Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL OBSERVASI

Ilmu Lingkunga dan Mitigasi Bencana

DESA GEMA, KEINDAHAN ALAM TERSEMBUNYI RIAU

DOSEN PENGAMPU: Elvi Yenie, S.T., M.eng

KELOMPOK:

1. Apriska Nur Oktavia


2. Farah Andrian
3. Goval Melayu
4. Nurul Aini
5. Wulan Cempaka Sari Simamora

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan observasi ini dalam bentuk dan isi yang
mungkin sangat sederhana. Laporan ini berisikan tentang informasi mengenai
wisata alam Gema yang ada di Riau tepatnya di Kabupaten Kampar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Elvi Yenie, S.T., M.eng selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Ilmu Lingkungan dan Mitigasi Bencana kelas F yang
telah membantu mengarahkan penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan laporan ini.

Laporan observasi ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

03 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Bekalang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Ruang Lingkup.

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

Bab III PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum

3.2 Permasalahan

3.3 Pemecahan Masalah

Bab IV PENUTUP

4.1 Simpulan

4.2 Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulau Gema merupakan sebuah wisata alam yang terletak di Provinsi Riau
tepatnya di Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
Luas wilyah Desa Gema adalah ± 600 Ha, yaitu 15 % berupa daratan yang
bertopografi berbukit-bukit dan 85 % daratan dimanfaatkan untuk lahan
pertanian, perkebunan dan pemukiman. Desa Gema terbentuk pada tahun
1962, yang mana pada masa itu Kabupaten Kampar di pimpin oleh Bupati Dt.
Harunsyah dan untuk membuka areal pemukiman di Desa Gema dilaksanakan
gotong royong bersama selama 7 hari. Desa Gema dari awal pembentukannya
sudah dipersiapkan menjadi pusat pemerintahan Kecamatan, hal ini terlihat
dari tata letak perumahan dan pembagian wilayah serta penataan badan jalan
yang tertata dengan baik.
Menurut penuturan warga, desa Gema menjadi objek wisata sejak tahun
2010. Banyak wisatawan dari berbagai kabupaten yang ada di Riau bahkan
dari luar provinsi Riau yang mendatangi desa gema sebagai tujuan wisata. Hal
ini dikarenakan pemandangan pulau Gema yang dialiri sungai Subayang dan
hamparan padang rumput yang luas sangat cocok dijadikan tempat bersantai
dan menghilangkan penat atas rutinitas harian. Tidak hanya itu, wisatawan
juga memanfaatkan pulau Gema sebagai bumi perkemahan. Banyak tenda-
tenda didirikan di pulau ini, dan dimanfaatkan juga oleh warga setempat
dengan membuka usaha sewa tenda sebagai salah satu sumber penghasilan
mereka.
Desa Gema juga menjadi lebih terkenal baru-baru ini, dikarenakan
tersebarnya informasi mengenai keindahannya di media sosial. Selain untuk
tempat bersantai, desa Gema juga terdapat air terjun yang indah di dalam
hutannya, yaitu air terjun batu dinding. Tak hanya itu, jika ditelusuri lebih
jauh, maka akan terdapat WWF atau tempat penelitian air dan satwa yang ada
di desa tersebut.
Melihat potensi desa Gema yang besar dan tentunya menarik, maka
penulis juga ingin mengetahui kearifan lokal yang ada di desa Gema, serta
bagaimana kaitannya dengan ilmu lingkungan. Dengan itu, penulis melakukan
observasi lebih mendalam terkait hal tersebut dan terangkum dalam laporan
hasil observasi ini.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui potensi Desa Gema sebagai wisata alam dengan
wisatawan yang lebih banyak lagi,
2. Untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat Desa Gema,
3. Menganalisa penerapan ilmu lingkungan dan mitigasi bencana pada
kearifan lokal Desa Gema.

