Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara berkembang yang
mengembangkan pendapatnnya dominan kepada sektor agraris seperti pertanian
yang memang melimpah dan sangat patut dikembangkan. Menurut Sumartono
(2015) sektor pertanian Indonesia sangat patut untuk dikembangkan, karena
hampir sebagian besar pendapatan negara berasal dari sektor pertanian itu sendiri.
Selain sektor pertanian, adapun sektor lain yang merupakan pendapat negara
yaitu sektor pariwisata, dimana pariwisata Indonesia kini sedang giat-giatnya
dalam pembangunan berkepanjangan. Salah satu destinasi pariwisata yang sedang
kiat-kitanya membangun dan sudh terkenal adalah Bali. Pulau Bali merupakan
sebuah pulau di bagian selatan-tengah Indonesia dengan pariwisata yang
mumpuni dari segi pariwisata alam, modern, dan budaya atau tradisi. Segi tradisi
di pulau Bali masih sangat kental adanya. Tradisi adalah suatu kebiasaan yang
sudah ada sejak beberapa tahun sebelumnya dan dilakukan secara bersama-sama
serta mendapat persetujuan yang positif dari elemen elemen pendukungnnya,
yaitu pelaku atau masyarakat penyelenggaranya itu sendiri . Pulau bali terdiri dari
8 kabupaten dan 1 Kota Madya, dimana ke 9 substansi tersebut memiliki tradisi
dan kebudayaan yang berbeda. Salah satu dari ke-8 kabupaten di Bali itu, ialah
Denpasar Selatan. Di daerah Denpasar Selatan tepatya di Sanur, terdapat subak
yang dikenal dengan nama Subak Penyaringan atau Subak Lestari Penyaringan,
yang artinya sebagian besar kebutuhan akan beras / padi di Sanur berasal dari
subak tersebut. Di daerah Sanur sebagian penduduknya merupakan petani yang
bergantung pada hasil tani yang ada pada area pertanian yag mereka kelola.
Pengertian subak dinyatakan dalam peraturan daerah pemerintah
daerah Provisi Bali No. 02/PD/DPRD/l972; Subak adalah suatu masyarakat
hukum adat yang memiliki karakteristik sosio agraris-religius, yang
merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan materi diatas maka dapat diusulkan 3
permasalahan utama, yakni:
1) Apa saja karakteristik sosio pada Subak Penyarigan desa Sanur Kauh?
2) Apa saja karakteristik agraris pada Subak Penyaringan desa Sanur Kauh ?
3) Apa saja karakteristik religius pada Subak Penyaringan desa Sanur Kauh ?

1.3 Hipotesis
Setelah hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dirumuskan
terkumpul, maka kami sebagai pengamat membuat dugaan sementara yang
bersifat universal yaitu : “Terdapat hubugan karakteristik pada Subak Lestari
Penyaringan terhadap tradisi hasil wujud tani dari segi Sosio-agraris-religius”

1.4 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui karakteristik sosio Subak Lestari Penyaringan.
2. Untuk mengetahui karakteristik agraris yag ada pada Subak Lestari
Penyaringan.
3. Untuk mengetahui karakteristik religius pada Subak Lestari.

1.5 Manfaat Pembahasan

1) Dapat dijadikan sebagai referensi mengenai hubungan karakteristik Subak Lestari


Penyaringan
2) Dapat dijadikan sumber referensi mengenai sistem persubakan yang berada di
Daerah Penyaringan tersebut.
3) Dapat mengetahui lebih mendalam mengenai Subak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Perjalanan dan Wawancara terhadap Subak Lestari Penyaringan


