‬ ‫ءاتيتُم‬
َ َ‫فأو ٰل‬
‫ئك‬ َِّ َ‫ريدو َن وجه‬
ْ ‫ٱهلل‬ ُ ُ‫ت‬ ‫ز َك َٰوة‬

‫ُه ُم ٱلضع ُفو َن‬


ُ
Terjemahnya :
Dan sesuatu riba(tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh
keridhaan Allah, maka itulah orang yang melipatgandakan (pahalanya).88

87 Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqār, Zubdatu al-Tafsīr (Daulah Qatar Wizāratu


alAuqāf al-syuūni al-Islamiyah Idaratu al-Syuūni al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h. 196.
88 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 408.
56

Harta yang kalian berikan sebagai hutang dengan tujuan mendapatkan riba

dan mencari tambahan dari hutang tersebut, agar ia tumbuh dan menjadi banyak

pada harta-hara manusia, sebenarnya di sisi Allah ia tidak bertambah, karena

Allah justru menghancurkannya dan membatalkannya. Sementara apa yang kalian

berikan dalam bentuk zakat dan sedekah kepada orang-orang yang berhak

menerimanya demi mencari keriḋaan dari Allah dan pahala darinya, maka inilah

yang diterima dan dilipatgandakan oleh Allah dengan pelipatgandaan yang

banyak.89

Dan harta apa saja yang kalian berikan kepada salah satu dari manusia
dengan maksud agar dia mengembalikan kepada kalian dengan tambahan, maka
pahalanya tidak berkembang di sisi Allah. Dan harta apa saja yang kalian berikan
kepada orang yang membutuhkan yang kalian gunakan untuk mengharap wajah
Allah, bukan karena menginginkan kedudukan atau balasan dari manusia, maka
mereka inilah yang pahalanya akan digandakan di sisi Allah.90

Dan pinjaman harta yang kamu berikan dengan maksud riba dan mencari
tambahan dari ganti orang yang dipinjami supaya bertambah dan berkembang
sesuai perhitungan harta manusia, maka itu tidak akan bertambah di sisi Allah,
melainkan akan dihapus olehnya. Sedangkan zakat yang kalian berikan kepada
orang-orang yang layak menerimanya karena untuk mencari ridha Allah. Maka
mereka itu adalah orang-orang yang dilipatgandakan pahalanya sesuai keinginan
mereka. Mereka adalah memiliki pahala yang berlipat-lipat.91

‫( َو َمِّآ َءاتيَْت ِ ُّم منِّ ر با‬Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan) Yakni
mengharap tambahan harta tanpa pertukaran. ِّ‫ َُواِّ۟ فىِّٓأ َْم ٰو اِّل لنَّا س‬‰‰‰‰‫( ل يَرْ ب‬agar dia
bertambah pada harta manusia) Yakni agar hartanya bertambah. ‫ (ِّۖ فَلََِّيَرْ ب ُواِّ۟ عن َِّدهللا‬maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah) Yakni Allah tidak akan memberkahi
harta tersebut. Pendapat lain mengatakan tafsir ayat ini tidak demikian, namun
mayoritas ahli tafsir mengatakan bahwa makna riba pada ayat ini adalah hadiah
yang diberikan oleh sebagian orang bagi orang lain dengan harapan ia mendapat

89 Nukhbah Min Al-‘Ulamā, al-Tafsir al-Muyassar, (Cet II al-Madinah al-Munawwarah :


Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 408.
90 Jamāah Min Al-‘Ulamā, Al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr Al-Quran Al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;
Markaz Tafsīr Liddirāsāti Al-Qurāniyah 1436 H), h. 408.
91 Abi Al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad Al-Wāhidī, Tafsīr Al-Wajīz, (Cet. I; Beirut Dār Al-
Qālamī 1995) h. 408.
57

balasan darinya; hal seperti ini tidak akan bertambah di sisi Allah, ia tidak
mendapat pahala dan tidak pula mendapat dosa dari hadiah itu. Yakni seseorang
memberi orang lain sesuatu agar diganti dengan sesuatu yang lebih banyak, dan
membantu orang lain agar mendapat manfaat di dunia, maka manfaat dari bantuan
itu tidak bertambah di sisi Allah. Dan hal ini diharamkan atas Nabi saja,
sebagaimana firman Allah: ِّ‫“ ولْ تمنن تستكثر‬dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.” (Al-Muddassir:6) Ikrimah
berkata: riba ada dua macam; riba halal dan riba haram. Riba halal adalah dengan
memberi hadiah dengan harapan mendapat balasan yang lebih baik. Sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat ini. ِّ‫( َو َمآ ِّ َءاتيَْت ِ ُّم منِّ َز َك ٰو ةِّت رُيد ُونَِّ َوجْ ِهَّاهلل‬Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah)
yakni sedekah yang kalian berikan yang tidak kalian harapkan balasannya
melainkan mengharapkan apa yang ada di sisi Allah. ِّ َ‫وُن‬‰‫ِال ُمضْ عف‬ ْ ‫أو ٰ ٓل ئ َِّكھُ ُّم‬‰
ُ۟ َ‫(ف‬maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya))
yakni mereka diberi pada setiap kebaikannya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat.92

Allah swt. berfirman di dalam Q.S. Al-Ahzab/33: 33

َ‫َوة‬
َٰ ‫أقمن ٱل هص َٰلو َة َوءايتَ ٱهلزك‬ ََٰ ‫ت بَ َج ٱهَٰلِليه ِة‬
َ ‫ٱألول َو‬ َ ‫جن‬
َ ‫ت هَب‬
َ ‫ك هن واَل‬
ِ
ُ ‫َوق ر َن ف ب يوت‬
‫رسول ۚ ٓۥه إهنَّا‬ ِ
ُ ‫ٱهلل َو‬
ََّ ‫عن‬
َ ‫َوَأط‬
ِ ‫ٱلبيت ويط ِهركم‬
‫تطه يرا‬ ِ ‫أهل‬ ِ ِ َُّ ‫يريد‬
َُ َ َ ‫رجس‬
َ ‫ب َعن ُك ُم ٱل‬
َ ‫ٱهلل ل يذه‬ ُ

Terjemahnya :
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
(bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah terdahulu, dan laksanakanlah
sholat dan tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.93

Tetaplah kalian di rumah kalian, jangan meninggalkannya kecuali bila ada

hajat. Jangan memperlihatkan kecantikan kalian, seperti yang dilakukan oleh

wanita-wanita jahiliyah pertama di zaman-zaman yang telah berlalu sebelum

92 Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqār, Zubdatu Al-Tafsīr (Daulah Qatar


Wizāratu Al-Auqāf Al-syuūni Al-Islamiyah Idaratu Al-Syuūni Al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h.
208.
93 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 422.
58

Islam. Ini adalah pembicaraan kepada seluruh wanita Mukmin di setiap masa.

Tegakkanlah (wahai istri-istri Nabi) shalat dengan sempurna pada waktunya.

Bayarlah zakat sebagaimana yang Allah syariatkan. Taatilah Allah dan RasulNya

dalam perintah keduanya dan larangan keduanya. Allah mewasiatkan hal itu untuk

kalian karena Dia hendak membersihkan kalian dan menjauhkan kalian dari

keburukan dan gangguan wahai Ahlul Bait Nabi, (termasuk dalam hal ini adalah

istri-istri beliau dan anak keturunan beliau), dan menyucikan jiwa kalian

sesucisucinya.94

Menetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar darinya

kecuali karena ada keperluan, dan janganlah kalian tampakkan keindahan kalian

sebagaimana yang menjadi kebiasaan para wanita sebelum datangnya Islam, yang

menampakkannya untuk menggoda kaum lelaki. Dirikanlah salat dengan

sempurna dan tunaikan zakat harta kalian serta taatilah Allah dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya Allah berkehendak untuk menghilangkan kotoran dan dosa dari diri

kalian wahai para istri Nabi dan Ahlibaitnya, dan Allah berkehendak untuk

membersihkan jiwa kalian dengan cara menghiasinya dengan berbagai akhlak

yang utama dan membersihkannya dari kotoran-kotoran jiwa dengan sebersih-

bersihnya, tidak tersisa setelah itu satu kotoran pun.95

Menetaplah di dalam rumah, jangan terlalu banyak keluar tanpa keperluan

yang disyariatkan. Jangan kalian tampakkan perhiasan (bersolek/menampakkan

kecantikan) yang wajib kalian tutupi sehingga tidak mengundang syahwat para
94 Nukhbah Min Al-‘Ulamā, Al-Tafsir Al-Muyassar, (Cet II Al-Madinah Al-
Munawwarah : Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 422.
95 Jamāah Min Al-‘Ulamā, Al-Mukhtaṣar Fī Al-Tafsīr Al-Quran Al-Karīm,Juz 1 (Cet. III;
Markaz Tafsīr Liddirāsāti Al-Qurāniyah 1436 H), h. 422.
59

laki-laki. Dirikanlah shalat pada awal waktu, tunaikanlah zakat fitrah, dan taatilah

perintah syariat Allah dan rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hanya ingin

membersihkan kalian dari dosa-dosa dan mensucikan kalian dari segala yang

kotor wahai ahlu bait (keluarga nabi).” Maksud ahlul bait dalam ayat ini adalah

para istri Nabi. Al-syaukani mengatakan: Ini adalah kebenaran, ayat ini turun

kepada/untuk para istri Nabi. Sebelum ayat ini maupun sesudah ayat ini. Ayat ini

bukan untuk keluarga Ali dan istrinya Fatimah atau putera-puteranya ra. Seperti

maksud kata ahlul bait pada surat Hud adalah istri Nabi Ibrahim.96

ِّ‫( َوقَرْ نَ ِّ فى ِّبيُ ُو ت ُك َّن‬dan hendaklah kamu tetap di rumahmu) Ini merupakan