1.3 Ruang Lingkup


Pulau Gema merupakan pulau indah yang terletak di Desa Gema,
Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Penulis
melakukan observasi bertujuan untuk mengetahui potensi alam serta kearifan
lokal masyarakat Desa Gema umumnya dan terkhusus Pulau Gema.
Penulis melakukan observasi atau pengamatan dengan mendatangi
langsung lokasi dan meninjau langsung lokasi Desa Gema pada hari Minggu,
20 November 2022. Memperhatikan, merekam, melihat, dan mendengar
segala hal yang ada dalam ruang lingkup lingkungan Pulau Gema. Selain itu,
kami juga melakukan wawancara dengan beberapa warga setempat. Kami
menghabiskan beberapa jam untuk menggali informasi yang mendalam. Dan
untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan akurat, kami juga
mencari sumber informasi lain dari artikel, video youtube, dan juga jurnal
yang membahas Desa Gema.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di


kalangan masyarakat Minangkabau dan biasanya dilakukan pada kawasan tertentu
yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian. Diwariskan secara turun
temurun, tradisi ini dipercaya dan telah berlangsung selama berabad-abad. Source:
Wikipedia

World Wide Fund for Nature adalah sebuah organisasi non-pemerintah


internasional yang menangani masalah-masalah tentang konservasi, penelitian dan
restorasi lingkungan, dulunya bernama World Wildlife Fund dan masih menjadi
nama resmi di Kanada dan Amerika Serikat. Source: Wikipedia

TAMBAHKAN YANG LAIN YA


Sumbernya juga disesuaikan dengan kaidah penulisan
pengutipan sumber ya gopal
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum

A. Sejarah Desa Gema

Desa Gema adalah suatu wilayah di Kecamatan Kampar Kiri Hulu


Kabupaten Kampar, di mana menurut keterangan beberapa tokoh masyarakat
dahulunya Desa ini pernah menjadi pusat perjuangan di zaman perang
kemerdekaan dan pada masa perang PRRI-pemesta. Desa Gema terbentuk
pada tahun 1962, yang mana pada masa itu Kabupaten Kampar di pimpin
oleh Bupati Datuk Harunsyah, dan untuk membuka areal pemukiman di Desa
Gema dilaksanakan Gotong Royong bersama selama 7 (tujuh) hari. Desa
Gema dari awal pembentukanya sudah diperpisakan menjadi pusat
pemerintahan Kecamatan, hal ini terlihat dari tata letak perumahan dan
pembagian wilayah serta penataan badan jalan yang tertata dengan baik.1
Desa Gema mulai di diami oleh penduduk diawal-awal tahun 1963, yang
mana sebagian besar penduduknya adalah penduduk tempatan yang berasal
dari sebuah daerah (kampung lama) yang bernama pasir Amo, letaknya
sekitar 1 km kearah desa Tanjung Belit sekarang. Disamping penduduk dari
kampung lama yang di pindakan ke kampung baru,lambat daun Desa Gema
juga di diami oleh penduduk dari Desa tetangga. 1 Dokumen Desa Gema
Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar, 2013 13 Secara kultur
sosial budaya kemasyarakatan, Desa Gema masih memakai sistem kesukuan,
dimana saat ini ada 10 suku yang mendiami Desa Gema, yang mana 5 suku
diantaranya berasal dari Pasir Amodan 5 suku lainnya berasal dari Desa
Tanjung Belit dan Desa Tanjung Belit selatan. Pada awal–awal desa gema ini
merupakan bagian terintegrasi dengan Desa Tanjung belit dan desa Tanjung
belit selatan, yang kemudian menjelang tahun 70-an wilayah ini dipecah
menjadi 3 Desa yaitu Desa Gema, Desa Tanjung Belit dan Desa Tanjung
Belit Selatan.
B. Kondisi Geografis dan Demokrafis Desa Gema

Desa Gema adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Kiri Hulu
Kabupaten Kampar dimana menurut keterangan beberapa tokoh masyarakat
dahulunya desa ini pernah menjadi pusat perjuangan di zaman perang
kemerdekaan dan pada masa perang PRRI – Permesta. Desa Gema terletak di
dalam wilayah Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Propinsi
Riau, yang barbatasan desa:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Domo Kecamatan Kampar Kiri