Perjalanan kami sepulang sekolah mulai pukul 14.30 WITA, dengan
perjalanan sekitar kurang lebih 10 menit menggunakan sepeda motor bersama-
sama, Setelah itu kami sampai di Subak tersebut yang kebetulan terletak di desa
teman kami yakni dikawasan Sanur Kauh tepat disebelah Kantor Desa Sanur.
Sesampainya disana kami sedikit berbincang-bincang mengenai rencana
perjalanan kami yang akan menyusuri subak yang ada disana. Sesampainya disana
kami melakukan sesi foto bersama tepat di depan Pura Patmeris. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan kami menyusuri sawah tersebut sepanjang 2 km dengan
berjalan kaki sekitar pukul 15.00 WITA dimana pada saat itu cuaca sangat
mendukung kegiatan kami dalam menyusuri sawah tersebut karena tidak panas
maupun mendung jadi dapat kami katakan bahwa cuaca pada saat itu cukup sejuk
dan cerah.
Kamipun memulai perjalanan dengan sedikit ke arah kiri jalan disamping
pura tadi menuju salah satu gubuk petani yang berada di tengah sawah tersebut.
Kami beranjakmelewati pematang sawah yang lebarnya hanya 60 sentimeter
sampai dengan 75 sentimeter atau setara dengan 0,60-0,75 meter, selain itu kami
melihat beberapa orang-orangan sawah, kincir angin sederhana yang dapat
menimbulkan bunyi. Setelah sampai di gubuk petani kami bertemu dengan 2
orang petani pada subak tersebut, kami menanyakan beberapa hal mengenai
pekaseh pada subak tersebut, masa pemanenan padi, dan lain sebagainya. Setelah
kami menanyakan hal tersebut kami dapat mengetahui nama ketua organisasi pada
subak tersebut, dalam subak ini memiliki 2 wilayah yakni, Subak Penyaringan
Barat dan Subak Penyaringan Timur selain itu sistem pemanenan yang didasarkan
pada Bulan Bali. Setelah itu kami melakukan perjalanan ke kantor kepala desa
untuk mencari info mengenai persubakan lebih lanjut, namun pada saat itu tidak
sesuai yang kami harapkan karena kebetulan pekaseh (ketua dari subak) sedang
sibuk akhir-akhir itu. Jadi kami tidak dapat mengunjunginya.

3
2.2 Karakteristik Sosio Subak Lestari Penyaringan
Adapun karakteristik sosio pada subak tersebut adalah :
2.2.1 Organisasi Subak
Di Subak Lestari ini terdapat struktur organisasinya antara lain Pekaseh
yaitu ketua organisasi subak, bernama Pak Tolih untuk bagian Subak Barat dan
Pak Tomblos utuk bagian subak timur, dan meliputi bagian lainnya seperti
Petajuh yaitu wakil subak, Penyarikan yaitu sekretaris subak, dan jururaksa yaitu
bendahara subak. Berdasarkan wawancara tidak terstruktur kami dapat
mengetahui bahwa ada bagian yang mengurus masalah penghasilan subak, yakni
Bapak I Ketut Lungi.
2.2.2 Anggota Organisasi Subak
adapun anggota organisasi subak meliputi :
a. Krama Pengayah, yakni anggota organisasi subak yang selalu aktif dalam
kegiatan persubakan
b. Krama Pengampel, yakni anggota pasif yang tidak mengikuti kegiatan
persubakan karena suatu alasan khusus.
c. Krama Leluputan, yakni salah satu anggota khusus yangmemegang
jabatan tertentu dalam masyarakat sehingga dibebaskan dari kewajiban
dalam kegiatan persubakan, tetapi anggota ini tetap mempunyai hak untuk
mendukung dalam kegiatan persubakan.
2.2.3 Fungsi Sosial Masyarakat
Semenjak adanya subak tersebut, keberadaan subak lestari ini dijadikan
kawasan wisata yang bergerak pada sektor pertanian dan ekowisata. Jalan
sepanjang 1 kilometer yang berada di subak tersebut juga berfungsi untuk tempat
jogging track warga Desa Sanur Kauh. Dilansir dalam surat kabar bahwa jalan
tersebut dibangun secara swadaya dan sudah dipasang paving dengan
menghabiskan dana sekitar 15 jutaan.

4
2.3 Karakteristik Agraris Subak Lestari Penyaringan
Karakteristik ini dibuktikan dengan adanya penggunakan sistem pengairan
dan sistem pertanian yang tradisional namun terkadang mereka menggunakan
sistem modern seperti menggunakan traktor ataupun menanam padi 2 kali dalam
setahun. Berdasarkan hasil interview, salah satu petani disana mengatakan bahwa
jangka waktu yang diperlukan dari pemanenan padi setelah penanaman padi
didasarkan pada bulan bali, yakni selama 3 bulan bali atau 105 hari. Selain itu
dengan adanya orang-orangan sawah dan kincir angin berbahan dasar kaleng
bekas serta beberapa bahan lainnya yang dibuat sederhana oleh petani persubakan
tersebut sehingga saat angin kencang, kincir angin tersebut bisa mengeluarkan
bunyi keras pada kaleng yang dipukulnya yang berfungsi sebagai pengusir burung
yang berada di persawahan tersebut. Disana juga terdapat beberapa keunikan,
seperti sumur di sebagian tepi sawah, gubuk petani, bendera, sabit yang dibawa
petani setembat, cangkul, dan lain-lain. Sehingga dapat diketahui bahwa segi
agraris pada subak tersebut masih ajeg dan lestari.

