PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan materi diatas maka dapat diusulkan 3
permasalahan utama, yakni:
1) Apa saja karakteristik sosio pada Subak Penyarigan desa Sanur Kauh?
2) Apa saja karakteristik agraris pada Subak Penyaringan desa Sanur Kauh ?
3) Apa saja karakteristik religius pada Subak Penyaringan desa Sanur Kauh ?
1.3 Hipotesis
Setelah hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dirumuskan
terkumpul, maka kami sebagai pengamat membuat dugaan sementara yang
bersifat universal yaitu : “Terdapat hubugan karakteristik pada Subak Lestari
Penyaringan terhadap tradisi hasil wujud tani dari segi Sosio-agraris-religius”
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Karakteristik Sosio Subak Lestari Penyaringan
Adapun karakteristik sosio pada subak tersebut adalah :
2.2.1 Organisasi Subak
Di Subak Lestari ini terdapat struktur organisasinya antara lain Pekaseh
yaitu ketua organisasi subak, bernama Pak Tolih untuk bagian Subak Barat dan
Pak Tomblos utuk bagian subak timur, dan meliputi bagian lainnya seperti
Petajuh yaitu wakil subak, Penyarikan yaitu sekretaris subak, dan jururaksa yaitu
bendahara subak. Berdasarkan wawancara tidak terstruktur kami dapat
mengetahui bahwa ada bagian yang mengurus masalah penghasilan subak, yakni
Bapak I Ketut Lungi.
2.2.2 Anggota Organisasi Subak
adapun anggota organisasi subak meliputi :
a. Krama Pengayah, yakni anggota organisasi subak yang selalu aktif dalam
kegiatan persubakan
b. Krama Pengampel, yakni anggota pasif yang tidak mengikuti kegiatan
persubakan karena suatu alasan khusus.
c. Krama Leluputan, yakni salah satu anggota khusus yangmemegang
jabatan tertentu dalam masyarakat sehingga dibebaskan dari kewajiban
dalam kegiatan persubakan, tetapi anggota ini tetap mempunyai hak untuk
mendukung dalam kegiatan persubakan.
2.2.3 Fungsi Sosial Masyarakat
Semenjak adanya subak tersebut, keberadaan subak lestari ini dijadikan
kawasan wisata yang bergerak pada sektor pertanian dan ekowisata. Jalan
sepanjang 1 kilometer yang berada di subak tersebut juga berfungsi untuk tempat
jogging track warga Desa Sanur Kauh. Dilansir dalam surat kabar bahwa jalan
tersebut dibangun secara swadaya dan sudah dipasang paving dengan
menghabiskan dana sekitar 15 jutaan.
4
2.3 Karakteristik Agraris Subak Lestari Penyaringan
Karakteristik ini dibuktikan dengan adanya penggunakan sistem pengairan
dan sistem pertanian yang tradisional namun terkadang mereka menggunakan
sistem modern seperti menggunakan traktor ataupun menanam padi 2 kali dalam
setahun. Berdasarkan hasil interview, salah satu petani disana mengatakan bahwa
jangka waktu yang diperlukan dari pemanenan padi setelah penanaman padi
didasarkan pada bulan bali, yakni selama 3 bulan bali atau 105 hari. Selain itu
dengan adanya orang-orangan sawah dan kincir angin berbahan dasar kaleng
bekas serta beberapa bahan lainnya yang dibuat sederhana oleh petani persubakan
tersebut sehingga saat angin kencang, kincir angin tersebut bisa mengeluarkan
bunyi keras pada kaleng yang dipukulnya yang berfungsi sebagai pengusir burung
yang berada di persawahan tersebut. Disana juga terdapat beberapa keunikan,
seperti sumur di sebagian tepi sawah, gubuk petani, bendera, sabit yang dibawa
petani setembat, cangkul, dan lain-lain. Sehingga dapat diketahui bahwa segi
agraris pada subak tersebut masih ajeg dan lestari.