2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Belit Kecamatan Kampar
Kiri Hulu
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Sebayang dan Desa Tanjung
Belit Kecamatan Kampar Kiri Hulu
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Belit Selatan Kecamatan
Kampar Kiri Hulu

Luas wilyah Desa Gema adalah ± 600 Ha, yaitu 15 % berupa daratan yang
bertopografi berbukit-bukit dan 85 % daratan dimanfaatkan untuk lahan
pertanian, perkebunan dan pemukiman. 14 Desa Gema terbentuk pada tahun
1962, yang mana pada masa itu Kabupaten Kampar di pimpin oleh Bupati Dt.
Harunsyah dan untuk membuka areal pemukiman di Desa Gema dilaksanakan
gotong royong bersama selama 7 hari. Desa Gema dari awal pembentukannya
sudah dipersiapkan menjadi pusat pemerintahan Kecamatan, hal ini terlihat
dari tata letak perumahan dan pembagian wilayah serta penataan badan jalan
yang tertata dengan baik. Desa Gema mulai didiami oleh penduduk diawal
tahun 1962, yang mana sebagian besar penduduknya adalah penduduk
tempatan yang berasal dari sebuah daerah (kampong lama)yang bernama
Pasir Amo, (letaknya sekitar 1km kearah desa tanjung belit).
3.2 Permasalahan

Berbagai macam kearifan lokal yang ada dalam desa Gema sangat kental
dengan adat dan budaya. Kearifan lokal tersebut antara lain adalah:

1. Mandi Balimau
Mandi Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang
berkembang di kalangan masyarakat Melayu dan Minangkabau dan
biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan
tempat pemandian. Diwariskan secara turun temurun, tradisi ini dipercaya
dan telah berlangsung selama berabad-abad. Begitu pula halnya dengan
desa Gema. Dikarenakan memiliki aliran sungai Subayang, maka
masyarakat setempat juga memanfaatkannya untu melaksanakan tradisi
mandi balimau tersebut. Tradisi mandi balimau di sungai subayang desa
Gema ini dilaksanakan sebelum Ramadhan dengan tujuan menyambut
bulan Ramadhan.
2. Festival Subayang
Festival Subayang merupakan festival yang dilakukan di alam terbuka dan
diselengarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Festival Subayang
dilaksanakan sebagai bentuk upaya dalam menjaga alam dan memelihara
kultur dan melibatkan seluruh pihak berkompeten mulai dari tokoh adat

setempat, pihak pemerintahan sampai Kementerian Pariwisata RI. Festival


ini rutin dilaksanakan setiap tahun. Namun, saat pandemi festival ini
dilakukan secara tertutup. Setelah 2 tahun dilakukan secara tertutup, maka
pada 15-17 Juli 2022 lalu tepatnya di desa Gema merupakan festival
pertama subayang setelah pandemi covid-19. Tentu hal ini menjadi sorotan
publik, ditambah dengan semakin banyak masyarakat yang mengenal desa
Gema karena tersebarnya informasi mengenai desa tersebut dari media
sosial, menmabah maraknya festival Subayang kali ini. Dalam Festival
tersebut, sejumlah agenda dan pertujukan dilakukan, antara lain: Pameran
UMKM, pelatihan desa wisata, parade tari daerah, pertunjukan musik,
pertunjukan budaya dan tari-tarian, pacu perahu, hingga berburu ikan.
3. Wisata Alam
Selain dijadikan festival budaya dan mandi balimau, desa Gema juga
dijadikan sebagai tujuan wisata oleh masyarakat Riau maupun luar riau.
Wisata sungainya dijadikan tempat bersantai, padang luas di pinggir
sungai dimanfaatkan untuk berkemah bagi keluarga, organisasi, maupun
kelompok-kelompok anggota pecinta alam. Tak hanya itu, wisata air terjun
batu dinding yang ada dalam hutan juga menjadi daya tarik tersendiri.
Serta tak lupa terdapat juga WWF atau tempat penelitian air dan satwa.

