KELOMPOK:
UNIVERSITAS RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan observasi ini dalam bentuk dan isi yang
mungkin sangat sederhana. Laporan ini berisikan tentang informasi mengenai
wisata alam Gema yang ada di Riau tepatnya di Kabupaten Kampar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Elvi Yenie, S.T., M.eng selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Ilmu Lingkungan dan Mitigasi Bencana kelas F yang
telah membantu mengarahkan penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan laporan ini.
Laporan observasi ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.
03 Desember 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
3.2 Permasalahan
Bab IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Desa Gema adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Kiri Hulu
Kabupaten Kampar dimana menurut keterangan beberapa tokoh masyarakat
dahulunya desa ini pernah menjadi pusat perjuangan di zaman perang
kemerdekaan dan pada masa perang PRRI – Permesta. Desa Gema terletak di
dalam wilayah Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Propinsi
Riau, yang barbatasan desa:
Luas wilyah Desa Gema adalah ± 600 Ha, yaitu 15 % berupa daratan yang
bertopografi berbukit-bukit dan 85 % daratan dimanfaatkan untuk lahan
pertanian, perkebunan dan pemukiman. 14 Desa Gema terbentuk pada tahun
1962, yang mana pada masa itu Kabupaten Kampar di pimpin oleh Bupati Dt.
Harunsyah dan untuk membuka areal pemukiman di Desa Gema dilaksanakan
gotong royong bersama selama 7 hari. Desa Gema dari awal pembentukannya
sudah dipersiapkan menjadi pusat pemerintahan Kecamatan, hal ini terlihat
dari tata letak perumahan dan pembagian wilayah serta penataan badan jalan
yang tertata dengan baik. Desa Gema mulai didiami oleh penduduk diawal
tahun 1962, yang mana sebagian besar penduduknya adalah penduduk
tempatan yang berasal dari sebuah daerah (kampong lama)yang bernama
Pasir Amo, (letaknya sekitar 1km kearah desa tanjung belit).
3.2 Permasalahan
Berbagai macam kearifan lokal yang ada dalam desa Gema sangat kental
dengan adat dan budaya. Kearifan lokal tersebut antara lain adalah:
1. Mandi Balimau
Mandi Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang
berkembang di kalangan masyarakat Melayu dan Minangkabau dan
biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan
tempat pemandian. Diwariskan secara turun temurun, tradisi ini dipercaya
dan telah berlangsung selama berabad-abad. Begitu pula halnya dengan
desa Gema. Dikarenakan memiliki aliran sungai Subayang, maka
masyarakat setempat juga memanfaatkannya untu melaksanakan tradisi
mandi balimau tersebut. Tradisi mandi balimau di sungai subayang desa
Gema ini dilaksanakan sebelum Ramadhan dengan tujuan menyambut
bulan Ramadhan.
2. Festival Subayang
Festival Subayang merupakan festival yang dilakukan di alam terbuka dan
diselengarakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Festival Subayang
dilaksanakan sebagai bentuk upaya dalam menjaga alam dan memelihara
kultur dan melibatkan seluruh pihak berkompeten mulai dari tokoh adat
Subayang, Kampar Kiri, Riau. WWF sendiri adalah singkatan dari World
Wide Fund for Nature. Nama tersebut bermaknakan komitmen WWF
untuk bekerja terkait isu alam liar dan isu lingkungan lainya yang strategis.
WWF Kampar ini menjadi wadah sekaligus katalis
berlangsungnya pembelajaran tentang alam, khususnya terkait kawasan
Rimbang Baling & ekosistem hutan hujan tropis serta keanekaragaman
hayati di dalamnya. Selain itu posko WWF di Kampar ini juga menjadi
tempat kegiatan penelitian ekosistem Rimbang Baling termasuk lanskap,
flora fauna dan ekosistem air tawarnya; pengembangan program ekowisata
dan pendidikan/ pelatihan tentang konservasi alam.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan potensi wisata alam di
desa Gema dapat lebih maju serta kearifan lokal dapat terus lestari dengan
berpedoman pada aturan-aturan dan ilmu lingkungan. Karena sejatinya,
keindahan pulau Gema telah memberi manfaat banyak kepada masyarakat
desa Gema. Jadi, sudah menjadi kewajiban masyarakat setempat untuk
menjaga dan melestarikan alam Gema agar terus lestari, memberikan
manfaat yang lebih banyak lagi, serta dapat menghindari bencana alam.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Sumber-sumber:
https://repository.uir.ac.id/8186/1/147120182.pdf
https://www.riau.go.id/home/content/2022/07/18/11491-festival-subayang-sukses-
digelar-panita-ucapkan-terima
BAB II.pdf
https://g.co/kgs/5TFgCo
https://infopublik.id/kategori/nusantara/649175/inilah-rangkaian-festival-
subayang-di-riau
https://www.youtube.com/watch?v=vmwJPJqO61M&t=683s
http://geoenviron.blogspot.com/2011/09/pariwisata-dan-lingkungan.html
https://digilib.unri.ac.id/index.php?p=show_detail&id=92581&keywords=
Dokumentasi