ِّ َْ ‫َو‬
perintah bagi mereka agar menetap dan berdiam diri di rumah-rumah mereka. ‫ل‬
ۖ
َّ ‫(تبَرَّجْ نَِّتبََرُّ َِّج ْال ٰج ه ل‬dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
‫ي ةِّاأْل ُولَ ِّٰى‬

orang-orang Jahiliyah yang dahulu) Makna (‫ )التبرج‬adalah perbuatan wanita yang

menampakkan perhiasaan dan kecantikannya yang harus ia sembunyikan yang

dapat mengundah syahwat laki-laki. َ‫ول ۚۥُِّٓه‬‰‰‰‫( َوأ طَ ْعنَِّالل ِهَّ َو َر ُس‬dan taatilah Allah dan

RasulNya) Dalam segala yang disyariatkan, dan taatilah Rasulullah dalam segala

urusan
ْ
َ ‫إنَّ َما ِّي رُي ُد ِّهللاُ ِّ لي ُذ‬
َ ْ‫ھب ِّعَن ُك ُم ِّال رج‬
.dunia yang dia perintahkan kepada kalian‫س ِّأھَْ َِّل‬

ِّ‫ي ت‬ ْ
َْ ‫(الب‬Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,

hai ahlul bait) Yakni wahai ahlul bait nabi, Allah ketakwaan dan ketaatan yang

Allah perintahkan kepada kalian adalah agar memebersihkan dosa yang

memperburuk kehormatan yang diakibatkan ketidak-taatan terhadap apa yang


ْ ‫( َويطَُ ه َر ُك ْم ِّت‬dan
diperintahkan Allah dan melakukan apa yang dilarangnya. ‫طَ هي را‬
96 Abi Al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad Al-Wāhidī, Tafsīr Al-Wajīz, (Cet. I; Beirut Dār Al-
Qālamī 1995) h. 422.
60

membersihkan kamu sebersih-bersihnya) Dari segala kotoran. Ahlul bait dalam

ayat ini menurut Ibnu Abbas, Ikrimah, Atha, dan Said bin Jabir adalah khusus

ditujukan kepada istri-istri Rasulullah. Dan ini adalah pendapat yang benar, sebab

ayat ini diturunkan bagi mereka, dan ayat sebelum dan sesudahnya juga

diturunkan bagi mereka, dan dalam ayat-ayat tersebut sama sekali tidak

menyinggung tentang Ali bin Abi Thalib beserta istri dan anak-anaknya. Pendapat

lain menyebutkan bahwa ayat ini mencakup seluruh ahlul bait yang bertakwa, baik

itu istri-istrinya, anak-anaknya, dan paman-pamannya dan keturunan mereka;

namun ayat ini tidak mencakup orang yang tidak bertakwa dari mereka seperti

Abu Lahab dan semisalnya pada setiap zaman.97

b. Dalil al-Sunnah

Rasulullah saw. bersabda

‫ول اهل َِّل ص لهى اهلل َع ْلي ِه وس لهم " َِِ إِل‬ ِ
‫الم‬
ُ ‫بن ا ْس‬ َ ََ ُ َ ُ ‫رس‬ َ ‫َع ِن اب ِن عم‬
ُ ‫ ق َال‬:‫ رض َي اهل َُّل َع ُنهمَا ق َال‬،‫َر‬
ِ ‫ َِو‬،‫الة‬
‫إيتَاء‬ ِ ‫ وإق ام ال هص‬،‫ول اهل َِّل‬
ُ ‫رس‬ ِ ٍ ‫َعلى َخ‬
َ ُ ‫ َش َه َادة أ ْن الَ إل هَ إهال اهل َُّل َوأهن ُُمهم ًدا‬:‫س‬

‫ضا َن‬ ِ
َ ‫رم‬
َ ‫ص ْوم‬
َ ‫ َو‬،‫ َواحل ِج‬،‫اهلز َكاة‬

(‫)رواه البخاري‬
98

Artinya :
Dari ibnu Umar ra. berkata, rasulullah saw. bersabda “Islam dibangun atas
lima (landsan) persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya

97 Muhammad Sulaiman Abdullah Al-Asyqār, Zubdatu Al-Tafsīr (Daulah Qatar


Wizāratu Al-Auqāf Al-syuūni Al-Islamiyah Idaratu Al-Syuūni Al-Islamiyah 1428 H/2007 M ), h.
422.
98 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.ِّ11.
61

Muhammad utusan Allah, mendirikan ṣalat, menunaikan zakat, haji, dan


puasa rāmaḋān. (HR.Bukhāri)

Rasulullah saw. bersabda dalam hadiṡ yang diriwayatkan oleh Imam

alBukhāri

ِ ‫ث معَاذًا‬
‫رض َي‬ ِ ِ ِ ٍ ‫ع ِن ا ب ِن عبه‬
ُ َ ‫لهم َبع‬
َ ‫ص هلى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬
َ ‫ أهن الن ه هب‬:‫اس رض َي اهل َُّل َع ُنهمَا‬ َ ْ َ

‫ ف إ ْن ُه ْم‬،‫ول اهل َِّل‬


ُ ‫رس‬ ِ َ ‫ فق‬،‫اليم ِن‬
ُ ‫ َوأ ّن‬،‫عه ْم َإل َش َه َادة أ ْن الَ إل هَ إهال اهل َُّل‬
ُ ‫ ْاد‬:‫َال‬ َ ‫اهل َُّل َعْن هُ َإل‬

ِ ‫ات‬
ٍ ‫ف ُك ِل يوم و‬
‫ فإ ْن ُه ْم‬،‫ليلة‬ ِ ‫اهلل‬
ٍ ‫قد افتَض علي ِهم َخس ص لو‬ ََّ ‫لم ُه ْم أهن‬
َ ْ َ َ َ ْ َْ َ ْ ‫فَأع‬
ْ ،‫لك‬
َ ‫أطاعُوا ل َذ‬

‫ض‬
َ َ‫اهلل افت‬
ََّ ‫لم ُه ْم أهن‬
ْ ‫فأع‬
ْ ،‫لك‬
َ ‫أطاعوا ل َذ‬

‫تؤخ ُذ ِم ْن أ ْغنيائ ِه ْم َوتر د َعلى ف َقرائ ِه ْم‬ ‫ِ مِِل‬ ِ


َ ْ ‫ص َدقةً ف ْأم َوا‬
َ ‫َع ْليه ْم‬
99

Artinya :
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa ketika Nabi saw. mengutus Mu’ādz ra. ke
negeri Yaman, beliau berkata ; Ajaklah mereka kepada syahadah
(persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa
aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka
beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu
sehari semalam. dan jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah
bahwa Allah mewajibkan atas mereka ṣadaqah (zakat) dari harta mereka
yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-
orang faqir mereka.

c. Ijma

Seluruh umat Islam sepanjang 14 abad sepakat bulat mewajibkan zakat

bagi pemeluk agama Islam, yaitu mereka yang memenuhi syarat dan hartanya

termasuk memenuhi ketentuan.100 Dan seluruh sahabat sepakat untuk memerangi

99 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.ِّ104.
100 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta: DU Publishing 2011), h. 53.
62

orang yang menolak membayarkan zakat, sebagaimana dialog antara Abu Bakar

dan Umar ra.

َِّ ‫ َو‬،‫االل‬
‫اهلل ْلو َمنعُ و ّن‬ ِ ‫هصالة واهلزك‬
ِ ‫ فإهن اهلزكَا َة ح ق‬،‫َاة‬ ِ ‫يب ال‬ َِّ ‫َو‬
َ َ َْ ‫فهرق‬
َ ‫اهلل أَل قاتل هن َم ْن‬
ِ ِ
‫َر‬
ُ ‫ع ىل َمْنعهَا " ق َال عم‬
َ ‫لهم لقَات ْل ُته ْم‬ َ ‫رس ول اهل َِّل‬
َ ‫ص لهى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬ ُ ‫َعناق ا كَانوا ي َؤ دونَا َإل‬
َِّ ‫«فو‬
‫اهلل َما ُه َو إهال أ ْن‬ ِ
َ :ُ‫اهلل َعْنه‬
َُّ ‫رض َي‬

‫رفت أهنهُ احل ق‬ ِ ‫أب ب ْك ٍر‬


ِ ‫اهلل ص ْدر‬
ُ ‫فع‬َ ،ُ‫اهلل َعْنه‬
َُّ ‫رض َي‬ َ َ َُّ ‫رح‬َ ‫ق ْد َش‬
101

Artinya :
Demi Allah aku pasti akan memerangi siapa yang memisahkan Antara
kewajiban ṣalat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah,
seandainya mereka enggan membayarkan anak kambing yang dahulu
mereka menyerahkan kepada Rasulullah saw. pasti akan aku perangi
mereka disebabkan keenggangan itu. Berkata ‘Umar ibn al-Khattab ra.
demi Allah ketegasan dia ini tidak lain selain Allah telah membukakan hati
Abu Bakar al-Ṡiddiq ra. dan aku menyadari bahwa dia memang benar.