Dari kearifan-kearifan lokal tersebut timbul permasalahan tentang


bagaimana agar wisata alam, festival, dan adat budaya yang dilaksanakan
secara rutin tersebut tetap dalam kearifan lokal yang berwawasan
lingkungan. Berwawasan lingkungan berarti segala kegiatan yang
dilakukan tidak merugikan dan merusak alam sekitar yang sudah terjaga
keindahannya. Serta bagaimana upaya masyarakat setempat untuk
merealisasikan wisata alam dan budaya desa Gema menjadi wisata
berwawasan lingkungan.

3.3 Pemecahan Masalah


Mengingat potensi wisata dan kearifan lokal desaa Gema dapat
membuka lapangan pekerjaan serta menghasilkan insentif untuk penduduk
desa Gema. Maka berbagai upaya dilakukan membangun infrastruktur
dengan tujuan peningkatan kualitas wisata alam desa Gema.
Penting bagaimana proses dan hasil dari lingkungan alam serta
kaitannya dengan manusia yang mendiami dan menggunakan
lingkungannya. Keteraturan, kebersihan kota dan lingkungannnya
merupakan cermin dari masyarakat/manusia yang mendiaminya. Hal ini
akan berdampak pada keberlangsungan keanekaragaman hayati di wilayah
pesisir yang menunjang kesimbangan sistem ekologis. Kombinasi dari hal
tersebut juga tentunya akan mengguntungkan bagi keberlangsungan usaha
pariwisata itu sendiri.
Dalam proses pelaksanaan kegiatan peningkatan fasilitas dan
kualitas desa Gema, tentu sudah seharusnya tetap memperhatikan
lingkungan sekitar. Sejauh ini, melalui pengamatan kami, air di sungai
Subayang yang melintasi desa Gema terlihat jernih dan segar serta tak
berbau, menandakan airnya masih terjaga keasriannya dan belum tercemar
oleh limbah.
Selain itu, untuk menjaga kelestarian alam beserta flora dan fauna
yang ada di lingkungan Gema, terdapat WWF yang berfokus pada
pemeliharaan dan penelitian air dan satwa di lingkungan Kampar terutama
sungai Subayang di desa Gema. WWF terletak di Stasiun Lapangan

Subayang, Kampar Kiri, Riau. WWF sendiri adalah singkatan dari World
Wide Fund for Nature. Nama tersebut bermaknakan komitmen WWF
untuk bekerja terkait isu alam liar dan isu lingkungan lainya yang strategis.
WWF Kampar ini menjadi wadah sekaligus katalis
berlangsungnya pembelajaran tentang alam, khususnya terkait kawasan
Rimbang Baling & ekosistem hutan hujan tropis serta keanekaragaman
hayati di dalamnya. Selain itu posko WWF di Kampar ini juga menjadi
tempat kegiatan penelitian ekosistem Rimbang Baling termasuk lanskap,
flora fauna dan ekosistem air tawarnya; pengembangan program ekowisata
dan pendidikan/ pelatihan tentang konservasi alam.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan potensi wisata alam di
desa Gema dapat lebih maju serta kearifan lokal dapat terus lestari dengan
berpedoman pada aturan-aturan dan ilmu lingkungan. Karena sejatinya,
keindahan pulau Gema telah memberi manfaat banyak kepada masyarakat
desa Gema. Jadi, sudah menjadi kewajiban masyarakat setempat untuk
menjaga dan melestarikan alam Gema agar terus lestari, memberikan
manfaat yang lebih banyak lagi, serta dapat menghindari bencana alam.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

4.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA

Sumber-sumber:

https://repository.uir.ac.id/8186/1/147120182.pdf

https://www.riau.go.id/home/content/2022/07/18/11491-festival-subayang-sukses-
digelar-panita-ucapkan-terima

BAB II.pdf

https://g.co/kgs/5TFgCo

https://infopublik.id/kategori/nusantara/649175/inilah-rangkaian-festival-
subayang-di-riau

https://www.youtube.com/watch?v=vmwJPJqO61M&t=683s

http://geoenviron.blogspot.com/2011/09/pariwisata-dan-lingkungan.html

https://digilib.unri.ac.id/index.php?p=show_detail&id=92581&keywords=

jadiin sesuai kaidah dapus y gopal


LAMPIRAN

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai