Anda di halaman 1dari 4

Makna hadits setan dibelenggu di bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Bagaimana
tidak, sebab bulan Ramadhan diceritakan dalam beberapa ayat al-qur’an dan hadits sebagai bulan
yang penuh kemuliaan dan keistimewaan, sehingga di manapun seorang muslim berada maka ia
akan antusias menyambut bulan tersebut dengan suka cita.

Di tahun ini, Ramadhan tidak seperti biasanya. Antusias dari umat Islam memang ada, namun
tidak seperti di tahun-tahun seebelumnya. Mengapa? Semua ini imbas dari korona. Bahkan gara-
gara wabah ini, pemerintah yang didukung fatwa para ulama mengeluarkan kebijakan agar
meniadakan sholat tarawih berjamaah. Bahkan konon katanya sholat ‘idul fitri juga ditiadakan.
Semua itu bertujuan untuk menghentikan penyebaran wabah mematikan tersebut.

Meski demikian, semangat beribadah di bulan Ramadhan tidak boleh kendur. Bagi yang
sebelumnya terbiasa tadarrus al-qur’an setelah sholat tarawih di masjid atau musholla, maka ia
bisa melakukannya di dalam rumah. Pun dengan sholat tarawih, juga bisa dilakukan di rumah
juga.

Rasa antusias dan semangat itu bisa dikatakan bergelora di hati setiap muslim yang tergugah
kesadarannya. Namun bagaimana bagi yang belum tergugah? Lebih-lebih jika dibarengi dengan
perbuatan maksiat juga.

Di benak kita tentu akan bertanya-tanya, mengapa di bulan Ramadhan yang katanya setan
dibelenggu namun masih ada saja orang yang kurang kesadarannya dalam beribadah bahkan
dibarengi dengan perbuatan maksiat juga?

Hadits Tentang Setan Dibelenggu saat Ramadhan

Para Imam Hadits banyak yang meriwayatkan hadits tentang dibelenggunya setan saat bulan
Ramadhan. Di antaranya adalah riwayat Imam al-Bukhari berikut:

‫َّلِه‬ ‫َّل‬ ‫ِض‬


‫ ُفِّتَح ْت َأْب َو اُب‬، ‫ " ِإَذ ا َج اَء َر َم َض اُن‬: ‫ َأَّن َر ُس وَل ال صلى اهلل عليه وسلم َقاَل‬،‫َعْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َر َي ال ُه َع ْن ُه‬
‫ِط‬ ‫ِس ِت‬ ‫ِة ِّل‬
‫ َو ُس ْل َل الَّش َيا يُن‬، ‫اْلَج َّن َو ُغ َقْت َأْب َو اُب الَّناِر‬
Rasulullah SAW bersabda: Jika telah datang Ramdhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu
neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.
Dalam riwayat Imam Muslim, redaksi sulsilat (‫ )سلسلت‬diganti dengan kata shuffudat (‫)صفدت‬.

Ada juga dengan redaksi yang sama, namun redaksi ‫ َأْب َو اُب اْلَج َّنِة‬diganti dengan ‫ َأْب َو اُب الَّر ْح َم ِة‬.

Selain kedua Imam di atas, masih banyak lagi Imam-imam yang meriwayatkannya. Seperti al-
Tirmidzi, al-Nasa’i, Ibnu Majah, Imam Ahmad, Imam Malik, dan lain-lain.

Hadits tentang dibelenggunya setan saat Ramadhan tergolong hadits shahih. Di samping itu
ditemukan juga beberapa syawahidnya sehingga memperkuat kesahihan hadits tersebut.

Lalu Bagaimana dengan Banyaknya Maksiat di Bulan Ramadhan?

Lalu bagaimana dengan banyaknya maksiat di bulan Ramadhan. Padahal jika merujuk hadits di
atas seharusnya maksiat bisa diminamalisir?

Ada beberapa keterangan dari para ulama mengenai hal tersebut. Ibnu Hajar al-‘Asqolani
mengutipkan pandangan beberapa ulama mengenai maksud hadits dibelenggunya setan.

‫ وَأَّن َتَس لُس َلُهم َيَق ُع ِفي َلياِلي‬،‫ َيحَتِم ُل َأن َيُك وَن الُم راَد ِم َن الَّش ياِط يِن ُم سَتِر ُقو الَّس مع ِم نُهم‬: ‫قاَل الَح ِليِم ُّي‬
‫ َألَّنُهم كاُنوا ُم ِنُع وا ِفي َز َم ِن ُن ُز وِل الُق رآِن ِم ن اس ِتراِق الَّس مِع َفِز ي ُد وا الَّتَس لُس َل‬، ‫َر َم ضان ُد وَن َأّياِم ِه‬
. ‫ُم باَلَغًة ِفي الِح فِظ‬
“Menurut Al-Halimi, setan yang dimaksud dari hadits tersebut adalah setan yang
mencuri/menguping kabar dari langit. Bukan keseluruhan dari mereka. Adapun dibelenggunya
mereka hanya pada malam hari bulan Ramadhan saja, sedangkan di siang harinya tidak, karena
dulu mereka dicegah untuk dapat menguping kabar dari langit saat al-Qur’an akan diturunkan ke
muka bumi, dan kejadian tersebut saat (malam) bulan Ramadhan. Sehingga di Ramadhan
berikutnya belenggu tersebut diberlakukan lagi untuknya bahkan lebih dahsyat lagi sebagai
bentuk penjagaan agar ia mengulangi perbuatannya.”

‫وَيحَتِم ُل َأن َيُك وَن الُم راد َأَّن الَّش ياِط يَن ال َيخُلُص وَن ِم ن افِتتاِن الُم س ِلِم يَن ِإَلى ما َيخُلُص وَن ِإَلي ِه ِفي‬

. ‫َغ يِر ِه الشِتغاِلِه م ِبالِّص ياِم اَّلِذ ي ِف يِه َقمع الَّش َهوات وِبِقراَءِة الُقرآِن والِّذ كِر‬

“Al-Halimi mengutarakan kembali bahwa hadits di atas kemungkinan maknanya adalah setan
tidak akan berhasil menggoda kaum muslimin, sedangkan menggoda yang lainnya bisa dikatakan
sukses. Hal demikian karena kaum muslimin disibukkan dengan puasa yang merupakan peredam
syahwat, juga disibukkan dengan membaca al-Qur’an dan dzikir.”

Penjelasan Al-Halimi yang terakhir tersebut mengindikasikan bahwa ia memahami hadits di atas
secara maknawi. Setidaknya dari penjelasannya itu dapat dipahami bahwa setan tidak dibelenggu
saat bulan Ramadhan. Hanya saja ia gagal menggoda kaum muslimin yang sedang berpuasa
karena puasa merupakan peredam hawa nafsu dan disibukkan dengan berbagai macam rutintas
ibadah seperti membaca al-Qur’an dan dzikiran.

Jadi dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa faktor banyaknya maksiat di bulan
Ramadhan adalah karena banyak yang tidak berpuasa. Atau bisa juga karena tidak disibukkan
dalam menjalankan rutinitas ibadah.

Senada dengan pandangan Al-Halimi, Al-Qurthubi juga menuturkan:

‫ َأو الُم َص َّفد‬،‫فالَج واُب َأَّنها ِإَّنما َتِق ُّل َع ن الّص اِئِم يَن الَّص وم اَّلِذ ي ُح وِف َظ َع َلى ُش ُر وِط ِه وُر وِع َيت آداُبُه‬

‫ َأو ال ق وِد َتقِلي ل الُّش وِر ِفي ِه‬، ‫عض الَّش ياِط يِن وُهم ال َدُة ال ُك ُّل م َك ما َتَق َّد ِفي عِض الِّر واي اِت‬
‫ُر‬ ‫َم ُص‬ ‫َب‬ ‫َم‬ ‫ُه‬ ‫َم َر‬ ‫َب‬

، ‫وَهذا َأمر َم حُس وس َفِإَّن ُو ُقوع َذ ِلَك ِفيِه َأَقّل ِم ن َغ يِر ِه‬

“Bahwa kejelekan tersebut jarang terjadi bagi orang yang berpuasa yang menjaga teguh syarat-
syarat dan adabnya. Atau bisa jadi yang dibelenggu adalah sebagian setan saja, bukan semuanya.
Ada juga kemungkinan bahwa hadits tersebut menunjukkan manka bahwa kejelekan yang sedikit
pada bulan Ramadhan adalah hal yang nyata dibandingkan bulan-bulan lainnya.”

Sementara itu menurut Syekh al-Qadhi ‘Iyadh:

‫َيحَتِم ُل َأَّن ُه َع َلى ظاِه ِر ِه وَح ِق يَقِتِه وَأَّن َذ ِل َك ُك َّل ُه َع الَم ة ِللَم الِئَك ِة ِل ُدُخ وِل الَّش ِّر وَتعِظ يم ُح رَم ِتِه وِلَم نِع‬
. ‫الَّش ياِط ين ِم ن َأَذ ى الُم ؤِم ِنيَن‬
“Hadits di atas kemungkinan menunjukkan makna zahir dan makna hakikatnya. Namun semua
makna itu ditunjukkan sebagai ciri malaikat (sebagai tugas mereka) untuk menghalangi setan
agar tak melakukan kejahatan dan tidak menyakiti orang-orang mukmin.”
Demikian itu penjelasan tentang pertanyaan seputar kemaksiatan yang banyak terjadi di bulan
Ramadhan. Semoga bermanfaat. Amiin!!

Shohibul Azka (Alumni Ponpes Al-Barkah Subang)

Sumber: Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Fathul Bari’

Anda mungkin juga menyukai