B. Kekayaan yang Wajib Zakat Harta dan Syarat-Syaratnya

Al-Qur’an tidak memberi keterangan tentang kekayaan wajib zakat dan

syarat-syarat apa yang mesti dipenuhi, serta tidak menjelaskan berapa besar yang

harus dizakatkan, namun ketentuan-ketentuan zakat ini bisa kita lihat di dalam al-

Sunnah, sebagaimana yang dituliskan dalam kitab Faṭhul al-Qarib al-Mujib

beberapa jenis harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya.

Tidak semua harta yang merupakan kekayaan wajib dikeluarkan zakatnya.

Aset yang berupa benda, seperti rumah, tanah, kendaraan, tidak diwajibkan untuk

101 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, Juz 2
(Cet. I; t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h. 105.
63

dikeluarkan zakatnya.102 Zakat wajib dilakukan di dalam lima perkara, yang

pertama adalah hewan ternak. Seandainya muṣannif mengungkapkan dengan

bahasa al- na’am‛, maka hal itu lebih baik karena bahasa al-na’am‛ itu lebih

khusus cakupannya daripada bahasa al-Mawasyi‛, dan pembahasan di sini adalah

di dalam binatang ternak yang lebih khusus, sedangkan yang kedua adalah al-

atṡman (mata uang) dan dikehendaki dengan al-atṡman adalah emas dan perak,

ketiga adalah alZuru’ (hasil pertanian) dan dikehendaki dengan al-Zuru’ adalah

bahan makanan penguat badan, sedangkan yang keempat dan kelima adalah buah-

buahan dan barang dagangan. Masing-masing dari kelimanya akan dijelaskan

secara

terperinci.103
1. Zakat Binatang Ternak

Adapun binatang ternak, maka wajib mengeluarkan zakat di dalam tiga jenis

darinya, yaitu onta, sapi dan kambing. Maka tidak wajib mengeluarkan zakat di

dalam kuda, budak dan binatang yang lahir semisal dari hasil perkawinan kambing

dan kijang.104 Syarat wajib zakat ternak ada enam perkara. Dalam sebagian

redaksi matan diungkapkan dengan bahasa “enam khiṣal”.

Pertama adalah Islam. Maka zakat tidak wajib bagi orang kafir asli, adapun

orang murtad, maka menurut pendapat yang shāhih sesungguhnya hartanya

102 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011), h. 42.
103 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 107.
104 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 107.
64

tetunda dulu. Jika kembali masuk Islam, maka baginya wajib mengeluarkan zakat.

Dan jika tidak, maka tidak wajib.

Kedua adalah merdeka, maka zakat tidak wajib bagi seorang budak,

adapun budak muba’ad (seorang yang berstatus budak dan merdeka), maka

baginya wajib mengeluarkan zakat dari harta yang ia miliki dengan sebagian

dirinya yang merdeka.

Ketiga adalah kepemilikan yang sempurna. Maksudnya, milik yang lemah

tidak wajib untuk dizakati seperti barang yang di beli namun belum diterima,

maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana indikasi dari ungkapan

muṣhannif yang mengikut pada Qaul Qadim, namun menurut Qaul Jadid wajib

mengeluarkan zakat.

Keempat adalah sudah mencapai niṣab dan setahun. Sehingga, kalau

masing-masing kurang dari batas tersebut, maka tidak wajib zakat.


Keenam adalah Al-Saum, yaitu dikembalakan di rumput yang mubah.105

Seandainya binatang ternak tersebut diberi makan dalam jangka waktu

lebih lama dalam setahun, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Jika binatang

ternak tersebut diberi makan selama setengah tahun atau kurang dengan kadar

makanan yang mana ternak tersebut bisa hidup tanpa makanan tersebut tanpa

mengalami dampak negatif yang nampak jelas, maka wajib dikeluarkan zakatnya.

Jika tidak, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.106

Tidak semua jenis hewan wajib dikeluarkan zakatnya, hanya terbatas pada

jenis hewan yang diternakkan, sedangkan hewan peliharaan lainnya yang tidak
105 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 108.
106 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 108.
65

yang bukan untuk diternakkan, seperti anjing, kucing, atau burung peliharaan,

tidak termasuk dalam rangkaian zakat ini. Jumhur ulama menetapkan bahwa zakat

hewan ternak ini sesuai dengan ketentuan aslinya, terbatas hanya pada tiga jenis

hewan ternak saja, yaitu kambing, sapi dan unta. 107

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadiṡ bahwa Abu Bakar al-Ṡiddiq ra.
mengirim surat pada Anas ibn Malik untuk menetapkan zakat unta, sapi, dan
kambing.
‫بس ِم اهل َِّل ال‬ ِ ِ ِ
ْ :‫البح ري ِن‬
ْ ‫اب هلم ا وهجهَهُ َإل‬ َ ‫ َك‬،ُ‫أب ب ْك ٍر رض َي اهل َُّل َعْن ه‬
َ ‫تب ل هُ هَ َذا الكت‬ َ ‫أهن‬
ِ ِ ‫هصد ِقة‬ ِِ ِ
‫لهم َعلى‬
َ ‫ص لهى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اهلل‬ ُ ‫رس‬
ُ ‫ض‬َ ‫ف َر‬
َ ‫اهلت‬ َ ‫هرح ِن اهلرحي ِم هَذه‬
َ ‫فريض ةُ ال‬ ْ

ِ
ِ ‫ و‬، ‫لمي‬
ُ ‫اهلل بِا‬
ُ‫رسوله‬ َُّ ‫اهلت َأمَر‬ َ َ ‫الُ ْس‬
108

Artinya :
Bahwa Abu Bakar ra. telah menulis surat ini kepadanya (tentang aturan
zakat) ketika dia mengutusnya ke Bahrain, “Bismillahirrahmānirāhīm,
inilah kewajiban zakat yang telah diwajibkan oleh Rasulullah saw.
terhadap kaum muslimin dan seperti yang diperintahkan oleh Allah dan
Rasulnya.

Niṣab unta adalah lima ekor, dan di dalamnya wajib mengeluarkan satu

ekor kambing, maksudnya kambing jaẓ’atu ḋā’nin yang telah berusia satu tahun

dan menginjak usia dua tahun, atau kambing ṡāniyatu ma’zin yang telah berusia

dua tahun dan menginjak usia tiga tahun,109 Sebagaimana yang disebutkan dalam

hadiṡ

107 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011), h. 126.
108 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, Juz 2
(Cet. I; t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.118.
109 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 111.
66

110 ٍ ‫ِم ْن ُك ِل َخ‬


‫س َشاة‬
Artinya :
Setiap lima ekor unta zakatnya adalah seekor kambing betina

Niṣab sapi adalah tiga puluh ekor dan di dalamnya wajib mengeluarkan

satu ekor sapi tabi’, yaitu anak sapi yang berusia satu tahun dan menginjak usia

dua tahun.111 Sebagaimana yang disebutkan dalam hadiṡ Muaẓ.

‫ع َل يْ ِه َو‬
َ ‫ص ل هى اللَُه‬
َ ‫ع نْهُ أ ن النه هب‬
َ ‫ي اللَُه‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ع ْن مع ا َذ‬
ِ ‫ب ْن َج بَ ٍل َر‬ َ ُ َ ‫َو‬
ِ َ ‫هلم ب َع ثَهُ َإل ال مَيَ ِن‬
َ ‫ف ََأم َُره َأ ن ْي ُخ ذُ ِم ْن ُك ِل ثَالَ ث َي بَق َرة‬
‫ت‬ َ ‫س‬ َ
ٍ ‫ َِومن ُك ل َأ ْر ب ِع ي م س‬،‫ب يع ِة‬
‫هنة‬ ْ ِ ‫ت‬
َ ‫بِ ًيعا َْأو‬
112
َ ُ َ َ ْ
Artinya :
Dari Muaẓ ibn Jabal ra. bahwa Nabi saw. mengutusnya ke Yaman dan
memerintahkan untuk mengambil zakat dari tiap tiga puluh ekor sapi
berupa seekor tabī’ah, dan setiap empat puluh ekor sapi berupa musinnah

Niṣab kambing adalah empat puluh ekor dan di dalamnya wajib

mengeluarkan satu ekor kambing jaẓ’ah dari jenis kambing domba atau satu ekor

kambing ṡāniyah dari jenis kambing kacang.113ِِّّSebagaimana yang disebutkan

dalam hadiṡ

110 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, Juz 2
(Cet. I; t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.118.
111 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 113.
112 Al-Husain ibn Muhammad ibn Saīd, Al-Badru al-Tamām,ِّ Juz 4 (Cet I; Dar Hijr 1414
H/ 1994 M), h. 298.
113 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 112.
67

ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ‫ف‬ ِ
‫رين‬
َ ‫ش‬ ْ ‫ت َعلى ع‬
ْ ‫زاد‬
َ ‫ فإذَا‬، ‫رين َومائة َش اة‬
َ ‫أربعي َإل ع ْش‬
َ ‫انت‬ َ ‫ص َدقة الغن ِم ف َس‬
ْ ‫ائم َتها إذَا َك‬ َ ‫َو‬
ٍ ِ ُ ‫ ِففيهَا‬،‫ائة‬ ِ ‫ فإ َذا زادت على ِماَئ ِيت َإل‬،‫ات ِن‬
ٍ ‫ثالث ِم‬ ِ ٍ ِ
‫ت‬
ْ ‫زاد‬
َ ‫ فإ َذا‬،‫ثالث ش ياه‬ ْ َ َْ ِْ ‫َومائة َإل ماَئ‬
َ ‫يت َش‬
ِ ‫على‬
‫ثالث‬ َ
114 ٍ ‫ ِففي ُك ِل ِم‬،‫ائة‬
‫ائة َشا ة‬ ٍ ‫ِم‬
Artinya :
Zakat kambing bila telah mencapai jumlah empat puluh hingga seratus dua
puluh ekor zakatnya adalah satu ekor kambing betina, bila lebih dari
seratus dua puluh hingga dua ratus ekor maka zakatnya dua ekor kambing
betina, bila lebih dari dua ratus hingga tiga ratus ekor maka zakatnya tiga
ekor kambing betina, bila lebih dari tiga ratus ekor, maka pada setiap
kelipatan seratus ekor zakatnya satu ekor kambing.

2. Zakat Emas dan Perak

Adapun aṡman (mata uang), maka wajib pada dua barang yaitu emas dan

perak, baik yang sudah dicetak atau tidak. Syarat-syarat wajib zakat di dalam

atsman adalah lima perkara, yaitu Islam, merdeka, milik sempurna, niṣhab dan

mencapai satu tahun.115

Niṣab emas adalah dua puluh miṡqāl dengan hitungan secara pasti dengan

timbangan negara Makkah. Satu miṡqāl adalah satu lebih tiga sepertujuh dirham.

Di dalam satu niṣab emas wajib mengeluarkan zakat seperempat sepersepuluh dari

keseluruhan jumlah emas. Yaitu setengah miṡqāl. Dan di dalam jumlah emas yang

lebih dari dua puluh miṡqāl, maka sesuai dengan prosentasenya walaupun

114 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, Juz 2
(Cet. I; t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.118.
115 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 109.
68

117
lebihannya hanya sedikit.116ِّ Sebagaimana yang disebutkan dalam hadiṡ ‫واَل‬

‫ره ٍم َش ْيء‬ ِ ‫ف أق هل ِمن ِم‬


ِ ‫ واَل‬, ‫ب َشيء‬
ِ ‫اهلذه‬ ِ
ِ ِ ‫ف أق هل ِمن ِع ْش‬
َ ‫ائت د‬
َِْ ْ ْ َ ‫رين مث َقااًل م َن‬
َ ْ

Artinya :
Tidak ada sesuatu bagi emas yang kurang dari 20 miṡqāl dan tidak ada
sesuatu bagi perak yang kurang dari 200 dirham.

Sedangkan perak niṣabnya adalah dua ratus dirham, di dalam niṣab ini

wajib mengeluarkan seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan, yaitu lima

dirham. Dan di dalam lebihan dari dua ratus dirham, wajib mengeluarkan kadar

sesuai dengan hitungannya, walaupun tambahannya hanya sedikit. Tidak ada

kewajiban zakat di dalam perhiasan yang boleh untuk digunakan. Adapun

perhiasan yang diharamkan seperti gelang tangan dan gelang kaki yang digunakan

oleh orang laki-laki dan khunṡa, maka wajib dikeluarkan zakatnya.118

3. Zakat Hasil Pertanian

Adapun al-Zuru’ maka wajib mengeluarkan zakatnya dengan tiga syarat.

Yang dikehendaki oleh muṡannif dengan al-zuru’ adalah bahan makanan penguat

badan, yaitu berupa gandum putih, gandum merah, kedelai, dan beras, begitu juga

bahan makanan penguat badan yang dikonsumsi dalam keadaan normal seperti

jagung dan kacang. Adapun al-Zuru’ maka wajib mengeluarkan zakatnya dengan

tiga syarat. Yang dikehendaki oleh mushannif dengan Al-Zuru’ adalah bahan

116 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 118.
117 Abu al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad ibn Mahdi, Sunan al-dāruquṭnī, Juz 2 (Cet I;
Beirut, Muassasatu al-Risalah 1424 H/ 2004 M), h. 473.
118 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 118.
69

makanan penguat badan, yaitu berupa gandum putih, gandum merah, kedelai, dan

beras, begitu juga bahan makanan penguat badan yang dikonsumsi dalam keadaan

normal seperti jagung dan kacang. Syarat tersebut yaitu pertama hasil pertanian

tersebut termasuk tanaman yang ditanam oleh anak Adam, jika tumbuh dengan

sendirinya sebab terbawa air atau angin, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

Rasulullah saw. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
Bukhāri
ِ ِ ِ ِ ‫ عن‬،‫اهلل‬
ِ ‫أبيه‬ ِ َِ
‫ فيمَا‬:‫قال‬
َ ‫لهم‬ َ ‫ َع ِن النه ب‬،ُ‫اهلل َعْن ه‬
َ ‫ص لهى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬ َُّ ‫رض َي‬ ْ َ َِّ ‫َع ْن َس ال ب ِن َعْب د‬

‫قال أبو َعْب ِد‬


َ ‫ف العُ ْش ِر‬
ُ ‫نص‬ ْ ِ‫ َومَا ُس ِق َي ب‬،‫العش ُر‬
ْ ‫لنهض ِح‬ ْ ‫َثراي‬
ًّ ‫هسماءُ َوالعيو ُن ْأو كَا َن ع‬ ِ
َ ‫َس َقت ال‬
ِ ِ ِ ‫أِل‬
َ ‫يث اب ِن عم‬
‫ َوفيمَا‬،‫َر‬ َ ‫ي ْع ِن حَد‬ ْ ‫ هنهُ ََْل ي َوق‬،‫ير األه ِول‬
َ ‫ت ف األه ول‬ ُ ‫س‬ِ ْ‫ت ف‬
َ ‫ هَ َذا‬:‫اهل َِّل‬

‫ض ي َعلى‬ ِ ‫ وهبي‬،‫العش ر‬
ِ ْ‫ والف هسر ي ق‬، ‫ ووقهت وال زي ًََّدةُ م ْقبولة‬،‫ف هَ َذا‬ ِ
ُ َ َ َ َ َ ََ َ َ ُ ْ ُ‫هسماء‬
َ ‫َس َقت ال‬

‫ص لهى اهللُ َع ْلي ِه‬ ِ ٍ ‫بن َعبه‬


َ ‫ أهن الن ه هب‬:‫اس‬ ُ ‫ض ُل‬
ِ ‫ إذَا رواه أه ل الث ه‬،‫الُب ه ِم‬
ْ ‫بت َكمَا َر َوى ال َف‬ ُ ْ ُ ََ َ ْ

119
‫ض ِل‬
ْ ‫ترك َق ْو ُل ال َف‬
َ ‫بالل َو‬ ِ ،‫ ق ْد صلهى‬:‫قال بال ل‬
ٍ ‫فأخ َذ ب َقو ِل‬ ِ ‫وسلهم ََْل يص ِل‬
َ ‫ف ال َك ْع ِبة َو‬
ْ َ َ َُ َ َ

Artinya :
Dari Salim ibn ‘Abdullah dari bapaknya ra. Dari Nabi saw. bersabda ; pada
tanaman yang diairi dengan air hujan, mata air,atau air tanah maka
zakatnya sepersepuluh, adapun yang diairi dengan menggunakan tenaga
maka zakatnya seperduapuluh. Abu ‘Abdullah al-Bukhāri berkata, “ini
adalah tafsiran pertama karena beliau tidak menentukannya saat waktu
pertama kali, yakni hadits Ibnu Umar, “pada setiap tanaman yang diari
dengan hujan adalah sepersepuluh”. Lalu beliau menjelaskan hal ini, “dan
menentukan waktu tambahan ini bisa diterima, dan penafsiran adalah
tuntutan suatu hal yang belim jelas, jika diriwayatkan oleh orang-orang
terpercaya. Seperti faḋal bin ‘Abbas pernah meriwayatkan bahwa Nabi
saw. tidak sholat sholat dalam Ka’bah namun Bilal berkata, bahwa beliau
119 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, Juz 2
(Cet. I; t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.126.
70

shalat disana. Maa perkataan Bilal diambil, sedangkan perkataan Faḋal


ditinggal.

Kedua adalah hasil tersebut termasuk bahan makanan yang kuat disimpan,

baru saja telah dijelaskan pengertian bahan makananan penguat badan. Dengan

bahasa bahan makanan penguat badan, terkecuali hasil pertanian yang tidak dibuat

bahan makanan penguat badan, yaitu berupa tanaman bumbu seperti tanaman

alKammun (bumbu-bumbuan).

Ketiga adalah harus mencapai satu niṣab, yaitu lima wasaq (berat) tanpa

kulit. Di dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa harus mencapai lima wasaq

dengan tidak menyertakan lafaẓ niṣab.120

4. Zakat Buah-Buahan

Adapun buah-buahan, maka yang wajib dizakati adalah dua buah-buahan.

Yaitu buah kurma dan buah anggur. Yang dikehendaki dengan kedua buah ini

adalah kurma kering dan anggur kering. Syarat-syarat wajib zakat di dalam

buahbuahan ada empat perkara : yaitu Islam, merdeka, milik sempurna dan niṣab.

Ketika salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak ada, maka tidak ada kewajiban

untuk mengeluarkan zakat.121

Niṣab hasil panen adalah seberat lima wasaq atau seberat 653 kg menurut

ukuran timbangan sekarang.122123 Sebagaimana dalam hadiṡ disebutkan

120 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 108.
121 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 109.
122 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011), h.
123 .
71

‫ول اهل َِّل‬


ُ ‫رس‬ ٍ ِ ُ ‫ َِس ْع‬:‫ ق َال‬،‫ َعن أبي ِه‬، ‫َعن َعم رو ب ِن يَْي اال ِز ِّن‬
ُ ‫ ق َال‬:‫ ق َال‬،‫َأب َس عيد الْ ْدر هي‬
َ ‫ت‬ ْ َ ْ ْ

ِ ‫ َو ْليس فيمَا ُدو َن َخ‬،‫ص َدقة ِم َن اإِل ب ِل‬


‫س‬ ٍ ِ ‫ «ليس فيمَا دو َن َخ‬:‫ص لهى اهلل علي ِه وس لهم‬
َ َ ‫س ذَ ْود‬ ُ َ ْ َ َ َ َْ ُ َ

‫س‬ ٍ
َ ‫ َو ْلي‬، ‫ص َدقة‬
َ ‫َأواق‬

ِ
َ ‫فيما ُدو َن َخ َسة ْأو ُس ٍق‬
‫ص َدق ة‬
124
َ
Artinya :
Dari ‘Amru ibn Yahya al-Māzinī dari bapaknya berkata, aku mendengar
Abu Sa’id al-Khudrī berkata, nabi saw. telah bersabda ; tidak ada zakat
pada unta di bawah lima ekor, tidak ada zakat harta di bawah lima wasaq
dan tidak ada zakat pada hasil tanaman di bawah lima wasaq.

5. Zakat Dagangan

Adapun barang dagangan, maka wajib dizakati dengan syarat-syarat yang

telah disebutkan di dalam zakat mata uang. al-Tijārah (dagang) adalah memutar

balik harta karena tujuan mencari laba.125

Niṣab zakat perdagangan adalah harga 85 gram emas, bila uang yang

keluar untuk membeli barang yang akan dijual lagi itu telah mencapai angka

seharga 85 gram emas, maka sudah cukup niṣabnya.126127

124 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h. 116.
125 Muhammad ibn Qâsim al-Gāzzi, Fath al-Qarîb alMujîb, (Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th) h. 111.
126 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011), h.
127 .
72
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ZAKAT
HARTA HASIL UNDIAN BERHADIAH

A. Hukum dan Kedudukan Harta Hasil Undian Berhadiah

Undian merupakan suatu kebiasaan yang sudah berlaku sejak dahulu, jauh

sebelum datangnya agama Islam, sebagaimana yang Allah swt. firmankan di

dalam

Q.S. Al-Sāffat/37: -141

ِ ‫فساهم ف َكا َن ِمن ٱلدح‬139


‫ض َي‬ َ َ ََ َ
Artinya : ُ
Kemudian dia diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam
undian).128

Di ayat yang lain Allah swt. berfirman di dalam Q.S. Al-Imrān/3 : 44.

ِ ‫ٰذَلك ِمن‬
‫ي َومَا‬ ٰ ِ َ ‫نت‬
َ ‫لديهم إذ يل ُق و َن أقلَ َم ُهم أي ُهم يك ُف ُل َم َر‬ َ ‫نوح ِيه‬
َ ‫إليك َومَا ُك‬
ِ ‫ٱلغيب‬
ِ ‫أنباء‬ َ
ِ ‫ُكنت َلدي ِهم إذ ي‬
‫تص ُمو َن‬ َ َ
Artinya :
Itulah sebagian dari berita-berita gaib yang kami wahyukan kepadamu
(Muhammad), padahal engkau tidak bersama mereka ketika mereka
melemparkan pena mereka (untuk mengundi) siapa diantara mereka yang
akan memilihara Maryam. Dan engkau pun tidak bersama mereka ketika
mereka bertengkar.129

Rasulullah saw. mengundi istri-istrinya ketika hendak melakukan perjalan

(safar) sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadiṡ yang diriwayatkan oleh

imam al-Bukhāri

128 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.451.


129 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h.55.
74

61
ِ َِّ ‫ول‬
َْ ‫رع يَب‬
َ ‫أق‬
ْ ‫َرج َس َفرا‬
َ َ‫أراد أ ْن ي‬
َ ‫ إذَا‬،‫لهم‬
َ ‫ص لهى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬
َ ‫اهلل‬ ُ ‫رس‬
ُ ‫ َكا َن‬:‫قالت‬
ْ ،َ‫ائشة‬
َ ‫أهن َع‬
ِِ
ُ‫رج بِا َم َعه‬
َ ‫ َخ‬،‫رج َس ْه ُم َها‬
َ ‫هت ُه هن َخ‬
ُ ‫ فأي‬،‫ْأز َواجه‬
130

Artinya :
Dari Aisyah ra. Berkata bahwasanya Rasulullah saw. apabila hendak safar
(bepergian) dengan mengajak salah seorang istrinya maka beliau
mengundi siapa diantara mereka yang akan menyertainya.

Dalam hadiṡ yang lain Rasulullah saw. bersbda

‫ف الن َد ِاء َوال‬


ِ ‫ لو يعلم النهاس ما‬:‫قال‬
َُ ُ ْ ْ َ ‫لهم‬
ِ
َ ‫صلهى اهللُ َع ْليه َو َس‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اهلل‬ َ ‫رس‬ ِ
ُ ‫ أهن‬:‫َع ْن أب ُهرير َة‬

‫الته ِجرِي‬ ِ
ْ ‫يع ملُو َن َما ف‬
ْ ‫ َو ْلو‬،‫الس هتَ ُموا‬
ِ ِ
ِ ‫ ثُه ََْل يََِ ُدوا إهال أ ْن‬،‫األهول‬ ِ ‫هص‬
ْ ‫يسته ُموا َع ْليه‬
ْ ‫ف‬

ِ ‫ ولو يعلمو َن ما‬،‫الستب ُقوا إلي ِه‬


‫ف‬ َ ُْ َْ ْ ْ

‫ أَل ْتو ُُها َو ْلو َحبوا‬، ‫صب ِح‬ ِ ‫الع‬


ْ ‫تمة َوال‬
131
ََ
Artinya :
Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda Seandainya manusia tahu
(keutamaan) ażan dan ṣaf pertama, kemudian mereka tidak bisa
mendapatkan (adzan dan shaf pertama tersbeut) kecuali harus dengan
mengundi, maka mereka pasti akan mengundi.

Dalam menyikapi permasalahan undian berhadiah, Yusuf Qārḋawi

membagi bentuk-bentuk hadiah menjadi tiga macam, yaitu bentuk yang

diperbolehkan syariat, bentuk yang diharamkan syariat, bentuk yang diharamkan

tanpa adanya perselisihan dan bentuk yang masih diperselisihkan.

1. Bentuk yang Diperbolehkan Syariat

Bentuk hadiah yang diperbolehkan atau diterima oleh syariat adalah

hadiahhadiah yang disediakan untuk memotivasi dan mengajak kepada

130 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h. 101.
131 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h. 126.
75

peningkatan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan amal ṣaleh. Misalnya, hadiah

yang disediakan bagi pemenang dalam perlombaan menghafal al-Qur’an atau

hadiah yang disiapkan bagi yang berprestasi dalam studi. Bisa juga sumbangan,

keilmuan, sastra atau sejenisnya yang disediakan oleh pemerintah, yayasan dan

individu. Semua itu diperbolehkan asalkan memotivasi dalam persaingan yang

diperbolehkan syariat dalam kebaikan.132

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis Nabi saw. bersabda

ِ ‫تراهنو َن َعلى َعه ِد رس‬


ِ َُّ ‫ول اللِه ص لهى‬ ِ ‫ أ ُكنتم‬:‫أنس وقيل له‬
‫ص لهى‬
َ ‫ول‬
ُ ‫رس‬
ُ ‫لهم أكَا َن‬
َ ‫اهلل َع ْلي ه َو َس‬ َ ُ ْ ْ ُ َ َ ٍ

‫اس‬ ُ ‫راه َن َعلى ف َر ٍس يق‬ ِ ِ


َ ‫بق النه‬
َ ‫فس‬
َ ُ‫َال ل هُ َس ْب َحة‬ َ ‫ َواللِه لقَ ْد‬،‫ َنع ْم‬:‫لهم ي راه ُن؟ ق َال‬
َ ‫اهل َُّل َع ْلي ه َو َس‬
ِّ 133
ُ‫أع َجبه‬
ْ ‫لك َو‬
َ ‫ش ل َذ‬
َ ‫فبه‬
َ
Artinya :
Dari Anas ibn Malik ra. berkata dia ditanya, pernahkah kamu mengadakan
lomba di masa Rasulullah saw. apakah Rasulullah ikut berlomba kuda di
dalamnya? Anas menjawab ya benar, demi Allah Rasulullah saw. telah
ikut lomba berkuda dengan seekor kuda miliknya yang dijuluki dengan
sabhah, maka beliau menang hingga beliau kagum dan suka akan itu.