5
2.4 Karakteristik Religius Subak Lestari Penyaringan
Subak Lestari di Kabupaten Denpasar Selatan merupakan daerah penghasil
beras / hasil tani yang terkenal di Desa Sanur Kauh ini. Daerah penghasil hasil
tani (beras) yang besar ini dinamakan daerah Penyaringan. Di Subak Lestari
Penyaringan Marga terdapat banyak sekali Pura Ulun Sui, yaitu Pura yang
menaungi daerah persawahan, dan 1 pura utama, yaitu Pura Pucak. Hal ini berarti
di daerah ini sektor pertanian berkembang baik.
Kita mulai dulu membahas asal-usul nama SANUR dan adanya Desa Sanur
Kauh tersebut. Dalam jurnal I Nyoman Suada, Menurut Ida Bagus Alit Sudarma
(kini telah almarhum) yang dihubungi ketika menjadi pemimpin perusahaan surat
kabar mingguan karya bakti tahun 1995, dikatakan sanur itu berasal dari kata
Saha dan Nuhur. Apa yang dijelaskan ini memang sesuai dengan apa yang
tercantum dalam Monografi Desa Sanur. Saha Nuhur berarti memohon untuk
datang pada suatu tempat.
Dalam perkembangan jaman, sejak tahun 1979 akhirnya sanur dibagi menjadi
3 wilayah, yaitu Sanur Kauh, Kaja dan Kelurahan. Ini terjadi saat Denpasar
menjadi kota administratif. Sanur dibagi 3 wilayah didasarkan surat keputusan
Bupati daerah Tingkat II Badung Nomor167/Pem.15/166/1979. Khusus Sanur
Kauh ditetapkan menjadi desa definitif berdasarkan surat keputusan Gubernur
Bali nomor: 57/1982 tertanggal 1 Juni 1982.
Selain itu karakteristik religius pada subak ini juga terletak dengan adanya
sebuah pura yang dinamakan Pura Patmeris.
6
7
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah:
Dengan demikian Subak Lestari Penyaringan dimana sebagai hubungan
karakteristik Sosio-agraris-religius sebagai tradisi wujud hasil tani di Desa Sanur
Kauh Denpasar Selatan yakni terdapat pada bidang usaha pertanian yang masih
menggunakan sistem pengairan dan sistem pertanian yang tradisional namun
terkadang mereka menggunakan sistem modern seperti menggunakan traktor
ataupun menanam padi 2 kali dalam setahun. Selain itu organisasi subak yang
terdapat pada Desa Sanur Kauh “Saha Nuhur” ini masih ajeg dan lestari terbukti
dengan hawa yang sejuk dan asri, kemudian organisasi ini masih mempunyai
kepengurusan yang diurus oleh kelian (ketua, sekretaris, bendahara, dan
penghubung atau pengarah subak) yang dipilih secara sukarela dalam periode 5
tahun. Subak Lestari di Kabupaten Denpasar Selatan merupakan daerah penghasil
beras / hasil tani yang terkenal di Desa Sanur Kauh ini. Daerah penghasil hasil
tani (beras) yang besar ini dinamakan daerah Penyaringan. Di Subak Lestari
Penyaringan Marga terdapat banyak sekali Pura Ulun Sui, yaitu Pura yang
menaungi daerah persawahan, dan 1 pura utama, yaitu Pura Pucak. Hal ini berarti
di derah ini sektor pertanian berkembang baik. Selaim itu karakteristik religius
pada subak ini juga terletak dengan adanya sebuah pura yang dinamakan Pura
Patmeris.
3.2 Saran-saran
Dengan adanya pengamatan sederhana ini diharapkan kita semua dapat
melestarikan budaya-budaya di Bali yang sudah hampir punah, contohya seperti
sistem persubakan yang hanya ada di Pulau Dewata ini.
7
8
DAFTAR PUSTAKA
Suada, I Nyoman. 2013. Bali Dalam Perspektif Sejarah dan Trdisi dalam
Relevansinya dengan Era Global Menuju Keajegan Bali yang Harmonis.