Gambar 1. Keunikan agraris pada persubakan


Sumber : Romiza Zildjian, 2018 (Dokumentasi Kelompok)

5
2.4 Karakteristik Religius Subak Lestari Penyaringan
Subak Lestari di Kabupaten Denpasar Selatan merupakan daerah penghasil
beras / hasil tani yang terkenal di Desa Sanur Kauh ini. Daerah penghasil hasil
tani (beras) yang besar ini dinamakan daerah Penyaringan. Di Subak Lestari
Penyaringan Marga terdapat banyak sekali Pura Ulun Sui, yaitu Pura yang
menaungi daerah persawahan, dan 1 pura utama, yaitu Pura Pucak. Hal ini berarti
di daerah ini sektor pertanian berkembang baik.
Kita mulai dulu membahas asal-usul nama SANUR dan adanya Desa Sanur
Kauh tersebut. Dalam jurnal I Nyoman Suada, Menurut Ida Bagus Alit Sudarma
(kini telah almarhum) yang dihubungi ketika menjadi pemimpin perusahaan surat
kabar mingguan karya bakti tahun 1995, dikatakan sanur itu berasal dari kata
Saha dan Nuhur. Apa yang dijelaskan ini memang sesuai dengan apa yang
tercantum dalam Monografi Desa Sanur. Saha Nuhur berarti memohon untuk
datang pada suatu tempat.
Dalam perkembangan jaman, sejak tahun 1979 akhirnya sanur dibagi menjadi
3 wilayah, yaitu Sanur Kauh, Kaja dan Kelurahan. Ini terjadi saat Denpasar
menjadi kota administratif. Sanur dibagi 3 wilayah didasarkan surat keputusan
Bupati daerah Tingkat II Badung Nomor167/Pem.15/166/1979. Khusus Sanur
Kauh ditetapkan menjadi desa definitif berdasarkan surat keputusan Gubernur
Bali nomor: 57/1982 tertanggal 1 Juni 1982.
Selain itu karakteristik religius pada subak ini juga terletak dengan adanya
sebuah pura yang dinamakan Pura Patmeris.

Gambar 2. Segi religius pada daerah persubakan


Sumber : Romiza Zildjian, 2018 (Dokumentasi Kelompok)

6
7

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah:
Dengan demikian Subak Lestari Penyaringan dimana sebagai hubungan
karakteristik Sosio-agraris-religius sebagai tradisi wujud hasil tani di Desa Sanur
Kauh Denpasar Selatan yakni terdapat pada bidang usaha pertanian yang masih
menggunakan sistem pengairan dan sistem pertanian yang tradisional namun
terkadang mereka menggunakan sistem modern seperti menggunakan traktor
ataupun menanam padi 2 kali dalam setahun. Selain itu organisasi subak yang
terdapat pada Desa Sanur Kauh “Saha Nuhur” ini masih ajeg dan lestari terbukti
dengan hawa yang sejuk dan asri, kemudian organisasi ini masih mempunyai
kepengurusan yang diurus oleh kelian (ketua, sekretaris, bendahara, dan
penghubung atau pengarah subak) yang dipilih secara sukarela dalam periode 5
tahun. Subak Lestari di Kabupaten Denpasar Selatan merupakan daerah penghasil
beras / hasil tani yang terkenal di Desa Sanur Kauh ini. Daerah penghasil hasil
tani (beras) yang besar ini dinamakan daerah Penyaringan. Di Subak Lestari
Penyaringan Marga terdapat banyak sekali Pura Ulun Sui, yaitu Pura yang
menaungi daerah persawahan, dan 1 pura utama, yaitu Pura Pucak. Hal ini berarti
di derah ini sektor pertanian berkembang baik. Selaim itu karakteristik religius
pada subak ini juga terletak dengan adanya sebuah pura yang dinamakan Pura
Patmeris.

3.2 Saran-saran
Dengan adanya pengamatan sederhana ini diharapkan kita semua dapat
melestarikan budaya-budaya di Bali yang sudah hampir punah, contohya seperti
sistem persubakan yang hanya ada di Pulau Dewata ini.

7
8

DAFTAR PUSTAKA

Suada, I Nyoman. 2013. Bali Dalam Perspektif Sejarah dan Trdisi dalam
Relevansinya dengan Era Global Menuju Keajegan Bali yang Harmonis.

Anda mungkin juga menyukai