Bentuk hadiah seperti ini adalah disediakan kepada orang-orang yang

memenuhi syarat tertentu. Apabila ada orang telah memenuhi syarat sesuai

dengan yang sudah ditentukan oleh panitia khusus, maka dia berhak mendapatkan

hadiah tersebut. Hadiah seperti ini diperbolehkan dan tidak ada perdebatan

mengenai hukumnya.134

2. Bentuk yang Diharamkan Tanpa Adanya Perselisihan


Bentuk yang tidak diragukan keharamannya adalah jika yang membeli

kupon dengan harga tertentu, banyak atau sedikit tanpa ada gantinya melainkan

132 Yusuf al-Qārḋawi Hadyu al-Islam Fatāwa al-Ma’āsirah jilid 3 (Al-Maktab al-Islāmī
Lilṭabā’ah Wa al-Nasyr 1993 M), h. 499.
133 Muhammad Rasyīd ibn ‘Alī Riḋā ibn Muhammad Syamsuddin, Tafsīr al-Qur’an
alHakīm, Juz 7 (Al-Haiah al-Miṣriyyah al-‘āmmah Lilkutub 1990 M), h. 83.
134 Yusuf al-Qārḋawi Hadyu al-Islam Fatāwa al-Ma’āsirah jilid 3 (Al-Maktab al-Islāmī
Lilṭabā’ah Wa al-Nasyr 1993 M), h. 500.
76

hanya untuk ikut dalam memperoleh hadiah yang disediakan berupa mobil, emas,

atau lainnya. Bahkan, hal seperti ini termasuk larangan serius (bagi yang

melakukannya dianggap telah melakukan dosa besar). Karena termasuk perbuatan

judi, sebagaimana yang Allah swt. terangkan di dalam Q.S. Al-Baqarah/2 : 219

dan al-Mā’idah/5 : 90.

‫ب ِم ْن ن ْفعِ ِه َم ا‬ ِ ‫إث َك بِري َو َمن افِ ُع للنه‬


َُ ‫اس َوإثَْ ُهمَا أ ْك‬ ُْ ‫َألونك َع ِن الْ ْم ِر َواملْي ِس ِر ق ْل في ِهمَا‬
َ ‫يَ ْس‬
َ
ِ ‫اهلل لَ ُكم ْال ي‬ ِ ‫ألونك ماذَا يْن‬
‫ف هكرو َن‬
َ ‫ًَّت َلعله ُك ْم تت‬ ُ َُّ ‫لك يب ُِي‬
َ ‫الع ْف َو َك َذ‬
َ ‫قل‬ِ ‫ف قُو َن‬ َ َ ‫يس‬ ْ ‫َو‬

Artinya :
Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi.
Katakanlah pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Dan mereka
menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka infakkan.
Katakanlah kelebihan (dari apa yang diperlukan). Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayatnya kepadamu agar memikirkan.135
‫َأيها‬
َ ًَّ‫ي‬
ِ ِ ِ ِ
ُ‫فاجتنبوه‬ ْ ‫رج س م ْن َع َم ِل ال‬
ْ ‫هشيطان‬ ْ ‫اب َواأْل زاَل ُم‬ َ ‫ين َآمنوا إهنَّا الْ ْمُر َواملَْيسُر َواَأْل‬
ُ ‫نص‬ َ ‫اهلذ‬
‫لحو َن‬
ُ ‫َلعله ُك ْم ت ْف‬
Terjemahnya :
Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah
(perbuatanperbuatan) itu agar kamu beruntung.136

3. Bentuk yang Masih Diperselisihkan


Bentuk undian yang masih diperselisihkan hukumnya adalah berupa kupon

yang diberikan kepada seseorang sebagai ganti dari pembelian barang dari sebuah

toko atau karena membeli bensin di sebuah pom bensin. Juga karena mengikuti

pertandingan bola dengan membayar tiket masuk disertai dengan pembagian

kupon.137
135 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 34.
136 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 123.
137 Yusuf al-Qārḋawi Hadyu al-Islam Fatāwa al-Ma’āsirah jilid 3 (Al-Maktab al-Islāmī
Lilṭabā’ah Wa al-Nasyr 1993 M), h. 500.
77

Mengundi adalah sesuatu yang di benarkan oleh syariat Islam, asalkan

bukan untuk mengundi dalam bentuk perjudian. 138


Mengundi yang halal itu

dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika para sahabat berebut untuk menjadi tuan

rumah bagi Rasulullah saw. saat baru tiba di madinah. Biar adil, Rasulullah saw.

menawarkan untuk dilakukan sebuah pengundian dan langsung disetujui oleh

para sahabat.

Maka Rasulullah saw. membiarkan untanya berjalan sendirian di tengah

kota madinah, dimana unta itu berhenti dan duduk maka disitulah Rasulullah akan

bertempat tinggal sementara. Dan ternyata unta itu berhenti di rumah Abu Ayyub

al-Anṣarī ra.

Namun undian yang pada dasarnya halal bisa menjadi haram jika ada

ketentuan tertentu yang menggesernya menjadi sebuah perjudian. Sebuah undian

bisa menjadi haram manakala ada keharusan bagi peserta untuk membayar

sejumlah uang atau nilai tertentu kepada penyelenggara. Dan dana untuk

menyediakan hadiah yang dijanjikan itu di dapat dari hasil dana yang terkumpul

dari peserta undian. Maka jadilah undian itu sebuah bentuk lain dari perjudian

yang diharamkan.

Tetapi bila undian itu tidak mensyaratkan uang atau harta yang

dipertaruhkan, alias gratis dan bisa diikuti oleh siapa saja yang memenuhi kriteria,

maka hadiah dari undian itu halal dan tidak termasuk judi yang diharamkan.139

Ada beberapa macam-macam undian diantaranya

a. Undian yang disyaratkan bagi peserta melakukan sesuatu

Misalnya, pemilik barang dagangan memberikan lembaran yang akan

diundi dengan syarat pesertanya mengisi pertanyaan-pertanyaan, baik terkait

138 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011), h. 120.
139 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011), h.
78

dengan produknya atau tidak, atau peserta undian harus mengikuti gerak jalan,

jalan sehat, reli, dan lainnya.

Maka hukum undian seperti ini yang mengharuskan bagi pesertanya untuk

melakukan sesuatu atau saling berlomba, maka hal ini dapat digolongkan kepada

pembahasan musābaqah (perlombaan) yang terdapat hadiahnya di dalamnya.

Sedangkan musābaqah di dalam Islam ada tiga pembagian (apabila digolongkan

menjadi boleh atau tidaknya hadiah di dalam perlombaan itu) :

1) Lomba-lomba yang disebutkan oleh Rasulullah saw. yaitu ada tiga :

berkuda, memanah, dan lomba pacuan unta. Lomba-lomba yang

disyariatkan dan dibolehkan adanya hadiah bagi si pemenang.

.Sebagaimana sabda Nabi saw

‫ َْأو َحاف ٍر‬،‫ص ٍل‬ ٍ ِ


ْ َ‫ ْأو ن‬،‫بق إهال ف ُخ ف‬
َ ‫اَل َس‬
140

Artinya :
Tidak ada perlombaan kecuali dalam pacuan unta, kuda dan panahan.

2) Lomba yang muḋaratnya lebih besar dan melalaikan manusia dari

jalan Allah swt. seperti catur, permainan dadu, dan sebagainya. Lomba

ini diharamkan secara mutlak, baik dengan hadiah maupun tidak.

3) Lomba yang manfaatnya lebih besar daripada muḋaratnya, seperti

lomba lari, renang, gulat, bela diri, balap perahu dan sebagainya, tetapi

tidak disebutkan hadiahnya.141

Lomba-lomba ini disepakati oleh para ulama kebolehannya, akan tetapi

yang diperselisihkan adalah apakah boleh dengan hadiah atau tidak.142

140 Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal, Musnad al-Imam Ahmad ibn
Hambal, Juz 16 (Cet I; Muassasatu al-Risālah 1421 H/ 2001 M), h. 129.
141 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam, (Cet I; Pustaka
alFurqān 1429 H), h. 22.
142 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam, (Cet I; Pustaka
alFurqān 1429 H), h. 22.
79

Berdasarkan dari pernyataan dan contoh-contoh di atas hukum undian

berhadiah yang di dalamnya ada persyaratan bagi peserta untuk melakukan

sesuatu atau berlomba, maka harus diliat perbuatan atau lomba tersebut. Apabila

perbuatan atau lomba tersebut termasuk lomba yang disebutkan Nabi saw. maka

diperbolehkan adanya hadiah bagi pemenangnya. Apabila pemenang lebih dari

satu orang yang kesemuanya berhak mendapatkan hadiah tersebut, kemudian

dilakukan pengundian untuk menentukan salah satu pemenangnya, maka hal ini

hal itu juga diperbolehkan. Akan tetapi apabila lomba tersebut tidak semakna

dengan lomba yang telah disebutkan oleh Nabi saw. maka tidak diperbolehkan

adanya hadiah di dalamnya kecuali hadiah tersebut disediakan oleh pihak luar

(bukan peserta lomba) supaya terhindar dari unsur perjudian/ mengundi nasib

antara untung dan rugi.

b. Undian yang tidak ada keharusan peserta berbuat sesuatu

Misalnya pemilik toko membagi kupon atau lembaran-lembaran yang ada

nomor urutnya secara Cuma-Cuma dan tidak ada tuntutan bagi peserta untuk

menjawab pertanyaan atau yang lainnya, kemudian diundi untuk ditentukan

pemenangnya. Untuk mendapatkan kupon undian semacam ini terbagi menjadi

dua macam ;

1) Peserta harus membeli produk tertentu

Apabila peserta undian diharuskan untuk membeli suatu produk untuk

mendapatkan kupon undian, maka pendapat yang kuat adalah diperbolehkan

mengikutinya143 tetapi dengan syarat

a) Harga barang yang dibeli adalah harga standar atau tidak ditambah harganya

untuk biaya undian bila harganya ditambah, maka di dalamnya terdapat unsur

143 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam, (Cet I; Pustaka
alFurqān 1429 H), h. 27.
80

perjudian karena peserta tidak lepas dari salah satu nasib untung atau rugi dan ini

jelas keharamannya.

b) Hendaknya peserta ketika hendak membeli produk tersebut bukan karena

hadiahnya, akan tetapi memang betul-betul bermaksud dengan barang tersebut

walaupun tanpa adanya hadiah atau undian. Hal ini lantaran orang yang tidak

membutuhkan suatu barang kemudian membeli barang itu demi memperoleh

hadiah atau undian, maka dia telah terjatuh dalam perjudian (Antara untung dan

rugi) dan dia telah menyia-nyiakan hartanya144

2) Peserta tidak disyaratkan membeli produk tertentu.

Apabila peserta undian tidak dituntut untuk melakukan sesuatu dan tidak

disyaratkan membeli suatu produk dan mereka mendapatkan kupon undian secara

cuma-cuma, maka jelas undian semacam ini diperbolehkan karena tidak ada dalil

yang melarangnya.

Adapun untuk undian SMS berhadiah maka hal ini jelas diharamkan

karena peserta undian harus membayar bea pulsa, bahkan terkadang bea pulsa

lebih dari nilai standar. Apalagi setelah mengirim SMS, si pengirim belum tentu

mendapatkan hadiah padahal dia telah membayar bea pulsa. Hal ini termasuk

perjudian atau mengundi Antara untung dan rugi. Selain itu terdapat pemborosan

harta dan membuat manusia frustasi akibat hanya berpanjang angan-angan.145

Berdasarkan dalil-dalil diatas dan tidak didapati dalil yang menjelaskan

tentang keharaman undian berhadiah maka praktik undian dibolehkan dalam

syariat Islam selama tidak memiliki unsur yang menyelisihi syariat.

Adapun kedudukan harta hasil undian berhadiah adalah halal berdasarkan kaidah

fikih yang disebutkan dalam kitab al-Mumti’ yang disusun oleh Muslim ibn

144 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam, (Cet I; Pustaka
alFurqān 1429 H), h. 28.
145 Abu Ibrāhim Muhammad Ali Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam, (Cet I; Pustaka
alFurqān 1429 H), h. 29.
81

Muhammad ibn Mājid al-Dausarī disebutkan kaidah ‫َأخ ذُ ُه ُح َِرم‬ْ ‫اح َِرم‬
ُ ‫َم‬
‫إع َط ا ُُؤه‬
ْ
Artinya :
Apa yang diharamkan untuk diambil maka haram pula untuk diberikan.146

Dari kaidah di atas dapat dipahami bahwa apa saja yang diharamkan untuk

diambil maka haram juga untuk diberikan, mafhūm al-mukhālafah dari kaidah di

atas adalah apa saja yang halal untuk diambil maka halal juga untuk diberikan.

Terkait undian berhadiah jika asal hadiah tersebut bearasal dari harta yang halal

maka memberikan atau mengambil hadiah undian dibolehkan berdasarkan

mafhūm al-mukhālafah dari kaidah di atas.

B. Hukum Zakat Harta Hasil Undian Berhadiah

Kewajiban zakat telah ditetapkan oleh al-quran, al-sunnah dan juga ijma’

seluruh umat Islam.147 Sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Al-Baqarah/2:

43

‫كعي‬ َِٰ ‫أقيمواْ ٱل هصل ََٰوة َوءاتواْ ٱهلز َك ٰو َة َوٱ ركعُواْ َم َع ٱ‬


َ ‫هلر‬ َ َ ُ ‫َو‬
Terjemahnya :
Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuk lah bersama orang
orang yang rukuk.148

Tafsir ayat diatas menyebutkan bahwa tunaikanlah sholat secara sempurna

dengan melaksanakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunnah-sunnahnya.

Bayarkanlah zakat harta yang telah Allah berikan kepada kalian. Dan tunduklah

kalian kepada Allah bersama umat Muhammad saw. yang tunduk kepadanya.149

Di ayat yang lain Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Taubah/10: 103
146 Muslim ibn Muhammad ibn Mājid al-Dausarī, Al-Mumti’, (Cet I; Riyad : Dar zidnī
1428 H/ 2007 M), h. 345.
147 Ahmad Syarwat, Seri Fikih Kehidupan (Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011), h.51.
148 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 7.
149 Nukhbah Min Al-‘Ulamā, Al-Tafsir Al-Muyassar, (Cet II Al-Madinah Al-
Munawwarah : Majma’ Al-Malik Fahd 1430), h. 7.
82

‫تك َس َكن هلِم‬


َ ‫ص َٰلو‬ َ ‫ص ِل‬
َ ‫ع لي ِهم إه ن‬ ِ
َ ‫رهم َوت ز َكيهم بِا َو‬
ِ
ُ ‫ص َدقة تط ه‬
‫خذ ِمن ٰ مِِل‬
َ ‫أمو‬ َ ُ
‫ٱهلل َِس ي ع َعلي م‬
َُّ ‫َو‬
Terjemahnya :
Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.150

Dalam hadis Rasulullah saw. bersabda

ِ ‫ث معَا ًذا‬
‫رض َي‬ ِ ِ ِ ٍ ‫ع ِن ا ب ِن عبه‬
ُ َ ‫لهم َبع‬
َ ‫ص هلى اهللُ َع ْلي ه َو َس‬
َ ‫ َأهن الن ه هب‬:‫اس َرض َي اهل َُّل َع ُنهمَا‬ َ ْ َ

َِّ ‫ول‬
‫ فإ ْن ُه ْم‬،‫اهلل‬ ُ ‫رس‬ َُّ ‫عه ْم َإل َش َه َاد ِة أ ْن الَ إلهَ إهال‬
ُ ‫ َوأ ّن‬،‫اهلل‬ ُ ‫«اد‬ َ ‫ فق‬،‫اليم ِن‬
ْ :‫َال‬ َ ‫اهلل َعْن هُ َإل‬
َُّ

ِ ‫ات‬
ٍ َ‫ف ُك ِل يوم ول‬
‫ فإ ْن ُه ْم‬،‫يلة‬ ِ ‫اهلل‬
ٍ ‫قد افتَض علي ِهم َخس ص لو‬ ََّ ‫لم ُه ْم أهن‬
َ ْ َ َ َ ْ َْ َ ْ ‫فأع‬
ْ ،‫لك‬
َ ‫أطاعوا ل َذ‬

‫ض‬
َ َ‫اهلل افت‬
ََّ ‫لم ُه ْم أهن‬
ْ ‫فأع‬
ْ ،‫لك‬
َ ‫أطاعوا ل َذ‬

‫تؤخ ُذ ِم ْن أ ْغنيائ ِه ْم َوتر د َعلى ف َقرائ ِه ْم‬ ‫ِ مِِل‬ ِ


َ ْ ‫ص َدقةً ف ْأم َوا‬
َ ‫َع ْليه ْم‬
151

Artinya :
Dari Ibnu Abbas ra. bahwa ketika Nabi saw. mengutus Mu’ādz ra. ke
negeri Yaman, beliau berkata ; Ajaklah mereka kepada syahadah
(persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa
aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka
beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu
sehari semalam. dan jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah
bahwa Allah mewajibkan atas mereka ṣadaqah (zakat) dari harta mereka
yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-
orang faqir mereka.

Dari dalil di atas dapat dipahami bahwa mengeluarkan zakat adalah

kewajiban bagi mereka yang memenuhi syarat dan hartanya termasuk memenuhi

ketentuan..

150 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 203.


151 Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri Al-Ju’fi, Ṣahih Al-Bukhāri, (Cet. I;
t.t. Dār Ṭūqi Al-Najah, 1422), h.ِّ104.
83

Terkait hukum mengeluarkan zakat dari harta hasil undian berhadiah maka
tidak didapati nas yang menjelaskan tentang wajibnya mengeluarkan zakat harta
dari hasil undian berhadiah, namun dilihat dari mafhum al-mukhalafah dari kaidah

fikih ْ ‫اح َِرم َأ ْخ ُذ ُه ُح َِرم‬


ُ‫إع َط ا ؤه‬ ُ ‫َم‬

Artinya :
Apa yang diharamkan untuk diambil maka haram pula untuk diberikan.
Dipahami bahwa apa saja yang halal untuk diambil maka halal juga untuk
diberikan. maka mengeluarkan zakat harta dari hasil undian berhdiah hukumnya
wajib apabila harta yang didapatkan dari hasil undian tersebut tidak menyelisihi
syariat Islam.
84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hukum undian dalam syariat Islam boleh berdasarkan dalil yang mejelaskan

bahwa Rasulullah saw. pernah melakukan undian, begitu pula dalil yang

menjelaskan bahwa Nabi Yunus pernah dilempar dari kapal setelah

dilakukan pengundian, dan secara umum tidak ada dalil yang menjelaskan

keharaman undian. Adapun kedudukan harta dari hasil undian berhadiah

adalah halal.

2. Hukum mengeluarkan zakat harta dari hasil undian berhadiah adalah wajib

apabila harta yang diperoleh dari hasil undian berhadiah tidak menyelisihi

syariat Islam, misalnya masuk dalam kategori barang yang tidak diwajibkan

zakatnya seperti rumah, tanah, kendaraan dan tetap disesuaikan dengan

nisab harta hasil undian tersebut. Jika hadiah tersebut telah dimiliki

mencapai nisab maka wajib zakat berlaku sebagaimana ketentuan emas

maupun perak dan juga telah haul (dimiliki selama setahun), karena harta ini

telah menjadi miliknya sebagai hadiah, yang ketika dia terima, telah

menjadi hartanya serta diniatkan untuk diperdagangkan, ketentuan ini

berlaku untuk harta hasil undian dalam bentuk emas, perak dan uang tunai,

adapun selainnya maka dikembalikan kepada niat penerima hadiah, jika dia

tidak ingin menjual namun hanya untuk dipakai, maka hukum yang berlaku

untuk harta hasil undian tersebut tidak wajib zakat.


B. Implikasi Penelitian

1. Penelitian ini menjelaskan konsep zakat dalam agama Islam dan undian

berhadiah yang merupakan salah satu sumber harta yang wajib dikeluarkan

zakatnya

2. Zakat undian berhadiah merupakan salah satu sumber penghasilan yang

perlu diberikan perhatian terkait mengeluarkan zakat darinya yang

kemudian penelitian ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada

masyarakat terkait zakat dari harta hasil undian berhadiah

85
86

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdul al-Rahmān bin al-Rasyid, al-Amwāl al-Mubāhah wa Ahkāmu


Tamlīkuhā Fī al-Syarī’ah al-Islāmiyah,terj.Abdurrahman Qodir , Zakat
Dalam Dimensi Makhdah dan social. Cet. II; Jakarta Raja Grafiindo, 2001

Asyqār, Muhammad Sulaiman Abdullah, Zubdatu al-Tafsīr Daulah Qatar


Wizāratu al-Auqāf al-syuūni al-Islamiyah Idaratu al-Syuūni al-Islamiyah
1428 H/2007 M.

Bakry, Nazar, Problematika Pelaksanaan Fiqih Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persansa, 1994 al-Dausarī, Muslim ibn Muhammad ibn Mājid, Al-Mumti’, (Cet I;
Riyad : Dar zidnī 1428 H/ 2007 M).
al-Dīn, Imam Taqi, Kifâyah al Akhyâr, Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiah, 1973
Eryani, Eva, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi 17, no. 2 2007

al-Gāzzi, Muhammad ibn Qâsim, Fath al-Qarîb alMujîb, Dâr al-Ihya al-Kitab,
alArabiah, Indonesia, t.th

al-Harānī, Taqī Al-Dīn Abu Al-Abbās Ahmad ibn Abdil Al-Halīm ibn Taimiyyah
Majmu Al-Fatāwa, Juz 31. Al-Madīnah Al-Nabawiyyah 1416H/ 1995M

Hasan, Ali Masa’il Fiqhiyyah, Jakarta: edisi I dan II PT Raja Grafindo persada,
1997

Husen, Ibrahim, Ma Huwa Al-Maisir, Jakarta: IIQ, 1987


Ibn Hambal, Abu Abdillah Ahmad ibn Muhammad, Musnad al-Imam Ahmad ibn
Hambal, Juz 16 (Cet I; Muassasatu al-Risālah 1421 H/ 2001 M).

Ibn Mahdi, Abu al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad, Sunan al-dāruquṭnī, Juz 2
Cet I; Beirut, Muassasatu al-Risalah 1424 H/ 2004 M

Ibn Qāsim, Abdurrahman ibn Muhammad Majmu’ Al-Fatāwā, Juz 31 Madinah,


Mujamma’ Al-Malikī Fahd Litābā’ati Al-Mushaf Al-Syarīf 1425 H/ 2005
M

Ibn Saīd Al-Husain ibn Muhammad, Al-Badru al-Tamām,ِّ Juz 4 Cet I; Dar Hijr
1414 H/ 1994 M Jamāah Min al-‘Ulamā,, al-Mukhtaṣar Fī al-Tafsīr al-Quran al-
Karīm,Juz 1 Cet. III; Markaz Tafsīr Liddirāsāti al-Qurāniyah 1436 H

Jamâl, Ibrahim Muhammad, Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah, Semarang: CV


AsySyifa, 1986 M
al-Jazirî, Abdurrrahmân, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib alArba’ah, Beirut: Dâr
alFikr, 1972 M
Al-Ju’fi, Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhāri, Al-Adab Al-Mufrād Bi
Al-Ta’liqāt Juz 1 Cet I; Riyāḋ; Maktabah Al-Ma’ārif, 1419 H/ 1998 M

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Timur: Ummul


Qura, 2017

Majma’ Al-Lugātu Al-Arabiyah Bi Al-Qāhirah, Al-Mu’jam Al-Wasīṭ, Juz 1 Dar


AlDa’wah t.t.

al-Mâlîbary, Zainuddin Ibn Abd Aziz, Fath al-Mu’în, Kairo: Maktabah Dar
alTuras, 1980

Muhammad Ali, Abu Ibrāhim Undian Berhadiah Dalam Fiqih Islam Cet I;
Gresik, Pustaka Al-Furqān 1429 H

Nukhbah Min al-‘Ulamā, al-Tafsir al-Muyassar, Cet II al-Madinah al-


Munawwarah : Majma’ al-Malik Fahd 1430al-Qārdawi, Yusuf Fikih
alZakah Juz 1 Al-Ḋaha 1427 H/ 2006 M al-Qardhawi, Yusuf, Fatwa-fatwa
Kontemporer Jilid III, Cet I; Jakarta Abdul Hayyi Al-Khatamī, Gema Insane
Press, 2002

Qudamah, Ibnu al-Mugni, Jilid IV; t.cet.Dār ‘ālim al-kutub, Riyād, t.th al-Sabiq,
Sayyid, Fiqh Sunnah, Juz I, Kairo: Maktabah Dar Al-Turas, t.t Sudrajat, Fikih
Aktual, t.p. t.t.

Suhendi, Hendi, Fiqih Mu’amalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Syamsuddin, Muhammad Rasyīd ibn ‘Alī Riḋā ibn Muhammad, Tafsīr al-Qur’an
al-Hakīm, Juz 7 (Al-Haiah al-Miṣriyyah al-‘āmmah Lilkutub 1990 M).
Syarwat, Ahmad Seri Fikih Kehidupan Cet 1; Jakarta DU Publishing 2011
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.III; Jakarta:
Balai Pustaka, 2005 M

Umar Abdul Rahman, Umar bin Muhammad Taysīr Kitāb al-aṣalat fī al-Fiqhi
alIslām Syabakatu al-Arūka, 2016.

Uwaidah, Kamil Muhammad, Fiqih Wanita, Jakarta:: Pustaka al-Kautsar, 1998

al-Wāhidī, Abi Al-Hasan ‘Ali ibn Ahmad, Tafsīr Al-Wajīz, Cet. I; Beirut Dār
AlQālamī 1995.

al-Yamanī, Nasywān ibn Saīd Al-Hamīra Syamsul Al-‘Ulum Wa Dawāu Al-


Kalamī Al-Arabī Min Al-Kulum, Juz 5 Cet I; Beirut, Dar Al-Fikri Wa Al-
Mu’aṣarah
1420 H/1999 M

87
88

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Chaeril Syarifuddin

Tempat/Tanggal Lahir : Rappang, 19 Desember 1997

NIM/NIMKO : 161011227/8581416227

Jurusan : Syariah

Program Studi : Perbandingan Mazhab

Semester : VIII (Delapan)

Tahun Akademik : 2019/2020

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jln. Al-Ikhlas Rappang, Kec. Panca Rijang,
Sidenreng Rappang

Riwayat Pendidikan :

1. SD. Negeri 4 Rappang : Pada Tahun 2004 - 2009


2. SMP Al-Iman : Pada Tahun 2009 – 2012
3. MA Assalam : Pada Tahun 2012 – 2016
4. STIBA Makassar : Pada Tahun 2016 - 2020

Anda mungkin juga menyukai